• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Aspek Kepastian Hukum Dalam Proses Pendaftaran Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Aspek Kepastian Hukum Dalam Proses Pendaftaran Tanah"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau disingkat

menjadi UUPA, disebutkan bahwa “Seluruh bumi, air dan ruang angkasa,

termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah

Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air

dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional”.

Tanah sebagai bagian dari bumi disebutkan dalam pasal 4 ayat (1) UUPA,

yaitu”Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam

pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang

disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang,

baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta

badan-badan hukum”.Tanah merupakan faktor ekonomi penting dan memiliki nilai

strategis dilihat dari segi mana pun baik sosial, politik atau kutural. Tanah

sebagai sumber daya alam bagi kehidupan manusia mempunyai peran penting

dalam memenuhi kebutuhan manusia.

Peranan tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat,

baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha. Sehubungan

dengan itu, akan meningkat pula kebutuhan akan dukungan berupa jaminan

kepastian hukum di bidang pertanahan. Pemberian jaminan kepastian hukum

(2)

hukum yang tertulis, lengkap, dan jelas, yang dilaksanakan secara konsisten

sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuannya. Selain itu dalam

menghadapi kasus-kasus konkret diperlukan juga terselenggarakannya

pendaftaran tanah, yang memungkinkan bagi para pemegang hak atas tanah

untuk dengan mudah membuktikan haknya atas tanah yang dikuasainya, dan

bagi para pihak yang berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditor,

untuk memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai tanah yang menjadi

obyek perbuatan hukum yang akan dilakukan, serta bagi Pemerintah untuk

melaksanakan kebijaksanaan pertanahannya. Sehubungan dengan itu UUPA

memerintahkan diselenggarakannya pendaftaran tanah dalam rangka

menjamin kepastian hukum sebagai yang dimaksud di atas.4

Untuk dapat diberikan jaminan kepastian hukum dan legitimasi dari

Negara, maka setiap penguasaan dan pemanfaatan atas tanah termasuk dalam

penanganan masalah harus didasarkan pada hukum dan diselesaikan secara

hukum (yuridis-teknis) serta dengan tetap berpijak pada landasan konstitusi

sebagaimana diatur dalam konteks sebesar-besar kemakmuran rakyat termasuk

melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia dalam rangka

memberikan jaminan kepastian hukum.5

Pemberian jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah bagi

rakyat seluruhnya merupakan salah satu tujuan pokok UUPA yang sudah tidak

bisa ditawar lagi, sehingga Undang-Undang menginstruksikan kepada

4

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2008, hlm.470.

5

(3)

Pemerintah untuk mengadakan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia yang

bersifat rechtskadaster artinya yang bertujuan menjamin kepastian hukum dan

kepastian haknya.6

Pasal 19 UUPA telah dengan tegas mengamanatkan kepada

Pemerintah agar di seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan pendaftaran tanah,

dengan tujuan untuk mencapai kepastian hukum. Pengertian Pendaftaran

Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara

terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,

pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data

yuridis, dalam bentuk peta dan daftar , mengenai bidang-bidang tanah dan

satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi

bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah

susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.7

a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah.

Untuk membuat suatu peraturan pendaftaran tanah yang uniform yang

berlaku secara nasional maka Pemerintah menindak lanjuti apa yang

dikehendaki oleh Pasal 19 UUPA, yaitu:

(1). Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan

pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut

ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(2). Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi:

6

M.Yamin dan Abd. Rahim Lubis, Loc.cit.

7

(4)

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat.

(3). Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan

negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta

kemungkinan penyelenggaraannya menurut pertimbangan Menteri Agraria.

(4). Dalam Peraturan Pemerintah diatas biaya-biaya yang bersangkutan

dengan pendaftaran termasuk dalam ayat 1 diatas, dengan ketentuan

bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya

tersebut.

Berdasarkan Pasal 19 UUPA inilah kemudian Pemerintah menerbitkan

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang

menjadi dasar untuk mengatur lebih lanjut kegiatan Pendaftaran Tanah. Di

samping itu, dalam Memori Penjelasan UUPA menyatakan bahwa Pasal 19

UUPA ditujukan kepada Pemerintah agar melaksanakan Pendaftaran Tanah di

seluruh wilayah Indonesia yang bertujuan menjamin kepastian hukum yang

bersifat Rechtkadaster.

Dengan demikian jelaslah dengan diundangkannya Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 ini telah terjadi suatu era baru dalam

pelaksanaan pendaftaran tanah dan kepastian hukum mengenai hak-hak atas

tanah di Indonesia. Dalam kalangan para ahli disebutkan pendaftaran tanah itu

bertujuan baik untuk kepastian hak seseorang, pengelakan suatu sengketa

(5)

penetapan suatu perpajakan. Dalam konteks yang lebih luas lagi, pendaftaran

tanah ini selain memberi informasi mengenai suatu bidang tanah baik

penggunaannya, pemanfaatannya maupun informasi mengenai untuk apa

tanah itu sebaiknya dipergunakan, demikian pula informasi mengenai

kemampuan apa yang terkandung di dalamnya dan demikian pula informasi

mengenai bangunannya sendiri, harga bangunan dan tanahnya serta pajak

yang ditetapkan untuk tanah atau bangunannya.8

Dalam kenyataannya pendaftaran tanah yang diselenggarakan

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tersebut selama

lebih dari 30 tahun belum cukup memberikan hasil yang memuaskan. Dari

sekitar 55 juta bidang tanah hak memenuhi syarat untuk didaftar, baru lebih

kurang 16,3 juta bidang yang sudah didaftar. Dalam pada itu melalui

pewarisan, pemisahan dan pemberian-pemberian hak baru, jumlah bidang

tanah yang memenuhi syarat untuk didaftar selama Pembangunan Jangka

Panjang Kedua diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 75juta. Hal-hal

yang merupakan kendala dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, di samping

kekurangan anggaran, alat, dan tenaga, adalah keadaan obyektif

tanah-tanahnya sendiri. Selain jumlahnya besar dan tersebar di wilayah yang luas, Dengan terdaftarnya hak-hak atas tanah atau diberikannya hak-hak atas

tanah kepada semua subyek hak juga diberikan wewenang untuk

memanfaatkan tanah tersebut sesuai dengan peruntukannya. Dengan

demikiam akan tercipta jaminan kepastian hukum bagi subyek hak tersebut

dalam kepemilikan dan penggunaan tanah yang dimaksud.

8

(6)

sebagian besar penguasaannya tidak didukung oleh alat-alat pembuktian yang

mudah diperoleh dan dapat dipercaya kebenarannya. Selain itu ketentuan

hukum untuk dasar pelaksanaannya dirasakan belum cukup memberikan

kemungkinan untuk terlaksananya pendaftaran dalam waktu yang singkat

dengan hasil yang lebih memuaskan. Sehubungan dengan itu maka dalam

rangka meningkatkan dukungan yang lebih baik pada pembangunan nasional

dengan memberikan kepastian hukum di bidang pertanahan, dipandang perlu

untuk mengadakan penyempurnaan pada ketentuan yang mengatur

pendaftaran tanah, yang pada kenyataannya tersebar pada banyak peraturan

perundang-undangan.9

Dengan timbulnya berbagai kendala dalam pendaftaran tanah

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 maka tidak lagi

dianggap memberikan kepastian hukum dan kepastian hak sesuai tuntutan Salah satu persoalan mendasar terjadinya masalah pertanahan dan

munculnya gejala ketidakpastian hukum dalam hal penguasaan dan

pengusahaan atas bidang-bidang tanah oleh warga masyarakat adalah belum

terlaksananya pendaftaran tanah di seluruh Indonesia dengan baik, akurat dan

kontinuitas termasuk dalam pemeliharaan data pendaftarannya. Upaya

penyelesaian masalah pertanahan secara tuntas sudah menjadi prioritas utama

bila kelak Negara ini tidak mau ditimpa permasalahan yang lebih besar. Maka

disamping melaksanakan peraturan perundangan di bidang pertanahan secara

konsekuen, juga yang utama adalah upaya pelaksanaan pendaftaran tanah di

seluruh Indonesia.

9

(7)

masyarakat serta dipandang tidak dapat lagi sepenuhnya mendukung

tercapainya hasil yang lebih nyata pada pembangunan nasional, sehingga perlu

dilakukan penyempurnaan. Untuk itulah, diterbitkanrevisi Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang dituangkan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang merupakan

penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, tetap

dipertahankan tujuan dan sistem yang digunakan selama ini yang pada

hakikatnya sudah ditetapkan dalam UUPA, yaitu pendaftaran tanah

diselenggarakan dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dalam

penguasaan dan penggunaan tanah. Hal yang lebih penting lagi adalah

menyangkut sistem pendaftaran tanah yang dikembangkan terutama

menyangkut sistem publikasinya yang telah menggunakan sistem negatif

tetapi yang mengandung unsur positif, tidak menganut asas negatif semata,

dan bukan pula positif murni, karena dengan pendaftaran tanah hanya akan

menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat, seperti yang telah dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (2)

huruf c, Pasal 23 ayat (2), Pasal 32 ayat (2) dan Pasal 38 ayat (2) UUPA.10

Penyempurnaan yang diadakan meliputi penegasan berbagai hal yang

belum jelas dalam peraturan yang lama, antara pengertian pendaftaran tanah

itu sendiri, azas-azas dan tujuan penyelenggaraanya, yang disamping untuk

member kepastian hukum sebagaimana disebut diatas juga dimaksudkan untuk

10

(8)

menghimpun dan menyajikan informasi yang lengkap mengenai data fisik dan

data yuridis mengenai bidang tanah yang bersangkutan.11

a. adanya rasa amandalam memiliki hak atas tanah (security);

Aspek-aspek pendaftaran tanah yang terdapat dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dengan mempertahankan sebagian

kelembagaan yang dianut oleh Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961

dan berbagai kebijaksanaan baru yang akan dikembangkan, memang

dimaksudkan untuk lebih meningkatkan pemberian jaminan kepastian hukum

dan perlindungan hukum terhadap kepemilikan tanah dan untuk

menumbuh-kembangkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat melalui berbagai

aktifitas di tanah,baik yang belum maupun yang sudah terdaftar.

Dengan terdaftarnya bagian tanah tersebut sebenarnya tidak

semata-mata akan terwujudnya jaminan keamanan akan kepemilikannya dalam

menuju kepastian hukum. Bahkan seseorang pemilik akan mendapatkan

kesempurnaan dari haknya, karena hal-hal sebagai berikut:

b. mengerti dengan baik apa dan bagaimana yang diharapkan dari

pendaftaran tersebut (simplity);

c. adanya jaminan ketelitian dalam sistem yang dilakukan (accuracy);

d. mudah dilaksanakan (expedition);

e. dengan biaya yang bisa dijangkau oleh semua orang yang hendak

mendaftarkan tanah (cheapness), dan daya jangkau ke depan dapat

diwujudkan terutama atas harga tanah itu kelak (suitable).

11

(9)

Adapun menurut Douglas J. Whalen mengatakan bahwa pendaftaran

tanah mempunyai 4 keuntungan, yaitu:12

1. Security and certainty of title, sehingga kebenaran dan kepastian dari hak

tersebut baik dari rangkaian peralihan haknya, dan kedua jaminan bagi

yang memperolehnya untuk adanya suatu klaim dari seseorang yang lain

2. Peniadaan dari keterlambatan dan pembiayaan yang berlebihan. Dengan

adanya pendaftaran tersebut tidak perlu kita selalu harus mengulangi dari

awal setiap adanya peralihan hak, apakah dia berhak atau tidak dan

bagaimana rangkaian dari peralihan hak tersebut

3. Penyederhanaan atas alas hak dan yang berkaitan. Dengan demikian

peralihan hak itu disederhanakan dan segala proses akan dapat

dipermudah

4. Ketelitian. Dengan adanya pendaftaran maka ketelitian sudah tidak

diragukan lagi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas,

maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam

“Tinjauan Yuridis Terhadap Aspek Kepastian Hukum dalam Proses

Pendaftaran Tanah” adalah sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi prinsip-prinsip dasar untuk mewujudkan kepastian

hukum dalam pendaftaran tanah?

12

(10)

2. Apa yang dilakukan dalam kegiatan administrasi pertanahan dalam

pendaftaran tanah?

3. Apa saja kegiatannya dalam pelaksanaan pendaftaran tanah untuk

pertama kali?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan

penulisan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prinsip-prisip dasar untuk mewujudkan kepastian

hukum dalam pendaftaran tanah

2. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan kegiatan administrasi

pertanahan dalam pendaftaran tanah

3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelaksanaan pendaftaran tanah untuk

pendaftaran tanah

D. Manfaat Penulisan

Di samping tujuan penelitian, adapun penelitian yang dilakukan ini

diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Secara Teoritis

Dapat memberikan atau menambah pengetahuan dan wawasan serta

informasi mengenai proses pendaftaran tanah dalam mengaplikasikan

atau mensosialisasikan teori kepustakaan yang telah dipelajari selama

proses perkuliahan.

(11)

Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

pemahaman dalam Proses Pendaftaran Tanah dan dapat dijadikan

sebagai referensi dalam mewujudkan aspek kepastian hukum dalam

proses pendaftaran tanah.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat deskriptif

analisis yang artinya penelitian ini mengarah kepada penelitian yuridis

normatif, yaitu penelitian yang dilakukan mengacu kepada studi

kepustakaan dimana dilakukan analisis terhadap peraturan-peraturan

hukum yang tertulis ataupun bahan-bahan hukum lainnya.

2. Sumber Data

Dalam penulisan skripsi ini, sumber data penelitian yang digunakan

adalah berdasarkan data primer dan data sekunder, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang

bersifatmengikat, yakni:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria

- Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran

(12)

- Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna

Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas tanah

- Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah

- Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997tentang

Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997 Tentang Pendaftaran Tanah

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yakni:

hasil-hasil penelitian terhadap peraturan hukum, hasil karya dari

kalangan hukum, dan sebagainya. Bahan Hukum Sekunder

diartikan sebagai bahan hukum yang bersifat tidak mengikat dan

memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer, dimana

merupakan hasil pemikiran atau pendapat dari para ahli atau pakar

yang mempelajari suatu bidang ilmu tertentu secara khusus yang

memberikan gambaran kepada penulis untuk melakukan penelitian

ini. Dapat dikatakan, yang menjadi bahan hukum sekunder bagi

penulis adalah doktrin-doktrin yang berasal dari buku, jurnal-jurnal

hukum, dan bahan-bahan hukum dari internet.

Adapun kedua bahan hukum primer dan sekunder tersebut

dikumpulkan berdasarkan rumusan permasalahan yang telah

dirumuskan melalui studi kepustakaan, baik itu studi literatur

(13)

primer dan sekunder yang dikumpulkan juga berdasarkan

penelusuran pustaka dan peraturan perundang-undangan yang

berasal dari media internet, kemudian digabungkan dan

dibandingkan secara hierarki peraturan perundang-undangan serta

disimpulkan sehingga penulis dapat menyajikan bentuk penulisan

yang lebih sistematis agar dapat mengkaji permasalahan yang telah

dirumuskan sesuai dengan tujuan dari penulisan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini berdasarkan teknik

pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan langsung dengan proses

pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran

Tanah, baik literatur yang diperoleh dari pemikiran para ahli, referensi

buku, makalah, jurnal hukum, hasil seminar, media cetak, media

elektronik seperti internet serta bantuan dari berbagai pihak yang

didasarkan atas asas keilmuan yang jujur, rasional, dan terbuka. Apabila

dikemudian hari terdapat judul penulisan skripsi yang sama dengan

orang lain sebelum skripsi ini dibuat, maka atas hal itu dapat diminta

pertanggungjawabannya.

F. Keaslian Penulisan

Dalam hal untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh

penulis selama perkuliahan, maka penulis menuangkannya dalam sebuah

penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis terhadap Aspek Kepastian

(14)

pertimbangan sendiri melihat bahwa pentingnya untuk mengetahui proses

pendaftaran tanah demi mewujudkan aspek kepastian hukum terhadap

pemegang hak atas tanah, sehingga melalui penulisan skripsi ini penulis

berharap dapat menambah wawasan serta pengetahuan dalam hal proses

pendaftaran tanah. Untuk memastikan keaslian penulisan, penulis telah

melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi uyang tercatat pada

katalog skripsi Departemen Hukum Agraria Fakultas Hukum USU dan tidak

menemukan judul skripsi yang sama. Dengan berdasarkan surat tertanggal 23

Mei 2016 yang dikeluarkan oleh Perpustakan Universitas Cabang Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara / Pusat Dokumentasi dan Informasi

Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa tidak

ada judul yang sama pada Arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.Apabila dikemudian hari terdapat

kesamaaan dengan penulisan skripsi sebelum skripsi ini dibuat, hal itu pastilah

dilakukan dengan tidak sengaja. Penulisan skripsi ini juga dilengkapi dengan

kutipan-kutipan dari berbagai para ahli dengan tidak bermaksud untuk

mengurangi manfaat, tujuan dan keaslian dari penulisan ini.

G. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian-pengertian tentang Pendaftaran Tanah

Salah satu tujuan pokok diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(UUPA) adalah untuk mewujudkan kepastian hukum mengenai hak-hak

atas tanah bagi seluruh rakyat Indonesia. Adapun upaya yang dilakukan

(15)

a. Tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap, dan jelas yang

dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan

ketentuan-ketentuannya

b. Penyelenggaraan pendaftaran tanah yang memungkinkan bagi

pemegang hak atas tanahuntuk dengan mudah membuktikan hak atas

tanah yang dikuasainya, dan bagi pihak yang berkepentingan, seperti

calon pembeli dan calon kreditur, untuk memperoleh keterangan yang

diperlukan mengenai tanah yang menjadi objek perbuatan hukum yang

akan dilakukan, serta bagi pemerintah untuk melaksanakan

kebijaksanaan pertanahan13

Menurut A.P Parlindungan, pendaftaran tanah berasal dari kata

Cadastre (Bahasa Belanda Kadaster) suatu istilah teknis untuk suatu

rekaman, menunjukkan kepada luas, nilai, dan kepemilikan terhadap

suatu bidang tanah. Kata ini berasal dari bahasa Latin “Capistratum”

yang berarti suatu capita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah

Romawi (Capotatio Terrens). Dalam arti yang tegas, Cadastreadalah

record (rekaman) pada lahan-lahan, nilai daripada tanah dan pemegang

haknya dan untuk kepentingan perpajakan, dengan demikian Cadastre

merupakan alat yang tepat yang memberikan uraian dan identifikasi,

dan juga sebagai Continuous recording (rekaman yang

berkesinambungan) dari hak atas tanah. .

13

Wibowo Tunardy, “Pendaftaran Tanah”, Jurnal Hukum, diakses dari

(16)

Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

menyebutkan pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan

dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan

penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk

peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan

rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi

bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan

rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Pendaftaran tanah tersebut merupakan suatu upaya yang tangguh

dalam administrasi kenegaraan, sehingga dapat juga dikatakan sebagai

sebagian dari mekanisme pemerintahan. Bedakan antara pendaftaran

suatu alas (title) dan perekaman (recording) dari suatu bukti. Pada

pendaftaran suatu alas hak, dimana seseorang akan berpegang padanya.

Di lain pihak perekaman dari suatu akta, menyediakan suatu perekaman

perbuatan hkum (deed of conveyance) dan lain-lain upaya tanpa suatu

jaminan akan alas hak tersebut, menyerahkan kepada pembeli dan orang

lain yang berkepentingan untuk menilai upaya dari perekaman tersebut

dan menyimpulkan sendiri konklusinya, atas akibatnya pada alas hak

tersebut.14

2. Asas-Asas dan Tujuan Pendaftaran Tanah

14

(17)

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997, Pendaftaran Tanah dilaksanakan berdasarkan asas-asas sebagai

berikut:

1) Asas Sederhana

Azas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar

ketentuan-ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat

dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para pemegang

hak atas tanah.

2) Asas Aman

Azas aman dimaksudkan untuk menunjukkan, bahwa pendaftaran

tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya

dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuannya pendaftaran

tanah itu sendiri.

3) Asas Terjangkau

Azas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak

yang memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan

kemam-puan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam

rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh

para pihak yang memerlukan.

(18)

Azas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam

pelaksa-naannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data

yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu

diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang

terjadi di kemudian hari.

Azas mutakhir menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah

secara terus menerus dan berkesinambungan, sehingga data yang

tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di

lapangan, dan masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data

yang benar setiap saat. Untuk itulah diberlakukan pula azas terbuka.

5) Asas Terbuka

Asas Terbuka dimaksudkan masyarakat dapat memperoleh

keterangan mengenai data pendaftaran tanah yang benar setiap saat.

Pendaftaran tanah bertujuan:15

a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak

lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai

pemegang hak yang bersangkutan;

b. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang

15

(19)

tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar, untuk

terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana tercantum pada huruf a

merupakan tujuan utama pendaftaran tanah yang diperintahkan oleh

Pasal 19 UUPA. Disamping itu dengan terselenggaranya pendaftaran

tanah juga dimaksudkan terciptanya suatu pusat informasi mewarnai

bidang-bidang tanah sehingga pihak yang berkepentingan termasuk

Pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan

dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan

satuan-satuan rumah susun yang sudah didaftar. Terselenggaranya

pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib

administrasi di bidang pertanahan.16

3. Gambaran Umum Proses Pendaftaran Tanah

Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran

tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah.

Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah

yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang

Pendaftaran Tanah atau Peraturan Pemerintah ini. Pemeliharaan data

pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk

menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar

16

(20)

tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertipikat dengan

perubahan-perubahan yang terjadi kemudian.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi:

a. pengumpulan dan pengolahan data fisik;

b. pembuktian hak dan pembukuannya;

c. penerbitan sertipikat;

d. penyajian data fisik dan data yuridis;

e. penyimpanan daftar umum dan dokumen.

Kegiatan pemelihaan data pendaftaran tanah meliputi:

a. pendaftaran peralihan dan pembebanan hak;

b. pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lain-nya.

Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui

pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara

sporadik.Pendaftaran tanah secara sistematis adalah kegiatan pendaftaran

tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi

semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau

bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah secara sporadik

adalah kegiatan pen-daftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu

atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian

wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.

Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu

rencana kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh

(21)

wilayah pendaftaran tanah secara sistematik, pendaftarannya

dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sporadik. Sedangkan

pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak

yang berkepentingan.

H. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab,

dimana dalam bab itu masing-masing terdiri dari beberapa sub-bsgian.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab ini memuat Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan,

Keaslian Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II PRINSIP – PRINSIP DASAR UNTUK MEWUJUDKAN

KEPASTIAN HUKUM DALAM PENDAFTARAN

TANAH

Dalam Bab ini akan membahas tentang gambaran umum

pendaftaran tanah, kegiatan pendaftaran tanah, sistem

pendaftaran tanah, pemberian status hukum dari tanah dan

atas hak-hak atas tanah, dan kepastian hukum dalam

(22)

BAB III KEGIATAN ADMINISTRASI PERTANAHAN DALAM

PENDAFTARAN TANAH

Dalam Bab ini akan membahas tentang penetapan hak atas

tanah, pendaftaran perubahan data yuridis, dan pendaftaran

perubahan data fisik.

BAB IV BENTUK PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH

UNTUK PERTAMA KALI

Dalam Bab ini akan membahas mengenai pendaftaran tanah

secara sistematik, pendaftaran tanah secara sporadik, dan

hambatan dalam proses pendaftaran tanah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam Bab ini akan memuat kesimpulan dan saran dari

hal-hal yang dibahas dan diuraikan dalam bab-bab sebelumnya

sebagaihasil analisis penulisan dan permasalahan dalam

Referensi

Dokumen terkait

“Upaya Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Dengan Memanfaatkan E-Commerce”, Jurnal Sistem Informasi, Volume 2 Nomor 1.. Juju, Dominikus, 2010.Cara Mudah Buka Toko Online

Dapat disimpulkan bahwa komponen modal intelektual yang terdiri dari Human Capital , Structured Capital dan Capital Employed (HCE, SCE, dan CEE) berdampak positif

penyajian kuliah menggUnakan kombinasi metode ceramah, tanya jawab' diskusi' penugasan kasus dari-aplikasi teori dalam bentuk model-model crop modeiling' Mata kuliah

Pelecehan seksual merupakan perilaku atau tindakan yang menganggu melecehkan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang terhadap pihak lain yang

Berdasarkan analisa yang dilakukan, distribusi spasial kawasan terhadap rekonstruksi Kerajaan Mataram Islam di Pleret dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan sistem

mengenai pariwisata berbasis masyarakat menurut Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa Nicole Hausler ini sejalan dengan pandangan dari wisata Sambi

Marilah kemari kepada kalimat yang sama di antara kami dan kalian, yaitu janganlah kita menyembah melainkan kepada Allah, dan janganlah kita menyekutukan sesuatu

Langkah pembelajaran PAI dengan strategi PBL dapat dilaksanakan beberapa langkah berikut: (1) dosen memberikan materi perkuliahan mengenai aqidah, syari’at,