• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV METODE PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini ditentukan sebagai desain deskriptif kausal. Desain deskriptif kausal merupakan kombinasi desain deskriptif dan desain kausal Umar (2010).

Desain desktiptif, yaitu desain untuk penelitian yang tujuannya bersifat suatu paparan pada variabel-variabel yang diteliti, misalnya tentang siapa, yang mana, kapan, dan dimana, maupun ketergantungan variabel pada sub-sub variabelnya.

Desain kausal, yaitu desain untuk penelitian yang tujuannya untuk mengukur hubungan antara variabel penelitian atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.

4.2 Variabel Penelitian

Sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya, terdapat empat variabel yang akan dianalisa dalam penelitian ini, yaitu whistle blowing system, disiplin karyawan, kinerja karyawan dan kepercayaan publik di DJP. Variabel whistle blowing system dalam penelitian ini diperlakukan sebagai variabel independen. Variabel disiplin, kinerja serta kepercayaan publik diperlakukan sebagai variabel dependen.

(2)

Masing-masing variabel tersebut diuraikan menjadi dimensi-dimensi dan indikator-indikator sebagaimana ditunjukkan dalam tabel-tabel operasionalisasi variable berikut ini

Tabel 4.1 Variabel Whistleblowing

Dimensi Indikator Skala

Prevention Kampanye Peraturan Ordinal

Pengawasan antara atasan dan bawahan Ordinal

Ancaman hukuman Ordinal

Early Detection Kerahasian Pelapor Ordinal

Perlindungan Pelaporan Ordinal

Penindaklanjutan pelaporan Ordinal

Reward Ordinal

Proper

Investigation Konsistensi penanganan pelaporan

Ordinal Memprioritaskan tindakan pidana fiskal terhadap pegawai

DJP Ordinal

Melanjutkan pelaporan ke penegak hukum Ordinal

Update tindak lanjutan aduan dikomunikasikan dengan

pelapor Ordinal

Pencegahan fitnah Ordinal

Sumber : http://www.pajak.go.id/content/article/mengintip-WhistleBlowing-System

-dan-gerakan-anti-korupsi-di-pajak

Tabel 4.2 Variabel Disiplin

Dimensi Indikator Skala

Retributif Mengerti dan memahami peraturan dan SOP organisasi Ordinal Kesediaan mentaati peraturan dan SOP organisasi Ordinal

Partisipasi dalam pengawasan kedisiplinan Ordinal

Melaporkan apabila terjadi pelanggaran disiplin Ordinal

Korektif Kesiapan menerima sanksi Ordinal

Sanksi yang diterima mengandung makna Ordinal

Pemberitahuan atas sanksi yang diterima Ordinal

Keputusan yang adil Ordinal

Perspektif hak-hak

individu Adanya usaha organisasi dalam memperhatikan hak para pegawaiAdanya upaya perusahaan dalam melindungi hak-hak para Ordinal

pegawai Ordinal

Perspektif utilitarian Menetapkan sanksi yang tegas (pemecatan) kepada pegawai yang

tetap melakukan indisipliner Ordinal

Memberikan sanksi sesuai kesalahan pegawai Ordinal

(3)

Tabel 4.3 Variabel Kinerja

Dimensi Indikator Skala

Efektivitas &

Efisiensi Penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkanRencana Kerja OrdinalOrdinal

Hasil kerja sesuai dengan yang direncanakan Ordinal

Hasil pencapaian pekerjaan yang dilakukan sesuai target Ordinal

Efisiensi dalam melakukan pekerjaan Ordinal

Tanggung Jawab Kemampuan untuk mempertanggung jawabkan pekerjaan kepada

atasan Ordinal

Tanggung jawab terhadap kualitas pekerjaan dan kuantitas

pekerjaan Ordinal

Tanggung jawab terhadap ketepatan waktu pekerjaan Ordinal Inisiatif Memiliki inisiatif dalam menjalankan tugas atau pekerjaan yang

relatif baru Ordinal

Memiliki kreatifitas dalam menyelesaikan masalah Ordinal Sumber : Prawirosentono (2008)

Tabel 4.4 Variabel Kepercayaan dalam Perspektif Pegawai DJP

Dimensi Indikator Skala

Kompetensi Pengetahuan wajib pajak tentang Whistle Blowing System DJP Ordinal

Integritas pegawai DJP Ordinal

Kemampuan DJP dalam mencapai target penerimaan Ordinal

Motivasi Ordinal

Fairness Kerahasiaan identitas pelapor Ordinal

Kejelasan prosedur yang ada di DJP Ordinal

Transparansi DJP Ordinal

Akuntabilitas DJP Ordinal

Sumber : Prawirosentono (2008)

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penyebaran atau penyerahaan kuesioner, peneliti menggunakan metode sensus atau sampel jenuh, yaitu menggunakan seluruh anggota populasi sebagai responden yaitu sebanyak 300 responden. Namun demikian, peneliti akan memberikan batasan definisi dengan yang dimaksud dengan pegawai DJP Kanwil Jakarta Selatan sebagai populasi target, yaitu pegawai yang memiliki hubungan

(4)

atau komunikasi langsung dengan para wajib pajak sehingga dianggap memiliki

potensi yang besar untuk melakukan fraud. Berikut adalah table sampel

penelitian.

Tabel 4.5 Sampel Penelitian

Jabatan Jumlah Account Representative 120 Penelaah Keberatan 30 Juru Sita 30 Fungsional 120 Total 300 4.4 Jenis Data 4.7.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya (dari tangan pertama). Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung.

Tehnik yang digunakan peneliti untuk mnegumpulkan data primer adalah : 1. Kuesioner

Kuesioner adalah tehnik pengumpulan data yamg dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Kuesioner dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang relevan sehingga dapat digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

Karena isi dari pertanyaan atau pernyataan yang diajukan kepada responden bertujuan untuk mengukur variabel penelitian ini, maka jawaban

(5)

responden akan berpedoman pada skala peringkat, yang dalam hal ii digunakan sakal Ordinal.

Dalam skala Ordinal, pada responden diminta memberikan jawaban yang menunjukkan sejauh mana mereka merasa positif atau megatif terhadap suatu topik Masud (2004). Bentuk jawaban skala Ordinal yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Nilai 1 : Sangat tidak setuju Nilai 2 : Tidak setuju Nilai 3 : Ragu-ragu Nilai 4 : Setuju

Nilai 5 : Sangat setuju

Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner akan disesuaikan dengan kemampuan responden. Peneliti menyusun pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan kata-kata dan penulisan kalimat yang sederhana, mudah, dan sekiranya bisa dipahami oleh semua responden tanpa mengurangi makna dan tujuan dari tiap kuesioner tersebut.

Pertanyaan atau pernyataan akan diberikan hanya dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan tertutup, yaitu bahwa responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan saja.

4.5 Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode multivariat. Analisi multivariat merupakan perkembangan dari analisi bivariat

(6)

yang berguna untuk melakukan kajian pada lebih dari dua variabel, baik untuk mengetahui hubungan dan pengaruh secara simultan antarvariabel, termasuk analisis faktor-faktor pembentuk variabel Umar (2010)

4.5.1 Metode SEM

Metode statistik yang diterapkan dalam peneliatian ini adalah Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modelling = SEM)

Model Persamaan Struktural adalah metode analisis dara multivariat yang bertujuan menguji model pengukuran yang hubungan antara indikator dengan variabel laten, dan model struktural variabel laten, yaitu hubungan antara konstruk independen dan dependen Ghozali dan Fuad (2005); Kusnendi, (2008). Dari batasan tersebut dapat diidentifikasi tiga karakteristik utama SEM sebagai berikut:

1. SEM merupakan kobinasi tehnik analisis data

multivariat interdependensi dan dependensi, yaitu analisis faktor konfirmantori dan analisis jalur

2. Variabel yang dianalisis adalah variabel laten

(konstruk), yaitu variabel yang tidak dapat diobservasi langsung (unobservable) tetapi dukur melalui indikator-indikator terukur atau variabel manifes.

3. SEM bertujuan bukan untuk menghasilkan model

melainkan mneguji dan mnegkonfirmasikan model berbasis teori, yaitu model pengukuran dan model struktural.

Dengan demikian, paling tidak ada dua masalah penelitian yang hendak dijawab melalui SEM sebagai berikut :

(7)

1.Masalah penelitian deskriptif, berkenaan dengan deskripsi atau mengkonfirmasikan secara empiris kesesuaian model konstruk atau "theoretical or hypothetical construct"dilihat menurut indikator-indikator yang dikonsepsikan sebagai manifest dari konstruk tersebut. Masalah pertama ini disebut model pengukuran, atau disebut juga sebagai model analisis faktor konfirmatory.

2. Masalah penelitian eksplanasi, menjelaskan hubungan kausal antar variabel laten. Masalah kedua ini disebut model struktural. Yang dianalisis SEM adalah hubungan kausal antara variabel laten (unobserved variable) dan bukan antara variabel manifes atau antar variabel indikator (observed variable)

4.5.2 Jenis variabel SEM

Jenis variabel dalam SEM dibedakan menjadi dua kleompok sebagai berikut :

1. Variable Laten Eksogen (exogenous latent variable), yaitu semua variabel

penyebab yang tidak dapat diobservasi langsung (unobserved). Pengamatan terhadap variabel tersebut dilakukan melalui variabel manifesnya. Variabel manifes eksogen (exogenous manifest variables) adalah indikator-indikator

terukur yang dapat diobservasi langsung (observed) untuk mengukur variabel

laten eksogen. Variabel eksogen diperlakukan sebagai variabel independen. Dalam penelitian ini, variabel laten eksogen adalah Pengaruh Implementasi Whistleblowing

2. Variabel Laten Endogen (endogenous latent variable), yaitu semua

variabel akibat yang tidak dapat diobervasi langsung. Pengamatan terhadap variabel tersebut dilakukan melalui variabel manifes endogen. Varibael

(8)

manifes endogen (endogenous manifest variable) adalah indikator-indikator variabel laten endogen yang dapat diobservasi langsung. Dalam penelitian ini variabel laten endogen adalah Kinerja, Disiplin, dan Kepercayaan Publik

Selanjutnya, variabel laten endogen juga dibedakan menjadi variabel laten endogen yang diberlakukan sebagai variabel antara dan variabellaten endogn yang diberlakukan sebagai variabel dependen Kusnendi (2008).

4.5.3 Pengujian Instrumen

Pengukuran terhadap variabel yang diteliti pada umunya tidak dapat dilakukan secara langsung tetapi diukur melalui indikator-indikator (observed indicator) sebagai refleksi atau manifes dari konstruk atau konsep yang hendak diukur.

Namun demikian, semua konstruk atau konsep tidak dapat bebas dari kekeliruan as, maka pengujian unidimensionalitas, validitas. dan reliabilitas merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian kuantitatif Kusnendi (2008)

1. Unidimensionalitas, yaitu bahwa suatu model dikatakan memiliki sifat

unidimensional apabila modelnya fit dengan data serta indikator-indikatornya hanya mengukur satu variabel laten. Dengan kata lain, secara empiris modelnya merupakan congeneric model, yaitu model yang memiliki validitas konstruk dan konsisten dengan praktik pengukuran yang baik dalam Kusnendi (2008). Dengan demikian sifat unidimensionalitas baru bisa diketahui setelah dilakukan pengujian kesesuaian model.

2. Validitas, yaitu bahwa secara empiris masing-masing indikator tepat

(9)

menggunakan korelasi item-total (item-total correlation) dan atau korelasi item total dikoreksi (corrected item-total correlation) sebagai statistik uji validitas. 3. Reliabilitas, yaitu bahwa secara komposit indikator-indikator yang digunakan

konsisten dalam mengukur variabel yang diukur.

Koefisien alpha Cronbach merupakan statistik uji yang paling umum digunakan para peneliti untuk menguji reliabilitas suatu instrumen penelitian. Dilihat menurut statistik Alpha Cronbach, suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefisien aplha Cronbach lebih benar atau sama dengan 0,70. Dalam konteks ini koefisien alpha Cronbach (Co) didefinisikan sebagai berikut :

k ∑Si2

Cα= (---) (1- ---) k-1 St2

dimana :

k = jumlah item

St2= jumlah varoiansi setiap item dari

St2= variansi skor total

Menurut Kusnendi (2008), metode statistik lain yang dipandang lebih akurat dalam menguji validitas dan reliabilitas adalah analisis faktor konfirmatory (confirmatory factor analysis, CFA). Sayangnya, prosedur komputasi statistik CFA pada umumnya dilakukan secara iteratif yang sulit dilakukan secara manual. Oleh sebab itu, diperlukan program komputer yang dirancang khusus untuk itu, diantaranya adalah LISREL.

(10)

4.5.4 Uji Model Pengukuran

Model pengukuran adalah bagian dari suatu model SEM yang berhubungan dengan variabel-variabel laten dan indikator-indikatornya. Model

pengukuran murni disebut model analisis faktor konfirmatori atau Confirmatory

Factor Analysis (CFA) dimana terdapat kovarian yang tidak terukur antara masing-masing pasangan variable-variabel yang memungkinkan. Terdapat anak panah lurus dari variabel-variabel laten kearah indikator-indikator masing-masing.

Terdapat anak panah - anak panah lurus dari faktor kesalahan dan gangguan (eror

and disturbance turn) kearah variabel-variabel masing-masing. Model pengukuran dievaluasi sebagaimana model SEM lainnya dengan menggunakan pengukuran uji keselarasan. Proses analisis hanya dapat dilanjutkan jika model pengukuran valid Juliansyah (2014)

Gambar 4.1Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen

Gambar 4.2 Model Pengukuran Laten Endogen Kedisiplinan Whistle Blowing System Kedisiplinan Kinerja Pegawai Kepercayaan dalam Perspektif Pegawai DJP Kedisiplinan Korektif Preventif

(11)

Gambar 4.3 Model Pengukuran Laten Endogen Kinerja

Gambar 4.4 Model Pengukuran Laten Endogen Kepercayaan dalam Perspektif Pegawai DJP

4.5.5 Uji Model Struktural

Berdasarkan konseptualisasi model penelitian dalam bab sebelumnya dan penjelasan tersebut diatas mengenai variable dalam SEM, maka model penelitian dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

1. Persamaan Struktural η1=γ1ξ1+γ12ξ2+ς1

η2= γ2ξ2+γ22ξ2+ β1η1+ξ2 Dimana :

η = Eta, lambang mengatakan variabel laten endogen

Tanggung Jawab Inisiatif Efektifitas & Efisiensi Kinerja Fairness Kompetensi Kepercayaan dalam Perspektif Pegawai DJP

(12)

4.5.6 Korelasi Dimensi

Untuk mengetahui hubungan antar dimensi variabel bebas dengan variabel terikat, diperlukan analisis Korelasi dimensi sebagaimana tabel-tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Matrix Korelasi Dimensi Variabel Whistle Blowing System (X1) Dengan Disiplin (Z). VARIABLE Z Z1 Z2 Z3 Z4 X1 X1.1 RX1.1.Z1 RX1.1.Z2 RX1.1.Z3 RX1.1.Z4 X1.2 RX1.2.Z1 RX1.2.Z2 RX1.2.Z3 RX1.2.Z4 X1.3 RX1.3.Z1 RX1.3.Z2 RX1.3.Z3 RX1.3.Z4

Tabel 4.7 Matrix Korelasi Dimensi Variabel Whistle Blowing System (X1) Dengan Kinerja (Y).

VARIABLE

Y

Y1 Y2 Y3

X1

X1.1 RX1.1.Y1 RX1.1.Y2 RX1.1.Y3

X1.2 RX1.2.Y1 RX1.2.Y2 RX1.2.Y3

X1.3 RX1.3.Y1 RX1.3.Y2 RX1.3.Y3

Tabel 4.8 Matrix Korelasi Dimensi Variabel Whistle Blowing System (X1) Dengan Kepercayaan dalam Perspektif Pegawai DJP (W).

VARIABLE W W1 W2 X1 X1.1 RX1.1.W1 RX1.1.W2 X1.2 RX1.2.W1 RX1.2.W2 X1.3 RX1.3.W1 RX1.3.W2

Gambar

Tabel 4.1 Variabel Whistleblowing
Tabel 4.3 Variabel Kinerja
Tabel 4.5 Sampel Penelitian
Gambar 4.1Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen
+3

Referensi

Dokumen terkait

dengan penilaian perilaku kerja dengan bobot 60% dari nilai SKP dan 40% dari nilai Perilaku Kerja. Penilaian SKP memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang

Telah dilakukan penelitian tentang “Hubungan Antara Kandungan Nitrogen Pada Pore Water Terhadap Nitrogen Pada Akar Dan Daun Lamun Enhalus acoroides Di Pulau

Vähittäiskaupan suuryksiköiden lisäksi tarkasteltiin paljon tilaa vaativan erikois- tavaran kaupan sijaintia sekä selvitet- tiin merkittävät, paljon tilaa vaativan

Airgaram sesuai Perda No.16/2006. Dugi Semula berada

ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah Tesis yang berjudul “Evaluasi Penerapan Manajemen Dan Penggunaan Obat Dalam

Hemoglobin yang tidak mengandung oksigen (deoksigenated) mempunyai warna merah yang lebih gelap dibandingkan dengan oksihemoglobin, sehingga warna darah arteri lebih