• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pemberian Izin Usaha Industri Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Oleh Pemerintah Kota Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Pemberian Izin Usaha Industri Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Oleh Pemerintah Kota Medan Chapter III V"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT IZIN USAHA INDUSTRI

A.Pengertian dan Azas-azas Perizinan

Persoalan perizinan akan menjadi menarik jika dihubungkan dengan

tatanan negara pada saat ini. Pelaksanaan negara hukum yang demokratis tentu

harus dipahami oleh semua aparatur pemerintah dalam melaksanakan

kewenangannya. Perizinan yang selama ini dianggap sebagai otoritas untuk

pemerintah harusnya ditempatkan dalam dimensi negara huukum yang

demokratis. Oleh karena itu, tentu perizinan tidak dapat dipahami berdasarkan

kemauan dari aparatur pemerintah, tetapi memperlihatkan hak-hak warga negara

dalam kehidupan yang demokrasi.31

Untuk mengendalikan setiap kegiatan atau perilaku individu atau

kolektivitas yang sifatnya preventif adalah melalui izin yang memiliki kesamaan

seperti konsensi dan dispensasi.32 Perizinan sebagai salah satu kewenangan yang

ditentukan pemerintah daerah yang implementasinya tercermin dalam sikap tindak

hukum kepala daerah, baik atas dasar peraturan perundang-undangan yang

dijadikan landasan, maupun dalam kerangka menyikapi prinsip pemerintahan

yang layak sebagai bentuk tanggungjawab public.33

31

Arif Ngadino, Makalah, “Perizinan Dalam Kerangka Negara Hukum Demokratis”. Universitas Sriwijaya : Palembang, 2012. hal 4

32

Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara. PT. Ichtiar Baru : Jakarta, 1962, hal 129. Dalam Ibid hal5

33

Juniarso Ridwan, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik,

(2)

Tidaklah mudah memberikan suatu definisi mengenai izin. Vand der pot

mengatakan “sangatsukar membuat definisi untuk menyatakan pengertian izin

itu”.34

Berkaitan dengan izin, terdapat beberapa istilah lain yang sedikit

banyaknya memiliki kesejajaran dengan izin, yaitu :

1. Dispensasi

Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan

suatuperbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolah perbuatan tersebut.35

Dispensasi menurut WF. Prins adalah tindakan pemerintahan yang menyebabkan

suatu peraturan perundang-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang

istimewa (relaxation logis).36

Dispensasi ini merupakan salah satu bentuk perizinan yang bertujuan

untuk menembus rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan,

sehingga dapat disimpulkan bahwa dispensasi berarti menyisihan pelarangan

dalam hal yang khusus

2. Lisensi

Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarakan

suatu perusahaan. Lisensi digunakan untuk menyatakan suatu izin yang

memperkenankan seseorang untuk menjalankan suatu perusahaan dengan izin

khusus atau istimewa.37

34

E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, PT. Ichtiar Baru : Jakarta, 1983, hal 187

35

Ibid hal186

36

WF. Prins dan R. Kosim Adisapoetra. Pengantar Ilmu Hukum Tata Usaha Negara,

Wolters, 1953. hal 72

37

(3)

3. Konsensi

Konsesnsi merupakan suatu izin yang berhubungan dengan pekerjaan yang

besar, di mana kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga sebenarnya

pekerjaan itu menjadi tugas dari pemerintah. Tetapi oleh pemerintah diberikan hak

penyelenggaraannya kepada konsesionaris (pemegang izin) yang bukan

berupakan pejabat pemerintah. Bentuknya dapat berupa kontraktual atau

kombinasi antara lisensi dengan pemberian status tertentu dengan hak dan

kewajiban serta syarat-syarat tertentu.38

Bentuk lisensi, konsensi, serta dispensasi merupakan bentuk izin khusus

yang diberikan oleh pejabat yang berwenang menerbitkan izin. Izin dapat

diartikan sebagai perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang

mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan

prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.39

Menurut Bagir Manan, izin dalam arti luas berarti suatu persetujua dari penguasa

berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperbolehkan melakukan

tindakan atau perbuataun tertentu yang secara umum dilarang.40

Izin merupakan instrument yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk

mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna

mencapai suatu tujuan konkret. Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku

ujung tombak instrument hukum sebagai pengarah masyarakat agar menciptakan

38

Ateng Syafrudin, Makalah, Perizinan Untuk Berbagai Kegiatan. hal 1

39

Sjachran Basah, Makalah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi,

Makalah disampaikan pada penataran Hukum Administrasi dan Lingkungan di Fakultas Hukum UNair, Surabaya, 1995. hal 12., Dalam Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta : 2011

40 Bagir Manan, Makalah, “Ketentuan

-ketentuan Mengenai Pengaturan Penyelenggaraan

(4)

suasana yang adil dan makmur.41Hal ini berarti, lewat perizinan, dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur tersebut akan terwujud. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat dari Prajudi Atmosudirdjo yang menyatakan

“berkenaan dengan fungsi hukum, izin dapat diletakan dalam fungsi menertibkan

masyarakat”.42

Philipus M. Hadjon berpendapat, izin dapat diartikan dalam arti luas dan

dalam arti sempit. Istilah izin menurut Philipus M. Hadjon merupakan istilah izin

dalam arti luas. Sedangkan dalam arti sempit, Philipis M. Hadjon menggunakan

istilah perizinan.43

Izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam

hukum administrasi negara. pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis

untuk mengemudikan tingkah laku para warga. N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge

memberikan argument mengenai arti dari perizinian, sebagaimana yang disunting

oleh Philipus M. Hadjon, sebagai berikut :44

“izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerntah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundangan. Dengan memberian izin, penguasa memperkenankan orang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya”.

Izin dalam arti sempit menurut N.M. Spelt dalam Buku Phlipus M.

Hadjon, adalah :45

41

Sjachran Basah, Tiga Tulisan Hukum, Armico : Bandung, 1986. hal 2

42

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghal ia Indonesia : Jakarta, 1981. hal 2

43

Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika : Surabaya, 1993. hal 2-3

44 Ibid 45

(5)

“Pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Tujuannya adalah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun di mana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya”.

Tatiek Sri Djatmiati berpendapat bentuk izin dalam arti sempit dapat

berupa pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin melakukan

suatu usaha.46

Sedangkan izin dalam arti luas atau istilah yang disebutkan oleh Philipis

M. Hadjon adalah perizinan, yang merupakan suatu persutujuan dari penguasa

berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan

tertentu menyimpang dari ketentuan larangan peraturan perundang-undangan.47

Makna hukum yang muncul berdasarkan definisi di atas adalah bahwa adanya

perkenaan untuk melakukan sesuatu yang semestinya dilarang. Sehingga akan

dapat ditemukan berbagai wujud perizinan seperti dispensasi, konsekuensi,

rekomendasi dan lainnya.48

Hal pokok pada izin adalah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali

diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan yang disangkutkan dengan

perkenaan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertemtu bagi tiap kasus. Jadi

persoalannya bukanlah untuk hanya memberi perkenaan dalam keadaan yang

sangat khusus, tetapi dengan memperbolehkan tindakan-tindakan dengan cara

tertentu. Cara-cara tertentu yang dimaksud adalah cara-cara yang telah ditentukan

oleh peraturan perundang-undangan.

46 Tatiek Sri Djatmiati, Disertasi, “Prinsip Izin Usaha Industri di Indonesia”, Universitas

Airlangga : Surabaya, 2002. Hal 16. Dalam Arif Ngadino, Op.cithal13

47

Philipus M. Hadjon. Loc.cit 48

(6)

Berpijak dari pendapat Philipus M. Hadjon yang dikutip oleh Tatiek Sri

Djatmiati mengenai perizinan, dapat disimpulkan bahwa izin usaha industri yang

merupakan salah satu kategori izin usaha, merupakan salah satu bentuk izin dalam

arti sempit yang dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon.

Izin usaha industri merupakan suatu persetujuan yang diberikan oleh

pemerintah kepada suatu badan atau organ untuk melakukan aktivitas usaha. Izin

usaha industri ini diberikan oleh pejabat yang berwenang mengeluarkan izin,

dengan tata cara yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

Pemerintah memberikan izin kepada pemohon izin, sesuai dengan amanat

dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam menghadapi globalisasi

dan tuntunan masyarakat yang semakin tinggi, diperlukan perbuahan paradigma,

budaya, cara berfikir dan metode pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

pendekatan kekuasaan yang selama ini dipergunakan dalam pelayanan tidak lagi

cocok. Demikian pula ruang lingkup peran dan fungsi pemerintah saat ini yang

seharusnya diarahkan pada fungsi pengaturan yang menjadi pedoman bagi

masyarakat dan pelaku ekonomi, seperti individu, orang perorangan, perseroan

terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Koperasi, dan lembaga lainnya.49

Pada dasaranya, kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar menjaga

ketertiban dan keamanan. Tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum. Tugas

dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan

tugas klasik yang sampai kini masih tetap dipertahankan. Dalam rangka

melaksanakan tugas ini, kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang

49

(7)

pengaturan yang dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrument yuridis

untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret, ketetapan ini merupakan

ujung tombak dari instrument hukum dalam penyelenggaraan pemerintah atau

sebagai norma penutup dalam rangkaian norma hukum. Salah satu wujud

ketetapan ini adalah izin.50

Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan hukum

pemerintah. Sebagai tindakan hukum, maka harus ada wewenang yang diberikan

oleh peraturan perundang-undangan atau harus berdasarkan pada asas legalitas.

Tanpa dasar wewenang, tindakan hukum itu menjadi tidak sah. Oleh karena itu,

dalam hal membuat dan menerbitkan izin harus didasarkan pada wewenang yang

diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Wewenang pemerintah untuk mengeluarkan izin itu ditentukan secara

tegas dalam peraturan-perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan

tersebut. namun dalam penerapannya, kewenangan pemerintah dalam bidang izin

itu berupa kewenangan bebas. Artinya adalah kepada pemerintah diberikan

kewenangan untuk mempertimbangkan atas dasar inisiatif sendiri hal-hal yang

berkaitan dengan izin, misalnya pertimbangan tentang :51

1. Kondisi-kondisi apa yang memungkinkan suatu izin dapat diberikan

kepada pemohon

2. Bagaimana mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut

50

Ibid hal9

51 Marcus Lukman, Disertasi, “

Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan Dalam Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Rencana Pembangunan di Daerah Serta Dampaknya Terhadap

(8)

3. Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau

penolakan izin dikaitkan dengan pembatasan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

4. Prosedur apa yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan

sesudah keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan

pemberian izin.

Pemerintah dalam menerbitkan izin, harus sesuai dengan asas-asas

pemerintahan yang baik atau asas-asas pemerintahan yang layak. Karena

pemberian izin merupakan suatu tindakan pemerintah dengan memberikan

keputusan mengenai pemberian izin. Asas-asas yang harus ada dalam pemberian

izin sesuai dengan asas-asas pemerintahan yang baik atau yang layak adalah

sebagai berikut :52

1. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum yaoti asas dalam negara hukum yang

mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan

dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.

Pemberian izin yang merupakan tindakan pemerintah harus didasarkan

dengan peraturan perundang-undangan. Sehingga, dalam rangka kebijakan

memberikan izin, harus memiliki kepastian hukum, guna menjamin terwujudnya

tujuan pemberian izin yaitu untuk menertibkan masyarakat serta memberikan

keadilan dan kemanfaatan bagi masyarakat.

52

(9)

2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara

Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi landasan

keteraturan, keserasian, dan keseimbangan Dallam pengendalian penyelenggara

negara.

3. Asas Kepentingan Umum

Asas kepentingan umum ini berarti asas yang mendahulukan kesejahteraan

uumum dengan cara yang aspiratifm akomodatif dan selektif. Dalam rangka

pemberian izin, sebelum penerbitan izin pemerintah harus mempertimbangkan

kepentingan masyarakat terlebih dahulu. Sehingga tidak ada satupun kepentingan

masyarakat yang dirugikan akibat penerbitan izin tersebut.

4. Asas Keterbukaan

Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara dengan tetap memerhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi dan rahasia negara.

5. Asas Proporsionalitas

Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban dari

penyelenggara negara.

6. Asas Profesionalitas

Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan

(10)

7. Asas Akuntabilitas

Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan

penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Asas-asas pemerintahan yang baik adalah sebagai berikut :53

1. Asas Persamaan

2. Asas Kepercayaan

3. Asas Kepastian Hukum

4. Asas Kecermatan

5. Asas Pemberian Alasan

6. Larangan Penyalahgunaan wewenang

7. Larangan Bertindak Sewenang-wenang.

Asas yang paling menarik dalam sistem hukum administrasi negara

Belanda adalah asas pemberian alasan. Asas pemberian alasan berarti bahwa suatu

keputusan harus dapat didukung oleh alasan-alasan yang dijadikan dasarnya.

Alasan yang dapat dijadikan dasar adalah sebagai berikut :54

1. Syarat bahwa suatu ketetapan harus diberi alasan

2. Ketetapan harus memiliki dasar fakta yang teguh

3. Pemberian alasan harus cukup dapat mendukung.

53

Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University Press : Yogyakarta, 2008. hal 270

54

(11)

Asas pemberian alasan ini dapat menjadi salah satu alasan yang kuat bagi

pemerintah untuk memberikan izin, agar izin yang diberikan oleh pemerintah

dapat diterima secara logis oleh masyarakat luas. Tentu saja asas memberikan

alasan ini memiliki hubungan dengan asas keterbukaan.

B.Unsur-unsur Izin

Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan

perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur

dan persyaratan tertentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan,

yaitu sebagai berikut :55

1. Instrumen Yuridis

Dalam negara hukum modern tugas, kewenagan pemerintah tidak hanya

sekedar menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde), tetapi juga

mengupayakan kesejahteraan umum (bestuurszorg). Tugas dan kewenagan

pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan meupakan tugas klasik yang

sampai kini masih tetap dipertahankan. Dalam rangka melaksanakan tugai ini

kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan, yang dari

fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrument yuridis untuk menghadapi

peristiwa individual dan konkret, ketetapan ini merupakan ujung tombak dari

instrument hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan.56 atau sebagai norma

penutup dalam rangkaian norma hukum.57 Salah satu wujud dari ketetapan ini

adalah izin. Berdasarkan jenis-jenis ketetapan, izin termasuk sebgai ketetapan

55

Ridwan HR, Op.cithal210-217

56 Ibid 57

(12)

yang bersifat konstitutif, yakni ketetapan yang menimbulkan hak baru yang

sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum dalam

ketetapan itu.58

2. Peraturan Perundang-undangan

Salah satu prinsip dalam negara hukum adalah wetmatigeheid van bestuur

atau pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain,

setiap tindakan hukum pemerintah, baik dalam menjalankan fungsi pengaturan

maupun fungsi pelayanan, harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh

peraturan perundang-undangan yang berlaku. “Om positief recht ten kunnen

vasstellen en handhaven is een bevoegheid noodzakelijk. Zonder bevoegheid

kunnen geen juridisch concrete besluiten genomen worden”.59

Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan hukum

pemerintahan. Sebagai tindakan hukum, maka harus ada wewenang yang

diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau harus berdasarkan pada asas

legalitas. Tanpa dasar wewenang, tindakan hukum itu menjadi tidak sah. Oleh

karena itu, dalam hal membuat dan menerbitkan izin haruslah didasarkan pada

wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku

karena tanpa adanya dasar wewenang tersebut ketetapan izin tersebut menjadi

tidak sah.

Pada umumnya wewenang pemerintah untuk mengeluarkan izin itu

ditentukan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

dari perizinan tersebut. Akan tetapi, dalam penerapannya, menurut Marcus

58

C.J.N. Versteden, Indeiding Algemeen Bestuursrecht. Samsom H.D. Tjeenk Willink, Alphen aan den Rijn, 1984, hal. 69.

(13)

Luckman, kewenangan pemerintah dalam bidang izin itu bersifat diskresionare

power atau berupa kewenangan bebas, dalam arti kepada pemerintah diberi

kewenangan untuk memertimbangkan atas dasar inisiatif sendiri hal-hal yang

berkaitan dengan izin, misalnya pertimbangan tentang :60

a. Kondisi-kondisi apa yang memungkinkan suatu izin dapat

diberikan kepada pemohon

b. Bagaimana mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut

c. Konsekuesi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau

penolakan izin dikaitkan dengan pembatasan peraturan

perundangundangan yang berlaku

d. Prosedur apa yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan

sesudah keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan

pemberian izin.

3. Organ Pemerintah

Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintahan

baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Menurut Sjachran Basah, dari

penelusuran perbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintahan dapat diketahui

bahwa mulai dari administrasi negara tertinggi (presiden) sampai dengan

administrasi negara terendah (lurah) berwenang memberikan izin. Ini berarti

terdapat aneka ragam administrasi negara ( termasuk instansinya) pemberian izin,

yang didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik di tingkat pusat maupun daerah.61

60

Marcus Lukman, "Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan dalam Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Rencana Pembangunan di Daerah serta Dampaknya terhadap Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasional”. Disertasi, Universitas Padjadjaran : Bandung, 1996. hal 189.

61

(14)

Terlepas dari beragam organ pemerintahan atau administrasi negara yang

mengeluarkan izin, yang pasti adalah bahwa izin hanya boleh dikeluarkan oleh

organ pemerintahan. Menurut N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, keputusan yang

memberikan izin harus diambil oleh organ yang berwenang, dan hampir selalu

yang terkait adalah organ-organ pemerinthan atau administrasi negara. Dalam hal

ini organ-organ pada tingkat penguasa nasional (seorang menteri) atau tingkat

penguasa-penguasa daerah.62

Beragamnya organ pemerintahan yang berwenang memberikan izin dapat

menyebabkan tujuan dari kegiatan yang membutuhkan izin tertentu menjadi

terhambat, bahkan tidak mencapai sasaran yang hendak dicapai. Artinya campur

tangan pemerintah dalam bemtuk regulasi perizinan dapat menimbulkan

kejenuhan bagi pelaku kegiatan yang membutuhkan izin, apalagi bagi kegiatan

usaha yang menghendaki kecepatan pelayanan dan menuntu efisiensi. Menurut

Soehardjo, pada tingkat tertentu regulasi ini menimbulkan kejenuhan dan timbul

gagasan yang mendorong untuk menyederhanakan pengaturan, prosedur, dan

birokrasi. Keputusan-keputusan pejabat sering membutuhkan waktu lama,

misalnya pengeluaran izin memakan waktu berbulan-bulan, sementara dunia

usaha perlu berjalan cepat, dan terlalu banyaknya mata rantai dalam prosedur

perizinan banyak membuang waktu dan biaya.63

62

Soehardjo, Hukum Administrasi Negara Pokok-pokok Pengertian serta

Perkembangannya di Indonesia. Badan Penerbit Universitas Diponogoro : Semarang, 1991. hal 25.

(15)

4. Prosedur dan Persyaratan

Berbagai jenis izin dan instansi pemberian izin dapat saja berubah seiring

dengan perubahan kebijakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

izin tersebut. Meskipun demikian, izin akan tetap ada dan digunakan dalam setiap

penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan.

Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang

ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Disamping harus menempuh

prosedur tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan

tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin.

Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan

izin, dan instansi pemberian izin. Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin itu

bersifat konstitutif dan kondisional. Bersifat konstitutif, karena ditentukan suatu

perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus (terlebih dahulu) dipenuhi, artinya

dalam hal pemberian izin itu ditentukan suatu perbuatan konkret, dan bila tidak

dipenuhi dapat dikenakan sanksi. Bersifat kondisional, karena penilaian tersebut

baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku

yang disyaratkan itu terjadi.64.

Penentuan prosedur dan persyaratan perizinan ini dilakukan secara

sepihak oleh pemerintah. Meskipun demikian, pemerintah tidak boleh membuat

atau menentukan prosedur dan persyaratan menurut kehendaknya sendiri secara

arbitrer (sewenang-wenang), tetapi harus sejalan dengan peraturan

perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan tersebut. Dengan kata lain,

pemerintah tidak boleh menentukan syarat yang melampaui batas tujuan yang

hendak dicapai oleh peraturan hukum yang menjadi dasar perizinan bersangkutan.

64

(16)

C.Peraturan Perundang-Undangan Terkait Izin Usaha Industri

Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu instrument

pemerintah, yang merupakan sarana atau alat yang digunakan oleh pemerintah

dalam melaksanakan tugasnya, dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan.

Selain itu, pemerintah juga menggunakan peraturan perundang-undangan tersebut

untuk menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan

kemasyarakatan, seperti perizinan.65

Untuk menemukan norma hukum dalam administrasi negara, haruslah

dicari dalam semua peraturan perundang-undangan terkait sejak tingkat yang

paling tinggi dan bersifat umum-abstrak sampai ke tingkat yang terendah dan

bersifat individual-konkret. Menurut Indroharto dalam suasana hukum tata usaha

negara itu, kita menghadapi beritngkat-tingkat norma-norma hukum yang harus

diperhatikan. Artinya peraturan hukum yang harus diterapkan tidak begitu saja

kita temukan dalam undang-undang, tetapi dalam kombinasi peraturan-peraturan

dan keputusan-keputusan tata usaha negara yang satu dengan yang lain saling

berkaitan.

Perizinan, termasuk pemberian izin usaha industri yang merupakan salah

satu bentuk kebijakan pemerintah, juga harus memiliki aturan hukum yang

mengatur. Berikut berbagai bentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur

mengenai izin usaha industri :

65

(17)

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah

Setiap tindakan yang dilakukan oleh pejabat publik, seharusnya memiliki

aturan normatif sebagai landasan utama untuk melakukan tindakan tersebut.

Pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan pemerintahan daerah harus

memiliki sebuah landasan normatif yang kuat. Pemerintah daerah dalam

menjalankan roda pemerintahan berlandaskan kepada Undang-undang

Pemerintahan Daerah Nomor 23 Tahun 2014 jo Nomor 9 Tahun 2015.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-undang Nomor

9 Tahun 2015 tersebut, mengatur sedemikian rupa bagaimana pemerintah pusat

memberikan berabagai bentuk kewenangan kepada pemerintah daerah, dengan

menggunakan asas desentralisasi.

Dalam pemerintahan daerah, menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun

2014 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010, Pasal 65 menyebutkan :

(1) Kepala daerah mempunyai tugas:

a. Memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD

b. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat; c. m

c. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan

rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD

d. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD,

rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama

e. Mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan

f. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(18)

a. Mengajukan rancangan Perda

b. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama

DPRD

c. Menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah

d. Mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat

dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat

e. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 65 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-undang

Nomor 9 Tahun 2015 menjadi legitimasi bagi kepala daerah untuk melakukan

tugas dan melaksanakan kewenangan dari kepala daerah. Mengenai pemberian

izin usaha industri tidak disebutkan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 65.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-undang Nomor

9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kategori urusan

pemerintahan yang merupakan urusan pemerintah pusat, dan juga memberikan

kategori urusan pemerintahan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah

dengan asas desentralisasi.

Berdasarkan Pasal 1 angka 5 Undang-undang Pemerintah Daerah, Urusan

Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden

yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara

Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan

menyejahterakan masyarakat.Kategori urusan pemerintahan yang dibedakan

dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-undang

(19)

a. Urusan Pemerintah Absolut

Pasal 9 ayat (2) Undang-undang Pemerintah Daerah menyarakan bahwa

urusan pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya

menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.

Adapun urusan pemerintahan yang dikategorikan sebagai urusan

pemerintahan absolut yang dijelaskan dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 23

Tahun 2014 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 adalah sebagai berikut :

1) Politik luar negeri

2) Pertahanan

3) Keamanan

4) Yustisi

5) Moneter dan fiskal nasional

6) Agama.

b. Urusan Pemerintahan Konkuren

Pasal 9 ayat (3) Undang-undang Pemerintah Daerah menyarakan bahwa

urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara

Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan

pemerintahan konkuren ini, pada Pasal 11 memberikan kategori terhadap urusan

pemerintahan ini menjadi :

1) Urusan Wajib

Pasal 1 angka 14 undang Nomor 23 Tahun 2014 jo

Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 menyatakan bahwa urusan pemerintahan Wajib

adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh semua Daerah.

Urusan Pemerintahan wajib, menurut Pasal 12 Undang-undang Nomor 23 Tahun

(20)

(1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar

meliputi :

a) Pendidikan

b) Kesehatan

c) Pekerjaan umum dan penataan ruang

d) Perumahan rakyat dan kawasan permukiman

e) Ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat;

f) Sosial

(2) Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan

Dasar meliputi :

a) Tenaga kerja

b) Pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak

c) Pangan

d) Pertanahan

e) Lingkungan hidup

f) Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

g) Pemberdayaan masyarakat dan desa

h) Pengendalian penduduk dan keluarga berencana

i) Perhubungan

j) Komunikasi dan informatika

k) Koperasi, usaha kecil, dan menengah

l) Penanaman modal

m) Kepemudaan dan olah raga

n) Statistik

o) Persandian

p) Kebudayaan

q) Perpustakaan

r) Kearsipan

2) Urusan Pilihan

Pasal 1 angka 15 undang Nomor 23 Tahun 2014 jo

Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan urusan

pemerintahan pilihan adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan

oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah. Urusan pilihan yang

(21)

a) Kelautan dan perikanan

b) Pariwisata

c) Pertanian

d) Kehutanan

e) Energi dan sumber daya mineral

f) Perdagangan

g) Perindustrian

h) Transmigrasi.

c. Urusan Pemerintahan Umum

Menurut Pasal 9 ayat (5), urusan pemerintahan umum adalah urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5)

meliputi:

1) Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam

rangka memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian

Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

2) Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa

3) Pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama,

ras, dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan

lokal, regional, dan nasional

4) Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan

5) Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada

di wilayah Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk

(22)

prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan,

keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman

Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

6) Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila

7) Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan

kewenangan Daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.

Berdasarkan uraian mengenai urusan pemerintahan di atas, dapat dilihat

bahwa pada Pasal 12 ayat (3) huruf g, salah satu urusan pemerintah yang menjadi

urusan pemerintahan daerah dengan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat

adalah urusan tentang perindustrian. Urusan perindustrian dalam Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2014 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah, termasuk

urusan pemerintahan konkuren dengan kategori urusan pemerintahan pilihan.

Artinya, tidak semua pemerintah daerah yang memiliki kewenangan dalam bidang

perindustrian. Hanya pemerintah daerah pada daerah yang berpotensial yang

memiliki kewenangan dalam bidang perindustrian, termasuk pemberian izin usaha

industri.

2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

Pembangunan nasional dilaksanakan dengan memanfaatkan kekuatan dan

kemampuan sumber daya yang tangguh dan didukung oleh nnilai-nilai budaya

yang luhur bangsa, guna mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan

bangsa untuk kepentingan nasional. Pembangunan nasional di bidang ekonomi

dilaksanakan untuk menciptakan struktur ekonomi yang mandiri, sehat dan kokoh

(23)

Globalisasi dan liberalisasi membawa dinamia perubahan yang sangat cepat dan

berdampak luas bagi perekonomian nasional. Di satu sisi, pengaruh yang paling

dirasakan adalah terjadi persaingan yang semakin ketat dan di sisi lain membuka

peluang kolaborasi. Sehingga pembangunan industri memerluukan berbagai

dukungan dalam bentuk perangkat kebijakan yang tepat, perencanaan terpadu dan

pengelolaan yang efisien dengan memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola yang

baik.66

Undang-undang Perindustrian merupakan peraturan dasar menyangkut

perindustrian. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian ini

mengatur mengenai :

a. Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang perindustrian

b. Rencana induk pembangunan industri nasional

c. Kebijakan industri nasional

d. Perwilayahan industri nasiona;

e. Pembangunan sumber daya industri

f. Pembangunan sarana dan prasarana industri

g. Pemberdayaan industri

h. Tindakan pengamanan dan penyelematan industri

i. Perizinan, penanaman modal bidang industri dan fasilitas

j. Komite industri nasional

k. Peranserta masyarakat

l. Pengawasan dan pengendalian

66

(24)

Dalam Nomor 23 Tahun 2014, perindustrian dilaksanakan dengan asas :

a. Kepentingan nasional

b. Demokrasi ekonomi

c. Kepastian berusaha

d. Pemerataan persebaran

e. Persaingan yang sehat

f. Keterkaitan industri,

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Perindustrian,

Undang-undang ini memberikan kemungkinan kepada pemerintah daerah untuk

menangani urusan mengenai urusan perindustrian. Hal tersebut disebutkan dalam

Pasal 7 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Perindustrian sebagai

berikut :

“Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota secara bersama-sama atau sesuai dengan kewenanganan masing-masing menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

perindustrian sebagaimana yang di atur dalam undang-undang ini”

Dalam rangka kewenangan pemerintah daerah untuk mengurus urusan

perindustrian, Gubernur sebagai kepala pemerintahan daerah harus membuat

rancangan pembangunan industri provinsi. Dimana rancantan pembangunan

industri tersebut harus disesuaikan dengan rancangan pembangunan perindustrian

nasional.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 Tentang Izin Usaha Industri

Pembangunan Industri sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2014 tentang Perindustrian dilaksanakan dengan berdasarkan asas

(25)

persebaran, persaingan usaha yang sehat, dan keterkaitan Industri. Untuk itu,

Pemerintah berkewajiban memberikan pembinaan dan pengembangan terhadap

pertumbuhan Industri serta menciptakan iklim usaha yang sehat bagi

perkembangan dunia usaha. Di sisi lain, dunia usaha perlu memberikan respon

positif dengan mengembangkan Industri yang inovatif, efisien, ramah lingkungan

dan berkelanjutan sehingga memiliki daya saing di tingkat global. Melalui

pembinaan, pengembangan, dan pengaturan Industri yang dilakukan, Pemerintah

mengupayakan untuk menciptakan iklim usaha Industri secara sehat dan mantap.

Dengan iklim usaha Industri tersebut, diharapkan Industri dapat memberikan

umpan balik dalam menciptakan lapangan kerja yang luas, menumbuhkan

kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dan kekuatan sendiri dalam

membangun Industri. Pencapaian pertumbuhan Industri membutuhkan kepastian

berusaha melalui pengaturan perizinan usaha Industri. Menyadari peran tersebut,

perizinan harus mampu memberikan motivasi yang dapat mendorong dan menarik

minat para investor untuk menanamkan modalnya di sektor Industri. Perizinan

merupakan salah satu kebijakan Pemerintah yang dapat menjadi alat untuk

menggerakkan perkembangan dunia usaha ke bidang yang mendukung

pembangunan Industri. Oleh karena itu, sistem perizinan dapat dimanfaatkan

antara lain untuk pemerataan persebaran Industri, pendayagunaan potensi sumber

daya Industri secara efisien dan optimal, dan pendataan Industri.67

Secara hirarki menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun

2011 Tentang Peraturan Perundang-undangan, kedudukan Peraturan Pemerintah

(26)

Nomor 107 Tahun 2015 berada di bawah Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014.

Sesuai asas lex posterior derogate legi inferior, Peraturan Pemerintah Nomor 107

Tahun 2015 tidak boleh bertentangan dan harus sejalan dengan Undang-undang

Nomor 3 Tahun 2014.

Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 Tentang Izin Usaha

Industri, merupakan peraturan pelaksana dari Undang-undang Nomor 3 Tahun

2014 Tentang Perindustrian. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015

mengatur mengenai klasifikasi izin usaha industri, kewenangan pemberian izin

usaha industri, tata cara pemberian izin usaha industri, izin perluasan, serta tata

cara pengenaan sanksi administratif.

Berdasarkan pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun

2015, Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang

yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

Sedangkan pada Pasal 1 angka 5 menyebutkan bahwa izin usaha industri adalah

izin yang diberikan kepada setiap orang untuk melakukan kegiatan usaha Industri.

Mengenai klasifikasi izin usaha industri, Pasal 2 ayat (2) menyebutkan

bhawa kegiatan usaha Industri merupakan kegiatan mengolah Bahan Baku

dan/atau memanfaatkan sumber daya Industri untuk:

a. Menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih

tinggi

(27)

Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 ini juga memberikan

klasifikasi usaha industri, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat (3)

sebagai berikut :

1. Usaha Industri Kecil

2. Usaha Industri Menengah

3. Usaha Industri Besar

Dalam melaksanakan kegiatan industri, baik usaha industri tersebut

merupakan usaha industri kecil, usaha industri menengah, maupun usaha industri

besar sekalipun, harus memiliki izin usaha industri. Berdasarkan Pasal 3 ayat (1),

klasifikasi izin usaha industri, disesuaikan dengan klasifikasi usaha industri.

Untuk usaha industri kecil, harus memiliki izin usaha industri untuk usaha industri

kecil, untuk usaha industri menengah, harus memiliki izin usaha industri untuk

usaha industri menengah, dan untuk usaha industri besar., harus memiliki izin

usaha industri untuk usaha industri besar.

Dalam izin usaha industri, Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor

107 Tahun 2015 Tentang Izin Usaha Industri, harus terdapat :

a. Identitas perusahaan

b. Nomor pokok wajib pajak

c. Jumlah tenaga kerja

d. Nilai investasi

e. Luas lahan lokasi industri

f. Kelompok industri sesuai dengan kbli

g. Kapasitas produksi terpasang untuk industri yang menghasilkan barang

(28)

Izin usaha industri diberikan kepada perusahan yang akan melaksanakan

urusan industri oleh pejabat yang berwenang. Sesuai Pasal 3 ayat (3) Peraturan

Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015, izin usaha industri diberikan oleh Menteri,

gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Jika di amati Pasal 3 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun

2015 yang menyatakan bahwa gubernur atau bupati/walikota juga dapat

memberikan izin usaha industri sesuai kewenangannya, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa pemerintah daerah dilegitimasikan memiliki kewenangan

untuk memberikan izin usaha industri. Apabila dikaitkan dengan Undang-undang

Pemerintah Daerah, dengan mengingat Undang-undang Pemerintah Daerah

Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 memberikan

kewenangan untuk mengurus perindustrian, maka dapat diambil sebuah konklusi

bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 ekuivalen dengan

kewenangan pemerintah daerah dalam mengurus usaha perindustrian yang

dimasukan kedalam kategori usaha konkuren pilihan.

Perusahaan yang telah diberikan izin usaha industri, memiliki kewajiban

untuk melakukan kegiatan industri sesuai dengan izin usaha industri tersebut. dan

juga Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 ini juga mewajibkan

perusahaan yang menerima izin usaha industri untuk menjaga keamanan dan

keselamatan alat, proses, hasil produksi, penyimpanan, serta pengangkutan.

Menteri berwenang untuk memberikan izin usaha industri terhadap usaha

industri yang disebutkan oleh Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 107

(29)

a. Industri strategis

b. Industri teknologi tinggi

c. Industri minuman beralkohol

d. Industri yang terkait langsung dengan pertahanan dan keamanan

e. Industri yang berdampak penting pada lingkungan

f. Industri yang merupakan penanaman modal asing dan penanam modal

yang menggunakan modal asing, yang berasal dari pemerintah negara

lain, yang didasarkan perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah Pusat dan

pemerintah negara lain.

Selain kewenangan yang disebutkan pada Pasal 10 ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015, Gubernur dan bupati atau walikota memiliki

kewenangan untuk memberikan izin usaha industri.

Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun

2015, Gubernur memiliki kewenangan untuk memberikan izin usaha industri

besar, selain yang menadi kewenangan menteri sebagaimana yang disebutkan

dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015. Selain itu,

berdasarkan Pasal 11 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015,

Gubernur dalam hal memberikan izin usaha industri, dapat mendelegasikan

kewenangan kepada kepala instansi pemerintahan provinsi dalam

(30)

Sedangkan Pasal 11 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun

2015 menyebutkan bahwa Bupati/Walikota, dapat memberikan izin usaha industri

terhadap usaha industri kecil dan menengah dan bukan merupakan kewenangan

menteri. Dan berdasarkan Pasal 11 ayat (2)Peraturan Pemerintah Nomor 107

Tahun 2015, Bupati/Walikota dapat mendelegasikan kewenangan kepada kepala

instansi pemerintahan Kabupaten/Kota, dalam menyelenggarakan pelayanan satu

pintu.

Setiap izin usaha industri baik industri kecil, menengah maupun besar,

dalam pemberian izin tersebut harus memiliki syarat dan ketentuan. Terhadap

usaha industru kecil, syarat ketentuan yang harus dipenuhi sesuai Pasal 16 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 adalah :

a. Seluruh modal usahanya harus dimiliki oleh Warga Negara Indonesia

b. Bidang usaha Industri yang dinyatakan terbuka dan terbuka dengan

persyaratan untuk penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan/atau kebijakan penanaman modal di bidang

Industri yang ditetapkan oleh Menteri

Syarat dan ketentuan yang harus dimiliki dalam pemberian izin usaha

industri menengah dan besar sesuai Pasal Pasal 18 ayat (2) Peraturan Pemerintah

(31)

a. Industri yang memiliki keunikan dan merupakan warisan budaya

bangsa

b. Industri menengah tertentu yang dicadangkan untuk dimiliki oleh warga

negara Indonesia, seluruh modal usahanya harus dimiliki oleh Warga

Negara Indonesia.

4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 41/M-IND/PER/6/2008 jo Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 81/M-IND/PER/10/2014 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri,, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 41/M-IND/PER/6/2008 jo

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 81/M-IND/PER/10/2014 Tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda

Daftar Industri merupakan peraturan teknis yang didasarkan kepada

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian, dan Peraturan Pemerintah

Nomor 107 Tahun 2014.

Dalam Peratruan Menteri Perindustrian Nomor 41/M-IND/PER/6/2008

jo Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 81/M-IND/PER/10/2014 Tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda

Daftar Industri, memiliki aturan yang sama dengan Peraturan Pemerintah Nomor

107 Tahun 2014, yang menyatakan bahwa setiap usaha industri, baik industri

kecil, menengah, maupun besar harus memiliki izin usaha industri.

Perbedaan antara Peratruan Menteri Perindustrian Nomor

41/M-IND/PER/6/2008 jo Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

(32)

Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri dan Peraturan Pemerintah

Nomor 107 Tahun 2014 adalah sifat pengaturan Peratruan Menteri Perindustrian

Nomor 41/M-IND/PER/6/2008 jo Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

81/M-IND/PER/10/2014 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha

Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri yang lebih bersifat teknis.

Dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

41/M-IND/PER/6/2008 jo Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

81/M-IND/PER/10/2014 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha

Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri, cara memberikan izin usaha

industri dapat dilakukan dengan persetujuan prinsip maupun tanpa persetujuan

prinsip.

Pemberian izin usaha industri dengan persetujuan prinsip menurut Pasal

4 ayat (1), diberikan kepada pelaku usaha industri yang melakukan kegiatan di

daerah Kawasan Industri atau Kawasan Berikat. Syarat yang harus dimiliki agar

dapat memiliki izin usaha industri dengan persetujuan prinsip menurut Pasal 5

ayat (2) adalah sebagai berikut :

a. Memiliki IMB

b. Memiliki Izin Lokasi

c. Izin Undang-undang Gangguan

d. Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan

Upaya Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL)

(33)

Sedangkan menurut Pasal 21 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

41/M-IND/PER/6/2008 jo Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

81/M-IND/PER/10/2014 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha

Industri, pemberian izin usaha industri dengan tanpa persetujuan prinsip,

diberikan dengan cara membuat surat pernyataan sesuai dengan surat SP-1, dan

bagi perusahaan yang berada di kawasan industri/ kawasan berikat, harus

(34)

BAB IV

PROSEDUR PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI DALAM PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI, PERDAGANGAN, RUANGAN/GUDANG, DAN TANDA DAFTAR PERUSAHAAN OLEH

PEMERINTAH KOTA MEDAN

A.Jenis-jenis Izin yang Diberikan Oleh Pemerintah Daerah

Izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk ketetapan, yang

digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkret dan individual.

Peristiwa konkret tersebut dapat diartikan sebagai peristiwa yang terjadi pada

waktu tertentu, orang tertentu, tempat tertentu dan fakta hukum tertentu dan

bersifat beragam karena itu, sejalan dengan perkembangan masyarakat, izinpun

memiliki berbagai keragaamn tergantung cara dan prosedur tergantung pada

kewenangan pember izin, dan struktur organisasi yang mengeluarkannya.68

Contohnya adalah Dinas Pendapatan Daerah yang menerbutkan 9 macam

jenis izin, Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan yang menerbitkan 5 jenis izin,

Bagian Perekonomian menerbitkan 4 jenis izin, bagian Kesejahteraan rakyat yang

menerbitkan 4 jenis izin.69 Berbagai jenis izin dan instansi pemberi izin dapat saja

berubah seiring dengan perubahan kebijakan peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan izin tersebut.

Pada umumnya, wewenang pemerintah untuk mengeluarkan izin itu

ditentukan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan. Karena peraturan

perundang-undangan tersebut merupakan suatu dasar yang bersifat konkrit dan

68

Ridwan HR, Op,cit. hal 216

69

(35)

tegas bagi pemerintah untuk melakukan penerbitan izin. Secara logika, tanpa

adanya kewenangan baik pemberian wewenang secara atribusi maupun dengan

pelimpahan wewenang secara delegasi maupun mandate, harus didasarkan pada

peraturan perundang-undangan.

Akan tetapi, dalam penerapannya menurut Marcus Lukman, kewenangan

pemerintah dalam bidang izin itu bersifat diskresionare power atau berupa

kewenangan bebas, dalam arti kepada pemerontah diberikan kewenangan untuk

mempertimbangkan atas dasar inisiatif yang berkaitan dengan pemberian izin.70

Pada dasarnya, apabila penerbitan izin tersebut diberikan berdasarkan

kebebasan bertindak dari pemerintah atau diskresi, memiliki keuntungan maupun

kerugian. Keuntungannya adalah apabila penerbitan izin berdasarkan asas

diskresi, maka penerbitan izin tersebut akan lebih mudah dan tidak menggunaka

prosedur yang terlalu rumit. Akan tetapi, kerugian pada saat penerbitan izin jika

didasarkan kepada diskresi akan membuka celah yang sebesar-besarnya bagi

pejabat yang berwenang menerbitkan izin untuk melakukan korupsi, terutama

dalam bentuk gratifikasi maupun penyalahgunaan jabatan dan wewenang.

Pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam melakukan berbagai

bentuk penerbitan izin, berdasarkan asas dekonsentrasi dari pemerintah pusat.

Selain itu, pemerintah daerah dalam meberikan izin, juga didasarkan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemerintah daerah dapat memberikan izin dengan dasar sebagaimana yang

disebutkan dalam BAB IV mengenai urusan pemerintahan pada Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2014 Jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang

Pemerintahan Daerah.

70

F.A.M Stroink dan J.G. Steenbeek, Inleiding in het Staats-en Administratief Recht,

(36)

Daerah otonom dalam rangka penerbitan izin, berdasarkan kondisi yang

ada pada daerah otonom tersebut. Artinya, setiap daerah tidak memiliki jenis-jenis

perizinan yang sama. Bentuk pengaturan mengenai perizinan tersebut akan di atur

lebih lanjut dengan peraturan daerah.

Selain itu, Pemerintah Kota Medan menerbitkan 25 jenis perizinan yang

didasarkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan. Adapun Jenis Perizinan yang di

terbitkan oleh Pemerintah Kota Medan adalah sebagai berikut :71

NO usaha industri dan wajib

71

(37)
(38)
(39)

14 Izin Usaha

15 Izin Insidentil Perda

(40)
(41)

23 Izin

Jika dilihat dari contoh perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Kota

Medan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap daerah memiliki

kewenangan untuk memberikan izin sebagai bentuk usaha pemerintahan daerah

(42)

Setiap kepala daerah dalam hal ini merupakan kepala pemerintahan yang

mendapatkan kewenangan berdasarkan asas dekosentrasi dari pemerintah pusat,

memiliki hak untuk menentukan bentuk-bentuk izin yang dapat diberikan oleh

pemerintah daerah. Akan tetapi, walaupun Kepala Daerah memiliki hak untuk

menerbitkan berbagai bentuk perizinan, harus sesuai dengan asas-asas perizinan

yang juga merupakan asas pemerintahan yang layak.

Pemerintah daerah dalam menerbitkan izin memiliki tujuan dan dasar

pemikiran tersendiri. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha daerah untuk

memajukan daerahnya. Kewenangan tersbut diberikan kepada Pemerintah Daerah,

karena Pemerintah Daerah dianggap lebih mengetahui apa yang dibutuhkan oleh

daerah dalam upaya pembangunan daerah.

Selain itu, pemberian izin oleh daerah yang berbeda tersebut, juga

merupakan salah satu bentuk penerapan otonomi daerah, berdasarkan asas

otonomi daerah serta desentralisasi. Bentuk otonomi daerah ini sampai dengan

saat ini dianggap sangat efektif dalam upaya pembangunan daerah.

Selain untuk melakukan upaya pembangunan daerah, bentuk pemberian

izin daerah ini juga meupakan salah satu upaya dari pemerintah daerah untuk

menertibkan berbagai bentuk kegiatan usaha, menertibkan tata ruang kota, dan

sebagainya.

Dengan adanya peraturan daerah yang mengatur mengenai pemberian izin

atau penertiban izin, membuktikan bahwa pemerintah baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah dalam penertiban izin harus didasarkan dengan

(43)

semata-mata hanya didasarkan dengan diskresi. Tujuan adanya peraturan daerah tersebut

adalah untuk menjamin kepastian hukum, keadilan, serta memaksimalkan

kemanfaatan bagi berbagai pihak.

B.Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Penerbitan Izin Usaha Industri

Izin merupakan instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk

mempengaruhi parga warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna

mencapai suatu tujuan konkret.72 Sebagai suatu instrumen yuridis, izin berfungsi

selaku ujung tombak instrument hukum sebagai pengarah, perekayasa dan

perancang masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan.73 Selain itu, menurut

Prajudi Armosusdirdjo, tujuan dan fungsi dari pemberian izin adalah untuk

menertibkan masyarakat.74

Untuk mencapai tujuan dari penerbitan izin tersebut, perlu regulasi yang

memiliki kompetensi yang baik dalam mengatur tata cara dan prosedur pemberian

atau penerbitan izin tersebut, serta perlu regulasi yang tegas mengenai organ

pemerintahan yang dapat menerbitkan izin tersebut.

Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan

pemerintahan. Sebagai tindakan hukum, maka harus ada wewenang yang

diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau berdasarkan pada asasa

legalitas.75 Tanpa ada dasar wewenang, tindakan hukumm tersebut menjadi tidak

sah. Oleh karena itu, dalam hal membuat dan menerbitkan izin yang merupakan

72

Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan, Liberty : Yogyakarta, 1984. hal 97

73

Ridwan HR, Op.cithal217

74

Prajudi Atmosudirdjo, Op.cit.hal 23

75

(44)

tindakan pemerintahan tersebut juga harus didasarkan wewenang yang diberikan

oleh peraturan perundang-undagan yang berlaku. Karena tanpa adanya wewenang

tersebut, maka izin yang diterbitkan tersebut dianggap tidak sah.

Undang-undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa

Indonesia adalah negara hukum, juga menjadi suatu dasar konstitusional terhadap

kewenangan tersebut. salah satu prinsip negara hukum menurut Jimly Asshiddiqie

adalah adanya asas legalitas (due process of law).76 Dalam pemikirian mengenai

due process of law oleh Jimly Asshiddiqie bahwa setiap negara hukum

dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya. Due process of

law adalah segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan

perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan perundang-undangan yang

tertulis harus ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului tindakan atau perbuatan

administrasi yang dilakukan. Dengan demikian, setiap perbuatan atau tindakan

administrasi harus didasarkan atas atruran (regels). Prinsip normatif demikian

nampaknya sangat kaku dan dapat menyebabkan birokraso menjadi lamban.

Karena itu, untuk menjamin ruang gerak para pejabat administrasi negara dalam

menjalankan tugasnya, maka sebagai pengimbang diakui pula adanya prinsip

Frijsermessen yang memungkinkan para pejabat administrasi negara

mengembangkan dan menetapkan sendiri beleid-regels atau policy rules yang

berlaku internal secara bebas dan mandiri dalam rangka menjalankan tugas

jabatan yang dibebankan olleh peraturan yang sah.77

76

Jimly Asshiddiqie, Artikel, “Prinsip Pokok Negara Hukum”, www.jimly.com/pemikiran/view/11. Diakses pada tanggal 21 Mei 2016 Pada Pukul 13:50. WIB

(45)

Pendapat dari Jimly Asshiddiqie di atas, ternyata memiliki persamaan

dengan pendapat dari F.A.M. Stroink yang dikutip oleh Ridwan HR, bahwa :

“Salah satu prinsip dalam negara hukum adalah pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah, baik dalam menjalankan fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan, harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh pemerintah yang berlaku. Untuk dapat melaksanakan dan menegakan ketentuan hukum positif perlu wewenang. Tanpa wewenang tidak dapat dibuat keputusan yuridis yang bersifat konkret”

Dalam penerbitan izin, seharusnya organ pemerintahan yang memiliki izin

dalam melakukan penerbitan izin haruslah merupakan organ pemerintahan

tunggal. Artinya, lebih baik tidak terdapat lebih dari satu organisasi pemerintahan

dalam menerbitkan satu jenis izin. Beragamnya organ pemerintahan yang

berwenang memberikan izin dapat meyebabkan tujuan dari kegiatan yang

membutuhkan izin tertentu menjadi terhambat. Bahkan tidak mencapai sasaran

yang akan dicapai.78

Soehardjo berpendapat pada tingkat tertentu regulasi mengenai perizinan

di Indonesia pada saat ini mengakibatkan tingginya tingkat kejenuhan dan timbul

gagasan yang mendorong untuk menyederhanakan pengaturan, prosedur dan

birokrasi. Keputusan-keputusan pejabat sering membutuhkan waktu yang lama,

misalnya pengeluaran izin yang akan memakan waktu hingga berbulan-bulan,

sementara usaha tersebut perlu berjalan cepat dan terlalu banyaknya mata rantai

dalam prosedur perizinan banyak membuang waktu dan biaya.79

78

Soehardjo, Hukum Administrasi Negara (Pokok-pokok Pengertian Serta Perkembangannya di Indonesia), Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang, 1991. hal 25

79

(46)

Dalam memberikan izin di Indonesia, organ pemerintahan yang ada di

Indonesia, harus memiliki peraturan perundang-undangan yang melegitimasi

tindakan pemerintahan tersebut. Hal tersebut merupakan implikasi Pasal 1 ayat (3)

Undang-undang Dasar yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara

hukum.

Wewenang Pemerintah Daerah dalam menerbitkan izin usaha, khususnya

izin usaha industri, diatur pada Pasal 7 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Perindustrian sebagai berikut :

“Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota secara bersama-sama atau sesuai dengan kewenanganan masing-masing menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

perindustrian sebagaimana yang di atur dalam undang-undang ini”

Selain itu, Undang-undang Nomo 23 Tahun 2014 jo Undang-undang

Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan payung

hukum bagi pemerintah daerah dalam melakukan usaha pemerintahan, juga

memberikan kewenangan kepada Pemerintah daerah dalam memberikan izin

usaha khususnya industri, pada Pasal 12 ayat (3) huruf g Undang-undang Nomo

23 Tahun 2014 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan

Daerah,bahwa salah satu yang menjadi urusan pemerintahan daerah adalah

perindustrian, termasuk penerbitan izin usaha industri.

Kewenangan Pemerintah Daerah dalam penerbitan izin yang di atur

dalam Undang-undang Tentang Perindustrian dan Undang-undang Pemerintahan

Daerah, merupakan wujud asas dekosentrasi, yang bertujuan untuk memajukan

(47)

Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 Tentang

Perindustrian, juga menjadi dasar hukum adanya kewenangan pemerintah daerah

dalam hal kewenangan pemerintah daerah memberikan izin usaha industri.

Selanjutnya, mengenai hal-hal teknis dalam penerbitan izin oleh daerah,

harus didasarkan dengan peraturan yang bersifat teknis pula. Peratruan Menteri

Perindustrian Nomor 41/M-IND/PER/6/2008 jo Peraturan Menteri Perindustrian

Nomor 81/M-IND/PER/10/2014 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Izin Usaha Industri menjadi salah satu bentuk aturan yang bersifat teknis dalam

penerbitan atau pemberian izin oleh Menteri Perindustrian.

Terkait aturan teknis mengenai tata cara pemberian izin usaha industri

yang diterbitkan oleh pemerintah daerah, seharusnya perangkat-perangkat daerah

otonom, membuat peraturan daerah yang bersifat khusus mengenai penerbitan izin

usaha industri.

Peraturan Daerah terkait pemberian izin usaha industri, juga menjadi

legalitas bagi pemerintah daerah tersebut untuk menerbitkan atau memberikan izin

usaha industri. Tanpa peraturan Daerah tersebut, daerah otonom tidak memiliki

legalitas untuk memberikan izin usaha khususnya izin usaha industri kepada

pelaku kegiatan usaha, walaupun secara hirarki peraturan daerah menduduki

hirariki yang lebih rendah jika dibandingkan dengan undang-undang dan

peraturan menteri.

Undang-undang, Peraturan Menteri maupun Peraturan Daerah yang

memberikan izin usaha industri tersebut, harus memuat substansi yang sejalan

(48)

Karena, ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan-peraturan tersebut

tidak boleh bertentangan satu sama lainnya, sesuai dengan Pasal 7 ayat (1)

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Peraturan Perundang-undangan.

Salah satu contoh Peraturan Daerah yang melegitimasi Pemerintah Daerah

dalam memberikan izin usaha industri, adalah Peraturan Daerah Kota Medan

Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan,

Ruangan/Gudang, dan Tanda Daftar Perusahaan.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Retribusi

Izin Usaha Industri, Perdagangan, Ruangan/Gudang, dan Tanda Daftar

Perusahaan menjadi salah satu dasar kewenangan bagi Pemerintah Kota Medan

dalam menerbitkan izin usaha industri.

C.Prosedur Pemberian Izin Usaha Industri Dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Ruangan/Gudang, dan Tanda Daftar Perusahaan

Dalam izin, dinyatakan siapa yang memberikannya, biasanya dari kepala

surat dan penandatanganan izin akan nyata organ mana yang memberikan izin.

Pada umumnya pembuat aturan akan menunjuk organ berwenang dalam sistem

perizinan. Organ yang paling berbekal mengenai materi dan tugas bersangkutan,

dan hampir selalu yang terkait adalah organ pemerintahan. Oleh karena itu, bila

dalam suatu undang-undang tidak dinyatakan dengan tegas organ dari lapisan

pemerintahan tertentu yang berwenang, tetapi misalnuua hanya dinyatakan secara

umum bahwa “haminte” yang berwenang, maka dapat diduga bahwa yang

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan evaluasi Dokumen Penawaran Saudara untuk pekerjaan REHABILITASI PUSKESMAS SUGIO KECAMATAN SUGIO, maka bersama ini diharap kehadirannya besok pada :. Membawa

[r]

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis untuk menemukan gaya bahasa dalam novel Moga Bunda Disayang Allah karya Tere Liye. Penelitian ini bertujuan

Sikap bediri yang dilakukan pemain saat melakukan pukulan servis pendek dengan cara berdiri di sudut depan garis tengah pada daerah servis kira- kira setengah meter

Model yang dibuat bertujuan menentukan strategi terbaik pemeliharaan preven- tif (PM) berbasis kontrak ( maintenance service Tabel 3.. contract ) untuk menentukan

For a given pitch, total current per unit layout-width of the Tri-gate transistor has only 0.60X the channel width of the standard transistor. • Need to use spacer-litho technique

Kementerian Kehutanan, Pertanian, Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, BPK, UKP Pokja Nasional menetapkan Skenario Mitigasi Nasional berdasarkan usulan skenario mitigasi

Desain tampilan situs dibuat menggunakan PHP dan pemrograman menggunakan Edit Plus V 2.20 yang digunakan sebagai teks editor untuk mengetikan atau mengedit (merubah) skrip PHP dan