BAB II
KONSEP, KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Fonologi dan Fonetik
Fonologi adalah ilmu mengkaji sistem bunyi bahasa dan merupakan
cabang dari ilmu linguistik berfungsi untuk membahas cara-cara bunyi suatu
bahasa digunakan sehingga dapat menghasilkan kata dan ujaran melalui alat ujar
atau speech organs manusia. Fonetik adalah ilmu yang mengkaji bunyi bahasa sebagai tindak tutur, atau studi bunyi bahasa yang berkenaan dengan peristiwa
bahasa tanpa mempertimbangkan fungsinya. (Trubetzkoy 1962) Secara disiplin
ilmu Fonetik ini dapat ditelaah dari tiga sudut pandang yang dapat mengkaji
hal-hal yang berkaitan dengan: (1) Fonetik Akustik yaitu; cabang ilmu fonetik yang
menyelidiki ciri-ciri fisik dan bunyi bahasa. (2) Fonetik Artikulatoris yaitu;
cabang ilmu fonetik yang menyelidiki bunyi berdasarkan alat-alat ucap dalam
artikulasi.( 3) Fonetik Auditoris yaitu; cabang ilmu fonetik yang menyelidiki
bunyi berdasarkan pendengaran sebagai persepsi bahasa.
2.2 Kerangka Teori
Kajian ini memfokuskan pada bunyi bahasa Arab yang diujarkan oleh
pembelajar bahasa Arab di Universitas Al Washlliyah Medan. Bunyi yang
diujarkan memperlihatkan adanya frekuensi, intensitas dan durasi. Frekuensi
memperlihatkan kontur tuturan dalam modus kalimat deklaratif, interogatif dan
final dan julat nada. Intensitas memperlihatkan keras dan nyaringnya suara bunyi
yang berpangkal pada luasnya atau lebarnya gelombang.
2.2.1 Ilmu Fonetik
Ilmu Fonetik ini dapat ditelaah dari tiga sudut pandang yang dapat
mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan: (1) Fonetik Akustik (2) Fonetik
Artikulatoris ( 3) Fonetik Auditoris. Fonetik Akustik yaitu; cabang ilmu fonetik
yang menyelidiki ciri-ciri fisik dan bunyi bahasa. Kata akustik bermakna cabang
dari fisika yang mencakupi unsur-unsur bunyi, yang dalam konteks bahasa bunyi
yang ditransmisikan dalam ujaran. Fonetik akustik juga disebut fonetik fisikal,
fonetik matematik, atau fonetik instrumental, karena berhubungan dengan
gelombang bunyi yang merambat di udara. Adapun yang merupakan objek dari
fonetik akustik adalah gelombang suara (sound waves) yang diucapkan dan didengar sewaktu berlangsungnya transmisi. Gerakan bunyi dari mana pun
sumber atau asalnya mancakup udara secara fisikal melibatkan penaikan dan
penurunan tekanan udara (air pressure) yang selanjutnya dalam getaran menuju titik luluh (vinishing point).
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisis bunyi-bunyi
ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan
bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia (Keraf 1987 : 30). Dengan kata
lain bahwa fonetik adalah mengkaji bunyi pada tataran permukaan yaitu tataran
yang merefleksikan peristiwa artikulasi, akustis dan perseptual untuk peristiwa itu.
Untuk dapat menempatkan fonetik dalam konteks studi kebahasaan, perlu
menyadari pentingnya peroses bunyi dalam ujaran, karena fonetik sebagai ilmu
pembentukan bunyi-bunyi oleh si penutur sampai kepada si pendengar yang
memperoleh informasi berharga. Itulah pentingnya kajian fonologi dan fonetik
yang secara teoritis dan konseptual memberikan metodologi dan pendekatan
untuk menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang ada di dunia. Menurut Samsuri
(1978:93) fonetik akustik adalah cara arus bunyi yang keluar dari rongga mulut
dan atau rongga hidung si pembicara yang merupakan gelombang-gelombang
bunyi udara yang didasarkan kepada penghasilan ilmu fisika dan matematika.
Fonetik akustik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa sebagai
peristiwa atau fenomena alam. (Chaer 1994:103). Sebagai cabang dari fonetik,
fonetik akustik merupakan bagian dari kajian linguistik yang mengacu pada
kajian unsur-unsur fisikal dari bunyi-bunyi ujaran, seperti tinggi nada, frekuensi,
amplitudo dan lainnya (Ridwan 2006:292).
Perangkat gelombang suara (sound waves) yang merupakan unsur utama dalam kajian akustik mempunyai sifat-sifat gelombang bunyi sebagai berikut; (1)
Amplitudo, atau jarak suara dari tekanan tertinggi dan terendah ke titik rata-rata.
Semakin besar amplitudo maka semakin nyaring bunyi suara yang terdengar. (2)
Frekuensi, atau jumlah getaran antara titik-titik tinggi dan rendah dalam tekanan
udara per satuan waktu tertentu. (3) Kesederhanaan, atau kompleksitas yang
merupakan gelombang bunyi suara yang menghasilkan getaran (Ridwan, 2006:
278).
2.2.2 Struktur Akustik
Lapoliwa (1998) mengatakan bahwa struktur akustik memiliki perbedaan
dan keras yang sama betul karena bunyi-bunyi itu memilki kualitas
sendiri-sendiri. Sebaliknya vokal yang sama, misalnya [a], apabila diucapkan dengan
tinggi nada atau keras yang berbeda, kita akan dapat mendengar bahwa [a] yang
pertama lain daripada [a] yang kedua dalam hal tinggi (nada) atau keras
lembutnya.
Bright (1992) menambahkan bahwa fonetik akustik menyelidiki
gelombang suara sebagai peristiwa fisika atau fenomena alam yang membentuk
hubungan antara pembicara dengan pendengar. Gelombang-gelombang udara
yang bergerak keluar akan mengeluarkan gelombang suara. Artinya akibat
pergeseran molekul-molekul udara yang mengakibatkan getaran. Bergeraknya
molekul-molekul yang lain dan molekul yang lain mendorong molekul udara yang
lain lagi, dan begitu seterusnya sampai membentuk gelombang suara itu, maka
ada beberapa yang harus diperhatikan, yaitu frekuensinya, intensitasnya dan
durasinya.
2.2.2.1 Frekuensi
Menurut Lehiste (1970) frekuensi adalah jumlah getaran yang didasarkan
pada beberapa banyak gelombang tersebut dalam masa satu atau detik. Frekuensi
juga menentukan titik nada atau nada. Titik nada disebut juga intonasi yang
memiliki sistem tingkatan naik dan turun bunyi serta keragaman pada rangkaian
nada ujaran di dalam bahasa. (Siregar 2000). Namun hal tersebut sangat sulit
untuk mendeskripsikan frekuensi bunyi bahasa secara konkrit, sebab bunyi bahasa
2.2.2.2 Intensitas
Intensitas adalah keras atau nyaringnya suara bunyi secara akustik yang
terpangkal pada luasnya atau lebarnya gelombang udara (Hayward 2000:32).
Semakin besar tenaga yang dikeluarkan, semakin kuat tekanan udara, dan oleh
karena itu semakin nyaring yang terdengar (Sugiyono 2003:83).
2.2.2.3 Durasi
Menurut Sugiyono (2003) Durasi adalah waktu yang diperlukan untuk
realisasi sebuah segmen yang diukur dalam satuan milidetik atau hentian sesaat
yang lazim disebut jeda. Jika segmen itu kalimat, perbedaan waktu itu biasa
disebut dengan tempo. Struktur temporal yang dikenal juga sebagai durasi, adalah
seperangkat aturan yang menentukan pola durasi dalam tuturan. Dalam kajian ini
ciri akustik tuturan bahasa Arab akan dikaitkan dengan aspek bunyi vokal,
konsonan dan lainya yang termasuk dalam kategori bunyi suprasegmental.
2.2.2.4 Nada Dasar
Nada Dasar (ND) dapat digunakan untuk menyebut frekuensi dasar nada
awal yang sesuai dengan sebuah alir nada atau sebuah kontur (Halim dalam
Sugiyono 2003). Kajian ini menetapkan nada awal itu sebagai dasar acuan
pendeskripsian, yakni pola perubahan nada di dalam alir nada dan kontur intonasi
akan dideskripsikan dengan cara memperhatikan ukuran perbedaan nada.
2.2.2.5 Nada Final
Nada Final (NF) adalah nada yang terdapat pada akhir kontur intonasi
secara keseluruhan. Nada ini dapat memisahkan antara satu kontur dengan kontur
melodik tuturan dari modus deklaratif, interogatif dan imperatif didasarkan pada
tinggi nada final.
2.2.2.6 Puncak Nada
Puncak nada digunakan untuk menyebut prominensi tertinggi dalam
sebuah alir nada. Dalam kaitannya dengan Fo puncak nada adalah Fo tertinggi
dalam sebuah alir nada, sedangkan lawan dari nada puncak adalah lembah.
2.2.2.7 Julat Nada
Julat Nada adalah rentang Fo dalam sebuah ujaran. Nada dasar ditentukan
dengan menghitung selisih Fo tertinggi dan Fo terendah.
2.2.2.8 Alir Nada
Alir nada adalah komposisi nada-nada dalam domain konstituen
pembentuk suara. Sebuah alir nada dapat digambarkan atas dasar perbandingan
atau perubahan tinggi Fo. Sugiyono (2003), konsep alir nada ini kurang lebih
tidak ada perbedaan dengan konsep pola nada kombinasi nada dalam domain
kelompok jeda atau tona.
2.2.2.9 Kontur Intonasi
Kontur Intonasi adalah perpaduan nada yang dapat memberi ciri melodik
tuturan pada konteks modus, dan juga dapat membentuk struktur melodik sebuah
tuturan. Sesungguhnya intonasi dianalisis sebagai kontur ada didalamnya variasi
2.2.2.10 Jeda
Jeda adalah hentian sesaat antara segmen dengan segmen berikutnya
dalam sebuah tuturan. Jeda digunakan sebagai pembatas konstituen pokok ujaran
seperti antara klausa yang satu dengan klausa yang lainnya.
2.2.3 Fonetik Bahasa Arab ا صأاملع (ʕilmu al aṣwāt
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki bunyi-bunyi dalam bahasa tanpa
memperhatikan fungsinya dalam membedakan makna. (Basyar :2000)
mengatakan bahwa Ilmu Al Aṣw t adalah studi tentang bunyi pada saat diucapkan
dan membawa pengaruh kepada pendengaran tanpa memperhatikan makna suara
tersebut dalam bahasa tertentu.
Menurut Al Tawwab ( 1997 ) Ilmu Al Aṣw t adalah; ا ا ا
غ ا ا اا
" " “ (al ʕilmu allaðī yudarrisu al ṣauta al insaniya min
wijhati al naẓari al luɣawiyah). Artinya; ” suatu ilmu yang mempelajari bunyi
suara manusia dari aspek kebahasaan”. Menurut Al Khauli (1982) Ilmu Al
Aṣw t adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan, perpindahan dan
penerimaan bunyi bahasa.
2.2.3.1 Bunyi Vokal Bahasa Arab
Sistem bunyi bahasa Arab di dalam penelitian ini dikaji dari sudut
pendekatan fonetik eksperimental yaitu menyelidiki bunyi – bunyi bahasa
berdasarkan intensitas, durasi, tekanan dan tinggi rendahnya. Bunyi vokal (ṣā-it) yaitu;
"
ا ء أ ا إ أ ا ا ا ا ا صأا
ء أ أ غ ءا
( al aṣwāt allati taχruju min al jihāzi al ṣauti wa allati taftaqidu wujuda ayyi
ʕitirāᵭin min qibali aʕᵭāi al nuṭqi sawāun bi al ɣalqi auw bi altaᵭyīqi aθnāi
nuṭqiha) artinya; bunyi-bunyi yang keluar dari alat ucap yang tidak mendapat hambatan sedikitpun baik secara tertutup maupun adanya penyempitan di saat
penuturannya.
Dalam bahasa Arab ada tiga macam bunyi vokal yaitu; bunyi [ a / u / i ].
Berdasarkan panjang pendeknya bunyi vokal dapat dibagi kepada dua macam
yaitu;
(1) vokal pendek (ṣaut qaṣīrah)
bunyi vokal [ a ] dilambangkan dengan [ ـــــ ] disebut fatħah posisinya terletak di
atas bunyi konsonan.
Contoh: [ ـ ـف / fa-ta-ħa] artinya; membuka,
- bunyi vokal [ u ] dilambangkan dengan [ــــــ ] disebut ᵭummah posisinya terletak di atas bunyi konsonan.
Contoh: [ / ku-tu-bun ] artinya; banyak buku.
- bunyi vokal [ i ] dilambangkan dengan [ ــــــ] disebut kasrah posisinya terletak di bawah bunyi konsonan.
Contoh: [ ـ / min] artinya; dari. (2) vokal panjang ( ṣaut ṭawīlah )
- bunyi vokal [ ] disebut alif dilambangkan dengan [ ا ] posisinya terhubung dengan bunyi konsonan.
Contoh: [ / bā-bun ] artinya; pintu.
- bunyi vokal [ ] dilambangkan dengan [ ] disebut wāu posisinya
Contoh: [ / nū-run ] artinya; cahaya.
- bunyi vokal [ ] dilambangkan dengan [ ] disebut yāɁ posisinya
terhubung dengan bunyi konsonan.
Contoh : [ ص / ṣa-dī-qun ] artinya; teman.
Vokal Pendek
lambang bunyi nama bunyi
A [ ــــــــ ] fathah / ف
U [ ــــــــ ] dhummah /
I [ ـــــــ ] kasrah /
Vokal Panjang
[ ا ] alif / ف ا
[ ] wāw / ا
[ ] yā / ء
Bagan 1 Bunyi Vokal Bahasa Arab
2.2.3.1.1Bunyi Vokal Berdasarkan Posisi Lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat
diklasifikasikan menurut:
1. Vokal tinggi atas,
- bunyi [ i ] dilambangkan dengan [ــــــ] disebut kasrah Contoh: [ ـ / min] artinya; dari,
- bunyi [ u ] dilambangkan dengan [ـــــــ ] disebut ᵭummah Contoh: [ ٌ / ku-tu-bun ] artinya; banyak buku.
2. Vokal rendah,
Contoh: [ ـ ـف / fa-ta-ħa ] artinya; membuka.
Adapun bunyi vokal berdasarkan maju mundurnya lidah maka dapat
dibedakan atas: 1. Vokal depan,
- bunyi [ I ] dilambangkan dengan [ــــــ] disebut kasrah Contoh: [ / ki tā bun] artinya; buku,
- bunyi [ a ] dilambangkan dengan [ ـــــ ] disebut fatħah
Contoh: [ أ / akala] artinya; memakan . 2. Vokal belakang,
- bunyi [ u ] dilambangkan dengan [ـــــــ] disebut ᵭummah Contoh: [ أ / yaɁku lu] artinya; dia memakan.
Bagan 2 : Vokal BA Berdasarkan Posisi Lidah
2.2.3.1.2 Bunyi Vokal Berdasarkan Striktur
Bunyi vokal berdasarkan bentuk mulut dapat dibedakan menjadi;
1. Vokal tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi setinggi
mungkin. bunyi pendek [ u ]ᵭummahqaṣīrah, Contoh: [ / qum ] artinya; berdirilah kamu.
- bunyi panjang [ ] ðummah ṭawīlah, Contoh: [ ـ / ya-q - mu] artinya; akan berdiri.
u
ـــ ــــ
- bunyi pendek [ i ] kasrahqaṣīrah,
Contoh: [ ـ / ʕa-li-ma] artinya; mengetahui,
- bunyi panjang [ ] kasrah ṭawīlah,
Contoh: [ / ʕ-l -mun ] artinya; maha mengetahu.
2. Vokal terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah
mungkin.
- bunyi [ a ] fatħah qaṣīrah
Contoh: [ / qa-la-mun] artinya; pena.
2.2.3.1.3 Bunyi Vokal Berdasarkan Bentuk Mulut
Berdasarkan bentuk mulut bunyi vokal dapat dibedakan sebagai berikut;
1. Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapakan dengan bentuk mulut membundar.
- bunyi [ u ]
Contoh: [ ــ / qul] artinya; katakanlah.
2. Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapakan dengan bentuk mulut tidak
membundar.
- bunyi [ i ]
Contoh: [ / min] artinya; dari.
3. Vokal netral, yaitu vokal yang diucapakan dengan bentuk mulut tidak
membundar dan tidak melebar.
- bunyi [ a ]
Contoh: [ ــ / hal] artinya; adakah .
Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut dapat dibuat bagan atau peta
Depan Tengah Belakang Striktur
Tak Bundar Tak Bundar Bundar Netral
i, , a a, , u, , Tertutup
a, a Terbuka
Bagan 3. Vokal BA Berdasarkan Bentuk Mulut
2.2.3.2 Bunyi Konsonan Bahasa Arab
Bunyi konsonan disebut ( ا ا ) al-ṣawāmit yaitu; bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi.
Bunyi ini tidak tampak ada urgensinya untuk membuat semacam standar seperti
halnya pada vokal, karena satu konsonan jarang mempunyai variasi seperti yang
dipakai pada vokal. Dengan kata lain perbedaan bunyi antara konsonan tidak
begitu halus dan detail seperti pada vokal. Contoh, bunyi /s/, bunyi ini tidak ada
perbedaan yang mencolok antara bunyi bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris,
bahasa Arab dan bahasa lainnya.
2.2.3.2.1 Bunyi Konsonan Menurut Cara Artikulasi
Bunyi konsonan menurut cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau
perlakuan terhadap arus udara yang baru keluar dari glotis dalam menghasilkan
bunyi konsosnan itu (Chaer : 2009). Maka menurut cara artikulasi bunyi dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Bunyi Letupan إا ا صأا (al infijāriyyah ) yaitu; bunyi yang dihasilkan
dengan cara arus udara ditutup rapat sehingga udara terhenti seketika, lalu
dilepaskan kembali secara tiba-tiba.
posisi awal : / bā bun artinya; pintu
posisi tengah : ا /ibnun artinya ; anak laki-laki
posis akhir : /kitā bun artinya; buku
- bunyi [ d/ ]
posisi awal : / dinar artinya; uang dinar
posisi tengah : / badan artinya ; tubuh
posis akhir : أ / asad artinya; singa
- bunyi [ t / ]
posisi awal : / tamr artinya; buah kurma
posisi tengah : /witr artinya ; ganjil
posis akhir : / mayyit artinya; mayat
- bunyi [ ḍ / ]
posisi awal : / ḍarūrah artinya; darurat
posisi tengah : فأ / afḍal artinya ; lebih utama
posis akhir : ف / farḍ artinya; harus - bunyi [ ṭ / ]
- bunyi [ k / ]
posisi awal : / kursiy artinya; kursi posisi tengah : ف / fikr artinya ; pikir posis akhir : / ʃirk artinya; sekutu
- bunyi [ q / ]
posisi awal : / qabr artinya; kuburan posisi tengah : / ʕaql artinya ; akal posis akhir : / ħaq artinya; kebenaran
- bunyi [ ɂ / ء ]
posisi awal : أ / ɂamr artinya; perintah posisi tengah : ئ ف / fāidah artinya ; kegunaan posis akhir : ءا /liwāɂ artinya; bendera
2. Bunyi Paduan ا ا صأا (al aṣw t al murakkabah) yaitu, bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat tetapi kemudian dilepas secara
berangsur-angsur.
Contoh:
- bunyi [ ǰ / ]
posisi awal : / ǰadwal artinya; roster
posisi tengah : / maǰmuʕ artinya ; kumpulan
3. Bunyi Nasal / أا ا صأا (al aṣw t al anfiyyah) yaitu, bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat rongga mulut ditutup rapat tetapi arus udara
dialirkan lewat rongga hidung.
Contoh:
- bunyi [ m / ]
posisi awal : /maktabah artinya; perpustakaan
posisi tengah : / samak artinya ; ikan
posis akhir : / rasm artinya; lukisan
- bunyi [ n / ]
posisi awal : / nūr artinya; cahaya
posisi tengah : / munīr artinya ; penerang
posis akhir : أ / asnān artinya; gigi
4. Bunyi Getaran ا ا ا صأا (al aṣw t al tikr riyyah) yaitu, bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup dan dibuka berulang-ulang secara cepat.
Contoh:
- bunyi [ r / ]
posisi awal : / ramā artinya; melempar
posisi tengah : / maraᵭ artinya; penyakit
5. Bunyi Samping ا ا صأا (al aṣw t alj nibiyyah) yaitu, bunyi yang
dihasilkan dengan cara arus udara ditutup sedemikian rupa sehingga udara masih
bisa keluar melalui salah satu atau kedua sisi-sisinya.
Contoh:
- bunyi [ l / ]
posisi awal : / lail artinya; malam hari
posisi tengah : / qalbun artinya; hati
posis akhir : /ʕamal artinya; pekerjaan
6. Bunyi Geseran إا ا صأا (al aṣw t al iħtik kiyyah) yaitu; bunyi yang
dihasilkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap
dapat keluar.
Contoh:
- bunyi [ f / ف ]
posisi awal : ف / fahm artinya; mengerti
posisi tengah : ف / ħāfiẓ artinya; penghapal
posis akhir : فص / ṣāff artinya; barisan
- bunyi [ θ / ]
posisi awal : / θalj artinya; es
posisi tengah : ا / iθnān artinya; dua
- bunyi [ ẓ / ]
posisi awal : /ẓahr artinya; punggung
posisi tengah : / ʕaẓm artinya; tulang
posis akhir : / lafẓun artinya; lafal
- bunyi [ s / ]
posisi awal : / sālim artinya; sehat
posisi tengah : / yusr artinya; kemudahan
posis akhir : أ/asās artinya; dasar
- bunyi [ z / ]
posisi awal : / zahrah artinya; bunga
posisi tengah : ءا / jazāɂ artinya; balasan
posis akhir : / ramz artinya; lambang
- bunyi [ ʃ / ]
posisi awal : / ʃak artinya; ragu
posisi tengah : /dahʃah artinya; kagum
posis akhir : ف / furʃ artinya; tikar
- bunyi [ χ / ]
posisi tengah : /baχīl artinya; kikir
posis akhir : /wasaχ artinya; kotor
- bunyi [ ɣ / ]
posisi awal : غ/ɣarīb artinya; aneh
posisi tengah : غ / maɣrib artinya; tempat terbenam
posis akhir : ف / fāriɣ artinya; kosong
- bunyi [ ħ / ]
posisi awal : / ħāḍir artinya; ada
posisi tengah : / maħāmi artinya; pengacara
posis akhir : / nikāħ artinya; kawin
- bunyi [ h / ـ ]
posisi awal : ا / hidāyah artinya; petunjuk
posisi tengah : / jāhiz artinya; tersedia
posis akhir : / tāha artinya; mencari
- bunyi [ ʕ / ]
posisi awal : ا / ʕadālah artinya; keadilan
posisi tengah : / daʕwah artinya; mengajak
2.2.3.2.2 Bunyi Konsonan Dari Segi Tempat Artikulasi
Bunyi konsonan dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat artikulasi yaitu
tempat terjadinya bunyi konsonan, atau tempat bertemunya artikulator aktif dan
artikulator pasif. Menurut ( Al Taww b : 1997) bunyi konsonan dari segi tempat
artikulasi dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Bunyi Bilabial ـــ (ʃafawiyyah) yaitu; bunyi yang dihasilkan dari bibir
atas dan bibir bawah.
Contoh:
- bunyi [ b / ]
posisi awal : / bābun artinya; pintu
posisi tengah : ا / ibnu artinya; anak laki-laki
posis akhir : / kitāb artinya; buku
- bunyi [ m / ]
posisi awal : / mauz artinya; pisang
posisi tengah : / ʕmrun artinya; usia
posis akhir : / ʕammun artinya; paman
- bunyi [ w / ]
posisi awal : / waraqatun artinya; kertas
posisi tengah : ا / mirwāħah artinya; kipas angin
2. Bunyi labiodental أا ا (al ʃafawiyyah al asn niyyah) yaitu; bunyi
yang dihasilkan dari bibir dan bersentuhan dengan gigi.
Contoh;
- bunyi [ f / ف ]
posisi awal : ف /fikr artinya; pikir
posisi tengah : / lafz artinya; lafal
posis akhir : ف / malaf artinya; map
3. Bunyi Interdental أا (al asn niyyah) yaitu; bunyi yang dihasilakan dari
gigi atas dan pinggir lidah.
Contoh:
- bunyi [ ẓ / ]
posisi awal : /ẓāhir artinya; nyata
posisi tengah : / niẓām artinya; aturan
posis akhir : / lafẓ artinya; lafal
- bunyi [ ð / ]
posisi awal : /ðālika artinya; itu
posisi tengah : / laððah artinya; lezat
posis akhir : / laðīð artinya; enak
posisi awal : / θamar artinya; berbuah
posisi tengah : / kaθīr artinya; banyak
posis akhir : / ħadaθ artinya; terjadi
4. Bunyi Alveodental ا (asn niyyah laθawiyyah) yaitu, bunyi yang
dihasilkan dari gusi dan bagian depan lidah.
Contoh:
- bunyi [ d / ]
posisi awal : / dalwun artinya; timba berbuah
posisi tengah : / madħ artinya; pujian banyak
posis akhir : / walad artinya; anak laki-laki
- bunyi [ ᵭ / ]
posisi awal : ا / ᵭalālah artinya; sesat berbuah
posisi tengah : ء / qaᵭāɂ artinya; melaksanakan
posis akhir : أ/ abyaᵭ artinya; putih terjadi
- bunyi [ t / ]
posisi awal : / tamr artinya; kurma
posisi tengah : / kitāb artinya; buku
- bunyi [ ṭ / ]
posisi awal : / ṭāʕah artinya; patuh
posisi tengah : / qaṭʕ artinya; putus
posis akhir : / qiṭṭun artinya; kucing
- bunyi [ z / ]
posisi awal : /zait artinya; minyak
posisi tengah : / manzil artinya; rumah
posis akhir : / mauz artinya; pisang
- bunyi [ s / ]
posisi awal : ا / salām artinya; sejahtera
posisi tengah : / muslim artinya; orang islam
posis akhir : أ/ asās artinya; dasar
- bunyi [ ṣ / ]
posisi awal : ص /ṣabāh artinya; pagi
posisi tengah : / naṣr artinya; pertolongan
posis akhir : ا إ / iχlāṣ artinya; tulus
5. Bunyi Alveolar (laθawiyyah) yaitu; bunyi yang dihasilkan dari gusi dan
Contoh:
- bunyi [ r / ]
posisi awal : ف / raff artinya; rak
posisi tengah : ا / turāb artinya; debu
posis akhir : / sarīr artinya; ranjang
- bunyi [ l / ]
posisi awal : / lail artinya; malam
posisi tengah : /risālah artinya; surat
posis akhir : / sahl artinya; mudah
- bunyi [ n / ]
posisi awal : / naum artinya; tidur
posisi tengah : /jundiyun artinya; tentara
posis akhir : ا / ibnu artinya; anak laki-laki
6. Bunyi Apiko-prepalatal غ ا( al gh riyah ) yaitu; bunyi ini terjadi bila
artikulator aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi bagian
belakang atau langit-langit keras depan.
Contoh:
posisi awal : / ʃams artinya; matahari
posisi tengah : / ʕaʃarah artinya; sepuluh
posis akhir : / rīʃ artinya; bulu ayam
- bunyi [ j / ]
posisi awal : ا / jīrān artinya; tetangga
posisi tengah : / ħujrah artinya; kamar
posis akhir : / durj artinya; laci
- bunyi [ y / ]
posisi awal : / yaum artinya; hari
posisi tengah : / niyām artinya; tidur
posis akhir : أ / raɂyun artinya; pandangan
7. Bunyi Platal (ṭabaqiyyah) yaitu; bunyi yang dihasilkan dari langit-langit
mulut dan bagian tengah lidah.
Contoh:
- bunyi [ k / ]
posisi awal : / kalbun artinya; anjing
posisi tengah : / bikr artinya; anak gadis
Contoh:
- bunyi [ ɣ / ]
posisi awal : اغ / ɣulām artinya; anak kecil
posisi tengah : غص / ṣaɣīr artinya; kecil
posis akhir : ف / fāriɣ artinya; kosong
Contoh:
- bunyi [ χ / ]
posisi awal : / χurūj artinya; keluar
posisi tengah : آ / āχir artinya; akhir
posis akhir : ا ف / firāχ artinya; ayam 8. Bunyi Uvular ( lahawiyyah) yaitu; bagian langit-langit mulut yang
menonjol ke bawah sedang bagian belakang lidah tidak sampai pada batas
bersentuhan dengan bagian langit-langit mulut.
Contoh:
- bunyi [ q / ]
posisi awal : / qalam artinya; pena
posisi tengah : / maqʕad artinya; bangku
posis akhir : ص / ṣadīq artinya; teman
Contoh:
- bunyi [ ħ / ]
posisi awal : / ħāris artinya; penjaga
posisi tengah : ص /ṣaħīfah artinya; koran
posis akhir : ص / ṣabāħ artinya; pagi
- bunyi [ ʕ / ]
posisi awal : / ʕumar artinya; umar
posisi tengah : / baʕīr artinya; unta
posis akhir : / baiyʕ artinya; jual 10. Bunyi Glotal ( ħanjariyyah) yaitu; bunyi yang dihasilkan dari bagian
tenggorokan menjadi satu-satunya artikulator untuk menghasilkan suara.
Contoh:
- bunyi [ Ɂ / ء ]
posisi awal : أ/ Ɂamr artinya; perintah
posisi tengah : أ /raɁyu artinya; pendapat
posis akhir : أ / qaraɁ artinya; baca
- bunyi [ h / ـ ]
posisi awal : ف / hātif artinya; telepon
posis akhir : / tāh artinya; hilang
2.2.3.3 Bunyi Suprasegmental Bahasa Arab 2.2.3.3.1 Tekanan ربنلا ( al nabru)
Tekanan atau Strees merupakan derajat kenyaringan bunyi bahasa.
Menurut (Al Tawwab:1997 ) bahwa kenyaringan bunyi dalam ujaran yang
memiliki silaba sifatnya relatif. Maksudnya adalah bahwa bunyi itu bisa menjadi
keras dan lemah (Basyar :2000). Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh keterlibatan
energi otot ketika bunyi itu diucapkan. Suatu bunyi bisa menjadi keras dan
mendapatkan tekanan apabila energi otot yang dikeluarkan lebih besar ketika
bunyi itu diucapkan. Sebaliknya suatu bunyi bisa menjadi lemah dan tidak
mendapatkan tekanan apabila energi otot yang dikeluarkan lebih kecil ketika
bunyi itu diucapkan.
Silaba atau ا (al maqtaʕ) dalam ujaran bahasa Arab bisa menjadi keras
dan lembut, dan silaba merupakan satuan ujaran yang sering mendapat prominasi
dari bunyi yang lain. Secara fonologis silaba difenisikan cara vokal dan konsonan
menyatu sehingga membentuk beragam untaian bunyi. Terdapat bunyi keras dan
lembutnya silaba dalam bahasa Arab seperti pada kata [ᵭa / ra / ba ]. Ujaran pada silaba [ᵭa] lebih mendapatkan tekanan tinggi dan keras bila dibandingkan dengan silaba yang lain. Artinya ujaran pada silaba [ ra / ba ] tidak mendapatkan tekanan tinggi dan keras.
Menurut (An s :1999) Bahasa Arab hanya mengenal empat macam
tekanan pada silaba yaitu;
1. Tekanan bunyi pada akhir dua silaba.
ــ ـ [nas / ta / ʕī / nu ] artinya; kami minta pertolongan. Kata ini
terdiri atas empat silaba dan silaba yang memiliki tekanan bunyi lebih
tinggi adalah [ ʕī / nu].
2. Tekanan bunyi pada sebelum akhir silaba.
Contoh;
[ ta / ʕal / la / ma] artinya; dia sudah belajar. Kata ini terdiri atas empat silaba dan silaba yang memiliki tekanan bunyi lebih tinggi adalah [la]. 3. Tekanan bunyi pada akhir tiga silaba.
Contoh;
ـ ا [ ij / ta / ma / ʕa] artinya; dia sudah berkumpul. Kata ini terdiri atas
empat silaba dan silaba yang memiliki tekanan bunyi lebih tinggi adalah [ ta / ma / ʕa ] .
4. Tekanan bunyi pada empat silaba.
Contoh;
ٌ ـ ـ [ sa / ma / ka / tun] artinya; seekor ikan. Kata ini terdiri atas empat
silaba dan silaba yang memiliki tekanan bunyi lebih tinggi adalah [sa /ma / ka / tun].
2.2.3.3.2 Nada ميغنتلا al tanġīm
Terjadi bunyi-bunyi suprasegmental dalam ucapan disebabkan oleh adanya
faktor ketegangan pita suara arus udara dan posisi pita suara ketika bunyi itu
diucapkan. Makin tegang pita suara yang disebabkan oleh kenaikan arus udara
dari paru-paru makin tinggi pula nada bunyi tersebut. Secara linguitis nada ini
dapat mempengaruhi dalam satuan sistem linguistik tertentu. Menurut (Al
pada saat berbicara dan bisa mengalami perubahan makna dalam satu kalimat.
Misalnya nada turun biasanya menandakan kelengkapan tutur, dan nada naik
menandakan ketidaklengkapan tuturan. Dalam konteks perbedaan makna pada
tataran kalimat variasi-variasi nada bisa dipakai untuk menyatakan perbedaan
tersebut yang dinamakan dengan intonasi.
Tanda [ // ] yaitu untuk intonasi datar naik dan biasanya dipakai untuk bertanya.
Contoh;
ا [lā, yā ʃeyχ ], kalimat ini mengandung makna; “apa benar
seperti itu”?.
Tanda [ II] yaitu untuk intonasi datar turun dan biasa dipakai untuk menyangkal.
Contoh; ....
[ yā...ʃeyχ], kalimat ini mengandung makna; “ itu tak benar” .
Tanda [=] yaitu untuk intonasi datar dan biasanya dipakai untuk ejekan.
Contoh;
ا
[ lā, yā ʃeyχ], kalimat ini mengandung makna; “ bukan begitu”.
2.2.3.3.3 Jeda فق لا ( al waqfu)
Menurut (Al Tawwab : 1997 ) al waqfu adalah : ( ا صأا
ف ا ءا اا ا ) artinya; ( sejumlah bunyi yang
mengandung satu suara, boleh dibaca dari permulaan bunyi dan boleh berhenti pada akhir bunyi). Dimaksud dengan jeda adalah penghentian atau pemutusan suatu arus bunyi-bunyi suprasegmental ketika diujarkan oleh penutur. Sebagai
akibatnya, akan terjadi penghentian atau kesenyapan di antara bunyi-bunyi yang
Pertama; bunyi pendek yaitu bunyi yang dimulai dengan konsonan kemudian
terjadi sesudahnya bunyi pendek. Contoh; + + ـ :
Kedua; bunyi panjang yaitu bunyi yang dimulai dengan konsonan terjadi
sesudahnya bunyi panjang. Contoh; ف .
Kesenyapan juga bisa disebut sendi (juncture) karena kesenyapan itu sekaligus merupakan tanda batas antara bentuk-bentuk linguistik baik dalam
tataran kalimat, klausa, frase, kata, morfem dan silaba. Sendi dalam menunjukkan
batas jadi antara silaba dengan silaba yang lain. Batas silaba biasanya ditandai
dengan tanda (+).
Contoh;
[ ki + tab],
[ ka + ta + ba],
ا [ ij + ta + ma + ʕa].
Sendi luar menunjukkan batas yang lebih besar, biasanya dibedakan
dengan adanya tanda:
( / ) menunjukkan penghentian antarkata dalam frase.
( // ) menunjukkan penghentian antarkata dalam klausa.
( # ) menunjukkan antarkalimat wacana / paragraf. Tekanan dan jeda dalam
bahasa Arab dapat mengubah makna kalimat.
Contoh;
# / // # “
kitābun ħadiθun jadidun” artinya; buku yang modren baru
# // ا / # “
2.2.3.3.4 Durasi ل طلا ( al ṭūl
Bunyi suprasegmental juga dapat dibedakan dari durasi atau panjang
pendeknya ketika bunyi itu diucapkan. Panjang-pendek bunyi di dalam fonetik
Arab maksudnya adalah bunyi yang diucapkan itu mangandung masa ( mora). Pada dasarnya durasi ujaran pada bunyi vokal lebih lama bila dibandingkan
dengan bunyi konsosnan. Bunyi konsonan bahasa Arab itupun terdapat perbedaan
durasi dalam ujaran. Hal ini disebabkan masing-masing konsonan memiliki sifat
bunyi yang berbeda dengan konsonan lain.
Panjang-pendek bunyi di dalam bahasa Arab dihasilkan dari bunyi vokal.
Menurut durasi bunyi vokal bahasa Arab ada dua;
1. Bunyi pendek;
- [ a ] dilambangkan dengan tanda ( ـــــ) disebut fathah ( ف) Contoh; [ka-ta-ba ] artinya; menulis.
- [ u ] dilambangkan dengan tanda ( ـــــ) disebut dhummah ( ) Contoh; ٌ [ ku-tu-bun ] artinya; banyak buku.
- [ i ] dilambangkan dengan tanda ( ـــــ)disebut kasrah ( ) Contoh; إ [ i-bil] artinya; seekor unta.
2. Bunyi panjang;
- [ ] dilambangkan dengan tanda ( ا )disebut alif ( ف أ ) Contoh; [ ki-t -bun ] artinya; sebuah buku.
- [ ] dilambangkan dengan tanda ( )disebut wāw ( ا ) Contoh; [n - run
] artinya; cahaya.
- [ ] dilambangkan dengan tanda ( ) disebut ya‟ ( ء ) Contoh; ص [ ṣa- d
Akibat perbedaan durasi yang timbul dari kedua macam bunyi vokal
panjang dan pendek dalam tataran kata itu, maka kata tersebut mengalami
perubahan makna.
Contoh ; vokal [ / a] [ma / ṭ r] artinya ; bandara, diucapkan [ma / tar]
artinya; hujan.
Contoh; vokal [ / i] [ b / rid] artinya adalah; dingin, diucapkan [ ba /
r d] artinya; kantor pos.
Contoh; vokal [ / u ] ٌ [ ħ / run ] artinya; bidadari surga, diucapkan
[ ħur /run ] artinya ; bebas.
Perubahan makna disebabkan bunyi panjang diucapkan menjadi bunyi
pendek bukan hanya terjadi pada ujaran kosakata bahkan terjadi juga pada ujaran
kalimat verbal.
Contoh; vokal [ / a] ـ [ ya / nā / mu] artinya; dia sedang tidur, diucapkan
ـ [ lam / ya /nam] artinya; dia tidak tidur.
Contoh; vokal [ / u ] ـ [ ya / qū / mu ]artinya; dia sedang berdiri, diucapkan
ـ [ lam / ya /qum] artinya; dia tidak berdiri.
Contoh; vokal [ / i ] ـ [ya / bī / ʕu] artinya; dia sedang berjualan, diucapkan ـ [ lam / ya / biʕ) artinya; dia tidak berjualan.
Proses perubahan yang terjadi pada bunyi vokal panjang menjadi bunyi
pendek adalah karena terjadinya penghapusan lambang bunyi vokal panjang
2.2.3.4 Bunyi Vokal Bahasa Indonesia 2.2.3.4.1 Bunyi Vokal Berdasarkan Posisi Lidah
Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan cara setelah arus udara
ke luar dari glotis, lalu arus ujar hanya diubah oleh posisi lidah dan bentuk mulut
(Chaer: 2009). Di dalalm bahasa Indonesia bunyi vokal ada enam buah yaitu;
[ a , i , e , ə , u , o ]
Berdasarkan posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat dibedakan atas:
1. Vokal tinggi atas,
- bunyi [ i ] [ ini / isi / sisi ] - bunyi [ u ] [susu/ lucu / aku]. 2. Vokal tinggi bawah,
- bunyi [ І ] [ batik / murid / tabib] - bunyi [ U] [ kapur / duduk /sumur]. 3. Vokal sedang atas,
- bunyi [ e ] [sate /tape /gule] - bunyi [ ə ] [kera / beli / maret] - bunyi [ o ] [toko / kilo /oto]. 4. Vokal sedang bawah,
- bunyi [ ɛ ] [monyet / ember / karet] - bunyi [ﬤ ] [tokoh / botak /bohong]. 5. Vokal rendah,
2.2.3.4.2 Bunyi Vokal Berdasarkan Striktur
Menurut (Chaer: 2009) striktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah
dengan langit-langit keras. Berdasarkan strikturnya bunyi vokal dapat dibedakan
menjadi:
1. Vokal tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi
mungkin mendekati langit-langit.
Contoh;
- bunyi [ i ] [ lidi / dini / sisi ] - bunyi [ u ] [ kuku / susu / lucu].
2. Vokal semi tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam
ketinggian sepertiga di bawah.
Contoh;
- bunyi [ e ] [ sate / gule /tape ] - bunyi [ ə ] [ kera / beli / maret ] - bunyi [ o ] [ toko / oto / kilo ]
3. Vokal semi terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam
ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah.
Contoh;
- bunyi [ Ɛ ] [ ember / karet / monyet ] - bunyi [ﬤ] [ tokoh / botak / bohong ]
4. Vokal terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah
mungkin.
Contoh;
2.2.3.4.3 Bunyi Vokal Berdasarkan Bentuk Mulut
Menurut ( Jones, 1958:16) dalam buku “Fonetik Bahasa Indonesia”, bahwa bunyi vokal berdasarkan bentuk mulut sewaktu diucapkan dapat
dibedakan atas:
1. Vokal bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut bulat.
Contoh terbuka;
- bunyi [ﬤ] [ tokoh / botak / bohong ] - bunyi [ o] [ toko / otak /kilo ] Contoh tertutup;
- bunyi [ u ] [ kuku / susu / lucu ]
2. Vokal tak bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak bulat.
Contoh;
- bunyi [ i ] [ lidi / dini / sisi ] - bunyi [ e ] [sate / gule /tape] - bunyi [ u ] [kuku / susu / lucu]
3. Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut dalam posisi
netral, yakni tidak bulat dan tidak melebar.
Contoh;
Bagan 4. Vokal Bahasa Indonesia
2.2.3.5.1 Bunyi Konsonan dari Segi Tempat Artikulasi
Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan atau tempat
bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif. (Chaer : 2009). Dengan melihat
tempat artikulasi, maka bunyi konsonan itu dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bunyi Bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan dari bibir atas dan bibir bawah.
posisi tengah : laba
posis akhir : lembab
2. Bunyi Apikoalveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan dari tempat bertemunya
ujung lidah dan gigi atas.
Contoh:
- bunyi [ t ]
posisi awal : tanah
posisi tengah : batu
posis akhir : ketat
- bunyi [ d ]
posisi awal : dalam
posisi tengah : tadi
posis akhir : lahad
3. Bunyi Laminoalveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan dari tempat bertemunya
daun lidah dan gigi atas.
Contoh:
- bunyi [ z ]
posisi awal : zina
posisi tengah : lezat
posis akhir : aziz
4. Bunyi Lamino Palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan dari tempat bertemunya
Contoh:
- bunyi [ ñ/ny ]
posisi awal : nyaring
posisi tengah : konyol
posis akhir : nyanyi
- bunyi [ j ]
posisi awal : jalan
posisi tengah : laju
posis akhir : kaji
- bunyi [ c ]
posisi awal : cela
posisi tengah : kacau
posis akhir : caci
- bunyi [ ʃ/sy ]
posisi awal : syarat
posisi tengah : dahsyat
posis akhir : syahbandar
- bunyi [ s ]
posisi awal : sama
posisi tengah : dasi
5. Bunyi Dorsovelar, yaitu bunyi yang dihasilkan dari tempat bertemunya pangkal
lidah dan langit-langit lunak.
Contoh:
- bunyi [ g ]
posisi awal : gula
posisi tengah : laga
posis akhir : lagi
- bunyi [ k ]
posisi awal : kuda
posisi tengah : laku
posis akhir : ketuk
- bunyi [ ŋ/ng ]
posisi awal : nganga
posisi tengah : hangat
posis akhir : bingung
- bunyi [ χ/kh ]
posisi awal : khawatir
posisi tengah : akhir
posis akhir : tarikh
6) Bunyi Laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan dari tempat bertemunya akar lidah
dan dinding kerongkongan.
Contoh:
posisi awal : hina
posisi tengah : lihat
posis akhir : benah
7) Bunyi Glotal, yaitu bunyi yang dihasilkan dari bagian tenggorokan.
Contoh:
- bunyi [ Ɂ/‟ ]
posisi awal : rakyat
posisi tengah : nikmat
posis akhir : bapak
2.2.3.5.2 Bunyi Konsonan Dari Segi Cara Artikulasi
Cara artikulasi, yaitu bagaimana tindakan terhadap arus udara yang baru
keluar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsosnan, (Chaer : 2009). Dengan
melihat cara artikulasi, maka bunyi konsonan itu dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bunyi Letupan, yaitu arus ujar dihambat pada tempat tertentu, dan diletupkan
dengan tiba-tiba.
Contoh:
- bunyi [ b ]
posisi awal : baju
posisi tengah : laba
posis akhir : lembab
- bunyi [ d ]
posisi awal : duri
posis akhir : lahad
- bunyi [ p]
posisi awal : paku
posisi tengah : lupa
posis akhir : tetap
- bunyi [ t ]
posisi awal : tali
posisi tengah : ratu
posis akhir : ketat
2. Bunyi Nasal, yaitu arus ujar dihambat pada tempat tertentu, dan dikeluarkan
melalui rongga hidung.
Contoh:
- bunyi [ m]
posisi awal : malu
posisi tengah : lima
posis akhir : demam
- bunyi [ n ]
posisi awal : nalar
posisi tengah : ranah
posis akhir : bulan
- bunyi [ ñ / ny ]
posisi tengah : kenyang
posis akhir : nyanyi
- bunyi [ ŋ / ng ]
posisi awal : nganga
posisi tengah : hangat
posis akhir : tenang
3. Bunyi Paduan, yaitu arus ujar dihambat pada tempat tertentu, kemudian
diletupkan sambil digeser.
Contoh:
- bunyi [ j ]
posisi awal : jalan
posisi tengah : laju
posis akhir : janji
- bunyi [ c ]
posisi awal : curah
posisi tengah : panci
posis akhir : cacing
4. Bunyi Geseran, yaitu arus ujar dihambat pada tempat tertentu, kemudian
digeserkan.
Contoh:
- bunyi [ v ]
posisi awal : vokal
posis akhir : ---
- bunyi [ z ]
posisi awal : zat
posisi tengah : lezat
posis akhir : azizi
- bunyi [ ʃ / sy ]
posisi awal : syarat
posisi tengah : masyarakat
posis akhir : dahsyat
- bunyi [ χ / kh ]
posisi awal : khalid
posisi tengah : akhir
posis akhir : tarikh
- bunyi [ h ]
posisi awal : halus
posisi tengah : bahu
posis akhir : lebah
- bunyi [ f ]
posisi awal : faktor
posisi tengah : efek
posis akhir : maaf
posisi awal : salah
posisi tengah : lesung
posis akhir : pedas
5. Bunyi Sampingan, yaitu arus ujar dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan
lidah.
Contoh:
- bunyi [ l ]
posisi awal : lalu
posisi tengah : malu
posis akhir : tebal
6. Bunyi Getar, yaitu arus ujar dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah
kemudian digetarkan.
Contoh:
- bunyi [ r ]
posisi awal : rakyat
posisi tengah : baru
posis akhir : libur
7. Bunyi semi vokal, arus ujar itu pada awal prosesnya diganggu oleh posisi lidah
tetapi kemudian diganggu pada tempat artikulasi tertentu.
Contoh:
- bunyi [ w ]
posisi awal : waktu
posis akhir : kalau
- bunyi [ y ]
posisi awal : yatim
posisi tengah : bayar
posis akhir : mulai
2.2.3.3.5 Bunyi Konsonan Dari Segi Berbunyi Tidaknya Suara
Bunyi bersuara itu terjadi karena bergetar tidaknya pita suara melalui
glotis. Jika glotis terbuka sedikit dan pita suara turut bergetar disaat proses
pembunyian maka disebut bunyi bersuara. Jika glotis itu terbuka agak lebar dan pita suara tidak bergetar disaat proses pembunyian maka disebut bunyi tak bersuara. Bunyi konsonan berbunyi tidaknya suara dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Bunyi konsonan tidak bersuara.
Contoh:
- bunyi [ t ]
posisi awal : taman
posisi tengah : mata
posis akhir : lebat
- bunyi [ p ]
posisi awal : paku
posisi tengah : lipan
posis akhir : uap
posisi awal : kami
posisi tengah : liku
posis akhir : tolak
- bunyi [ c ]
posisi awal : cari
posisi tengah : lancar
posis akhir : caci
- bunyi [ s ]
posisi awal : sapi
posisi tengah : bisu
posis akhir : lemas
- bunyi [ f ]
posisi awal : faktor
posisi tengah : sifat
posis akhir : maaf
1. Bunyi konsonan bersuara.
Contoh:
- bunyi [ b ]
posisi awal : baru
posisi tengah : uban
posis akhir : lembab
posisi awal : daun
posisi tengah : lidah
posis akhir : daud
- bunyi [ g ]
posisi awal : gali
posisi tengah : tiga
posis akhir : gagak
- bunyi [ j ]
posisi awal : janda
posisi tengah : hijau
posis akhir : bajaj
- bunyi [ v ]
posisi awal : variasi
posisi tengah : konvoi
posis akhir : ----
- bunyi [ z ]
posisi awal : zamrud
posisi tengah : lezat
posis akhir : aziz
- bunyi [ ʃ / sy ]
posisi awal : syarat
posis akhir : arasy
- bunyi [ χ / kh ]
posisi awal : khalid
posisi tengah : akhir
posis akhir : tarikh
- bunyi [ h ]
posisi awal : hebat
posisi tengah : lihai
قطنلا ءاضعأ
pertama; rongga mulut, kedua; tenggorokan
dan ketiga; rongga badan. Alat ucap yang ada
di rongga mulut dinamakan artikulator (
). Sedangkan rongga hidung bukan termasuk
artikulator akan tetapi dia berfungsi untuk
mengalirkan udara sehingga terjadi bunyi
sengau disebut ( غ). Di antara dua rongga
yaitu rongga mulut dan rongga hidung
terdapat langit-langit lunak yang berfungsi
membuka dan menutup aliran udara yang
melalui rongga hidung. Paru-paru yang ada
dalam rongga badan berfungsi untuk
memompa udara dalam proses produksi
bunyi. Artikulator dapat dikelompokkan
menjadi 2, yaitu artikulator aktif dan
artikulator pasif. Artikulator aktif adalah alat
ucap yang aktif bergerak membentuk
hambatan aliran udara, yaitu terdiri dari bibir
bawah dan lidah. Adapun artikulator pasif
adalah alat ucap yang diam dan berfungsi
sebagai daerah artikulasi, yaitu lokasi tempat
artikulator aktif menghambat aliran udara.
2.3 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini tiga karya ilmiah terdahulu berkaitan dengan
tuturan bahasa Arab secara fonetik eksperimental. Sedangkan empat peneliti
lainnya adalah kajian eksperimental dalam bahasa Melayu Deli, bahasa Prancis,
bahasa Aceh dan bahasa Jepang.
Penelitian yang paling mutakhir tentang fonetik Suprasegmental bahasa
Arab dilakukan antara lain oleh Bahjat (2010) pada disertasinya berjudul “ ئا ا
ا غ ا ف ف ا ا ا ف أ“ ( aθaru al ṣawāiti fī dilālati al binniy al
ṣarfiyati fī al luɣati al „arabiyati ). Penelitian tentang pengaruh bunyi bahasa Arab
terhadap pembentukan struktur kata dikaji secara Morfologis dan Sintaksis yang
fokusnya pada kajian pelafalan bunyi pada tengah kata (afiks) dan akhir kata
(sufiks) terhadap perubahan struktur kata. Hasil penelitian menunjukkan
penekankan pada fungsi bunyi vokal bukan pada karakternya, dan disimpulkan
bahwa pada ilmu fonetik bahasa Arab perlu ada perumusan baru dalam
penggunaan istilah dalam ilmu fonetik bahasa Arab antara lain yaitu; al aṣwāt al laiyyin, al aṣwāt al mutaħarrikah, al aṣwāt al ṭalīqah. Peneliti mengkritisi para linguis Arab terdahulu yang membatasi kajian artikulasi pada bunyi konsonan
saja tetapi mengabaikan kajian tentang perubahan bunyi vokal. Secara teoritis
temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti
khususnya dalam mengkaji bunyi-bunyi bahasa Arab secara fonetis.
Zalaqi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “ Bunyi Konsonan
Bahasa Arab Fusha” (studi laboratorium) meneliti bunyi konsonan dan juga
bunyi vokal. Temuan penelitian menunjukkan kontribusi secara intensitas bahasa
Arab pada level bunyi yang dibahas lebih luas pada level struktur fonem
(Morfologi), level struktur kata (Sintaksis) dan level makna kata. Secara intensitas
konsonan yang dapat menjadi sebuah tolok ukur yang berkaitan erat dengan
pengaruh fisikologi dan fisika. Bagi penutur pembelajar bahasa Arab dan penutur
asli, hasil temuan ini dapat mempermudah dalam memahami percakapan pada
unsur kacakapan menyimak di laboratorium bahasa.
Hasanain (2010) dalam penelitiannya telah membicarakan tentang bunyi
suprasegmental yang mengandung banyak istilah fonetik dalam bahasa Arab
sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa. Penelitian yang
sudah dilakukan menghasilkan sebuah buku berjudul : “ Al Madχalu fī „Ilmi Al
Aṣwāt ( kritikan dan penawaran ). Dalam penelitiannya peneliti memberikan
kritikan terhadap instrumen sebagai alat pengukur yang menghasilkan bunyi, dan
instrumen itu adalah Sone- Decible. Peneliti menganggap bahwa alat pengukur bunyi tersebut belum tepat untuk digunakan dalam menghasilkan bunyi, karena
hasil yang dicapai tidak maksimal untuk merangkum bunyi-bunyi yang
diperlukan. Penelitian ini memberi kontribusi kepada peneliti karena di dalam
sarannya menyatakan kelemahan metode alat pengukur bunyi Sone- Decible, akan tetapi alat yang digunakan adalah alat pengukur Watt karena menurut peneliti alat pengukur bunyi ini lebih akurat hasilnya bila dibandingkan dengan Sone- Decible. Dari saran ini penulis memilih alat pengukur yang canggih yaitu metode Praat .
Penelitian fonetik eksperimental yang sangat relevan di Indonesia
dilakukan oleh Syarfina (2008) membicarakan tentang ciri akustik yang
menunjukkan perbedaan tingkat sosial pada masyarakat Melayu Deli. Hasil
kajiannya membuahkan bahwa tuturan kelompok sosial bahasa Melayu Deli
dalam memberi perintah, bertanya dan memberi tahu. Temuan ilmiah dalam
penelitian ini yaitu bagaimana nada suara golongan kelompok sosial bawah
bertutur dengan kelompok sosial atas, dan juga sebaliknya bagaimana nada tempo
dan intensitas golongan kelompok sosial atas dengan kelompok sosial menengah.
Kontribusi dari penelitian ini merupakan sumbangan teoritis dan metodologi
sehingga peneliti telah menemukan hasil yang dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan atau referensi dalam penelitian berikutnya. Disamping itu, penelitian ini
menggunakan metode Praat dalam menganalisis dan mengolah data penelitian
sehingga memperoleh hasil yang signifikan.
Hesti (2011) melakukan penelitian tentang kendala prosodi pembelajar
bahasa Prancis yaitu bertujuan untuk menemukan pola prosodi dan kendalanya
pada modus deklaratif, interogatif dan imperatif. Hasil kajiannya menemukan
perbedaan prosodi antara pembelajar laki-laki dan perempuan menurut asal daerah
mereka, dan perbedaan antara pembelajar bahasa Prancis dengan penutur asli
Prancis. Kemampuan mahasiswa mempersepsikan tuturan bahasa Prancis
menunjukkan bahwa pembelajar bahasa Prancis adalah baik dalam kopetensi
menyimak. Namun dalam memproduksi tuturan masih belum menunjukkan
kemampuan dalam kompetensi berbicara. Secara teorirtis dan metodologi hasil
penelitian Hesti dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian ini
berikutnya khususnya dalam menggunakan metode Praat dalam menganalisis dan
mengolah data penelitian.
Ganie (2013) menganalisis intonasi kesatuan tindak tutur bahasa Aceh,
dialek Aceh Timur. Penelitian yang dilakukan menggunakan dua kalimat sasaran
informan remaja dan dewasa. Tuturan kalimat direktif yang diteliti adalah
meliputi unsur nada dasar, nada final, nada tinggi, nada rendah dan durasi
temporal. Temuan yang dihasilkan dari kalimat direktif perintah kapurono seudati ke jih adalah bahwa sesungguhnya tuturan bagi informan remaja lebih tinggi daripada yang dituturkan informan dewasa. Adapun tuturan kalimat direktif
perintah tagun keumamah ke lon siat yang dituturkan informan dewasa lebih tinggi daripada yang dituturkan informan remaja. Dari segi durasi kalimat
kapurono seudati ke jih penutur remaja lebih panjang daripada penutur dewasa, dan kalimat tagun keumamah ke lon siat penutur dewasa lebih panjang daripada yang dituturkan informan remaja. Sedangkan intonasi kalimat tersebut memiliki
kontur deklinasi yang diawali dengan nada dasar Fo lebih tinggi dibandingkan
dengan nada akhir. Penelitian dilakukan uji persepsi terhadap kontur primer,
mengindikasikan bahwa kontur deklinasi memiliki tingkat kesantunan yang relatif
baik. Perseptual intonasi kesantunan terhadap dua tuturan kalimat direktif dengan
kontur deklinasi yang memiliki parameter nada yang berbeda antara penutur
remaja yang bernada tinggi dengan penutur dewasa yang bernada rendah, ini
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.
Persepsi intonasi kesatuan, ditemukan bahwa setelah dilakukan perubahan
intonasi dengan menaikkan beberapa st, maka jawaban responden umumnya
menyatakan bahwa intonasi tersebut tidak santun. Tetapi disaat intonasinya
diturunkan dari intonasi normal, diperoleh jawaban responden yang menyatakan
intonasi tersebut mendekati santun. Hasil dan temuan dari penelitian Ganie
secara teorirtis memberi kontribusi bagi penelitian ini sebagai bahan rujukan
dalam menganalisis dan mengolah data penelitian sehingga memperoleh hasil
yang signifikan.
Malayu (2014) melakukan analisis akustik pengawasuaraan bunyi vokal
bahasa Jepang dalam mengukur durasi, intensitas dan frekuensi pada vokal [ i ]
dan [Ɯ]. Konsep bahasa jepang vokal [ i ] dan [Ɯ] saat berada di antara
konsonan tertentu durasinya rendah. Hasil temuan dari segi ciri akustik melalui
pengukuran durasi vokal [ i ] dan [ Ɯ ] tersebut adalah bahwa pembelajar bahasa
Jepang di kota Medan belum maksimal pengawasuaraan terjadi, dan durasi vokal
itu cenderung tinggi dan lama. Adapun untuk intensitas dasar dan intensitas
minimal yang dituturkan oleh pembelajar bahasa Jepang belum maksimal
mendekati penutur asli. Secara umum ukuran intensitas penutur model desibelnya
stabil tidak turun naik. Selanjutnya untuk frekuensi vokal [ i ] dan [ Ɯ ] di silaba
awal, tengah dan akhir belum maksimal terjadi pengawasuaraan pada pembelajar
bahasa Jepang. Analisis akustik yang dilakukan dalam penelitian ditemukan
bahwa pola pengajaran yang tepat berdasarkan intonasi dan nada pengucapan
yang dapat menjadikan pola aksen bahasa Jepang menjadi tepat. Temuan
penelitian Malayu memberi kontribusi teori eksperimental dan secara metodologi
dalam kajian fonetik digunakan untuk metode Praat menganalisis dan mengolah
data penelitian.