• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI PO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI PO"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI

POST CLEARANCE AUDIT

MODUL

DASAR-DASAR PEMERIKSAAN

OLEH :

TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

(2)
(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai ……… i

Daftar Isi ……… ii

DASAR-DASAR PEMERIKSAAN 1. Pendahuluan ………... 1

1.1 Deskripsi Singkat ………... 1

1.2 Tujuan Instruksioan Umum ………... 1

1.3 Tujuan Instruksional Khusus ……… 2

2. Kegiatan Belajar (KB) 1 GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN 2.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ………... 3

A. Pengertian Pemeriksaan ………. 5

B. Perbedaan Auditing dan Accounting (Akuntansi) ………. 11

C. Jenis-Jenis Audit ……….……… 13

D. Profesi Akuntandi Indonesia dan di Negara lain ………... 16

2.2 Latihan 1 ……… 18

A. Standar Profesional Akuntan Publik ………. 21

B. Kode Etik Akuntan di Indonesia ………... 25

A. Arti dan Pentingnya Teknik Pemeriksaan ……… 29

B. Macam Teknik Pemeriksaan ……..……… 30

C. Macam-macam Bukti ……… 35

(4)

4.3 Rangkuman ……… 38

5. Kegiatan Belajar (KB) 4 KERTAS KERJA PEMERIKSAAN 5.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……… 39

A. Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan ..………. 39

B. Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan ……… 40

5.2 Latihan 4 ……… 42

5.3 Rangkuman ……… 42

6. Kegiatan Belajar (KB) 5 PERENCANAAN PEMERIKSAAN 6.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……… 43

6.2 Latihan 5 ……… 46

6.3 Rangkuman ……… 46

7. Kegiatan Belajar (KB) 6 PELAKSANAAN PEMERIKSAAN 7.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……….. 47

7.2 Latihan 6 ……… 49

7.3 Rangkuman ……… 49

8. Kegiatan Belajar (KB) 7 PELAPORAN PEMERIKSAAN 8.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……….. 50

A. Bentuk Laporan Akuntan ... 50

B. Jenis-Jenis Pendapat Akuntan ... 50

8.2 Latihan 7 ……… 59

8.3 Rangkuman ……… 59

9. Kegiatan Belajar (KB) 8 PEMAHAMAN LAPORAN KEUANGAN 9.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……….. 60

A. Arti Penting Laporan Keuangan ... 60

B. Lebih Dalam Tentang Laporan Keuangan ... 66

(5)

9.2 Latihan 8 ……… 78

9.3 Rangkuman ……… 78

10. Test Formatif ……….. 80

11. Kunci Jawaban Test Formatif ……… 83

12. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……… 83

(6)

MODUL

DASAR-DASAR PEMERIKSAAN

1. PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi Singkat

Pembaca yang budiman,

Kami sangat menghargai kemauan Saudara untuk mempelajari modul ini, semoga kesungguhan Saudara dalam mempelajari modul ini akan bermanfaat bagi Saudara, baik dalam Pendidikan dan Pelatihan maupun dalam pelaksanaan tugas nantinya.

Modul ini membahas hal-hal dasar yang harus diketahui oleh seorang pemeriksa (auditor) secara umum dalam melakukan pemeriksaan (auditing), mulai dari persiapan audit sampai dengan pembuatan laporan audit. Modul ini disusun sedemikian rupa untuk memudahkan Saudara mempelajari materi-materi yang diberikan. Dalam hal ini penulis berasumsi bahwa Saudara sama sekali belum pernah mempelajari pemeriksaan (auditing). Untuk itu penulis sengaja menampilkan contoh-contoh audit yang dilakukan terhadap laporan keuangan oleh akuntan publik, sampai dengan audit kepatuhan oleh instansi pemerintah.

1.2. Tujuan Instruktusional Umum

Modul ini terdiri dari delapan kegiatan belajar, yaitu : Kegiatan Belajar 1 : Gambaran Umum Pemeriksaan

Kegiatan Belajar 2 : Standar Profesional Pemeriksa dan Kode Etik Pemeriksa Kegiatan Belajar 3 : Teknik-teknik Pemeriksaan

Kegiatan Belajar 4 : Kertas Kerja Pemeriksaan Kegiatan Belajar 5 : Perencanaan Pemeriksaan Kegiatan Belajar 6 : Pelaksanaan Pemeriksaan Kegiatan Belajar 7 : Pelaporan Pemeriksaan

(7)

1.3. Tujuan Instruktusional Khusus

Diharapkan setelah mempelajari modul ini Saudara akan :

- Mampu memahami dan mampu menjelaskan pengertian audit, perbedaannya dengan akuntansi, jenis-jenis audit dan juga tentang profesi akuntan.

- Mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang standar profesional akuntan publik dan kode etik akuntan di Indonesia.

- Mampu memahami dan mampu menjelaskan arti penting dan macam dari teknik pemeriksaan.

- Mampu memahami dan mampu menjelaskan pengertian dan tujuan kertas kerja pemeriksaan.

- Mampu memahami dan mampu menjelaskan hal-hal yang harus dilaksanakan dalam perencanaan pemeriksaan.

- Mampu memahami dan mampu menjelaskan hal-hal yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan pemeriksaan.

- Mampu memahami dan mampu menjelaskan hal-hal yang harus dilaksanakan dalam pelaporan pemeriksaan.

- Mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang pemahaman laporan keuangan dan arti pentingnya bagi auditor.

Oleh karena modul ini berisi materi-materi umum yang harus diketahui oleh seorang auditor, maka keberhasilan Saudara dalam mempelajari dan menyerap materi-materi modul ini sangat berarti bagi Saudara dalam mempelajari modul-modul selanjutnya, misalnya Audit Kepabeanan dan Cukai.

(8)

2. KEGIATAN BELAJAR (KB) 1

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

2.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Pada bagian modul ini penulis akan menjelaskan materi tentang : a. Pengertian Pemeriksaan

b. Perbedaan Auditing dan Accounting (Akuntansi) c. Jenis-jenis Audit

d. Profesi Akuntan di Indonesia dan di negara lain

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan unit Direktorat Jenderal di bawah Departemen Keuangan yang membawahi 18 kantor wilayah (termasuk KPU) dan lebih dari 100 kantor pengawasan dan pelayanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, serta perwakilan di beberapa negara sahabat, dengan jumlah keseluruhan pegawai kurang lebih 11.000 orang.

Tugas pokok DJBC adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan di Bidang Kepabeanan dan Cukai, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perUndang-undangan yang berlaku.

DJBC memegang peranan yang penting mengingat 4 (empat) fungsi utama yang diemban oleh DJBC sebagai berikut:

a. Fungsi Trade Facilitator (fasilitator perdagangan) b. Fungsi Community Protector (Pelindung Masyarakat) c. Fungsi Industrial Assistance (Pendorong Industrialisasi) d. Fungsi Revenue Collecting (pengumpul penerimaan negara).

Berkaitan dengan tugas pokok dan peran tersebut diatas, DJBC oleh Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabean dan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai diberi kewenangan untuk melakukan pemeriksaan.

(9)

“Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan pemeriksaan pabean atas barang impor

atau barang ekspor setelah pemberitahuan pabean diserahkan.” (Pasal 82 ayat 1)

“Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan audit kepabeanan terhadap orang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49. (Pasal 86 ayat 1)

“Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan

dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan

usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang

kepabeanan, dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan

perUndang-undangan di bidang kepabeanan.” (Pasal 1 butir 20)

“Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang

ditunjuk dalam jabatan tertentu berdasarkan Undang-undang ini.” (Pasal 1 butir 12)

Sedangkan kewenangan pemeriksaan oleh pejabat bea dan cukai yang dinyatakan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 sebagai berikut ini;

“Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan pemeriksaan terhadap:

a. pabrik, tempat penyimpanan, atau tempat lain yang digunakan untuk menyimpan

barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang terkait dengan barang kena cukai,

yang belum dilunasi cukainya atau memperoleh pembebasan cukai;

b. bangunan atau tempat lain yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan

dengan bangunan atau tempat sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. tempat usaha penyalur, tempat penjualan eceran, atau tempat lain yang bukan

rumah tinggal, yang di dalamnya terdapat barang kena cukai; dan

d. barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang terkait dengan barang kena cukai

yang berada di tempat sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan huruf c.” (Pasal

35 ayat 1)

“Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan audit cukai terhadap pengusaha pabrik,

pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur, dan pengguna

barang kena cukai yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9.” (Pasal 39 ayat 1)

“Audit cukai adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan

dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan

dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan dengan

kegiatan di bidang cukai dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan

(10)

“Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang

ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan

Undang-undang ini.” (Pasal 1 butir 15)

Yang akan menjadi fokus pembahasan dalam modul dasar-dasar pemeriksaan ini adalah hanya yang berkaitan dengan kewenangan pejabat bea dan cukai untuk melakukan audit. Sehingga hanya akan dibahas pemeriksaan yang masih ada relevansinya dengan audit oleh pejabat bea dan cukai.

A. Pengertian Pemeriksaan

Terdapat beberapa pengertian tentang pemeriksaan/audit sebagai bahan perbandingan, diantaranya adalah sebagai berikut;

Menurut Wikipedia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia via internet

“Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi,

sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, obyektif, dan

tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi

bahwa subyek dari audit telah dilaksanakan atau berjalan sesuai dengan standar,

regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.”

Menurut Longman dictionary of contemporary English

“Audit (verb) is to officially examine a company's financial records in order to check that

they are correct”

Menurut Sukrisno Agoes (2004), dalam “Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh

Kantor Akuntan Publik)”

Dalam kaitannya dengan Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) lebih dikenal dengan istilah Auditing. Menurut Sukrisno Agoes pengertian auditing adalah:

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang

independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta

catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”

(11)

Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen

beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa laporan keuangan yang diperiksa meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Catatan pembukuan terdiri dari buku harian (buku kas/bank, buku penjualan, buku pembelian, buku serba serbi), buku besar, sub buku besar (piutang, utang, aktiva tetap, kartu persediaan). Sedangkan bukti-bukti pendukung meliputi bukti penerimaan dan pengeluaran kas/bank, faktur penjualan,

journal voucher, dan lain-lain. Dokumen lain yang harus diperiksa adalah notulen rapat

direksi dan pemegang saham, akte pendirian, kontrak, perjanjian kredit, dan lain-lain.

Kedua, pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis. Disebutkan bahwa kritis

artinya pemeriksaan tersebut harus dipimpin oleh seorang yang mempunyai gelar akuntan (registered accountant) dan mempunyai izin praktik sebagai akuntan publik dari Menteri Keuangan. Pelaksana pemeriksaan harus mempunyai pendidikan, pengalaman, dan keahlian di bidang akuntansi, perpajakan, sistem akuntansi dan pemeriksaan akuntan. Jika tidak maka kecermatan, kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kesalahan tidak dapat dilakukan. Sistematis artinya pemeriksaan harus direncanakan sebelum pelaksanaannya dengan membuat audit

plan (rencana pemeriksaan). Antara lain dicantumkan kapan pemeriksaan dimulai, berapa

lama jangka waktu pemeriksaan diperkirakan, kapan laporan harus selesai, berapa orang

audit staff yang ditugaskan, masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi di bidang

auditing, akuntansi (accounting), perpajakan dan lain-lain. Juga harus menetapkan batas

materialitas dan memperhitungkan resiko audit.

Ketiga, pemeriksaan oleh pihak yang independen. Menurut Sukrisno Agoes pemeriksa

sebagai pihak di luar perusahaan yang diperiksa, tidak boleh mempunyai kepentingan tertentu di dalam perusahaan tersebut (misal sebagai pemegang saham, direksi atau dewan komisaris), atau mempunyai hubungan khusus (misal keluarga dari pemegang saham, direksi atau dewan komisaris, mengemban kepercayaan dari masyarakat, bekerja secara objective, tidak memihak ke pihak manapun dan melaporkan apa adanya.

Keempat, tujuan pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.

(12)

mengandung kesalahan yang material (besar atau signifikan). Akuntan publik tidak dapat menyatakan bahwa laporan keuangan itu benar, karena pemeriksaannya dilakukan secara

sampling (test base) sehingga mungkin saja terdapat kesalahan dalam laporan keuangan

tetapi jumlahnya tidak material (kecil atau immaterial) sehingga tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

Menurut Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Dalam pasal 1 ayat 1 Undang-undang tersebut dinyatakan;

”Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan

secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk

menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi, mengenai

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.”

Dalam pasal 1 ayat 3 nya dinyatakan;

”Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.”

Dalam penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pemeriksaan yang menjadi tugas BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab mengenai keuangan negara yang mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Terdapat tiga jenis pemeriksaan yang menjadi kewenangan BPK, antara lain:

1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Ini dilakukan dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

2. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Tujuan pemeriksaan ini untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan dan bagi pemerintah dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya secara efektif.

(13)

pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif).

Seluruh pemeriksaan tersebut pelaksanaannya didasarkan pada suatu standar pemeriksaan yang disusun oleh BPK dengan mempertimbangkan standar di lingkungan profesi audit secara internasional setelah melakukan konsultasi dengan pihak pemerintah serta organisasi profesi di bidang pemeriksaan.

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

Dalam pasal 29 dinyatakan bahwa;

”(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (2) Untuk

keperluan pemeriksaan petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan

dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta memperlihatkannya kepada Wajib

Pajak yang diperiksa.”

Dalam pasal 1 ayat 24 dinyatakan bahwa ”Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan

untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Dalam penjelasan pasal 29 ayat 2 disebutkan; petugas pemeriksa harus telah mendapatkan pendidikan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak. Dalam menjalankan tugasnya petugas pemeriksa harus bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengertian, sopan, dan objektif serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela.

Menurut undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan atas

Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan

Dalam pasal 1 butir 20 Undang-undang tersebut dinyatakan;

”Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan

dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan

(14)

kepabeanan, dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perUndang-undangan di bidang kepabeanan.”

Dalam pasal 86 ayat 1 nya dinyatakan;

”Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan audit kepabeanan terhadap orang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49”

Dan dalam pasal 1 butir 11 Undang-undang tersebut dinyatakan;

”Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang

ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan

Undang-undang ini.”

Dalam penjelasan pasal 86 ayat 1 dinyatakan bahwa audit kepabeanan dilakukan dalam rangka pengawasan sebagai konsekuensi diberlakukannya: sistem self assesment; ketentuan nilai pabean berdasarkan nilai transaksi; pemberian fasilitas tidak dipungut, pembebasan, keringanan, pengembalian, atau penangguhan bea masuk yang hanya dapat diawasi dan dievaluasi setelah barang impor keluar dari kawasan pabean.

Dalam penjelasan pasal 86 ayat 1a dinyatakan pula bahwa audit kepabeanan bukan merupakan audit untuk menilai atau memberikan opini tentang laporan keuangan, tetapi untuk menguji tingkat kepatuhan orang terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan. Laporan keuangan diminta dengan tujuan hanya untuk memastikan bahwa pembukuan yang diserahkan adalah pembukuan yang sebenarnya digunakan untuk mencatat kegiatan usahanya yang pada akhir periode diikhtisarkan dalam laporan keuangan. Selain itu, dengan laporan keuangan, pejabat bea dan cukai dapat memperoleh informasi mengenai kegiatan orang yang berkaitan dengan kepabeanan.

Ada beberapa hal yang dapat diambil dari pasal-pasal tersebut, antara lain;

Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang

menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan, dan/atau sediaan barang.

Kedua, pemeriksaan dilakukan oleh auditor (pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

yang ditunjuk dalam jabatan audit) dengan dibekali surat tugas audit. Tidak setiap pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berwenang melaksanakan audit kepabeanan.

Ketiga, tujuan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan orang terhadap peraturan

(15)

Menurut undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan atas

Undang-undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai

Dalam pasal 1 butir 19 Undang-undang tersebut dinyatakan;

“Audit cukai adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku,

catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yang

berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan

dengan kegiatan di bidang cukai dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan

ketentuan perUndang-undangan di bidang cukai.”

Dalam pasal 39 ayat 1 nya dinyatakan;

“Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan audit cukai terhadap pengusaha pabrik,

pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur, dan pengguna

barang kena cukai yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9.”

Dan dalam pasal 1 butir 15 Undang-undang tersebut dinyatakan;

“Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang

ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan

Undang-undang ini.”

Dalam penjelasan pasal 39 ayat 1 dinyatakan bahwa audit cukai dimaksudkan untuk menilai kepatuhan pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur, dan pengguna barang kena cukai yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, terhadap ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang cukai.

Ada beberapa hal yang dapat diambil dari pasal-pasal tersebut, antara lain;

Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang

menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai dan/atau sediaan barang.

Kedua, pemeriksaan dilakukan oleh auditor (pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

yang ditunjuk dalam jabatan audit) dengan dibekali surat tugas audit. Tidak setiap pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berwenang melaksanakan audit cukai.

Ketiga, tujuan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan orang terhadap peraturan

(16)

B. Perbedaan Auditing dan Accounting (Akuntansi)

Terdapat perbedaan yang mendasar antara auditing dengan accounting. Menurut Sukrisno Agoes (2004;7) bahwa Auditing mempunyai sifat analitis, karena auditor (akuntan publik) memulai pemeriksaannya dari angka-angka dalam laporan keuangan (financial statement), lalu dicocokkan dengan neraca saldo (trial balance), buku besar (general ledger), buku harian (special journals), bukti-bukti pembukuan (documents) dan sub buku besar (sub-ledger).

Sedangkan accounting (akuntansi) mempunyai sifat konstruktif, karena disusun mulai dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan sub buku besar, neraca saldo sampai laporan keuangan. Akuntansi disusun dan dibuat oleh pegawai perusahaan (bagian akuntansi) dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan sedangkan auditing dilakukan oleh auditor (pemeriksa) yang apabila dari akuntan publik (khususnya financial audit) dengan berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik, Aturan Etika IAI Kompartemen Akuntan Publik dan Standar Pengendalian Mutu.

(17)
(18)

C. Jenis-jenis Audit

Menurut Sukrisno Agoes (2004;9) ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit dapat dibedakan atas:

1. General Audit (Pemeriksaan Umum)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP Independen dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan ini harus dilakukan sesuai Standar Profesional/Akuntan Publik dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Aturan Etika KAP yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia serta Standar Pengendalian Mutu.

2. Special Audit (Pemeriksaan Khusus)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP Independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan.

Dalam kasus tersebut prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang, penjualan dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar jumlahnya dan bagaimana modusnya.

Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dapat dibedakan atas;

1. Management Audit (Operational Audit)

(19)

Pendekatan audit yang dilakukan adalah dengan menilai efisiensi, efektivitas dan keekonomisan masing-masing fungsi yang terdapat dalam perusahaan. Misalnya fungsi penjualan dan pemasaran, fungsi produksi, fungsi pergudangan dan distribusi, fungsi personalia (sumber daya manusia), fungsi akuntansi dan fungsi keuangan. Biasanya audit prosedur yang dilakukan mencakup:

Analytical review procedure, yaitu membandingkan laporan keuangan periode

berjalan dengan periode yang lalu, budget dengan realisasinya serta analysis ratio (misal menghitung ratio likuiditas, rentabilitas, dan aktivitas baik untuk tahun berjalan maupun tahun lalu, dan membandingkannya dengan ratio industri)

Evaluasi atas management control system yang terdapat di perusahaan. Antara

lain tujuannya untuk mengetahui apakah terdapat sistem pengendalian manajemen dan internal control yang memadai dalam perusahaan, untuk menjamin keamanan harta perusahaan, dapat dipercayainya data keuangan dan mencegah terjadinya pemborosan dan kecurangan-kecurangan.

Compliance Test (Pengujian Ketaatan), yaitu untuk menilai efektifitas internal

control dan sistem pengendalian manajemen dengan melakukan pemeriksaan secara sampling atas bukti-bukti pembukuan, sehingga dapat diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan manajemen perusahaan.

Dalam management audit terdapat 4 (empat) tahapan, yaitu; 1). Preliminary Survey (Survei Pendahuluan)

Untuk mendapatkan gambaran bisnis perusahaan. Dilakukan tanya jawab dengan manajemen dan staf perusahaan serta dengan menggunakan questionnaires.

2). Review and Testing of Management Control System (Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen)

(20)

3). Detailed Examination (Pengujian Terinci)

Melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui apakah prosesnya sesuai kebijakan manajemen. Auditor harus melakukan observasi kegiatan dari fungsi-fungsi yang terdapat di perusahaan. 4). Report Development (Pengembangan Laporan)

Auditor membuat laporan mirip dengan management letter, karena isinya audit findings (temuan pemeriksaan) mengenai penyimpangan yang terjadi terhadap kriteria (standard) yang berlaku yang mengakibatkan inefisiensi, inefektifitas dan pemborosan dan kelemahan dalam sistem pengendalian manajemen (management control system) di perusahaan. Auditor juga memberikan saran-saran perbaikan.

Management audit dapat dilakukan oleh internal auditor, KAP, maupun management consultant. Yang penting tim management audit harus mencakup berbagai disiplin ilmu misalnya akuntan, ahli manajemen produksi, pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, dan lain-lain.

2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)

Untuk mengetahui apakah sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen/dewan komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan lain-lain).

3. Internal Audit (Pemeriksaan Intern)

Pemeriksaan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.

Biasanya pemeriksaan lebih rinci dibandingkan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan karena dianggap oleh pihak-pihak luar bahwa internal auditor tidak independen.

(21)

4. Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan EDP (Electronic Data Processing) System.

Metode yang dilakuan auditor adalah ; 1). Audit arround the computer

Auditor memeriksa input dan output dari EDP System tanpa melakukan test terhadap proses dalam sistem tersebut.

2). Audit through the computer

Audit selain hal tersebut diatas, juga melakukan test terhadap proses sistem tersebut. Pengetesan merupakan complience test dengan menggunakan generalized audit software dan memasukkan dummy data (data palsu) untuk mengetahui apakah data palsu tersebut diproses sesuai dengan system yang seharusnya. Dalam mengevaluasi internal control atas EDP system, auditor mengunakan internal control questionnaires untuk EDP system.

Internal control dalam EDP system terdiri dari:

General control, yaitu berkaitan dengan organisasi EDP departement, prosedur

dokumentasi, testing dan otorisasi dari original system dan setiap perubahan yang akan dilakukan terhadap sistem tersebut. Juga yang berkaitan dengan control yang terdapat dalam hardwarenya.

Aplication control, berkaitan dengan pelaksanaan tugas khusus yang dilakukan oleh EDP department. Misalnya membuat daftar gaji. Dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa data yang diinput, processing data, output dalam bentuk print out telah dilakukan secara akurat sehingga menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

D. Profesi Akuntan di Indonesia dan di Negara Lain

Perlu sekilas kiranya sebagai wawasan diberikan pengetahuan tentang beberapa profesi akuntan baik di Indonesia maupun di negara lain. Agar dapat bermanfaat pada saat implementasi audit di lapangan.

(22)

Unud, Andalas, Syah Kuala), lulusan STAN (Dilpoma IV), dan lulusan fakultas ekonomi swasta yang telah lulus ujian negara dan UNA Dasar serta UNA Profesi.

Untuk mendapatkan gelar akuntan, harus mengikuti pendidikan profesi akuntan di perguruan tinggi tertentu dan mengambil antara 20-30 SKS dan harus mendaftar ke Departemen Keuangan untuk mendapatkan nomor registrasi dimulai dari A dan D. (sudah sekitar 50.000 an)

Untuk dapat melakukan praktek sebagai akuntan publik, akuntan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Departemen Keuangan. Antara lain harus lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang diselenggarakan oleh IAI dan Departemen Keuangan. (sampai dengan 2002 yang sudah lulus USAP dan bersertifikat akuntan publik berjumlah 50 an orang)

Seorang yang sudah memiliki nomor register, dapat memilih profesi sebagai;

- akuntan publik (eksternal auditor); dengan memiliki atau bekerja di KAP

- internal auditor; bekerja di internal audit department perusahaan swasta atau satuan pengawas intern di BUMN

- government auditor; bekerja di BPKP, BPK atau inspektorat jenderal suatu departemen

- financial accountant; bekerja di bagian akuntansi keuangan

- cost accountant; bekerja dibagian akuntansi biaya

- management accountant; bekerja di bagian akuntansi manajemen

- tax accountant; bekerja di bagian perpajakan suatu perusahaan atau di direktorat jenderal pajak

- akuntan pendidik; bekerja sebagai pengajar/dosen

Di negara lain seperti Amerika , untuk medapatkan gelar Certified Public Accountant (CPA) harus lulus ujian yang diselenggarakan oleh AICPA (American Institute of Certified Public Accountant), untuk mendapatkan gelar CIA (Certified Internal Auditor) harus lulus ujian yang diselenggarakan oleh IIA (Institute of Internal Auditor), untuk mendapatkan gelar CMA (Certified Management Accountant) harus lulus ujian yang diselenggarakan oleh IMA (Institute of Management Accountant)

(23)

2.2. Latihan 1

Cobalah berikan jawaban secara ringkas dan jelas beberapa soal latihan berikut ini; 1. Jelaskan beberapa pengertian pemeriksaan!

2. Apakah ada perbedaan antara auditing dengan accounting ? Jelaskan ! 3. Cobalah berikan ringkasan tentang jenis-jenis audit !

4. Jelaskan secara prinsip tentang audit kepabeanan apabila dikaitkan dengan auditing oleh Kantor Akuntan Publik !

5. Bacalah artikel Kompas berikut ini dan apa kaitannya dengan pemeriksaan !

Senin, 29 Oktober 2007

Administrasi Keuangan

KY Bentuk Satgas Sistem Akuntansi

Jakarta, Kompas - Komisi Yudisial atau KY membentuk unit organisasi tersendiri yang bertugas dan

bertanggung jawab melaksanakan sistem akuntansi instansi. Pembentukan unit ini dilakukan sebagai

tindak lanjut hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan untuk tahun anggaran 2006.

Dalam laporan auditnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menilai laporan keuangan KY disajikan

dengan wajar dalam semua hal yang material. Realisasi anggaran tahun 2006 juga dinilai sesuai

dengan standar akuntansi pemerintah, kecuali dalam hal penerimaan donor dari Partnership senilai Rp

1,37 miliar. Penggunaan dana hibah itu tak dicantumkan dalam Laporan Realisasi Anggaran KY tahun

2006.

Meskipun demikian, BPK menyampaikan sejumlah catatan, yaitu terkait unit penanggung jawab

sistem keuangan instansi, belum dibayarkannya pajak penghasilan honor komisioner KY (uang

representasi) selama 2006, dan laporan dana hibah.

Sekretaris Jenderal KY Muzayyin Mahbub saat dikonfirmasi mengenai hasil audit BPK ini, Minggu

(28/10) di Jakarta, mengakui, sudah menindaklanjuti audit BPK itu. Unit organisasi yang bertanggung

jawab tentang sistem akuntansi sudah dibentuk sejak beberapa waktu lalu. Demikian pula dengan

pembayaran pajak penghasilan uang representasi komisioner KY.

"Pajak penghasilan sudah dibayar. Ini hanya masalah perbedaan persepsi antara teman di bagian

keuangan dan BPK," ujarnya.

Muzayyin menambahkan, perbedaan persepsi juga terjadi dalam memandang perlu tidaknya sistem

akuntansi instansi dalam unit tersendiri. Unit itu tidak dibentuk karena digabungkan dengan bagian

keuangan yang secara fungsional menjalankan tugas itu. "KY ini kan organisasinya kecil," ujarnya

(24)

2.3. Rangkuman

Banyak pengertian yang dikemukakan tentang pemeriksaan/ audit. Pada intinya pengertian-pengertian tersebut memiliki makna yang hampir sama, yang membedakan adalah pelaksana dan tujuan pemeriksaannya. Pengertian pemeriksaan/ audit dalam arti luas adalah evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, obyektif dan tidak memihak yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subyek dari audit telah dilaksanakan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi dan praktik yang telah disetujui dan diterima.

Perbedaan mendasar antara auditing dengan accounting adalah :

- Auditing mempunyai sifat analitis, karena auditor (akuntan publik) memulai

pemeriksaannya dari angka-angka dalam laporan keuangan, lalu dicocokkan dengan neraca saldo, buku besar, buku harian, bukti-bukti pembukuan dan sub buku besar.

- Auditing dilakukan oleh auditor.

- Auditing berpedoman pada Standar Akuntan Publik, Aturan Etika IAI Kompartemen

Akuntan Publik dan Standar Pengendalian Mutu (untuk audit oleh akuntan publik).

- Accounting mempunyai sifat konstruktif, karena disusun mulai dari bukti-bukti

pembukuan, buku harian, buku besar dan sub buku, neraca saldo sampai laporan keuangan.

- Accounting disusun dan dibuat oleh pegawai perusahaan (bagian akuntansi).

- Accounting berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan.

Jenis-jenis audit ditinjau dari luasnya adalah : general audit (pemeriksaan umum) dan special audit (pemeriksaan khusus). Jika ditinjau dari jenis pemeriksaannya, audit dibagi atas : management audit (operational audit), compliance audit (pemeriksaan ketaatan), internal audit (pemeriksaan intern) dan computer audit.

(25)

20-30 SKS dan harus mendaftar ke Departemen Keuangan untuk mendapatkan nomor registrasi.

(26)

3. KEGIATAN BELAJAR (KB) 2

STANDAR PROFESIONAL PEMERIKSA

DAN KODE ETIK PEMERIKSA

3.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Pada bagian modul ini penulis akan menjelaskan materi tentang : a. Standar Profesional Akuntan Publik

b. Kode Etik Akuntan di Indonesia

A. Standar Profesional Akuntan Publik

Menurut Sukrisno Agoes (2004;28), dalam Konggres ke VII IAI tahun 1994 telah disahkan Standar Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar isinya sebagai berikut:

1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik

2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan 3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan 4. Pernyataan jasa akuntansi dan review.

Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima standar, yaitu:

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA)

2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT)

3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR)

4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK)

5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSPM)

(27)

”standar” berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing mencakup mutu profesional auditor dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit.

(28)

Gambar 2.1.

Hirarki Standar Auditing

Landasan Konseptual Landasan Konseptual

Landasan Operasional Landasan Operasional

(29)

Standar Umum :

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Standar Pekerjaan Lapangan :

4. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

5. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

6. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Standar Pelaporan :

7. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.

8. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

9. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

(30)

B. Kode Etik Akuntan di Indonesia

Selain Standar Profesional Akuntan Publik, seorang akuntan juga harus memenuhi Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal yang wajib dipenuhi oleh akuntan publik.

Berkaitan dengan Kode Etik Akuntan Indonesia pada prinsipnya menurut Sukrisno Agoes (2004;40) adalah suatu pedoman bagi para anggota IAI untuk bertugas secara bertanggung jawab dan obyektif. Karena jasa yang diberikan kepada pihak lain berupa pengetahuan dan keahliannya sehingga auditor harus memiliki rasa tanggung jawab kepada pihak-pihak yang dipengaruhi oleh jasanya itu.

(31)
(32)

3.2. Latihan 2

1. Untuk akuntan publik Saudara telah mengenal Standar Profesional Akuntan Publik, coba Saudara cari 1 (satu) contoh standar profesional untuk auditor selain akuntan publik, bisa dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan (Itjen), Direktorat Jenderal Pajak atau Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kemudian buatlah resumenya.

2. Coba Saudara buat contoh kondisi yang menyebabkan auditor tidak bisa bertindak secara independen dalam melakukan audit!

3.3. Rangkuman

Standar Auditing untuk Akuntan Publik terdiri dari : A. Standar Umum :

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

B. Standar Pekerjaan Lapangan :

4. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

5. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

6. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

C. Standar Pelaporan :

7. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.

(33)

dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

9. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

(34)

4. KEGIATAN BELAJAR (KB) 3

TEKNIK-TEKNIK PEMERIKSAAN

4.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Pada bagian modul ini penulis akan menjelaskan materi tentang : a. Arti dan Pentingnya Teknik Pemeriksaan

b. Macam Teknik Pemeriksaan

A. Arti dan Pentingnya Teknik Pemeriksaan

Teknik pemeriksaan adalah cara-cara yang ditempuh pemeriksa untuk memperoleh pembuktian dalam membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya.

Pada dasarnya seorang pemeriksa dalam proses membandingkan apa yang sebenarnya dengan apa yang seharusnya, harus mengumpulkan bukti-bukti, baik bukti mengenai keadaan yang sebenarnya maupun bukti-bukti mengenai keadaan yang seharusnya. Dalam hubungan ini perlu disadari tindakan membuktikan tidaklah selalu mudah dilakukan. Selain bukti-bukti itu tidak mudah dipahami oleh pemeriksa, sering kali bukti-bukti tersebut tidak mudah diperoleh pada saat pemeriksaan. Dengan demikian perlu ditempuh berbagai cara agar bukti-bukti itu dapat diperoleh dan dipahami oleh pemeriksa.

Mengingat pembuktian di dalam pemeriksaan adalah mutlak diperlukan, sedangkan hal itu hanya bisa diperoleh dengan cara-cara tertentu, maka jelaslah bahwa teknik pemeriksaan harus dipelajari secara mendalam oleh pemeriksa. Dengan kata lain teknik pemeriksaan memegang peranan penting dalam pemeriksaan.

(35)

B. Macam Teknik Pemeriksaan

Terdapat berbagai macam teknik pemeriksaan yang bisa diterapkan dalam melaksanakan suatu pemeriksaan. Teknik pemeriksaan tersebut antara lain adalah inspeksi, observasi, tanya jawab, konfirmasi, analisis, perbandingan, pemeriksaan bukti-bukti tertulis (vouching dan verifikasi), rekonsiliasi, trasir, rekomputasi, dan scanning.

Berikut ini diuraikan masing-masing teknik pemeriksaan tersebut sebagai berikut :

Inspeksi

Inspeksi merupakan cara memeriksa dengan menggunakan panca indera terutama mata, untuk memperoleh pembuktian atas suatu keadaan atau suatu masalah pada suatu saat tertentu (misalnya tentang eksistensi, jumlah dan jenis barang).

Inspeksi sebaiknya dilakukan oleh dua orang pemeriksa. Pemeriksa harus mencoba mengusahakan agar ada wakil instansi atau pihak ketiga yang menyertai inspeksi itu, yang dapat membenarkan/menguatkan kesimpulan pemeriksa. Sesuai keperluannya, pemeriksa dapat meminta wakil instansi atau pihak ketiga agar turut menandatangani berita acara mengenai inspeksi tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan timbulnya bantahan mengenai kecermatan inspeksi yang dilakukan oleh pemeriksa. Contoh inspeksi adalah pemeriksaan fisik.

Observasi

Observasi atau pengamatan adalah cara memeriksa dengan menggunakan panca indera terutama mata, yang dilakukan secara kontinyu selama kurun waktu tertentu untuk membuktikan sesuatu keadaan atau masalah. Kadang-kadang observasi dikaitkan dengan melihat dari jarak jauh atau tanpa disadari oleh pihak yang diamati.

(36)

Tanya Jawab

Tanya jawab dapat dilakukan dengan dua cara : lisan atau tertulis. Walaupun banyak informasi/bukti yang dapat diperoleh melalui tanya jawab ini namun hasilnya dipandang bersifat subyektif, karenanya pemeriksa perlu mengusahakan bukti penunjang dengan menggunakan teknik-teknik pemeriksaan lainnya.

Lisan (Wawancara)

Wawancara yang baik adalah wawancara yang menghasilkan pembuktian yang diperlukan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pemeriksa hendaknya merancang wawancara sedemikian rupa sehingga dapat mengungkapkan hal-hal yang diperlukan secara lengkap.

Orang yang bertanggung jawab atas kegiatan merupakan sumber informasi yang penting. Dalam hal ini pemeriksa seharusnya mempertimbangkan dengan seksama pengetahuan pihak yang diwawancarai atau pokok persoalan yang dibicarakan, motifnya, dan apakah informasi yang disampaikan sesuai dengan informasi lain yang telah diperoleh oleh pemeriksa. Hal yang perlu diperhatikan adalah belum tentu pihak yang menempati kedudukan yang tinggi dapat merupakan jaminan atas keabsahan informasi yang disampaikan olehnya, karena mungkin ia belum lama menempati posisi tersebut atau pun ia tidak memiliki pengetahuan langsung mengenai masalah yang ditanyakan, yang barangkali justru dipunyai oleh bawahannya. Pemeriksa juga bisa mewawancarai ahli-ahli yang merupakan pihak luar, tapi wawancara hendaknya diarahkan untuk menjamin bahwa keterangan para ahli tersebut dapat diandalkan, dan meneguhkan sifat dapat dipercayainya pembuktian.

(37)

Pemeriksa hendaknya melakukan wawancara dengan sikap dan perilaku yang sopan. Cara pendakatan pertama sangat penting artinya bagi kelancaran jalannya wawancara. Oleh karena itu pemeriksa harus memperkenalkan diri dengan cara yang layak dan menjelaskan tujuan/ maksud diadakannya wawancara agar pihak yang diwawancarai memahami apa yang diinginkan darinya. Sewaktu mewawancarai, pemeriksa harus mengendalikan pembicaraan agar hemat waktu dan tepat terarah pada fakta atau informasi yang berhubungan dengan maksud wawancara. Yang perlu diingat adalah pemeriksa hendaknya bersikap sebagai pencari informasi, dan tidak seperti seorang investigator, apalagi terlibat dalam perdebatan atau pertengkaran.

Pada akhir wawancara, informasi penting yang diperoleh harus diikhtisarkan dan dimintakan penugasan secara tertulis dari pihak yang diwawancarai.

Tujuan utama penugasan adalah :

- Untuk menjamin kelengkapan pemeriksaan tentang informasi lisan tersebut.

- Membangkitkan kesan kepada pihak yang diwawancarai, bahwa pemeriksa memandang penting informasi yang disampaikannya.

- Melindungi diri pemeriksa sendiri terhadap kemungkinan timbulnya kontroversi di kemudian hari mengenai informasi yang telah diperolehnya.

Contoh penegasan oleh pihak yang diwawancarai dapat berbentuk sebagai berikut :

--- Saya yang membaca catatan hasil wawancara ini, dan membenarkan bahwa catatan ini dengan layak memaparkan hal-hal yang dibicarakan serta pernyataan-pernyataan yang saya ucapkan dalam wawancara tersebut.

Tanda Tangan Nama

Jabatan Tanggal

---

Cara Tertulis

(38)

adalah bahwa pada dasarnya daftar pertanyaan tidak fleksibel, dan tidak ada verifikasi. Tingkat keandalan informasi yang diperoleh melalui wawancara. Oleh karena daftar pertanyaan harus digunakan secara hati-hati, dan jika tidak terdapat bukti penguat, maka bukti demikian belum mencukupi untuk digunakan sebagai pendukung kesimpulan hasil pemeriksaan.

Konfirmasi

Konfirmasi merupakan upaya untuk memperoleh informasi/ penugasan dari sumber lain yang independen, baik secara lisan maupun tertulis. Konfirmasi dapat dilakukan terhadap berbagai hal, misalnya :

- Konfirmasi mengenai pembayaran nilai transaksi. - Konfirmasi pembayaran bea masuk dan PDRI. - Konfirmasi polis asuransi.

Jenis Konfirmasi

Konfirmasi dapat dilakukan secara tertulis, atau secara lisan. Konfirmasi secara lisan dilakukan secara langsung kepada pihak yang bersangkutan dengan mengajukan pertanyaan atau wawancara. Konfirmasi secara tertulis dapat dibagi dua macam, yaitu konfirmasi positif dan negatif. Konfirmasi positif adalah konfirmasi dimana pihak yang bersangkutan diminta untuk memberikan jawaban dalam batas waktu yang ditetapkan, baik jawaban menolak maupun jawaban menyetujui. Sedangkan dalam konfirmasi negatif, pihak yang bersangkutan diminta memberikan jawaban dalam batas waktu yang ditentukan apabila menolak isi surat konfirmasi. Jika lewat batas waktu yang ditentukan maka dianggap menyetujui isi surat konfirmasi .

Analisis

(39)

normal. Analisis ini penting namun tidak handal, sebab hasil analisis hanya memberikan indikator saja, kebenaran masih harus dibuktikan dengan cara lain.

Perbandingan

Perbandingan adalah usaha untuk mencari kesamaan atau perbedaan antara dua atau lebih gejala atau keadaan. Dalam pemeriksaan kegiatan keuangan misalnya, pemeriksaan melakukan pekerjaan membandingkan seperti : Membandingkan antara saldo buku dengan hasil pemeriksaan fisik.

Hasil pekerjaan membandingkan biasanya dilanjutkan dengan melakukan analisa sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

Pemeriksaan Bukti-Bukti Tertulis (Vouching dan Verifikasi)

Vouching adalah memeriksa authentik tidaknya serta lengkap tidaknya bukti yang mendukung suatu transaksi. Sedangkan verifikasi adalah istilah yang digunakan dalam arti untuk memeriksa ketelitian perkalian, penjumlahan, pembukuan, pemilikan dan eksistensinya.

Tujuan vouching dan verifikasi adalah untuk memastikan bahwa : - Bukti tersebut telah disetujui oleh pihak yang berwenang. - Bukti tersebut sesuai dengan tujuannya.

- Jumlah yang tertera dalam bukti tersebut benar. - Pencatatan dilakukan secara benar.

- Pemilikan dan eksistensinya sah.

Rekonsiliasi

(40)

Trasir

Trasir adalah cara memeriksa dengan jalan menelusuri proses suatu keadaan, kegiatan, atau pun masalah sampai pada sumber atau bahan/ bukti pembukuannya. Sebagai contoh, dalam meneliti proses pembelian barang impor, maka pemeriksa akan melihat buku pembelian, kemudian menelusuri ke bukti-buktinya yaitu purchase order, sales contract dan invoice.

Rekomputasi

Rekomputasi adalah menghitung kembali kalkulasi yang telah ada untuk menetapkan kecermatannya. Sebagai contoh antara lain adalah :

- Menghitung kembali penjumlahan sisi pengeluaran/penerimaan dari Buku Kas.

- Menghitung kembali harga pembelian/kontrak yang tertera pada faktur pembelian atau pada kontrak.

Scanning

Scanning berarti melakukan penelaahan secara umum dan cepat untuk menemukan hal-hal yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Misalnya, membaca dengan cepat setiap lembaran catatan/pembukuan perusahaan untuk menemukan hal-hal yang penting atau tidak lazim. Hal-hal yang ditemukan melalui scanning akan diteliti lebih lanjut secara mendetail melalui teknik pemeriksaan lainnya.

C. Macam-macam Bukti

Menurut Konrath (2002: 114 & 115) menurut tipenya ada 6 macam bukti audit, yaitu :

Physical Evidence

Physical evidence atau bukti fisik adalah bukti yang terdiri dari segala sesuatu

(41)

dari kas opname, observasi dari perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat berharga dan inventarisasi aktiva tetap.

Confirmation Evidence

Confirmation evidence atau bukti konfirmasi adalah bukti yang diperoleh

mengenai eksistensi, kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga di luar klien. Contoh: jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.

Documentary Evidence

Documentary evidence atau bukti dokumen adalah bukti yang terdiri dari

catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung transaksi. Contoh : faktur pembelian, copy faktur penjualan, journal voucher, general ledger dan sub ledger. Bukti ini berkaitan dengan asersi manajemen mengenai completeness dan dan eksistensi serta berkaitan dengan audit trail yang memungkinkan auditor untuk mentrasir dan melakukan

vouching atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian dari dokumen ke buku besar dan

sebaliknya.

Mathematical Evidence

Mathematical evidence atau bukti matematis adalah bukti dari hasil perhitungan,

perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang dilakukan auditor. Contoh : footing, cross

footing dan extension dari rincian persediaan, perhitungan dan alokasi beban penyusutan,

perhitungan beban bunga, laba/rugi penarikan aktiva tetap, PPh dan accruals. Untuk rekonsiliasi misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut buku besar dan sub buku besar, rekonsiliasi inter company accounts dan lain-lain.

Analytical Evidence

(42)

dilakukan pada waktu membuat perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir pekerjaan lapangan (audit field work). Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk :

- Trend (horizontal) analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan keuangan

tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki kenaikan/ penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah amupun persentase.

- Common size (vertical) analysis.

- Ratio analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio

leverage dan rasio manajemen aset.

Hearsay Evidence

Hearsay (oral) evidence atau bukti oral adalah bukti dalam bentuk jawaban lisan

dari klien atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. Contoh : jawaban atas pertanyaan-pertanyaan auditor mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contingent

liabilities, persediaan yang bergerak lambat atau rusak, kejadian penting sesudah tanggal

neraca dan lain-lain.

(43)

4.2. Latihan 3

1. Sebutkan perbedaan antara teknik pemeriksaan dengan prosedur pemeriksaan! 2. Mengapa teknik pemeriksaan harus dipelajari secara mendalam oleh auditor?

3. Untuk mengetahui kebenaran sebuah bukti pembayaran (telegraphic transfer) untuk pembayaran ke luar negeri bisa dilakukan dengan beberapa macam teknik pemeriksaan. Coba sebutkan disertai dengan alasannya.

4.3. Rangkuman

Teknik pemeriksaan merupakan cara-cara yang ditempuh oleh pemeriksa untuk memperoleh pembuktian dalam membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya. Pembuktian dalam pemeriksaan adalah mutlak diperlukan. Hal itu hanya bisa diperoleh dengan cara-cara tertentu yaitu dengan teknik pemeriksaan. Oleh karena itu teknik pemeriksaan memegang peranan penting dalam pemeriksaan.

Ada berbagai macam teknik pemeriksaan, antara lain : inspeksi, observasi, tanya jawab, konfirmasi, analisis, perbandingan, vouching, verifikasi, rekonsiliasi, trasir, rekomputasi dan scanning. Untuk membuktikan sesuatu hal dalam pemeriksaan bisa dilakukan satu macam atau lebih teknik pemeriksaan. Makin banyak macam teknik pemeriksaan yang bisa membuktikan sesuatu hal, maka akan makin menguatkan bagi auditor tentang temuannya.

Menurut tipenya ada 6 macam bukti audit, yaitu : physical evidence, confirmation

evidence, documentary evidence, mathematical evidence, analytical evidence dan hearsay

(44)

5. KEGIATAN BELAJAR (KB) 4

KERTAS KERJA PEMERIKSAAN

5.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Pada bagian modul ini penulis akan menjelaskan materi tentang : a. Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan

b. Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan

A. Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan

Dalam menjalankan pemeriksaannya (general audit) auditor KAP harus berpedoman kepada SPAP (khususnya standar auditing, standar pengendalian mutu, kode etik IAI dan aturan etika IAI Kantor Akuntan Publik). Semua prosedur audit yang dilakukan dan temuan-temuan pemeriksaan harus didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan.

Sama halnya dengan auditor kepabeanan dan cukai, dalam menjalankan pemeriksaannya harus berpedoman kepada tata lakasana audit di bidang kepabeanan dan cukai, standar audit, program audit, dan kode etik pegawai DJBC yang diatur dalam Keputusan Menteri maupun Dirjen Bea dan Cukai. Semua prosedur audit yang dilakukan dan temuan-temuan pemeriksaan juga harus dituangkan dalam kertas kerja pemeriksaan.

Menurut Sukrisno Agoes (2004;105) Kertas kerja pemeriksaan (Audit Working Papers) adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan auditor dalam menjalankan pemeriksaannya, yang berasal dari auditee, dari analisis yang dibuat oleh auditor dan atau dari pihak ketiga.

Berkas yang berasal dari auditee, misalnya;

1. laporan keuangan, buku, catatan, dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan yang berkaitan dengan transaksi kegiatan di bidang kepabeanan dan di bidang cukai 2. surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik

3. surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan dan di bidang cukai Analisis yang dibuat auditor, misalnya:

(45)

Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga, misalnya: 1. Data dari Dit IKC/Dit Fasilitas/Kanwil BC/KPPBC

2. Jawaban konfirmasi dari Bank/supplier/pihak-pihak terkait

B. Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan

Kertas kerja pemeriksaan yang merupakan dokumentasi auditor atas prosedur-prosedur audit yang dilakukannya, test-test yang diadakan, informasi-informasi yang didapat dan kesimpulan yang dibuat atas pemeriksaan, analisis, dan surat-surat konfirmasi. Kertas kerja pemeriksaan mempunyai tujuan antara lain:

1. Sebagai bukti bahwa auditor telah melakukan pemeriksaan sesuai standar audit dan program audit.

Dalam kertas kerja pemeriksaan harus terlihat bahwa apa yang diatur dalam standar audit dan program audit sudah diikuti dengan baik oleh auditor.

2. Mendukung temuan dan rekomendasi hasil pemeriksaan.

Temuan dan rekomendasi yang disampaikan harus sesuai dengan kesimpulan pemeriksaan yang berdasarkan kertas kerja pemeriksaan.

3. Sebagai salah satu dasar penilaian kinerja auditor sehingga dapat dievaluasi sesudah selesai penugasan.

4. Sebagai pegangan bagi tim audit untuk periode audit berikutnya

(46)

Contoh KKA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Lampiran : I

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KKA No. : 1

Kegiatan Audit : Rekapitulasi Pemberitahuan Impor barang

(47)

5.2. Latihan 4

1. Hal-hal yg dilakukan dlm pelaksanaan audit harus dituangkan ke dalam KKA. Apa tujuan dari pembuatan KKA tsb? Dokumentasi seperti apa yg harus dituangkan ke dalam KKA? Apa syarat dari KKA?

2. Coba buat suatu contoh KKA yang menunjukkan telah dilakukannya teknik pemeriksaan sbb:

a. Konfirmasi b. Perbandingan

3. Carilah beberapa contoh kertas kerja pemeriksaan (minimal 3 contoh, 1 contoh yang berasal dari auditee, 1 contoh hasil analisis yang dibuat oleh auditor, dan 1 contoh yang berasal dari pihak ketiga), baik pada kegiatan audit kepabeanan dan audit cukai, maupun audit terhadap laporan keuangan oleh akuntan publik, serta jenis-jenis audit lainnya. Saudara dapat mencarinya pada rekan-rekan auditor kepabeanan dan cukai, buku-buku literatur, majalah maupun pada situs-situs internet.

5.3. Rangkuman

Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan auditor dalam menjalankan pemeriksaannya, yang berasal dari auditee, dari analisis yang dibuat oleh auditor dan atau dari pihak ketiga.

Tujuan dari kertas kerja pemeriksaan adalah :

1. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai standar audit dan program audit.

2. Mendukung temuan dan rekomendasi hasil pemeriksaan. 3. Sebagai salah satu dasar penilaian kinerja auditor.

(48)

6. KEGIATAN BELAJAR (KB) 5

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

6.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pemeriksa dalam persiapan pemeriksaan mencakup hal-hal sebagai berikut :

- Menentukan sasaran pemeriksaan.

- Menunjuk petugas yang akan melaksanakan pemeriksaan. - Mempersiapkan berkas pemeriksaan.

- Mempelajari berkas pemeriksaan.

- Menyiapkan formulir-formulir yang akan digunakan dalam pemeriksaan. - Penyusunan jadual pemeriksaan.

Menentukan Sasaran Pemeriksaan

Dalam melakukan pemeriksaan harus jelas sasarannya sehingga jelas pula batas-batasnya, karena hal itu akan menyangkut tanggung jawab pemeriksa. Jadi harus jelas obyek mana yang akan diperiksa, seluruh obyek atau hanya sebagian saja : bagian apa yang akan diperiksa, bagian bahan baku, barang jadi, pembelian, atau pemeriksaan khusus, misalnya transaksi pembelian/penjualan, subkontrak, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam penugasan pemeriksaan sasaran, batasan-batasan, serta tanggung jawab pemeriksa harus dipahami.

Menunjuk Para Pelaksana

(49)

diingat bahwa sebagai pemeriksa, pengetahuan yang utama adalah pengetahuan tentang pemeriksaan. Ia ahli di dalam bidang pemeriksaan, dan bukan ahli di dalam bidang pelaksanaan.

Mempersiapkan Berkas Pemeriksaan

Mempersiapkan berkas pemeriksaan meliputi : menyediakan berkas/ dokumen yang berhubungan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. Dokumen-dokumen tersebut antara lain : peraturan/ketentuan tentang obyek yang akan diperiksa, misalnya surat-surat keputusan, struktur organisasi dan pejabat-pejabatnya, pedoman kerja dan lain sebagainya. Kalau sebelumnya obyek pernah diperiksa, maka dalam berkas pemeriksaan selain memuat hal-hal yang diperlukan di atas, juga memuat kertas kerja pemeriksaan yang pernah dilakukan. Penyiapan berkas yang rapi merupakan awal kelancaran pemeriksaan yang akan dilakukan.

Mempelajari Berkas Pemeriksaan

Adalah suatu keharusan bahwa sebelum melakukan pemeriksaan, pemeriksa mempelajari berkas-berkas mengenai obyek yang diperiksa. Dengan mempelajari tersebut akan diperoleh gambaran mengenai obyek yang akan diperiksa, sehingga memudahkan penyusunan rencana pemeriksaan. Sudah barang tentu bahwa dalam menyusun program pemeriksaan harus dipelajari kenyataan yang ada pada obyek yang diperiksa.

Menyiapkan Formulir-Formulir untuk Pemeriksaan

(50)

Menyusun Jadual Pemeriksaan

Menyusun jadual pemeriksaan dalam tahap pemeriksaan, dimaksudkan untuk memperkirakan waktu yang akan diperlukan untuk pemeriksaan, dihadapkan dengan waktu yang tersedia untuk tugas pemeriksaan. Perlu direncanakan kapan pemeriksaan akan dimulai, kapan harus selesai, bagaimana pembagian tugas di antara anggota tim pemeriksaan, dan bagaimana urutan pelaksanaannya. Pada tahap ini tidak berarti jadual pemeriksaan secara terinci sudah dapat dipersiapkan. Jadual yang terinci baru dapat disusun setelah dilakukan pengamatan ke obyek yang diperiksa. Program pemeriksaan yang bersifat sementara dapat dipersiapkan pada tahap ini.

(51)

6.2. Latihan 5

Salah satu langkah dalam perencanaan pemeriksaan adalah menyusun jadual pemeriksaan. Demikian juga yang dilakukan oleh auditor kepabeanan dan cukai, mereka biasa membuat RKA (Rencana Kerja Audit). Coba cari contohnya dan pelajari hal-hal apa saja yang mereka rencanakan dalam RKA tersebut. Uraikan!

6.3. Rangkuman

Dalam perencanaan pemeriksaan, kegiatan yang dilaksanakan oleh auditor adalah :

1. Menentukan sasaran pemeriksaan, hal itu dilakukan untuk mengetahui dengan jelas sasaran pemeriksaan, batasan-batasan, serta memahami tanggung jawab auditor. 2. Menunjuk para pelaksana, dalam hal ini perlu disesuaikan antara obyek pemeriksaan

dengan kemampuan para pelaksana pemeriksaan.

3. Mempersiapkan berkas pemeriksaan, yaitu menyediakan berkas/ dokumen yang berhubungan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.

4. Mempelajari berkas pemeriksaan, untuk mengetahui gambaran mengenai obyek yang diperika.

5. Menyiapkan formulir-formulir untuk pemeriksaan, disesuaikan dengan obyek dan sasaran pemeriksaan.

Gambar

Gambar 1.1.
Gambar 2.1.
Gambar 2.2. Kerangka Kode Etik IAI

Referensi

Dokumen terkait

Dalam komunikasi antarpribadi yang dibangun antara tamu pengunjung karaoke dengan Lady Companion dapat digunakan cara yang sopan baik dan tidak memancing satu sama

Penemuan kembali jati diri, harga diri, dan rasa percaya diri korban penyalahgunaan/ ketergantungan melalui pendekatan spiritual keagamaan secara islami dalam rehabilitasi sosial

Alvarez en su ponencia en esta Cátedra, sus- tenta la igualdad entre seres humanos: “los seres humanos diferimos en talento, fuerza, belleza, etc., mas nada de ello obsta a que

Kebiasaan belajar siswa adalah keadaan perilaku belajar siswa yang dilakukan yang secara rutin dan teratur dalam mempelajari bahan-bahan pelajaran yang mencakup membuat jadwal

Kegiatan Usaha Bergerak dalam bidang industri spare parts kendaraan bermotor khususnya pegas Jumlah Saham yang ditawarkan 210.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai Nominal

It's also important to know about self-harm alternatives and to gain some insight into why you self- harm or what triggers your self-injury behaviors. This self-injury test can

Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk melakukan kajian secara menyeluruh terkait dengan perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah berdasarkan

Lembaga ini merupakan lembaga masyarakat yang mandiri, artinya jika sudah tidak ada lagi dana stimulan dari pemerintah, lembaga ini akan tetap survive dan mampu