• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

(2)

pangan nasional dan tenaga kerja pertanian. Akibatnya , untuk mencukupi ketersediaan pangan nasional yang meningkat tersebut, Indonesia terpaksa melakukan impor. Ketergantungan terhadap pangan impor sangat mempengaruhi upaya mewujudkan stabilitas penyediaan pangan nasional sehingga masalah pangan tidak berbicara sebatas ketahanan pangan lagi tapi lebih ke arah kedaulatan pangan.

Dalam upaya mengatasi kelaparan, World Food Summit ( WFS )1 1996 mengeluarkan berbagai pandangan dan rencana kerja yang harus diimplementasikan seluruh negara-negara yang menjadi anggotanya. Di antara program tersebut adalah dikeluarkannya resolusi nomor 176 Tahun 1996 yang isinya menjadikan hari kelahiran PBB FAO pada tanggal 16 Oktober sebagai hari Pangan Sedunia, dan dijalankannya suatu konsep Ketahanan Pangan ( Food Security ) sebagai suatu upaya untuk mengatasi bencana kelaparan yang menimpa dunia. World Food Summit yang diselenggarakan oleh Food and Agriculture Organization ( FAO )2

1

Word Food Summit: Aliansi Internasionl Mengikis Kelaparan yang dilangsungkan dalam pertemuan puncak Pangan Dunia di Italia. Achmad Suryana, Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan

World%20Food%Sumit_%20%Aliansi%20%intrnasional%20mengikis%kelaparan.htlm diakses pada 17 feb 2017 pukul 14.19 wib.

2

FAO /Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB). Bermarkas di Roma,Italia. FAO bertujuan untuk menaikkan tingkat nutrisi dan taraf hidup; meningkatkan produksi, proses,pemasaran dan penyaluran produk pangan dan pertanian; mempromosikan pembangunan di pedesaan;melenyapkan kelaparan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Pangan_dan_Pertanian di akses pada 17 Februari pukul 14.40 WIB.

(3)

ditetapkan dalam Deklarasi Roma 1996 dalam mewujudkan ketahanan pangan dan mengurangi kemiskinan serta kelaparan. Para pemimpin negara/pemerintah telah mengikrarkan kemauan politik dan komitmennya untuk mencapai ketahanan pangan serta melanjutkan upaya menghapuskan kelaparan disemua negara anggota dengan mengurangi separuhnya jumlah penderita kekurangan pangan pada tahun 2015.3. Komitmen politik dalam Deklarasi 2002 tersebut menegaskan pentingnya pembangunan pertanian dan pedesaan dalam mengikis kelaparan dan kemiskinan. Para deklarator menyadari pembangunan pertanian dan pedesaan mempunyai peran kunci dalam pemantapan ketahanan pangan, karena 70 persen penduduk miskin dunia hidup di pedesaan dan mengandalkan sumber penghidupannya dari sektor pertanian. Karena itu upaya pencapaian sasaran mengatasi kelaparan dan kemiskinan harus berlandaskan pula pada upaya peningkatan produktifitas pertanian dan perbaikan produksi serta distribusi pangan.4

3

Tantangan Kedaulatan Pangan dalamHenry Bernstein;Dianto Bachriadi.Pdf diakses http://arc.or.id/wp-content/uploads/2015/02/Tantangan/Kedaulatan/Pangan 17 Februari pukul 15.00WIB.

4

Ahmad Suryana.Kapita Selekta evolusi pemikiran kebijakan Ketahanan Pangan. 2003. BPFE.Yogyakarta. hal 137.

(4)

hulu sangat penting dan tidak bisa diabaikan. Namun itu saja tidak akan cukup untuk menjawab isu kedaulatan pangan dan kemakmuran petani. Kepemilikan lahan di Indonesia juga sangat kecil. Bahkan jutaan petani sebenarnya hanya jadi buruh tani tanpa kepemilikan lahan. Dari kepemilikan lahan yang rata-rata 0,4 Ha yang sangat kecil, peningkatan produksi saja tidak akan berdampak nyata bagi peningkatan pendapatan yang diterima petani, apalagi kalau harga jual yang diterima oleh petani tidak juga meningkat secara nyata.5

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian , perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambaha pangan, bahan baku pangan , dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, Secara formal pengertian ketahanan pangan dan upaya-upaya untuk menerapkannya diperluas tidak hanya pada tingkat negara-bangsa atau tataran nasional,tetapi hingga pada tataran rumah tangga dan indivdu. Ringkasnya dalam WorldFood Summit 1996 tersebut dinyatakan ketahanan pangan adalah kondisi manakala semua orang, setiap saat , memiliki akses ekonomi dan fisik terhadap pangan dan nutrisi yang memadai dan aman untuk memenuhi kebutuhan fisiknya maupun pilihannya terhadap makanan yang hendak dikonsumsinya agar dapat melakukan kehidupan secara aktif dan sehat.

5

(5)

dan/atau pembuatan makanan.6

Kedaulatan pangan adalah hak negara bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan poensi sumber daya lokal. Mengingat Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar dan disisi lain memiliki sumber daya alam dan sumber pangan yang beragam, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangannya scara berdaulat dan mandiri.

Dalam Undang-Undang Tentang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undng-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan daya manusia yang berkualitas. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan , dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perorangan secara merata seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.

7

6

UU_Nomor_18_Tahun_2012 Tentang Pangan dalam bentuk pdf diakses

darihttp://pelayann.jakarta.go.id/undang-undang-nomor-18-tahun-2012-tentang-pangan. 7 Ibid.

(6)

memberikanhak warga negaranya yaitu memiliki ketersediaan pangan sampai pada tiap individu. Jelas bahwa kedaulatan pangan tersebut adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri yang menentukan kebijakan pangan dan hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.

Berbicara kedaulatan pangan sebetulnya telah ditegaskan oleh Presiden pertama Indonesi Ir. Soekarno seperti tertulis dalam prasasti peresmian gedung IPB ( 1952 ) bahwa ‘pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa; apabila kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka ‘malapetaka’;oleh karena itu perlu usaha besar-besaran , radikal, dan revolusioner.’8

Sampai saat ini usaha-usaha untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya pangan terus dilakukan sebagai upaya menegakkan kedaulatan pangan. Pada tahun 2005 , Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Depertemen

Oleh karena itu usaha-usaha untuk mencapai swasembada pangan dan kemandirian pangan dilakukan pemerintah secara terus-menerus dan konsisten. Dimulai dibentuknya Yayasan Bahan Makanan (Yabama ) tahun 1951 , Yayasan Badan Pembelian Padi selanjutnya akan disingkat ( YBPP ) tahun 1958 dan membentuk padi sentra. Selanjutnya membentuk rencana Swa Sembada Beras selnjutnya akan disingkat ( SSB ) dengan program Panca Usaha Tani tahun 1959. Pada tahun 1964/1965 dilakukan DEMAS ( Demonstrasi Massal ) yang disempurnakan menjadi program BIMAS ( Bimbingan Massal ).

8

(7)

Pertanian mempromosikan manajemen pertanian untuk meningkatkan produksi beras nasional guna mencapai kedaulatan pangan beras tahun 2005 , 2010, dan 2025. Strategi manajemen pertanian yang ditawarkan ini adalah : 1)Mendorong sinergi antar subsistem agribisnis, 2)Meningkatkan akses petani terhadap sumberdaya, modal, teknologi, dan pasar, 3)Mendorong peningkatan produktivitas melalui inovasi baru , 4)Memberikan insentif berusaha , 5)Mendorong diversifikasi produksi , 6)Mendorong partisipasi aktif seluruh stakeholder , 7)Pemberdayaan petani dan masyarakat Pengembangan kelembagaan. Kebijakan yang menelan biaya sekitar 85, 4 triliun, pemerintah optimis mampu meningkatkan produktivitas beras 1,5 persen per tahun dengan indeks panen 1,52. Peningkatan produksi seperti ini, maka pemerintah yakin bahwa Indonesia akan mencapai kedaulatan pangan jangka menengah pada 2010 dan jangka panjang pada tahun 2025.9Ketahanan pangan pokok beras akan tetap menjadi isu utama dalam perekonomian nasional, meningat posisi strategis komoditas beras dalam kebiasaan makan masyarakat Indonesia. Memasuki abad ke -21 ketahanan pangan pokok beras mempunyai prospek yang baik setelah mengkaji dengan seksama arah perkembangan kemampuan produksi domestik dan dinamika permintaan atas komoditas ini. Pengembangan sistem usaha pertanian padi yang efisien dengan dayasaing tinggi dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani mutlak diperhatikan.10

9

http//:indoprogress.com/2016/03-kedaulatan-pangan-beras-dan-kebijakan-reforma-agraria-indonesia/ diakses 26-02-2017 pukul 15.00 WIB.

10

Ahmad Suryana. Op.Cit. hal 273

(8)

pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung perkembangan sektor-sektor lainnya. Pada masa mendatang mandat tersebut akan semakin berat karena laju permintaan terhadap hasil-hasil pertanian terus meningkat sejalan dengan laju pertambahan penduduk.

(9)

pembangunan kedaulatan pangan, yang kemudian ini dimasukkan kedalam RPJMN 2015-2019. Untuk mencapai sasaran prioritas nasional kedaulatan pangan, perlu koordinasi dari beberapa kementerian, yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Agraria dan Tata Ruang , Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan serta Pemerintah Daerah. Pencapaian kedaulatan pangan perlu dilakukan secara terintegrasi melalui reforma agraria, pengendalian harga dan impor pangan, peningkatan pertanian organik, menyetop konversi lahan yang produktif dan ini merupakan kombinasi dari setiap program dari kementerian yang berhubungan. Hal ini juga disandarkan pada visi pembanguan nasional 2015-2019 “ terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

Usaha menuju sasaran jangka panjang dan tujuan hakiki dalam membangun, pembangunan nasional Indonesia lima tahun ke depan perlu memprioritaskan pada upaya mencapai kedaulatan pangan.11

11

Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangnan Jangka Menengah Nasional2015-2019 dalam bentuk pdf.

(10)

atau pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan ; dan b) pembangunan sarana penyimpanan milik Gapoktan atau Gabungan Kelompok Tani agar dapat meingkatkan posisi tawar petani, meningkatkan nilai tambah produksi petani dan mendapatkan akses masyarakat terhadap sumber pangan.12

12

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 16/Permetan/HK.140/4/2015 tentang Pedoman Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat.pdf diakses dari www.deptan.go.id.html 21-03-2017 pukul 22.00 WIB

(11)

Kementan gencar melakukan operasi pasar pangan murah untuk menstabilkan gejolak harga pangan.13

Kementerian pertanian bertugas dan berkordinasi juga dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang untuk memastikan petani kecil, masyarakat adat dan kelompok terpinggir lainnya dapat memproduktifkan tanah-tanah yang diredistribusi melalui reforma agraria. Memastikan juga setiap petani tersebut mendapatkan hak atas tanahnya sesuai dengan yang telah diatur dalam UUPA No.5 Tahun 1960. Dalam undang-undang pokok agraria no.5 tahun 1960 (UU PA No.5 Tahun 1960) dikatakan bahwa pembangunan agraria berkaitan dengan kekuasaan negara yang mengelola sumber daya alam yang meliputi bumi/tanah, air, udara, dan kekayaaan alam yang terkandung didalamnya untuk kemakmuran rakyat dalam arti kesejahterahan, kebahagian, dan kemerdekaan.14

13

http://www.kompasiana.com/abiyadun/inilah-kebijakan-mewujudkan-swasembada-pangan_56df136b569373071a11f96e diakses pada 11-03-2017 pukul 23.00 WIB.

14

UU PA No.5 Tahun 1960 pasal 2 tentang pokok-pokok agraria

(12)

bertanggungjawab untuk menurunkan laju impor pangan, menghentikan konversi lahan pangan, mengutamakan petani dan nelayan mengembangkan dan berdaulat atas benih, pupuk dan pestisida. Untuk itu Kementerian Pertanian beserta staf ahli dan badan yang membidangi memiliki peran strategis dalam mewujudkan salah satu sasaran pokok nasional yaitu peningkatan kedaulatan pangan yang ditempuh melalui kegiatan melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian berbagai kebijakan di bidang pangan dan pertanian. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Indonesia terdiri dari:

1. Kuasa Pengguna Anggaran ( KPA ) : Kepala Badan Ketahanan Pangan;

2. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar ( PPSPM ) : Kepala Bagian Keuangan dan Perlengkapn Kepala Bagian Umum, atau Pejabat Struktural yang membidangi urusan keuangan;

3. Bendahara Pengeluaran: staf senior yang di anggap mmpu dan memenuhi syarat dan tidak menduduki jabatan bendahara lebih dari 5 tahun berturut-turut

4. Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ): Staf Senior BKP, Penanggungjawab Sekretariat DKP,

5. Pemegang Uang Muka ( PUM ): Staf Senior yang dianggap mampu oleh Kepala Unit Kerja Eselon II lingkup BKP Pusat;

(13)

7. Pelaksana Kegiatan: Eselon IV atau staf senior di lingkup Badan Ketahanan Pangan

8. Pejabat/Pengadaan Barang dan Jasa/Staf yang memiliki sertifikat keahlian;

9. Pejabat Penerima dan Pemeriksa Barang/Staf Senior di lingkungan Badan Ketahan Pangan. Butir ( 1 ) diangkat oleh Menteri Pertanian selaku Pengguna Anggran ( PA) , butir ( 2 ) sampai ( 9) diangkat oleh KPA, Bagan Organisasi Satuan Kerja BKP Kementerian Pertanian yang terdiri dari KPA, Bendahar Pengeluaran, PPSPM dan PPK.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 23 / Permentan/OT.040/5/2016 Tentang Uraian Tugas Pekerjaan Unit Eselon IV Lingkup Badan Ketahanan Pangan akan menjadi acuan Pelaksana Tugas Kementerian Pertanian. Peraturan ini yang akan membawa lembaga tani untuk bergerak dalam perwujudan kedaulatan pangan. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 16/Permetan/HK.140/4/2015 tentang Pedoman Penguatan Lembaga Distribusi Pangan akan berkaitan langsung dengan Tentang Uraian Tugas Pekerjaan Unit Eselon IV sebagai pelaksana tugas maka akan ada sinkronisasi dari kedua peraturan ini untuk meninjau lebih dalam tugas dan tanggungjawab kementerian Pertanian dalam proses mewujudkan kedaulatan pangan.

(14)

Indonesia mengalami krisis pangan sampai-sampai banyak warga Indonesia yang belum mampu mengakses kebutuhan hidup layak. Indonesia memiliki ketersediaan lahan yang cukup besar , dari aspek tenaga kerja, tingginya jumlah penduduk yang sebagian besar berada di pedesaan merupakan potensi tenaga kerja untuk membangun pertanian. Akan tetapi tidak hanya karena ketersediaan lahan dan sumber daya yang mendukung akan udah menjadikan Indonesia berdaulat atas pangan. Dalam hal mewujudkan kedaulatan pangan juga masih memiliki permasalahan yang kompleks.

Dari tahun 2007-2013 politik anggaran yang diterapkan pemerintah belum sepenuhnya berpihak pada sektor pertanian. Anggaran sektor agro masih sangat rendah bila dibandingkan dengan sektor lainnya. Idealnya dibutuhkan minimal 10% Anggaran Perbelanjaan Nebara ( APBN ) untuk mencapai kedaulatan pertanian. Pemerintah mencanangkan program menuuju swasebada pangan akan tetapi pemerintah tidak menunjukkan keseriusannya dari APBN tersebut. Kenaikkan APBN dalam jumlah rupiah ternyata juga masih belum mampu mendongkrak produktifitas pertanian, apabila tidak dikelola dengan baik . Akan tetapi apabila dikelola secara benar, sektor pertanian mampu mendongkrak indoesia menjaidi negara yang maju dan berdaya saing, hal ini karena pada hakikatnya Indonesia merupakan negara agraris yang mampu pemasok komoditas ungguan utama di dunia.15

15

(15)

Kepemilikan lahan juga yang dijadikan untuk lahan pertanian tidak seperti yang kita harapkan, daratan Indonesia lebih digunakan untuk perkebunan atau tanaman keras dan ini akan mengakibatkan cepat sekali merusak unsur hara tanah. Pengalih fungsian tanah juga menjadi masalah besar dalam pengembangan pertanian. Banyak tanah yang dulunya persawahan, telah dijadikan gedung-gedung bertingkat. Tingkat pendidikan Sumber Daya Manusia ( SDM ) pertanian yang semakin rendah, sarana produksi pertanian yang belum memadai ditambah juga minat orang pedesaan semakin berkurang untuk bertani. Tidak lupa juga bahwa redistribusi tanah sesuai amanat UUPA No.5 tahun 1960 belum berjalan sepenuhnya. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah petani di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 37,75 juta dari 128,3 juta penduduk yang bekerja.16 Jumlah petani tersebut juga memiliki persoalan terhadap kepemilikan tanah dimana menurut data Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) ada sekitar 28 juta petani tidak memiliki tanah17

16

http://setkab.go.id/bps-penduduk-bekerja-bertambah-62-juta-orang-pengangguran-terbuka-turun-581.diakses pada tanggal 19 November 2016 pada pukul 01.22 Wib

17

http://nasional.kompas.com/read/2016/09/24/15264391/kpa.28.juta.petani.tidak.punya.tanah.produksi.perta nian diakses pada tanggal 19 November 2016 pada pukul 01.27 Wib

(16)
(17)

yang tajam.18

pangan sesuai dengan kapasitas dan potensi sumber daya pertanian lokal yang dimilikinya, sehingga petani mampu meningkatkan produksi dan

Untuk itu peneliti pada kesempatan kali ini meneliti bagaimana peran beras atau pangan lainnya mampu diakses di masyarakat Indonesia , supaya pembahasan dalam penelitian init dapat terfokuskan.

Jumlah penduduk Indonesia yang pada tahun 2020 diproyeksikan akan mencapai 271,1 juta jiwa, membutuhkan jumlah penyediaan pangan yang cukup besar dengan kualitas yang lebih baik. Jumlah konsumsi beras agregat nasional akan meningkat sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk tersebut. Di dalam kurun waktu lima tahun ke depan (2015-2019), jumlah konsumsi beras nasional masih akan meningkat rata-rata 0,35 persen per tahun. Jumlah permintaan pangan selain beras yaitu buah-buahan dan sayuran segar juga akan semakin meningkat.

Melihat latar belakang tersebut, peneliti tertarik membahas bagaimana Kabinet Kerja Jokowidodo –Jusuf Kalla yang melalui Kementerian Pertanian dan kebijakannya mampu mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia. Sehingga Indonesia tidak hanya berbicara tentang ketahanan pangan yang memacu produksi untuk ketersediaan pangan nasional sehingga tidak akan terjadi krisis pangan, namun Indonesia akan berbicara kedaulatan pangan yang akan memberikan keleluasaan kepada petani selaku produsen untuk menentukan pilihan secara mandiri dan tanpa paksaan dalam mengembangkan ketahanan dan kemandirian

18

(18)

kesejahteraannya, maka peneliti mengangkat judul KebijakanPemerintahan Jokowi- JK dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan di Indonesia .

1.2. Rumusan Masalah

Terpenuhinya konsumsi pangan hingga per individu masyarakat Indonesia merupakan satu tanggungjawab besar dari pemerintah. Bagaimana pemerintah mengelola APBN untuk memberdayakan pertanian sehingga mampu mewujudkan kedaulatan pertanianterkhusus sektor desa. Bagaimana keseriusan negara melalui APBN menjamini akan terlaksananya program-program yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian mampu mewujudkan kedaulatan pangan.Sehingga nantinya Kementerian Pertanian akan semakin mudah menjalankan program tersebut dan mampu mengelola pertanian Indonesia.Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

(19)

1.3. Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian perlu adanya sebuah batasan masalah supaya penelitian memiliki fokus kajian dan menghindari penelitian tidak melebar. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Kerangka Acuan Kegiatan(KAK), Rencana Anggaran Biaya (RAB), dan Rencana Operasional Kegiatan (ROK) untuk perwujudan kedaulatan pangan dalam hal ini, kedaulatan pangan dalam pertanian terkhusus tanaman padi dan tanaman pangan lainnya (jagung, ubi-ubian dan kacangkacangan) berdasarkan kebiijakan Kementerian Pertanian yang mengacu pada (Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019) Mengingat mayoritas dari masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi beras dan tanaman pangan lainnya.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah :

(20)

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla dalam mewujudkan kedaulatan pangan berdasarkan kebijakan Kementerian Pertanian di Indonesia .

1.5. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menerapkan beberapa teori yang digunakan penulis sebagai pisau analisisnya, diantaranya teoripolitik agraria, konsep politik pangan, dan kebijakan publik.

2. Secara kelembagaan, penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan referensi penelitian sosial bagi Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta Universitas Sumatera Utara. 3. Secara masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

(21)

1.6. Kerangka Teori 1.6.1 Politik Agraria

Kata agraria mempunyai arti yang sangat berbeda antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya. Istilah agraria berasal dari kata akker (Bahasa Belanda), agros (Bahasa Yunani) berarti tanah pertanian, agger (Bahasa Latin) berarti tanah atau sebidang tanah, agraria (Bahasa Inggris) berarti tanah untuk pertanian. Dalam terminologi bahasa Indonesia, agraria berarti 1) urusan pertanian atau tanah pertanian, 2) urusan pemilikan tanah19. Menurut Andi Hamzah, agraria adalah masalah tanah dan semua yang ada di dalam dan di atasnya. Menurut Subekti dan R. Tjitrosoedibio, agraria adalah urusan tanah dan segala apa yang ada di dalam dan di atasnya. Apa yang ada di dalam tanah misalnya batu, kerikil, tambang, sedangkan yang ada di atas tanah dapat berupa tanaman, bangunan20

19

Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline 1.3, http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi

20

Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Cet. V (Jakarta: Kencana, 2009). Hal. 12

(22)

Pengertian agraria juga sering dikaitkan dengan corak kehidupan suatu masyarakat atau bangsa, misalnya Indonesia sebagai negara agraris, yaitu suatu bangsa yang sebagian besar masyarakatnya hidup dari bercocok tanam (bertani) atau kehidupan masyarakatnya bertumpu pada sektor pertanian. Agraris sebagai kata sifat dipergunakan untuk membedakan corak kehidupan masyarakat pedesaan yang bertumpu pada sektor pertanian dengan corak kehidupan masyarakat perkotaan yang bertumpu pada sektor non-pertanian (perdagangan, industri, birokrasi)21

Kata tersebut bisa muncul karena pada awalnya (sebelum agraria dikuasai negara), agraria dimiliki oleh komunitas-komunitas yang tinggal di beberapa wilayah tertentu yang saat ini sering disebut sebagai tanah ulayat atau tanah adat. Menariknya, subjek-subjek tersebut bisa saling berkontestasi, bekerjasama, bahkan saling konflik karena ada ketimpangan (kepemilikan sumber daya yang berbeda-beda). Selain itu, berangkat dari aktor-aktor yang ada, Sitorus juga membagi tiga tipe struktur agraria. Ketiga tipe tersebut

.Selain itu, ada beberapa dimensi yang bisa dilihat dalam mempelajari politik agraria. Menurut Sitorus, dua dimensi tersebut yaitu dimensi subjek dan objek. Dimensi objek didefinisikan sebagai sumber daya alam (sumber agraria) yang terdapat di tanah, air, dan lain sebagainya. Di sisi lain, dimensi subjek terdiri dari komunitas, swasta, dan pemerintah (berupa aktor). Dari beberapa subjek tersebut terdapat istilah komunitas. Istilah tersebut muncul bukan tanpa alasan.

21

(23)

terdiri dari tipe kapitalis (sumber agraria dikuasai oleh non penggarap alias perusahaan), sosialis (sumber agraria dikuasai oleh negara atau kelompok pekerja), dan populis atau neo-populis (sumber agraria dikuasai oleh keluarga atau rumah tangga pengguna)22

1.6.2 Teori Kebijakan Publik .

1.6.2.1Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantarkan masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada masyarakat yang dicita – citakan.23

Carl Frederich memandang kebijakan publik adalah suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan – hambatan dan kesempatan – kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan atau suatu maksud tertentu.24

22

http://www. kompasiana.com/bastianwidyatama/politik-agraria-dalam-berbagai perspektif. Di unduh pada 20 februari 2017. Jam 02:30 wib.

23

Riant Nugroho. 2008. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal 55.

24

Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jogjakarta: Media Presindo. Hal 16.

(24)

Maka dalam kaitannya, istilah kebijakan atau policydipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu, keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian inilah menjadi ciri khusus dari kebijakan publik dalam suatu sistem politik.

Namun demikian, satu hal yang harus diingat dalam mendefenisikan kebijakan adalah bahwa pendefenisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan dari pada apa yang diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu, dan mencakup pula arah atau apa yang dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan, hal ini dilakukan karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan evaluasi.25

Charles Lindblom mengutarakan bahwa untuk memahami siapa sebenarnya yang merumuskan kebijakan, lebih dahulu harus dipahami sifat – sifat 1.6.2.2. Tahapan Pembuatan Kebijakan

Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Kebijakan publik merupakan suatu kesatuan sistem yang bergerak dari satu bagian kebagian lain secara sinambungan, saling menentukan dan saling membentuk. Kebijakan publik tidak terlepas dari sebuah proses kegiatan yang melibatkan aktor – aktor yang akan bermain dalam proses pembuat kebijakan.

25

(25)

semua pameran serta bagian atau peran apa yang mereka lakukan, wewenang atau bentuk kekuasaan yang mereka miliki dan bagaimana mereka saling berhubungan serta saling mengawasi.

Proses perumusan kebijakan merupakan inti dari kebijakan publik, karena dari sinilah akan dirumuskan batas – batas kebijakan itu sendiri. 26Tidak semua isu yang dianggap masalah oleh masyarakat perlu dipecahkan oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan, yang akan memasukkannya kedalam agenda pemerintah yang kemudian diproses menjadi sebuah kebijakan setelah melalui berbagai tahapan. Perumusan kebijakan meliputi empat tahapan yang dilaksanakan secara sistematis, yaitu27

Tahap ketiga, pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah. :

Tahap pertama, perumusan masalah. Mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah – masalah publik harus dikenali dan didefenisikan dengan baik.Tahap kedua, agenda kebijakan. Tidak semua masalah publik akan masuk kedalam agenda kebijakan. Masalah – masalah tersebut akan berkompetisi antara satu dengan yang lain. Hanya masalah – masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk kedalam agenda kebijakan masalah publik yang masuk kedalam agenda kebijakan akan dibahas oleh para perumus kebijakan. Masalah – masalah tersebut dibahas berdasarkan tingkat urgensinya untuk dilaksanakan.

26

Riant Nogroho. Op.Cit. Hal. 355.

27

(26)

Pada tahap ini, para perumus kebijakan akan berhadapan dengan berbagai alternatif pilihan kebijakan yang akan diambil untuk memecahkan masalah. Para perumus kebijakan akan dihadapkan pada pertarungan kepentingan antar berbagai aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan. Pada kondisi ini, maka pilihan – pilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan negoisasi yang terjadi antar aktor yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan tersebut.

Tahap keempat, penetapan kebijakan setelah salah satu dari kebijakan alternatif diputuskan untuk diambil sebagai cara pemecahan masalah, maka tahap terakhir dalam pembuat kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Alternatif kebijakan yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam pembuatan kebijakan tersebut.

1.6.3 Konsep Politik Pangan

Politik berasal dari bahasa Latin “Polis” yang berarti kota. Politik

memiliki arti suatu kegiatan berkaitan dengan Negara, kekuasaan, kebijakan, serta

pembagian kekuasaan.28

28

Miriam.Budiarjo.Dasar Dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2008),hal 16

(27)

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan.29

29

Undang-Undang No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan . pdf

Masalah

pangan merupakan hal yang sangat fundamental dalam Negara karena berkaitan

dengan kelangsungan hidup rakyat. Perlu adanya kebijakan yang mampu

membawa pangan tersebut berjalan sesuai dengan amanat undang-undang.

Politik pangan adalah kebijakan politik yang diarahkan guna terciptanya

pemenuhan pangan bagi masyarakat dalam konteks Negara. Pangan merupakan

kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara

bersama-sama seperti yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun

2002 tetang ketahanan pangan. Dalam Undang-Undang tersebut pemerintah

menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan.

Sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi atau penyediaan,

perdagangan, distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak

memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam,

terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Pangan merupakan hal pokok bagi kelangsungan hidup masyarakat.

Pemenuhan ketersediaan pangan harus terus digalakan agar tidak terjadi

kerawanan pangan. Kerawanan pangan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan

untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan aktif.

Pada dasarnya terjadinya kerawanan pangan dan kelaparan disebabkan masalah

(28)

1. Rendahnya ketersediaan pangan dari produksi setempat maupun pasokan

dari luar.

2. Gangguan distribusi karena kerusakan sarana dan prasarana serta

keamanan distribusi.

3. Terjadinya bencana alam menyebabkan suatu wilayah/daerah terisolasi.

4. kegagalan produksi pangan

5. Gangguan kondisi sosial.

Keterbatasan pemenuhan sumber pangan akan mengakibatkan situasi rawan

pangan, untuk itu harus dibuat suatu mekanisme ketahanan pangan. Menurut

Kurniawan ketahanan pangan dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketersediaan

pangan yang cukup bagi setiap orang dan setiap individu mampu

memperolehnya.30

1.6.3.1Kedaulatan Pangan

Banyak pengertian tentang kedaulatan pangan yang diungkapkan oleh berbagai lembaga pemerintahan yang berkaitan dengan pertanian, organisasi-organisasi pangan juga menyatakan sikap mereka tentang pengertian kedaulatan pangan. Organisasi tani internasional La Via Campesina juga turut mendefenisikan kedaulatan pangan. Menurut organisasi tani ini kedaulatan

30

(29)

pangan adalah sebagai hak seluruh rakyat, bangsa dan negaranya untuk menentukan kebijakan pertanian dan pangannya sendiri tanpa campur tangan negeri lain.31 Pemenuhan pangan pada masyarakat merupakan suatu tanggungjawab dari kedaulatan pangan tersebut. Kedaulatan pangan menurut Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia ( HKTI ), Sutrisno Iwantono, adalah tersedianya pangan bagi masyarakat dalam jumlah cukup, harga yang terjangkau , waktu yang tepat, di lokasi yang mudah di akses ( terdistribusi dengan merata ), dan harus dipenuhi dari dalam negeri ( mandiri ).32 Dalam Undang-Undang nomor 18 tahun 2012 Tentang Pangan juga terdapat defenisi kedaulatan pangan dan menjadi satu kebijakan pemerintah untuk mengelola pangan dan pertanian Indonesia. Kedaulatan pangan’ kemudian menjadi konsep sentral gerakan yang secara sistematik menantang Rezim pangan yang dikuasai korporasi dan menyodorkan alternatif Rezim pangan yang berbasis pada hak-hak petani, otonomi masyarakat dan keadilan agraria33

31

www.archive.food.sov.org.resources/article_bi_000007.pdf.

32

http://stat.ks.kidsklik.com/.diakses 2 Maret pukul 19.00 WIB.

33

DalamWittman.H.A.A.Desmarais.N.Wiebe.2010.The Origins and potential of food sovereighty Schanbacher 2010: 55-120.

(30)

untuk melawan dan membongkar sistem pangan yang tidak adil dan tidak berkelanjutan yang dampaknya terutama adalah kekuranan gizi kronis dan meningkatnya obesitas dengan pesat (Forum for Food Sovereignty 2007a). Kedaulatan pangan menekankan pada hak dan otonomi warga untuk mengembangkan sistem pangannya sendiri dan menolak gagasan “pangan dapat berasal dari mana saja” (“food from somewhere”) 34Gagasan ‘kedaulatan pangan’ (food sovereignty) menegaskan kembali hak-hak masyarakat atas otonominya dalam memutuskan apa yang hendak mereka produksi dan konsumsi 35 karena itu, produksi pertanian lokal, pemeliharaan hak petani untuk menghasilkan pangan dan jaminan hak-hak masyarakat untuk membuat pilihan terhadap kebijakan pertaniannya sangat diutamakan.36 Termasuk juga hak atas perlindungan dan pengaturan produksi pertanian nasional dan untuk melindungi pasar domestik dari aksi dumping akibat kelebihan produk pertanian dan harga produk impor yang rendah dari luar negeri. Gerakan kedaulatan pangan akan merebut dan mengembalikan sistem pangan lokal yang demokratik.37

Kedaulatan pangan’ muncul pada saat Konferensi Internasional ke-2 dari Via Campesinatahun 1996 di Tlaxcala, Meksiko. Salah satu Kelompok Kerja (pokja) dalam konferensi ini adalah pokja yang merumuskan gagasan ‘kedaulatan pangan’ (food sovereignty). Pokja ini menyimpulkan bahwa model ekonomi

Baumuller & Tansey Corporate power in global agrifood governance 2008 hal 176 diedit oleh Jeniffer Clapp Doris.pdf.

37

(31)

neoliberal telah menyingkirkan petani-petani kecil dan menengah atas kontrol terhadap tanah, air, bibit, dan sumberdaya alam dan menggantinya dengan kontrol oleh korporasi. Untuk itu kemudian pokja ini menyimpulkan bahwa “kedaulatan pangan secara sederhana diartikan sebagai menjamin tanah, air, bibit dan sumberdaya alam dikontrol oleh petani-petani kecil dan menengah; di mana hal ini terkait langsung dengan demokrasi dan keadilan”.38 Selanjutnya dalam konferensi ini ditegaskan juga beberapa prinsip dari kedaulatan pangan; beberapa di antaranya adalah:(1) pangan adalah hak asasi manusia yang mendasar;(2) pangan adalah sumber nutrisi dan hanya untuk tujuan berikutnya menjadi barang perdagangan;(3) perempuan memainkan peran sentral dalam kedaulatan pangan;(4) setiap orang memiliki hak untuk memperoleh informasi yang akurat dan sebenarnya terkait dengan pangan serta terlibat dalam proses pembentukan kebijakan pangan dan pertanian yang demokratis;(5) menjauhkan kegiatan produksi pertanian dari kecenderungan hanya untuk ekspor;(6) setiap petani memiliki hak untuk menghasilkan pangan secara berkelanjutan yang diawali dengan adanya jaminan tenurial, ketersediaan tanah yang baik, dan pengurangan bahan kimia;(7) kontrol yang demokratis atas sistem pangan adalah hal yang esensial; (8) perdamaian adalah pra kondisi yang diperlukan untuk kedaulatan pangan;(9) pemerintah harus mengalokasi anggaran yang cukup untuk mendukung kegiatan pertanian yang seharusnya menjadi sektor utama.39

38

http//:1073zb3xfs20yv98x228do7r.wpengine.netdna-cdn.com/wp-content/uploads/2016/03/S37_skripsi-akhir-karina-bontens-forward.pdfLa Via Campesina di Indonesia : petani kecil, kedaulatan pangan dan kestaraan gender di Jawa Tengah 2013 hal 21 .

39

(32)

Meskipun sejak tahun 1996 berkembang banyak pengertian dan definisi ‘kedaulatan pangan’, hingga saat ini inti dari definisi tersebut masih sama 40Arti ‘kedaulatan pangan’ yang sering digunakan saat ini, sebagaimana yang dimaksud oleh kelompok-kelompok gerakan sosial telah dirumuskan kembali pada tahun 2007 dalam Forum Kedaulatan pangan (Forum for Food Sovereignty) yang diselenggarakan di tepi Danau Sélingué, Mali di Afrika Utara. Lebih dari 500-an delegasi mewakili kelompok masyarakat pedesaan, kelompok-kelompok gerakan sosial pedesaan dan pro petani, serta organisasi non pemerintah (NGO) dari 98 negara menghadiri forum ini.41

Konsep ini juga menawarkan strategi melawan dan membongkar rezim korporasi perdagangaan dan rezim pangan saat ini, dan arahnya ke sistem pangan, pertanian, peternakan (pastoral) dan perikanan ditentukan oleh produser lokal. Kedaulatan pangan memprioritaskan kepentingan ekonomi dan pasar lokal dan

Rumusannya adalah sebagai berikut:

Kedaulatan pangan adalah hak rakyat untuk sehat dan secara budaya mendapatkan pangan yang cocok melalui metode yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, dan hak mereka juga untuk menentukan makanan dan sistem pertaniannya. Ini menempatkan siapa saja yang berproduksi, mendistribusikan dan mengkonsumsi pangan sebagai jantung dari sistem pangan dan kebijakan, ketimbang tuntutan pasar dan korporasi. Termasuk untuk membela kepentingan pergantian generasi selanjutnya.

40

Henry Bernstein;Dianto BachriadiOp.Cit hal 11.

41 Di antaranya adalah: Via Campesina, ROPPA (Jaringan Organisasi Petani dan Penghasil Pangan di Afrika Barat), the

(33)

nasional serta pemberdayaan petani dan keluarganya yang melakukan kegiatan pertanian, nelayan tradisional, para peternak yang bergantung pada padang rumput. Selain itu kedaulatan pangan memprioritaskan produksi, distribusi dan konsumsi pangan yang berbasis pada keberlanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi. Kedaulatan pangan mempromosikan perdagangan yang transparan yang menjamin keadilan pendapatan semua orang dan hak konsumen untuk mengontrol makanan dan nutrisi mereka. Juga menjamin bahwa hak untuk menggunakan dan mengelola lahan, wilayah, air, bibit, ternak dan keragaman yang mereka miliki tetap berada di tangan mereka yang memproduksi pangan. Kedaulatan pangan mengisyaratkan hubungan sosial yang baru yang bebas dari tekanan dan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan, antar orang, kelompok ras, kelas sosial dan perbedaan generasi.42

Ringkasnya, dalam rumusan di atas ‘kedaulatan pangan’ memiliki enam pilar, yakni: (1) fokus pada pangan untuk rakyat, (2) penghargaan pada produser pangan, (3) pengembangan sistem pangan lokal, (4) menempatkan kontrol produksi pangan di tingkat lokal, (5) membangun pengetahuan dan keahlian, dan (6) bekerja selaras dengan alam43

42 Untuk perbandingan, lihat juga NGO/CSO Forum for Food Sovereignty 2002, Menezes 2001: 29-30, dan La Via Campesina 2008: 2.

43

http//:books.google.co.id Agrarian Angst and Rural Resistance in Contemporary Southeast Asia di edit oleh Dominique Caouette .Associate Professor of Geography Sarah Turner diakses pada 04 maret 2017 pukul 18; 49 wib

(34)

memiliki 4 pilar, yakni: reforma agraria, pertanian berkelanjutan, perdagangan berkeadilan (fair trade), dan pangan lokal.44 Menurut Wittman, “meskipun sering dianggap ‘anti perdagangan’, gerakan kedaulatan pangan sesungguhnya terlibat jauh dalam perbagai perbincangan tentang bentuk-bentuk hubungan perdagangan yang terbaik yang memenuhi prinsip-prinsip sosial, ekonomi, politik dan lingkungan dari paradifma pangan alternatif” .45

Dalam konteks Indonesia, menurut Serikat Petani Indonesia (SPI) yang aktif melakukan kampanye kedaulatan pangan, tujuan utama “memajukan gagasan kedaulatan pangan adalah dalam rangka menghasilkan dan menyediakan pangan yang cukup tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga untuk menjawab problem kelaparan di dunia”.46

44 Mengenai KRKP lih

SPI menolak pendekatan ‘symptomatic’ dari lembaga-lembaga pemerintahan Indonesia maupun global untuk menjawab persoalan kelaparan dan kekurangan pangan, di mana aksi hanya dilakukan ketika persediaan pangan sudah menipis dan kelaparan sudah terjadi; tidak melakukan upaya penguatan kapasitas masyarakat lokal untuk menjaga keberlanjutan produksi pangan. SPI selain sangat peduli dengan persoalan ketidakmampuan Negara mendorong peningkatan produksi pangan, khususnya beras, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga sangat tajam mengkritik pemerintah yang selalu menyediakan fasilitas bagi kegiatan agribisnis skala besar yang mengancam kemampuan masyarakat untuk menghasilkan pangan. Menurut SPI, ‘ketahanan pangan’ tidak dapat tercipta jika masyarakat tidak memiliki

45

Henry Bernstein;Dianto BachriadiOp.Cit hal 14.

46

(35)

‘kedaulatan pangan’. 47Meskipun menurut Menezes, “kedaulatan pangan semata, walaupun merupakan elemen vital, tidak cukup untuk menjamin terciptanya ketahanan pangan.48

SPI (Serikat Petani Indonesia) mengatakan untuk menjadikan Indonesia dapat berswasembada pangan dan sekaligus menjadi penyedia pangan bagi dunia sangat menarik. Pertanyaan kemudian adalah cukupkah jumlah lahan dan produktivitas pertanian rakyat di Indonesia untuk mendukung penyediaan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia dan dunia? Dari tahun ke tahun jumlah lahan pertanian yang tersedia untuk pertanian rakyat, khususnya yang digunakan untuk memproduksi pangan, tidak pernah tumbuh sebanding dengan angka pertumbuhan jumlah rumah tangga petani. Selain adanya perbedaan dalam angka pertumbuhan penduduk dan rumah tangga tani dibanding dengan angka pertumbuhan ketersediaan lahan pertanian rakyat, angka pengalihfungsian lahan pertanian aktif untuk tujuan penggunaan lain juga sangat tinggi. Dengan kata lain, jumlah lahan pertanian yang menghasilkan pangan di Indonesia sesungguhnya tidak pernah berhasil menutupi kebutuhan pangan dalam negeri sendiri, apalagi memberi pangan pada dunia.

Ada hal-hal lain yang juga harus menyertainya, seperti kebijakan keadilan distribusi lahan, perdagangan yang berkeadilan, kebijakan umum pengelolaan sumberdaya alam yang tidak merusak, penghormatan kepada hak-hak budaya masyarakat lokal, termasuk kebijakan hak cipta dan intellectual property rights, dan sebagainya.

47

http//:spi.or.id diakses pada 04 Maret 2017 pukul 18.54 WIB.

48

(36)

Lahan-lahan pertanian pangan, termasuk lahan pertanian padi di Indonesia harus berkompetisi dengan pertumbuhan industri perkebunan, manufaktur, pariwisata, perumahan, real estate dan pembangunan kotakota baru serta pembangunan sarana infrastruktur yang sangat cepat yang juga membutuhkan lahan. Hasilnya dari tahun ke tahun banyak tanah-tanah pertanian, termasuk sawah beririgasi teknis, dialihfungsikan untuk tujuan penggunaan non-pertanian.

1.7. Metode Penelitian

Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka teori di atas, penelitian ini memiliki metode deskriptif (melukiskan), dimana penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data-data yang ada. Penelitian ini memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.49

49

Bambang Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 42.

(37)

yang ada, tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial, karenanya pada penelitian deskriptif tidak menggunakan atau tidak melakukan pengujian hipotesa seperti yang dilakukan pada penelitian eksplanatif berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori.50

Menurut Hadari Nawawi 1.7.1. Jenis Penelitian

51

Tujuan penelitian deskriptif analisis adalah untuk membuat penggambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan bagaimana strategi kementerian pertanian mampu mewujudkan kedaulatan pangan sekaligus menjawab visi misi pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Kemudin akan menjawab permasalahan pangan yang menjadi salah satu permasalahan pokok di Indonesia yang kita ketahui masih sering terjadi krisis pangan. Kebijakan-kebijakan , metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyrakat dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagai mana adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan.

50

Sanafiah Faisal. 1995. Format Penulisan Sosial Dasa-Dasar Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 20.

51

(38)

kementan yang digunakan sebagai landasan atau acuan kerja difungsikan untuk menjawab persoalan tersebut. Kemudian dengan menggunakan pendekatan kebijakan publik, peneliti akan meneliti apakah kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah baik Kementerian Pertanian sudah berjalan dengan semestinya dan berfungsi sebagaiana mestinya. Disamping itu juga penelitian ini menggunakan teori-teori, data-data dan konsep-konsep sebagai sebuah kerangka acuan dari hasil kajian secara literatur untuk menjelaskan hasil penelitian, menganalisis dan sekaligus menjawab persoalan yang diteliti. Oleh karenanya jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

1.7.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sekunder, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan Library search (Studi Pustaka). Teknik pengumpulan data Library Search atau disebut dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.52

52

Husaini Usman, Purnomo Setiadi Akbar. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.Hal 69

(39)

Pekerjaan Unit Eselon IV Lingkup Badan Ketahanan Pangan), RPJMN , Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan serta buku-buku yang berkaitan dengan Kedaulatan Pangan. Nantinya teori-teori dan referensi dari sumber-sumber data sekunder tersebut dapat dijadikan panduan dalam melakukan penelitian ini.

1.7.3. Teknik Analisis Data

(40)

meningkatkan produksi pertanian nasional untuk memenuhi pangan masyarakat atau tidak. Akan melihat juga antara pertanian tentang pemilikan tanah sebagai salah satu bentuk dari kegiatan pertanian dan pengelolaan tanah tersebut sehingga mampu berproduksi . Metode analisa dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode analisis deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disusun dan kemudian diinterpretasikan. Sehingga memberikan keterangan-keterangan terhadap masalah-masalah yang aktual berdasarkan data-data yang terkumpul dari penelitian.

1.8.Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : SEJARAH KONSEP KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA DAN GAMBARAN UMUM KONDISI PERTANIAN INDONESIA SERTA KEBIJAKAN JOKOWI DALAM MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN BAGI INDONESIA

(41)

juga turut menguraikan tentang gambaran umum kondisi petani Indonesia dan kebijakan-kebijakan pemerintahan Jokowi dalam upaya menyelesaikan persoalan pangan dan pertanian di Indonesia.

BAB III:ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAHAN JOKOWI- JK DALAM MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian berupa bagaimana upaya pemerintah terhadap penyelesaian persolan pangan dan pertanian di Indonesia yang dirangkum dalam Kabinet Kerja Jokowi Dodo –Jusuf Kalla melalui Kementerian Pertanian tahun 2015-2019

BAB IV : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk dapat menetapkan batas perairan pada wilayah yang berbatasan dengan RDTL, selain menunggu penyelesaian segment batas darat, perlu pula ditetapkan calon-calon titik dasar

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi bobot lahir dan nilai heritabilitasnya pada sapi Bali di BPTU HMT Denpasar yang dapat digunakan sebagai dasar seleksi bibit berdasarkan

Pengaruh Kompos Sampah Kota dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Sifat Kimia Tanah dan Hasil Tanaman Jagung Manis ( Zea mays saccharata ) pada Fluventic Eutrudepts Asal

11 Antara berikut, yang manakah berkaitan dengan kepentingan sumber dalam rajah di atas. I Habitat

Kenaikan peringkat ini mencerminkan peningkatan pada profil kredit Indosat dan harapan S&P bahwa Indosat akan mempertahankan performansi keuangan yang meningkat

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

Ketiga, penegasan the living law dalam masyarakat dan kearifan lokal yang bersumber pada adat atau nilai-nilai yang hidup berkembang dalam masyarakat sebagai