• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENGANTAR PSIKOLOGI KEDUDUKAN PS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PENGANTAR PSIKOLOGI KEDUDUKAN PS"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGANTAR PSIKOLOGI

KEDUDUKAN PSIKOLOGI BAGI ILMU – ILMU LAIN DAN RUANG

LINGKUP ILMU PSIKOLOGI

DOSEN :

ILHAM HAMID, M.Ag

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

 NURLAILA 50700117056

 NUR WAHYUDIN REZKYAWAN 50700117048

 WIWI HIJRANA 50700117069

 WIDYA RESKY NANDA 50700117078

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI B

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam, yang telah memberikan kita kesehatan sehingga kita dapat melaksanakan

aktifitas-aktifitas dengan segala manfaat yang ada, yang telah memberikan kita kecerdasan dalam berfikir, sehingga dengan kecerdasan itu kita dapat memberikan karya-karya terbaik kita untuk agama, bangsa dan tanah air. Shalawat serta salam tak lupa juga kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW beserta keluarganya, sahabat, dan orang-orang yang selalu istiqomah.

Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada semua teman yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen kami ILHAM HAMID, M.Ag yang telah membimbing kami.

Dalam penyusunan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Gowa, 27 Oktober 2017

Kelompok II.

(3)

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 1

1.3. Tujuan... 1

Bab II PEMBAHASAN

2.1. Kedudukan Psikologi Bagi Ilmu-ilmu lain………... 2

2.2. Ruang Lingkup Psikologi... 18

BAB III PENUTUP

Kesimpulan... 20-21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(4)

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Sesuai dari katanya bahwa psikologi terdiri dari dua kata yang mempunyai arti.Psikologi ini merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Dimana ilmu ini sangat penting untuk kita pelajari sebagai mahasiswa dan mahasiswi Pendidikan Agama Islam yang akan di

aplikasikan nanti kalau sudah masuk dunia mengajar dan terjun di masyarakat.

Perhatian pada psikologi yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.Maka bagaimana perhatian tentang perhatian psikologi umum.

Pengamatan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang cerdas.terjadi terhadap suatu proses dengan maksud merasakan dan memahami pengetahuan dari

sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan.

Penanggapan itu umumnya pengahajatan kembali bekas-bekas yang diterima dahulu dari pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali dalam kesadaran.

Dalam makalah ini akan dibahas satu persatu tentang perhatian terhadap psikologi umum beserta pengamatan dan tanggapannya.

1.2.Rumusan Masalah

Sesuai dengan pemilihan judul di atas, yang menjadi Rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. jelaskan kedudukan psikologi bagi ilmu-ilmu lain ? 2. jelaskan ruang lingkup psikologi?

1.3.Tujuan dan Manfaat Makalah

1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Ilmu Psikologi dengan ilmu-ilmu lain 2. Untuk menambah wawasan penulis serta pembaca

3. Untuk memahami bagaimana ruang lingkup dalam Ilmu Psikologi

(5)

PEMBAHASAN 2.1. KEDUDUKAN PSIKOLOGI BAGI ILMU-ILMU LAIN

Psikologi beserta sub-sub ilmunya, pada dasarnya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu biasanya bersifat timbale balik. Psikologi memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain, dan sebaliknya, ilmu-ilmu lain juga memerlukan bantuan psikologi.

Psikologi merupakan ilmu yang telah mandiri, tidak tergabung dengan ilmu-ilmu lain. Namun demikian tidak boleh dipandang bahwa psikologi itu sama sekali terlepas dari ilmu-ilmu lain. Dalam hal ini psikologi masih mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut.

Psikologi sebagai ilmu yang meneropong atau mempelajari keadaan manusia, sudah tentu psikologi mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain yang sama-sama mempelajari tentang keadaan manusia. Hal ini akan memberi gambaran bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak hanya dipelajari oleh psikologi saja, tetapi juga dipelajari oleh ilmu-ilmu lain. Manusia sebagai makhluk budaya maka psikologi akan mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu kebudayaan, dengan filsafat, dengan antropologi. Berikut penjelasan mengenai hubungan psikologi dengan beberapa ilmu pengetahuan.

a. Hubungan Psikologi dengan Biologi

Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup menjadi objek dari biologi. Oleh karena biologi berobjekkan benda-benda yang hidup, maka cukup banyak ilmu yang tergabung di dalamnya. Oleh karena itu baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu tersebut meninjau dari sudut yang berlainan, namun pada segi-segi yang tertentu kadang-kadang kedua ilmu itu ada titik-titik pertemuan. Biologi, khususnya antropobiologi tidak mempelajari tentang proses-proses

kejiwaan, dan inilah yang dipelajari oleh psikologi.

Seperti telah dikemukakan d atas, di samping adanya hal-hal yang berlainan tampak pula adanya hal-hal yang sama-sama dipelajari atau diperbincangkan oleh kedua ilmu itu, misalnya soal keturunan. Mengenai soal keturunan baik psikologi ataupun antropobiologi juga

(6)

berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi

lain; mengenai soal ini misalnya yang terkenal adalah hukum Mendel. Soal keturunan juga dipelajari oleh psikologi antara lain misalnya sifat, intelegensi, bakat. Karena itu kuranglah sempurna biologi khususnya antropobiologi maupun fisiologi, justru karena ilmu-ilmu ini membantu di dalam orang mempelajari psikologi.

Sejauh mana hubungan psikologi dengan biologi? Biologi mempelajari kehidupan jasmaniah manusia atau hewan, yang bila dilihat dari objek materialnya, terdapat bidang yang sama dengan psikologi; hanya saja objek formalnya berbeda. Objek formal biologi adalah kehidupan jasmaniah (fisik), sedangkan objek formal psikologi adalah kegiatan atau tingkah laku manusia.

Menurut Bonner (dalam Sarwono, 1997:17), perbedaan psikologi dan biologi adalah sebagai berikut. Psikologi merupakan ilmu yang subjektif, sedangkan biologi adalah ilmu yang objektif. Psikologi disebut ilmu subjektif karena mempelajari penginderaan (sensation) dan persepsi manusia sehingga manusia dianggap sebagai subjek atau pelaku, bukan objek.

Sebaliknya, biologi mempelajari manusia sebagai jasad atau objek. Jadi, perbedaan selanjutnya antara psikologi dan biologi adalah psikologi mempelajari nilai-nilai yang berkembang dari persepsi subjek, sementara biologi mempelajari fakta yang diperoleh dari penelitian terhadap jasad manusia. Yang terakhir adalah psikologi mempelajari perilaku secara “molar” (perilaku penyesuaian diri secara menyeluruh), sementara biologi (termasuk ilmu faal) mempelajari perilaku manusia secara “molekular”, yaitu mempelajari molekul-molekul (bagian-bagian) dan perilaku berupa garakan, refleks, proses ketubuhan, dan sebagainya.

Menurut jurnal dari Jean Piaget yang berjudul “Relation Between Psychology and other science” hubungan psikologi dengan biologi sebagai berikut :

(7)

this and related work is reviewed in the chapter by Hunt in this volume). Psychosomatic medicine shows the existence of even more extensive interactions. Ethology is a branch of both psychology and general biology. As to heredity, it is not clear that its mechanisms are exactly the same for transmission of purely morphological characteristics (a color, the form of a particular organ, etc) or for the formation of general organs that condition behavior (locomotion, etc).

We know now that behavior is not simply a result of evolution but is one of the factors that govern evolution. I have in fact written a small book-rather speculative, it is true-to argue that behavior actually is the main driving force behind evolution. It therefore seems probable that the better one knows these connections, the greater will be the influence of causal explanations from psychology on the interpretation of the central mechanisms that biology studies. In turn it seems evident to me that if contemporary psychologists had more knowledge of biology, there would be fewer partisans of pure behaviorism, and Skinner's "black box" would be furnished with more fruitful hypotheses.

Dalam hubungan antara psikologi dan biologi pertukaran dua arah ini sangat mencolok . Ini mungkin tampak bahwa psikologi benar-benar tunduk kepada ilmu-ilmu seperti hidup organik sebagai fisiologi , studi epigenesis dan genetika ( memperluas analisis genom ) . Tapi kita sekarang tahu dengan baik bahwa ada banyak umpan balik dari perilaku rincian organisasi otak dan sistem saraf (lihat antara lain penelitian Rosenzweig , Krech dan Bennett , ini dan kerja terkait ditinjau dalam bab oleh berburu dalam buku ini ) . Obat psikosomatis menunjukkan adanya interaksi yang lebih luas . Etologi adalah cabang dari kedua psikologi dan biologi umum . Seperti faktor keturunan , tidak jelas bahwa mekanisme yang persis sama untuk transmisi karakteristik murni morfologi ( warna , bentuk organ tertentu , dll ) atau untuk pembentukan organ umum dalam perilaku kondisi ( gerak , dll) .

(8)

mekanisme sentral bahwa studi biologi . Pada gilirannya tampak jelas bagi saya bahwa jika psikolog kontemporer memiliki pengetahuan lebih tentang biologi , akan ada lebih sedikit partisan behaviorisme murni , dan " kotak hitam " Skinner akan dilengkapi dengan hipotesis lebih bermanfaat .

b. Hubungan Psikologi dengan Sosiologi

Manusia sebagai makhluk sosial juga menjadi objek dari sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia, mempelajari manusia di dalam hidup

bermasyarakatnya. Karena itu baik psikologi maupun sosiologi yang membicarakan manusia, tidaklah mengherankan kalau pada suatu waktu adanya titik-titik pertemuan di dalam meninjau manusia itu, misalnya soal perilaku. Tinjauan sosiologi yang penting ialah hidup

bermasyarakatnya, sedang tinjauan psikologi adalah bahwa perilaku sebagai manifestasi hidup kejiwaan, yang di dorong oleh motif tertentu hingga manusia itu berperilaku atau berbuat.

Karena ada titik-titik kesamaan maka timbulah cabang ilmu pengetahuan dalam psikologi yaitu psikologi sosial yang khusus meneliti dan mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan situasi-situasi sosial. Menurut Gerungan pertemuan antara psikologi dan sosiologi itulah merupakan daerah dari psikologi sosial.

Perilaku manusia tidak terlepas dari keadaan sekitarnya, karena itu tidaklah sempurna meninjau manusia berdiri sendiri terlepas dari masyarakat yang melatar belakanginya.

c. Hubungan Psikologi dengan Antropologi

Harus kita akui bahwa bantuan psikologi terhadap antropologi sangatlah besar, sehingga dalam perkembangannya yang terakhir, lahir suatu sub-ilmu ataub spesialisasi dari antropologi yang disebut etnopsikologi (ethnopsychology), atau anthropology psikologikal (psychological anthropology), atau juga studi kebudayaan dan kepribadian (study of culture and personality), disamping spesialisasi anthropology in mental health (Hsu,1961;Bornouw, 1963;Clifton, 1968;Koentjaraningrat 1980; Effendi & Praja, 1993).

(9)

1. Masalah “kepribadian bangsa”;

2. Masalah peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat; dan

3. Masalah nilai universal dari konsep-konsep psikologi.

Persoalan “kepribadian bangsa” muncul tatkala hubungan antarbangsa mulai kian intensif, terutama sesudah Perang Dunia ke-1. Sebelum itu, orang Eropa juga menaruh perhatian terhadap masalah kepribadian bangsa-bangsa ditanah jajahan mereka. Deskripsi tentang kepribadian suatu bangsa dalam karangan-karangan etnografi zaman lampau itu biasanya menggunakan berbagai konsep dan istilah yang tak cermat dan kasar. Istilah tersebut mengenai menggunakan metode-metode ilmu social untuk menopang kesimpulan umum yang bersifat subjektif tentang perbedaan jenis kepribadian antarmasyarakat yang kompleks. Orang Belanda yang menjajah bangsa

Indonesia misalnya, melukiskan kepribadian suku bangsa Jawa sebagai malas, tak aktif, tak bergairah dalam tindakan (indolent), dan tidak jujur. Selain cirri-ciri kepribadian yang negative, tiap konsepyang dipakai dalam pelukisan seperti itu pun tidak cermat dipandang dari sudut ilmu psikologi. Istilah “tidak jujur”, misalnya sangat tidak cermat bila dipandang dari sudut psikologi.

Menyadari kekurangan ini, ada beberapa ahli antropologi, sekitar tahun1920, yang berhasrat untuk mendeskripsi kepribadian bangsa dengan lebih cermat. Selain itu, mereka juga mempersoalkan secara ilmiah, apakah konsep “kepribadian bangsa” itu bener-benar ada. Sebab, dalam kenyataannya tentu ada orang Jawa yang mempunyai etos kerja tinggi, jujur, lincah dan bergairah dalam tindakan-tindakannya; lalu timbullah pertanyaan, bilamana suatu ciri bangsa atau suku bangsa, dan sampai berapa jauhkah perkecualian terhadap kepribadian umum pada individu tertentu sebagai warga bangsa itu? Untuk mempelajari persoalan seperti itu, seorang ahli antropologi tentu perlu mengetahui banyak tentang ilmu psikologi serta konsep dan teori-teori yang dikembangkan didalamnya.

(10)

Sebelum ini, tutur mereka, para ahli anthropology tidak mencatat kebiasaan-kebiasaan pengasuh anak-anak sebagai aspek penting dari kebudayaan tetapi kemudian dibawah pengaruh Freud dan penulis mengenai teori pendidikan, John Dewey, para ahli antropologi menjadi tertarik pada lingkungan kebudayaan dari bayi atau kanak-kanak, dan masa itu dianggap sangat penting artinya bagi pembentukan kepribadian dewasa yang khas dalam suatu masyarakat.

Pada tahun 1930-an dan 1940-an, dalam seminar di Universitas Columbia,Ralph Linton, seorang ahli antropologi dan Abram Kardiner, seorang ahli psikologi analisis, mengembangkan sejumlah pemikiran untuk studi kebudayaan dan kepribadian. Yang terpenting adalah pemikiran Kardiner. Yang mengutarakan bahwa semua warga masyarakat memiliki struktur kepribadian yang sama karena para warga masyarakat itu cendrung menjalani latihan yang sama mengenai cara buang air besar/kecil, menjalani cara menertibkan yang sama dalam masa kanak-kanak, cara menyapih yang sama dan sebagainya, sebagai orang dewasa, mereka cenderung mempunyai unsure-unsur kepribadian yang sama.

Menurut Ember & Ember, selama Perang Dunia ke-2, dan tidak lama sesudahnya, orientasi studi kebudayaan dan kepribadian itu diterapkan pada masyarakat yang kompleks. Hamper semua penelitian yang mendalami “kepribadian bangsa” menyimpulkan bahwa cirri-ciri kepribadian yang tampak berbeda, pada bangsa dunia-dunia ini, bersumber pada cara

pengasuhan masa kanak-kanak. Misalnya, dalam tiga penelitian dikemukaakan bahwa orang yang dewasa menjadi bersifat memaksakan kehendaknya karena ketatnya latihan mengenai cara-cara buang air, yang mereka terima pada masa kanak-kanaknya. Demikian pula emosi manic depresif yang dianggap biasa diantara orang-orang Rusia menurut Gorer dan Richman, bersumber pada cara pemeliharaan bayi, yaitu “dibedong” sejak saat kelahiran. Membedong adalah meliliti bayi dengan carikan-carikan kain sedemikian rupa, sehingga tangan dan kaki bayi tidak dapat bergerak bebas, dan ini katanya menyebabkan kemarahan dan frustasi pada bayi yang kemudian hari, setelah dewasa, diekspresikan dalam manic depresif.

(11)

Kemudian,setelah para peneliti sudah dapat lagi mengumpulkan data dari tangan pertama dan mencari sampel yang lebih baik, ditemukan bahwa kesimpulan-kesimpulan penelitian di atas, tidak selalu dapat diandalkan. Contohnya, ternyata tidak benar apabila orang Jepang menjalani latihan yang ketat sekali mengenai cara-cara buang air. Pendek kata, penelitian mula-mula tentang kepribadian bangsa adalah percobaan yang masih “kasar”.

Dalam perkembangannya kemudian,focus pendekatan psikologis pada keanekaragaman kebudayaan,berubah. Perhatian pada teori-teori Freud dan minat terhadap hubungan antara pengasuhan semasa anak-anak dan kepribadian setelah dewasa, tetap dipertahankan, namun beberapa orang ahli antropologi mulai meneliti factor-faktor penentu apa saja yang mungkin menjadi penyebab dari kebiasaan pengasuhan anak-anak yang beraneka ragam itu.

Disamping penjajagan factor-faktor determinan dari pola pengasuhan anak yang beraneka ragam dalam melatih anak tersebut, studi akhir-akhir ini mengemukakan bahwa sifat kepribadian dan prosesnya mungkin menjadi penyebab hubungan tertentu antara beberapa pola kebudayaan. Cara berpikirnya adalah kebudayaan tertentu menghasilkan karekteristik psikologi tertentu, yang pada gilirannya menimbulkan cirri budaya lainnya.

Kesimpulan yang dibeikan Ember & Ember mengenai pendekatan psikologis dalam antropologi budaya adalah dengan menghubungkan variasi-variasi dalam pola-pola budaya dengan masa pengasuhan anak, kepribadian, kebiasaan, dan kepercayaan yang mungkin menjadi konsekuensi dari factor psikologis dan prosesnya.

Hubungan psikologi dengan antropologi, seperti telah disebutkan dimuka, juga dalam hal munculnya cabang baru antropologi, yaitu anthropology in mental health.

(12)

d. Hubungan Psikologi dengan Filsafat

Manusia sebagai makhluk hidup juga merupakan objek dari filsafat yang antara lain membicarakan soal hakikat kodrat manusia, tujuan hidup manusia, dan sebagainya. Sekalipun psikologi pada akhirnya memisahkan diri dari filsafat, karena metode yang ditempuh sebagai salah satu sebabnya, tetapi psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat.

Bahkan sebetulnya dapat dikemukakan bahwa ilmu-ilmu yang telah memisahkan diri dari filsafat itupun tetap masih ada hubungan dengan filsafat terutama mengenai hal-hal yang menyangkut sifat hakikat dan tujuan dari ilmu pengetahuan itu.

Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.

Dalam penyelidikannya, filsafat memang berangkat dari apa yang dialami manusia, karena tak ada pengetahuan jika tidak bersentuhan lebih dahulu dengan indra, sedangkan ilmu yang hendak menelaah hasil pengindraan itu tidak mungkin mengambil keputusan dengan

menjalankan pikiran, tanpa menggunakan dalil dan hukum pikiran yang tidak mungkin dialaminya. Bahkan, ilmu dengan amat tenang, menerima sebagai kebenaran bahwa pikiran manusia itu ada serta mampu mencapai kebenaran; dan tidak pernah diselidiki oleh ilmu, sampai dimana dan bagaimana budi manusia dapat mencapai kebenaran itu.

Sebaliknya, filsafat pun memerlukan data dari ilmu. Jika, ahli filsafat manusia hendak menyelidiki manusia itu serta hendak menentukan apakah manusia itu, ia memang harus mengetahui gejala tindakan manusia. Dalam hal ini, ilmu yang bernama psikologi akan menolong filsafat sebaik-baiknya dengan hasil penyelidikannya. Kesimpulan filsafat tentang kemanusiaan akan sangat pincang dan mungkin jauh dari kebenaran jika tidak menghiraukan hasil psikologi (Poedjawijatna, 1991).

Dalam berbagai literatur disebutkan, sebelum menjadi disiplin ilmu yang sendiri, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah). Adapun dalam filsafat yang

(13)

Bruno, seperti dikutip Syah (1995: 8), membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “roh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.

Pengertian pertama merupakan defenisi yang paling kuno dan klasik (bercita rasa tinggi dan bersejarah) yang berhubungan dengan filsafat Plato (427-437 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Mereka menganggap bahwa kesadaran manusia berhubungan dengan rohnya. Oleh karena itu, studi mengenai kesadaran dan proses mental manusia merupakan bagian dari studi roh.

e. Hubungan Psikologi dengan Agama

Menurut jurnal “The Psychology of Religion” dari Robert A. Emmons and Raymond F. Paloutzian.

Religion, among the most powerful of all social forces and here as long as there have been human beings [e.g., it has been suggested that humans be thought of as Homo religiosus because religion has been present as long as there have been Homo sapiens (Albright & Ashbrook 2001)] and showing no sign of going away, is among them. Following the lead of Gordon Allport, in which religiousness was found to be related in important but nonobvious ways to racial prejudice (Allport 1954, Allport & Ross 1967), the dramatic recent growth of the field began.

Agama, salah satu yang paling kuat dari semua kekuatan sosial dan di

sini asalkan ada manusia[misalnya, telah menyarankan bahwa manusia dianggap sebagai Homo religiosus karena agamatelah

hadir selama ada Homo sapiens (Albright Ashbrook & 2001)] dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi, ada di antara mereka. Mengikuti jejak dari Gordon Allport, di

mana religiusitasyang ditemukan berhubungan dengan cara-cara penting namun yang belum ada prasangka rasial(Allport 1954, Allport & Ross 1967), pertumbuhan

baru-baru dramatis lapangan dimulai.

(14)

dengan kondisi dan situasi psikologis pula. Tanpa dasar tersebut agama sulit mendapat tempat di dalam jiwa manusia. Di dalam agama terdapat ajaran tentang cara agar manusia mau menerima petunjuk Tuhannya sehingga manusia itu sendiri tanpa paksaan bersedia menjadi hamba-Nya yang baik dan taat. Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa di dalam agama, penuh dengan unsur-unsur pedagogis yang bahkan merupakan esensi pokok dari tujuan agama diturunkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Unsur pedagogis dalam agama tidak dapat mempengaruhi manusia, kecuali bila disampaikan kepadanya sesuai dengan petunjuk-petunjuk psikologi (dalam hal ini psikologi pendidikan)

Contoh bahwa psikologi dan agama mempunyai hubungan erat dalam memberikan bimbingan manusia adalah terhadap manusia yang melanggar norma-norma yang oleh agama dipandang berdosa. Perasaan berdosa ada manusia yang melanggar norma tersebut dapat mengakibatkan perasaan nestapa dalam dirinya meskipun hukuman lahiriah tidak diberikan terhadapnya. Psikologi memandang bahwa orang yang berdosa itu telah menghukum dirinya sendiri, karena dengan perbuatan pelanggaran tersebut, jiwa mereka menjadi tertekan, kotor dan gelap apabila yang bersangkutan tidak dapat menyublimasikan (mengalihkan kepada perbuatan yang lebih baik) perasaannya akan mengakibatkan semacam penyakit jiwa (psichistania) yang merugikan dirinya sendiri. Dalam hal demikian itulah pendidikan agama sangat diperlukan memberikan jalan sublimatif serta katalisasi (pembersihan jiwa) orang yang menderita dosa. Maka mengingat eratnya hubungan antar keduanya itu, akhirnya lahirlah psikologi agama (Psychology of Religion), yang objek pembahasannya antara lain bagaimanakah perkembangan kepercayaan kepada Tuhan dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan kapan terjadi kemantapan hidup keagamaan seseorang, bagaimana perbedaan tingkah laku orang yang beragama dengan yang tidak beragama dan lain sebagainya.

f. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Alam

(15)

metode ilmu alam yang dicoba diharapkan dalam psikologi, dianggap kurang tepat. Karena itu, psikologi mencari metode lain yang sesuai dengan sifat keilmuannya sendiri, yaitu antara lain metode”fenomenologi”, suatu metode penelitian yang menitikberatkan gejala hidup kejiwaan.

Pada dasarnya, psikologi secara prinsipil dan secara metodik, sangat berbeda dengan ilmu alam. Sebabnya antara lain, pada ilmu pengetahuan alam orang meneliti objek secara ilmiah dengan menggunakan hokum-hukum dan gejala-gejala penampakan yang bisa diamati dengan cermat.

Pada peristiwa-peristiwa ilmu alam, terdapat unsur-unsur kemantapan, konstansi dan kosistensi yaitu semua gejalanya bisa berlangsung secara berulang-ulang dan bisa tetap sama. Dengan cirri-ciri inilah, orang bisa mengamati dan memperhitungkan dengan cermat, dan membuat hokum-hukum alam. Lebih –lebih dengan bantuan pengertian logis serta perhitungan ilmu pasti, orang mencoba memahami sifat dan hakikat objek penelitiannya.

Sebaliknya, psikologi berusaha mempelajari diri manusia, tidak sebagai “objek” murni tetapi dalam bentuk kemanusiaannya mempelajari manusia sebagai subjek yang aktif dan mempunyai sifat-sifat tertentu sebjek yang aktif itu diartikan sebagai pelaku yang dinamis, dengan segala macam aktivitas dan pengalamannya. Dengan demikian, untuk mampu memahami semua kegiatan manusia itu, orang berusaha dengan melihat “partisipasi social” nya lalu

berusaha menjadikan pengalaman orang lain sebagai pengalaman dan pemiliknya sendiri.

Ilmu pengetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologi. Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami kemajuan yang cukup cepat, hingga ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi perkembangan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi, khususnya metode ilmu pengetahuan alam mempengaruhi

perkembangan metode dalam psikologi. Karenanya sementara ahli beranggapan kalau psikologi ingin mendapatkan kemajuan haruslah mengikuti cara kerja yang ditempuh oleh ilmu

(16)

psikologi eksperimental, banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam (Woodworth, 1951).

Merupakan suatu kenyataan karena pengaruh ilmu pengetahuan alam, psikologi mendapatkan kemajuan yang cukup cepat, sehingga akhirnya dapat diakui sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat; walaupun akhirnya ternyata bahwa metode ilmu pengetahuan alam kurang mungkin digunakan seluruhnya terhadap psikologi, disebabkan karena perbedaan dalam objeknya. Ilmu pengetahuan alam berobjekkan benda-benda mati, sedangkan psikologi

berobjekkan manusia yang hisup, sebagai makhluk yang dinamis, makhluk yang berkebudayaan, makhluk yang berkembang dan dapat berubah setiap saat.

g. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan

Sebenarnya, psikologi dan ilmu pendidikan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Mengapa? Karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak ia lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik bilaman tida berdasarkan kepada psikologi perkembangan. Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Karena begitu eratnya tugas anatara psikologi dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin psikologi pendididkan (educational psychology).

Reber(1998) menyebut psikologi pendidikan sebagai subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut:

1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.

2. Pengembangan dan pembaruan kurikulum.

3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.

4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah kognitif.

(17)

Dengan batasan atau pengertian di atas, Reber tampaknya menganggap bahwa psikologi pendidikan masuk dalam subdisiplin psikologi terapan (applicable).

Meskipun demikian, menurut Witherington (1991:12-13), psikologi pendidikan tidak dapat hanya dianggap sebagai psikologi yang dipraktikkan saja. Psikologi pendidikan, katanyaadalah suatu studi atau suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai hak hidup sendiri. Memang benar bahwa aspek-aspek tertentu dari psikologi pendidikan nyata-nyata bersifat kefilsafatan, tetapi sebagai ilmu pengetahuan, sebagaiscience, psikologi pendidikan telah memiliki:

1. Susunan prinsip atau kebenaran dasar tersendiri.

2. Fakta-fakta yang bersifat objektif dan dapat diperiksa kebenarannya, dan

3. Teknik-teknik yang berguna untuk melakukan penyelidikan atau “research”nya sendiri termasuk

dalam hal ini ialah alat-alat pengukur dan penilaian yang sampai batas-batas tertentu dapat dipertanggungjawabkan ketepatannya.

Di anatara alat-alat pengukur dan alat penilai ini, terdapat tes tentang hasil perkembangan jiwa anak dan tes tentang hasil belajar anak. Kedua tes ini lazim disusun dengan sangat hati-hati. Di laboratorium, misalnya untuk mengetahui ada atau tidaknya kesalahan mekanis dalam

kebiasaan membaca anak-anak, diadakan pemotretan terhadap gerakan mata anak-anak pada waktu membaca dengan mempergunakanophthalmograph. Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan suara yang menyenangkan dan untuk memperoleh pemilihan kata-kata yang tepat pada waktu berbicara, diadakan perekaman terhadap latihan-latihan

bercakap yang dilakukan.

(18)

h. Hubungan Psikologi dengan Komunikasi

Banyak ilmuan dari berbagai disiplin memberikan sumbangan kepada ilmu komunikasi, antara lain Harold D.Lasswell (ilmu politik), Max Weber, Daniel Larner, dan Everett M.Rogers (sosiologi), Carl I.Hovland dan Paul Lazarfeld (psikologi), Wilbur Schramm (bahasa), serta Shannon dan Weaver (matematika dan teknik). Tidak mengherankan bila banyak disiplin telah terlibat dalam studi komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini menurut Fisher (1986:17) bermakna bahwa komunikasi memang mencakup semuanya, dan bersifat sangat eklektif (mengembangkan beberapa bidang).

Sifat eklektif ilmu komunikasi dikatakan oleh Schramm (1980) sebagai “Jalan simpang paling ramai dengan segala disiplin yang melintasinya”. Scharamm mengumpamakan ilmu komunikasi sebagai ilmu oasis, yang merupakan persimpangan jalan, tempat bertemunya berbagai ilmu (musafir) yang tengah dalam perjalanan menuju tujuan ilmunya masing-masing. Meskipun musafir itu ada yang hanya singgah sejenak, sumber daya dan ilmu yang

dikembangkannya ketika berhenti disana, membantu pertumbuhan ilmu/disiplin ilmu si musafir selanjutnya dan sekaligus memperkaya oasis tersebut.

Apabila kita cermati, eklektisme komunikasi sebagai suatu bidang studi, tampak pada konsep-konsep komunikasi yang berkembang selama ini yang berhasil dirangkum oleh

Fisher(1984) dalam empat kelompok yang disebutnya perspektif(semacam pradigma, teori, atau model). Keempat perspektif itu ialah: (1) perspektif mekanistis, (2) perspektif psikologis, (3) perspektif interaksional, dan (4) perspektif pragmatis.

Pengaruh konsep ilmu fisika sangat kelihatan pada perspektif mekanistis, yang merupakan perspektif paling awal dan paling luas penganutnya. Lalu pengaruh psikologi paling jelas pada perspektif psikologis yang merupakan pengembangan dari perspektif mekanistis dengan

menerapkan teori S-R (Stimuli-Respons). Kedua perspektif ini berkembang dan telah melahirkan banyak kajian.

(19)

melahirkan berbagai subdisiplin seperti komunikasi politik (dengan ilmu politik), sosiologi komunikasi massa (dengan sosiologi), dan psikologi komunikasi (dengan psikologi). Dengan demikian, psikologi komunikasi(dengan psikologi) pun didefinisikan sebagai “Ilmu yang

berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi” (Rakhmat, 1994:9).

Komunikasi, menurut Rakhmat adalah peristiwa social peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain. Mencoba manganalisi peristiwa social secara psikologis, membawa kita pada psikologi sosial. Memang, bila ditanyakan letak psikologi komunikasi, kita cenderung meletakkannya sebagai bagian dari psikologi social . karena itu, menurut Jalaluddin Rakhmat, pendekatan psikologi social juga merupakan pendekatan psikologi komunikasi.

i. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Politik

Ilmu pengetahuan lain yang erat hubungannya dengan psikologi ialah ilmu politik. Kegunaan psikologi khususnya psikologi social dalam analisis politik jelas dapat kita ketahui apabila kita sadar bahwa analisis social-politik secara makro diisi dan diperkuat yang bersifat mikro. Psikologi social mengamati kegiatan manusia dari segi ekstern (lingkungan social,politik, peristiwa-peristiwa, gerakan-gerakan massa) maupun dari segi intern (kesehatan fisik

perorangan, semangat, emosi).

Psikologi merupakan ilmu yang berperan penting dalam bidang politik, terutama yang dinamakan “massa psikologi”.

Justru karena prinsip-prinsip politik lebih luas daripada prinsip-prinsip hokum dan meliputi banyak hal yang berada diluar hokum dan masuk dalam yang lazim dinamakan “kebijaksanaan”, bagi para politisi, sangat penting apabila mereka dapat menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada umumya, dan dari golongan tertentu pada khususnya bahkan juga dari oknum tertentu.

(20)

Selain member berbagai pandangan baru dalam penelitian mengenai kepemimpinan, psikologi social dapat pula menerangkan sikap dan reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggapnya baru, asing, ataupun berlawanan dengan consensus masyarakat mengenai gejala sosial tertentu.

Psikologi sosial juga bisa menjelaskan bagaimana sikap (attitude) dan harapan

(expectation) masyarakat dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntutan social (conformity).

Salah satu konsep psikologi social yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum adalah berupa identifikasi partai. Konsep ini nerujuk pada persepsi pemilihan atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilihan terhadap partai tertentu.

Untuk memahami perilaku pemilih, nisa digunakan beberapa pendekatan. Namun selama ini, penjelasan teoritis tentang voting behavior didasarkan pada dua model atau pendekatan, yaitu pendekatan sosiologi dan pendekatan psikologi (Asfar, 1996).

Dalam hal pendekatan psikologis, seperti namanyapedekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk menjelaskan perilaku pemilih. Menurut pendekatan ini, para pemilih AS menentukan pilihan karena pengaruh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari proses sosialisasi. Mereka menjelaskan bahwa sikap seseorang sebagai refleksi dari kepribadian seseorang merupakan variable yang menentukan dalam mempengaruhi perilaku pemilih.

j. Hubungan Psikologi dengan Ekonomi

Naik turunnya harga atau valuta asing atau berhasil/tidaknya suatu upaya marketing tidak hanya tergantung pada hukum supply and demand dalam ilmu ekonomi, tetapi juga dalam proses pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang terlibat dalam proses

ekonomi (penjual, pembeli, produsen, distributor, bank, pasar modal, pemerintah dan lain-lain)

(21)

Jiwa manusia juga memiliki kebutuhan, seperti layaknya tubuh manusia yang memiliki

kebutuhan. hanya bedanya, jiwa manusia memiliki kebutuhan spiritual/emosi, sementara tubuh manusia memiliki kebutuhan fisik. jiwa manusia hanya bisa dirasakan keberadaannya melalui perasaan dan pemikiran, sementara tubuh manusia sudah bisa dirasakan keberadaannya melalui panca indera. namun bagaimanapun, baik jiwa maupun tubuh manusia ditakdirkan untuk saling mempengaruhi. apa yang terjadi pada jiwa manusia akan mempengaruhi kondisi tubuhnya, dan apa yang terjadi pada tubuh manusia akan mempengaruhi kondisi jiwanya. Contoh yang mudah adalah ketika intonasi suara, raut wajah, dan gaya tubuh seseorang yang sedang sedih akan terlihat berbeda dengan intonasi suara, raut wajah, dan gaya tubuh orang lain yang sedang bahagia

Dengan demikian hubungan antara psikologi yang membahas tentang kejiwaan manusia dengan ekonomi yang membahas tentang kebutuhan tubuh dan jiwa manusia sangat erat. Hubungan tersebut dapat dikatakan berpengaruh satu sama lain karena apa yang terjadi pada tubuh manusia akan mempengaruhi kondisi jiwanya. Misalnya, pada bagian marketing management dan human resource management, ilmu psikologi benar-benar digunakan sebagai basis dari segala proses pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan perusahaan: profit yang sebesar-besarnya serta keunggulan daya saing dalam jangka panjang.

k. Hubungan psikologi dengan Fisiologi

Fisiologi (ilmu tentang tubuh manusia) dapat dihubungkan dengan ilmu psikologi untuk memperoleh kejelasan tentang bagaimana sebenarnya proses tingkah laku.

2.2.RUANG LINGKUP PSIKOLOGI

Ditinjau dari segi objeknya, psikologi dapat di bedakan menjadi dua golongan yang besar , yaitu:

1.Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia.

(22)

Dalam tulisan ini tidak tidak membicarakan psikologi yang membicarakan hewan atau psikologi hewan. Yang akan di bicarakan dalam tulisan ini adalah yang berobjekan manusia, yang sampai pada waktu ini orang yang membedakan adanya psikologi yang bersifat umum dan psikologi yang bersifat khusus.

Psikologi umum ialah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan - kegiatan atau aktivitas psikis manusia. Hal-hal khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologis khusus.

Psikologi khusus ialah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari dan mempelajari segi - segi kekhususan dan aktivitas psikis manusia. hal - hal umum yang menyipang dari hal - hal umum di bicarakan dalam psikologi khusus.

Psikologi khusus ini ada bermacam - macam, antara lain :

1. psikologi perkembangan

yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai masa tua, yang mencakup :

a. psikologi anak (mencangkup masa anak - anak );

1) psikologi puber dan adolesensi ( psikologi pemuda ); 2) psikologi orang dewasa;

3) psikologi orang tua: b. psikologi sosial

yaitu psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktifitas manusia dalam hubunganya dengan situasi sosial.

c. psikologi pendidikan

yaitu psikologi yang khusus mengguraikan kegitan atau aktifitas manusia dalam hubunganya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimanna cara menarik perhatian agar pelajaran dengan mudah di terima, bagaimana cara belajar dan sebagainnya. d. psikologi kepribadian dan tipologi

yaitu psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe - tipe kepribadian manusia.

e. Psikopatologi

yaitu psikologi yang khusus memguraikan mengenai keadaan psikis yang tidak normal ( abnormal ).

19 f. psikologi criminal

yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal kejahatan atau kriminalitas. g. psikologi perusahaan , yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal - soal

(23)

psikologi khusus masih berkembang, terus sesuai dengan bidang - bidang berperannya psikologi. pada umummya psikologi khusus merupakan psikologi praktis, yang di aplikasikan sesuai dengan bidangnya.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

1. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia atau human

behaviour serta hakikat jiwa dari awal hingga akhirnya.

2. Kedudukan psikologi dalam sistematika pengetahuan ialah sebagai suatu ilmu merupakan

pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah, merupakan pengetahuan yang diperoleh

dengan penelitian-penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dijalankan secara

terencana, sistematis, terkontrol, dan dalam psikologi berdasarkan atas data empiris.

3. Secara garis besar ruang lingkup psikologi meliputi:

1. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia.

2. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari hewan.

4. Ruang lingkup psikologi meliputi:

1. Metode yang bersifat filosofis

2. Metode yang bersifat empiris

5. Hubungan psikologi dengan ilmu lainnya meliputi:

1. Hubungan psikologi dengan Fisiologi

2. Hubungan Psikologi dengan ilmu sosiologi

3. Hubungan Psikologi dengan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

4. Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu keguruan. Dll

6. Tujuan dalam mempelajari psikologi sebagai berikut:

20

(24)

3.

Berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik,sosialisasi, dan emosi.

4.

Untuk memperoleh faham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku.

5.

Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia atau anak.

6.

Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.

(25)

http://faisalmuh93.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-dan-kedudukan-ruang-lingkup.html

http://psikologiumum19.blogspot.co.id/2014/01/review-materi-kedudukan-psikologi.html

https://www.rangkumanmakalah.com/hubungan-psikologi-dengan-ilmu-pengetahuan-lain/

Referensi

Dokumen terkait

Pada sistem pengendali kecepatan permasalahan yang sering terjadi adalah menentukan berapa besar energi listrik yang harus diberikan pada motor supaya berputar pada

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang ditelah dipaparkan serta dengan adanya pebedaan argumentasi atau pendapat diatas tersebut, maka penulis tertarik menarik judul

Dan di Bulan Oktober dimana kita menyambut hari Reformasi, maka memulai suatu kegiatan baru yaitu mengajak dan menghimbau seluruh anggota jemaat yang sudah dan belum membaca

Berdasarkan jumlah koloni, basil dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : monobasil, yakni basil yang hidup menyendiri; diplobasil, bila koloni basil terdiri dari 2

UKM endek sebaiknya lebih memikirkan lagi langkah – langkah atau cara untuk menghadapi risiko yang mungkin dialami atau tindakan antisipasi ketika melakukan suatu

Hanya menekankan pada perempuan dan barang siapa yang sengaja melakukan pelanggaran atau menyuruh orang lain untuk melakukan pengguguran pada badannya harus dihukum apapun

Peserta harus melaporkan secara tertulis kepada PKL dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh

Ini dari diantara peluang usaha dan bisnis yang bisa dijalankan di tempat tempat wisata, sebenarnya masih sangatlah banyak sekali yang bisa di jadikan sebagai ladang bisnis ditempat