i
LAPORAN PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR DOMINAN KEMANDIRIAN BELAJAR
SEBAGAI FAKTOR KUNCI KESUKSESAN PENCAPAIAN
KOMPETENSI HASIL BELAJAR
MAHASISWA
Tim Peneliti
Dr. Mawardi, M.Pd
Dr. Wasitohadi, M.Pd
Drs. Suroso, M.Pd
PROGRAM SKGJ/PJJ PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
ii L E M B A R P E N G E S A H A N
Judul Kegiatan : ANALISIS FAKTOR DOMINAN KEMANDIRIAN BELAJAR SEBAGAI FAKTOR KUNCI
KESUKSESAN PENCAPAIAN KOMPETENSI
BELAJARMAHASISWA PROGRAM SKGJ PGSD
Ketua Peneliti
: Dr.Mawardi, M.Pd
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Nomor HP : 085866344475
Surel (e-mail) : mawardiu@gmail.com
Anggota : Dr.Wasitohadi, M.Pd
Drs.Suroso,M.Pd
Sulastri, NIM: 292011187
Maria Ni Made Dwi Lestari, NIM: 292011020
Penanggung jawab : Dr.Yari Dwikurnaningsih, M.Pd selaku dekan FKIP
Waktu Pelaksanaan : 1 semester (6 bulan)
Biaya Smt berjalan : Rp. 15.000.000,00
Biaya Keseluruhan : Rp. 15,000.000,00
Salatiga, 21 September 2015
Ketua Program Studi PGSD Ketua Peneliti,
Herry Sanoto, S.Si., M.Pd Dr. Mawardi, M.Pd
Mengetahui/Menyetujui
Neil S. Rupidara, SE., M.Sc., Ph.D. Teguh Wahyono, S.Kom, M.Cs.
Pembantu Rektor V Pembantu Rektor II
iii
ABSTRAK
Program peningkatan kualifikasi guru SD yang memungkinkan guru memiliki kesempatan lebih luas dengan tidak mengganggu tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru salah satunya adalah program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ ini lebih bersifat distance learning dan self instruction, oleh karena itu secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut. Pemantauan kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut menjadi tanggung jawab para pengajar, sehingga penelitian ini dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenal faktor-faktor dominan kemandirian belajar manakah yang berkontribusi terhadap kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa program PJJ PGSD dan untuk mengetahui perbedaan kesuksesan mahasiswa perempuan dan laki-laki.
Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari jenis metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat eksplanasinya termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitian para mahasiswa program PJJ PGSD UKSW Salatiga yang berstatus sebagai guru SD. Data primer penelitian dikumpulkan melalui pengukuran tingkat kemandirian belajar mahasiswa dan kompetensi hasil belajar mahasiswa. Instrument penelitian menggunakan instrument skala kemandirian belajar mahasiswa. Sedangkan data hasil belajar diperoleh melalui studi dokumen daftar nilai mahasiswa. Instrumen skala kemandirian belajar mahasiswa terdiri dari 30 item dan telah diuji tingkat reliabilitasnya () = 0,831. Instrumen tes hasil belajar terdiri dari 45 dan hasil uji reliabilitas tes Alpha sebesar 0,954. Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis statistik Chi Square Friedman Test untuk melihat mean rank serta uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai variabel moderator pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua faktor dominan kemandirian belajar mahasiswa program PJJ PGSD Batang yang menentukan kesuksesan belajarnya adalah faktor berbekal pengetahuan awal (mean rank = 3,41) dan faktor belajar aktif (mean rank = 2,74). Faktor-faktor yang lain secara berurutan adalah motivasi diri (mean rank = 2,01), dan berorientasi pada tujuan (mean rank = 1,84). Ada perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa program PJJ PGSD Batang perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh kemandirian belajarnya. Simpulan ini didasarkan pada data rata-rata hasil belajar mahasiswa laki-laki (62,4) lebih rendah dari rata-rata hasil belajar mahasiswa perempuan (78,2). Signifikansi simpulan tersebut didukung dengan hasil uji ANCOVA pada varian jenis kelamin, dimana nilai F hitung sebesar 15,77 dengan signifikansi hitung 0,000. Besaran nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,050 berarti nilai F signifikan. Artinya bahwa ada perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam pencapaian hasil belajar yang dimoderaori oleh kemandirian belajarnya.
iv
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan ketekunan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun laporan akhir penelitian
kependidikan program PJJ-PGSD ini. Penelitian kependidikan pada program PJJ-PGSD
merupakan salah satu kegiatan yang strategis. Pada satu sisi, hasil penelitian merupakan
bukti kinerja aktivitas dosen dalam melaksanakan salah satu dharma dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Pada sisi lain, hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada
program studi PGSD FKIP UKSW untuk mengimplementasikan temuan-temuan. Lebih
lanjut pelibatan mahasiswa dalam penelitian ini dapat menjadi sarana knowledge transfer, mahasiswa dapat memperoleh dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih
kaya. Penyelesaian laporan akhir penelitian ini tidak lepas dari bantuan dari bebagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang yang telah
mengijinkan kegiatan perkuliahan mahasiswa program PJJ – PGSD FKIP UKSW
Salatiga.
2. Pembantu Rektor V Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UKSW
Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk melakukan penelitian.
3. Kepala Biro Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah membantu proses administrasi penelitian.
4. Dekan FKIP - UKSW Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk
melaksanakan penelitian.
5. Ketua Program Studi PGSD FKIP – UKSW Salatiga yang telah memfasilitasi
kegiatan penelitian ini.
6. Para mahasiswa Program PJJ PGSD FKIP UKSW dari Kabupaten Batang yang telah
meluangkan waktu untuk melakukan FGD.
Salatiga, 21 September 2015
Ketua Tim Peneliti
Dr. Mawardi, M.Pd
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………..………..… i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ...
A. Hakikat Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD ... 6
B. Kemandirian Belajar Mahasiswa... 7
C. Hubungan Kemandirian Belajar dan Kompetensi HasilBelajar Maha – siswa ... 10
BAB 3. METODE PENELITIAN………... 15
A. Jenis Penelitian ... 15
B. Subyek Penelitian ... 15
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 16
D. Teknik Analisis Data ... 19
BAB 4. HASILDAN PEMBEHASAN………... 20
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian...
1. Deskripsi Data Tingkat kemandirian dan Hasil Beajar Mahasiswa ....
2. Data Hasil Analisis Faktor dominan Kemandirian Belajar ...
3. Data Uji perbedaan Hasil Belajar Laki-laki dan Perempuan yang
dimoderatori oleh Kemandirian Belajarnya ...
4. Deskripsi Hasil FGD ... B. Pembahasan ...
1. Faktor Dominan Kemandirian Belajar Mahasiswa...
vi
Perempuan... 32
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ...
A. Simpulan ...
B. Saran ... 34
34
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa... 16
Tabel 2 Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar
Mahasiswa PJJ Batang... 20
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar
Mahasiswa PJJ Batang... 21
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Kemandirian Belajar
Mahasiswa... 23
Tabel 5 Mean Ranks Faktor kemandirian belajar mahasiswa... 24
Tabel 6
Tabel 7
Ringkasan Uji ANCOVA...
Ringkasan Parameter Estimates Hubungan Linier antara
Kemandirian belajar dengan Kompetensi Hasil Belajar ...
25
26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar... 7
Gambar 2 Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dan Hasil
Belajar... 22
Gambar 3 Grafik estimasi dampak Kemandirian belajar terhadap Hasil
Belajar Mahasiswa ...
27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Kemandirian belajar mahasiswa... 38
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan
bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik S-1/D-4. Bagi guru yang belum
memiliki kualifikasi tersebut, diberi waktu sampai dengan tahun 2015. Ketentuan ini
disatu sisi sebagai starting point peningkatan SDM pendidikan, namun disisi yang lain menimbulkan kegamangan.
Data dari Direktorat Jendral PMPTK (2010), jumlah guru dari berbagai satuan
pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB) yang harus ditingkatkan kualifikasi
akademiknya mencapai 1.456.491 orang guru, data ini belum termasuk guru di bawah
pengelolaan Departemen Agama (RA, MI, MTs, MA, dan MAK). Sementara itu
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen
PAN-RB) mencatat, hingga akhir 2013 jumlah guru yang belum sarjana atau D-IV mencapai
1.034.080 orang. Artinya selama tiga tahun hanya mampu meluluskan 422,411 guru S1.
Sampai dengan tahun 2016, setiap tahun pemerintah harus menyelenggarakan
pendidikan untuk meningkatkan kualifikasi akademik guru sebanyak 227.733 orang.
Sebuah pekerjaan yang sangat berat, oleh karenanya dibutuhkan terobosan model
percepatan pendidikan yang memadai. Lebih lanjut Dirjen PMPTK menyebutkan
bahwa lebih dari 50% guru yang belum berkualifikasi S1 atau D-IV tersebut merupakan
guru SD.
Solusi alternatif yang ditawarkan dalam penyelenggaraan pendidikan sarjana
(S-1) yang memungkinkan guru memiliki kesempatan lebih luas dengan tidak
mengganggu tugas dan tanggung jawabnya adalah penyelenggaraan program Sarjana
(S-1) Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ diharapkan dapat mewujudkan sistem
penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif, dan akuntabel serta
menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luas tanpa mengabaikan kualitas dan
mengganggu tugas tugas profesionalnya sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut,
dikembangkan rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi
perguruan tinggi penyelenggara yang telahmendapat ijin penyelenggaraan dari
2
penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang dalam proses perkuliahannya
menggunakan pendekatan dual mode, yaitu melalui pengintegrasian sistem pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem pembelajaran
mandiri, didukung oleh pemanfaatan multimedia secara efektif dan efisien.
Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku
dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
yang menjadi acuan kurikulum mengacu pada Permendiknas Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,
yang meliputi empatkompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensikepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam
implementasinya, kurikulum program PJJ didesain dengan tepatsehingga
memungkinkan adanya kelompok mata kuliah yang dilaksanakanmelalui kegiatan
pembelajaran tatap muka di kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan
melalui kegiatan pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun
tanpa tutorial. Penetapan kelompok mata kuliah tatap muka di kampus didasarkan atas
pertimbangan bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum
atau mata kuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara
harus dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.
Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan
tutorial adalah mata kuliah yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
untuk pengembangan kompetensi pedagogik dan profesional. Penetapan kelompok
matakuliah melalui pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan
bahwa mata kuliah tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, baik secara
perorangan maupun kelompok.
Perbedaan esensial antara program PJJ dengan program reguler pada hakikatnya
terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran dalam
program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap muka di
kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri.
Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan
pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh
3
Berdasarkan uraian tentang rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ PGSD,
nampak jelas bahwa penekanan perkuliahan pada program PJJ PGSD adalah pada
perkuliahan mandiri dengan menggunakan media pembelajaran jarak jauh. Model
perkuliahan menggunakan e-Learning dengan tugas-tugas mandiri merupakan salah satu model teoretis yang dipandang relevan.
Dabbagh & Bannan-Ritland (2005: 165) menyatakan bahwa kesuksesan
pembelajaran jarak jauh berbasis e-Laerning tergantung sejauhmana dosen yang bersangkutan mengintegrasikan karakteristik kemandirian belajar mahasiswa dan
kemampuan ICT sebagai input proses pembelajaran. Kemandian belajar merupakan kondisi dimana mahasiswa merencanakan, mengelola, mengontrol diri dan
merefleksikan proses belajarnya sendiri untuk mencapai kompetensi tertentu.
Pembelajar mandiri mampu menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, menentukan
tujuan, mengidentifikasi sumber bahan-bahan belajar, aktif memilih dan melaksanakan
strategi belajarnya, dan merefleksikan hasilnya (Dabbagh & Bannan-Ritland, 2005:
223). Sementara itu, Haris Mudjiman (2011: 9) mendefinisikan kemandirian belajar
merupakan kondisi kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk
menguasai suatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan
bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.
Berdasarkan uraian tentang hakikat kemandirian belajar dan rambu-rambu
pelaksanaan program PJJ yang lebih bersifat distance learning dan self instruction, nampak bahwa secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar
ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut. Oleh karena itu sangat
penting untuk memantau kondisi kemandirian belajar para mahasiswa. Berbagai
penelitian tentang kontribusi kemandirian belajar terhadap pencapaian kompetensi hasil
belajar mahasiswa. Misalnya penelitian Stewart (2007) yang menemukan bahwa ada
korelasi positif linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70).
Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar
mandiri yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya.
Penelitian Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena bahwa ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar
4
terhadap temuan tersebut menunjukan bahwa para wanita ternyata memiliki tingkat
kesiapan belajar mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pria (F = .99, p < .05). Temuan penelitian senada dilaporkan oleh Reio & Davis (2005) bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS dan pencapaian kompetensi belajar. Demikian juga Hiemstra (2006) melaporkan hasil
penelitian bahwa ada perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet
dengan tingkat belajar mandiri pada pria dan wanita. Fenomena menarik berkaitan
dengan hubungan antara kemandirian belajar mahasiswa dengan kompetensi hasil
belajar adalah faktor gender nampaknya berpengaruh.
Pengalaman peneliti dan studi awal yang dilakukan menemukan fenomena
bahwa rata-rata tingkat kemandirin belajar mencapai 51%. Angka ini diperoleh dari
rata-rata pengiriman tugas tutorial online yang sesuai dengan agihan waktu pengiriman melalui e-mail maupun melalui portal fleksibel learning. Kondisi kemandirian belajar yang masih rendah ini berdampak pada pencapaian kompetensi hasil belajar yang
rendah pula. Hasil rekapitulasi kompetensi hasil belajar mahasiswa mendapatkan data
bahwa mean skor kompetensi hasil belajar mahasiswa mencapai 58.
Mencermati berbagai hasil penelitian tentang kondisi kemandirian belajar dan
kaitannya dengan pencapaian kompetensi hasil belajar, serta fenomena faktor gender
yang terbukti berpengaruh terhadap kondisi kemandirian belajar itu sendiri maupun
kontribusinya terhadap pencapaian hasil beljar, maka menjadi kewajiban bagi dosen
untuk memantau kondisi mereka. Pemetaan kondisi kemandirian belajar mahasiswa
dapat digunakan untuk pembinaan dan pemberian dorongan eksternal agar kondisi
kemandirian belajar tersebut dapat ditingkatkan.
B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui secara empirik dua faktor
dominan kemandirian belajar manakah yang berkontribusi terhadap kesuksesan belajar
mahasiswa program SKGJ PGSD, 2) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kesuksesan
belajar mahasiswa program SKGJ PGSD perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh
5
C. Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Secara konseptual, urgensi penelitian ini mencari justifikasi teoretik konsep
kemandirian belajar yang memiliki potensi mensukseskan belajar mahasiswa melalui
bukti-bukti empirik. Konsep kemandirian belajar yang hakikatnya merupakan kondisi psiko-sosial
mahasiswa sebagai wujud penerapan model belajar mandiri meliputi komponen kegiatan
belajar aktif; adanya motif atau niat belajar, dorongan mencapai kompetensi, dan didasarkan
pada paradigma konstruktivisme, yaitu pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh
pembelajar dapat digunakan untuk mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar,
sehingga menjadi pengetahuan atau keterampilan baru yang dibutuhkan. Analisis
koponen-konponen kemandian belajar mahasiswa berdasarkan data empirik akan memberikan
gambaran urutan kontribusi setiap komponen kemandirian belajar mahasiswa dalam
mencapai kompetensi belajarnya. Identifikasi kontribusi setiap komponen kemandirian
belajar mahasiswa iniakan menjadi rujukan pembinaan mahasiswa agar lebih sukses dalam
mencapai kompetensi belajarnya.
Secara praktis, penelitian ini penting karena: a) menginspirasi para dosen pengampu
matakuliah dalam program SKGJ maupun PJJ untuk mendesain pembelajaran secara kreatif
dan inovatif, b) menyediakan data empirik bagi para pengajar untuk mengembangkan
komponen-komponen belajar mandiri yang secara potensial dapat meningkatkan pencapaian
kompetensi belajarnya, c) memberikan keleluasaan bagi guru SD sebagai mahasiswa dalam
mengembangkan kompetensi melalui perkuliahan berbasis belajar mandiri, dan d)
mengatasi ketidak-merataan dan ketidak-terjangkauan perkuliahan yang dapat menghambat
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD
Program PJJ hakikatnya adalah program penyelenggaraan pendidikan yang
secara khusus diperuntukkan bagi guru tetap dalam jabatan. Program ini diharapkan
dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif,dan
akuntabel serta menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luastanpa
mengabaikan kualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, dikembangkan rambu-rambu
penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi perguruan tinggi penyelenggara yang
telahmendapat ijin penyelenggaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen
Dikti). Program ini dilaksanakan oleh penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan
yang dalam proses perkuliahannya menggunakan pendekatan dual mode, yaitu melalui
pengintegrasian sistem pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem
pembelajaran mandiri, didukung oleh pemanfaatan multi media secara efektif dan
efisien.
Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku
dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar KompetensiLulusan (SKL)
yang menjadi acuan kurikulum mengacu padaPermendiknas Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang
meliputi empat kompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam implementasinya,
kurikulum Program PJJ didesain dengan tepat sehingga memungkinkan adanya
kelompok matakuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka di
kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan melalui kegiatan
pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun tanpa tutorial. Penetapan kelompok matakuliah tatap muka di kampus didasarkan atas pertimbangan
bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum atau
matakuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara harus
dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.
Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan
7
untuk pengembangan kompetensi profesional. Penetapan kelompok matakuliah melalui
pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan bahwa mata kuliah
tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, baik secara perorangan
maupun kelompok.
Perbedaan yang esensial antara program PJJ dengan program reguler pada
hakikatnya terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran
dalam program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap
muka di kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri.
Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan
pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh
dilakukan secara bersama-sama dengan kegiatan pembelajaran kelas reguler.
B. Kemandirian Belajar Mahasiswa
Khusus strategi belajar mandiri, Jarvis (1990) dan O’Shea (2003), Self-directed Learning (belajar mandiri)adalah kemampuan untuk berinisiatif dalam mengelola dan mengontrol proses belajarnya untuk mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan
mempergunakan berbagai alternatif atau strategi belajar. Sedangkan Hiemstra (1994)
memberikan batasan bahwa Self-Directed Learning adalah perilaku siswa tidak bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan
belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan
tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu melakukan aktivitas belajar secara mandiri.
Haris Mudjiman (2011: 9), memberikan batasan belajar mandiri adalah kegiatan belajar
aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna
mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi
yang telah dimiliki (Haris Mudjiman. 2011: 9).
Dari rumusan konsep belajar mandiri ini, dapat dicermati adanya empat
komponen konsep dan juga anatomi dari konsep belajar mandiri. Komponen-komponen
konsep belajar mandiri tersebut adalah: a) kegiatan belajar aktif; yaitu merupakan
kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan
kreativitas untuk mencapai tujuan; b) motif atau niat, yaitu kekuatan pendorong
kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif untuk mencapai
kompetensi yang ingin dicapai; c) kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan
8
konstruktivisme, yaitu pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh pembelajar dapat
digunakan untuk mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga
menjadi pengetahuan atau keterampilan baru yang dibutuhkan.
Sebagai seorang pengajar, bagaimanakah kita bisa mendeteksi seberapa tinggi
tingkat kemandirian belajar mahasiswa kita?. Apakah tingkat kemandirian belajar
tersebut dapat digunakan untuk memprediksi hasil belajar para mahasiswa?. Jawabnya
adalah dengan mengembangkan instrumen rubrik penilaian kemandirian belajar.
Instrumen dikembangkan berdasarkan komponen-komponen definisi operasional
(konstruk) belajar mandiri.
Gambar 1. Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar
Skor yang diperoleh melalui rubrik penilaian tersebut merupakan kadar tinggi
rendahnya kemandirian belajar mahasiswa. Berbagai penelitian dalam jurnal ilmiah
internasional menemukan bahwa tingkat kemandirian belajar berperan dalam
pencapaian kompetensi belajar siswa (Stewart, 2007; Usta, 2011; Hui & Umar, 2011;
Weny Hulukati, 2011). Secara skematik, alur pengembangan instrumen kemandirian
9
gambar 1.
Pada bagian awal kegiatan pembelajaran, atau dapat disisipkan dalam proses pembelajaran, mahasiswa diberi pembekalan berkaitan dengan “ruh” belajar mandiri itu sendiri. Ruh tersebut adalah motivasi belajar. Motivasi belajar inilah yang menjadi
sumber energi bagi tumbuhnya niat untuk belajar. Kop & Fornier (2010) menyatakan bahwa pembekalan motivasi belajar sebagai “ruh” belajar mandiri merupakan upaya penataan dimensi konatif. Pernyataan ini dikuatkan dengan hasil penelitian Brackett
(2007) yang menemukan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan
motivasi siswa. Oleh karena itulah maka pembekalan untuk menumbuhkan motivasi
belajar menjadi sangat penting.
Ada berbagai model yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi
belajar, salah satunya adalah model Pengembangan Motivasi Belajar yang
dikemukakan oleh Mudjiman (2011: 47-54). Ide dasar model tersebut berangkat dari
gagasan bahwa tindakan belajar merupakan perbuatan sadar yang didahului oleh
pembuatan keputusan untuk belajar atau tidak belajar tergantung dari tinggi rendahnya
motivasi. Apabila motivasinya kuat, seseorang akan memutuskan untuk melakukan
tindakan belajar. Sebaliknya, bila motivasinya lemah, seseorang akan memutuskan
untuk tidak melakukan tindakan belajar. Berdasarkan ide dasar seperti di atas, maka
perlu upaya guru untuk menumbuhkan motivasi belajar pada siswanya.
Menurut model Pengembangan Motivasi Belajar, ada empat materi pembekalan
untuk membantu siswa membuat keputusan untuk melakukan tindakan belajar
(motivasi belajar) seperti berikut: a) perlunya mengetahui kegunaan belajar jika siswa
mempelajari materi tertentu. b) Perlu memantapkan bahwa mempelajari materi tersebut
dapat memenuhi kebutuhan belajarnya. c) Perlu menumbuhkan kepercayaan diri bahwa
mereka memiliki kemampuan. d) Perlu meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi
tertentu dan menguasainya akan menyenangkan. Model pengembangan motivasi
belajar ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirkman, Couglin &
Kromrey (2007) yang menyimpulakan bahwa tingkat kepuasan yang dialami oleh siswa
yang sukses dalam pembelajaran berbasis web terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar. Penelitian tersebut sejalan dengan temuan Brackett (2007) dalam sebuah
10
belajar ini dilakukan dengan menata sumber-sumber inspirasi. Sebagai panduan, guru
dapat merancang konten pembelajaran yang berisi pengalaman gagal maupun sukses
dari orang-orang terkenal sebagai sumber inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara
seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan mendorong para siswa untuk belajar.
C. Hubungan Kemandirian belajar dan Kompetensi Hasil Belajar Mahasiswa
Kemandian belajar mahasiswa sebagai kondisi diterapkannya strategi belajar
mandiri merupakan dampak dari pembekalan mahasiswa untuk mengembangkan
kompetensi mahasiswa, menurut Haris Mudjiman (2011: 198) mencakup
langkah-langkah: 1) menetapkan kompetensi utama (KU) yang akan dikuasi, untuk mengatasi
masalah yang sedang dihadapi. Kompetensi utama adalah tujuan utama belajar mandiri
yang ditetapkan oleh pembelajar; 2) Menetapkan urgensi permasalahan dan kompetensi
yang ingin dicapai; 3) Menyusun rencana untuk menguasai kompetensi. Langkah ini
meliputi: a) menetapkan kompetensi-kompetensi antara (KA) yang perlu dimiliki.
Kompetensi-kompetensi antara ini adalah tujuan-tujuan antara belajar mandiri yang
ditetapkan sendiri oleh pembelajar, b) mengidentifikasi tujuan-tujuan antara (KA) yang
telah dimiliki dan tujuan-tujuan antara yang perlu ditetapkan untuk dicapai; 4)
Melaksanakan rencana belajar mandiri, dengan target mencapai tujuan-tujuan antara
melalui beberapa siklus/usaha; dan 5) Melakukan evaluasi pencapain tujuan antara
(KA) dan tujuan utama (KU).
Implementasi langkah ke-4, yaitu melaksanakan rencana belajar mandiri
nampaknya menjadi faktor utama dalam memberikan kontribusi pencapaian
kompetensi belajar mahasiswa. Komponen faktor utama implementasi belajar mandiri
meliputi: 1) adanya motivasi atau niat belajar. Motivasi belajar yang tinggi mampu
mendorong mahasiswa untuk belajar secara konsisten dan persisten (Haris Mudjiman,
2011). Konsisten berarti belajar secara ajeg sesuai dengan jadwal belajar yang telah
disusun. Persisten berarti tahan lama dalam belajar, tidak mudah mengalami kejenuhan.
2) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar.
Kompetensi belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi. Apabila belajar merupakan suatu kebutuhan, maka dorongan belajar
akan semakin kuat. 3) Melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi.
Haris Mudjiman (2011) menyebutkan bahwa keaktifan belajar ditunjukkan oleh
11
inovatif dalam belajar, melakukan tindak lanjut pembelajaran dengan jelas, selalu
melakukan pemantauan hasil belajarnya, selalu mengontrol perilaku dirinya agar tidak
mengganggu konsentrasi belajar, serta memiliki kesadaran bahwa kompetensi yang
dikuasai akan berguna sepanjang kehidupannya. 4) Berbekal kompetensi yang telah
dimiliki (konstruktivisme). Mahasiswa mengaitkan pengetahuan ataupun kompetensi
baru yang akan dikuasai dengan kompetensi yang telah dimiliki.
Berdasarkan analisis kontribusi belajar mandiri seperti di atas itulah yang
menyebabkan kompetensi hasil belajar mahasiswa meningkat. Analisis kontribusi
kemandirian belajar mahasiswa dalam mencapai kompetensi hasil belajar ini sejalan
dengan temuan penelitian Stewart (2007) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif
linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti
bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri yang tinggi
akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya. Temuan penelitian ini
senada dengan berbagai temuan penelitian berikut:
a) Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Hui & Umar (2011) menemukan hasil
berikut: 1) tidak terdapat perbedaan signifikan kemampuan mengingat mahasiswa
yang memiliki tingkat Self-regulated Learning tinggi dalam menerima perlakuan a
combination of metaphor and pair programming (MPP) dan mahasiswa yang hanya
menerima perlakuan dengan metode pair programming (PP) ( X high MPP = 74.17;
X highPP = 69.52; Mean diff = 4.65; p = 0.03); 2) Tidak terdapat perbedaan
signifikan kemampuan mengingat mahasiswa yang memiliki tingkat Self-regulated
Learning rendah dalam menerima perlakuan MPP dan mahasiswa yang hanya
menerima perlakuan dengan metode PP (Mean diff = 7.68; p = 0.00), with the MPP
group performing significantly better than those of the PP group ( X Low MPP =
62.80; X Low PP = 55.11); 3) Tidak ada pengaruh interaksi antara metode
pembelajaran dengan tingkat Self-regulated Learning.
b) Wenny Hulukati (2011), melaporkan penelitian tentang pengembangan model
belajar mandiri berbasis andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak
usia dini. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa model belajar mandiri berbasis
andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak usia dini yang
12
c) Penelitian eksperimen dengan teknik pengujian ANOVA yang dilakukan oleh Mala-Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena faktor-faktor yang
berpengaruh dalam tumbuhnya kemandirian belajar adalah sebagai berikut: 1) ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar
visual dan verbal terhadap proses belajar mandiri dan hasil belajarnya (F = 6.65, p < .05). 2) Faktor materi dan media pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap kemandirian belajar dan hasil belajar (F = 2.19, p < .05). 3) Para wanita ternyata memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pria (F = .99, p < .05).
Fenomena menarik berkaitan dengan hubungan antara kemandirian belajar
mahasiswa dengan kompetensi hasil belajar adalah faktor gender nampaknya
berpengaruh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reio & Davis (2005) dilaporkan
berikut: 1) mahasiswa dan dosen yang berusia 30 – 50 tahun memiliki tingkat Self-directed Learning Readiness (SDLRS) lebih tinggi dari siswa SMA; 2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS dan pencapaian kompetensi belajar. Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang
penggunaan internet dan belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara
intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta
menemukan perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat
belajar mandiri pada pria dan wanita.
Disamping berbagai penelitian tersebut di atas, beberapa penelitian berikut
dapat menguatkan teori tentang peran kemandirian belajar dalam mencapai kesuksesan
belajar para mahasiswa. Diantanya penelitian tentang rancangan strategi pembelajaran
mandiri berbasis online berdasarkan pandangan konstruktivis objektif yang dilakukan oleh Chen (2007) berhasil mengembangkan rancangan strategi pembelajaran mandiri
secara online. Spesifikasi rancangan strategi pembelajaran mandiri tersebut meliputi tugas belajar (learning task), dukungan teknologi (technology support), dukungan belajar (learning support), dan dukungan sosial (social support).
Penelitian Karagiorgi & Symeou (2005) yang melakukan kajian teoretik
tentang potensi dan keterbatasan implementasi teori konstruktivisme sebagai landasan
dalam merancang pembelajaran. Simpulan kajian ini adalah bahwa teori
13
dengan memperhatikan dua hal utama berikut: 1) perlu kehati-hatian dalam memilih
strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman otentik pada pembelajar. 2)
Desainer pembelajaran harus mempertimbangkan teknologi pembelajaran yang mampu
menyampaikan pesan tanpa distorsi. f. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reio &
Davis (2005) dilaporkan berikut: 1) mahasiswa dan dosen yang berusia 30 – 50 tahun
memiliki tingkat SDLRS lebih tinggi dari siswa SMA; 2) Tidak ditemukan perbedaan
yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS.
Penelitian Song dan Hill (2007) melaporkan bahwa pengembangan model
konseptual tentang belajar mandiri dalam konteks pembelajaran online. Kajian penelitian literatur menunjukkan pola model bahwa pelajar dapat meningkatkan tingkat
kemandirian belajarnya dengan mengalami belajar mandiri secara online. Efektivitas
dalam belajar mandiri tergantung pada seberapa tingkat pengarahan diri sendiri (atribut
pribadi). Tingkat self-direction dapat bervariasi dalam lingkungan belajar yang
berbeda.
Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang penggunaan internet dan
belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara intensitas penggunaan internet
dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta tidak menemukan perbedaan hubungan
antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri pada orang kota
dan orang desa.
Jezegou (2012) dalam penelitian dan pengembangan model konseptual tentang
pendidikan jarak jauh yang mendukung belajar mandiri, menemukan bahwa model
pembelajaran pendidikan jarak jauh akan efektif jika menawarkan berbagai fitur
pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa mengekspresikan kemandirian
belajarnya.
Brackett (2007) dalam sebuah laporan kajian teoretik tentang inspiring student
self-motivation menjelaskan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan
motivasi siswa. Penumbuhan motivasi belajar ini dilakukan dengan menata
sumber-sumber inspirasi. Sebagai panduan, guru dapat merancang konten pembelajaran yang
berisi pengalaman gagal maupun sukses dari orang-orang terkenal sebagai sumber
inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan
mendorong para siswa untuk belajar.
14
pengembangan belajar mandiri menggunakan Reflective Support in a Video-Digital
Microteaching Environment. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANOVA.
Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru-guru kelas eksperimen lebih
tinggi tingkat belajar mandirinya pada dimensi metakognisi (merencanakan, mengelola
informasi, dan mengevaluasi) serta tingkat motivasinya (F = 38, 470; p < 0,0001) dan
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari jenis
metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat eksplanasinya termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitiannya adalah para guru SD yang
menjadi mahasiswa program PJJ PGSD UKSW Salatiga.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program Sarjana Kependidikan
Guru dalam Jabatan (SKGJ) PGSD FKIP UKSW Salatiga maupun mahasiswa program
pendidikan jarak jauh (PJJ) PGSD yang berasal dari Kabupaten Batang. Mahasiswa
SKGJ dan PJJ berasal dari wilayah-wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Batang,
Limpung, Subah, dan Bandar. Terdapat beberapa karakteristik mahasiswa program
SKGJ dan PJJ PGSD sebagai subjek penelitian, yaitu: 1) para mahasiswa berasal dari
daerah-daerah kecamatan yang memiliki karakteristik sosial ekonomi yang relatif sama,
2) para mahasiswa sama-sama guru SD dalam jabatan, 3) memiliki tingkat kemampuan
yang heterogen berdasarkan standar pada saat rekrutmen mahasiswa baru. Berdasarkan
pertimbangan persamaan karakteristik tersebut, peneliti memandang bahwa hasil
penelitian ini dapat digeneralisasi kepada seluruh mahasiswa program SKGJ dan PJJ.
Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposif, dengan pertimbangan: 1)
tidak memungkinkan dilakukan teknik random, karena akan mengganggu daftar alir
pengambilan matakuliah, 2) teknik random membutuhkan kesukarelaan mahasiswa dan
tenaga pengajar khusus, dan hal ini tidak memungkinkan dilakukan oleh peneliti, 3)
kemudahan pelaksanaan pembelajaran, karena jarak yang masih relatif dekat dalam
rangka koordinasi dan persiapan penelitian.
Langkah penentuan sampel, mula-mula ditentukan sampel kelas. Secara
keseluruhan jumlah kelas mahasiswa program SKGJ dan PJJ PGSD ada 4 kelas, terdiri:
1) 1 kelas di Bandar, 2) 1 kelas di Subah, 3) 1 kelas PJJ di Batang, 4) 1 kelas di
Limpung. Rata-rata jumlah mahasiswa per kelas adalah 37 mahasiswa. Dari 4 kelas
tersebut, kelas yang aktif melaksanakan perkuliahan adalah kelas PJJ di Batang.
16
Batang dengan jumlah mahasiswa 34 menjadi sampel penelitian ini. Langkah
berikutnya membagi kelas tersebut menjadi dua kelompok, yaitu: 1) kelompok
mahasiswa laki-laki, dan 2) kelompok mahasiswa perempuan.
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik non tes.
Instrument penelitian yang digunakan adalah instrument skala kemandirian belajar
mahasiswa. Instrumen untuk mengukur kemandirian belajar berbentuk rubrik skala
kemandirian belajar mahasiswa. Instrumen disusun berdasarkan konstruk belajar
mandiri. Komponen-komponen konstruk tersebut meliputi: a) adanya motivasi atau niat
belajar, b) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan
belajar, c) melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi, dan d)
berbekal kompetensi yang telah dimiliki (konstruktivisme). Berdasarkan
komponen-komponen belajar mandiri ini, kemudian disusun kisi-kisi rubrik skala kemandirian
belajar. Instrumen terdiri dari 30 item.
Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan teknik utama skala penilaian diri,
dilanjutkan wawancara untuk mengkonfirmasi data serta untuk menjaga objektivitas
jawaban mahasiswa. Scoring dilakukan oleh peneliti berdasarkan panduan skor rubrik penilaian untuk masing-masing item. Masing-masing item diberi skor dengan rentang
antara 1 sampai 3 sesuai dengan kondisi jawaban mahasiswa. Total skor maksimum
adalah 90 (3 X 30) dan skor minimum 30 (1 X 30). Skor hasil pengukuran kemudian
dikonversi menjadi skala 1 – 100, agar lebih mudah dalam melakukan analisis.
Tabel 1
Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa
No Komponen Indikator No Item
1. Memiliki tujuan belajar yang jelas 2. Multi level Objectives
17
3 Kegiatan belajar aktif
1. Belajar secara sistematis ( terencana)
2. Goal orientedness
3. Continuing evaluation
4. Learning for life
5. Follow-up Clarity
6. Kreatif dan inovatif dalam belajar 7. Behavioral control
1. Mengaitkan kompetensi yang telah dimiliki dengan pengalaman baru
Instrumen skala kemandirian belajar diujicobakan terlebih dahulu sebelum
digunakan. Komputasi data penelitian untuk menghitung tingkat validitas dan
reliabilitas instrumen rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa menggunakan
bantuan program SPSS for Windows ver. 17.
Uji coba dilakukan pada 30 mahasiswa program SKGJ Pati (bukan kelas untuk
penelitian). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah konstruk rubrik skala
kemandirian belajar mahasiswa sahih atau tidak. Uji reliabilitas dilakukan untuk
mengetahui apakah alat ukur dapat menghasilkan data yang ajeg dan dapat dipercaya. Hasil pengujian terhadap 30 item ditemukan nilai reliabilitas sebesar 0,831.
Berdasarkan kriteria umum suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai uji coba
lebih besar dari 0,600, maka instrumen rubrik kemandirian belajar reliabel, karena nilai
reliabilitas 0,831 > 0,600. Berdasarkan kriteria uji validitas, sebuah instrumen
dinyatakan valid apabila nilai Corrected Item –Total Correlation lebih besar daripada nilai koefisien korelasi product moment minimal sebesar 0,300 pada taraf signifikansi 5% (Azwar, 2011: 158).
Berdasarkan kriteria validitas instrumen seperti telah diuraikan di atas, maka 25
item dinyatakan valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation untuk semua item skala kemandirian belajar > 0,300. Lima item, yaitu nomor 1, 3, 14, 15 dan 21 tidak
18
dilakukan uji coba ulang, 5 item tersebut memiliki nilai Corrected Item –Total Correlation berturut-turut menjadi 0,310, 0,320, 0,301, 0,302 dan 0,311. Dengan demikian seluruh item dinyatakan valid.
Berkaitan dengan data prestasi belajar mahasiswa, data diperoleh dengan cara
studi dokumen daftar nilai mahasiswa PJJ Kabupaten Batang. Oleh karena itu
Instrumen untuk mengukur kompetensi hasil belajar mahasiswa tidak diuraikan secara
detail dalam laporan ini. Data hasil hasil pengukuran kemandirian balajar mahasiswa
dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif persentase dan kategoris untuk
menggambarkan tingkat pencapaian kemandirian dan hasil belajarnya. Hasil
pengukuruan kemandirian dan hasil belajar mahasiswa dipersentase dengan
menggunakan rumus:
Keterangan:
AP : Angka Persentase
Skor Aktual : Skor yang diberikan oleh validator ahli
Skor Ideal : Skor maksimal hasil kali antara jumlah item dengan
skor maksimal masing-masing item.
Angka persentase tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi lima kategori
seperti berikut.
Interval Kategori
81 - 100% Sangat tinggi
61 - 80% Tinggi
41 - 60% Cukup
21 - 40% Rendah
1 - 20% Sangat rendah
Dalam rangka memperoleh data yang lebih akurat, maka dilakukan juga
pengumpulan data mlalui FGD. FGD dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah data yang telah diperoleh menggunakan instrumen pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dan
Skor Aktual
AP = --- X 100%
19
hasil belajaranya sesuai dengan kenyataan.
D. Teknik Analisis Data
Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis Chi-Square (Friedman Test) untuk
melihat mean rank faktor-faktor kemandirian belajar mahasiswa. Melalui data mean rank
akan diketahui dua faktor dominan manakah yang berdampak pada kesuksesan belajarnya.
Selanjutnya dilakukan uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai variabel moderator pencapaian hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Tingkat Kemandirin dan Hasil Belajar Mahasiswa
Seperti telah dibahas di Bab 3, tingkat kemandirian belajar mahasiswa
program PJJ PGSD dari Kabupaten Batang diukur menggunakan rubrik skala
kemandirian belajar. Data sekundertingkat hasil belajar mahasiswa diperoleh dari
daftar nilai program PJJ Batang. Komputasi data menggunakan program SPSS for Windows ver.17. Deskripsi statistik hasil pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dirangkum dalam Tabel 2.
Tabel 2
Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Batang
Statistics
Kemandirian Hasil belajar
N Valid 34 34
Mean 75,94 82,88
Median 78,00 86,50
Mode 76 93
Std. Deviation 7,290 11,895
Variance 53,148 141,501
Minimum 56 50
Maximum 83 95
Tabel 2 memberikan informasi bahwa data statistik mean, median, mode, std deviation, variance, skor minimal dan maksimal kemandirian belajar mahasiswa berturut-turut mencapai 75,94, 78, 76, std deviation = 7,290 dan variance sebesar 53,148. Skor bergerak antara 56 sampai 83. Angka ukuran tendensi sentral dan
variabilitas data menunjukkan bahwa penyebaran tingkat kemandirian belajar
mahasiswa relatif homogen. Simpulan ini didasarkan pada data SD (7,290) dan
varian data (53,148) lebih kecil dari tendensi sentralnya.
Pada variabel hasil belajar nampak bahwa mean = 82,88, median = 86,50,
21
hasil belajar bergerak dalam rentang yang lebih lebar, yaitu 50 sampai 95. Dilihat
dari ukuran tendensi sentral dan variabilitas data menunjukkan bahwa penyebaran
tingkat hasil belajar mahasiswa relatif homogen, meskipun homogenitas variansinya
tidak sehomogen penyebaran skor kemandirian belajar. Simpulan ini didasarkan
pada varian data (141,501) lebih besar dari tendensi sentralnya. Untuk melihat lebih
detail distribusi skor kemandirian belajar dan hasil belajar mahasiswa dapat
dicermati dalam Tabel 3.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar Mahasiswa PJJ Batang
No Interval
skor
Variabel Kategori Kemandirian
Belajar
Hasil Belajar
f % f %
1 Sangat
Tinggi
≥ 90 0 0% 15 44,1%
80 - 89 13 38,2% 9 26,5%
2 Tinggi 70 -79 16 47,1% 6 17,6%
60 - 69 3 8,8% 2 5,9%
3 Cukup 50 - 59 2 5,9% 2 5,9%
40 - 49 0 0% 0 0%
4 Rendah 30 - 39 0 0% 0 0%
20 - 29 0 0% 0 0%
5 Sangat
Rendah
10 - 19 0 0% 0 0%
< 10 0 0% 0 0%
Total 34 100% 34 100%
Tabel 3 memberikan informasi bahwa variabilitas skor hasil belajar
mahasiswa lebih heterogen dibandingkan skor kemandirian belajar mahasiswa.
Pada pengukuran kemandirian belajar, ditemukan 2 mahasiswa (5,9%)
memperoleh skor antara 50-59,berada pada kategori cukup. Terdapat 3
mahasiswa (8,8%) memperoleh skor antara 60-69 berada pada kategori tinggi.
Terdapat 16 orang mahasiswa (47,1%) memperoleh skor 70-79 dalam kategori
tinggi, dan 13 mahasiswa (38,2%) memperoleh skor antara 80-89, berada pada
22
Pada pengukuran hasil belajar ditemukan 4 mahasiswa (11,1%)
memperoleh skor antara 60-69, 25 orang mahasiswa (69,4%) memperoleh skor
70-79, dan 7 orang mahasiswa (19,5%) memperoleh skor 80-89. Artinya ada
peningkatan 19,5% mahasiswa yang memperoleh skor pada kategori sangat
tinggi, yang tidak ditemukan pada pengukuran awal. Visualisasi distribusi
kemandirian belajar mahasiswa dapat dicermati pada Gambar 2.
0 0 0 0 0 2
3
16
13
0
0 0 0 0 0
2 2
6 9
15
< 10 10 - 19 20 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 -79 80 - 89 ≥ 90
Distribusi Frekuensi Kemandirian dan hasil belajar mahasiswa PJJ Batang
Kemandirian belajar Hasil belajar
Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar
Mahasiswa PJJ Batang
2. Data Hasil Analisis Faktor dominan Kemandirian Belajar Mahasiswa
Data tingkat kemandirian belajar mahasiswa secara keseluruhan seperti telah
dipaparkan di atas, selanjutnya diperinci berdasarkan data setiap komponen/faktor,
yaitu komponen orientasi pada tujuan, belajar aktif, motivasi diri, dan bekal
pengetahuan yang dimiliki. Tabel 4 memaparkan deskripsi data faktor-faktor tingkat
23
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Kemandirian Belajar Mahasiswa
Faktor-faktor kemandirian Belajar Mahasiswa
Kate-gori
Motivasi diri Orientasi pada tujuan
Belajar secara aktif
Berbekal pengetahuan
awal Int. f % Int. f % Int. f % Int. f %
ST > 20 4 11,8 > 11 0 0 > 41 0 0 > 5 19 55,9
T 18 -20 14 41,2 10 -11 22 64,7 36 - 41 23 67,6 5 10 29,4
C 15 -17 11 32,4 8 -9 8 23,5 30 - 35 6 17,6 4 3 8,8
R 12 -14 5 14,7 6 - 7 4 11,8 24 - 29 4 11,8 3 1 2,9
SR < 12 0 0 < 5 0 0 < 24 1 2,9 < 3 1 2,9
Jumlah 34 100 34 100 34 100 34 100
Ket. ST = Sangat Tinggi, T = Tinggi, C = Cukup, R = Rendah, dan SR = Sangat Rendah
Tabel 4 memberikan informasi bahwa pada faktor motivasi diri, ada 18 (4+14)
orang mahasiswa (53%) memiliki motivasi diri tinggi dan sangat tinggi dalam
mencapai kesuksesan belajar. Ada 11 mahasiswa (32,4%) memiliki motivasi diri
cukup, dan 5 mahasiswa memiliki motivasi diri rendah dalam mencapai kesuksesan
belajar.
Pada faktor berorientasi pada tujuan, tidak satupun mahasiswa (0%) yang
memiliki orientasi pada pencapaian tujuan mengikuti perkuliahan pada kategori sangat
tinggi. Ada 22 orang mahasiswa (64,7%) memiliki orientasi tinggi dalam mencapai
tujuan perkuliahan. Ada 8 mahasiswa (23,5%) memiliki orientasi kategori cukup dan 4
mahasiswa (11,8%) memiliki orientasi rendah dalam pencapaian tujuan.
Pada faktor belajar aktif, tidak satupun mahasiswa (0%) yang memiliki
keaktifan belajar kategori sangat tinggi dalam mengikuti perkuliahan. Ada 23 orang
mahasiswa (67,6%) memiliki keaktifan belajar yang tinggi dalam mengikuti
perkuliahan. Ada 6 mahasiswa (17,6%) memiliki keaktifan belajar pada kategori cukup,
ada 4 mahasiswa (11,8%) memiliki keaktifan belajar pada kategori rendah, bahkan ada
1 orang mahasiswa (2,9%) memiliki keaktifan belajar sangat rendah.
Pada faktor berbekal pengetahuan awal, sebagian besar mahasiswa, yaitu 29
24
sangat tinggi dan tinggi dalam memecahkan masalah-masalah perkuliahan. Ada 3 orang
mahasiswa (8,8%) memiliki keaktifan belajar yang tinggi dalam mengikuti perkuliahan.
Ada 6 mahasiswa (17,6%) memiliki bekal pengetahuan awal pada kategori cukup, ada
1 mahasiswa (2,9%) memiliki bekal pengetahuan awal pada kategori rendah, bahkan
ada 1 orang mahasiswa (2,9%) memiliki bekal pengetahuan awal pada kategori sangat
rendah.
Berdasarkan uraian faktor-faktor kemandirian belajar, nampak bahwa berbekal
pengetahuan awal (F4) merupakan faktor paling dominan. Kemudian berturut-turut diikuti oleh
faktor belajar aktif (F2), faktor motivasi diri dan yang paling rendah faktor berorientasi pada
tujuan. Data deskripstif faktor dominan ini sejalan dengan hasil tes Chi-Square (Friedman
Test) seperti tertera dalam Tabel 5.
Tabel 5
Mean Ranks Faktor kemandirian belajar mahasiswa
Faktor Mean Rank
Berorientasi pada tujuan (F1) 1,84
Belajar aktif (F2) 2,74
Motivasi diri (F3) 2,01
Berbekal pengetahuan awal (F4) 3,41
Test Statistics
N 34
Chi-Square 33,606
df 3
Asymp. Sig. ,000
a Friedman Test
3. Data Uji perbedaan Hasil Belajar Laki-laki dan Perempuan yang dimoderatori
oleh Kemandirian Belajarnya
Seperti telah dibahas pada bagian teknik analisis data, sebelum melaksanakan uji
ANCOVA, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan homogenitas dilaksanakan dengan bantuan SPSS
dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Levene. Berikut dipaparkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas hasil belajar dan tingkat kemandirian belajar mahasiswa. Dari
25
(2-tailed), dan berdasarkan kriteria pengujian normalitas data Kolmogorov-Smirnov Test, maka seluruh data yang meliputi skor hasil beljar dan skor kemandirian belajar
semuanya berdistribusi normal. Keputusan kenormalan distribusi ini karena keseluruhan
data Assym. Sig atau nilai signifikansi keseluruhan data > α = 0,05. Hasil uji Levene
dapat diketahui bahwa, kedua data nilai yaitu data hasil belajar laki-laki dan perempuan
sama-sama memiliki nilai signifikansi sebesar 0,23 dan 0,22 yang lebih besar dari pada
0,05. Hal ini berarti bahwa kedua data homogen.
Ringkasan uji ANCOVA seperti tertera dalam Tabel 6, memberikan informasi besarnya nilai F dan signifikansinya. Pada sumber varian corrected model, nampak bahwa F hitung sebesar 35,503 dengan taraf signifikansi hitung 0,000. Oleh karena
0,000 < α = 0,050, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
signifikan. Maknanya bahwa model perkuliahan program PJJ bersama-sama dengan
kemandirian belajar secara simultan memiliki dampak secara signifikan terhadap
kompetensi hasil belajar mahasiswa.
Tabel 6
Ringkasan Uji ANCOVA
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: skor_belajar
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3250,429(a) 2 1625,214 35,503 ,000
Intercept 269,362 1 269,362 5,884 ,021
skor_bm 127,148 1 127,148 2,778 ,106
jeniskelamin 722,183 1 722,183 15,776 ,000
Error 1419,101 31 45,777
Total 238232,000 34
Corrected Total 4669,529 33
a R Squared = ,696 (Adjusted R Squared = ,676)
Pada varian kemandirian belajar (skor_bm), diperoleh nilai F hitung sebesar
2,778 dengan signifikansi hitung 0,106. Oleh karena nilai 0,106 jauh lebih besar dari α
= 0,050, maka nilai F tidak signifikan. Artinya bahwa tidak ada perbedaan pengaruh
tinggi rendahnya kemandirian belajar secara parsial dengan hasil belajar mahasiswa.
Pada varian jenis kelamin, diperoleh nilai F hitung sebesar 15,77 dengan
26
F signifikan. Artinya bahwa ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan hasil
belajar mahasiswa.
Hasil analisis kovariat ini disamping menggambarkan perbedaan pengaruh jenis
kelamin terhadap hasil belajar, juga memberikan informasi tentang hubungan linier
antara kemandirian belajar sebagai variabel kovariat dengan hasil belajar mahasiswa
sebagai variabel bebas. Gambaran hubungan linier kovariat dengan variabel bebas
dapat diamati dari Tabel 7.
Berdasarkan parameter estimasi dalam Tabel 6 dan formula umum persamaan
regresi sederhana Y = a + bX, dimana a adalah konstanta (α) dan b adalah koefisien
regresi (β), maka garis regresinya adalah Y = 54,764 + 0,110*Kemandirian belajar.
Persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi kompetensi hasil belajar mahasiswa
berdasarkan tingkat kemandirian belajarnya.
Tabel 7
Ringkasan Parameter Estimates Hubungan Linier antara Kemandirian belajar dengan Kompetensi Hasil Belajar
Parameter Estimates
Dependent Variable: skor_belajar
Parameter B Std.
Error t Sig.
95% Confidence
Interval
Partial Eta
Squared
Intercept 53,764 19,900 2,702 ,110 13,178 94,349 ,191
skor_bm ,423 ,254 1,667 ,106 -,095 ,941 ,082
[jeniskelamin=1] -20,445 5,147 -3,972 ,000 -30,944 -9,947 ,337
[jeniskelamin=2] 0(a) . . . .
a This parameter is set to zero because it is redundant.
Misalnya, dari persamaan Y = 54,764 + 0,110*Kemandirian belajar, kita dapat
memprediksi skor kompetensi hasil belajar mahasiswa (Ŷ) apabila diketahui
kemandirian belajar = 70; Maka dapat dihitung Ŷ = 54,764 + 0,110*70 = 62,464.
Artinya bahwa skor kemandirian belajar mahasiswa sebesar 70 dapat memprediksi hasil
belajar mahasiswa tersebut 62,464.
Secara visual, rata-rata hasil belajar yang menjadi parameter prediktor dapat
27
Gambar 3. Grafik estimasi dampak Kemandirian belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa
4. Deskripsi Hasil FGD
Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri 15 orang mahasiswa dan 3 orang dosen berhasil mengkonfirmasi permasalahan seperti uraian berikut. Pada permasalahan diskusi “Kalau kita gunakan angka persentase 1 sd 100%, seberapa tinggikah tingkat kemandirian belajar kita dalam mengikuti keseluruhan program perkuliahan PJJ?” Hampir 90% mahasiswa yang hadir dalam FGD mengatakan bahwa mereka merasa memiliki kemandirian belajar yang tinggi. Mereka
menambahkan bahwa disela-sela tugas mereka sebagai guru SD, mereka menyiapkan
tugas-tugas perkuliahan.
Pada topik diskusi “Apakah tingkat kemandirian belajar tersebut dapat digunakan untuk memprediksi hasil belajar kita? Semua peserta diskusi menyatakan
bahwa mereka merasakan bahwa jikalau mereka berdaya upaya untuk belajar dan
mengerjakan tugas dengan baik, mereka akan memperoleh hasil belajar yang
memuaskan. Sebaliknya mereka akan memperoleh hasil belajar yang rendah jika
kurang berupaya dalam mengikuti perkuliahan.
Pada topik diskusi hasil penelitian Reio & Davis (2005) “bahwa orang yang
28
31 tahun) mereka menyadari pentingnya belajar. Bahkan mereka kurang aktif belajar
semasa SMA.
Pada pertanyaan diskusi “Benarkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan kemandirian belajarnya?” Para peserta FGD pria semua
menyatakan bahwa teman-teman perempuan memiliki kemandirian belajar lebih tinggi
darinya. Semantara para mahasiswa perempuan sebagian besar menyatakan hal yang sama.
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada tujuan penelitian untuk
mengetahui faktor domian kemandirin belajar mahasiswa program PJJ PGSD Batang
yang menentukan kesuksesan belajarnya serta untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa PJJ PGSD Batang yang dimoderatori oleh
kemandirian belajarnya. Pada bab III telah dipaparkan bahwa hasil pengukuran
kemandirian belajar mahasiswa maupun hasil belajarnya dikategorikan menjadi lima
kategori, yaitu sangat tinggi (ST), tinggi (T), cukup (C), rendah (R) dan sangat rendah
(SR).
Berdasarkan data pada Tabel 2 diperoleh informasi bahwa rerata kemandirian
belajar mahasiswa berada pada kategori tinggi (75,94), sedangkan rerata tingkat hasil
belajar mahasiswa berada pada kategori sangat tinggi (82,88). Rerata kemandirian
belajar 76 93. Capaian rerata kemandirian belajar dan hasil belajar yang tinggi dan
sangat tinggi ini menggambarkan keberhasilan proses pembelajaran program PJJ.
Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa data hasil uji ANCOVA pada bagian R Squared
(Tabel 5) menunjukkan bahwa angka kosfisien determinasi Adjusted R Squared mencapai 0,676. Angka tersebut menjelaskan bahwa kontribusi variabel kemandirian
belajar dalam menjelaskan varians dari variabel hasil belajar adalah sebesar 67,6%.
Berarti terdapat 67,6% hasil belajar merupakan kontribusi dari kemandirian belajarnya,
sedangkan 32,4% berasal dari kontribusi variabel yang lain, di luar kemandirian belajar.
Kemandirian belajar memberikan dampak terhadap kompetensi hasil belajar
mahasiswa merupakan temuan bahwa sinergi dari integrasi model desain pembelajaran
PJJ, strategi belajar mandiri dan teknologi penyampaian materi pembelajaran (delivery technology) tepat diterapkan dalam pembelajaran berbasis distance learning.
29
langkah-langkah belajar mandiri efektif dalam membekali mahasiswa untuk mencapai
kompetensi belajarnya. Temuan ini sejalan dengan tujuan model desain pembelajaran
Dick, Carey & Carey (2009) yang hakikatnya merupakan model untuk perbaikan
pembelajaran melalui pengembangan model dan mengimplementasikannya dalam
pembelajaran. Temuan penelitian ini juga sejalan dengan temuan penelitian Stewart
(2007) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif linier antara Self Directed Learning Readiness Scale dengan IPK para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki
tingkat kemandirian belajar yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian
sebaliknya.
Meskipun bukan merupakan fokus dari penelitian ini, patut dilaporkan bahwa
model perkuliahan berbasis pendidikan jarak jauh yang diterapkan dalam program PJJ
PGSD UKSW nampaknya memberikan dampak pengiring tumbuhnya kemandirian
belajar mahasiswa. Temuan penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Usta
(2011), yang menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan (r = 0,207) antara
sikap terhadap pembelajaran PJJ dengan keterampilan belajar mandiri. Temuan Usta ini
diperkuat dengan hasil penelitian Hiemstra (2006) yang melaporkan bahwa ada
hubungan antara pembelajaran jarak jauh dengan tingkat belajar mandiri. Lebih lanjut
penelitian Mala-Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena faktor gaya
belajar visual dan penggunaan multimedia berpengaruh signifikan terhadap
kemandirian belajar dan hasil belajar (F = 2.19, p < .05). Temuan penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian Song dan Hill (2007). Song dan Hill melaporkan penelitian
pengembangan model konseptual tentang belajar mandiri dalam konteks pembelajaran
PJJ dapat meningkatkan tingkat kemandirian belajarnya.
Dilihat dari konsep pendidikan jarak jauh, keefektifan model pembelajaran
erbasis pendidikan jarak jauh relevan dengan hasil penelitian Jezegou (2012).
Penelitian Jezegou menemukan bahwa model pembelajaran pendidikan jarak jauh
efektif untuk mengekspresikan kemandirian belajar mahasiswa. Ekspresi kemandirian
belajar mahasiswa dalam pembelajaran jarak jauh dijelaskan oleh hasil penelitian Chen