BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki aset, baik perusahaan perseorangan, perusahaan dagang, perusahaan industri, maupun perusahaan jasa. Aset berwujud (tangible assets) maupun aset tidak berwujud (intangible assets) memegang peranan penting dalam kegiatan operasional perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Organisasi-organisasi bisnis, para pemangku kepentingan, para peneliti, dan pembuat kebijakan semakin menyadari pentingnya aset tak berwujud sebagai sumber daya fundamental untuk menciptakan kekayaan dan sebagai sumber inovasi (Yudhanti dan Santi, 2011).
Hal ini menunjukkan bahwa investasi terbesar yang harus dilakukan oleh perusahaan seharusnya dilakukan pada investasi terhadap intangible assets, yang menurut Hulten dan Hao (2008) dapat meningkat performa perusahaan secara signifikan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1, di mana peranan intangible assets mencapai 40% dari total investasi pada perusahaan.
Gambar 1.1 Perbandingan Tangible dengan Intangible Assets dalam satu perusahaan, Sumber Hulten and Hao (2008)
Munculnya kesadaran ini menandakan dimulainya era ekonomi baru, yang salah satu cirinya adalah didominasi oleh peran penting informasi dan pengetahuan sebagai suatu knowledge assets bagi perusahaan (Castro and Verde, 2012).
Pada Gambar 1.2. dapat dilihat bahwa perkembangan investasi pada intangible assets di Amerika Serikat dalam kurun waktu enam puluh tahun, memiliki kecenderungan meningkat dibandingkan dengan investasi pada tangible assets, yang memiliki kecenderungan mendatar.
Gambar 1.2. U.S. Tangible vs Intangible Investment, sumber : Corrado and Hulten (2010) and Corrado et. al. (2012).
Intellectual Capital / Modal Intelektual, yang juga merupakan salah satu bagian dari Intangible Assets. Pertama kali dikembangkan oleh John Kenneth Galbraith pada tahun 1969 dan kemudian dikembangkan oleh Peter F. Drucker pada tahun 1993 (Bontis, 2001).
Hal ini tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud namun tidak signifikan dalam laporan keuangan, akan tetapi penghargaan pasar atas perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi.
Pada perusahaan-perusahaan perbankan di Indonesia, fenomena penghargaaan pasar atas perusahaan tersebut terlihat dari nilai pasarnya yang berada di atas nilai aset bersihnya sebagaimana disajikan pada pada Tabel 1.1).
Tabel 1.1 Market Value and Assets (in Milyar Rupiah) Company Market
Value Revenue Profits Net Assets
Hidden
Dari Tabel 1.1, terdapat selisih antara market value dengan net assets . Hal tersebut merupakan suatu indikasi adanya hidden value, yang mana tidak terungkapkan dalam laporan keuangan.
Dilihat dari segi net assets maupun market value, bank MEGA berada di bawah bank BII, namun bank MEGA memberikan profits lebih besar dibandingkan bank BII. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa kemungkinan
intangible assets pada bank MEGA lebih baik dibandingkan bank BII.
Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa ada intangible assets yang merupakan hidden value sehingga terdapat perbedaan yang besar antara market value dengan book value, dan berperan dalam meningkatkan nilai pasar perusahaan, Steward (1997) dalam Astuti (2005).
Perbedaan antara nilai buku dan nilai kapitalisasi saham pada industri yang
berbasis pengetahuan (knowledge based industries) mengakibatkan terjadinya
missing value pada laporan keuangan, yang oleh Steward (1997) disebut sebagai intellectual capital. Hal ini memberi suatu pandangan baru bahwa intellectual capital adalah sumber daya yang penting bagi perusahaan, sama halnya dengan physical capital dan financial capital (Andriessen dan Stam,2005).
Petty dan Guthrie (2000) mengemukakan pendekatan yang sering yang
digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud adalah
Intellectual Capital yang telah menjadi fokus dan perhatian di berbagai bidang keilmuan, baik teknologi informasi, manajemen dan akuntansi.
Intellectual capital perusahaan tidak diukur secara langsung, akan tetapi Pulic (1998, 2000) mengemukakan suatu ukuran penilaian efisiensi dari nilai
tambah (value added) sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (value
capital (STVA-structural capital value added). Menurut Pulic (1998) tujuan utama dari ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added,
sedangkan untuk menciptakan value added tersebut dibutuhkan ukuran yang lebih
tepat tentang physical capital dan intellectual potential yang disebut dengan VAICTM yang menunjukkan sejauh mana kedua sumber daya tersebut (physical
capital dan intellectual potential) telah dimanfaatkan secara efisien oleh perusahaan. Semakin besar nilai Intellectual Capital semakin efisien penggunaan modal perusahaan, sehingga menciptakan value added bagi perusahaan
(Appuhami, 2007)
Abdolmohammadi (2005) berpendapat Intellectual Capital berperan
penting dalam peningkatan nilai perusahaan maupun kinerja keuangan. Setiap
perusahaan yang mampu memanfaatkan modal intelektualnya secara efisien,
maka nilai pasarnya akan meningkat.
Firer dan Williams (2003) di Afrika Selatan melakukan penelitian yang
menemukan hubungan antara VAICTM dengan kinerja keuangan dan hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intellectual capital dengan profitabilitas ROA dan menunjukkan bahwa physical capital (VACA) merupakan
faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika
Selatan, sementara human capital (VAHU) dan structural capital (STVA) tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Chen et al. (2005) melakukan pengujian antara intellectual capital dengan nilai pasar dan kinerja keuangan pada perusahaan di Taiwan, dan menemukan
perusahaan. Tan et al. (2007) melakukan penelitian dengan menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapore, dan hasilnya sejalan dengan penelitian Chen et al. (2005), bahwa intellectual capital berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Beberapa penelitian di Indonesia juga mengukur hubungan antara
intellectual capital terhadap nilai perusahaan, apakah nilai perusahaan baik nilai
bukunya (book value), maupun nilai pasarnya (market value) dipengaruhi oleh intellectual capital. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Solikhah et al. (2010),
menemukan bahwa intellectual capital tidak mempengaruhi nilai pasar perusahaan, sementara Yudhanti dan Shanti (2011), menemukan bahwa
intellectual capital berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan yang di
proksikan oleh book value.
Menurut Abidin (2000), perusahaan-perusahaan di Indonesia
menggunakan basis konvensional dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang dihasilkan kurang memiliki kandungan teknologi. Selanjutnya Abidin (2000)
menyatakan bahwa perhatian lebih harus diberikan kepada intellectual capital sehingga perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat mulai memanfaatkan keunggulan yang akan membawa perusahaan dalam menghasilkan produk-produk
yang semakin diminati oleh konsumen.
Penelitian ini menguji pengaruh intellectual capital yang diproksikan
free cash flow model (FCFF) yang merupakan suatu teori untuk menentukan nilai intrinsik (nilai wajar) perusahaan didasarkan atas pendapatan bersih perusahaan
yang diproyeksikan selama beberapa tahun ke depan. Discounted Free Cash Flow
juga memperkenalkan konsep discounting dalam teorinya yang pada dasarnya merupakan proses menilai aliran pendapatan dimasa yang akan datang pada saat
sekarang.
Penelitian ini berusaha membuktikan hubungan IC dan nilai perusahaan
dengan mengacu pada penelitian Chen et al. (2005) dengan melakukan modifikasi
terhadap variabel dependennya yaitu nilai perusahaan. Penelitian Chen et al
(2005) mengukur nilai perusahaan dengan menggunakan nilai book value, dan
penelitian ini mengukur nilai perusahaan dengan menggunakan metoda
discounted free cash flow to firm.
Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan bahwa
permasalahan yang akan diteliti adalah sejauh mana peranan intellectual capital di
dalam meningkatkan kinerja keuangan dan nilai intrinsik perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang sering muncul di dalam perusahaan adalah keyakinan
terhadap kemampuan aset berwujud sebagai aset utama dalam meningkatkan nilai
perusahaan, dan sering mengabaikan kemampuan aset tidak berwujud, seperti
Penelitian ini menguji pengaruh langsung intellectual capital pada nilai
intrinsik perusahaan dan pengaruh tidak langsung intellectual capital pada nilai
intrinsik perusahaan melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening
dengan menggunakan analisis jalur (path analysis).
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh intellectual capital terhadap nilai intrinsik perusahaan dengan
kinerja keuangan sebagai variabel intervening pada perusahaan perbankan
di Indonesia, sehingga pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh Human Capital (VAHU), terhadap kinerja keuangan perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh Capital Employee (VACA), terhadap kinerja
keuangan perusahaan ?
3. Bagaimana pengaruh Structural Capital (STVA), terhadap kinerja
keuangan perusahaan?
4. Bagaimana pengaruh Human Capital (VAHU), terhadap nilai perusahaan?
5. Bagaimana pengaruh Capital Employee (VACA), terhadap nilai intrinsik perusahaan?
6. Bagaimana pengaruh Structural Capital (STVA), terhadap nilai intrinsik
perusahaan?
7. Bagaimana pengaruh Kinerja keuangan perusahaan (ROA), terhadap nilai
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Human Capital (VAHU)
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital Employee (VACA)
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Structural Capital (STVA)
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Human Capital (VAHU)
terhadap nilai intrinsik perusahaan.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital Employee (VACA)
terhadap nilai intrinsik perusahaan.
6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Structural Capital (STVA)
terhadap nilai intrinsik perusahaan.
7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan
perusahaan (ROA) terhadap nilai intrinsik perusahaan.
1.4 Batasan Penelitian dan Asumsi
Dikarenakan adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka
diperlukan batasan dan penentuan asumsi penelitian di dalam menghitung nilai
perusahaan, hal ini diperlukan karena nilai perusahaan yang akan ditentukan
proyeksi dan kemudian diambil nilai kininya. Batasan dan asumsi yang digunakan
di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan tidak mengalami keadaan pailit selama periode evaluasi.
2. Pertumbuhan perusahaan tidak berubah drastis selama periode evaluasi.
3. Kondisi perekonomian negara tidak ekstrim selama periode evaluasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi akademisi, penelitian ini dapat memperkaya dunia penelitian
akademis dalam pengembangan ilmu penilaian bisnis perusahaan,
terutama dalam kajian Intangible Assets, yang saat ini masih dalam tahap
pengembangan untuk mencapai format pengukuran yang tepat.
2. Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya perspektif untuk mengurangi resiko antara perusahaan dan
investor
3. Bagi penilai, penelitian ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan
mengenai penilaian perusahaan perbankan yang memiliki perbedaan
karakteristik yang mendasar apabila dibandingkan dengan jenis
perusahaan lainnya.
4. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah motivasi untuk
lebih lanjut melakukan penelitian mengenai pengaruh antara intangible
assets terhadap nilai perusahaan.