• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

367 JSBPSDM 1(4a)(2020), 367-375.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

https://ojs.bpsdmsulsel.id/

Penerapan media gambar dalam meningkatkan kemampuan bercerita anak pada

kelompok B1 di TK Rahmatullah Palanro Kecamatan Mallusetasi

Kabupaten Barru

Rahmawati

TK Rahmatullah Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Email: [email protected]

ABST RAK

Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh kuranganya kemampuan anak dalam membaca melalui media gambar yang dapat dilihat dari perilaku anak yang kurang memperhatikan guru saat penyampaian materi, bersikap pasif dan kurang tertarik dalam pembelajaran membaca gambar. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menemukan metode pembelajaran yang bisa menarik perhatian anak, membuat anak senang dan aktif dalam pembalajaran. Penelitian ini dilakukan di TK Rahmatullah Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan tiga siklus, setiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif terhadap data berupa dokumen hasil pekerjaan siswa, daftar nilai dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan media gambar, dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi anak sehingga meningkatkan kemampuan bercerita anak, yaitu dari hasil siklus I ke Siklus II dan ke III terdapat peningkatan,pada siklus I jumlah anak yang berkembang sesuai harapan sebesar 0%, pada siklus II presentasi jumlah anak yang berkembang sesuai harapan meningkat menjadi 33.33% dan pada siklus III presentasi jumlah anak yang berkembang sesuai harapan meningkat menjadi 83,33%. . Disimpulkan bahwa metode bercerita dengan menggunakan media gambar dalam meningkatan kemampuan bercerita anak cukup efektif dan efisien.

Kata Kunci: Penerapan media gambar, pengembangan bahasa.

© 2020 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Selatan

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Sujiono, 2009:6). Taman Kanak- kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 ayat 14 Sujiono (2009:8) menegaskan bahwa:

“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini memiliki dunia dan karakteristik yang khas, anak selalu aktif, dinamis, antusias dan rasa ingin tahunya yang

(2)

368 besar terhadap apa yang didengar dan dilihat. Anak usia dini memiliki sifat egosentris, suka berfantasi, berimajinasi, memiliki pribadi yang unik dan merupakan masa potensial untuk belajar termasuk dalam bercerita.

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng, yang dikemas dalam bentuk cerita yang dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan.

Di Taman Kanak-kanak bercerita adalah salah satu metode pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikis anak TK sesuai dengan tahap perkembangannya. Sedangkan metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak.

Perkembangan bahasa pada dasarnya dimulai sejak tangis pertama bayi, sebab tangis bayi dapat dianggap sebagai bahasa anak. Menangis bagi anak merupakan sarana mengekspresikan kehendak jiwanya. Dan inilah yang disebut dengan bahasa eksperif dimana tangisan bayi adalah merupakan bahasa dalam mengekpresikan keinginannya dan perasaannya melalui tangisan tersebut.

Jadi bahasa adalah merupakan cara seorang anak dalam mengungkapkan perasaan, keinginan serta kata-katanya kepada orang lain yang berada di sekitarnya yang berupa secara langsung atau secara lisan.

Dalam pembelajaran pendidikan di Taman Kanak-kanak, seorang guru harus memahami bagaimana peran media gambar dalam mengembangkan kemampuan bercerita anak, seperti kemampuan berbahasa secara reseptif (understanding) yang bersifat pengertian, dan kemampuan berbahasa secara ekspresif (producing) yang bersifat pernyataan. Anak usia Taman Kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti anak telah dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan.

Bahasa merupakan alat komunikasi sebagai wujud dari kontak sosial dalam menyatakan gagasan atau ide-ide dan perasaan-perasaan oleh setiap individu sehingga dalam mengembangkan bahasa yang bersifat ekspresif, seorang anak memerlukan cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia taman kanak-kanak dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pribadi anak tersebut. Melalui bercerita, dapat membantu mereka dalam mengembangkan dan melatih kemampuan bahasa yang anak-anak miliki dan dengan melalui cerita anak lebih dituntut aktif dalam mengembangkan bahasanya khususnya bahasa ekspresif dibantu oleh arahan dan bimbingan guru.

Adapun pengaruh lain rendahnya tingkat capaian perkembangan kemampuan berbahasa, khususnya pada bidang pengembangan kemampuan bercerita pada anak usia awal di TK di sebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya wawasan guru dalam memilih dan penggunaan media yang tepat untuk digunakan dalam mengembangkan kemampuan bercerita siswa. Proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas cenderung menggunakan metode pemberian tugas dan ceramah dan tidak menggunakan suatu media, dampak negatif penerapan situasi pembelajaran semacam ini. Yaitu kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, berpendapat ataupun menyatakan alasan. Kondisi pembelajaran seperti ini, aktivitas siswa di kelas hanya menyelesaikan tugas-tugas dari guru yang bersifat teoritis, sehingga membuat siswa sering merasa bosan dan motivasi belajarnya juga menurun. Program pembelajaran di TK diarahkan pada pencapaian perkembangan anak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan anak yang dikategorikan dalam kelompok usia 5 – 6 tahun. Sebagai acuan dan dikembangkan untuk mempersiapkan peserta didik agar siap mengikuti pendidikan pada jenjang sekolah dasar.

Berdasrkan pencermatan yang dilakukan peneliti bahwa kondisi anak di lingkungan sekolah Tk Rahmatullah Palanro Kec. Mallusetasi Kab. Barru. Khususnya pada kelompok B1 bahwa masih rendah kemampuan bercerita. Terdapat sebagian anak belum mampu bercerita melalui media gambar. Terbukti dalam proses kegiatan ketika anak menceritakan gambar yang dibuat sendiri, ada anak masih kurang berani berbicara di depan kelas sehingga menyebabkan kata-kata yang diucapkan tidak jelas dan tidak lancar. Beberapa anak sudah terampil berbicara atau mengungkapkan sesuatu hal yang ada di pikirannya, anak mampu berbicara dengan lancar,

(3)

369 namun hal itu hanya dilakukan dengan sesama teman yang akrab dan anak yang sedikit pemalu terkadang dapat mengkomunikasikan sesuatu dan berani berbicara namun jarang dilakukan.

Media gambar merupakan salah satu aktivitas untuk menstimulasi perkembangan bercerita, meningkatkan perkembangan kognitif dan perkembangan Bahasa. Media gambar dapat meningkatkan kemampuan bercerita, Media gambar berupa kegiatan dialog dan monolog yang dilakukan antara guru dan anak, anak dengan anak, atau anak mengungkapkan segala sesuatu atau berpendapat di depan kelas. Media gambar dilaksanakan pada kegiatan awal pembelajaran, guru menjelaskan tema kegiatan pada hari tersebut dan memberikan informasi-informasi kepada anak dan diharapkan anak dapat menanggapi pernyatan dari guru, anak dapat berpendapat atau mengungkapkan gagasannya, dan anak berani bercerita dengan lancar dan berani. Dalam guru melaksanakan metode bercakap-cakap akan lebih dapat menarik minat dan perhatian anak apabila diimbangi dengan media pembelajaran yang mendukung untuk pelaksanaan media gambar. Media pembelajaran dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Mengingat pentingnya masalah tersebut di atas maka penulis mengkaji dan meneliti permasalahan tersebut dengan judul: “Penerapan Media gambar dalam Meningkatkan Kemampuan Bercerita Anak pada Kelompok B1 Di Tk Rahmatullah Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabupa ten Barru”.

PENGERT IAN BERCERIT A ANAK

Bercerita sebagai bentuk kemampuan verbal atau berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling unik, paling tua dan sangat penting dalam kehidupan masyarakat (Sujanto, 1988: 189). Paling unik karena bercerita melibatkan masalah yang sangat kompleks mulai dari penggunaan alat ucap, cara bertutur dan berbahasa, merangkai peristiwa secara runtut, memilih kata atau kalimat yang tepat sehingga apa yang disampaikan mudah dipahami oleh orang lain. Dikatakan paling tua, bercerita banyak digunakan untuk menyampaikan sesuatu sebelum manusia mengenal konsep tentang membaca dan menulis yang merupakan penemuan baru karena sebelumnya manusia banyak menggunakan fungsi berbicara dan mendengar (Andrade & May, 2004: 141). Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya (Gordon dan Browne dalam Bachtiar, 2005: 10). Bercerita adalah suatu ungkapan atau ulasan anak sehingga membentuk suatu kalimat berurutan, dan bercerita merupakan suatu stimulan yang dapat membangkitkan anak terlibat secara mental (Rahmah, 2005:87).

Mengacu pada pengertian bercerita di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan bercerita adalah suatu warisan budaya yang dapat diceritakan kembali dengan bentuk ulasan sehingga membentuk suatu kalimat berurutan.

a. Bercerita sebagai wujud keterampilan berbicara

Kegiatan bercerita meliputi banyak aspek yang harus diberikan agar anak bisa dan mampu untuk mengembangkannya. Aspek tersebut meliputi: Berbicara. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neorologis, semantik dan linguistik sedemikian eksentif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat yang paling penting bagi kontrol sosial (Tarigan,1985:5). Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1986: 15).

Perkembangan berbicara akan meningkat secara bertahap, kata-katanya akan semakin terang, jelas dan memiliki pesan dan makna tertentu yang merupakan komunikasi verbal yang terkendali. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa selain anak mampu dalam bercerita anak juga terampil dalam berbicara.

b. Hubungan Antara Kemampuan Bahasa dengan Bercerita

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya (Depdiknas, 2000:5). Berbahasa anak merupakan langkah awal

(4)

370 dalam memahami perkembangan bahasa anak secara individual, termasuk di dalamnya mendeteksi kemampuan membaca dan menulis (Depdiknas, 2000:17).

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi utama bagi anak yang merupakan langkah awal dalam perkembangan bahasa anak.Kegiatan bercerita meliputi banyak aspek yang harus diberikan agar anak bisa dan mampu untuk mengembangkanya. Aspek tersebut meliputi; kebahasaan, pengamatan dan lain-lain. Jika mereka mampu menguasai bahasa dengan baik, baik melalui bahasa ibu maupun bahasa yang mereka terima, dengan demikian mereka mampu untuk bercerita.

Bahasa pun bisa mereka miliki melalui pergaulan atau juga lingkungan sekitar. Jika anak kurang dalam pergaulan dengan teman-teman sebayanya mereka akan menjadi pendiam. Dengan kepribadian yang pendiam itu, mereka akan mengalami kesulitan dalam bercerita

PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERCERIT A ANAK USIA T K

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, dkk., 2008:6). Media menurut Gagne (Sadiman,dkk., 2008:6) adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Association for Educational Communications and

Tehchnology (AECT) (Serial Pustaka Teknologi Pendidikan, 2008:9) mendifinisikan media sebagai

segala bentuk yang di gunakan untuk menyalurkan informasi. Sesungguhnya media pembelajaran pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Termasuk di dalamnya, buku, videotape, slide suara, suara guru, tape recorder, modul atau salah satu komponen dari suatu sistem komponen.

Media gambar menurut Gerlach dan Ely (Smaldino dkk., 1996:21) mengatakan bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil. Melalui gambar dapat ditunjukkan kepada pembelajar suatu tempat, orang dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkauan pengalaman sendiri. Smaldino dkk (1996:21) mengatakan bahwa gambar atau fotogarfi dapat memberikan gambaran tentang segala sesuatu seperti, binatang, orang, tempat atau peristiwa. Gambar diam yang pada umumnya digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu, potret, ilustrasi dari buku katalog, gambar cetak. Melalui gambar dapat di terjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistis. Edgar Dale (Anitah, 2008: 8) mengatakan bahwa gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkrit (pengalaman langsung).

Media gambar adalah salah satu media pembelajaran dua dimensi yang merupakan curahan perasaan manusia terhadap benda asli, media gambar dapat berupa foto atau lukisan. Jadi jelas bahwa media gambar dapat diciptakan oleh guru sendiri sebagai pengganti bentuk asli atau sebenarnya. Media gambar dapat dipergunakan secara efektif bila mempunyai tujuan yang jelas, pasti dan terperinci. Media gambar juga dapat memberikan hasil yang baik karena dapat merangsang indera lihat dan indera dengar sehingga informasi pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh peserta didik.

Sedangkan ilustrasi gambar dalam bercerita adalah untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak dalam jalannya cerita (Moeslichatoen, 2004:159). Media gambar yang dipakai dalam penelitian ini adalah gambar diam yang tidak diproyeksikan, manfaat gambar sebagai media visual karena gambar dapat menimbulkan daya tarik bagi pelajar, mempermudah pengertian pelajar, memperjelas bagian-bagian penting serta dengan gambar mampu menyingkat suatu uraian yang panjang (Anitah, 2008: 9)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah sebuah alat yang digunakan untuk pembelajaran yang disajikan dalam bentuk gambar dua dimensi dengan tujuan untuk merangsang siswa agar lebih tertarik dan cepat memahami materi sehingga mampu merangsang imajinasinya untuk bercerita. Dengan menggunakan media gambar akan mempermudah anak untuk berilustrasi dan menuangkan semua imajinasinya untuk mengetahui rangkaian cerita.

(5)

371 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian indakan Kelas (PTK). Fokus dalam penelitian ini, adalah menggunakan media gambar dalam meningkatkan kemampuan bercerita anak pada kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Rahmatullah Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabuparen Barru. Subjek penelitian ini adalah peserta didik/anak Tk Rahmatullah Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru pada kelompok B1 dengan jumlah siswa 6 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1 orang dan perempuan 5 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus (Djajadi, 2019) yaitu: siklus I dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2020, siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2020, dan siklus III tanggal 09 November 2020. Kegiatan pengembangan ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari satu hari pembelajaran, 1 RPP, 1 skenario pembelajaran, 1 lembar observasi anak dan 1 lembar observasi mahasiswa.

Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk menarik suatu kesimpulan apakah media gambar dapat meningkatkan kemampuan bercerita anak pada Kelompok B1 di Tk Rahmatullah Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru. HASIL PENELIT IAN

Siklus I

Hasil tindakan pada Siklus I yang dilaksanakan 1 kali pertemuan, diperoleh hasil yang akan disajikan dalam bentuk Tabel 1 seperti berikut ini:

T abel 1. Tabel Data Hasil Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar

NO NAMA ANAK JK NILAI

1. Fahmi AmmarUsman L 1

2. Fitria Walquluby P 1

3. Khaerun Nisa P 2

4. Yumna Atha Yusriana P 2

5. Faida Annaila P 3

6. Naura Annisa Faiha P 2

Adapun pendisitribusian frekuensi hasil kemampuan berbahasa anak anak di atas dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini.

T abel 2. Distribusi frekuensiberbahasa Anak pada Siklus I Kelas Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

4 Tinggi 0 0

2 – 3 Sedang 4 66,67

1 Rendah 2 33,33

Jumlah 6 100

Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa, hasil persentase pencapaian kemampuan bercerita melalui media gambar Siklus I menunjukkan peningkatan pada pertemuannnya. Hasil rata-rata persentase pencapaian jumlah keseluruhan dalam 1 kelas pada Siklus I belum dapat mencapai hasil yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan. Hasil rata-rata pencapaian persentase pencapaian pada Siklus I yaitu diambil dari pencapaian tertinggi sebesar 66,67% dengan kriteria cukup.

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada Siklus I menunjukan adanya peningkatan kemampuan bercerita melalui media gambar, namun hasil kemampuan bercerita melalui media gambar pada Siklus I belum mencapai sesuai dengan indikator keberhasilan dalam penelitian ini.

(6)

372 Adapun peningkatan kemampuan berbicara melalui media gambar dapat dilihat dari peningkatan persentase kemampuan anak dalam bercerita melalui gambar pada Pra Siklus dengan persentase kemampuan anak bercerita melalui media gambar pada Siklus I, adapun peningkatannya, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

T abel 3. Peningkatan Hasil Kemampuan Bercerita melalui Media

Berdasarkan Tabel 3 tersebut, pelaksanaan tindakan pada Siklus I menujukan danya peningkatan dibandingkan dengan kemampuan bercerita melalui gambar sebelum dilakukan tindakan. Persentase hasil pencapaian kemampuan bercerita melalui media gambar pada Siklus I sebesar 66,67%. Berdasarkan persentase hasil pencapaian pada Siklus I, terjadi peningkatan kemampuan bercerita melalui media gambar sebesar 18,67% dari sebelum dilakukan tindakan. Berikut ini persentase peningkatan hasil kemampuan bercerita melalui media gambar.

Siklus II

Hasil tindakan pada Siklus II yang dilaksanakan 1 kali pertemuan, diperoleh hasil yang akan disajikan dalam bentuk Tabel 4 seperti berikut ini:

T abel 4 Tabel Data Hasil Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar

NO NAMA ANAK JK NILAI

1. Fahmi AmmarUsman L 3

2. Fitria Walquluby P 2

3. Khaerun Nisa P 3

4. Yumna Atha Yusriana P 4

5. Faida Annaila P 3

6. Naura Annisa Faiha P 4

Adapun pendisitribusian frekuensi hasil kemampuan berbahasa anak anak di atas dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini.

T abel 5. Distribusi frekuensiberbahasa Anak pada Siklus II Kelas Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

4 Tinggi 2 33,33

2 – 3 Sedang 4 66,67

1 Rendah 0 0

Jumlah 6 100

Hasil rata-rata persentase pencapaian jumlah keseluruhan dalam 1 kelas pada Siklus II dapat mencapai hasil yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan. Hasil rata-rata pencapaian persentase pencapaian pada Siklus II yaitu diambil dari pencapaian kelas interval tinggi sebesar 33,33% dengan kriteria Baik.

Adapun peningkatan kemampuan berbicara melalui media gambar dapat dilihat dari peningkatan persentase kemampuan anak dalam bercerita melalui gambar pada Siklus II dengan

No Kemampuan keaksaraan Persentase

1 Pra Siklus 48%

2 Siklus I 66,67%

(7)

373 persentase kemampuan anak bercerita melalui media gambar pada Siklus II, adapun peningkatannya, dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

T abel 6. Peningkatan Hasil Kemampuan Bercerita melalui Media Gambar Siklus II

Berdasarkan Tabel 6 tersebut, pelaksanaan tindakan pada Siklus II menujukan adanya peningkatan dibandingkan dengan kemampuan bercerita melalui gambar sebelum dilakukan tindakan. Persentase hasil pencapaian kemampuan bercerita melalui media gambar pada Siklus I sebesar 0%. Berdasarkan persentase hasil pencapaian pada Siklus II, terjadi peningkatan kemampuan bercerita melalui media gambar sebesar 33,33% dari sebelum dilakukan tindakan. Berikut ini persentase peningkatan hasil kemampuan bercerita melalui media gambar. Uai Siklus III

Hasil tindakan pada Siklus I II yang dilaksanakan 1 kali pertemuan, diperoleh hasil yang akan disajikan dalam bentuk Tabel 4 seperti berikut ini:

T abel 7. Tabel Data Hasil Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar

NO NAMA ANAK JK NILAI

1. Fahmi AmmarUsman L 3

2. Fitria Walquluby P 4

3. Khaerun Nisa P 4

4. Yumna Atha Yusriana P 4

5. Faida Annaila P 4

6. Naura Annisa Faiha P 4

Adapun pendisitribusian frekuensi hasil kemampuan berbahasa anak anak di atas dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini.

T abel 8. Distribusi frekuensiberbahasa Anak pada Siklus III Kelas Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

4 Tinggi 5 83,33

2 – 3 Sedang 1 16,67

1 Rendah 0 0

Jumlah 6 100

Berdasarkan Tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa, hasil persentase pencapaian kemampuan bercerita melalui media gambar Siklus III menunjukkan peningkatan pada pertemuannnya. Hasil rata-rata persentase pencapaian jumlah keseluruhan dalam 1 kelas pada Siklus III dapat mencapai hasil yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan. Hasil rata-rata pencapaian persentase pencapaian pada Siklus III yaitu diambil dari pencapaian kelas interval tinggi sebesar 83,33% dengan kriteria Baik.

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada Siklus I II menunjukan adanya peningkatan kemampuan bercerita melalui media gambar, hasil kemampuan bercerita melalui media gambar pada Siklus III sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Adapun peningkatan kemampuan berbicara melalui media gambar dapat dilihat dari peningkatan persentase

No Kemampuan keaksaraan Persentase

1 Siklus I 0%

2 Siklus II 33,33%

(8)

374 kemampuan anak dalam bercerita melalui gambar pada Siklus III dengan persentase kemampuan anak bercerita melalui media gambar pada Siklus III, adapun peningkatannya, dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini

T abel 9. Peningkatan Hasil Kemampuan Bercerita melalui MediaGambar Siklus III

Berdasarkan Tabel 9 tersebut, pelaksanaan tindakan pada Siklus III menujukan danya peningkatan dibandingkan dengan kemampuan bercerita melalui gambar sebelum dilakukan tindakan. Persentase hasil pencapaian kemampuan bercerita melalui media gambar pada Siklus II sebesar 33,33%. Berdasarkan persentase hasil pencapaian pada Siklus III, terjadi peningkatan kemampuan bercerita melalui media gambar sebesar 83,33% dari sebelum dilakukan tindakan. Berikut ini persentase peningkatan hasil kemampuan bercerita melalui media gambar. Uai

Dari kajian dan pengamatan yang sudah dilakukan oleh peneliti bahwa sudah mengalami peningkatan yang mengembirakan. Artinya bahwa anak pada siklus III sudah mencapai keberhasilan kemampuan bercerita melalui gambar berkisar 5 orang anak berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dijadikan dasar bahwa kegiatan tersebut sudah sesuai dengan harapan. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dapat dipaparkan bahwa penerapan media gambar dapat mengembangkan bercerita anak. Hal ini dapat dilihat dengan langkah-langkah penerapan sebagai berikut :1) Anak dikondisikan duduk di tempatnya, (b) Mahasiswa membagi dua kelompok sesuai minat dia. (c) Mahasiswa memanggil anak kemudian diberi gambar lalu anak berdiri didepan temannya anak diberi kesempatan memceritakan gambar tersebut.

Selain itu, Kemampuan berbahasa anak pada Taman Kanak-kanak Rahmatullah Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru pada Siklus I termasuk rendah, dan setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II, dan Siklus III kemampuan bercerita anak pada siklus ini terlihat berada pada kategori tinggi. Artinya terjadi peningkatan kemampuan bercerita anak pada siklus I ke siklus II dan III. Penggunaaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan bercerita anak pada kelompok B1 TK Rahmatullah Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru.

Bagi guru TK khususnya, diharapkan mampu menerapkan media yang tepat dalam proses pembelajaran, utamanya dalam kegiatan bercerita melalui media gambar. Hal ini disebabkan karena tidak semuanya anak normal, kadang kala ada anak yang mempunyai kepribadian yang lain, misalnya autis, dan ini tentunya membutuhkan keterampilan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan belajarnya.

DAFT AR PUSTAKA

Abimanyu, Soli, Dan Sulaiman Samad. (2003). Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar, FIP : Universitas Negeri Makassar

No Kemampuan keaksaraan Persentase

1 Siklus II 16,67%

2 Siklus III 83,33%

(9)

375 Bachri, S Bachtiar. (2005). Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya. Jakarta:

Depdikbud

Dhieni, Nurbiana dkk. (2006). Metode Pengembanga Bahasa..Jakarta : Universitas Terbuka. Djajadi, Muhammad. (2019). Pengantar Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

Fisal Rizaldi. (2008). Pengertian Bahasa Lisan: Defenisi-Pengertian Bahasa Ekspresif. (on line). Vol 1 No. 2, (http/organisasi. Orang/Defenisi-Pengertian Bahasa Lisan. com/Diakses 24 April 2009)

Masitoh, dkk. (2006). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Montolalu, dkk. (2007). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka Mustakim Nur dkk. (2001). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka Nugraha, Ali. (2007). Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Jakarta : Universitas Terbuka

Tim Penyusun. (2007). Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Depdikbud

Wijayana, Widiarmi, dkk. (2006). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

Chasimar, Saleh, dkk. (1991). Pedoman guru Bidang Pengembangan Kemampuan Berbahasa di TK. Jakarta: Depdikbud.

E.Nur Aeni. (2000). Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Depdiknas.

Hadi, Sutrisno. (1987). Metodologi Riset. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi, UGM. Hildayani, Rini. (2007). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Formasi Tahun Anggaran 2010, yang Surat Keputusan Pengangkatannya telah selesai diproses (daftar nama terlampir) dapat mengambil Surat Keputusan

Melalui perancangan media komunikasi visual sebagai sarana promosi Carissa Cuci Mobil Otomatis (CCMO), dan untuk menjaga eksistensi menghadapi pesaingnya,

Seorang nyai berperan di dalam transformasi modernisasi di Jawa pada khususnya, transformasi modernisasi yang penulis maksud adalah proses perubahan kebiasaan atau budaya

Menurut Edward Djamaris dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Filologi, metode landasan dipakai apabila menurut tafsiran, nilai naskah jelas berbeda sehingga ada satu

Hal ini didukung oleh pernyataan Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan

Batas aliran lalu lintas yang ada pada suatu ruas jalan dilampaui, maka rata-rata kecepatan lalu lintas akan turun sehingga pada saat kecepatan mulai turun maka

Untuk menganalisis lebih jelas mengenai daya tarik yang dihipotesiskan mempunyai pengaruh terhadap promosi dan informasi, aksesbilitas yang dihipotesiskan mempunyai

Babakan Baru RT.03/03 Desa Rumpin