• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modus Tuturan Bahasa Arab Oleh Pembelajar Bahasa Arab di Medan ( Kajian Fonetik Eksperimental )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modus Tuturan Bahasa Arab Oleh Pembelajar Bahasa Arab di Medan ( Kajian Fonetik Eksperimental )"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP, KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Fonologi dan Fonetik

Fonologi adalah ilmu mengkaji sistem bunyi bahasa dan merupakan

cabang dari ilmu linguistik berfungsi untuk membahas cara-cara bunyi suatu

bahasa digunakan sehingga dapat menghasilkan kata dan ujaran melalui alat ujar

atau speech organs manusia. Fonetik adalah ilmu yang mengkaji bunyi bahasa sebagai tindak tutur, atau studi bunyi bahasa yang berkenaan dengan peristiwa

bahasa tanpa mempertimbangkan fungsinya. (Trubetzkoy 1962) Secara disiplin

ilmu Fonetik ini dapat ditelaah dari tiga sudut pandang yang dapat mengkaji

hal-hal yang berkaitan dengan: (1) Fonetik Akustik yaitu; cabang ilmu fonetik yang

menyelidiki ciri-ciri fisik dan bunyi bahasa. (2) Fonetik Artikulatoris yaitu;

cabang ilmu fonetik yang menyelidiki bunyi berdasarkan alat-alat ucap dalam

artikulasi.( 3) Fonetik Auditoris yaitu; cabang ilmu fonetik yang menyelidiki

bunyi berdasarkan pendengaran sebagai persepsi bahasa.

2.2 Kerangka Teori

Kajian ini memfokuskan pada bunyi bahasa Arab yang diujarkan oleh

pembelajar bahasa Arab di Universitas Al Washlliyah Medan. Bunyi yang

diujarkan memperlihatkan adanya frekuensi, intensitas dan durasi. Frekuensi

memperlihatkan kontur tuturan dalam modus kalimat deklaratif, interogatif dan

(2)

final dan julat nada. Intensitas memperlihatkan keras dan nyaringnya suara bunyi

yang berpangkal pada luasnya atau lebarnya gelombang.

2.2.1 Ilmu Fonetik

Ilmu Fonetik ini dapat ditelaah dari tiga sudut pandang yang dapat

mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan: (1) Fonetik Akustik (2) Fonetik

Artikulatoris ( 3) Fonetik Auditoris. Fonetik Akustik yaitu; cabang ilmu fonetik

yang menyelidiki ciri-ciri fisik dan bunyi bahasa. Kata akustik bermakna cabang

dari fisika yang mencakupi unsur-unsur bunyi, yang dalam konteks bahasa bunyi

yang ditransmisikan dalam ujaran. Fonetik akustik juga disebut fonetik fisikal,

fonetik matematik, atau fonetik instrumental, karena berhubungan dengan

gelombang bunyi yang merambat di udara. Adapun yang merupakan objek dari

fonetik akustik adalah gelombang suara (sound waves) yang diucapkan dan didengar sewaktu berlangsungnya transmisi. Gerakan bunyi dari mana pun

sumber atau asalnya mancakup udara secara fisikal melibatkan penaikan dan

penurunan tekanan udara (air pressure) yang selanjutnya dalam getaran menuju titik luluh (vinishing point).

Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisis bunyi-bunyi

ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan

bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia (Keraf 1987 : 30). Dengan kata

lain bahwa fonetik adalah mengkaji bunyi pada tataran permukaan yaitu tataran

yang merefleksikan peristiwa artikulasi, akustis dan perseptual untuk peristiwa itu.

Untuk dapat menempatkan fonetik dalam konteks studi kebahasaan, perlu

menyadari pentingnya peroses bunyi dalam ujaran, karena fonetik sebagai ilmu

(3)

pembentukan bunyi-bunyi oleh si penutur sampai kepada si pendengar yang

memperoleh informasi berharga. Itulah pentingnya kajian fonologi dan fonetik

yang secara teoritis dan konseptual memberikan metodologi dan pendekatan

untuk menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang ada di dunia. Menurut Samsuri

(1978:93) fonetik akustik adalah cara arus bunyi yang keluar dari rongga mulut

dan atau rongga hidung si pembicara yang merupakan gelombang-gelombang

bunyi udara yang didasarkan kepada penghasilan ilmu fisika dan matematika.

Fonetik akustik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa sebagai

peristiwa atau fenomena alam. (Chaer 1994:103). Sebagai cabang dari fonetik,

fonetik akustik merupakan bagian dari kajian linguistik yang mengacu pada

kajian unsur-unsur fisikal dari bunyi-bunyi ujaran, seperti tinggi nada, frekuensi,

amplitudo dan lainnya (Ridwan 2006:292).

Perangkat gelombang suara (sound waves) yang merupakan unsur utama dalam kajian akustik mempunyai sifat-sifat gelombang bunyi sebagai berikut; (1)

Amplitudo, atau jarak suara dari tekanan tertinggi dan terendah ke titik rata-rata.

Semakin besar amplitudo maka semakin nyaring bunyi suara yang terdengar. (2)

Frekuensi, atau jumlah getaran antara titik-titik tinggi dan rendah dalam tekanan

udara per satuan waktu tertentu. (3) Kesederhanaan, atau kompleksitas yang

merupakan gelombang bunyi suara yang menghasilkan getaran (Ridwan, 2006:

278).

2.2.2 Struktur Akustik

Lapoliwa (1998) mengatakan bahwa struktur akustik memiliki perbedaan

(4)

dan keras yang sama betul karena bunyi-bunyi itu memilki kualitas

sendiri-sendiri. Sebaliknya vokal yang sama, misalnya [a], apabila diucapkan dengan

tinggi nada atau keras yang berbeda, kita akan dapat mendengar bahwa [a] yang

pertama lain daripada [a] yang kedua dalam hal tinggi (nada) atau keras

lembutnya.

Bright (1992) menambahkan bahwa fonetik akustik menyelidiki

gelombang suara sebagai peristiwa fisika atau fenomena alam yang membentuk

hubungan antara pembicara dengan pendengar. Gelombang-gelombang udara

yang bergerak keluar akan mengeluarkan gelombang suara. Artinya akibat

pergeseran molekul-molekul udara yang mengakibatkan getaran. Bergeraknya

molekul-molekul yang lain dan molekul yang lain mendorong molekul udara yang

lain lagi, dan begitu seterusnya sampai membentuk gelombang suara itu, maka

ada beberapa yang harus diperhatikan, yaitu frekuensinya, intensitasnya dan

durasinya.

2.2.2.1 Frekuensi

Menurut Lehiste (1970) frekuensi adalah jumlah getaran yang didasarkan

pada beberapa banyak gelombang tersebut dalam masa satu atau detik. Frekuensi

juga menentukan titik nada atau nada. Titik nada disebut juga intonasi yang

memiliki sistem tingkatan naik dan turun bunyi serta keragaman pada rangkaian

nada ujaran di dalam bahasa. (Siregar 2000). Namun hal tersebut sangat sulit

untuk mendeskripsikan frekuensi bunyi bahasa secara konkrit, sebab bunyi bahasa

(5)

2.2.2.2 Intensitas

Intensitas adalah keras atau nyaringnya suara bunyi secara akustik yang

terpangkal pada luasnya atau lebarnya gelombang udara (Hayward 2000:32).

Semakin besar tenaga yang dikeluarkan, semakin kuat tekanan udara, dan oleh

karena itu semakin nyaring yang terdengar (Sugiyono 2003:83).

2.2.2.3 Durasi

Menurut Sugiyono (2003) Durasi adalah waktu yang diperlukan untuk

realisasi sebuah segmen yang diukur dalam satuan milidetik atau hentian sesaat

yang lazim disebut jeda. Jika segmen itu kalimat, perbedaan waktu itu biasa

disebut dengan tempo. Struktur temporal yang dikenal juga sebagai durasi, adalah

seperangkat aturan yang menentukan pola durasi dalam tuturan. Dalam kajian ini

ciri akustik tuturan bahasa Arab akan dikaitkan dengan aspek bunyi vokal,

konsonan dan lainya yang termasuk dalam kategori bunyi suprasegmental.

2.2.2.4 Nada Dasar

Nada Dasar (ND) dapat digunakan untuk menyebut frekuensi dasar nada

awal yang sesuai dengan sebuah alir nada atau sebuah kontur (Halim dalam

Sugiyono 2003). Kajian ini menetapkan nada awal itu sebagai dasar acuan

pendeskripsian, yakni pola perubahan nada di dalam alir nada dan kontur intonasi

akan dideskripsikan dengan cara memperhatikan ukuran perbedaan nada.

2.2.2.5 Nada Final

Nada Final (NF) adalah nada yang terdapat pada akhir kontur intonasi

secara keseluruhan. Nada ini dapat memisahkan antara satu kontur dengan kontur

(6)

melodik tuturan dari modus deklaratif, interogatif dan imperatif didasarkan pada

tinggi nada final.

2.2.2.6 Puncak Nada

Puncak nada digunakan untuk menyebut prominensi tertinggi dalam

sebuah alir nada. Dalam kaitannya dengan Fo puncak nada adalah Fo tertinggi

dalam sebuah alir nada, sedangkan lawan dari nada puncak adalah lembah.

2.2.2.7 Julat Nada

Julat Nada adalah rentang Fo dalam sebuah ujaran. Nada dasar ditentukan

dengan menghitung selisih Fo tertinggi dan Fo terendah.

2.2.2.8 Alir Nada

Alir nada adalah komposisi nada-nada dalam domain konstituen

pembentuk suara. Sebuah alir nada dapat digambarkan atas dasar perbandingan

atau perubahan tinggi Fo. Sugiyono (2003), konsep alir nada ini kurang lebih

tidak ada perbedaan dengan konsep pola nada kombinasi nada dalam domain

kelompok jeda atau tona.

2.2.2.9 Kontur Intonasi

Kontur Intonasi adalah perpaduan nada yang dapat memberi ciri melodik

tuturan pada konteks modus, dan juga dapat membentuk struktur melodik sebuah

tuturan. Sesungguhnya intonasi dianalisis sebagai kontur ada didalamnya variasi

(7)

2.2.2.10 Jeda

Jeda adalah hentian sesaat antara segmen dengan segmen berikutnya

dalam sebuah tuturan. Jeda digunakan sebagai pembatas konstituen pokok ujaran

seperti antara klausa yang satu dengan klausa yang lainnya.

2.2.3 Fonetik Bahasa Arab ا صأاملع (ʕilmu al aṣwāt

Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki bunyi-bunyi dalam bahasa tanpa

memperhatikan fungsinya dalam membedakan makna. (Basyar :2000)

mengatakan bahwa Ilmu Al Aṣw t adalah studi tentang bunyi pada saat diucapkan

dan membawa pengaruh kepada pendengaran tanpa memperhatikan makna suara

tersebut dalam bahasa tertentu.

Menurut Al Tawwab ( 1997 ) Ilmu Al Aṣw t adalah; ا ا ا

غ ا ا اا

" " “ (al ʕilmu allaðī yudarrisu al ṣauta al insaniya min

wijhati al naari al luɣawiyah). Artinya; ” suatu ilmu yang mempelajari bunyi

suara manusia dari aspek kebahasaan”. Menurut Al Khauli (1982) Ilmu Al

Aṣw t adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan, perpindahan dan

penerimaan bunyi bahasa.

2.2.3.1 Bunyi Vokal Bahasa Arab

Sistem bunyi bahasa Arab di dalam penelitian ini dikaji dari sudut

pendekatan fonetik eksperimental yaitu menyelidiki bunyi – bunyi bahasa

berdasarkan intensitas, durasi, tekanan dan tinggi rendahnya. Bunyi vokal (ṣā-it) yaitu;

"

ا ء أ ا إ أ ا ا ا ا ا صأا

ء أ أ غ ءا

(8)

( al aṣwāt allati taχruju min al jihāzi al ṣauti wa allati taftaqidu wujuda ayyi

ʕitirāᵭin min qibali aʕᵭāi al nuṭqi sawāun bi al ɣalqi auw bi altaᵭyīqi aθnāi

nuqiha) artinya; bunyi-bunyi yang keluar dari alat ucap yang tidak mendapat hambatan sedikitpun baik secara tertutup maupun adanya penyempitan di saat

penuturannya.

Dalam bahasa Arab ada tiga macam bunyi vokal yaitu; bunyi [ a / u / i ].

Berdasarkan panjang pendeknya bunyi vokal dapat dibagi kepada dua macam

yaitu;

(1) vokal pendek (ṣaut qaṣīrah)

bunyi vokal [ a ] dilambangkan dengan [ ـــــ ] disebut fatħah posisinya terletak di

atas bunyi konsonan.

Contoh: [ ـ ـف / fa-ta-ħa] artinya; membuka,

- bunyi vokal [ u ] dilambangkan dengan [ــــــ ] disebut ummah posisinya terletak di atas bunyi konsonan.

Contoh: [ / ku-tu-bun ] artinya; banyak buku.

- bunyi vokal [ i ] dilambangkan dengan [ ــــــ] disebut kasrah posisinya terletak di bawah bunyi konsonan.

Contoh: [ ـ / min] artinya; dari. (2) vokal panjang ( aut ṭawīlah )

- bunyi vokal [ ] disebut alif dilambangkan dengan [ ا ] posisinya terhubung dengan bunyi konsonan.

Contoh: [ / -bun ] artinya; pintu.

- bunyi vokal [ ] dilambangkan dengan [ ] disebut wāu posisinya

(9)

Contoh: [ / -run ] artinya; cahaya.

- bunyi vokal [ ] dilambangkan dengan [ ] disebut yāɁ posisinya

terhubung dengan bunyi konsonan.

Contoh : [ ص / ṣa--qun ] artinya; teman.

Vokal Pendek

lambang bunyi nama bunyi

A [ ــــــــ ] fathah / ف

U [ ــــــــ ] dhummah /

I [ ـــــــ ] kasrah /

Vokal Panjang

[ ا ] alif / ف ا

[ ] wāw / ا

[ ] / ء

Bagan 1 Bunyi Vokal Bahasa Arab

2.2.3.1.1Bunyi Vokal Berdasarkan Posisi Lidah

Berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat

diklasifikasikan menurut:

1. Vokal tinggi atas,

- bunyi [ i ] dilambangkan dengan [ــــــ] disebut kasrah Contoh: [ ـ / min] artinya; dari,

- bunyi [ u ] dilambangkan dengan [ـــــــ ] disebut ummah Contoh: [ ٌ / ku-tu-bun ] artinya; banyak buku.

2. Vokal rendah,

(10)

Contoh: [ ـ ـف / fa-ta-ħa ] artinya; membuka.

Adapun bunyi vokal berdasarkan maju mundurnya lidah maka dapat

dibedakan atas: 1. Vokal depan,

- bunyi [ I ] dilambangkan dengan [ــــــ] disebut kasrah Contoh: [ / ki tā bun] artinya; buku,

- bunyi [ a ] dilambangkan dengan [ ـــــ ] disebut fatħah

Contoh: [ أ / akala] artinya; memakan . 2. Vokal belakang,

- bunyi [ u ] dilambangkan dengan [ـــــــ] disebut ummah Contoh: [ أ / yaɁku lu] artinya; dia memakan.

Bagan 2 : Vokal BA Berdasarkan Posisi Lidah

2.2.3.1.2 Bunyi Vokal Berdasarkan Striktur

Bunyi vokal berdasarkan bentuk mulut dapat dibedakan menjadi;

1. Vokal tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi setinggi

mungkin. bunyi pendek [ u ]ummahqaṣīrah, Contoh: [ / qum ] artinya; berdirilah kamu.

- bunyi panjang [ ] ðummah ṭawīlah, Contoh: [ ـ / ya-q - mu] artinya; akan berdiri.

u

ـــ ــــ

(11)

- bunyi pendek [ i ] kasrahqaṣīrah,

Contoh: [ ـ / ʕa-li-ma] artinya; mengetahui,

- bunyi panjang [ ] kasrah ṭawīlah,

Contoh: [ / ʕ-l -mun ] artinya; maha mengetahu.

2. Vokal terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah

mungkin.

- bunyi [ a ] fatħah qaṣīrah

Contoh: [ / qa-la-mun] artinya; pena.

2.2.3.1.3 Bunyi Vokal Berdasarkan Bentuk Mulut

Berdasarkan bentuk mulut bunyi vokal dapat dibedakan sebagai berikut;

1. Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapakan dengan bentuk mulut membundar.

- bunyi [ u ]

Contoh: [ ــ / qul] artinya; katakanlah.

2. Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapakan dengan bentuk mulut tidak

membundar.

- bunyi [ i ]

Contoh: [ / min] artinya; dari.

3. Vokal netral, yaitu vokal yang diucapakan dengan bentuk mulut tidak

membundar dan tidak melebar.

- bunyi [ a ]

Contoh: [ ــ / hal] artinya; adakah .

Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut dapat dibuat bagan atau peta

(12)

Depan Tengah Belakang Striktur

Tak Bundar Tak Bundar Bundar Netral

i, , a a, , u, , Tertutup

a, a Terbuka

Bagan 3. Vokal BA Berdasarkan Bentuk Mulut

2.2.3.2 Bunyi Konsonan Bahasa Arab

Bunyi konsonan disebut ( ا ا ) al-ṣawāmit yaitu; bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi.

Bunyi ini tidak tampak ada urgensinya untuk membuat semacam standar seperti

halnya pada vokal, karena satu konsonan jarang mempunyai variasi seperti yang

dipakai pada vokal. Dengan kata lain perbedaan bunyi antara konsonan tidak

begitu halus dan detail seperti pada vokal. Contoh, bunyi /s/, bunyi ini tidak ada

perbedaan yang mencolok antara bunyi bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris,

bahasa Arab dan bahasa lainnya.

2.2.3.2.1 Bunyi Konsonan Menurut Cara Artikulasi

Bunyi konsonan menurut cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau

perlakuan terhadap arus udara yang baru keluar dari glotis dalam menghasilkan

bunyi konsosnan itu (Chaer : 2009). Maka menurut cara artikulasi bunyi dapat

dibedakan sebagai berikut:

1. Bunyi Letupan إا ا صأا (al infijāriyyah ) yaitu; bunyi yang dihasilkan

dengan cara arus udara ditutup rapat sehingga udara terhenti seketika, lalu

dilepaskan kembali secara tiba-tiba.

(13)

posisi awal : / bā bun artinya; pintu

posisi tengah : ا /ibnun artinya ; anak laki-laki

posis akhir : /kitā bun artinya; buku

- bunyi [ d/ ]

posisi awal : / dinar artinya; uang dinar

posisi tengah : / badan artinya ; tubuh

posis akhir : أ / asad artinya; singa

- bunyi [ t / ]

posisi awal : / tamr artinya; buah kurma

posisi tengah : /witr artinya ; ganjil

posis akhir : / mayyit artinya; mayat

- bunyi [ ḍ / ]

posisi awal : / ḍarūrah artinya; darurat

posisi tengah : فأ / afal artinya ; lebih utama

posis akhir : ف / far artinya; harus - bunyi [ ṭ / ]

(14)

- bunyi [ k / ]

posisi awal : / kursiy artinya; kursi posisi tengah : ف / fikr artinya ; pikir posis akhir : / ʃirk artinya; sekutu

- bunyi [ q / ]

posisi awal : / qabr artinya; kuburan posisi tengah : / ʕaql artinya ; akal posis akhir : / ħaq artinya; kebenaran

- bunyi [ ɂ / ء ]

posisi awal : أ / ɂamr artinya; perintah posisi tengah : ئ ف / fāidah artinya ; kegunaan posis akhir : ءا /liwāɂ artinya; bendera

2. Bunyi Paduan ا ا صأا (al aṣw t al murakkabah) yaitu, bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat tetapi kemudian dilepas secara

berangsur-angsur.

Contoh:

- bunyi [ ǰ / ]

posisi awal : / ǰadwal artinya; roster

posisi tengah : / maǰmuʕ artinya ; kumpulan

(15)

3. Bunyi Nasal / أا ا صأا (al aṣw t al anfiyyah) yaitu, bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat rongga mulut ditutup rapat tetapi arus udara

dialirkan lewat rongga hidung.

Contoh:

- bunyi [ m / ]

posisi awal : /maktabah artinya; perpustakaan

posisi tengah : / samak artinya ; ikan

posis akhir : / rasm artinya; lukisan

- bunyi [ n / ]

posisi awal : / nūr artinya; cahaya

posisi tengah : / munīr artinya ; penerang

posis akhir : أ / asnān artinya; gigi

4. Bunyi Getaran ا ا ا صأا (al aṣw t al tikr riyyah) yaitu, bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup dan dibuka berulang-ulang secara cepat.

Contoh:

- bunyi [ r / ]

posisi awal : / ramā artinya; melempar

posisi tengah : / mara artinya; penyakit

(16)

5. Bunyi Samping ا ا صأا (al aṣw t alj nibiyyah) yaitu, bunyi yang

dihasilkan dengan cara arus udara ditutup sedemikian rupa sehingga udara masih

bisa keluar melalui salah satu atau kedua sisi-sisinya.

Contoh:

- bunyi [ l / ]

posisi awal : / lail artinya; malam hari

posisi tengah : / qalbun artinya; hati

posis akhir : /ʕamal artinya; pekerjaan

6. Bunyi Geseran إا ا صأا (al aṣw t al iħtik kiyyah) yaitu; bunyi yang

dihasilkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap

dapat keluar.

Contoh:

- bunyi [ f / ف ]

posisi awal : ف / fahm artinya; mengerti

posisi tengah : ف / ħāfiẓ artinya; penghapal

posis akhir : فص / ṣāff artinya; barisan

- bunyi [ θ / ]

posisi awal : / θalj artinya; es

posisi tengah : ا / iθnān artinya; dua

(17)

- bunyi [ ẓ / ]

posisi awal : /ahr artinya; punggung

posisi tengah : / ʕam artinya; tulang

posis akhir : / lafun artinya; lafal

- bunyi [ s / ]

posisi awal : / sālim artinya; sehat

posisi tengah : / yusr artinya; kemudahan

posis akhir : أ/asās artinya; dasar

- bunyi [ z / ]

posisi awal : / zahrah artinya; bunga

posisi tengah : ءا / jazāɂ artinya; balasan

posis akhir : / ramz artinya; lambang

- bunyi [ ʃ / ]

posisi awal : / ʃak artinya; ragu

posisi tengah : /dahʃah artinya; kagum

posis akhir : ف / furʃ artinya; tikar

- bunyi [ χ / ]

(18)

posisi tengah : /baχīl artinya; kikir

posis akhir : /wasaχ artinya; kotor

- bunyi [ ɣ / ]

posisi awal : غ/ɣarīb artinya; aneh

posisi tengah : غ / maɣrib artinya; tempat terbenam

posis akhir : ف / fāriɣ artinya; kosong

- bunyi [ ħ / ]

posisi awal : / ħāḍir artinya; ada

posisi tengah : / maħāmi artinya; pengacara

posis akhir : / nikāħ artinya; kawin

- bunyi [ h / ـ ]

posisi awal : ا / hidāyah artinya; petunjuk

posisi tengah : / jāhiz artinya; tersedia

posis akhir : / tāha artinya; mencari

- bunyi [ ʕ / ]

posisi awal : ا / ʕadālah artinya; keadilan

posisi tengah : / daʕwah artinya; mengajak

(19)

2.2.3.2.2 Bunyi Konsonan Dari Segi Tempat Artikulasi

Bunyi konsonan dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat artikulasi yaitu

tempat terjadinya bunyi konsonan, atau tempat bertemunya artikulator aktif dan

artikulator pasif. Menurut ( Al Taww b : 1997) bunyi konsonan dari segi tempat

artikulasi dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Bunyi Bilabial ـــ (ʃafawiyyah) yaitu; bunyi yang dihasilkan dari bibir

atas dan bibir bawah.

Contoh:

- bunyi [ b / ]

posisi awal : / bābun artinya; pintu

posisi tengah : ا / ibnu artinya; anak laki-laki

posis akhir : / kitāb artinya; buku

- bunyi [ m / ]

posisi awal : / mauz artinya; pisang

posisi tengah : / ʕmrun artinya; usia

posis akhir : / ʕammun artinya; paman

- bunyi [ w / ]

posisi awal : / waraqatun artinya; kertas

posisi tengah : ا / mirwāħah artinya; kipas angin

(20)

2. Bunyi labiodental أا ا (al ʃafawiyyah al asn niyyah) yaitu; bunyi

yang dihasilkan dari bibir dan bersentuhan dengan gigi.

Contoh;

- bunyi [ f / ف ]

posisi awal : ف /fikr artinya; pikir

posisi tengah : / lafz artinya; lafal

posis akhir : ف / malaf artinya; map

3. Bunyi Interdental أا (al asn niyyah) yaitu; bunyi yang dihasilakan dari

gigi atas dan pinggir lidah.

Contoh:

- bunyi [ ẓ / ]

posisi awal : /ẓāhir artinya; nyata

posisi tengah : / niẓām artinya; aturan

posis akhir : / laf artinya; lafal

- bunyi [ ð / ]

posisi awal : /ðālika artinya; itu

posisi tengah : / laððah artinya; lezat

posis akhir : / laðīð artinya; enak

(21)

posisi awal : / θamar artinya; berbuah

posisi tengah : / kaθīr artinya; banyak

posis akhir : / ħadaθ artinya; terjadi

4. Bunyi Alveodental ا (asn niyyah laθawiyyah) yaitu, bunyi yang

dihasilkan dari gusi dan bagian depan lidah.

Contoh:

- bunyi [ d / ]

posisi awal : / dalwun artinya; timba berbuah

posisi tengah : / madħ artinya; pujian banyak

posis akhir : / walad artinya; anak laki-laki

- bunyi [ ᵭ / ]

posisi awal : ا / ᵭalālah artinya; sesat berbuah

posisi tengah : ء / qaᵭāɂ artinya; melaksanakan

posis akhir : أ/ abya artinya; putih terjadi

- bunyi [ t / ]

posisi awal : / tamr artinya; kurma

posisi tengah : / kitāb artinya; buku

(22)

- bunyi [ ṭ / ]

posisi awal : / ṭāʕah artinya; patuh

posisi tengah : / qaṭʕ artinya; putus

posis akhir : / qiṭṭun artinya; kucing

- bunyi [ z / ]

posisi awal : /zait artinya; minyak

posisi tengah : / manzil artinya; rumah

posis akhir : / mauz artinya; pisang

- bunyi [ s / ]

posisi awal : ا / salām artinya; sejahtera

posisi tengah : / muslim artinya; orang islam

posis akhir : أ/ asās artinya; dasar

- bunyi [ ṣ / ]

posisi awal : ص /ṣabāh artinya; pagi

posisi tengah : / nar artinya; pertolongan

posis akhir : ا إ / iχlāṣ artinya; tulus

5. Bunyi Alveolar (laθawiyyah) yaitu; bunyi yang dihasilkan dari gusi dan

(23)

Contoh:

- bunyi [ r / ]

posisi awal : ف / raff artinya; rak

posisi tengah : ا / turāb artinya; debu

posis akhir : / sarīr artinya; ranjang

- bunyi [ l / ]

posisi awal : / lail artinya; malam

posisi tengah : /risālah artinya; surat

posis akhir : / sahl artinya; mudah

- bunyi [ n / ]

posisi awal : / naum artinya; tidur

posisi tengah : /jundiyun artinya; tentara

posis akhir : ا / ibnu artinya; anak laki-laki

6. Bunyi Apiko-prepalatal غ ا( al gh riyah ) yaitu; bunyi ini terjadi bila

artikulator aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi bagian

belakang atau langit-langit keras depan.

Contoh:

(24)

posisi awal : / ʃams artinya; matahari

posisi tengah : / ʕaʃarah artinya; sepuluh

posis akhir : / rīʃ artinya; bulu ayam

- bunyi [ j / ]

posisi awal : ا / jīrān artinya; tetangga

posisi tengah : / ħujrah artinya; kamar

posis akhir : / durj artinya; laci

- bunyi [ y / ]

posisi awal : / yaum artinya; hari

posisi tengah : / niyām artinya; tidur

posis akhir : أ / raɂyun artinya; pandangan

7. Bunyi Platal (ṭabaqiyyah) yaitu; bunyi yang dihasilkan dari langit-langit

mulut dan bagian tengah lidah.

Contoh:

- bunyi [ k / ]

posisi awal : / kalbun artinya; anjing

posisi tengah : / bikr artinya; anak gadis

(25)

Contoh:

- bunyi [ ɣ / ]

posisi awal : اغ / ɣulām artinya; anak kecil

posisi tengah : غص / aɣīr artinya; kecil

posis akhir : ف / fāriɣ artinya; kosong

Contoh:

- bunyi [ χ / ]

posisi awal : / χurūj artinya; keluar

posisi tengah : آ / āχir artinya; akhir

posis akhir : ا ف / firāχ artinya; ayam 8. Bunyi Uvular ( lahawiyyah) yaitu; bagian langit-langit mulut yang

menonjol ke bawah sedang bagian belakang lidah tidak sampai pada batas

bersentuhan dengan bagian langit-langit mulut.

Contoh:

- bunyi [ q / ]

posisi awal : / qalam artinya; pena

posisi tengah : / maqʕad artinya; bangku

posis akhir : ص / ṣadīq artinya; teman

(26)

Contoh:

- bunyi [ ħ / ]

posisi awal : / ħāris artinya; penjaga

posisi tengah : ص /ṣaħīfah artinya; koran

posis akhir : ص / ṣabāħ artinya; pagi

- bunyi [ ʕ / ]

posisi awal : / ʕumar artinya; umar

posisi tengah : / baʕīr artinya; unta

posis akhir : / baiyʕ artinya; jual 10. Bunyi Glotal ( ħanjariyyah) yaitu; bunyi yang dihasilkan dari bagian

tenggorokan menjadi satu-satunya artikulator untuk menghasilkan suara.

Contoh:

- bunyi [ Ɂ / ء ]

posisi awal : أ/ Ɂamr artinya; perintah

posisi tengah : أ /raɁyu artinya; pendapat

posis akhir : أ / qaraɁ artinya; baca

- bunyi [ h / ـ ]

posisi awal : ف / hātif artinya; telepon

(27)

posis akhir : / tāh artinya; hilang

2.2.3.3 Bunyi Suprasegmental Bahasa Arab 2.2.3.3.1 Tekanan ربنلا ( al nabru)

Tekanan atau Strees merupakan derajat kenyaringan bunyi bahasa.

Menurut (Al Tawwab:1997 ) bahwa kenyaringan bunyi dalam ujaran yang

memiliki silaba sifatnya relatif. Maksudnya adalah bahwa bunyi itu bisa menjadi

keras dan lemah (Basyar :2000). Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh keterlibatan

energi otot ketika bunyi itu diucapkan. Suatu bunyi bisa menjadi keras dan

mendapatkan tekanan apabila energi otot yang dikeluarkan lebih besar ketika

bunyi itu diucapkan. Sebaliknya suatu bunyi bisa menjadi lemah dan tidak

mendapatkan tekanan apabila energi otot yang dikeluarkan lebih kecil ketika

bunyi itu diucapkan.

Silaba atau ا (al maqtaʕ) dalam ujaran bahasa Arab bisa menjadi keras

dan lembut, dan silaba merupakan satuan ujaran yang sering mendapat prominasi

dari bunyi yang lain. Secara fonologis silaba difenisikan cara vokal dan konsonan

menyatu sehingga membentuk beragam untaian bunyi. Terdapat bunyi keras dan

lembutnya silaba dalam bahasa Arab seperti pada kata [a / ra / ba ]. Ujaran pada silaba [a] lebih mendapatkan tekanan tinggi dan keras bila dibandingkan dengan silaba yang lain. Artinya ujaran pada silaba [ ra / ba ] tidak mendapatkan tekanan tinggi dan keras.

Menurut (An s :1999) Bahasa Arab hanya mengenal empat macam

tekanan pada silaba yaitu;

1. Tekanan bunyi pada akhir dua silaba.

(28)

ــ ـ [nas / ta / ʕī / nu ] artinya; kami minta pertolongan. Kata ini

terdiri atas empat silaba dan silaba yang memiliki tekanan bunyi lebih

tinggi adalah [ ʕī / nu].

2. Tekanan bunyi pada sebelum akhir silaba.

Contoh;

[ ta / ʕal / la / ma] artinya; dia sudah belajar. Kata ini terdiri atas empat silaba dan silaba yang memiliki tekanan bunyi lebih tinggi adalah [la]. 3. Tekanan bunyi pada akhir tiga silaba.

Contoh;

ـ ا [ ij / ta / ma / ʕa] artinya; dia sudah berkumpul. Kata ini terdiri atas

empat silaba dan silaba yang memiliki tekanan bunyi lebih tinggi adalah [ ta / ma / ʕa ] .

4. Tekanan bunyi pada empat silaba.

Contoh;

ٌ ـ ـ [ sa / ma / ka / tun] artinya; seekor ikan. Kata ini terdiri atas empat

silaba dan silaba yang memiliki tekanan bunyi lebih tinggi adalah [sa /ma / ka / tun].

2.2.3.3.2 Nada ميغنتلا al tanġīm

Terjadi bunyi-bunyi suprasegmental dalam ucapan disebabkan oleh adanya

faktor ketegangan pita suara arus udara dan posisi pita suara ketika bunyi itu

diucapkan. Makin tegang pita suara yang disebabkan oleh kenaikan arus udara

dari paru-paru makin tinggi pula nada bunyi tersebut. Secara linguitis nada ini

dapat mempengaruhi dalam satuan sistem linguistik tertentu. Menurut (Al

(29)

pada saat berbicara dan bisa mengalami perubahan makna dalam satu kalimat.

Misalnya nada turun biasanya menandakan kelengkapan tutur, dan nada naik

menandakan ketidaklengkapan tuturan. Dalam konteks perbedaan makna pada

tataran kalimat variasi-variasi nada bisa dipakai untuk menyatakan perbedaan

tersebut yang dinamakan dengan intonasi.

Tanda [ // ] yaitu untuk intonasi datar naik dan biasanya dipakai untuk bertanya.

Contoh;

ا [lā, yā ʃeyχ ], kalimat ini mengandung makna; “apa benar

seperti itu”?.

Tanda [ II] yaitu untuk intonasi datar turun dan biasa dipakai untuk menyangkal.

Contoh; ....

[ yā...ʃeyχ], kalimat ini mengandung makna; “ itu tak benar” .

Tanda [=] yaitu untuk intonasi datar dan biasanya dipakai untuk ejekan.

Contoh;

ا

[ lā, yā ʃeyχ], kalimat ini mengandung makna; “ bukan begitu”.

2.2.3.3.3 Jeda فق لا ( al waqfu)

Menurut (Al Tawwab : 1997 ) al waqfu adalah : ( ا صأا

ف ا ءا اا ا ) artinya; ( sejumlah bunyi yang

mengandung satu suara, boleh dibaca dari permulaan bunyi dan boleh berhenti pada akhir bunyi). Dimaksud dengan jeda adalah penghentian atau pemutusan suatu arus bunyi-bunyi suprasegmental ketika diujarkan oleh penutur. Sebagai

akibatnya, akan terjadi penghentian atau kesenyapan di antara bunyi-bunyi yang

(30)

Pertama; bunyi pendek yaitu bunyi yang dimulai dengan konsonan kemudian

terjadi sesudahnya bunyi pendek. Contoh; + + ـ :

Kedua; bunyi panjang yaitu bunyi yang dimulai dengan konsonan terjadi

sesudahnya bunyi panjang. Contoh; ف .

Kesenyapan juga bisa disebut sendi (juncture) karena kesenyapan itu sekaligus merupakan tanda batas antara bentuk-bentuk linguistik baik dalam

tataran kalimat, klausa, frase, kata, morfem dan silaba. Sendi dalam menunjukkan

batas jadi antara silaba dengan silaba yang lain. Batas silaba biasanya ditandai

dengan tanda (+).

Contoh;

[ ki + tab],

[ ka + ta + ba],

ا [ ij + ta + ma + ʕa].

Sendi luar menunjukkan batas yang lebih besar, biasanya dibedakan

dengan adanya tanda:

( / ) menunjukkan penghentian antarkata dalam frase.

( // ) menunjukkan penghentian antarkata dalam klausa.

( # ) menunjukkan antarkalimat wacana / paragraf. Tekanan dan jeda dalam

bahasa Arab dapat mengubah makna kalimat.

Contoh;

# / // # “

kitābun ħadiθun jadidun” artinya; buku yang modren baru

# // ا / # “

(31)

2.2.3.3.4 Durasi ل طلا ( al ṭūl

Bunyi suprasegmental juga dapat dibedakan dari durasi atau panjang

pendeknya ketika bunyi itu diucapkan. Panjang-pendek bunyi di dalam fonetik

Arab maksudnya adalah bunyi yang diucapkan itu mangandung masa ( mora). Pada dasarnya durasi ujaran pada bunyi vokal lebih lama bila dibandingkan

dengan bunyi konsosnan. Bunyi konsonan bahasa Arab itupun terdapat perbedaan

durasi dalam ujaran. Hal ini disebabkan masing-masing konsonan memiliki sifat

bunyi yang berbeda dengan konsonan lain.

Panjang-pendek bunyi di dalam bahasa Arab dihasilkan dari bunyi vokal.

Menurut durasi bunyi vokal bahasa Arab ada dua;

1. Bunyi pendek;

- [ a ] dilambangkan dengan tanda ( ـــــ) disebut fathah ( ف) Contoh; [ka-ta-ba ] artinya; menulis.

- [ u ] dilambangkan dengan tanda ( ـــــ) disebut dhummah ( ) Contoh; ٌ [ ku-tu-bun ] artinya; banyak buku.

- [ i ] dilambangkan dengan tanda ( ـــــ)disebut kasrah ( ) Contoh; إ [ i-bil] artinya; seekor unta.

2. Bunyi panjang;

- [ ] dilambangkan dengan tanda ( ا )disebut alif ( ف أ ) Contoh; [ ki-t -bun ] artinya; sebuah buku.

- [ ] dilambangkan dengan tanda ( )disebut wāw ( ا ) Contoh; [n - run

] artinya; cahaya.

- [ ] dilambangkan dengan tanda ( ) disebut ya‟ ( ء ) Contoh; ص [ ṣa- d

(32)

Akibat perbedaan durasi yang timbul dari kedua macam bunyi vokal

panjang dan pendek dalam tataran kata itu, maka kata tersebut mengalami

perubahan makna.

Contoh ; vokal [ / a] [ma / ṭ r] artinya ; bandara, diucapkan [ma / tar]

artinya; hujan.

Contoh; vokal [ / i] [ b / rid] artinya adalah; dingin, diucapkan [ ba /

r d] artinya; kantor pos.

Contoh; vokal [ / u ] ٌ [ ħ / run ] artinya; bidadari surga, diucapkan

[ ħur /run ] artinya ; bebas.

Perubahan makna disebabkan bunyi panjang diucapkan menjadi bunyi

pendek bukan hanya terjadi pada ujaran kosakata bahkan terjadi juga pada ujaran

kalimat verbal.

Contoh; vokal [ / a] ـ [ ya / nā / mu] artinya; dia sedang tidur, diucapkan

ـ [ lam / ya /nam] artinya; dia tidak tidur.

Contoh; vokal [ / u ] ـ [ ya / qū / mu ]artinya; dia sedang berdiri, diucapkan

ـ [ lam / ya /qum] artinya; dia tidak berdiri.

Contoh; vokal [ / i ] ـ [ya / bī / ʕu] artinya; dia sedang berjualan, diucapkan ـ [ lam / ya / biʕ) artinya; dia tidak berjualan.

Proses perubahan yang terjadi pada bunyi vokal panjang menjadi bunyi

pendek adalah karena terjadinya penghapusan lambang bunyi vokal panjang

(33)

2.2.3.4 Bunyi Vokal Bahasa Indonesia 2.2.3.4.1 Bunyi Vokal Berdasarkan Posisi Lidah

Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan cara setelah arus udara

ke luar dari glotis, lalu arus ujar hanya diubah oleh posisi lidah dan bentuk mulut

(Chaer: 2009). Di dalalm bahasa Indonesia bunyi vokal ada enam buah yaitu;

[ a , i , e , ə , u , o ]

Berdasarkan posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat dibedakan atas:

1. Vokal tinggi atas,

- bunyi [ i ] [ ini / isi / sisi ] - bunyi [ u ] [susu/ lucu / aku]. 2. Vokal tinggi bawah,

- bunyi [ І ] [ batik / murid / tabib] - bunyi [ U] [ kapur / duduk /sumur]. 3. Vokal sedang atas,

- bunyi [ e ] [sate /tape /gule] - bunyi [ ə ] [kera / beli / maret] - bunyi [ o ] [toko / kilo /oto]. 4. Vokal sedang bawah,

- bunyi [ ɛ ] [monyet / ember / karet] - bunyi [ﬤ ] [tokoh / botak /bohong]. 5. Vokal rendah,

(34)

2.2.3.4.2 Bunyi Vokal Berdasarkan Striktur

Menurut (Chaer: 2009) striktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah

dengan langit-langit keras. Berdasarkan strikturnya bunyi vokal dapat dibedakan

menjadi:

1. Vokal tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi

mungkin mendekati langit-langit.

Contoh;

- bunyi [ i ] [ lidi / dini / sisi ] - bunyi [ u ] [ kuku / susu / lucu].

2. Vokal semi tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam

ketinggian sepertiga di bawah.

Contoh;

- bunyi [ e ] [ sate / gule /tape ] - bunyi [ ə ] [ kera / beli / maret ] - bunyi [ o ] [ toko / oto / kilo ]

3. Vokal semi terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam

ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah.

Contoh;

- bunyi [ Ɛ ] [ ember / karet / monyet ] - bunyi [ﬤ] [ tokoh / botak / bohong ]

4. Vokal terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah

mungkin.

Contoh;

(35)

2.2.3.4.3 Bunyi Vokal Berdasarkan Bentuk Mulut

Menurut ( Jones, 1958:16) dalam buku “Fonetik Bahasa Indonesia”, bahwa bunyi vokal berdasarkan bentuk mulut sewaktu diucapkan dapat

dibedakan atas:

1. Vokal bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut bulat.

Contoh terbuka;

- bunyi [ﬤ] [ tokoh / botak / bohong ] - bunyi [ o] [ toko / otak /kilo ] Contoh tertutup;

- bunyi [ u ] [ kuku / susu / lucu ]

2. Vokal tak bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak bulat.

Contoh;

- bunyi [ i ] [ lidi / dini / sisi ] - bunyi [ e ] [sate / gule /tape] - bunyi [ u ] [kuku / susu / lucu]

3. Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut dalam posisi

netral, yakni tidak bulat dan tidak melebar.

Contoh;

(36)

Bagan 4. Vokal Bahasa Indonesia

2.2.3.5.1 Bunyi Konsonan dari Segi Tempat Artikulasi

Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan atau tempat

bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif. (Chaer : 2009). Dengan melihat

tempat artikulasi, maka bunyi konsonan itu dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bunyi Bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan dari bibir atas dan bibir bawah.

(37)

posisi tengah : laba

posis akhir : lembab

2. Bunyi Apikoalveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan dari tempat bertemunya

ujung lidah dan gigi atas.

Contoh:

- bunyi [ t ]

posisi awal : tanah

posisi tengah : batu

posis akhir : ketat

- bunyi [ d ]

posisi awal : dalam

posisi tengah : tadi

posis akhir : lahad

3. Bunyi Laminoalveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan dari tempat bertemunya

daun lidah dan gigi atas.

Contoh:

- bunyi [ z ]

posisi awal : zina

posisi tengah : lezat

posis akhir : aziz

4. Bunyi Lamino Palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan dari tempat bertemunya

(38)

Contoh:

- bunyi [ ñ/ny ]

posisi awal : nyaring

posisi tengah : konyol

posis akhir : nyanyi

- bunyi [ j ]

posisi awal : jalan

posisi tengah : laju

posis akhir : kaji

- bunyi [ c ]

posisi awal : cela

posisi tengah : kacau

posis akhir : caci

- bunyi [ ʃ/sy ]

posisi awal : syarat

posisi tengah : dahsyat

posis akhir : syahbandar

- bunyi [ s ]

posisi awal : sama

posisi tengah : dasi

(39)

5. Bunyi Dorsovelar, yaitu bunyi yang dihasilkan dari tempat bertemunya pangkal

lidah dan langit-langit lunak.

Contoh:

- bunyi [ g ]

posisi awal : gula

posisi tengah : laga

posis akhir : lagi

- bunyi [ k ]

posisi awal : kuda

posisi tengah : laku

posis akhir : ketuk

- bunyi [ ŋ/ng ]

posisi awal : nganga

posisi tengah : hangat

posis akhir : bingung

- bunyi [ χ/kh ]

posisi awal : khawatir

posisi tengah : akhir

posis akhir : tarikh

6) Bunyi Laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan dari tempat bertemunya akar lidah

dan dinding kerongkongan.

Contoh:

(40)

posisi awal : hina

posisi tengah : lihat

posis akhir : benah

7) Bunyi Glotal, yaitu bunyi yang dihasilkan dari bagian tenggorokan.

Contoh:

- bunyi [ Ɂ/‟ ]

posisi awal : rakyat

posisi tengah : nikmat

posis akhir : bapak

2.2.3.5.2 Bunyi Konsonan Dari Segi Cara Artikulasi

Cara artikulasi, yaitu bagaimana tindakan terhadap arus udara yang baru

keluar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsosnan, (Chaer : 2009). Dengan

melihat cara artikulasi, maka bunyi konsonan itu dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bunyi Letupan, yaitu arus ujar dihambat pada tempat tertentu, dan diletupkan

dengan tiba-tiba.

Contoh:

- bunyi [ b ]

posisi awal : baju

posisi tengah : laba

posis akhir : lembab

- bunyi [ d ]

posisi awal : duri

(41)

posis akhir : lahad

- bunyi [ p]

posisi awal : paku

posisi tengah : lupa

posis akhir : tetap

- bunyi [ t ]

posisi awal : tali

posisi tengah : ratu

posis akhir : ketat

2. Bunyi Nasal, yaitu arus ujar dihambat pada tempat tertentu, dan dikeluarkan

melalui rongga hidung.

Contoh:

- bunyi [ m]

posisi awal : malu

posisi tengah : lima

posis akhir : demam

- bunyi [ n ]

posisi awal : nalar

posisi tengah : ranah

posis akhir : bulan

- bunyi [ ñ / ny ]

(42)

posisi tengah : kenyang

posis akhir : nyanyi

- bunyi [ ŋ / ng ]

posisi awal : nganga

posisi tengah : hangat

posis akhir : tenang

3. Bunyi Paduan, yaitu arus ujar dihambat pada tempat tertentu, kemudian

diletupkan sambil digeser.

Contoh:

- bunyi [ j ]

posisi awal : jalan

posisi tengah : laju

posis akhir : janji

- bunyi [ c ]

posisi awal : curah

posisi tengah : panci

posis akhir : cacing

4. Bunyi Geseran, yaitu arus ujar dihambat pada tempat tertentu, kemudian

digeserkan.

Contoh:

- bunyi [ v ]

posisi awal : vokal

(43)

posis akhir : ---

- bunyi [ z ]

posisi awal : zat

posisi tengah : lezat

posis akhir : azizi

- bunyi [ ʃ / sy ]

posisi awal : syarat

posisi tengah : masyarakat

posis akhir : dahsyat

- bunyi [ χ / kh ]

posisi awal : khalid

posisi tengah : akhir

posis akhir : tarikh

- bunyi [ h ]

posisi awal : halus

posisi tengah : bahu

posis akhir : lebah

- bunyi [ f ]

posisi awal : faktor

posisi tengah : efek

posis akhir : maaf

(44)

posisi awal : salah

posisi tengah : lesung

posis akhir : pedas

5. Bunyi Sampingan, yaitu arus ujar dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan

lidah.

Contoh:

- bunyi [ l ]

posisi awal : lalu

posisi tengah : malu

posis akhir : tebal

6. Bunyi Getar, yaitu arus ujar dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah

kemudian digetarkan.

Contoh:

- bunyi [ r ]

posisi awal : rakyat

posisi tengah : baru

posis akhir : libur

7. Bunyi semi vokal, arus ujar itu pada awal prosesnya diganggu oleh posisi lidah

tetapi kemudian diganggu pada tempat artikulasi tertentu.

Contoh:

- bunyi [ w ]

posisi awal : waktu

(45)

posis akhir : kalau

- bunyi [ y ]

posisi awal : yatim

posisi tengah : bayar

posis akhir : mulai

2.2.3.3.5 Bunyi Konsonan Dari Segi Berbunyi Tidaknya Suara

Bunyi bersuara itu terjadi karena bergetar tidaknya pita suara melalui

glotis. Jika glotis terbuka sedikit dan pita suara turut bergetar disaat proses

pembunyian maka disebut bunyi bersuara. Jika glotis itu terbuka agak lebar dan pita suara tidak bergetar disaat proses pembunyian maka disebut bunyi tak bersuara. Bunyi konsonan berbunyi tidaknya suara dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Bunyi konsonan tidak bersuara.

Contoh:

- bunyi [ t ]

posisi awal : taman

posisi tengah : mata

posis akhir : lebat

- bunyi [ p ]

posisi awal : paku

posisi tengah : lipan

posis akhir : uap

(46)

posisi awal : kami

posisi tengah : liku

posis akhir : tolak

- bunyi [ c ]

posisi awal : cari

posisi tengah : lancar

posis akhir : caci

- bunyi [ s ]

posisi awal : sapi

posisi tengah : bisu

posis akhir : lemas

- bunyi [ f ]

posisi awal : faktor

posisi tengah : sifat

posis akhir : maaf

1. Bunyi konsonan bersuara.

Contoh:

- bunyi [ b ]

posisi awal : baru

posisi tengah : uban

posis akhir : lembab

(47)

posisi awal : daun

posisi tengah : lidah

posis akhir : daud

- bunyi [ g ]

posisi awal : gali

posisi tengah : tiga

posis akhir : gagak

- bunyi [ j ]

posisi awal : janda

posisi tengah : hijau

posis akhir : bajaj

- bunyi [ v ]

posisi awal : variasi

posisi tengah : konvoi

posis akhir : ----

- bunyi [ z ]

posisi awal : zamrud

posisi tengah : lezat

posis akhir : aziz

- bunyi [ ʃ / sy ]

posisi awal : syarat

(48)

posis akhir : arasy

- bunyi [ χ / kh ]

posisi awal : khalid

posisi tengah : akhir

posis akhir : tarikh

- bunyi [ h ]

posisi awal : hebat

posisi tengah : lihai

(49)

قطنلا ءاضعأ

pertama; rongga mulut, kedua; tenggorokan

dan ketiga; rongga badan. Alat ucap yang ada

di rongga mulut dinamakan artikulator (

). Sedangkan rongga hidung bukan termasuk

artikulator akan tetapi dia berfungsi untuk

mengalirkan udara sehingga terjadi bunyi

sengau disebut ( غ). Di antara dua rongga

yaitu rongga mulut dan rongga hidung

terdapat langit-langit lunak yang berfungsi

membuka dan menutup aliran udara yang

melalui rongga hidung. Paru-paru yang ada

dalam rongga badan berfungsi untuk

memompa udara dalam proses produksi

bunyi. Artikulator dapat dikelompokkan

menjadi 2, yaitu artikulator aktif dan

artikulator pasif. Artikulator aktif adalah alat

ucap yang aktif bergerak membentuk

hambatan aliran udara, yaitu terdiri dari bibir

bawah dan lidah. Adapun artikulator pasif

adalah alat ucap yang diam dan berfungsi

sebagai daerah artikulasi, yaitu lokasi tempat

artikulator aktif menghambat aliran udara.

2.3 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini tiga karya ilmiah terdahulu berkaitan dengan

(50)

tuturan bahasa Arab secara fonetik eksperimental. Sedangkan empat peneliti

lainnya adalah kajian eksperimental dalam bahasa Melayu Deli, bahasa Prancis,

bahasa Aceh dan bahasa Jepang.

Penelitian yang paling mutakhir tentang fonetik Suprasegmental bahasa

Arab dilakukan antara lain oleh Bahjat (2010) pada disertasinya berjudul “ ئا ا

ا غ ا ف ف ا ا ا ف أ“ ( aθaru al ṣawāiti fī dilālati al binniy al

ṣarfiyati fī al luɣati al „arabiyati ). Penelitian tentang pengaruh bunyi bahasa Arab

terhadap pembentukan struktur kata dikaji secara Morfologis dan Sintaksis yang

fokusnya pada kajian pelafalan bunyi pada tengah kata (afiks) dan akhir kata

(sufiks) terhadap perubahan struktur kata. Hasil penelitian menunjukkan

penekankan pada fungsi bunyi vokal bukan pada karakternya, dan disimpulkan

bahwa pada ilmu fonetik bahasa Arab perlu ada perumusan baru dalam

penggunaan istilah dalam ilmu fonetik bahasa Arab antara lain yaitu; al aṣwāt al laiyyin, al aṣwāt al mutaħarrikah, al aṣwāt al ṭalīqah. Peneliti mengkritisi para linguis Arab terdahulu yang membatasi kajian artikulasi pada bunyi konsonan

saja tetapi mengabaikan kajian tentang perubahan bunyi vokal. Secara teoritis

temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti

khususnya dalam mengkaji bunyi-bunyi bahasa Arab secara fonetis.

Zalaqi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “ Bunyi Konsonan

Bahasa Arab Fusha” (studi laboratorium) meneliti bunyi konsonan dan juga

bunyi vokal. Temuan penelitian menunjukkan kontribusi secara intensitas bahasa

Arab pada level bunyi yang dibahas lebih luas pada level struktur fonem

(Morfologi), level struktur kata (Sintaksis) dan level makna kata. Secara intensitas

(51)

konsonan yang dapat menjadi sebuah tolok ukur yang berkaitan erat dengan

pengaruh fisikologi dan fisika. Bagi penutur pembelajar bahasa Arab dan penutur

asli, hasil temuan ini dapat mempermudah dalam memahami percakapan pada

unsur kacakapan menyimak di laboratorium bahasa.

Hasanain (2010) dalam penelitiannya telah membicarakan tentang bunyi

suprasegmental yang mengandung banyak istilah fonetik dalam bahasa Arab

sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa. Penelitian yang

sudah dilakukan menghasilkan sebuah buku berjudul : “ Al Madχalu fī „Ilmi Al

Aṣwāt ( kritikan dan penawaran ). Dalam penelitiannya peneliti memberikan

kritikan terhadap instrumen sebagai alat pengukur yang menghasilkan bunyi, dan

instrumen itu adalah Sone- Decible. Peneliti menganggap bahwa alat pengukur bunyi tersebut belum tepat untuk digunakan dalam menghasilkan bunyi, karena

hasil yang dicapai tidak maksimal untuk merangkum bunyi-bunyi yang

diperlukan. Penelitian ini memberi kontribusi kepada peneliti karena di dalam

sarannya menyatakan kelemahan metode alat pengukur bunyi Sone- Decible, akan tetapi alat yang digunakan adalah alat pengukur Watt karena menurut peneliti alat pengukur bunyi ini lebih akurat hasilnya bila dibandingkan dengan Sone- Decible. Dari saran ini penulis memilih alat pengukur yang canggih yaitu metode Praat .

Penelitian fonetik eksperimental yang sangat relevan di Indonesia

dilakukan oleh Syarfina (2008) membicarakan tentang ciri akustik yang

menunjukkan perbedaan tingkat sosial pada masyarakat Melayu Deli. Hasil

kajiannya membuahkan bahwa tuturan kelompok sosial bahasa Melayu Deli

(52)

dalam memberi perintah, bertanya dan memberi tahu. Temuan ilmiah dalam

penelitian ini yaitu bagaimana nada suara golongan kelompok sosial bawah

bertutur dengan kelompok sosial atas, dan juga sebaliknya bagaimana nada tempo

dan intensitas golongan kelompok sosial atas dengan kelompok sosial menengah.

Kontribusi dari penelitian ini merupakan sumbangan teoritis dan metodologi

sehingga peneliti telah menemukan hasil yang dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan atau referensi dalam penelitian berikutnya. Disamping itu, penelitian ini

menggunakan metode Praat dalam menganalisis dan mengolah data penelitian

sehingga memperoleh hasil yang signifikan.

Hesti (2011) melakukan penelitian tentang kendala prosodi pembelajar

bahasa Prancis yaitu bertujuan untuk menemukan pola prosodi dan kendalanya

pada modus deklaratif, interogatif dan imperatif. Hasil kajiannya menemukan

perbedaan prosodi antara pembelajar laki-laki dan perempuan menurut asal daerah

mereka, dan perbedaan antara pembelajar bahasa Prancis dengan penutur asli

Prancis. Kemampuan mahasiswa mempersepsikan tuturan bahasa Prancis

menunjukkan bahwa pembelajar bahasa Prancis adalah baik dalam kopetensi

menyimak. Namun dalam memproduksi tuturan masih belum menunjukkan

kemampuan dalam kompetensi berbicara. Secara teorirtis dan metodologi hasil

penelitian Hesti dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian ini

berikutnya khususnya dalam menggunakan metode Praat dalam menganalisis dan

mengolah data penelitian.

Ganie (2013) menganalisis intonasi kesatuan tindak tutur bahasa Aceh,

dialek Aceh Timur. Penelitian yang dilakukan menggunakan dua kalimat sasaran

(53)

informan remaja dan dewasa. Tuturan kalimat direktif yang diteliti adalah

meliputi unsur nada dasar, nada final, nada tinggi, nada rendah dan durasi

temporal. Temuan yang dihasilkan dari kalimat direktif perintah kapurono seudati ke jih adalah bahwa sesungguhnya tuturan bagi informan remaja lebih tinggi daripada yang dituturkan informan dewasa. Adapun tuturan kalimat direktif

perintah tagun keumamah ke lon siat yang dituturkan informan dewasa lebih tinggi daripada yang dituturkan informan remaja. Dari segi durasi kalimat

kapurono seudati ke jih penutur remaja lebih panjang daripada penutur dewasa, dan kalimat tagun keumamah ke lon siat penutur dewasa lebih panjang daripada yang dituturkan informan remaja. Sedangkan intonasi kalimat tersebut memiliki

kontur deklinasi yang diawali dengan nada dasar Fo lebih tinggi dibandingkan

dengan nada akhir. Penelitian dilakukan uji persepsi terhadap kontur primer,

mengindikasikan bahwa kontur deklinasi memiliki tingkat kesantunan yang relatif

baik. Perseptual intonasi kesantunan terhadap dua tuturan kalimat direktif dengan

kontur deklinasi yang memiliki parameter nada yang berbeda antara penutur

remaja yang bernada tinggi dengan penutur dewasa yang bernada rendah, ini

menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.

Persepsi intonasi kesatuan, ditemukan bahwa setelah dilakukan perubahan

intonasi dengan menaikkan beberapa st, maka jawaban responden umumnya

menyatakan bahwa intonasi tersebut tidak santun. Tetapi disaat intonasinya

diturunkan dari intonasi normal, diperoleh jawaban responden yang menyatakan

intonasi tersebut mendekati santun. Hasil dan temuan dari penelitian Ganie

secara teorirtis memberi kontribusi bagi penelitian ini sebagai bahan rujukan

(54)

dalam menganalisis dan mengolah data penelitian sehingga memperoleh hasil

yang signifikan.

Malayu (2014) melakukan analisis akustik pengawasuaraan bunyi vokal

bahasa Jepang dalam mengukur durasi, intensitas dan frekuensi pada vokal [ i ]

dan [Ɯ]. Konsep bahasa jepang vokal [ i ] dan [Ɯ] saat berada di antara

konsonan tertentu durasinya rendah. Hasil temuan dari segi ciri akustik melalui

pengukuran durasi vokal [ i ] dan [ Ɯ ] tersebut adalah bahwa pembelajar bahasa

Jepang di kota Medan belum maksimal pengawasuaraan terjadi, dan durasi vokal

itu cenderung tinggi dan lama. Adapun untuk intensitas dasar dan intensitas

minimal yang dituturkan oleh pembelajar bahasa Jepang belum maksimal

mendekati penutur asli. Secara umum ukuran intensitas penutur model desibelnya

stabil tidak turun naik. Selanjutnya untuk frekuensi vokal [ i ] dan [ Ɯ ] di silaba

awal, tengah dan akhir belum maksimal terjadi pengawasuaraan pada pembelajar

bahasa Jepang. Analisis akustik yang dilakukan dalam penelitian ditemukan

bahwa pola pengajaran yang tepat berdasarkan intonasi dan nada pengucapan

yang dapat menjadikan pola aksen bahasa Jepang menjadi tepat. Temuan

penelitian Malayu memberi kontribusi teori eksperimental dan secara metodologi

dalam kajian fonetik digunakan untuk metode Praat menganalisis dan mengolah

data penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tulisan ini penulis membuat robot obstacle avoiding dengan melihat robot-robot sebelumnya yang sudah ada di era sekarang, serta membahas dan menjelaskan tentang

Perubahan sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dari metode CAMELS menjadi metode RGEC disebabkan krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun

Jumlah ligan atau bilangan koordinasi pada sistem solvasi ion Mn 2+ dengan atom oksigen dan hidrogen dalam molekul air dengan menggunakan mekanika molekul MM2bd

Hubungan antara Stres dan Konsep Diri dengan Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa (Penelitian pada Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung).. Penelitian ini

1) Persyaratan teknis pengembangan sarana dan prasana fisik kawasan budidaya air tawar agar memperhatikan standar dan persyaratan teknis lokasi serta teknis bangunan fisik untuk

• Besi cor nodular besi cor kelabu + Magnesium atau Cerium “sebelum” di cor • Grafit bentuk nodular.. Struktur Besi Cor

Performa pada penelitian ini menggambarkan mean square error (mse) dari jaringan. Semakin kecil performa atau mse maka jaringan akan semakin baik , karena memiliki

Pada pengetahuan P3 (epistemik), siswa memiliki ketercapaian yang kurang, dimana siswa mengalami kesulitan dalam membuat suatu klaim yang dapat didukung oleh data