DAPATKAH AKUAKULTUR
MEMBERIKAN MANFAAT BAGI ORANG
YANG SANGAT MISKIN ?
SEBUAH STUDI KASUS TERHADAP ORANG YANG TIDAK
MEMILIKI LAHAN DAN TERPINGGIRKAN SECARA SOSIAL
MASYARAKAT ADIVASI (ETNIS) DI BANGLADES
Oleh :
Jharendu Panta, Benoy Kumar Barmanb, Khondker Murshed-E-Jahanb, Benjamin Beltonb, Malcolm Beveridgec
a WorldFish (Headquarters), Jalan Batu Maung, Batu Maung, 11960 Bayan Lepas, Penang, Malaysia b WorldFish, Bangladesh Office, House 22B, Road 7, Block-F, Banani, Dhaka 1213, Bangladesh c WorldFish, Zambia Office, Addis Ababa Drive, Plot No: 4186, Longacres, Lusaka, Zambia
Judul Asli :
Can aquaculture benefit the extreme poor? A case study of landless and socially marginalized Adivasi (ethnic) communities in Bangladesh
Diterbitkan Oleh :
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
i
Terselesaikan buku terjemahan ini merupakan sebuah anugerah dari Tuhan YME kepada kita semua dan senantiasa penerjemah memanjatkan puji dan syukur kepada-Nya. Buku terjemahan ini mencoba mengalihbahasakan publikasi hasil penelitian yang dilakukan melalui proyek The Adivasi Fisheries Project (AFP)
oleh para peneliti WorldFish dengan judul asli Can aquaculture benefit the extreme poor? A case study of landless and socially marginalized
Adivasi (ethnic) communities in Bangladesh. Hasil penelitian melalui proyek AFP ini dipublikasikan di jurnal AQUACULTURE, Volumes 418–419, 1 January 2014, ELSEVIER ISSN: 0044-8486
Proyek AFP dilakukan selama rentang waktu 3 tahun yaitu dimulai pada tahun 2007 dan berakhir pada tahun 2009. Proyek AFP mencoba untuk memberdayakan masyarakat etnis Adivasi di Banglades yang termarjinalkan secara sosial dengan kondisi ekonomi yang buruk melalui intervensi pilihan mata pencaharian – dalam hal ini adalah sektor perikanan seperti budidaya ikan, pemasaran ikan, serta usaha pendukung seperti penyediaan sarana produksi budiddaya ikan.
Melalui publikasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa proyek AFP memberikan manfaat positif bagi masyarakat Adivasi sehingga menarik perhatian penerjemah untuk mengalihbahasakannya ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan publikasi hasil penelitan ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada kita sampai sejauh mana sector budidaya ikan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang sangat miskin sehingga mereka bisa berdaya dan memiliki posisi tawar yang tinggi di antara masyarakat lainnya.
Akhir kata semoga buku terjemahan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Januari 2014
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
2.1 Penjajakan dan Studi Diagnostik ... 8
2.2 Perekrutan Peserta dan Pemilihan Opsi Teknologi ... 9
2.3 Baseline dan End-Line Survey ... 9
2.4 Pendekatan Sekolah Lapang Bagi Petani (FFS) ... 12
2.5 Dukungan Untuk Pengembangan Aset ... 13
2.6 Analisis Ketahanan dan Keberlajutan Pangan dan Gizi ... 14
2.7 Sumber dan Analisa Data ... 14
BAB III. INTERVENSI BUDIDAYA IKAN DAN PERUBAHAN ASET PENGHIDUPAN ... 15
3.1 Kepemilikan Tanah dan Kolam ... 15
3.2 Ternak dan Unggas ... 16
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
iii
BAB IV. PERUBAHAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA
DAN TABUNGAN ... 22
4.1 Pendapatan Rumah Tangga ... 22
4.2 Tabungan ... 24
BAB V. KEAMANAN PANGAN DAN GIZI... 26
BAB VI. ASPEK SOSIAL DAN KELEMBAGAAN ... 29
BAB VII. MEMPERTAHANKAN INTERVENSI AKUAKULTUR DI KOMUNITAS ADIVASI : PELUANG DAN ISU-ISU ... 31
BAB VIII. KESIMPULAN ... 37
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
iv
halaman
Gambar 1. Gambaran Umum Kondisi Masyarakat Adivasi ... 3
Gambar 2. Suasana di Pedesaan Adivasi ... 4
Gambar 3. Masyarakat Adivasi Melakukan Pemanenan Ikan ... 6
Gambar 4. Peta Banglades, menunjukkan cakupan geografis Proyek Perikanan Adivasi ... 11
Gambar 5. Suasana Sekolah Lapang (FFS) Masyarakat Adivasi ... 12
Gambar 6. Pasar Hewan Masyarakat Adivasi ... 17
Gambar 7. Becak Adalah Salah Satu Aset Penting Masyarakat Adivasi ... 19
Gambar 8. Kepemilikan Telepon Selular di Masyarakat Adivasi Meningkat Selama Periode Proyek ... 20
Gambar 9. Kelompok Pembudidaya Ikan Memanen Ikan Hasil Budidaya ... 23
Gambar 10. Aktivitas Masyarakat Adivasi Menyiapkan Bahan Pangan Untuk Keluarga ... 26
Gambar 11. Seorang Ibu Warga Adivasi Menyuapi Anaknya ... 27
Gambar 12. Pertemuan Pembinaan Rutin di Masyarakat Adivasi ... 33
Gambar 13. Salah Satu Warga Adivasi Sedang Memanen Benih Ikan yang Dipelihara di Karamba ... 34
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
v
halaman
Tabel 1. Pilihan Mata Pencaharian Berbasis Rantai Nilai Akuakultur
Rumah Tangga Adivasi Dengan Basis Sumber Daya ... 11
Tabel 2. Dukungan yang diberikan kepada rumah tangga Adivasi
untuk pengembangan aset penghidupan
(US $ / rumah tangga) ... 13
Tabel 3. Distribusi rumah tangga (%) berdasarkan ukuran
kepemilikan tanah (desimal) dengan kelompok intervensi.
1 desimal = 40.47m2 ... 16
Tabel 4. Perubahan ukuran kepemilikan ternak (n) berdasarkan
tahun di kelompok yang diintervensi ... 18
Tabel 5. Proporsi Perubahan (%) Kepemilikan Aset Fisik Rumah
Tangga Yang Dipilih Oleh Kelompok Intervensi ... 21
Tabel 6. Perubahan Pendapatan Rumah Tangga (US $) oleh
Kelompok Intervensi ... 24
Tabel 7. Perubahan Tabungan (US $) Rumah Tangga Adivasi
oleh Kelompok Intervensi ... 25
Tabel 8. Perubahan dalam ketahanan pangan dan gizi
rumah tangga Adivasi, yang diukur dengan
frekuensi makan/bulan ... 28
Tabel 9. Proporsi Rumah Tangga Adivasi (%) Dengan Keanggotaan
Dalam Organisasi Masyarakat (n = jumlah kasus) ... 30
Tabel 10. Keberlanjutan perikanan budidaya dan kegiatan
rantai nilai budidaya ikan dari Proyek Perikanan Adivasi
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
1
Karya ini memberikan kontribusi untuk Program Penelitian Sistem Pertanian Akuatik CGIAR dan didanai oleh Uni Eropa. Penulis berterima kasih kepada Dr.
Michael Phillips untuk saran berharga dalam mempersiapkan tulisan ini, Dr. Mohammad Mahfujul Haque dan Mr. Bilash Mitra atas bantuan mereka dalam
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
2
The Adivasi Fisheries Project, bertujuan untuk melakukan diversifikasi mata pencaharian bagi masyarakat etnis Adivasi yang miskin sumberdaya di Bangladesh bagian Utara dan Barat Laut yang dilaksanakan pada tahun 2007 – 2009. Budidaya perikanan dan teknologi yang berkaitan dengannya diperkenalkan kepada 3594 rumah tangga etnis Adivasi yang miskin sumberdaya. Baseline dan end-line survey yang dilakukan bertujuan untuk menilai perubahan dalam kehidupan mereka setelah intervensi dilakukan. Pendapatan rumah tangga
sasaran project ini naik secara signifikan (p≤0.01) yang disebabkan oleh peningkatan pangsa akuakultur dan perusahaan terkait dari 15% pada tahun 2007 menjadi hamper 30% pada tahun 2009 dalam hal pendapatan rumah tangga tahunan. Sebaliknya, kontribusi akuakultur bagi pendapatan rumah tangga tetap tidak berubah (p>0.05) bagi masyarakat yang bukan sasaran proyek. Frekuensi konsumsi bulanan terhadap ikan, daging, dan telur meningkat selama tahun 2007 – 2009 (p≤0.01), hal ini meningkatkan kemanan pangan dan gizi bagi peserta sasaran proyek. Meskipun demikian konsumsi ikan masyarakat yang bukan sasaran proyek juga sedikit meningkat secara signifikan tetapi lebih
rendah (p≤0.01) daripada para peserta proyek. Hasil penelitian ini bertentangan
dengan pandangan bahwa akuakultur (budidaya ikan) tidak pantas bagi orang yang tidak memiliki lahan, orang yang terpinggirkan secara social, dan masyarakat yang sangat miskin dengan menunjukan relevansinya dengan peningkatan mata pencaharian, asalkan diikuti dengan pendekatan yang beragam dan intervensi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan rumah tangga sasaran.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
3
Masyarakat etnis minoritas, yang umumnya dikenal ―Adivasi‖ merupakan bagian
yang paling termarjinalkan di Banglades. Terdapat lebih dari 45 komunitas dengan identitas kultural yang berbeda. Mereka diklasifikasikan menjadi ―Adivasi
dari daratan‖ dan ―Pahari‖ atau ―Jumma‖ (suku bukit). Komunitas pertama terdistribusi di daratan utara dan timur laut, sedangkan yang kedua terkonsentrasi di bukit Chittagong (Barkat et al., 2009).
Gambar 1. Gambaran Umum Kondisi Masyarakat Adivasi
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
4
Tidak seperti masyarakat Bengali kebanyakan, Adivasi awalnya merupakan daerah yang jarang penduduknya dengan akses yang tersedia terhadap sumberdaya. Meskipun memiliki system kepemimpinan social yang kuat dan tingkat koherensi social yang tinggi, mata pencaharian etnis Adivasi semakin terancam karena kombinasi factor social, ekonomi, dan, ekologi yang meliputi insiden perampasan lahan dan penggusuran tanah leluhur (Barkat et al., 2009;
Kapaeeng Foundation, 2011); penurunan sumberdaya perikanan (yang
merupakan sumber utama protein hewani), karena penangkapan ikan yang berlebihan dan degradasi lingkungan; serta marginalisasi social dan pengucilan dari sejumlah program jaring pengaman social (misalnya, proyek Amader)
(NETZ, 2011). Dengan meningkatnya tingkat kehilangan lahan, pilihan mata
pencaharian yang tersedia bagi mereka adalah bekerja sebagai buruh pertanian atau menjadi pekerja musiman di kota.
Gambar 2. Suasana di Pedesaan Adivasi
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
5
penduduk pedesaan hidup dalam kemiskinan absolut (IRIN, 2011). Identifikasi dan penyediaan pilihan mata pencaharian alternatif yang tepat merupakan langkah-langkah penting dalam mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketahanan masyarakat Adivasi.
Ada apresiasi yang berkembang tentang peran akuakultur (budidaya ikan) dalam penganekaragaman mata pencaharian penduduk di pedesaan. Lebih dari 85% produksi perikanan budidaya global berasal dari negara-negara berkembang di Asia, di mana sistem akuakultur didominasi oleh usaha skala kecil yang dimiliki, dikelola dan dioperasikan oleh keluarga (De Silva and Davy, 2010). Bukti empiris menunjukkan bahwa budidaya ikan skala kecil, dipromosikan dengan memperhatikan konteks sosial, ekonomi dan lingkungan dan dibingkai dalam pemahaman bersama tentang aset penghidupan dan manajemen risiko, dapat secara substansial meningkatkan mata pencaharian masyarakat miskin, rentan dan terpinggirkan, termasuk etnis minoritas (Barman and Little, 2006, 2011; Bhujel et al., 2008; CGIAR, 2007; Haylor and Khemaria, 2007; Hüsken and
Holvoet, 2010; Pant et al., 2012). Namun demikian, baru-baru ini dinyatakan
bahwa pekerjaan dalam rantai nilai, bentuk pelayanan terhadap budidaya ikan komersial, mungkin memiliki potensi yang lebih besar untuk mengurangi kemiskinan di Banglades daripada budidaya ikan skala kecil semi-subsisten yang telah dipromosikan secara luas sebagai alat pengentasan kemiskinan di masa lalu
(Belton et al., 2012). Selain itu, pendekatan konvensional, menekankan promosi
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
6
Gambar 3. Masyarakat Adivasi Melakukan Pemanenan Ikan
Keterbatasan ini telah membuat beberapa orang berpendapat bahwa akuakultur merupakan pilihan mata pencaharian yang tidak pantas untuk orang yang sangat miskin dan orang-orang yang terpinggirkan secara social (Lewis, 1997).
Tulisan ini menantang pandangan itu, berdasarkan hasil yang terkait dengan pelaksanaan Adivasi Fisheries Project, proyek yang berfokus pada keamanan pangan yang bertujuan untuk diversifikasi mata pencaharian bagi masyarakat yang miskin sumber daya, masyarakat terpinggirkan etnis Adivasi di Utara dan Barat Laut Banglades selama 2007-2009. Daripada mengadopsi pendekatan
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
7
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
8
2.1 Penjajakan dan Studi Diagnostik
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
9
2.2 Perekrutan Peserta Proyek Dan Pemilihan Opsi Teknologi
Sensus terhadap 5.337 rumah tangga Adivasi dilakukan di lima kabupaten di Utara dan Barat Laut Banglades pada tahun 2007. Lebih dari dua - pertiga rumah tangga ini, dikategorikan sebagai sangat miskin berdasarkan peringkat kesejahteraan, dipilih sebagai peserta proyek. Secara total, 3.594 rumah tangga yang dipilih dari 120 komunitas di dua belas kecamatan Sherpur, Netrakona, Rangpur, Dinajpur dan Kabupaten Jaypurhat (Gambar 1; Tabel 1). Sebanyak tujuh pilihan intervensi mata pencaharian dalam produksi budidaya ikan atau rantai nilai budidaya ikan diidentifikasi sebagai mata pencaharian yang cocok diberikan pada basis sumber daya dan konteks sosial ekonomi yang diidentifikasi selama proses konsultasi partisipatif (Tabel 1). Pemilihan rumah tangga sasaran proyek didasarkan pada pendapatan, ukuran kepemilikan tanah dan status ketahanan pangan. Rumah tangga dengan kepemilikan atau akses ke aset yang cocok untuk budidaya ikan, seperti kolam, sawah dan sumber daya air, dipilih untuk intervensi produksi perikanan budidaya. Rumah tangga yang tidak memiliki lahan tanpa sumber daya fisik dan ekonomi yang dipilih untuk dimasukkan dalam intervensi usaha rantai nilai-akuakultur dari hulu ke hilir, seperti pemasaran benih dan pakan ikan serta jarring apung.
2.3 Baseline Dan End-Line Surveys
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
10
kemungkinan mereka dipengaruhi oleh rumah tangga berpartisipasi dalam proyek (lihat Tabel 1).
Studi tentang keberlanjutan intervensi Proyek AFP dilakukan pada tahun 2012, 30 bulan setelah proyek berakhir. Sebuah tim peneliti interdisipliner kembali mengunjungi komunitas yang dipilih secara acak di Wilayah Barat Laut. Alat dan tekniki partisipatif termasuk Focus Group Discussions (FGD) dengan petani anggota sekolah lapang (FFS), Informan kunci (KIIs) mewawancarai tokoh masyarakat dan fasilitator FFS, observasi, dan konsultasi dengan pemangku kepentingan lainnya. Tujuannya adalah untuk menilai apakah peserta proyek melanjutkan produksi perikanan budidaya dan kegiatan rantai nilai yang terkait akuakultur lainnya yang diperkenalkan oleh proyek ini, apakah berkelanjutan adopsi variasi kegiatan yang dipromosikan oleh proyek, penyebab setiap variasi serapan, dan kemungkinan hasil di masa depan. Evaluasi ex-post yang dilakukan oleh donor proyek pada tahun 2010 memberikan data kualitatif tambahan pada keberlanjutan proyek.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
11
Gambar 4. Peta Banglades, menunjukkan cakupan geografis Proyek Perikanan Adivasi. Kabupaten proyek dalam oranye dan kecamatan ditandai dengan font
warna merah
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
12
2.4 Pendekatan Sekolah Lapang Bagi Petani (FFS)
Pendekatan Sekolah Lapang Bagi Petani (FFS) yang merupakan pendekatan yang efektif dalam mengembangkan analisis masalah dan penyebabnya secara partisipatif dan mengidentifikasi solusi dalam berbagai macam intervensi pertanian (Banu and Bode, 2002; Feder et al., 2004) dipilih untuk mengembangkan kapasitas dan memberdayakan rumah tangga Adivasi untuk merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi intervensi diversifikasi mata pencaharian. Metodologi Sekolah Lapang (FFS) yang digunakan dalam proyek ini dikembangkan dari Sekolah Lapang yang diterapkan oleh berbagai lembaga pembangunan termasuk Department of Agriculture Extension (DAE), CARE and Rangpur–Dinajpur Rural Service (RDRS). Sebanyak 120 Sekolah Lapang di lima kabupaten.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
13
Staf proyek terpilih dibekali dengan kursus Training of Trainers (ToT) tentang Sekolah Lapang (FFS). Di setiap Sekolah Lapang (FFS) peserta mempraktekan setiap kegiatan yang dipromosikan oleh proyek dimana yang
dipilih sebagai ―Lead Enterprenuers‖ (LEs) bertanggung jawab untuk
memimpin dan mengkoordinasikan sesi Sekolah Lapang (FFS) dan dibekali dengan pelatihan selama 2-4 hari. Anggota Sekolah Lapang (FFS)
Perempuan didorong untuk menjadi ―Lead Enterprenuers‖ (LEs) dan itu
dibuat wajib setidaknya harus ada satu wanita yang menjadi LE dalam setiap Sekolah Lapang (FFS). Anggota FFS bertemu setiap dua minggu, dan LE memulai mejalankan sesi FFS sementra staf proyek memfasilitasi seluruh proses. Selain pertemuan rutin, para petani juga melakukan pertukaran
kunjungan, ―field day‖, dan demonstrasi hasil yang diorganisir oleh proyek. Para anggota FFS juga berpartisipasi dalam Pekan Nasional Ikan tahunan.
2.5 Dukungan Untuk Pengembangan Aset
Karena peserta proyek berasal dari masyarakat yang tidak memiliki lahan dan terpinggirkan, dukungan yang diberikan untuk memperoleh masukan atau membangun aset produktif (misalnya penggalian kolam, atau renovasi dan modifikasi petak sawah untuk minapadi) untuk mengkatalisis proses adopsi, terutama pada tahun pertama. Selain pemberian uang tunai sebagai modal operasional untuk jual-beli benih dan pakan ikan, dukungan juga diberikan untuk pengembangan aset yang umumnya diberikan dalam bentuk barang (Tabel 2). Upaya juga dilakukan untuk memastikan agar peserta tidak menjadi tergantung terhadap subsidi/bantuan.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
14
2.6 Analisis Ketahanan dan Keberlajutan Pangan dan Gizi
Ketahanan pangan dan gizi adalah dua indicator utama dari perubahan kesejahteraan masyarakat miskin, dinilai dari perubahan jumlah makanan dengan sumber utama energi harian, termasuk beras, roti dan sumber makanan hewani yaitu, ikan, daging dan telur. Keberlanjutan jangka panjang dari penerapan pilihan mata pencaharian yang dipromosikan oleh proyek dan faktor-faktor yang mempengaruhi retensi mereka dinilai menggunakan data yang dikumpulkan secara cepat selama penilaian pasca proyek yang dilakukan terhadap kelompok FFS yang dipilih di Dinajpur pada tahun 2012 dan proyek pemantauan ex-post (Hasil Pemantauan Berorientasi, ROM) yang dilakukan oleh donor proyek (UE) pada akhir tahun 2010 (Tim, 2010).
2.7 Sumber dan Analisis Data
Sebagian besar data yang digunakan dalam analisis dihasilkan oleh baseline dan end-line survey proyek. FGD tambahan, KIIS dan peserta observasi yang digunakan sebagai sumber informasi kualitatif, seperti penilaian keberlanjutan pasca proyek. Data dianalisis menggunakan Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS 18.0) untuk Microsoft Windows. Uji statistik umumnya termasuk ukuran pemusatan dan analisis varians (ANOVA). Uji Post Hoc, setidaknya perbedaan yang signifikan (LSD), dilakukan ketika ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
15
3.1 Kepemilikan Tanah dan Kolam
Tanah merupakan salah satu asset mata pencaharian yang paling penting, tidak hanya karena manfaat langsung untuk rumah tangga tetapi juga karena merupakan salah satu indikator utama dari perasaan masyarakat tentang kesejahteraan sosial di pedesaan Banglades. Pada saat awal proyek tahun 2007, hampir setengah dari peserta tidak memiliki tanah (yaitu, memiliki <50 desimal (1 desimal = 40.47 m2) tanah) (Tabel 3). Ini jauh lebih tinggi dari tingkat rata-rata masyarakat umum di Banglades yang tidak memiliki tanah (Hossian and Bayes, 2009; Mainuddin et al., 2011).
Peserta proyek yang memilih pilihan intervensi teknologi sebagian besar berdasarkan status pemilikan tanah mereka. Sekitar dua-pertiga dari peserta kegiatan rantai nilai akuakultur terkait kelompok (kelompok jaring apung serta pedagang ikan dan benih) dan kelompok KJA yang memiliki lahan <25 desimal. Pembudidaya ikan di kolam dan minapadi relatif lebih baik, dengan sekitar setengah dari mereka memiliki >100 desimal Tren serupa telah diamati oleh Belton et al. (2012) sehubungan dengan kepemilikan kolam dan oleh Nabi (2008) sehubungan dengan minapadi.
Berbeda dengan tren umum peningkatan lahan di Banglades (Hossian dan
Bayes, 2009), proporsi rumah tangga yang tidak memiliki lahan di antara
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
16
proyek yang mendapatkan uang yang cukup untuk merebut kembali tanah mereka yang sebelumnya digadaikan kepada orang lain.
Hampir semua rumah tangga dalam kelompok budidaya ikan di kolam, memiliki kolam. Sebaliknya, hanya sebagian kecil dari rumah tangga yang terlibat dalam perdagangan ikan, perdagangan benih atau yang menjadi anggota kelompok jarring apung memiliki kolam pada tahun 2007, hal ini lebih disebabkan oleh fakta bahwa sebagian besar dari mereka tidak memiliki tanah atau hampir tidak memiliki tanah. Namun, pada tahun 2009 terjadi sedikit peningkatan terkait kepemilikan kolam antara kelompok-kelompok yang tidak memiliki lahan. Selain itu, sejumlah rumah tangga, khususnya mereka yang terlibat dalam pemasaran pakan ikan dan benih serta kelompok jaring apung ditemukan telah memperluas basis aset mereka dengan menyewa kolam untuk pendederan.
Tabel 3. Distribusi rumah tangga (%) berdasarkan ukuran kepemilikan tanah (desimal) dengan kelompok intervensi. 1 desimal = 40.47m2
3.2 Ternak dan Unggas
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
17
kerbau dan domba/kambing relatif tidak berubah selama periode proyek (Tabel 4).
Namun demikian, peningkatan kecil tercatat dalam proporsi rumah tangga ternak babi dan ayam/bebek selama 2007-2009, menunjukkan bahwa rumah tangga Adivasi yang miskin sumber daya beralih ke hewan yang dapat diternakan di rumah. Tidak seperti sapi/kerbau dan domba/kambing (peternakan yang memakan waktu karena mereka memerlukan perhatian khusus) babi dan ayam/itik dapat diternakan bersama kegiatan mata pencaharian lainnya, termasuk budidaya ikan dan perusahaan terkait lainnya. Pemeliharaan Babi dan unggas merupakan strategi yang baik untuk meningkatkan keuntungan per-unit dan portofolio diversifikasi mata pencaharian.
Gambar 6. Pasar Hewan Masyarakat Adivasi
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
18
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
19
3.3 Aset Fisik
Proporsi rumah tangga yang memiliki aset fisik kunci pada tahun 2007 dan 2009 disajikan pada Tabel 5. Becak, sepeda, dan ponsel adalah aset penghidupan penting yang terkait dengan akuakultur, sementara yang lain termasuk sumur tabung, mesin jahit, radio, televisi dan furnitur, khususnya kursi dan lemari. Secara umum, proporsi rumah tangga dengan aset-aset ini meningkat antara tahun 2007 dan 2009, meskipun perbedaan antara kelompok intervensi juga diamati. Menariknya, peningkatan jelas terjadi dalam kelompok yang paling miskin sumber daya, yaitu jarring apung, pemasaran ikan dan benih, dan budidaya KJA, yang sebagian besar anggotanya tak memiliki tanah atau hampir tidak memiliki tanah.
Gambar 7. Becak Adalah Salah Satu Aset Penting Masyarakat Adivasi
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
20
transportasi yang paling serbaguna di pedesaan Banglades, yang digunakan untuk membawa orang dan barang bahkan di daerah terpencil tanpa ruas jalan. Pedagang benih dan kelompok jaring apung perlu melakukan perjalanan untuk pekerjaan mereka, dan di antara kelompok-kelompok ini proporsi rumah tangga yang memiliki sepeda meningkat, mencerminkan pentingnya sepeda sebagai aset mata pencaharian.
Salah satu perubahan penting adalah dalam kepemilikan telepon selular. Proporsi rumah tangga yang memiliki telepon seluler jelas meningkat di kedua intervensi proyek dan kelompok kontrol selama periode proyek (Tabel 5). Meskipun pemasar ikan dan benih dan kelompok jarring apung adalah yang paling miskin, penggunaan ponsel meningkat pesat antara tahun 2007 dan 2009, mungkin karena usaha mereka memerlukan komunikasi yang lebih daripada yang lain.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
21
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
22
4.1 Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan tahunan rata-rata rumah tangga Adivasi yang ditargetkan adalah
sekitar US $ 350 pada tahun 2007, jumlah ini tumbuh secara signifikan (p ≤ 0,01), mencapai lebih dari US $ 570 pada tahun 2009. Hal ini setara dengan
laju pertumbuhan inflasi disesuaikan dengan suku bunga tahunan sekitar 8%
per tahun. Peningkatan yang substansial seperti pendapatan merupakan indikasi situasi penghidupan yang lebih baik dari peserta proyek secara umum, meskipun pendapatan mereka tetap jauh di bawah estimasi pendapatan rata-rata US $ 1.702 untuk rumah tangga pedesaan di Banglades pada tahun 2010 (BBS, 2011). Peningkatan total pendapatan tahunan dicatat
dalam semua kelompok intervensi teknologi (Tabel 6). Perubahan pendapatan rumah tangga tahunan mencerminkan suksesnya diversifikasi portofolio mata pencaharian oleh rumah tangga Adivasi.
Ada peningkatan yang signifikan (p ≤ 0,01) dalam kontribusi proporsional dari budidaya ikan atau kegiatan rantai nilai lainnya yang terkait dengan pendapatan rumah tangga di semua kelompok intervensi pada tahun 2009, mencapai 29% (Tabel 6). Diperkirakan hanya sekitar 15% dari total, agak rendah pada tahun 2007. Namun, kenaikan tersebut tidak tampak jelas dalam kasus rumah tangga non-proyek.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
23
2009 (p ≤ 0,01), yang tidak terjadi pada tahun 2007 (p > 0,05). Kontribusi proporsional akuakultur terhadap pendapatan budidaya KJA dan rumah tangga non-proyek tidak berubah. Sebaliknya, kelompok rantai nilai budidaya ikan, terutama yang terdiri dari pemasar ikan dan benih, menunjukan
kenaikan substansial (p ≤ 0,01) dalam kontribusi relatif dari kegiatan ini
untuk pendapatan rumah tangga, membenarkan relevansi tumbuhnya penghidupan. Kelompok budidaya ikan di kolam dan minapadi juga memperlihatkan kontribusi yang signifikan lebih tinggi dari akuakultur untuk
pendapatan rumah tangga mereka (p ≤ 0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol, tetapi tetap lebih rendah (p ≤ 0,01) dibandingkan dengan
kelompok pemasar ikan dan benih (Tabel 6).
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
24
Tabel 6. Perubahan Pendapatan Rumah Tangga (US $) oleh Kelompok Intervensi
4.2 Tabungan
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
25
Tabel 7. Perubahan Tabungan (US $) Rumah Tangga Adivasi oleh Kelompok Intervensi
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
26
Secara umum, rumah tangga Banglades rata-rata makan tiga kali sehari, tetapi tidak jarang kita menemukan banyak rumah tangga, terutama rumah tangga miskin sumber daya, terpinggirkan secara sosial di komunitas Adivasi, lebih jarang makan. Beras dan/atau roti merupakan menu setiap kali makan, sementara lauk pauk seperti daging atau ikan tergantung pada situasi mata pencaharian - rumah tangga menengah ke atas mengkonsumsi ikan di hampir setiap kali makan, sedangkan rumah tangga miskin hanya kadang-kadang mengkonsumsi ikan atau daging, terutama karena miskin akses ekonomi.
Gambar 10. Aktivitas Masyarakat Adivasi Menyiapkan Bahan Pangan Untuk Keluarga
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
27
2009, terjadi peningkatan secara keseluruhan dalam jumlah makanan, terutama beras dan roti, di mana frekuensinya menunjukan lebih dekat dengan rata-rata makan tiga kali per hari (2,7). Tidak ada perbedaan signifikan secara statistik (p>0,05) frekuensi konsumsi bulanan sereal/roti antara kelompok intervensi dan kontrol.
Hal ini menunjukan bahwa frekuensi bulanan konsumsi ikan dan daging/telur oleh rumah tangga Adivasi pada tahun 2007 diperkirakan sepuluh dan tujuh, yang jelas rendah dibandingkan dengan rumah tangga pedesaan di masyarakat umum. Namun, peningkatan yang substansial dalam konsumsi sumber pangan
hewani, terutama dari ikan, tercatat pada tahun 2009 (p ≤ 0,01).
Gambar 11. Seorang Ibu Warga Adivasi Menyuapi Anaknya
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
28
terkait. Kebiasaan anggota kelompok jarring apung membagikan ikan secara gratis pada saat panen. Mungkin inilah alas an mengapa terjadi peningkatan yang mengesankan terkait frekuensi konsumsi ikan di kalangan rumah tangga seperti pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2007 (Tabel 8). Demikian juga anggota kelompok pedagang pakan ikan yang terlibat dalam pemasaran ikan sepanjang tahun akan menyisihkan sebagian ikan untuk dikonsumsi oleh keluarga mereka. Pembudidaya keramba juga memanen sebagian ikan untuk dimakan.
Peningkatan substansial dalam konsumsi ikan, daging dan telur oleh rumah tangga Adivasi menegaskan pentingnya budidaya dan intervensi teknologi yang terkait dalam meningkatkan ketahanan pangan dan gizi. Hal ini juga dikaitkan dengan peningkatan pendapatan tahunan (lihat Tabel 6), mencerminkan peningkatan konsumsi makanan bernilai tinggi.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
29
Seperti di tempat lain, salah satu karakteristik utama masyarakat yang tersisihkan dan terpinggirkan di Banglades adalah rendahnya partisipasi mereka dalam organisasi sosial. Pengorganisasian masyarakat seperti melalui pembentukan dan penguatan organisasi masyarakat adalah alat yang efektif untuk pemberdayaan.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
30
Tabel 9. Proporsi Rumah Tangga Adivasi (%) Dengan Keanggotaan Dalam Organisasi Masyarakat (n = jumlah kasus)
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
31
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
32
Tabel 10. Keberlanjutan perikanan budidaya dan kegiatan rantai nilai budidaya ikan dari Proyek Perikanan Adivasi oleh kelompok Sekolah Lapang di lokasi terpilih
Kelompok pembudidaya ikan di kolam tetap melanjutkan kegiatan di semua lokasi; banyak rumah tangga juga telah memperluas ukuran kolam dan mengintensifkan sistem produksi ikan melalui pemberian pakan dan manajemen yang lebih baik. Namun, beberapa dari mereka yang melakukan minapadi telah berhenti. Dari lima kelompok Sekoah Lapang (FFS) yang dikunjungi pada tahun 2012 di mana proyek telah memperkenalkan teknologi minapadi, telah berhenti melakukan kegiatan minapadi baik yang disebabkan oleh banjir dan kekurangan air maupun lainnya. Namun, produksi di masyarakat lain telah diperluas oleh sejumlah plot kecil. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa adopsi dan retensi teknologi minapadi rendah di kalangan petani marginal di Banglades dikaitkan dengan rendahnya akses mereka ke sumber daya, teknologi, penyuluhan dan jasa keuangan, serta kurangnya waktu kerja untuk kegiatan minapadi karena mereka terlibat dalam pekerjaan off - farm yang berat untuk penghasilan mereka (Gupta et al . , 1999) . Barman dan Little ( 2006) menegaskan bahwa petani miskin di daerah yang tingkat pekerjaannya di luar pertanian dan berbagai peluang lain untuk menghasilkan pendapatan tinggi relatif kurang terlibat dalam minapadi. Ini mungkin alasan rendahnya tingkat keberhasilan adopsi dan retensi usahatani minapadi antara rumah tangga Adivasi di seluruh lokasi dalam penelitian ini.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
33
cenderung menjadi pengadopsi sekunder daripada mereka yang tidak (Tim,
2010).
Gambar 12. Pertemuan Pembinaan Rutin di Masyarakat Adivasi
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
34
untuk perusahaan-perusahaan untuk terus berlanjut, seperti budidaya ikan di Banglades yang berkembang dengan cepat (Tim , 2010).
Gambar 13. Salah Satu Warga Adivasi Sedang Memanen Benih Ikan yang Dipelihara di Karamba
Keberlanjutan budidaya ikan di karamba skala kecil di Banglades telah diperdebatkan sampai saat ini mengingat keberhasilan intervensi jangka panjang terbatas, termasuk proyek Cage Aquaculture for Greater Economic Security (CAGES) yang diselenggarakan oleh CARE di masa lalu (Hambrey et al , 2001; . .
McAndrew et al , 2000). Menguatkan pengalaman sebelumnya, retensi budidaya
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
35
meningkat dari 14 pada tahun 2007 menjadi 72 pada tahun 2009, yang kemudian turun menjadi 55 pada tahun 2010 dan hanya 3 pada tahun 2012 terutama disebabkan kesulitan dalam memperoleh bahan untuk merenovasi KJA. Namun, di masyarakat Birnagar Bashpara di Jaypurhat, jumlah rumah tangga dengan KJA meningkat dari 5 sampai 13 antara tahun 2007 dan 2012 . Hal ini dimungkinkan oleh LE yang membantu memenuhi kebutuhan bahan jaring atas nama kelompok, hal ini menunjukkan pendekatan kelompok yang kuat dengan kepemimpinan yang dinamis sebagai kunci keberhasilan. Mengingat sistem kepemimpinan masyarakat umum yang kuat di kalangan masyarakat Adivasi, keberlanjutan budidaya ikan dan intervensi teknologi yang terkait juga tercatat bervariasi dengan kesediaan tokoh masyarakat dan kemampuan untuk memobilisasi komunitas mereka. Secara umum, retensi produksi perikanan budidaya dan perusahaan yang terkait adalah Sejalan tinggi di daerah-daerah di mana para pemimpin masyarakat yang proaktif dalam memobilisasi komunitas mereka (misalnya , masyarakat Birnagar Bashpara di Dinajpur). Sebaliknya, ekspansi terbatas di daerah di mana para pemimpin masyarakat yang lebih pasif dalam mendorong dan memobilisasi masyarakat (Tabel 10).
Gambar 14. Warga Adivasi Menjual Ikan Hasil Budidaya
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
36
yang didirikan berdasarkan proyek, yang ditinjau kembali pada tahun 2012 ditemukan melanjutkan dengan pengelolaan sumber daya air masyarakat untuk produksi budidaya sumber daya akuatik (terutama kepiting, siput dan belut rawa) untuk konsumsi subsisten (Tabel 10). Namun, terbukti sulit untuk mengamankan akses ke daratan atas nama masyarakat Adivasi lainnya saat proyek ini masih aktif. Meningkatkan intervensi jenis ini sehingga mungkin bermasalah.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
37
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
38
ADB (Asian Development Bank), 2004. An Evaluation of Small-scale Freshwater Rural Aquaculture Development for Poverty Reduction. Operations Evaluation Department, Manila, Philippines.
Banu, L., Bode, B., 2002. CARE Bangladesh's FFS Approach: New Frontiers in Farmer Empowerment. Go-Interfish Project, CARE Bangladesh, Dhaka 14.
Barkat, A., Hoque, M., Halim, S., Osman, A., 2009. Life and Land of Adivasis: Land Dispossession and Alienation of Adivasis in Plain Districts of Bangladesh. Pathak Shamabesh, Dhaka.
Barman, B.B., Little, D.C., 2006. Nile tilapia (Oreochromis niloticus) seed production in irrigated rice fields in northwest Bangladesh—an approach appropriate for poorer farmers? Aquaculture 261, 72–79.
Barman, B.B., Little, D.C., 2011. Use of hapas to produce Nile Tilapia (Oreochromis niloticus L.) seed in household foodfish ponds: a participatory trialwith small-scale farming households in northwest Bangladesh. Aquaculture 317, 214–222.
BBS (Bangladesh Bureau of Statistics), 2011. Report of the Household Income and Expenditure Survey 2010. Bangladesh Bureau of Statistics, Dhaka.
Belton, B., Little, D.C., 2011. Immanent and interventionist inland Asian aquaculture development and its outcomes. Dev. Policy Rev. 29 (4), 459– 484.
Belton, B., Haque, M.M., Little, D.C., 2012. Does size matter? Reassessing the relationship between aquaculture and poverty in Bangladesh. J. Dev. Stud. 48 (7), 904–922. http://dx.doi.org/10.1080/00220388.2011.638049.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
39
CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research), 2007. Pooling Resources, CGIAR News. http://www.cgiar.org/web-archives/www-cgiar-org-enewsoctober2007-story_09-html (accessed 18 July 2012).
Chowa, G.A.N., 2006. Savings performance among rural households in Sub-Sarahan Africa: the effect of gender. Soc. Dev. Issues 28 (2), 106–116. De Silva, S., Davy, B., 2010. Aquaculture successes in Asia: contribution to
sustained development and poverty alleviation. In: De Silva, S., Davy, B. (Eds.), Success Stories in Asian Aquaculture. Springer Dordrecht Heidelberg London and New York, p. 214.
DFID (Department for International Development), 2001. Sustainable Livelihoods Guidance Sheets. Department for International Development, London.
Feder, G., Murgai, R., Quizon, J.B., 2004. Sending farmers back to school: the impact of farmer field schools in Indonesia. Rev. Agric. Econ. 26 (1), 45–62. Gupta, M.V., Sollows, J.D., Mazid, M.A., Rahaman, A., Hussain, M.G., Dey, M.M.,
1999. Integrating aquaculture with rice farming in Bangladesh: feasibility, and economic viability, its adoption and impact. ICLARM Tech. Rep. 55 (90 Final Report. DFID/India: MPRLP and TCPSU/Enterplan 24.
Hossian, M., Bayes, A., 2009. Rural Economy and Livelihoods: Insights from Bangladesh. AH Development Publishing House, Dhaka.
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
40
IRIN, 2011. Bangladesh: Indigenous Group Face Land-grabbing in North. IRIN Humanitarian News and Analysis. (http://www.irinnews.org/ printreport.aspx?reportid=94558 (accessed 4 October 2012)).
Kapaeeng Foundation, 2011. Bangladesh Human Rights Report 2011 on Indigenous People in Bangladesh. Kapaeeng Foundation, Dhaka 236.
Lewis, D., 1997. Rethinking aquaculture for resource poor farmers: perspectives from Bangladesh. Food Policy 22 (6), 533–546.
Mainuddin, K., Rahman, A., Islam, N., Quasem, S., 2011. Planning and Costing Agriculture's Adaptation to Climate Change in the Salinity-prone Cropping System of Bangladesh International Institute for Environment and Development (IIED), London, UK (http://pubs.iied.org/pdfs/G03173.pdf (accessed 20 January 2013)).
McAndrew, K.I., Little, D.C., Beveridge, M.C.M., 2000. Entry points and low risk strategies appropriate for the resources poor to participate in cage aquaculture: experiences From CARE-CAGES project, Bangladesh. In: Liao, I.C., Kwei Lin, C. (Eds.), Cage Aquaculture in Asia, Proc. 1st International Symposium on Cage Aquaculture in Asia,
Pingtung, Taiwan, 2–6 November 1999. Asian Fisheries Society/World Aquaculture Society — Southeast Asian Chapter, Bangkok, pp. 225–231. Nabi, R., 2008. Constraints to the adoption of rice–fish farming by smallholders in
Bangladesh: a farming systems analysis. Aquac. Econ. Manag. 12 (2), 145– 153.
NETZ, Bangladesh, 2011. Extreme poor Adivasis and the problemof accessing social safety nets. Working Paper 4. NETZ Partnership for Development and Justice, Bangladesh, p. 35.
OPHI (Oxford Poverty, Human Development Initiative), 2011. Country Briefing: Bangladesh. Department of International Development, Queen Elizabeth House, University of Oxford,
Dapatkah akuakultur memberikan manfaat bagi orang yang sangat miskin?
- Terjemahan Oleh : Arif Rahman Hakim, S.St.Pi - 2014
41
Pant, J., Shrestha,M.K., Bhujel, R.C., 2012. Aquaculture and Resilience:Women in Aquaculture in Nepal. In: Shrestha,M.K., Pant, J. (Eds.) Small-Scale Aquaculture for Rural Livelihoods. Proc. of the Symposium on Small-scale Aquaculture for Increasing Resilience of Rural Livelihoods in Nepal, Kathmandu, 5–6 February 2009, pp. 19–25. Chitwan, Nepal: Institute of Agriculture and Animal Science, Tribhuvan University, Rampur; Penang, Malaysia: The WorldFish Center.