• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Anak Usia Sekolah Dalam Mencuci Tangan Setelah Dilakukan Edukasi di SD Negeri 153074 Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan Anak Usia Sekolah Dalam Mencuci Tangan Setelah Dilakukan Edukasi di SD Negeri 153074 Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan dimana tempat kita tinggal dan berinteraksi, kesehatan bisa diperoleh dengan pola hidup bersih dan sehat, salah satunya adalah menjaga kesehatan diri dengan cara menjaga kebersihan tangan. Dimana mencuci tangan yang baik dan benar adalah salah satu cara mencegah penyebaran penyakit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia/Depkes RI, 2010 dalam Zulaicha, 2013).

Menurut Hidayat (2005 dalam Mirjal, 2010) Mencuci tangan adalah teknik yang mendasar dalam mencegah dan mengendalikan infeksi, dengan mencuci tangan dapat menghilangkan sebagian besar mikroorganisme yang ada di kulit. Perilaku tersebut tentunya berpengaruh besar bagi kesehatan anak yang bisa menyebabkan anak mudah terserang penyakit seperti diare. Oleh karena itu, cuci tangan sangatlah perlu diterapkan bagi anak, khususnya anak usia sekolah, karena cuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan penyakit (Depkes RI, 2010 dalam Zulaicha, 2013).

(2)

melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan (Thota, 2007).

Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari 18 tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Sedangkan anak usia sekolah dapat diartikan sebagai anak yang berada dalam rentang usia 6-12 tahun, dimana anak mulai memiliki lingkungan lain selain keluarga (Suraptini, 2008). Anak sekolah menurut definisi WHO/World Health Organization (2007) yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun (Santrock, 2008).

Berdasarkan kajian WHO (2010), cuci tangan menggunakan sabun dapat mengurangi angka kejadian diare sebesar 47% (Darmiatun, 2008 dalam Sari, 2011). Mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan pneumonia hingga lebih dari (50%). Berbagai macam jenis penyakit yang dapat timbul terkait kebiasaan tidak cuci tangan yaitu diare, infeksi saluran pernapasan, Flu Burung (H1N1), dan cacingan (Depkes RI, 2010 dalam Sari, 2011).

(3)

Penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2009) menyatakan bahwa faktor

motivasi dan perbaikan lingkungan akan perilaku mencuci tangan belum

dilakukan. Budiman (2009) juga menyatakan bahwa sehat berkaitan dengan

lingkungan sekitar dimana seseorang hidup, pola hidup sehari-hari, dan kebiasaan menjaga kebersihan diri. Menjaga kebersihan tangan merupakan pertahanan awal menjaga kebersihan diri. Upaya untuk menjaga kebersihan tangan salah satunya yaitu dengan mencuci tangan (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Mencuci tangan dengan sabun telah terbukti secara ilmiah untuk mencegah penyebaran penyakit-penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) (Depkes RI, 2010 dalam Zulaicha, 2013).

United Nations Children's Fund/UNICEF (2010), menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan (50%) insiden avian influenza (Depkes RI, 2010 dalam Putri Intan, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Monica (2013), departemen infeksi dan penyakit tropis di London, Inggris, dan menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat menekan angka kematian akibat penyakit diare dan infeksi saluran pernapasan akut hingga (42-47%), dan hal tersebut juga memperkirakan bahwa dengan mencuci tangan dapat mencegah 1 juta kematian anak di seluruh dunia (Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Indonesia, 2007).

(4)

yaitu sebesar (98,6%), sedangkan provinsi yang presentasenya paling rendah adalah Sumatera Barat (8,4%), Sumatera Utara (14,5%) dan Riau (14,6%). Mencuci tangan merupakan kebiasaan yang sangat penting dalam pencegahan penularan kuman penyebab penyakit diare yang diakibatkan karena tidak mencuci tangan dengan baik dan benar (Darmiatun, 2008 dalam Sari, 2011).

Retno (2013), mengatakan bahwa perilaku hidup sehat yang sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan pribadi dan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat, berdasarkan fenomena yang ada terlihat bahwa anak-anak usia sekolah mempunyai kebiasaan tidak patuh dan kurang memperhatikan perlunya mencuci tangan dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika di lingkungan sekolah, mereka biasanya langsung makan-makanan yang mereka beli di sekitar sekolah tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, padahal perilaku tersebut tentunya berpengaruh dan dapat menimbulkan terjadinya penyakit diare, Cuci tangan merupakan tehnik dasar yang paling penting dalam pencegahan penyakit infeksi (Luby, 2013).

Salah satu indikator perilaku hidup bersih dan sehat belum berjalan

(5)

hidung atau mulut, Selain itu juga dapat menyebarkan kuman ke orang lain. Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan ke tangan termasuk common cold, flu, dan diare, Kebersihan tangan yang kurang juga menyebabkan penyakit terkait infeksi Salmonella dan E.coli (Lestari, 2008).

Selain itu Saptiningsih (2013), telah melakukan penelitian di SD Negeri Padalarang, dari penelitian tersebut didapatkan bahwa di SD Negeri Padalarang belum diterapkan pendidikan kesehatan tentang kebiasaan mencuci tangan dengan baik dan benar, serta ditemukan 3 dari 15 anak mengungkapkan tidak mencuci tangan karena sering lupa, kemudian 2 anak mengatakan patuh dalam mencuci tangan sebelum makan dan sesudah bermain, dan sisanya 10 anak mengatakan malas dan tidak biasa mencuci tangan sebelum dan sesudah bermain.

Masalah-masalah tersebut timbul karena kurangnya pengetahuan, kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kebiasaan mencuci tangan, mencuci tangan merupakan cara murah dan efektif dalam pencegahan penyakit menular, namun hingga saat ini kebiasaan tersebut seringkali dianggap remeh (Sari, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Kemampuan Anak Usia Sekolah dalam Mencuci Tangan Setelah Dilakukan Edukasi di SD Negeri 153074 Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah.

(6)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Kemampuan Anak Usia Sekolah dalam Mencuci Tangan Setelah Dilakukan Edukasi di SD Negeri 153074 Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah ”.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka pertanyaan

penelitian yang timbul adalah bagaimana kemampuan anak usia sekolah dalam

mencuci tangan setelah dilakukan edukasi?

4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kemampuan Anak

Usia Sekolah dalam Mencuci Tangan Setelah Dilakukan Edukasi di SD Negeri 153074 Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah.

5. Manfaat Penelitian

5.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

(7)

5.2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu anak usia sekolah dalam meningkatkan kebiasaan mencuci tangan dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengetahuan yang terkait tentang Kemampuan anak usia sekolah dalam mencuci tangan.

5.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa perubahan dalam fenomena transfor sedimen dan air telah diasumsikan sebagai penyebab degradasi di sepanjang sungai Progo bagian hilir, ( Anonim, 2000). Dibawah

Dalam studi ini maka akan diteliti ; Berapa debit andalan pada Dam Jati ampuh, Berapa kebutuhan air irigasi yang diperlukan untuk masing-masing jenis tanaman yang dipilih

Hasil analisis terhadap ruas Sungai Progo Tengah dalam kurun waktu tinjauan 5 tahun (1996-2000), antara lain menunjukkan erosi terbesar yang mengakibatkan degradasi pada dasar

Dalam bisnis jasa Laundry ini, produk yang ditawarkan adalah sebuah.. jasa pencucian, pembersihan, dan pengeringan pakaian dalam dan

menyediakan kebutuhan air bersih bagi masyarakat dan sekitarnya. Sebagai Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Kampar yang bergerak di bidang sarana, prasarana, dan

Keterlibatan warga belajar dalam setiap proses kegiatan belajar sesuai dengan ungkapan Knowles (1980), bahwa peserta belajar terutama bagi orang dewasa, proses

Kegiatan pemanenan kayu yang meliputi kegiatan penebangan pohon, penyaradan dan pengangkutan secara simultan merupakan faktor penyebab kerusakan tegakan tinggal

Topik yang akan dibahas meliputi evaluasi Sistem Informasi Persediaan Barang Jadi pada PT TUWBI; Pengendalian terhadap prosedur dan pelaksanaan sistem informasi yang terfokus pada dua