• Tidak ada hasil yang ditemukan

Full Paper P00150

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Full Paper P00150"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR DOMINAN KEMANDIRIAN BELAJAR

SEBAGAI FAKTOR KUNCI KESUKSESAN PENCAPAIAN

KOMPETENSI HASIL BELAJAR

MAHASISWA

Tim Peneliti

Dr. Mawardi, M.Pd

Dr. Wasitohadi, M.Pd

Drs. Suroso, M.Pd

PROGRAM SKGJ/PJJ PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)

ii L E M B A R P E N G E S A H A N

Judul Kegiatan : ANALISIS FAKTOR DOMINAN KEMANDIRIAN BELAJAR SEBAGAI FAKTOR KUNCI

KESUKSESAN PENCAPAIAN KOMPETENSI

BELAJARMAHASISWA PROGRAM SKGJ PGSD

Ketua Peneliti

: Dr.Mawardi, M.Pd

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Nomor HP : 085866344475

Surel (e-mail) : mawardiu@gmail.com

Anggota : Dr.Wasitohadi, M.Pd

Drs.Suroso,M.Pd

Sulastri, NIM: 292011187

Maria Ni Made Dwi Lestari, NIM: 292011020

Penanggung jawab : Dr.Yari Dwikurnaningsih, M.Pd selaku dekan FKIP

Waktu Pelaksanaan : 1 semester (6 bulan)

Biaya Smt berjalan : Rp. 15.000.000,00

Biaya Keseluruhan : Rp. 15,000.000,00

Salatiga, 21 September 2015

Ketua Program Studi PGSD Ketua Peneliti,

Herry Sanoto, S.Si., M.Pd Dr. Mawardi, M.Pd

Mengetahui/Menyetujui

Neil S. Rupidara, SE., M.Sc., Ph.D. Teguh Wahyono, S.Kom, M.Cs.

Pembantu Rektor V Pembantu Rektor II

(3)

iii

ABSTRAK

Program peningkatan kualifikasi guru SD yang memungkinkan guru memiliki kesempatan lebih luas dengan tidak mengganggu tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru salah satunya adalah program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ ini lebih bersifat distance learning dan self instruction, oleh karena itu secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut. Pemantauan kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut menjadi tanggung jawab para pengajar, sehingga penelitian ini dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenal faktor-faktor dominan kemandirian belajar manakah yang berkontribusi terhadap kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa program PJJ PGSD dan untuk mengetahui perbedaan kesuksesan mahasiswa perempuan dan laki-laki.

Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari jenis metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat eksplanasinya termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitian para mahasiswa program PJJ PGSD UKSW Salatiga yang berstatus sebagai guru SD. Data primer penelitian dikumpulkan melalui pengukuran tingkat kemandirian belajar mahasiswa dan kompetensi hasil belajar mahasiswa. Instrument penelitian menggunakan instrument skala kemandirian belajar mahasiswa. Sedangkan data hasil belajar diperoleh melalui studi dokumen daftar nilai mahasiswa. Instrumen skala kemandirian belajar mahasiswa terdiri dari 30 item dan telah diuji tingkat reliabilitasnya () = 0,831. Instrumen tes hasil belajar terdiri dari 45 dan hasil uji reliabilitas tes Alpha sebesar 0,954. Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis statistik Chi Square Friedman Test untuk melihat mean rank serta uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai variabel moderator pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua faktor dominan kemandirian belajar mahasiswa program PJJ PGSD Batang yang menentukan kesuksesan belajarnya adalah faktor berbekal pengetahuan awal (mean rank = 3,41) dan faktor belajar aktif (mean rank = 2,74). Faktor-faktor yang lain secara berurutan adalah motivasi diri (mean rank = 2,01), dan berorientasi pada tujuan (mean rank = 1,84). Ada perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa program PJJ PGSD Batang perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh kemandirian belajarnya. Simpulan ini didasarkan pada data rata-rata hasil belajar mahasiswa laki-laki (62,4) lebih rendah dari rata-rata hasil belajar mahasiswa perempuan (78,2). Signifikansi simpulan tersebut didukung dengan hasil uji ANCOVA pada varian jenis kelamin, dimana nilai F hitung sebesar 15,77 dengan signifikansi hitung 0,000. Besaran nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,050 berarti nilai F signifikan. Artinya bahwa ada perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam pencapaian hasil belajar yang dimoderaori oleh kemandirian belajarnya.

(4)

iv

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan ketekunan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun laporan akhir penelitian

kependidikan program PJJ-PGSD ini. Penelitian kependidikan pada program PJJ-PGSD

merupakan salah satu kegiatan yang strategis. Pada satu sisi, hasil penelitian merupakan

bukti kinerja aktivitas dosen dalam melaksanakan salah satu dharma dari Tri Dharma

Perguruan Tinggi. Pada sisi lain, hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada

program studi PGSD FKIP UKSW untuk mengimplementasikan temuan-temuan. Lebih

lanjut pelibatan mahasiswa dalam penelitian ini dapat menjadi sarana knowledge transfer, mahasiswa dapat memperoleh dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih

kaya. Penyelesaian laporan akhir penelitian ini tidak lepas dari bantuan dari bebagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang yang telah

mengijinkan kegiatan perkuliahan mahasiswa program PJJ – PGSD FKIP UKSW

Salatiga.

2. Pembantu Rektor V Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UKSW

Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk melakukan penelitian.

3. Kepala Biro Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah membantu proses administrasi penelitian.

4. Dekan FKIP - UKSW Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk

melaksanakan penelitian.

5. Ketua Program Studi PGSD FKIP – UKSW Salatiga yang telah memfasilitasi

kegiatan penelitian ini.

6. Para mahasiswa Program PJJ PGSD FKIP UKSW dari Kabupaten Batang yang telah

meluangkan waktu untuk melakukan FGD.

Salatiga, 21 September 2015

Ketua Tim Peneliti

Dr. Mawardi, M.Pd

(5)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………..………..… i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ...

A. Hakikat Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD ... 6

B. Kemandirian Belajar Mahasiswa... 7

C. Hubungan Kemandirian Belajar dan Kompetensi HasilBelajar Maha – siswa ... 10

BAB 3. METODE PENELITIAN………... 15

A. Jenis Penelitian ... 15

B. Subyek Penelitian ... 15

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 16

D. Teknik Analisis Data ... 19

BAB 4. HASILDAN PEMBEHASAN………... 20

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian...

1. Deskripsi Data Tingkat kemandirian dan Hasil Beajar Mahasiswa ....

2. Data Hasil Analisis Faktor dominan Kemandirian Belajar ...

3. Data Uji perbedaan Hasil Belajar Laki-laki dan Perempuan yang

dimoderatori oleh Kemandirian Belajarnya ...

4. Deskripsi Hasil FGD ... B. Pembahasan ...

1. Faktor Dominan Kemandirian Belajar Mahasiswa...

(6)

vi

Perempuan... 32

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ...

A. Simpulan ...

B. Saran ... 34

34

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa... 16

Tabel 2 Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar

Mahasiswa PJJ Batang... 20

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar

Mahasiswa PJJ Batang... 21

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Kemandirian Belajar

Mahasiswa... 23

Tabel 5 Mean Ranks Faktor kemandirian belajar mahasiswa... 24

Tabel 6

Tabel 7

Ringkasan Uji ANCOVA...

Ringkasan Parameter Estimates Hubungan Linier antara

Kemandirian belajar dengan Kompetensi Hasil Belajar ...

25

26

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar... 7

Gambar 2 Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dan Hasil

Belajar... 22

Gambar 3 Grafik estimasi dampak Kemandirian belajar terhadap Hasil

Belajar Mahasiswa ...

27

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Kemandirian belajar mahasiswa... 38

(8)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan

bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik S-1/D-4. Bagi guru yang belum

memiliki kualifikasi tersebut, diberi waktu sampai dengan tahun 2015. Ketentuan ini

disatu sisi sebagai starting point peningkatan SDM pendidikan, namun disisi yang lain menimbulkan kegamangan.

Data dari Direktorat Jendral PMPTK (2010), jumlah guru dari berbagai satuan

pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB) yang harus ditingkatkan kualifikasi

akademiknya mencapai 1.456.491 orang guru, data ini belum termasuk guru di bawah

pengelolaan Departemen Agama (RA, MI, MTs, MA, dan MAK). Sementara itu

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen

PAN-RB) mencatat, hingga akhir 2013 jumlah guru yang belum sarjana atau D-IV mencapai

1.034.080 orang. Artinya selama tiga tahun hanya mampu meluluskan 422,411 guru S1.

Sampai dengan tahun 2016, setiap tahun pemerintah harus menyelenggarakan

pendidikan untuk meningkatkan kualifikasi akademik guru sebanyak 227.733 orang.

Sebuah pekerjaan yang sangat berat, oleh karenanya dibutuhkan terobosan model

percepatan pendidikan yang memadai. Lebih lanjut Dirjen PMPTK menyebutkan

bahwa lebih dari 50% guru yang belum berkualifikasi S1 atau D-IV tersebut merupakan

guru SD.

Solusi alternatif yang ditawarkan dalam penyelenggaraan pendidikan sarjana

(S-1) yang memungkinkan guru memiliki kesempatan lebih luas dengan tidak

mengganggu tugas dan tanggung jawabnya adalah penyelenggaraan program Sarjana

(S-1) Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ diharapkan dapat mewujudkan sistem

penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif, dan akuntabel serta

menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luas tanpa mengabaikan kualitas dan

mengganggu tugas tugas profesionalnya sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut,

dikembangkan rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi

perguruan tinggi penyelenggara yang telahmendapat ijin penyelenggaraan dari

(9)

2

penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang dalam proses perkuliahannya

menggunakan pendekatan dual mode, yaitu melalui pengintegrasian sistem pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem pembelajaran

mandiri, didukung oleh pemanfaatan multimedia secara efektif dan efisien.

Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku

dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

yang menjadi acuan kurikulum mengacu pada Permendiknas Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,

yang meliputi empatkompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik,

kompetensikepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam

implementasinya, kurikulum program PJJ didesain dengan tepatsehingga

memungkinkan adanya kelompok mata kuliah yang dilaksanakanmelalui kegiatan

pembelajaran tatap muka di kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan

melalui kegiatan pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun

tanpa tutorial. Penetapan kelompok mata kuliah tatap muka di kampus didasarkan atas

pertimbangan bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum

atau mata kuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara

harus dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.

Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan

tutorial adalah mata kuliah yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi dan

untuk pengembangan kompetensi pedagogik dan profesional. Penetapan kelompok

matakuliah melalui pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan

bahwa mata kuliah tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, baik secara

perorangan maupun kelompok.

Perbedaan esensial antara program PJJ dengan program reguler pada hakikatnya

terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran dalam

program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap muka di

kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri.

Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan

pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh

(10)

3

Berdasarkan uraian tentang rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ PGSD,

nampak jelas bahwa penekanan perkuliahan pada program PJJ PGSD adalah pada

perkuliahan mandiri dengan menggunakan media pembelajaran jarak jauh. Model

perkuliahan menggunakan e-Learning dengan tugas-tugas mandiri merupakan salah satu model teoretis yang dipandang relevan.

Dabbagh & Bannan-Ritland (2005: 165) menyatakan bahwa kesuksesan

pembelajaran jarak jauh berbasis e-Laerning tergantung sejauhmana dosen yang bersangkutan mengintegrasikan karakteristik kemandirian belajar mahasiswa dan

kemampuan ICT sebagai input proses pembelajaran. Kemandian belajar merupakan kondisi dimana mahasiswa merencanakan, mengelola, mengontrol diri dan

merefleksikan proses belajarnya sendiri untuk mencapai kompetensi tertentu.

Pembelajar mandiri mampu menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, menentukan

tujuan, mengidentifikasi sumber bahan-bahan belajar, aktif memilih dan melaksanakan

strategi belajarnya, dan merefleksikan hasilnya (Dabbagh & Bannan-Ritland, 2005:

223). Sementara itu, Haris Mudjiman (2011: 9) mendefinisikan kemandirian belajar

merupakan kondisi kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk

menguasai suatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan

bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.

Berdasarkan uraian tentang hakikat kemandirian belajar dan rambu-rambu

pelaksanaan program PJJ yang lebih bersifat distance learning dan self instruction, nampak bahwa secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar

ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut. Oleh karena itu sangat

penting untuk memantau kondisi kemandirian belajar para mahasiswa. Berbagai

penelitian tentang kontribusi kemandirian belajar terhadap pencapaian kompetensi hasil

belajar mahasiswa. Misalnya penelitian Stewart (2007) yang menemukan bahwa ada

korelasi positif linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70).

Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar

mandiri yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya.

Penelitian Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena bahwa ada

perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar

(11)

4

terhadap temuan tersebut menunjukan bahwa para wanita ternyata memiliki tingkat

kesiapan belajar mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pria (F = .99, p < .05). Temuan penelitian senada dilaporkan oleh Reio & Davis (2005) bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS dan pencapaian kompetensi belajar. Demikian juga Hiemstra (2006) melaporkan hasil

penelitian bahwa ada perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet

dengan tingkat belajar mandiri pada pria dan wanita. Fenomena menarik berkaitan

dengan hubungan antara kemandirian belajar mahasiswa dengan kompetensi hasil

belajar adalah faktor gender nampaknya berpengaruh.

Pengalaman peneliti dan studi awal yang dilakukan menemukan fenomena

bahwa rata-rata tingkat kemandirin belajar mencapai 51%. Angka ini diperoleh dari

rata-rata pengiriman tugas tutorial online yang sesuai dengan agihan waktu pengiriman melalui e-mail maupun melalui portal fleksibel learning. Kondisi kemandirian belajar yang masih rendah ini berdampak pada pencapaian kompetensi hasil belajar yang

rendah pula. Hasil rekapitulasi kompetensi hasil belajar mahasiswa mendapatkan data

bahwa mean skor kompetensi hasil belajar mahasiswa mencapai 58.

Mencermati berbagai hasil penelitian tentang kondisi kemandirian belajar dan

kaitannya dengan pencapaian kompetensi hasil belajar, serta fenomena faktor gender

yang terbukti berpengaruh terhadap kondisi kemandirian belajar itu sendiri maupun

kontribusinya terhadap pencapaian hasil beljar, maka menjadi kewajiban bagi dosen

untuk memantau kondisi mereka. Pemetaan kondisi kemandirian belajar mahasiswa

dapat digunakan untuk pembinaan dan pemberian dorongan eksternal agar kondisi

kemandirian belajar tersebut dapat ditingkatkan.

B. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui secara empirik dua faktor

dominan kemandirian belajar manakah yang berkontribusi terhadap kesuksesan belajar

mahasiswa program SKGJ PGSD, 2) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kesuksesan

belajar mahasiswa program SKGJ PGSD perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh

(12)

5

C. Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Secara konseptual, urgensi penelitian ini mencari justifikasi teoretik konsep

kemandirian belajar yang memiliki potensi mensukseskan belajar mahasiswa melalui

bukti-bukti empirik. Konsep kemandirian belajar yang hakikatnya merupakan kondisi psiko-sosial

mahasiswa sebagai wujud penerapan model belajar mandiri meliputi komponen kegiatan

belajar aktif; adanya motif atau niat belajar, dorongan mencapai kompetensi, dan didasarkan

pada paradigma konstruktivisme, yaitu pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh

pembelajar dapat digunakan untuk mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar,

sehingga menjadi pengetahuan atau keterampilan baru yang dibutuhkan. Analisis

koponen-konponen kemandian belajar mahasiswa berdasarkan data empirik akan memberikan

gambaran urutan kontribusi setiap komponen kemandirian belajar mahasiswa dalam

mencapai kompetensi belajarnya. Identifikasi kontribusi setiap komponen kemandirian

belajar mahasiswa iniakan menjadi rujukan pembinaan mahasiswa agar lebih sukses dalam

mencapai kompetensi belajarnya.

Secara praktis, penelitian ini penting karena: a) menginspirasi para dosen pengampu

matakuliah dalam program SKGJ maupun PJJ untuk mendesain pembelajaran secara kreatif

dan inovatif, b) menyediakan data empirik bagi para pengajar untuk mengembangkan

komponen-komponen belajar mandiri yang secara potensial dapat meningkatkan pencapaian

kompetensi belajarnya, c) memberikan keleluasaan bagi guru SD sebagai mahasiswa dalam

mengembangkan kompetensi melalui perkuliahan berbasis belajar mandiri, dan d)

mengatasi ketidak-merataan dan ketidak-terjangkauan perkuliahan yang dapat menghambat

(13)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD

Program PJJ hakikatnya adalah program penyelenggaraan pendidikan yang

secara khusus diperuntukkan bagi guru tetap dalam jabatan. Program ini diharapkan

dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif,dan

akuntabel serta menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luastanpa

mengabaikan kualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, dikembangkan rambu-rambu

penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi perguruan tinggi penyelenggara yang

telahmendapat ijin penyelenggaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen

Dikti). Program ini dilaksanakan oleh penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan

yang dalam proses perkuliahannya menggunakan pendekatan dual mode, yaitu melalui

pengintegrasian sistem pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem

pembelajaran mandiri, didukung oleh pemanfaatan multi media secara efektif dan

efisien.

Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku

dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar KompetensiLulusan (SKL)

yang menjadi acuan kurikulum mengacu padaPermendiknas Republik Indonesia Nomor

16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang

meliputi empat kompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam implementasinya,

kurikulum Program PJJ didesain dengan tepat sehingga memungkinkan adanya

kelompok matakuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka di

kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan melalui kegiatan

pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun tanpa tutorial. Penetapan kelompok matakuliah tatap muka di kampus didasarkan atas pertimbangan

bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum atau

matakuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara harus

dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.

Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan

(14)

7

untuk pengembangan kompetensi profesional. Penetapan kelompok matakuliah melalui

pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan bahwa mata kuliah

tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, baik secara perorangan

maupun kelompok.

Perbedaan yang esensial antara program PJJ dengan program reguler pada

hakikatnya terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran

dalam program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap

muka di kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri.

Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan

pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh

dilakukan secara bersama-sama dengan kegiatan pembelajaran kelas reguler.

B. Kemandirian Belajar Mahasiswa

Khusus strategi belajar mandiri, Jarvis (1990) dan O’Shea (2003), Self-directed Learning (belajar mandiri)adalah kemampuan untuk berinisiatif dalam mengelola dan mengontrol proses belajarnya untuk mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan

mempergunakan berbagai alternatif atau strategi belajar. Sedangkan Hiemstra (1994)

memberikan batasan bahwa Self-Directed Learning adalah perilaku siswa tidak bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan

belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan

tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu melakukan aktivitas belajar secara mandiri.

Haris Mudjiman (2011: 9), memberikan batasan belajar mandiri adalah kegiatan belajar

aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna

mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi

yang telah dimiliki (Haris Mudjiman. 2011: 9).

Dari rumusan konsep belajar mandiri ini, dapat dicermati adanya empat

komponen konsep dan juga anatomi dari konsep belajar mandiri. Komponen-komponen

konsep belajar mandiri tersebut adalah: a) kegiatan belajar aktif; yaitu merupakan

kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan

kreativitas untuk mencapai tujuan; b) motif atau niat, yaitu kekuatan pendorong

kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif untuk mencapai

kompetensi yang ingin dicapai; c) kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan

(15)

8

konstruktivisme, yaitu pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh pembelajar dapat

digunakan untuk mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga

menjadi pengetahuan atau keterampilan baru yang dibutuhkan.

Sebagai seorang pengajar, bagaimanakah kita bisa mendeteksi seberapa tinggi

tingkat kemandirian belajar mahasiswa kita?. Apakah tingkat kemandirian belajar

tersebut dapat digunakan untuk memprediksi hasil belajar para mahasiswa?. Jawabnya

adalah dengan mengembangkan instrumen rubrik penilaian kemandirian belajar.

Instrumen dikembangkan berdasarkan komponen-komponen definisi operasional

(konstruk) belajar mandiri.

Gambar 1. Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar

Skor yang diperoleh melalui rubrik penilaian tersebut merupakan kadar tinggi

rendahnya kemandirian belajar mahasiswa. Berbagai penelitian dalam jurnal ilmiah

internasional menemukan bahwa tingkat kemandirian belajar berperan dalam

pencapaian kompetensi belajar siswa (Stewart, 2007; Usta, 2011; Hui & Umar, 2011;

Weny Hulukati, 2011). Secara skematik, alur pengembangan instrumen kemandirian

(16)

9

gambar 1.

Pada bagian awal kegiatan pembelajaran, atau dapat disisipkan dalam proses pembelajaran, mahasiswa diberi pembekalan berkaitan dengan “ruh” belajar mandiri itu sendiri. Ruh tersebut adalah motivasi belajar. Motivasi belajar inilah yang menjadi

sumber energi bagi tumbuhnya niat untuk belajar. Kop & Fornier (2010) menyatakan bahwa pembekalan motivasi belajar sebagai “ruh” belajar mandiri merupakan upaya penataan dimensi konatif. Pernyataan ini dikuatkan dengan hasil penelitian Brackett

(2007) yang menemukan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan

motivasi siswa. Oleh karena itulah maka pembekalan untuk menumbuhkan motivasi

belajar menjadi sangat penting.

Ada berbagai model yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi

belajar, salah satunya adalah model Pengembangan Motivasi Belajar yang

dikemukakan oleh Mudjiman (2011: 47-54). Ide dasar model tersebut berangkat dari

gagasan bahwa tindakan belajar merupakan perbuatan sadar yang didahului oleh

pembuatan keputusan untuk belajar atau tidak belajar tergantung dari tinggi rendahnya

motivasi. Apabila motivasinya kuat, seseorang akan memutuskan untuk melakukan

tindakan belajar. Sebaliknya, bila motivasinya lemah, seseorang akan memutuskan

untuk tidak melakukan tindakan belajar. Berdasarkan ide dasar seperti di atas, maka

perlu upaya guru untuk menumbuhkan motivasi belajar pada siswanya.

Menurut model Pengembangan Motivasi Belajar, ada empat materi pembekalan

untuk membantu siswa membuat keputusan untuk melakukan tindakan belajar

(motivasi belajar) seperti berikut: a) perlunya mengetahui kegunaan belajar jika siswa

mempelajari materi tertentu. b) Perlu memantapkan bahwa mempelajari materi tersebut

dapat memenuhi kebutuhan belajarnya. c) Perlu menumbuhkan kepercayaan diri bahwa

mereka memiliki kemampuan. d) Perlu meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi

tertentu dan menguasainya akan menyenangkan. Model pengembangan motivasi

belajar ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirkman, Couglin &

Kromrey (2007) yang menyimpulakan bahwa tingkat kepuasan yang dialami oleh siswa

yang sukses dalam pembelajaran berbasis web terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar. Penelitian tersebut sejalan dengan temuan Brackett (2007) dalam sebuah

(17)

10

belajar ini dilakukan dengan menata sumber-sumber inspirasi. Sebagai panduan, guru

dapat merancang konten pembelajaran yang berisi pengalaman gagal maupun sukses

dari orang-orang terkenal sebagai sumber inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara

seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan mendorong para siswa untuk belajar.

C. Hubungan Kemandirian belajar dan Kompetensi Hasil Belajar Mahasiswa

Kemandian belajar mahasiswa sebagai kondisi diterapkannya strategi belajar

mandiri merupakan dampak dari pembekalan mahasiswa untuk mengembangkan

kompetensi mahasiswa, menurut Haris Mudjiman (2011: 198) mencakup

langkah-langkah: 1) menetapkan kompetensi utama (KU) yang akan dikuasi, untuk mengatasi

masalah yang sedang dihadapi. Kompetensi utama adalah tujuan utama belajar mandiri

yang ditetapkan oleh pembelajar; 2) Menetapkan urgensi permasalahan dan kompetensi

yang ingin dicapai; 3) Menyusun rencana untuk menguasai kompetensi. Langkah ini

meliputi: a) menetapkan kompetensi-kompetensi antara (KA) yang perlu dimiliki.

Kompetensi-kompetensi antara ini adalah tujuan-tujuan antara belajar mandiri yang

ditetapkan sendiri oleh pembelajar, b) mengidentifikasi tujuan-tujuan antara (KA) yang

telah dimiliki dan tujuan-tujuan antara yang perlu ditetapkan untuk dicapai; 4)

Melaksanakan rencana belajar mandiri, dengan target mencapai tujuan-tujuan antara

melalui beberapa siklus/usaha; dan 5) Melakukan evaluasi pencapain tujuan antara

(KA) dan tujuan utama (KU).

Implementasi langkah ke-4, yaitu melaksanakan rencana belajar mandiri

nampaknya menjadi faktor utama dalam memberikan kontribusi pencapaian

kompetensi belajar mahasiswa. Komponen faktor utama implementasi belajar mandiri

meliputi: 1) adanya motivasi atau niat belajar. Motivasi belajar yang tinggi mampu

mendorong mahasiswa untuk belajar secara konsisten dan persisten (Haris Mudjiman,

2011). Konsisten berarti belajar secara ajeg sesuai dengan jadwal belajar yang telah

disusun. Persisten berarti tahan lama dalam belajar, tidak mudah mengalami kejenuhan.

2) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar.

Kompetensi belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa merupakan kebutuhan yang

harus dipenuhi. Apabila belajar merupakan suatu kebutuhan, maka dorongan belajar

akan semakin kuat. 3) Melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi.

Haris Mudjiman (2011) menyebutkan bahwa keaktifan belajar ditunjukkan oleh

(18)

11

inovatif dalam belajar, melakukan tindak lanjut pembelajaran dengan jelas, selalu

melakukan pemantauan hasil belajarnya, selalu mengontrol perilaku dirinya agar tidak

mengganggu konsentrasi belajar, serta memiliki kesadaran bahwa kompetensi yang

dikuasai akan berguna sepanjang kehidupannya. 4) Berbekal kompetensi yang telah

dimiliki (konstruktivisme). Mahasiswa mengaitkan pengetahuan ataupun kompetensi

baru yang akan dikuasai dengan kompetensi yang telah dimiliki.

Berdasarkan analisis kontribusi belajar mandiri seperti di atas itulah yang

menyebabkan kompetensi hasil belajar mahasiswa meningkat. Analisis kontribusi

kemandirian belajar mahasiswa dalam mencapai kompetensi hasil belajar ini sejalan

dengan temuan penelitian Stewart (2007) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif

linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti

bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri yang tinggi

akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya. Temuan penelitian ini

senada dengan berbagai temuan penelitian berikut:

a) Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Hui & Umar (2011) menemukan hasil

berikut: 1) tidak terdapat perbedaan signifikan kemampuan mengingat mahasiswa

yang memiliki tingkat Self-regulated Learning tinggi dalam menerima perlakuan a

combination of metaphor and pair programming (MPP) dan mahasiswa yang hanya

menerima perlakuan dengan metode pair programming (PP) ( X high MPP = 74.17;

X highPP = 69.52; Mean diff = 4.65; p = 0.03); 2) Tidak terdapat perbedaan

signifikan kemampuan mengingat mahasiswa yang memiliki tingkat Self-regulated

Learning rendah dalam menerima perlakuan MPP dan mahasiswa yang hanya

menerima perlakuan dengan metode PP (Mean diff = 7.68; p = 0.00), with the MPP

group performing significantly better than those of the PP group ( X Low MPP =

62.80; X Low PP = 55.11); 3) Tidak ada pengaruh interaksi antara metode

pembelajaran dengan tingkat Self-regulated Learning.

b) Wenny Hulukati (2011), melaporkan penelitian tentang pengembangan model

belajar mandiri berbasis andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak

usia dini. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa model belajar mandiri berbasis

andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak usia dini yang

(19)

12

c) Penelitian eksperimen dengan teknik pengujian ANOVA yang dilakukan oleh Mala-Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena faktor-faktor yang

berpengaruh dalam tumbuhnya kemandirian belajar adalah sebagai berikut: 1) ada

perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar

visual dan verbal terhadap proses belajar mandiri dan hasil belajarnya (F = 6.65, p < .05). 2) Faktor materi dan media pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap kemandirian belajar dan hasil belajar (F = 2.19, p < .05). 3) Para wanita ternyata memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pria (F = .99, p < .05).

Fenomena menarik berkaitan dengan hubungan antara kemandirian belajar

mahasiswa dengan kompetensi hasil belajar adalah faktor gender nampaknya

berpengaruh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reio & Davis (2005) dilaporkan

berikut: 1) mahasiswa dan dosen yang berusia 30 – 50 tahun memiliki tingkat Self-directed Learning Readiness (SDLRS) lebih tinggi dari siswa SMA; 2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS dan pencapaian kompetensi belajar. Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang

penggunaan internet dan belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara

intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta

menemukan perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat

belajar mandiri pada pria dan wanita.

Disamping berbagai penelitian tersebut di atas, beberapa penelitian berikut

dapat menguatkan teori tentang peran kemandirian belajar dalam mencapai kesuksesan

belajar para mahasiswa. Diantanya penelitian tentang rancangan strategi pembelajaran

mandiri berbasis online berdasarkan pandangan konstruktivis objektif yang dilakukan oleh Chen (2007) berhasil mengembangkan rancangan strategi pembelajaran mandiri

secara online. Spesifikasi rancangan strategi pembelajaran mandiri tersebut meliputi tugas belajar (learning task), dukungan teknologi (technology support), dukungan belajar (learning support), dan dukungan sosial (social support).

Penelitian Karagiorgi & Symeou (2005) yang melakukan kajian teoretik

tentang potensi dan keterbatasan implementasi teori konstruktivisme sebagai landasan

dalam merancang pembelajaran. Simpulan kajian ini adalah bahwa teori

(20)

13

dengan memperhatikan dua hal utama berikut: 1) perlu kehati-hatian dalam memilih

strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman otentik pada pembelajar. 2)

Desainer pembelajaran harus mempertimbangkan teknologi pembelajaran yang mampu

menyampaikan pesan tanpa distorsi. f. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reio &

Davis (2005) dilaporkan berikut: 1) mahasiswa dan dosen yang berusia 30 – 50 tahun

memiliki tingkat SDLRS lebih tinggi dari siswa SMA; 2) Tidak ditemukan perbedaan

yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS.

Penelitian Song dan Hill (2007) melaporkan bahwa pengembangan model

konseptual tentang belajar mandiri dalam konteks pembelajaran online. Kajian penelitian literatur menunjukkan pola model bahwa pelajar dapat meningkatkan tingkat

kemandirian belajarnya dengan mengalami belajar mandiri secara online. Efektivitas

dalam belajar mandiri tergantung pada seberapa tingkat pengarahan diri sendiri (atribut

pribadi). Tingkat self-direction dapat bervariasi dalam lingkungan belajar yang

berbeda.

Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang penggunaan internet dan

belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara intensitas penggunaan internet

dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta tidak menemukan perbedaan hubungan

antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri pada orang kota

dan orang desa.

Jezegou (2012) dalam penelitian dan pengembangan model konseptual tentang

pendidikan jarak jauh yang mendukung belajar mandiri, menemukan bahwa model

pembelajaran pendidikan jarak jauh akan efektif jika menawarkan berbagai fitur

pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa mengekspresikan kemandirian

belajarnya.

Brackett (2007) dalam sebuah laporan kajian teoretik tentang inspiring student

self-motivation menjelaskan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan

motivasi siswa. Penumbuhan motivasi belajar ini dilakukan dengan menata

sumber-sumber inspirasi. Sebagai panduan, guru dapat merancang konten pembelajaran yang

berisi pengalaman gagal maupun sukses dari orang-orang terkenal sebagai sumber

inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan

mendorong para siswa untuk belajar.

(21)

14

pengembangan belajar mandiri menggunakan Reflective Support in a Video-Digital

Microteaching Environment. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANOVA.

Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru-guru kelas eksperimen lebih

tinggi tingkat belajar mandirinya pada dimensi metakognisi (merencanakan, mengelola

informasi, dan mengevaluasi) serta tingkat motivasinya (F = 38, 470; p < 0,0001) dan

(22)

15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari jenis

metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat eksplanasinya termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitiannya adalah para guru SD yang

menjadi mahasiswa program PJJ PGSD UKSW Salatiga.

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program Sarjana Kependidikan

Guru dalam Jabatan (SKGJ) PGSD FKIP UKSW Salatiga maupun mahasiswa program

pendidikan jarak jauh (PJJ) PGSD yang berasal dari Kabupaten Batang. Mahasiswa

SKGJ dan PJJ berasal dari wilayah-wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Batang,

Limpung, Subah, dan Bandar. Terdapat beberapa karakteristik mahasiswa program

SKGJ dan PJJ PGSD sebagai subjek penelitian, yaitu: 1) para mahasiswa berasal dari

daerah-daerah kecamatan yang memiliki karakteristik sosial ekonomi yang relatif sama,

2) para mahasiswa sama-sama guru SD dalam jabatan, 3) memiliki tingkat kemampuan

yang heterogen berdasarkan standar pada saat rekrutmen mahasiswa baru. Berdasarkan

pertimbangan persamaan karakteristik tersebut, peneliti memandang bahwa hasil

penelitian ini dapat digeneralisasi kepada seluruh mahasiswa program SKGJ dan PJJ.

Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposif, dengan pertimbangan: 1)

tidak memungkinkan dilakukan teknik random, karena akan mengganggu daftar alir

pengambilan matakuliah, 2) teknik random membutuhkan kesukarelaan mahasiswa dan

tenaga pengajar khusus, dan hal ini tidak memungkinkan dilakukan oleh peneliti, 3)

kemudahan pelaksanaan pembelajaran, karena jarak yang masih relatif dekat dalam

rangka koordinasi dan persiapan penelitian.

Langkah penentuan sampel, mula-mula ditentukan sampel kelas. Secara

keseluruhan jumlah kelas mahasiswa program SKGJ dan PJJ PGSD ada 4 kelas, terdiri:

1) 1 kelas di Bandar, 2) 1 kelas di Subah, 3) 1 kelas PJJ di Batang, 4) 1 kelas di

Limpung. Rata-rata jumlah mahasiswa per kelas adalah 37 mahasiswa. Dari 4 kelas

tersebut, kelas yang aktif melaksanakan perkuliahan adalah kelas PJJ di Batang.

(23)

16

Batang dengan jumlah mahasiswa 34 menjadi sampel penelitian ini. Langkah

berikutnya membagi kelas tersebut menjadi dua kelompok, yaitu: 1) kelompok

mahasiswa laki-laki, dan 2) kelompok mahasiswa perempuan.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik non tes.

Instrument penelitian yang digunakan adalah instrument skala kemandirian belajar

mahasiswa. Instrumen untuk mengukur kemandirian belajar berbentuk rubrik skala

kemandirian belajar mahasiswa. Instrumen disusun berdasarkan konstruk belajar

mandiri. Komponen-komponen konstruk tersebut meliputi: a) adanya motivasi atau niat

belajar, b) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan

belajar, c) melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi, dan d)

berbekal kompetensi yang telah dimiliki (konstruktivisme). Berdasarkan

komponen-komponen belajar mandiri ini, kemudian disusun kisi-kisi rubrik skala kemandirian

belajar. Instrumen terdiri dari 30 item.

Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan teknik utama skala penilaian diri,

dilanjutkan wawancara untuk mengkonfirmasi data serta untuk menjaga objektivitas

jawaban mahasiswa. Scoring dilakukan oleh peneliti berdasarkan panduan skor rubrik penilaian untuk masing-masing item. Masing-masing item diberi skor dengan rentang

antara 1 sampai 3 sesuai dengan kondisi jawaban mahasiswa. Total skor maksimum

adalah 90 (3 X 30) dan skor minimum 30 (1 X 30). Skor hasil pengukuran kemudian

dikonversi menjadi skala 1 – 100, agar lebih mudah dalam melakukan analisis.

Tabel 1

Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa

No Komponen Indikator No Item

1. Memiliki tujuan belajar yang jelas 2. Multi level Objectives

(24)

17

3 Kegiatan belajar aktif

1. Belajar secara sistematis ( terencana)

2. Goal orientedness

3. Continuing evaluation

4. Learning for life

5. Follow-up Clarity

6. Kreatif dan inovatif dalam belajar 7. Behavioral control

1. Mengaitkan kompetensi yang telah dimiliki dengan pengalaman baru

Instrumen skala kemandirian belajar diujicobakan terlebih dahulu sebelum

digunakan. Komputasi data penelitian untuk menghitung tingkat validitas dan

reliabilitas instrumen rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa menggunakan

bantuan program SPSS for Windows ver. 17.

Uji coba dilakukan pada 30 mahasiswa program SKGJ Pati (bukan kelas untuk

penelitian). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah konstruk rubrik skala

kemandirian belajar mahasiswa sahih atau tidak. Uji reliabilitas dilakukan untuk

mengetahui apakah alat ukur dapat menghasilkan data yang ajeg dan dapat dipercaya. Hasil pengujian terhadap 30 item ditemukan nilai reliabilitas sebesar  0,831.

Berdasarkan kriteria umum suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai  uji coba

lebih besar dari 0,600, maka instrumen rubrik kemandirian belajar reliabel, karena nilai

reliabilitas 0,831 > 0,600. Berdasarkan kriteria uji validitas, sebuah instrumen

dinyatakan valid apabila nilai Corrected Item –Total Correlation lebih besar daripada nilai koefisien korelasi product moment minimal sebesar 0,300 pada taraf signifikansi 5% (Azwar, 2011: 158).

Berdasarkan kriteria validitas instrumen seperti telah diuraikan di atas, maka 25

item dinyatakan valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation untuk semua item skala kemandirian belajar > 0,300. Lima item, yaitu nomor 1, 3, 14, 15 dan 21 tidak

(25)

18

dilakukan uji coba ulang, 5 item tersebut memiliki nilai Corrected Item –Total Correlation berturut-turut menjadi 0,310, 0,320, 0,301, 0,302 dan 0,311. Dengan demikian seluruh item dinyatakan valid.

Berkaitan dengan data prestasi belajar mahasiswa, data diperoleh dengan cara

studi dokumen daftar nilai mahasiswa PJJ Kabupaten Batang. Oleh karena itu

Instrumen untuk mengukur kompetensi hasil belajar mahasiswa tidak diuraikan secara

detail dalam laporan ini. Data hasil hasil pengukuran kemandirian balajar mahasiswa

dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif persentase dan kategoris untuk

menggambarkan tingkat pencapaian kemandirian dan hasil belajarnya. Hasil

pengukuruan kemandirian dan hasil belajar mahasiswa dipersentase dengan

menggunakan rumus:

Keterangan:

AP : Angka Persentase

Skor Aktual : Skor yang diberikan oleh validator ahli

Skor Ideal : Skor maksimal hasil kali antara jumlah item dengan

skor maksimal masing-masing item.

Angka persentase tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi lima kategori

seperti berikut.

Interval Kategori

81 - 100% Sangat tinggi

61 - 80% Tinggi

41 - 60% Cukup

21 - 40% Rendah

1 - 20% Sangat rendah

Dalam rangka memperoleh data yang lebih akurat, maka dilakukan juga

pengumpulan data mlalui FGD. FGD dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah data yang telah diperoleh menggunakan instrumen pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dan

Skor Aktual

AP = --- X 100%

(26)

19

hasil belajaranya sesuai dengan kenyataan.

D. Teknik Analisis Data

Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis Chi-Square (Friedman Test) untuk

melihat mean rank faktor-faktor kemandirian belajar mahasiswa. Melalui data mean rank

akan diketahui dua faktor dominan manakah yang berdampak pada kesuksesan belajarnya.

Selanjutnya dilakukan uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai variabel moderator pencapaian hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya.

(27)

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Tingkat Kemandirin dan Hasil Belajar Mahasiswa

Seperti telah dibahas di Bab 3, tingkat kemandirian belajar mahasiswa

program PJJ PGSD dari Kabupaten Batang diukur menggunakan rubrik skala

kemandirian belajar. Data sekundertingkat hasil belajar mahasiswa diperoleh dari

daftar nilai program PJJ Batang. Komputasi data menggunakan program SPSS for Windows ver.17. Deskripsi statistik hasil pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dirangkum dalam Tabel 2.

Tabel 2

Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa PJJ Batang

Statistics

Kemandirian Hasil belajar

N Valid 34 34

Mean 75,94 82,88

Median 78,00 86,50

Mode 76 93

Std. Deviation 7,290 11,895

Variance 53,148 141,501

Minimum 56 50

Maximum 83 95

Tabel 2 memberikan informasi bahwa data statistik mean, median, mode, std deviation, variance, skor minimal dan maksimal kemandirian belajar mahasiswa berturut-turut mencapai 75,94, 78, 76, std deviation = 7,290 dan variance sebesar 53,148. Skor bergerak antara 56 sampai 83. Angka ukuran tendensi sentral dan

variabilitas data menunjukkan bahwa penyebaran tingkat kemandirian belajar

mahasiswa relatif homogen. Simpulan ini didasarkan pada data SD (7,290) dan

varian data (53,148) lebih kecil dari tendensi sentralnya.

Pada variabel hasil belajar nampak bahwa mean = 82,88, median = 86,50,

(28)

21

hasil belajar bergerak dalam rentang yang lebih lebar, yaitu 50 sampai 95. Dilihat

dari ukuran tendensi sentral dan variabilitas data menunjukkan bahwa penyebaran

tingkat hasil belajar mahasiswa relatif homogen, meskipun homogenitas variansinya

tidak sehomogen penyebaran skor kemandirian belajar. Simpulan ini didasarkan

pada varian data (141,501) lebih besar dari tendensi sentralnya. Untuk melihat lebih

detail distribusi skor kemandirian belajar dan hasil belajar mahasiswa dapat

dicermati dalam Tabel 3.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar Mahasiswa PJJ Batang

No Interval

skor

Variabel Kategori Kemandirian

Belajar

Hasil Belajar

f % f %

1 Sangat

Tinggi

≥ 90 0 0% 15 44,1%

80 - 89 13 38,2% 9 26,5%

2 Tinggi 70 -79 16 47,1% 6 17,6%

60 - 69 3 8,8% 2 5,9%

3 Cukup 50 - 59 2 5,9% 2 5,9%

40 - 49 0 0% 0 0%

4 Rendah 30 - 39 0 0% 0 0%

20 - 29 0 0% 0 0%

5 Sangat

Rendah

10 - 19 0 0% 0 0%

< 10 0 0% 0 0%

Total 34 100% 34 100%

Tabel 3 memberikan informasi bahwa variabilitas skor hasil belajar

mahasiswa lebih heterogen dibandingkan skor kemandirian belajar mahasiswa.

Pada pengukuran kemandirian belajar, ditemukan 2 mahasiswa (5,9%)

memperoleh skor antara 50-59,berada pada kategori cukup. Terdapat 3

mahasiswa (8,8%) memperoleh skor antara 60-69 berada pada kategori tinggi.

Terdapat 16 orang mahasiswa (47,1%) memperoleh skor 70-79 dalam kategori

tinggi, dan 13 mahasiswa (38,2%) memperoleh skor antara 80-89, berada pada

(29)

22

Pada pengukuran hasil belajar ditemukan 4 mahasiswa (11,1%)

memperoleh skor antara 60-69, 25 orang mahasiswa (69,4%) memperoleh skor

70-79, dan 7 orang mahasiswa (19,5%) memperoleh skor 80-89. Artinya ada

peningkatan 19,5% mahasiswa yang memperoleh skor pada kategori sangat

tinggi, yang tidak ditemukan pada pengukuran awal. Visualisasi distribusi

kemandirian belajar mahasiswa dapat dicermati pada Gambar 2.

0 0 0 0 0 2

3

16

13

0

0 0 0 0 0

2 2

6 9

15

< 10 10 - 19 20 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 -79 80 - 89 ≥ 90

Distribusi Frekuensi Kemandirian dan hasil belajar mahasiswa PJJ Batang

Kemandirian belajar Hasil belajar

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar

Mahasiswa PJJ Batang

2. Data Hasil Analisis Faktor dominan Kemandirian Belajar Mahasiswa

Data tingkat kemandirian belajar mahasiswa secara keseluruhan seperti telah

dipaparkan di atas, selanjutnya diperinci berdasarkan data setiap komponen/faktor,

yaitu komponen orientasi pada tujuan, belajar aktif, motivasi diri, dan bekal

pengetahuan yang dimiliki. Tabel 4 memaparkan deskripsi data faktor-faktor tingkat

(30)

23

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Kemandirian Belajar Mahasiswa

Faktor-faktor kemandirian Belajar Mahasiswa

Kate-gori

Motivasi diri Orientasi pada tujuan

Belajar secara aktif

Berbekal pengetahuan

awal Int. f % Int. f % Int. f % Int. f %

ST > 20 4 11,8 > 11 0 0 > 41 0 0 > 5 19 55,9

T 18 -20 14 41,2 10 -11 22 64,7 36 - 41 23 67,6 5 10 29,4

C 15 -17 11 32,4 8 -9 8 23,5 30 - 35 6 17,6 4 3 8,8

R 12 -14 5 14,7 6 - 7 4 11,8 24 - 29 4 11,8 3 1 2,9

SR < 12 0 0 < 5 0 0 < 24 1 2,9 < 3 1 2,9

Jumlah 34 100 34 100 34 100 34 100

Ket. ST = Sangat Tinggi, T = Tinggi, C = Cukup, R = Rendah, dan SR = Sangat Rendah

Tabel 4 memberikan informasi bahwa pada faktor motivasi diri, ada 18 (4+14)

orang mahasiswa (53%) memiliki motivasi diri tinggi dan sangat tinggi dalam

mencapai kesuksesan belajar. Ada 11 mahasiswa (32,4%) memiliki motivasi diri

cukup, dan 5 mahasiswa memiliki motivasi diri rendah dalam mencapai kesuksesan

belajar.

Pada faktor berorientasi pada tujuan, tidak satupun mahasiswa (0%) yang

memiliki orientasi pada pencapaian tujuan mengikuti perkuliahan pada kategori sangat

tinggi. Ada 22 orang mahasiswa (64,7%) memiliki orientasi tinggi dalam mencapai

tujuan perkuliahan. Ada 8 mahasiswa (23,5%) memiliki orientasi kategori cukup dan 4

mahasiswa (11,8%) memiliki orientasi rendah dalam pencapaian tujuan.

Pada faktor belajar aktif, tidak satupun mahasiswa (0%) yang memiliki

keaktifan belajar kategori sangat tinggi dalam mengikuti perkuliahan. Ada 23 orang

mahasiswa (67,6%) memiliki keaktifan belajar yang tinggi dalam mengikuti

perkuliahan. Ada 6 mahasiswa (17,6%) memiliki keaktifan belajar pada kategori cukup,

ada 4 mahasiswa (11,8%) memiliki keaktifan belajar pada kategori rendah, bahkan ada

1 orang mahasiswa (2,9%) memiliki keaktifan belajar sangat rendah.

Pada faktor berbekal pengetahuan awal, sebagian besar mahasiswa, yaitu 29

(31)

24

sangat tinggi dan tinggi dalam memecahkan masalah-masalah perkuliahan. Ada 3 orang

mahasiswa (8,8%) memiliki keaktifan belajar yang tinggi dalam mengikuti perkuliahan.

Ada 6 mahasiswa (17,6%) memiliki bekal pengetahuan awal pada kategori cukup, ada

1 mahasiswa (2,9%) memiliki bekal pengetahuan awal pada kategori rendah, bahkan

ada 1 orang mahasiswa (2,9%) memiliki bekal pengetahuan awal pada kategori sangat

rendah.

Berdasarkan uraian faktor-faktor kemandirian belajar, nampak bahwa berbekal

pengetahuan awal (F4) merupakan faktor paling dominan. Kemudian berturut-turut diikuti oleh

faktor belajar aktif (F2), faktor motivasi diri dan yang paling rendah faktor berorientasi pada

tujuan. Data deskripstif faktor dominan ini sejalan dengan hasil tes Chi-Square (Friedman

Test) seperti tertera dalam Tabel 5.

Tabel 5

Mean Ranks Faktor kemandirian belajar mahasiswa

Faktor Mean Rank

Berorientasi pada tujuan (F1) 1,84

Belajar aktif (F2) 2,74

Motivasi diri (F3) 2,01

Berbekal pengetahuan awal (F4) 3,41

Test Statistics

N 34

Chi-Square 33,606

df 3

Asymp. Sig. ,000

a Friedman Test

3. Data Uji perbedaan Hasil Belajar Laki-laki dan Perempuan yang dimoderatori

oleh Kemandirian Belajarnya

Seperti telah dibahas pada bagian teknik analisis data, sebelum melaksanakan uji

ANCOVA, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan homogenitas dilaksanakan dengan bantuan SPSS

dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Levene. Berikut dipaparkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas hasil belajar dan tingkat kemandirian belajar mahasiswa. Dari

(32)

25

(2-tailed), dan berdasarkan kriteria pengujian normalitas data Kolmogorov-Smirnov Test, maka seluruh data yang meliputi skor hasil beljar dan skor kemandirian belajar

semuanya berdistribusi normal. Keputusan kenormalan distribusi ini karena keseluruhan

data Assym. Sig atau nilai signifikansi keseluruhan data > α = 0,05. Hasil uji Levene

dapat diketahui bahwa, kedua data nilai yaitu data hasil belajar laki-laki dan perempuan

sama-sama memiliki nilai signifikansi sebesar 0,23 dan 0,22 yang lebih besar dari pada

0,05. Hal ini berarti bahwa kedua data homogen.

Ringkasan uji ANCOVA seperti tertera dalam Tabel 6, memberikan informasi besarnya nilai F dan signifikansinya. Pada sumber varian corrected model, nampak bahwa F hitung sebesar 35,503 dengan taraf signifikansi hitung 0,000. Oleh karena

0,000 < α = 0,050, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

signifikan. Maknanya bahwa model perkuliahan program PJJ bersama-sama dengan

kemandirian belajar secara simultan memiliki dampak secara signifikan terhadap

kompetensi hasil belajar mahasiswa.

Tabel 6

Ringkasan Uji ANCOVA

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: skor_belajar

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3250,429(a) 2 1625,214 35,503 ,000

Intercept 269,362 1 269,362 5,884 ,021

skor_bm 127,148 1 127,148 2,778 ,106

jeniskelamin 722,183 1 722,183 15,776 ,000

Error 1419,101 31 45,777

Total 238232,000 34

Corrected Total 4669,529 33

a R Squared = ,696 (Adjusted R Squared = ,676)

Pada varian kemandirian belajar (skor_bm), diperoleh nilai F hitung sebesar

2,778 dengan signifikansi hitung 0,106. Oleh karena nilai 0,106 jauh lebih besar dari α

= 0,050, maka nilai F tidak signifikan. Artinya bahwa tidak ada perbedaan pengaruh

tinggi rendahnya kemandirian belajar secara parsial dengan hasil belajar mahasiswa.

Pada varian jenis kelamin, diperoleh nilai F hitung sebesar 15,77 dengan

(33)

26

F signifikan. Artinya bahwa ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan hasil

belajar mahasiswa.

Hasil analisis kovariat ini disamping menggambarkan perbedaan pengaruh jenis

kelamin terhadap hasil belajar, juga memberikan informasi tentang hubungan linier

antara kemandirian belajar sebagai variabel kovariat dengan hasil belajar mahasiswa

sebagai variabel bebas. Gambaran hubungan linier kovariat dengan variabel bebas

dapat diamati dari Tabel 7.

Berdasarkan parameter estimasi dalam Tabel 6 dan formula umum persamaan

regresi sederhana Y = a + bX, dimana a adalah konstanta (α) dan b adalah koefisien

regresi (β), maka garis regresinya adalah Y = 54,764 + 0,110*Kemandirian belajar.

Persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi kompetensi hasil belajar mahasiswa

berdasarkan tingkat kemandirian belajarnya.

Tabel 7

Ringkasan Parameter Estimates Hubungan Linier antara Kemandirian belajar dengan Kompetensi Hasil Belajar

Parameter Estimates

Dependent Variable: skor_belajar

Parameter B Std.

Error t Sig.

95% Confidence

Interval

Partial Eta

Squared

Intercept 53,764 19,900 2,702 ,110 13,178 94,349 ,191

skor_bm ,423 ,254 1,667 ,106 -,095 ,941 ,082

[jeniskelamin=1] -20,445 5,147 -3,972 ,000 -30,944 -9,947 ,337

[jeniskelamin=2] 0(a) . . . .

a This parameter is set to zero because it is redundant.

Misalnya, dari persamaan Y = 54,764 + 0,110*Kemandirian belajar, kita dapat

memprediksi skor kompetensi hasil belajar mahasiswa (Ŷ) apabila diketahui

kemandirian belajar = 70; Maka dapat dihitung Ŷ = 54,764 + 0,110*70 = 62,464.

Artinya bahwa skor kemandirian belajar mahasiswa sebesar 70 dapat memprediksi hasil

belajar mahasiswa tersebut 62,464.

Secara visual, rata-rata hasil belajar yang menjadi parameter prediktor dapat

(34)

27

Gambar 3. Grafik estimasi dampak Kemandirian belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa

4. Deskripsi Hasil FGD

Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri 15 orang mahasiswa dan 3 orang dosen berhasil mengkonfirmasi permasalahan seperti uraian berikut. Pada permasalahan diskusi “Kalau kita gunakan angka persentase 1 sd 100%, seberapa tinggikah tingkat kemandirian belajar kita dalam mengikuti keseluruhan program perkuliahan PJJ?” Hampir 90% mahasiswa yang hadir dalam FGD mengatakan bahwa mereka merasa memiliki kemandirian belajar yang tinggi. Mereka

menambahkan bahwa disela-sela tugas mereka sebagai guru SD, mereka menyiapkan

tugas-tugas perkuliahan.

Pada topik diskusi “Apakah tingkat kemandirian belajar tersebut dapat digunakan untuk memprediksi hasil belajar kita? Semua peserta diskusi menyatakan

bahwa mereka merasakan bahwa jikalau mereka berdaya upaya untuk belajar dan

mengerjakan tugas dengan baik, mereka akan memperoleh hasil belajar yang

memuaskan. Sebaliknya mereka akan memperoleh hasil belajar yang rendah jika

kurang berupaya dalam mengikuti perkuliahan.

Pada topik diskusi hasil penelitian Reio & Davis (2005) “bahwa orang yang

(35)

28

31 tahun) mereka menyadari pentingnya belajar. Bahkan mereka kurang aktif belajar

semasa SMA.

Pada pertanyaan diskusi “Benarkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan kemandirian belajarnya?” Para peserta FGD pria semua

menyatakan bahwa teman-teman perempuan memiliki kemandirian belajar lebih tinggi

darinya. Semantara para mahasiswa perempuan sebagian besar menyatakan hal yang sama.

B. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada tujuan penelitian untuk

mengetahui faktor domian kemandirin belajar mahasiswa program PJJ PGSD Batang

yang menentukan kesuksesan belajarnya serta untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa PJJ PGSD Batang yang dimoderatori oleh

kemandirian belajarnya. Pada bab III telah dipaparkan bahwa hasil pengukuran

kemandirian belajar mahasiswa maupun hasil belajarnya dikategorikan menjadi lima

kategori, yaitu sangat tinggi (ST), tinggi (T), cukup (C), rendah (R) dan sangat rendah

(SR).

Berdasarkan data pada Tabel 2 diperoleh informasi bahwa rerata kemandirian

belajar mahasiswa berada pada kategori tinggi (75,94), sedangkan rerata tingkat hasil

belajar mahasiswa berada pada kategori sangat tinggi (82,88). Rerata kemandirian

belajar 76 93. Capaian rerata kemandirian belajar dan hasil belajar yang tinggi dan

sangat tinggi ini menggambarkan keberhasilan proses pembelajaran program PJJ.

Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa data hasil uji ANCOVA pada bagian R Squared

(Tabel 5) menunjukkan bahwa angka kosfisien determinasi Adjusted R Squared mencapai 0,676. Angka tersebut menjelaskan bahwa kontribusi variabel kemandirian

belajar dalam menjelaskan varians dari variabel hasil belajar adalah sebesar 67,6%.

Berarti terdapat 67,6% hasil belajar merupakan kontribusi dari kemandirian belajarnya,

sedangkan 32,4% berasal dari kontribusi variabel yang lain, di luar kemandirian belajar.

Kemandirian belajar memberikan dampak terhadap kompetensi hasil belajar

mahasiswa merupakan temuan bahwa sinergi dari integrasi model desain pembelajaran

PJJ, strategi belajar mandiri dan teknologi penyampaian materi pembelajaran (delivery technology) tepat diterapkan dalam pembelajaran berbasis distance learning.

(36)

29

langkah-langkah belajar mandiri efektif dalam membekali mahasiswa untuk mencapai

kompetensi belajarnya. Temuan ini sejalan dengan tujuan model desain pembelajaran

Dick, Carey & Carey (2009) yang hakikatnya merupakan model untuk perbaikan

pembelajaran melalui pengembangan model dan mengimplementasikannya dalam

pembelajaran. Temuan penelitian ini juga sejalan dengan temuan penelitian Stewart

(2007) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif linier antara Self Directed Learning Readiness Scale dengan IPK para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki

tingkat kemandirian belajar yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian

sebaliknya.

Meskipun bukan merupakan fokus dari penelitian ini, patut dilaporkan bahwa

model perkuliahan berbasis pendidikan jarak jauh yang diterapkan dalam program PJJ

PGSD UKSW nampaknya memberikan dampak pengiring tumbuhnya kemandirian

belajar mahasiswa. Temuan penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Usta

(2011), yang menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan (r = 0,207) antara

sikap terhadap pembelajaran PJJ dengan keterampilan belajar mandiri. Temuan Usta ini

diperkuat dengan hasil penelitian Hiemstra (2006) yang melaporkan bahwa ada

hubungan antara pembelajaran jarak jauh dengan tingkat belajar mandiri. Lebih lanjut

penelitian Mala-Maung, Abas & Abdullah, (2007) menemukan fenomena faktor gaya

belajar visual dan penggunaan multimedia berpengaruh signifikan terhadap

kemandirian belajar dan hasil belajar (F = 2.19, p < .05). Temuan penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian Song dan Hill (2007). Song dan Hill melaporkan penelitian

pengembangan model konseptual tentang belajar mandiri dalam konteks pembelajaran

PJJ dapat meningkatkan tingkat kemandirian belajarnya.

Dilihat dari konsep pendidikan jarak jauh, keefektifan model pembelajaran

erbasis pendidikan jarak jauh relevan dengan hasil penelitian Jezegou (2012).

Penelitian Jezegou menemukan bahwa model pembelajaran pendidikan jarak jauh

efektif untuk mengekspresikan kemandirian belajar mahasiswa. Ekspresi kemandirian

belajar mahasiswa dalam pembelajaran jarak jauh dijelaskan oleh hasil penelitian Chen

Gambar

Gambar 1. Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar
Tabel 1
Tabel 2 memberikan informasi bahwa data statistik mean, median, mode, std
Tabel 3 memberikan informasi bahwa variabilitas skor hasil belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kualitas layanan, kemudahan aplikasi dan jumlah armada berpengaruh terhadap

Pengaruh penambahan tepung limbah penetasan dalam pakan terhadap konsumsi pakan, produksi telur dan konversi pakan burung puyuh (Coturnix coturnix japonica)..

Hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan bagian AMT (Armada

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara tingkat Activity of Daily Living (ADL) dengan kualitas tidur

(4) LPSK menyampaikan salinan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Korban, Keluarga, atau kuasanya, dan kepada pelaku tindak pidana

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil jawaban guru sebagai informasi kunci berkesinambungan dengan jawaban guru lainnya (G3,G4 dan G5), kepala sekolah MIS

Hasil analisis juga menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,576 sehingga besarnya pengaruh variable iklim organisasi (X) terhadap variable kepuasan kerja (Y) adalah

Meskipun penambahan pupuk kandang ke dalam tanah meningkatkan aktivitas dan kom- petisi mikroorganisme tanah, termasuk mene- kan penyakit tanaman (Cook &amp; Baker 1983),