• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produk Hukum • Info Hukum uu 1995 10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produk Hukum • Info Hukum uu 1995 10"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995

TENTANG

KEPABEANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional t elah menghasilkan

perkembangan yang pesat dalam kehidupan nasional, khususnya di bidang perekonomian, t ermasuk bent uk-bent uk dan prakt ek penyelenggaraan kegiat an perdagangan int ernasional;

b. bahwa dalam upaya unt uk selalu menj aga agar perkembangan sepert i t ersebut di at as dapat berj alan sesuai dengan kebij aksanaan pembangunan nasional sebagaimana diamanat kan dalam garis-garis besar daripada haluan Negara dan lebih dapat dicipt akan kepast ian hukum dan kemudahan administ rasi berkait an dengan aspek Kepabeanan bagi bent uk-bent uk dan prakt ek penyelenggaraan kegiat an perdagangan int ernasional yang t erus berkembang sert a dalam rangka ant isipasi at as globalisasi ekonomi, diperlukan langkah-langkah pembaruan;

c. bahwa perat uran perundang-undangan Kepabeanan yang selama ini berlaku sudah t idak dapat mengikut i perkembangan perekonomian nasional dalam hubungannya dengan perdagangan int ernasional;

d. bahwa unt uk mewuj udkan hal-hal t ersebut , dipandang perlu unt uk membent uk Undang-undang t ent ang Kepabeanan yang dapat memenuhi perkembangan keadaan dan kebut uhan pelayanan Kepabeanan yang berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;

(2)

Dengan Perset uj uan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEPABEANAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Kepabeanan adalah segala sesuat u yang berhubungan dengan pengawasan at as

lalu lint as barang yang masuk at au keluar Daerah Pabean dan pemungut an Bea Masuk.

2. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliput i wilayah darat ,

perairan dan ruang udara di at asnya, sert a t empat -t empat t ert ent u di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kont inen yang di dalamnya berlaku Undang-undang ini.

3. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan bat as-bat as t ert ent u di pelabuhan laut ,

bandar udara, at au t empat lain yang di t et apkan unt uk lalu-lint as barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai.

4. Kant or Pabean adalah kant or dalam lingkungan Direkt orat Jenderal Bea dan

Cukai t empat dipenuhinya Kewaj iban Pabean sesuai dengan ket ent uan Undang-undang ini.

5. Pos Pengawasan Pabean adalah t empat yang digunakan oleh Pej abat Bea dan

Cukai unt uk melakukan pengawasan t erhadap lalu-lint as impor dan ekspor.

6. Kewaj iban Pabean adalah semua kegiat an di bidang Kepabeanan yang waj ib

dilakukan unt uk memenuhi ket ent uan dalam Undang-undang ini.

7. Pemberit ahuan Pabean adalah pernyat aan yang dibuat oleh Orang dalam rangka

melaksanakan Kewaj iban Pabean dalam bent uk dan syarat yang dit et apkan dalam Undang-undang ini.

8. Ment eri adalah Ment eri Keuangan Republik Indonesia.

9. Direkt ur Jenderal adalah Direkt ur Jenderal Bea dan Cukai.

10. Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana t ugas pokok dan f ungsi Depart emen Keuangan di bidang Kepabeanan dan Cukai.

(3)

11. Pej abat Bea dan Cukai adalah pegawai Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai yang dit unj uk dalam j abat an t ert ent u unt uk melaksanakan t ugas t ert ent u berdasarkan Undang-undang ini.

12. Orang adalah orang perseorangan at au badan hukum.

13. Impor adalah kegiat an memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean.

14. Ekspor adalah kegiat an mengeluarkan barang dari Daerah Pabean.

15. Bea Masuk adalah pungut an negara berdasarkan Undang-undang ini yang dikenakan t erhadap barang yang diimpor.

16. Tempat Penimbunan Sement ara adalah bangunan dan. at au lapangan at au t empat lain yang disamakan dengan it u di Kawasan Pabean unt uk menimbun barang sement ara menunggu pemuat an at au pengeluarannya.

17. Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, t empat at au kawasan yang memenuhi persyarat an t ert ent u yang digunakan unt uk menimbun, mengolah, memamerkan, dan/ at au menyediakan barang unt uk dij ual dengan mendapat kan penangguhan Bea Masuk.

18. Tempat Penimbunan Pabean adalah bangunan dan/ at au lapangan at au t empat lain yang disamakan dengan it u yang disediakan oleh Pemerint ah di Kant or Pabean yang berada dibawah pengelolaan Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai unt uk menyimpan barang yang dinyat akan t idak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menj adi milik negara berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 2

(1) Barang yang dimasukkan ke dalam Daerah Pabean diperlakukan sebagai barang impor dan t erut ang Bea Masuk.

(2) Barang yang t elah dimuat at au akan dimuat di sarana pengangkut unt uk dikeluarkan dari Daerah Pabean dianggap t elah diekspor dan diperlakukan sebagai barang ekspor.

(3) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan barang ekspor dalam hal dapat dibukt ikan bahwa barang t ersebut dit uj ukan unt uk dibongkar di suat u t empat dalam Daerah Pabean.

Pasal 3

(1) Terhadap barang impor dilakukan pemeriksaan pabean.

(4)

(3) Pemeriksaan f isik barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara selekt if .

(4) Tat a cara pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Pasal 4

(1) Terhadap barang ekspor dilakukan penelit ian dokumen.

(2) Dalam hal t ert ent u, dapat dilakukan pemeriksaan f isik at as barang ekspor.

(3) Tat a cara pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Pasal 5

(1) Pemenuhan Kewaj iban Pabean dilakukan di Kant or Pabean at au t empat lain yang disamakan dengan Kant or Pabean dengan menggunakan Pemberit ahuan Pabean.

(2) Pemberit ahuan Pabean diserahkan kepada Pej abat Bea dan Cukai di Kant or Pabean at au t empat laun yang disamakan dengan Kant or Pabean dalam bent uk f ormulir at au melalui media elekt ronik.

(3) Unt uk pelaksanaan dan pengawasan pemenuhan Kewaj iban Pabean, dit et apkan Kawasan Pabean dan Pos Pengawasan Pabean.

(4) Penet apan Kawasan Pabean, Kant or Pabean, dan Pos Pengawasan Pabean dilakukan oleh Mant eri.

Pasal 6

Terhadap barang yang diimpor at au diekspor, berlaku segala ket ent uan yang diat ur dalam Undang-undang ini.

BAB II

IMPOR DAN EKSPOR

Bagian Pert ama Impor

Paragraf 1

Kedat angan, Pembongkaran, Penimbunan, dan Pengeluaran Barang

(5)

Pasal 7

(1) Barang impor harus dibawa ke Kant or Pabean t uj uan pert ama melalui j alur yang dit et apkan dan kedat angan t ersebut waj ib diberit ahukan oleh pengangkut nya.

(2) Dalam hal sarana pengangkut dalam keadaan darurat , dengan t anpa memenuhi

ket ent uan pada ayat (1), pengangkut dapat membongkar barang impor

t erlebih dahulu, kemudian waj ib melaporkan hal t ersebut ke Kant or Pabean t erdekat .

(3) Pengangkut yang t idak memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) at au ayat (2) dikenai sanksi admini st rasi berupa denda paling banyak Rp 25. 000. 000, 00 (dua puluh lima j ut a rupi ah) dan paling sedikit Rp 2. 500. 000, 00 (dua j ut a lima rat us ribu rupiah).

(4) Pengangkut yang t elah memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) at au ayat (2) t et api j umlah barang yang dibongkar kurang dari yang diberit ahukan dalam Pemberit ahuan Pabean dan t idak dapat membukt ikan bahwa kesalahan t ersebut t erj adi diluar kemampuannya, disamping waj ib membayar Bea Masuk at as barang yang kurang dibongkar, dikenai sanksi administ rasi berupa denda paling banyak Rp 50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a rupiah) dan paling sedikit Rp 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(5) Pengangkut yang t elah memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) at au ayat (2), t et api j umlah barang yang dibongkar lebih banyak dari yang diberit ahukan dalam Pemberit ahuan Pabean dikenai sanksi administ rasi berupa denda paling banyak Rp 50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a rupiah) dan paling sedikit Rp 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(6) Barang impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sement ara menunggu pengeluarannya dari Kawasan Pabean, dapat dit imbun di Tempat Penimbunan Sement ara.

(7) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean set elah dipenuhinya Kewaj iban Pabean unt uk :

a. diimpor unt uk dipakai;

b. diimpor sement ara;

c. dit imbun di Tempat Penimbunan Berikat ;

d. diangkut ke Tempat Penimbunan Sement ara di Kawasan Pabean lainnya; e. diangkut t erus at au diangkut lanj ut ; at au

f . diekspor kembali.

(6)

(9) Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (6), dan ayat (7) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Paragraf 2 Impor unt uk Dipakai

Pasal 8 (1) Impor unt uk dipakai adalah :

a. memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean dengan t uj uan unt uk dipakai; at au

b. memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean unt uk dimiliki at au dikuasai oleh Orang yang berdomisili di Indonesia.

(2) Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor unt uk dipakai : a. set elah diserahkan Pemberit ahuan Pabean dan dilunasi Bea Masuknya;

b. set elah diserahkan Pemberit ahuan Pabean dan j aminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42; at au

c. set elah diserahkan dokumen pelengkap pabean dan j aminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42.

(3) Barang impor yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut , dan pelint as bat as ke Daerah Pabean pada saat kedat angan waj ib diberit ahukan oleh pembawanya kepada Pej abat Bea dan Cukai.

(4) Barang impor yang dikirim melalui yang dikirim melalui pos at au j asa t it ipan hanya dapat dikeluarkan at as perset uj uan Pej abat Bea dan Cukai.

(5) Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

(6) Import ir yang t idak melunasi Bea Masuk at as barang impor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b at au huruf c dalam j angka wakt u yang dit et apkan menurut Undang-undang ini dikenakan sanksi administ rasi berupa denda sebesar sepuluh persen dari Bea Masuk yang waj ib dilunasinya.

Paragraf 3 Impor Sement ara

Pasal 9

(1) Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor sement ara j ika pada wakt u impornya nyat a-nyat a dimaksudkan unt uk diekspor kembali.

(2) Barang impor sement ara sampai saat diekspor kembali berada dalam pengawasan pabean.

(7)

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sert a penent uan j angka wakt u sement ara diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

(4) Barangsiapa yang t idak mengekspor kembali barang impor sement ara dalam j angka wakt u sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi administ rasi berupa denda serat us persen dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.

Pasal 10

(1) Barang yang akan diekspor waj ib diberit ahukan dengan menggunakan Pemberit ahuan Pabean.

(2) Pemberit ahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t idak diperlukan at as barang pribadi penumpang, awak pengangkut , pelint as bat as, dan barang kiriman sampai bat as nilai pabean dan at au j umlah t ert ent u.

(3) Barang yang t elah diberit ahukan unt uk diekspor, sement ara menunggu pemuat annya dapat dit imbun di Tempat Penimbunan Sement ara.

(4) Barang yang t elah diberit ahukan unt uk diekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), j ika dibat alkan harus dilaporkan kepada Pej abat Bea dan Cukai.

(5) Eksport ir yang t idak melaporkan pembat alan ekspornya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikenai saksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(6) Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Bagian Ket iga Pengangkut an Barang

Pasal 11

(1) Pengangkut pada saat sarana pengangkut nya akan meninggalkan Kant or Pabean dengan t uj uan ke luar Daerah Pabean waj ib memberit ahukan barang yang diangkut nya dengan menggunakan Pemberit ahuan Pabean.

(2) Pengangkut barang dari sat u t empat ke t empat lain dalam Daerah Pabean waj ib diberit ahukan dengan Pemberit ahuan Pabean sepanj ang mengenai :

a. barang impor dari Tempat Penimbunan Sement ara at au Tempat Penimbunan Berikat dengan t uj uan Tempat Penimbunan Berikat lainnya;

b. barang impor yang diangkut t erus dan/ at au diangkut lanj ut ; c. barang ekspor yang diangkut t erus dan/ at au diangkut lanj ut ;

(8)

(3) Pengangkut yang t idak memberit ahukan barang yang diangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) at au ayat (2) di kenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(4) Pengangkut yang t elah memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a at au huruf b, t et api barang yang diangkut nya t idak sampai ke t empat t uj uan at au j umlah barang set elah sampai di t empat t uj uan t idak sesuai dengan Pemberit ahuan Pabean, dan t idak dapat membukt ikan bahwa kesalahan t ersebut t erj adi di luar kemampuannya, disamping waj ib membayar Bea Masuk at as barang yang t idak sampai di t empat t uj uan at au kurang dibongkar t ersebut , dikenai sanksi administ rasi berupa denda paling banyak Rp. 50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a rupiah) dan paling sedikit Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(5) Pengangkut an t enaga list rik, barang cair, at au gas unt uk impor at au Ekspor dapat dilakukan melalui t ransmisi at au saluran pipa.

(6) Persyarat an dan t at a cara pengangkut an barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (5) di at ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

BAB III

TARIP DAN NILAI PABEAN

Bagian Pert ama Tarip

Paragraf 1 Tarip Bea Masuk

Pasal 12

(1) Barang impor dipungut Bea Masuk berdasarkan t arif set inggi-t ingginya empat puluh persen dari nilai pabean unt uk perhit ungan Bea Masuk.

(2) Dikecualikan dari ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) : a. barang impor hasil pert anian t ert ent u;

b. barang impor t ermasuk dalam daf t ar eksklusif Skedul XXI-Indonesia pada Perset uj uan Umum Mengenai t arif dan Perdagangan; dan

c. barang impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1).

(3) Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dit et apkan oleh Ment eri.

(9)

Pasal 13

(1) Bea Masuk dapat dikenakan berdasarkan t arif yang besarnya berbeda dengan yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) t erhadap :

a. barang impor yang dikenakan t arif Bea Masuk berdasarkan perj anj ian at au kesepakat an int ernasional;

b. barang impor bawaan penumpang, awak sarana pengangkut , pelint as bat as, at au barang kiriman melalui pos at au j asa t it ipan; at au

c. barang impor yang berasal dari negara yang memperlakukan barang ekspor Indonesia secara diskriminat if .

(2) Tat a cara pengenaan dan besarnya t arif Bea Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri.

Paragraf 2 Klasif ikasi Barang

Pasal 14

(1) Unt uk penet apan t arif Bea Masuk, barang dikelompokkan berdasarkan sist em klasif ikasi barang.

(2) Ket ent uan t ent ang klasif ikasi barang diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Bagian Kedua Nilai Pabean

Pasal 15

(1) Nilai pabean unt uk penghit ung Bea Masuk adalah nilai t ransaksi dari barang yang bersangkut an.

(2) Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk t idak dapat dit ent ukan berdasarkan nilai t ransaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), nilai pabean unt uk menghit ung Bea Masuk dihit ung berdasarkan nilai t ransaksi dari barang indent ik.

(3) Dalam hal nilai pabean unt uk menghit ung Bea Masuk t idak dapat dit ent ukan berdasarkan nilai t ransaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk dihit ung berdasarkan nilai t ransaksi dari barang serupa.

(10)

(5) Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk t idak dapat dit ent ukan berdasarkan nilai t ransaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk dihit ung berdasarkan met ode komput asi.

(6) Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk t idak dapat dit ent ukan berdasarkan nilai t ransaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), at au ayat (5), nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk dihit ung dengan menggunakan t at a cara yang waj ar dan konsist en dengan prinsip dan ket ent uan sebagaimana diat ur pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), at au ayat (5) berdasarkan dat a yang t ersedia di daerah Pabean dengan pembat asan t ert ent u.

(7) Ket ent uan t ent ang nilai pabean unt uk menghit ung Bea Masuk diat ur lebih lanj ut oleh Mant eri.

Bagian Ket iga

Penet apan Tarif dan Nilai Pabean

Pasal 16

(1) Pej abat Bea dan Cukai dapat menet apkan t arif at as barang impor sebelum penyerahan Pemberit ahuan Pabean at au dalam wakt u t iga puluh hari sej ak t anggal Pemberit ahuan Pabean.

(2) Pej abat Bea dan Cukai dapat menet apkan nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk at as barang impor dalam wakt u t iga puluh hari sej ak t anggal Pemberit ahuan Pabean.

(3) Dalam hal penet apan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/ at au ayat (2) mengakibat kan kekurangan pembayaran Bea Masuk kecuali import ir mengaj ukan keberat an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (1), import ir harus melunasi Bea Masuk yang kurang dibayar sesuai dengan penet apan.

(4) Import ir yang salah memberit ahukan nilai pabean unt uk menghit ung Bea Masuk sehingga mengakibat kan kekurangan pembayaran Bea Masuk dikenai sanksi administ rasi berupa denda paling banyak lima rat us persen dari Bea Masuk yang kurang dibayar at au paling sedikit serat us persen dari Bea Masuk yang kurang dibayar.

(5) Dalam hal penet apan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/ at au ayat (2) mengakibat kan kelebihan pembayaran Bea Masuk, pengembalian Bea Masuk dibayar sebesar kelebihannya.

(6) Ket ent uan t ent ang penet apan t arif dan nilai pabean diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

(11)

Pasal 17

(1) Direkt ur Jenderal dapat menet apkan kembali t arif dan nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk dalam j angka wakt u du t ahun t erhit ung sej ak t anggal Pemberit ahuan Pebean.

(2) Dalam hal penet apan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbeda dengan penet apan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Direkt ur Jenderal memberit ahukan secara t ert ulis kepada import ir unt uk :

a. melunasi Bea Masuk yang kurang dibayar; at au

b. diberikan pengembalian Bea Masuk yang lebih dibayar.

(3) Bea masuk yang kurang dibayar at au pengembalian Bea Masuk yang dibayar lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibayar sesuai dengan penet apan kembali.

BAB IV

BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN

Bagian Pert ama Bea Masuk Ant idumping

Pasal 18

Bea Masuk Ant idumping dikenakan t erhadap barang impor dalam hal :

a. harga ekspor dari barang t ersebut lebih rendah dari nilai normalnya; dan

b. impor barang t ersebut :

1. menyebabkan kerugian t erhadap indust ri dalam negeri yang memproduksi barang sej enis dengan barang t ersebut ;

2. mengecam t erj adinya kerugian t erhadap indust ri dalam negeri yang memproduksi barang sej enis dengan barang t ersebut ; dan

3. menghalangi pengembangan indust ri barang sej enis di dalam negeri.

Pasal 19

(1) Bea Masuk Ant idumping dikenakan t erhadap barang impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 set inggi-t ingginya sebesar selisih ant ara nilai normal dengan harga ekspor dari barang t ersebut .

(12)

Pasal 20

Ket ent uan t ent ang persyarat an dan t at a cara pengenaan Bea Masuk Ant idumping sert a penanganannya diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Kedua Bea Masuk Imbalan

Pasal 21

Bea Masuk Imbalan dikenakan t erhadap barang impor dalam hal :

a. dit emukan adanya subsidi yang diberikan di negara pengekspor t erhadap barang

t ersebut ; dan

b. impor barang t ersebut :

1. menyebabkan kerugian t erhadap indust ri dalam negeri yang memproduksi barang sej enis dengan barang t ersebut ;

2. mengancam t erj adinya kerugian t erhadap indust ri dalam negeri yang memproduksi barang sej enis dengan barang t ersebut ; at au

3. menghalangi pengembangan indust ri barang sej enis di dalam negeri.

Pasal 22

(1) Bea Masuk Imbalan dikenakan t erhadap barang impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 set inggi-t ingginya sebesar selisih ant ara subsidi dengan :

a. biaya permohonan, t anggungan at au pungut an lain yang dikeluarkan unt uk memperoleh subsidi; dan/ at au

b. pungut an yang dikenakan pada saat ekspor unt uk menggant i subsidi yang diberikan kepada barang ekspor t ersebut .

(2) Bea Masuk Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan t ambahan dari Bea Masuk yang dipungut berdasarkan Pasal 12 ayat (1).

Pasal 23

Ket ent uan t ent ang persyarat an dan t at a cara pengenaan Bea Masuk Imbalan sert a penanganannya diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB V

TIDAK DIPUNGUT, PEMBEBASAN, KERINGANAN, DAN PENGEMBALIAN BEA MASUK

Bagian Pert ama Tidak Dipungut Bea Masuk

(13)

Pasal 24

Barang yang dimasukkan ke Daerah Pabean unt uk diangkut t erus at au diangkut lanj ut ke luar Daerah Pabean t idak dipungut Bea Masuk.

Bagian Kedua

Pembebasan dan Keringanan Bea Masuk

Pasal 25 (1) Pembebasan Bea Masuk diberikan at as Impor :

a. barang perwakilan negara asing besert a para pej abat nya yang bert ugas di Indonesia berdasarkan asas t imbal balik;

b. barang unt uk keperluan badan int ernasional besert a pej abat nya yang bert ugas di Indonesia;

c. barang dan bahan unt uk diolah, dirakit , at au dipasang pada barang lain dengan t uj uan unt uk diekspor;

d. buku ilmu penget ahuan;

e. barang kiriman hadiah unt uk keperluan ibadah umum, amal, sosial, at au kebudayaan;

f . barang unt uk keperluan museum, kebun binat ang, dan t empat lain semacam it u yang t erbuka unt uk umum;

g. barang unt uk keperluan penelit ian dan pengembangan ilmu penget ahuan; h. barang unt uk keperluan khusus kaum t una net ra dan penyandang cacat

lainnya;

i. persenj at aan, amunisi, dan perlengkapan milit er, t ermasuk suku cadang yang diperunt ukkan bagi keperluan pert ahanan dan keamanan negara;

j . barang dan bahan yang dipergunakan unt uk menghasilkan barang bagi keperluan pert ahanan dan keamanan negara;

k. barang cont oh yang t idak unt uk diperdagangkan;

l. pet i at au kemasan lain yang berisi j enazah at au abu j enazah;

m. barang pindahan;

n. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut , pelint as bat as, dan barang kiriman sampai bat as nilai pabean dan/ at au j umlah t ert ent u.

(2) Perubahan at as barang impor yang diberikan pembebasan berdasarkan t uj uan pemakaiannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur oleh Ment eri.

(14)

(4) Barangsiapa yang t idak memenuhi ket ent uan t ent ang pembebasan Bea Masuk yang dit et apkan menurut Undang-undang ini, j ika mengakibat kan kerugian pada penerimaan negara, dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar serat us persen dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.

Pasal 16

(1) Pembebasan at au keringanan Bea Masuk dapat diberikan at as Impor : a. mesin unt uk pembangunan dan pengembangan indust ri;

b. barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan indust ri unt uk j angka wakt u t ert ent u;

c. peralat an dan bahan yang digunakan unt uk mencegah pencemaran lingkungan;

d. bibit dan benih unt uk pembangunan dan pengembangan indust ri pert anian, pet ernakan, at au perikanan;

e. hasil laut yang dit angkap dengan sarana penangkap yang t elah mendapat izin;

f . barang yang t elah diekspor unt uk keperluan perbaikan, pengerj aan, dan penguj ian;

g. barang yang t elah diekspor, kemudian diimpor kembali dalam kualit as yang sama;

h. barang yang mengalami kerusakan, penurunan mut u, kemusnahan, at au penyusut an volume at au berat karena al amiah ant ara saat diangkut ke dalam Daerah Pabean dan saat diberikan perset uj uan impor unt uk dipakai;

i. bahan t erapi manusia, pengelompokan darah, dan bahan penj enisan j aringan;

j . barang oleh Pemerint ah pusat at au Pemerint ah daerah yang dit uj ukan unt uk kepent ingan umum;

k. barang dengan t uj uan unt uk diimpor sement ara.

(2) Perubahan at as barang impor yang dapat diberikan pembebasan at au kekeringan berdasarkan t uj uan pemakaiannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur oleh Ment eri.

(3) Ket ent uan t ent ang pembebasan at au keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

(4) Barangsiapa yang t idak memenuhi ket ent uan pembebasan at au keringanan Bea Masuk yang dit et apkan menurut Undang-undang ini, j ika mengakibat kan kerugian pada penerimaan negara, dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar serat us persen dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.

(15)

Bagian Ket iga Pengembalian Bea Masuk

Pasal 27

(1) Pengembalian dapat diberikan t erhadap seluruh at au sebagian Bea Masuk yang t elah dibayar at as :

a. kelebihan pembayaran Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (5), Pasal 17 ayat (3), at au karena kesalahan t at a usaha;

b. impor barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26;

c. impor barang yang oleh sebab t ert ent u harus diekspor kembali at au dimusnahkan di bawah pengawasan Pej abat Bea dan Cukai;

d. impor barang yang sebelum diberikan perset uj uan impor unt uk dipakai kedapat an j umlah yang sebenarnya lebih kecil daripada yang t elah dibayar bea masuknya, cacat , bukan bat ang yang dipesan, at au berkualit as lebih rendah; at au

e. kelebihan pembayaran Bea Masuk sebagai akibat put usan lembaga banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99.

(2) Ket ent uan t ent ang pengembalian Bea Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

BAB VI

PEMBERITAHUAN PABEAN DAN TANGGUNG JAWAB ATAS BEA MASUK

Bagian Pert ama Pemberit ahuan Pabean

Pasal 28 Ket ent uan dan t at a cara t ent ang :

a. bent uk, isi, dan keabsahan Pemberit ahuan Pabean dan buku cat at an pabean;

b. penyerahan dan pendaf t aran Pemberit ahuan Pabean;

c. penelit ian, perubahan, penambahan, dan pembat alan Pemberit ahuan Pabean

dan buku cat at an pabean;

d. pendist ribusian dan penat ausahaan Pemberit ahuan Pabean dan buku cat at an pabean;

e. penggunaan dokumen pelengkap pabean;

(16)

Bagian Kedua

Pengurusan Pemberit ahuan Pabean

Pasal 29

(1) Pengurusan Pemberit ahuan Pabean yang diwaj ibkan Undang-undang ini dilakukan oleh pengangkut , import ir, at au eksport ir.

(2) Dalam hal pengurusan Pemberit ahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t idak dilakukan sendiri, import ir at au eksport ir menguasakannya kepada pengusaha pengurusan j asa kepabeanan.

(3) Ket ent uan t ent ang pengurusan Pemberit ahuan Pabean diat ur lebih lanj ut oleh Mant eri.

Bagian Ket iga

Tanggung Jawab at as Bea Masuk

Pasal 30

(1) Import ir bert anggung j awab t erhadap Bea Masuk yang t erut ang sej ak t anggal Pemberit ahuan Pabean at as Impor.

(2) Bea Masuk yang harus dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihit ung berdasarkan t arif yang berlaku pada t anggal Pemberit ahuan Pabean at as Impor dan nilai pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.

Pasal 31

Pengusaha pengurusan j asa kepabeanan yang mendapat kuasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) bert anggung j awab t erhadap Bea Masuk yang t erut ang dalam hal import ir t idak dit emukan.

Pasal 32

(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sement ara bert anggung j awab t erhadap Bea Masuk yang t erut ang at as barang yang dit imbun di Tempat Penimbunan Sement aranya.

(2) Pengusaha Tempat Penimbunan Sement ara dibebaskan dari t anggung j awab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal barang yang dit imbun di Tempat Penimbunan Sement aranya :

a. musnah t anpa sengaj a;

b. t elah diekspor kembali, diimpor unt uk dipakai, at au diimpor sement ara; at au c. t elah dipindahkan ke Tempat Penimbunan Sement ara lain, Tempat

Penimbunan Berikat , at au Tempat Penimbunan Pabean.

(3) Perhit ungan Bea Masuk at as barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

(17)

harus dilunasi, sepanj ang t idak dapat didasarkan pada t arif dan nilai pabean barang yang bersangkut an, didasarkan pada t arif t ert inggi unt uk golongan barang yang t ert era dalam Pemberit ahuan Pabean pada saat barang t ersebut dit imbun di Tempat Penimbunan Sement ara dan nilai pebean dit et apkan oleh Pej abat Bea dan Cukai.

Pasal 33

(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat bert anggung j awab t erhadap Bea Masuk yang t erut ang at as barang yang dit imbun di Tempat Penimbunan Berikat nya.

(2) Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat dibebaskan dari t anggung j awab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal barang yang dit imbun di Tempat Penimbunan Berikat nya :

a. musnah t anpa sengaj a;

b. t elah diekspor kembali, diimpor unt uk dipakai, at au diimpor sement ara; at au c. t elah dipindahkan ke Tempat Penimbunan Sement ara, Tempat Penimbunan

Berikat lain, at au Tempat Penimbunan Pabean.

(3) Perhit ungan Bea Masuk at as barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang harus dilunasi didasarkan pada t arif yang berlaku pada saat dilakukan pencacahan dan nilai pabean barang pada saat dit imbun di Tempat Penimbunan Berikat .

Pasal 34

(1) Dalam hal ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26 t idak lagi dipenuhi, Bea Masuk at as barang impor yang t erut ang menj adi t anggung j awab :

a. Orang yang mendapat kan pembebasan at au kekeringan; at au

b. Orang yang menguasai barang yang bersangkut an dalam hal Orang sebagaimana dimaksud huruf a t idak dit emukan.

(2) Perhit ungan Bea Masuk yang t erut ang sebagaimana dimaksud pada ayat (q) didasarkan pada t arif dan nilai pabean yang berlaku pada t anggal Pemberit ahuan Pabean at as Impor.

Pasal 35

Barangsiapa yang kedapat an menguasai barang impor di t empat kedat angan sarana pengangkut an at au di daerah perbat asan yang dit unj uk bert anggung j awab t erhadap Bea Masuk yang t erut ang at as barang t ersebut .

BAB VII

(18)

DAN JAMINAN

Bagian Pert ama Pembayaran Bea Masuk

Pasal 36

(1) Bea masuk, denda administ rasi, dan bunga yang t erut ang kepada negara menurut Undang-undang ini, dibayar di kas negara at au di t empat pembayaran lain yang dit unj uk oleh Ment eri.

(2) Bea Masuk, denda administ rasi, dan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) j umlahnya dibulat kan dalam rupiah penuh.

(3) Ket ent uan t ent ang t at a cara pembayaran, penerimaan, penyet oran Bea Masuk, denda administ rasi, dan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sert a pembulat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Pasal 37

(1) Bea Masuk dan denda administ rasi yang t erut ang waj ib dibayar selambat -lambat nya dalam wakt u t iga puluh hari sej ak t imbulnya kewaj iban membayar menurut Undang-undang ini.

(2) Dalam hal t ert ent u. kewaj iban membayar Bea Masuk dan denda administ rasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan penundaan.

(3) Ket ent uan t ent ang penundaan pembayar an ut ang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Bagian Kedua Penagihan ut ang

Pasal 38

(1) Ut ang at au t agihan kepada negara berdasarkan Undang-undang ini yang t idak at au kurang dibayar dikenakan bunga sebesar dua persen set iap bulannya at au selama-lamanya dua puluh empat bulan, dihit ung sej ak t anggal j at uh t empo sampai hari pembayarannya, dan bagian bulan dihit ung sat u bulan.

(2) Penghit ungan ut ang at au t agihan kepada negara Undang-undang ini j umlahnya dibulat kan dalam rupiah penuh.

Pasal 39

(19)

(1) Negara mempunyai hak mendahulu unt uk t agihan pebean at as barang-barang milik yang berut ang.

(2) Ket ent uan t ent ang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i Bea Masuk, denda administ rasi, bunga, dan biaya penagihan.

(3) Hak mendahulu unt uk t agihan pabean melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali :

a. biaya perkara semat a-mat a disebabkan oleh suat u penghukuman unt uk melelang barang bergerak dan/ at au t idak bergerak;

b. biaya yang t elah dikeluarkan unt uk menyelamat kan suat u barang;

c. biaya perkara yang semat a-mat a disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suat u warisan.

(4) Hak mendahulu it u hilang set elah lampau wakt u dua t ahun sej ak t anggal dit erbit kannya surat t agihan, kecuali apabila dalam j angka wakt u t ersebut diberikan penundaan pembayaran.

(5) Dalam hal diberikan penundaan pembayaran, j angka wakt u dua t ahun sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihit ung sej ak t anggal penundaan pembayaran diberikan.

Pasal 40

(1) Hak penagihan at as ut ang berdasarkan Undang-undang ini kedaluwarsa set elah sepuluh t ahun sej ak t imbulnya kewaj iban membayar.

(2) Masa kadaluwarsa sebagaimana di maksud pada ayat (1) t idak dapat diperhit ungkan dalam hal :

a. yang t erut ang t idak bert empat t inggal di Indonesia;

b. yang t erut ang memperoleh penundaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2); at au

c. yang t erut ang melakukan pelanggaran Undang-undang ini.

Pasal 41

Pelaksanaan penagihan ut ang dan penghapusan penagihan ut ang yang t idak dapat dit agih berpedoman pada perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(20)

Pasal 42

(1) Jaminan yang disyarat kan menurut Undang-undang ini dapat dipergunakan :

a. sekali; at au

b. t erus-menerus.

(2) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbent uk :

a. uang t unai;

b. j aminan bank;

c. j aminan dari perusahaan asuransi; at au

d. j aminan lainnya.

(3) Ket ent uan t ent ang j aminan diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

BAB V

TEMPAT PENIMBUNAN DI BAWAH PENGAWASAN PABEAN

Bagian Pert ama

Tempat Penimbunan Sement ara

Pasal 43

(1) Di set iap Kawasan Pabean disediakan Tempat Penimbunan Sement ara yang dikelola oleh pengusaha Tempat Penimbunan Sement ara.

(2) Dalam hal barang dit imbun di Tempat Penimbunan Sement ara, j angka wakt u penimbunan barang paling lama t iga puluh hari sej ak penimbunannya.

(3) Pengusaha Tempat Penimbunan Sement ara yang t idak dapat

mempert anggungj awabkan barang yang seharusnya berada di t empat t ersebut dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar dua puluh lima persen dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.

(4) Ket ent uan t ent ang penunj ukan Tempat Penimbunan Sement ara, t at a cara penggunaannya, dan perubahan j angka wakt u penimbunan diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Bagian Kedua

Tempat Penimbunan Berikat

(21)

Pasal 44

(1) Dengan persyarat an t ert ent u, suat u kawasan, t empat , at au bangunan dapat dit et apkan sebagai Tempat Penimbunan Berikat unt uk :

a. menimbun barang guna diimpor unt uk dipakai at au diekspor at au diimpor kembali;

b. menimbun dan/ at au mengolah barang sebelum diekspor at au diimpor unt uk dipakai;

c. menimbun dan memamerkan barang impor; at au

d. menimbun, menyediakan unt uk dan menj ual barang impor kepada orang t ert ent u.

(2) Persyarat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ket ent uan t ent ang pendirinya, penyelenggaraan, dan pengusahaan Tempat Penimbunan Berikat diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 45

(1) Barang dapat dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat at as persyarat an Pej abat Bea dan Cukai unt uk :

a. diimpor unt uk dipakai;

b. diolah;

c. diekspor sebelum at au sesudah diolah; at au

d. diangkut ke Tempat Penimbunan Berikat at au Tempat Penimbunan Sement ara.

(2) Barang dari Tempat Penimbunan Berikat yang diimpor unt uk dipakai, dipungut Bea Masuk berdasarkan t arif yang berlaku pada saat diimpor unt uk dipakai sert a nilai pabean yang t erj adi pada saat barang dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat .

(3) Barangsiapa yang mengeluarkan barang dari Tempat Penimbunan Berikat sebelum diberikan perset uj uan oleh Pej abat Bea dan Cukai dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(4) Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat yang t idak dapat

mempert anggungj awabkan barang yang seharusnya berada di t empat t ersebut , dikenakan sanksi administ rasi berupa denda sebesar serat us persen dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.

Pasal 46

(22)

Penimbunan Berikat :

a. berada dalam pengawasan kurat or sehubungan Tempat Penimbunan Berikat . b. menunj ukkan ket idakmampuan dalam penyelenggaraan Tempat Penimbunan

Berikat .

(2) Pembekuan izin dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menj adi pencabut an bilamana penyelenggara Tempat Penimbunan Berikat :

a. t idak melunasi ut angnya dalam j angka wakt u yang dit et apkan; at au b. t idak mampu lagi mengusahakan Tempat Penimbunan Berikat t ersebut .

(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberlakukan kembali bilamana penyelenggara Tempat Penimbunan Berikat :

a. t elah melunasi ut angnya; at au

b. t elah mengusahakan Tempat Penimbunan Berikat t ersebut .

(4) Izin Tempat Penimbunan Berikat dalam hal :

a. penyelenggara Tempat Penimbunan Berikat unt uk j angka wakt u sat u t ahun t erus menerus t idak lagi melakukan kegiat an;

b. penyelenggara Tempat Penimbunan Berikat mengalami pailit ;

c. penyelenggara Tempat Penimbunan Berikat bert indak t idak j uj ur dalam usahanya; at au

d. t erdapat permint aan dari yang bersangkut an.

(5) Ket ent uan t ent ang pembekuan, pemberlakuan kembali, dan pencabut an izin Tempat Penimbunan Berikat diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 47

Bilamana izin Tempat Penimbunan Berikat t elah dicabut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, pengusaha dalam bat as wakt u t iga puluh hari sej ak pencabut an izin harus :

a. melunasi semua Bea Masuk yang t erut ang;

b. mengekspor kembali barang yang masih ada di Tempat Penimbunan Berikat ; at au

c. memindahkan barang yang masih ada di Tempat Penimbunan Berikat ke Tempat

Penimbunan Berikat lain.

Bagian Ket iga

Tempat Penimbunan Pabean

Pasal 48

(23)

(1) Di set iap Kant or Pabean disediakan Tempat Penimbunan Pabean yang dikelola oleh Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai.

(2) Penunj ukan t empat lain yang berf ungsi sebagai Tempat Penimbunan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri.

BAB IX PEMBUKUAN

Pasal 49

Import ir, eksport ir, pengusaha Tempat Penimbunan Sement ara, pengusaha Tempat Penimbunan Berikat , pengusaha pengurusan j asa kepabeanan at au pengusaha pengangkut an diwaj ibkan menyelenggarakan pembukuan dan menyimpan cat at an sert a surat menyurat yang bert alian dengan Impor at au Ekspor.

Pasal 50

(1) At as permint aan Pej abat Bea dan Cukai, Orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 waj ib menyerahkan buku, cat at an, dan surat menyurat yang bert alian dengan Impor at au Ekspor unt uk kepent ingan pemeriksaan.

(2) Dalam hak orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t idak berada di t empat , kewaj iban unt uk menyediakan buku, cat at an, dan surat -menyurat yang bert alian dengan Impor at au Ekspor unt uk diperiksa beralih kepada yang mewakilinya.

Pasal 51

Pembukuan dan cat at an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 harus menggunakan huruf lat in, angka Arab, mat a uang rupiah, sert a bahasa Indonesia at au dengan mat a uang asing dan bahasa asing dan bahasa lain yang dit et apkan oleh Ment eri, dan semua buku, cat at an, sert a waj ib disimpan selama sepuluh t ahun pada t empat usahanya di Indonesia.

Pasal 52

Barangsiapa yang t idak mengindahkan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 dan Pasal 51 dan perbuat an t ersebut t idak menyebabkan kerugian keuangan negara dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

BAB X

LARANGAN DAN PEMBATASAN IMPOR ATAU EKSPOR SERTA PENGENDALIAN IMPOR ATAU EKSPOR BARANG

(24)

Bagian Pert ama

Larangan dan Pembat asan Impor at au Ekspor

Pasal 53

(1) Unt uk kepent ingan pengawasan t erhadap pelaksanaan ket ent uan larangan dan pembat asan, inst ansi t eknis yang menet apkan perat uran larangan dan/ at au pembat asan at as Impor at au Ekspor baran t ert ent u waj ib memberit ahukan kepada Ment eri.

(2) Ket ent uan t ent ang pelaksanaan pengawasan perat uran larangan dan/ at au pembat asan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

(3) Semua barang yang dilarang at au dibat asi yang t idak memenuhi syarat unt uk diekspor at au diimpor, j ika t elah diberit ahukan dengan Pemberit ahuan Pabean, at as permint aan import ir at au eksport ir dapat :

a. dibat alkan ekspornya;

b. diekspor kembali; at au

c. dimusnahkan di bawah pengawasan Pej abat Bea dan Cukai.

(4) Barang yang dilarang at au dibat asi unt uk diimpor at au diekspor yang t idak diberit ahukan at au diberit ahukan secara t idak benar dinyat akan sebagai barang yang dikuasai negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, kecuali t erhadap barang dimaksud dit et apkan lain berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua

Pengendalian Impor at au Ekspor Barang Hasil Pelanggaran Hak At as Kekayaan Int elekt ual

Pasal 54

At as permint aan pemilik at au pemegang hak at as merek at au hak cipt a, Ket ua Pengadilan Negeri set empat dapat mengeluarkan perint ah t ert ulis kepada Pej abat Bea dan Cukai unt uk menangguhkan sement ara wakt u pengeluaran barang impor at au ekspor dari Kawasan Pabean yang berdasarkan bukt i yang cukup, diduga merupakan hasil pelanggaran merek dan hak cipt a yang melindungi di Indonesia.

Pasal 55

Permint aan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 diaj ukan dengan disert ai :

a. bukt i yang cukup mengenai adanya pelanggaran merek at au hak cipt a yang

bersangkut an;

b. bukt i pemilikan merek at au hak cipt a yang bersangkut an;

c. perincian dan ket erangan yang j elas mengenai barang impor at au ekspor yang

(25)

dimint akan penangguhan pengeluarannya, agar dengan cepat dapat dikenali oleh Pej abat Bea dan Cukai; dan

d. j aminan.

Pasal 56

At as penerimaan perint ah t ert ulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pej abat Bea dan Cukai :

a. memberit ahukan secara t ert ulis kepada import ir, eksport ir, at au pemilik barang

mengenai adanya perint ah penangguhan pengeluaran barang impor at au ekspornya;

b. t erhit ung t anggal dit erimanya perint ah t ert ulis Ket ua Pengadilan Negeri set empat , melaksanakan penangguhan pengeluaran barang impor at au ekspor yang bersangkut an dari Kawasan Pabean.

Pasal 57

(1) Penangguhan pengeluaran barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf b dilaksanakan unt uk j angka wakt u paling lama hari kerj a.

(2) Jangka wakt u sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan alasan dan dengan syarat t ert ent u, dapat diperpanj ang sat u kali unt uk paling lama sepuluh hari kerj a dengan perint ah t ert ulis Ket ua Pengadilan Negeri set empat .

(3) Perpanj angan penangguhan t erhadap pengeluaran barang impor at au ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di sert ai dengan perpanj angan j aminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf d.

Pasal 58

(1) At as permint aan pemilik at au pemegang hak at as merek at au hak cipt a yang memint a perint ah penangguhan, Ket ua Pengadilan Negeri set empat dapat memberi izin kepada pemilik at au pemegang hak t ersebut guna memeriksa barang impor at au ekspor yang dimint a penangguhan pengeluarannya.

(2) Pemberian izin pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Ket ua Pengadilan Negeri set empat set elah mendengarkan dan mempert imbangkan penj elasan sert a memperhat ikan kepent ingan pemilik barang impor at au ekspor yang dimint akan penangguhan pengeluarannya.

Pasal 59

(26)

perundang-undangan yang berlaku t elah dilakukan dan Ket ua Pengadilan Negeri set empat t idak memperpanj ang secara t ert ulis perint ah penangguhan, Pej abat Bea dan Cukai waj ib mengakhiri t indakan penangguhan pengeluaran barang impor at au ekspor yang bersangkut an dan menyelesaikannya sesuai dengan ket ent uan kepabeanan berdasarkan Undang-undangan ini.

(2) Dalam hal t indakan hukum unt uk mempert ahankan hak t elah mulai dilakukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku dalam j angka wakt u sepuluh hari kerj a sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pihak yang memint a penangguhan pengeluaran barang impor at au ekspor waj ib secepat nya melaporkannya kepada Pej abat Bea dan Cukai yang menerima perint ah dan melaksanakan penangguhan barang impor at au ekspor.

(3) Dalam hal t indakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) t elah diberit ahukan dan Ket ua Pengadilan Negeri set empat t idak memperpanj ang secara t ert ulis perint ah penangguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2), Pej abat Bea dan Cukai mengakhiri t indakan penangguhan pengeluaran barang impor at au ekspor yang bersangkut an dan menyelesaikannya sesuai dengan ket ent uan kepabeanan berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 60

Dalam keadaan t ert ent u, import ir, eksport ir, at au pemilik barang impor at au ekspor dapat mengaj ukan permint aan kepada Ket ua Pengadilan Negeri set empat unt uk memerint ahkan secara t ert ulis kepada Pej abat Bea dan Cukai agar mengakhiri penangguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dengan menyerahkan j aminan yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf d.

Pasal 61

(1) Apabila dari hasil pemeriksaan perkara t erbukt i bahwa barang impor at au ekspor t ersebut merupakan at au t idak berasal dari hasil pelanggaran merek at au hak cipt a, pemilik barang impor at au ekspor berhak unt uk memperoleh gant i rugi dari pemilik at au pemegang hak yang memint a penangguhan pengeluaran barang impor at au ekspor t ersebut .

(2) Pengadilan Negeri yang memeriksa dan memut us perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memerint ahkan agar j aminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf d digunakan sebagai pembayaran at au bagian pembayaran gant i rugi yang harus dibayarkan.

Pasal 62

Tindakan penangguhan pengeluaran barang impor at au ekspor dapat pula dilakukan karena j abat an oleh Pej abat Bea dan Cukai apabila t erdapat bukt i yang cukup bahwa

(27)

barang t ersebut merupakan at au berasal dari hasil pelanggaran merek at au hak cipt a.

Pasal 63

Ket ent uan penangguhan pengeluaran barang yang diduga merupakan hasil pelanggaran hak at as kekayaan int elekt ual t idak diberlakukan t erhadap barang bawaan penumpang, awak sarana pengangkut , pelint as bat as, at au barang kiriman melalui pos at au j asa t it ipan yang t idak dimaksudkan unt uk t uj uan komersial.

Pasal 64

(1) Pengendalian impor at au ekspor barang yang diduga merupakan hasil pelanggaran hak at as kekayaan int elekt ual, selain merek dan hak cipt a sebagaimana diat ur dalam Undang-undang ini, dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah.

(2) Ket ent uan lebih lanj ut yang diperlukan bagi pelaksanaan Pasal 54 sampai dengan Pasal 63 diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB XI

BARANG YANG DINYATAKAN TIDAK DIKUASAI, BARANG YANG DIKUASAI NEGARA, DAN BARANG

YANG MENJADI MILIK NEGARA

Bagian Pert ama

Barang yang Dinyat akan Tidak Dikuasai

Pasal 65

(1) Barang yang dinyat akan sebagai barang t idak dikuasai adalah :

a. barang yang dit imbun di Tempat Penimbunan Sement ara yang melebihi j angka wakt u sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2);

b. barang yang t idak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat yang t elah dicabut izinnya dalam j angka wakt u sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47; at au

c. barang yang dikirim melalui pos :

1. yang dit olak oleh si alamat at au orang yang dit uj u dan t idak dapat

dikirim kembali kepada pengirim di luar Daerah Pabean;

(28)

(2) barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan di Tempat Penimbunan Pabean dan dipungut sewa gudang yang dit et apkan oleh Ment eri.

Pasal 66

(1) barang yang dinyat akan sebagai barang t idak dikuasai selain yang dimaksud pada ayat (3) pasal ini, oleh Pej abat Bea dan Cukai segera diberit ahukan secara t ert ulis kepada pemiliknya bahwa barang t ersebut akan dilelang j ika t idak diselesaikan dalam j angka wakt u enam puluh hari sej ak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean.

(2) barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sepanj ang belum dilelang, oleh pemiliknya dapat :

a. diimpor unt uk dipakai set elah Bea Masuk dan biaya lainnya yang t erut ang dilunasi;

b. diekspor kembali set elah biaya yang t erut ang dilunasi; c. dibat alkan ekspornya set elah biaya yang t erut ang dilunasi; d. diekspor set elah biaya yang t erut ang dilunasi; at au

e. dikeluarkan dengan t uj uan Tempat Penimbunan Berikat set elah biaya yang t erut ang dilunasi.

(3) Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) yang : a. busuk segera dimusnahkan;

b. karena sif at nya t idak t ahan lama, merusak, berbahaya, at au pengurusannya memerlukan biaya t inggi dapat segera dilelang dengan memberit ahukan secara t ert ulis kepada pemiliknya;

c. merupakan barang yang dilarang dinyat akan menj adi milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73; at au

d. merupakan barang yang dibat asi disediakan unt uk diselesaikan oleh pemiliknya dalam j angka wakt u enam puluh hari t erhit ung sej ak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean.

Pasal 67

(1) Pelelangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) dan ayat (3) huruf b dilakukan melalui lelang umum.

(2) Hasil lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) set elah dikurangi Bea Masuk yang t erut ang dan biaya yang harus dibayar, sisanya disediakan unt uk pemiliknya.

(3) Pej abat Bea dan Cukai memberit ahukan secara t ert ulis kepada pemiliknya sisa hasil lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam wakt u t uj uh hari set elah t anggal pelelangan.

(4) Sisa hasil lelang menj adi miliki negara apabila t idak diambil oleh pemiliknya

(29)

dalam j angka wakt u sembilan puluh set elah t anggal surat pemberit ahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Harga t erendah unt uk barang yang akan dilelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri, j ika harga yang dit et apkan t idak t ercapai, barang dapat dimusnahkan at au unt uk t uj uan lain at as perset uj uan Ment eri.

Bagian Kedua

Barang yang Dikuasai Negara

Pasal 68 (1) Barang yang dikuasai negara adalah :

a. barang yang dilarang at au dibat asi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (4);

b. barang dan/ at au sarana pengangkut yang dit egah oleh Pej abat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1); at au

c. barang dan/ at au sarana pengangkut yang dit inggalkan di Kawasan Pabean oleh pemilik yang t idak kenal.

(2) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a at au huruf b diberit ahukan oleh Pej abat Bea dan Cukai secara t ert ulis kepada pemiliknya dengan menyebut kan alasan dan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diumumkan selama t iga puluh hari sej ak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean.

(3) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan di Tempat Penimbunan Pabean.

Pasal 69

Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) yang :

a. busuk segera dimusnahkan;

b. karena sif at nya t idak t ahan lama, merusak, berbahaya, at au pengurusannya memerlukan biaya t inggi sepanj ang bukan merupakan barang yang dilarang at au dibat asi dapat segera dilelang dengan memberit ahukan secara t ert ulis kepada pemiliknya; at au

c. merupakan barang yang dilarang at au dibat asi dinyat akan menj adi barang milik

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73.

Pasal 70

(30)

a. Bea Masuk yang t erut ang t elah dibayar dan apabila merupakan barang larangan at au pembat asan t elah diserahkan dokumen at au ket erangan yang diperlukan sehubungan dengan larangan at au pembat asan impor at au ekspor; at au

b. Bea Masuk yang t erut ang t elah dibayar dan apabila merupakan barang larangan

at au pembat asan t elah diserahkan dokumen at au ket erangan yang diperlukan sehubungan dengan larangan at au pembat asan impor at au ekspor sert a t elah diserahkan sej umlah uang dit et apkan oleh Ment eri sebagai gant i barang yang besarnya t idak melebihi harga barang, sepanj ang barang t ersebut t idak diperlukan unt uk bukt i di pengadilan.

Pasal 71

(1) Pelelangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b dilakukan melalui lelang umum.

(2) Harga t erendah unt uk barang yang akan dilelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri, dan j i ka harga yang dit et apkan t idak t ercapai, barang dapat dimusnahkan unt uk t uj uan lain at as perset uj uan Ment eri.

(3) Hasil lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan sebagai gant i barang yang bersangkut an sambil keput usan Ment eri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2) at au unt uk alat bukt i di sidang pengadilan.

Pasal 72

(1) Pemilik barang dan/ at au sarana pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat mengaj ukan keberat an secara t ert ulis kepada Ment eri dalam j angka wakt u t iga puluh hari sej ak diberit ahukan oleh Pej abat Bea dan Cukai dengan menyebut kan alasan dan bukt i yang menguat kan keberat annya.

(2) Dalam j angka wakt u sembilan puluh hari sej ak dit erimanya permohonan keberat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ment eri memberikan keput usan bahwa :

a. t idak t erdapat pelanggaran t erhadap Undang-undang ini dan segera memerint ahkan agar dan/ t au sarana pengangkut yang dikuasai negara at au uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b dan Pasal 70 huruf b diserahkan kepada pemiliknya; at au

b. t elah t erj adi pelanggaran t erhadap Undang-undang ini, barang dan/ at au sarana pengangkut at au uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b diselesaikan lebih lanj ut berdasarkan Undang-undang ini.

(3) Keput usan yang diambil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberit ahukan kepada pemiliknya dan Direkt ur Jenderal.

(4) Apabila dalam j angka wakt u sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Ment eri t idak memberikan keput usan, permohonan yang bersangkut an dianggap dit erima.

(31)

Bagian Ket iga

Barang yang menj adi Milik Negara

Pasal 73 (1) barang yang menj adi milik negara adalah :

a. barang yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf c; b. barang yang dibat asi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf d

yang t idak diselesaikan oleh pemiliknya dalam j angka wakt u enam puluh hari t erhit ung sej ak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean.

c. barang dan/ sarana pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) huruf b yang berasal dari t indak pidana yang pelakunya t idak dikenal; d. barang dan/ sarana pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat

(1) huruf c yang t idak diselesaikan dalam j angka wakt u sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2);

e. barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf c; at au

f . barang dan/ at au sarana pengangkut yang berdasarkan put usan hakim yang t elah mempunyai kekuat an hukum t et ap dinyat akan dirampas unt uk negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 ayat 91) at au ayat (2).

(2) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kekayaan negara dan disimpan di Tempat Penimbunan Pabean.

(3) Ket ent uan t ent ang penggunaan barang yang menj adi milik negara dit et apkan oleh Ment eri.

BAB XII

WEWENANG KEPABEANAN

Bagian Pert ama Umum

Pasal 74

(1) Dalam melaksanakan t ugas berdasarkan Undang-undang ini dan perat uran perudang-undangan lain yang pelaksanaannya dibebankan kepada Direkt orat Jenderal, Pej abat Bea dan Cukai unt uk mengamankan hak-hak negara berwenang mengambil t indakan yang diperlukan t erhadap barang.

(2) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pej abat Bea dan Cukai dapat dilengkapi dengan senj at a api yang j enis dan syarat -syarat penggunaannya diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

(32)

(1) Pej abat Bea dan Cukai dalam melaksanakan pengawasan sarana pengangkut agar melalui j alur yang dit et apkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) sert a unt uk melaksanakan pemeriksaan sarana pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, menggunakan kapal pat roli at au sarana lainnya.

(2) Kapal pat roli at au sarana lainnya yang digunakan oleh Pej abat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi dengan senj at a api yang j umlah dan j enisnya dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 76

(1) Dalam melaksanakan t ugas berdasarkan Undang-undang ini, Pej abat Bea dan Cukai dapat memint a bant uan angkat an bersenj at a dan/ at au inst ansi lainnya. (2) At as permint aan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), angkat an bersenj at a

dan/ at au inst ansi lainnya berkewaj iban unt uk memenuhinya.

Pasal 77

(1) Unt uk dipenuhinya Kewaj ibannya Pabean berdasarkan Undang-undang ini, Pej abat Bea dan Cukai berwenang menengah barang dan/ at au sarana pengangkut .

(2) Ket ent uan t ent ang t at a cara pencegahan diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Kedua

Pengawasan dan Penyegelan

Pasal 78

Terhadap barang impor yang belum diselesaikan kewaj ibannya pabeannya dan barang ekspor at au barang lain yang hari\ us diawasi menurut Undang-undang ini yang berada di sarana pengangkut at au di t empat penimbunan at au t empat lain, Pej abat Bea dan Cukai berwenang unt uk mengunci, menyegel, dan/ at au melekat kan t anda pengaman yang diperlukan.

Pasal 79

(1) Segel dan/ at au t anda pengaman yang di gunakan oleh inst ansi pabean di negara lain at au pihak lain dapat dit erima sebagai penggant i segel at au t anda pengaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78.

(2) Persyarat an dapat dit erimanya segel at au t anda pengamannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri.

Pasal 80

(1) Pemilik dan/ at au yang menguasai sarana pengangkut at au t empat -t empat yang

(33)

dikunci, disegel, dan/ at au dilekat i t anda pengaman oleh Pej abat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 waj ib menj amin agar semua kunci segel, at au t anda pengaman t ersebut t idak rusak, lepas, at au hilang.

(2) Kunci, segel, at au t anda pengaman yang t elah dipasang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 dan Pasal 79 t idak boleh dibuka, dilepas, at au dirusak t anpa izin Pej abat Bea dan Cukai.

Pasal 81

(1) Di at as sarana pengangkut at au di t empat lain yang berisi barang di bawah pengawasan pebean dapat dit empat Pej abat Bea dan Cukai.

(2) Apabila di sarana pengangkut at au t empat lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t idak t ersedia akomodasi, pengangkut at au pengusaha yang bersangkut an waj ib memberikan bant uan yang layak.

(3) Pengangkut at au pengusaha yang memberikan bant uan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

Bagian Ket iga Pemeriksaan

Paragraf 1

Pemeriksaan at as Barang

Pasal 82

(1) Pej abat Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan barang impor dan ekspor set elah Pemberit ahuan Pabean diserahkan.

(2) Pej abat Bea dan Cukai berwenang memint a import ir, eksport ir, pengangkut , pengusaha Tempat Penimbunan Sement ara, pengusaha Tempat Penimbunan Berikat , at au yang mewakilinya menyerahkan barang unt uk diperiksa, membuka sarana pengangkut at au bagiannya dan membuka set iap bungkusan at au pengemas yang akan diperiksa.

(3) Jika permint aan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) t idak dipenuhi, Pej abat Bea dan Cukai berwenang memenuhi keperluan t ersebut at as resiko dan biaya yang bersangkut an.

(4) Barangsiapa yang t idak memenuhi permint aan Pej abat Bea dan Cukai sebagimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(34)

Bea Masuk dikenai sanksi administ rasi berupa denda paling banyak lima rat us persen dari Bea Masuk yang kurang dibayar dan paling sedikit serat us persen dari Bea Masuk yang kurang dibayar.

(6) Barangsiapa yang salah memberit ahukan j enis dan/ at au j umlah barang dalam Pemberit ahuan Pabean at as Ekspor dikenai sanksi administ rasi berupa denda paling banyak Rp. 10. 000. 000, 00 (sepuluh j ut a rupiah) dan paling sedikit Rp. 1. 000. 000, 00 (sat u j ut a rupiah).

Pasal 83

Surat yang dicurigai berisi barang impor at au barang ekspor yang dikirim melalui pos dapat dibuka di hadapan si alamat , at au j i ka si alamat t idak dapat dit emukan, surat dapat dibuka oleh Pej abat Bea dan Cukai bersama pet ugas kant or pos.

Pasal 84

(1) Pej abat Bea dan Cukai berwenang memint a kepada import ir at au eksport ir unt uk menyerahkan buku, cat at an, surat menyur at yang bert alian dengan Impor at au Ekspor, dan mengambil cont oh barang unt uk pemeriksaan Pemberit ahuan Pabean.

(2) Pengambilan cont oh barang dapat pula dilakukan at as permint aan import ir.

Pasal 85

(1) Pej abat Bea dan Cukai memberikan perset uj uan impor at au ekspor set elah dit erimanya Pemberit ahuan Pabean yang t elah memenuhi persyarat an dan hasil pemeriksaan barang t ersebut sesuai dengan Pemberit ahuan Pabean.

(2) Pej abat Bea dan Cukai berwenang menunda pemberian perset uj uan impor at au ekspor dalam hal Pemberit ahuan Pabean t idak memenuhi persyarat an.

Paragraf 2

Pemeriksaan Pembukuan

Pasal 86

(1) Pej abat Bea dan Cukai berwenang memeriksa buku, cat at an, surat menyurat yang bert alian dengan Impor at au Ekspor, dan sediaan barang dari orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 unt uk kepent ingan audit di bidang Kepabeanan.

(2) Orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 yang t idak memenuhi permint aan Pej abat Bea dan Cukai yang menyerahkan buku, cat at an, dan surat -menyurat yang bert alian dengan Impor at au Ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, at au t idak bersedia unt uk diperiksa sediaan barangnya dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

(35)

Paragraf 3

Pemeriksaan Pembukuan

Pasal 87

(1) Pej abat Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan at as bangunan dan t empat lain :

a. yang penyelenggaraannya berdasarkan izin yang t elah diberikan menurut

Undang-undang ini; at au

b. yang menurut Pemberit ahuan Pabean berisi barang di bawah pengawasan pabean.

(2) Pej abat Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan at as bangunan dan t empat lain yang secara langsung at au t idak langsung berhubungan dengan bangunan at au t empat sebagimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 88

(1) Unt uk pemenuhan Kewaj iban Pabean berdasarkan Undang-undang ini, Pej abat Bea dan Cukai berwenang memasuki dan memeriksa bangunan at au t empat yang bukan rumah t inggal selain yang dimaksud dalam Pasal 87 dan dapat memeriksa set iap barang yang dit emukan.

(2) Selama pemeriksaan at as bangunan at au t empat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), at as permint aan Pej abat Bea dan Cukai, pemilik at au yang menguasai bangunan at au t empat t ersebut waj ib menunj ukkan surat at au dokumen yang bert alian dengan barang yang berada di t empat t ersebut .

Pasal 89

(1) Pemeriksaan at as bangunan at au t empat lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (2) at au Pasal 88 ayat (1) harus dengan surat perint ah dari Direkt ur Jenderal.

(2) Surat perint ah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t idak diperlukan unt uk melakukan :

a. pemeriksaan bangunan at au t empat yang menurut Undang-undang ini berada di bawah pengawasan Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai;

b. pengej aran orang dan/ at au barang yang memasuki bangunan at au t empat lain.

(3) Pengelola bangunan at au t empat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 dan Pasal 88 t idak boleh menghalangi Pej abat Bea dan Cukai yang masuk ke dalam bangunan at au t empat lain dimaksud, kecuali bangunan at au t empat lain t ersebut merupakan rumah t inggal.

(36)

ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 dan Pasal 88 dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

Paragraf 4

Pemeriksaan Sarana Pengangkut

Pasal 90

(1) Unt uk pemenuhan Kewaj iban Pabean berdasarkan Undang-undang ini Pej abat Bea dan Cukai berwenang unt uk menghent ikan dan memeriksa sarana pengangkut sert a barang di at asnya.

(2) Sarana pengangkut yang disegel ol eh penegak hukum lain at au dinas pos dikecualikan dari pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Pej abat Bea dan Cukai berdasarkan Pemberit ahuan Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) berwenang unt uk menghent ikan pembongkaran barang dari sarana pengangkut apabila t ernyat a barang yang dibongkar t ersebut bert ent angan dengan ket ent uan yang berlaku.

(4) Barangsiapa yang t idak melaksanakan perint ah penghent ian pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

Pasal 91

(1) Unt uk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) at as permint aan at au isyarat Pej abat Bea dan Cukai, pengangkut waj ib menghent ikan sarana pengangkut nya.

(2) Pej abat Bea dan Cukai berwenang agar sarana pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibawa ke Kant or Pabean at au t empat lain yang sesuai unt uk keperluan pemeriksaan at as biaya yang bersalah.

(3) Pengangkut at as permint aan Pej abat Bea dan Cukai waj ib menunj ukkan semua dokumen pengangkut an sert a Pemberit ahuan Pabean yang diwaj ibkan menurut Undang-undang ini.

(4) Pengangkut yang menolak unt uk memenuhi permint aan Pej abat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan/ at au ayat (3) dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah).

Paragraf 5 Pemeriksaan Badan

Pasal 92

(1) Unt uk pemenuhan Kewaj iban Pabean berdasarkan Undang-undang ini at au perat uran perundang-undangan lain t ent ang larangan dan pembat asan impor

(37)

at au ekspor barang, Pej abat Bea dan Cukai berwenang memeriksa badan set iap orang:

a. yang berada di at as at au baru saj a t urun dari sarana pengangkut yang masuk ke dalam Daerah Pabean;

b. yang berada di at as at au siap naik ke sarana pengangkut yang t uj uannya adalah t empat di luar Daerah Pabean;

c. yang sedang berada at au baru saj a meninggalkan Tempat Penimbunan Sement ara at au Tempat Penimbunan Berikat ; at au

d. yang sedang berada di at au saj a meninggalkan Kawasan Pabean.

(2) Orang yang diperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) waj ib memenuhi permint aan Pej abat Bea dan Cukai menuj u t empat pemeriksaan.

BAB XIII

KEBERATAN, BANDING, DAN LEMBAGA BANDING

Bagian Pert ama Keberat an dan Banding

Pasal 93

(1) Orang yang berkeberat an t erhadap penet apan Pej abat Bea dan Cukai mengenai t arif dan/ at au nilai pabean unt uk penghit ungan Bea Masuk dapat mengaj ukan keberat an secara t ert ulis hanya kepada Direkt ur Jenderal dalam wakt u t iga puluh hari sej ak t anggal penet apan dengan menyerahkan j aminan sebesar Bea Masuk yang harus dibayar.

(2) Direkt ur Jenderal memut uskan keberat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam j angka wakt u enam puluh hari sej ak dit erimanya keberat an.

(3) Apabila keberat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit olak oleh Direkt ur Jenderal, j aminan dicairkan dan Bea Masuk yang t erut ang dianggap t elah dilunasi, dan apabila keberat an dit erima, j aminan dikembalikan.

(4) Apabila dalam j angka wakt u enam puluh hari sebagimana dimaksud pada ayat (2) Direkt ur Jenderal t idak memberikan keput usan, keberat an yang bersangkut an dianggap dit erima dan j aminan dikembalikan.

(38)

Pasal 94

(1) Orang yang dikenai sanksi administ rasi dapat mengaj ukan keberat an secara t ert ulis hanya kepada Direkt ur Jenderal dalam j angka wakt u t iga puluh hari sej ak dit erimanya surat pemberit ahuan dengan menyerahkan j aminan sebesar sanksi administ rasi yang dit et apkan.

(2) Direkt ur Jenderal memut uskan keberat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam j angka wakt u enam puluh hari sej ak dit erimanya keberat an.

(3) Apabila keberat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit olak oleh Direkt ur Jenderal, j aminan dicairkan dan sanksi administ rasi dianggap t elah dilunasi, dan apabila keberat an dit erima, j aminan dikembalikan.

(4) Apabila dalam j angka wakt u enam puluh hari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Direkt ur Jenderal t idak memberikan keput usan, keberat an yang bersangkut an dianggap dit erima dan j aminan dikembalikan.

(5) Apabila j aminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa uang t unai dan pengembalian j aminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan set elah j angka wakt u enam puluh hari, Pemerint ah memberikan bunga sebesar dua persen set iap bulannya unt uk selama-lamanya dua puluh empat bulan.

Pasal 95

(1) Orang yang berkeberat an t erhadap penet apan Direkt ur Jenderal at as t arif dan nilai pabean sebagimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) at au keput usan Direkt ur Jenderal sebagimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (2) at au Pasal 94 ayat (2) dapat mengaj ukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan paj ak dalam j angka wakt u enam puluh hari sej ak t anggal penet apan at au t anggal keput usan, set elah Bea Masuk yang t erut ang dilunasi.

(2) Badan peradilan paj ak sebagimana dimaksud pada ayat (10 adalah badan peradilan paj ak yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 t ent ang Ket ent uan Umum dan Tat a Cara Perpaj akan sebagaimana t elah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994.

Pasal 96

(1) Sebelum badan peradilan paj ak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (2) dibent uk, permohonan banding diaj ukan kepada lembaga banding yang put usannya bukan merupakan Keput usan Tat a Usaha Negara.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaj ukan secara t ert ulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang j elas, dalam j angka wakt u enam puluh hari

Referensi

Dokumen terkait

Toss these cards in a bowl, and don’t look at them again until you have visited all the museums on your list.. Once you have done so, review all the cards and look for

Catatan: Jumlah rupiah yang dipindah dari barang dalam proses ke barang jadi merupakan kos barang manufakturan untuk perioda bersangkuntan. Contoh Jurnal Penutupan Kos

Secara defenisi eklamsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah

Pipette Eppendorf 0,5-10 µl Mengambil larutan dengan volume kecil Tgl 28-03-08 dikalibrasi di bogor (BBIA) Lab Genmol BBPBPTH 19.. Pipette (PCR) Finnipippete (termo lab system)

ED Amandemen PSAK 67 mengklarii kasi bahwa pengecualian ruang lingkup dalam paragraf 06(b) tidak diterapkan untuk laporan keuangan entitas induk yang merupakan entitas investasi

This item is also bound by copyright laws and redistributing, editing, selling, or posting this item (or any part thereof) on the Internet are all strictly. prohibited without

[r]

[r]