• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Tidak Diberikannya Pupuk Hayati ter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Efek Tidak Diberikannya Pupuk Hayati ter"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

DAMPAK TIDAK DIBERIKANNYA PUPUK HAYATI TERHADAP KESUBURAN TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Biofertilisasi.

Dikerjakan oleh :

CHANTIK MEGA FAUZIAH ALI 150510120095

GORDON PIUS M 150510120097

ROHMADIANI OKTAVIA 150510120098

ATIKA DEWI S 150510120100

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015

(2)

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya dalam memenuhi salah satu tugas terstuktur mata kuliah peminatan Ilmu Tanah : Biofertilisasi.

Biofertilisasi sendiri merupakan mata kuliah yang diberikan di Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran dimana didalamnya terdapat beberapa ilmu penting yang mempelajari ilmu tentang pupuk hayati, baik pengertian pupuk hayati, kegunaannya bagi tanah dan pertanian, dan aplikasinya. Dalam tugas makalah ini, kami menyampaikan mengenai salah satu materi yang dibahas pada mata kuliah tersebut yaitu kegunaan pupuk hayati pada tanah dan bagaimana efeknya bila tanah tidak diberi pupuk hayati.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi, cover, tata letak atau desain, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dan ikut membantu dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Jatinangor, Maret 2015

Penyusun

(3)

KATA PENGANTAR ………...…………... 2 DAFTAR ISI ………...………….. 3 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………...…………. 4 1.2 Rumusan Masalah ………...………… 4 1.3 Tujuan ………....……….. 5 BAB II ISI

2.1 Pengertian Pupuk Hayati ...6 2.2 Dampak Tidak Diberikannya Pupuk Hayati Terhadap Kesuburan Tanah ………...7 2.3 Dampak Tidak Diberikannya Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Tanaman...11 2.4 Dampak Negatif Penggunaan Pupuk Hayati...12 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……….14 DAFTAR PUSTAKA...15

(4)

Seperti manusia, tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman. Berbeda dengan manusia yang hanya menggunakan bahan organik,, tanaman menggunakan bahan organik dan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya. Dengan fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon yang ada di atmosfer yang kadarnya sangat rendah, ditambah air yang diubah menjadi bahan organik oleh klorofil dengan bantuan sina rmatahari.

Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman dinamakan hara tanaman. Mekanisme perubahan unsur hara menjadi senyawa organik atau energi disebut metabolsime. Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik.

Secara singkat tanaman sangat membutuhkan hara dalam kelangsungan hidupnya, yang akan kami bahasa dalam makalah kali ini adalah kebutuhan tanaman terhadap unsur organik spesifiknya yaitu kebutuhan tanaman terhadap adanya mikroorganisme yang didapatkan dari pasokan pupuk hayati pada tanaman. Bagaimana kelangsungan hidup tanaman jika pupuk hayati atau ketersediaan mikroorganisme pada tanah ditiadakan dalam tanah? Itulah yang akan kami bahas dalam makalah kali ini.

1.2 Rumusan Masalah

- Apa yang dimaksud dengan pupuk hayati ?

- Apa saja kegunaan pupuk hayati terhadap tanaman ?

- Bagaimana jadinya jika tanaman diberikan atau tidak pupuk hayati ? 1.3 Tujuan

- Mengetahui pengertian tentang pupuk hayati

- Mengetahui kegunaan pupuk hayati terhadap tanaman

(5)

BAB II ISI 2.1 Pengertian Pupuk Hayati

(6)

bila dipakai pada benih, permukaan tanaman, atau tanah (FNCA Biofertilizer Project Group, 2006).

Suriadikarta dan Simanungkalit (2006) mendefinisikan pupuk hayati sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah.

Menurut Kementerian Pertanian (2009), pupuk hayati adalah produk biologi yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah. Pupuk hayati berisi bakteri yang berguna untuk memacu pertumbuhan tanaman, sehingga hasil produksi tanaman tetap tinggi dan berkelanjutan.

Beberapa manfaat yang diperolah dengan penggunaan pupuk mikroba menurut Saraswati et al. (2004) yaitu:

1)Untuk meningkatkan kesediaan unsur hara bagi tanaman, 2)Melindungi akar dari gangguan hama penyakit,

3)Menstimulir sistem perakaran agar berkembang sempurna dan memperpanjang akar,

4)Memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuh pucuk, kuncup bunga, dan stolon,

5)Sebagai penawar racun beberapa logam berat, 6)Sebagai metabolit pengatur tumbuh,

7)Sebagai bioaktivator perombak bahan organik

Pemanfaatan pupuk hayati dilakukan berdasarkan respon positif terhadap peningkatan efektivitas dan efisiensi pemupukan sehingga dapat menghemat biaya pupuk dan penggunaan tenaga kerja. Teknologi yang dapat digunakan adalah penerapan pupuk mikroba (microbial fertilizer).

(7)

a. Pupuk Hayati Penambat Nitrogen (Nitrogen Fixing Biofertilizers)

– PN Simbiotik (Rhizobium, Ensifer, Bradyrhizobium, Azorhizobium, Azolla, BGA)

– PN non simbiotik (Azotobacter sp, Azospirillum sp, dll):

b. Pupuk Hayati Pemobilisasi Fosfat (Phosphate Mobilising Biofertilizers)Mikroba Pelarut Fosfat

Bakteri Pelarut Fosfat (Psedomonas sp, Bacillus sp) Jamur Pelarut P (Aspergillus sp)

Fungi penyerap fosfat (phosphate absorber) : VAM-Mycorrhiza (CMA) dan Ektomykoriza

c. Pengurai Bahan Organik (Organic matter Decomposer “ OMD)Organisme Sellulolitik (Cellulolytic organism)

Organisme Lignolitik (Lignolytic organism) d. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)

Berfungsi ganda (Penghasil Fitohormon, Penambat N atau pelarut P, dan Agen hayati ) : Pseudomonas sp, Azotobacter sp, Azosprillum sp, bakteri endofitik

2.2 Dampak Tidak Diberikannya Pupuk Hayati Terhadap Kesuburan Tanah Syarat tanah sebagai media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Pemberian pupuk hayati berpengaruh terhadap sifat fisik maupun kimia tanah karena Keadaan fisik tanah yang baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai tempat aerasi dan lengas tanah, yang semuanya berkaitan dengan peran bahan organik. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi. Sehingga apabila tidak diberikan pupuk yang mengandung bahan organik maka tanah akan kekurangan bahan organik sehingga tanah berwarna leboh cerah dan keras akibat tidak ada penggemburan tanah yang dilakukan oleh mikroorganisme. Selain itu porositasnya cenderung kecil sehingga infiltrasi air akan sulit.

(8)

3,89 dari 4,11. Menurut Tria, hal ini disebabkan karena mikroba pelarut fosfat mengeluarkan asam-asam organik dalam aktivitasnya. Beberapa bakteri tanah terutama dari genus Pseudomonas dan Bacillus serta kelompok jamur dari genus Penicillium dan Aspergillus memiliki kemampuan merubah P tidak larut menjadi bentuk yang larut dan tersedia bagi tanaman dengan menghasilkan asam-asam organik seperti asam format, asetat, propionat, laktat, glikolat, fumarat dan asam-asam suksinat ( Rao, 1982).

Pada pengukuran kandungan C organik tanah terlihat bahwa pemberian mikroba pelarut fosfat dan mikroorganisme selulolitik bersama-sama kotoran ayam meningkatkan kandungan C organik tanah. Hal ini disebabkan karena sebagai bahan organik kotoran ayam menyumbangkan C organik kepada tanah dan dengan pemberian kotoran ayam mengakibatkan populasi mikroba meningkat karena sumber energi yang cukup tersedia yang akhirnya meningkatkan kandungan C organik tanah.

Berikut contoh-contoh kasus jika tanaman tidak diberikan pupuk hayati : - Terjadinya penurunan kadar N total tanah pada perlakuan jika tidak diberi campuran rhizobia dan mikroba pelarut fosfat karena rhizobia dapat memfiksasi N dari udara dan mikroba pelarut fosfat selain dapat meningkatkan ketersediaan P juga dapat meningkatkan ketersediaan N.

(9)

mengelilinginya. Jumlah leghemoglobin di dalam bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi.

Korelasinya positif, semakin banyak jumlah pigmen, semakin besar

Adapula kelompok bakteri non-simbiotik yang dapat memfiksasi N dan tetapi secara non-simbiotek yaitu Azotobacter ( aerob ) yang lebih kuat dalam memfiksasi dibandingkan dengan Clostridium ( anaerob ).

- Efek lain tidak diberikannya pupuk hayati adalah kesehatan tanah cenderung tidak sebaik jika pupuk hayati diberikan. Mengapa ? Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara tidak langsung pemberian pupuk hayati dapat meningkatkan bahan organik dalam tanah, karena fiksasi N dan P dibantu oleh mikroorganisme dari biofertilizer.

Mengingat Cacing Tanah ( Lumbricus rebellus ) awalnya akan memakan bahan organik yang ada diatas permukaan tanah kemudian makhluk kecil ini turun ke dalam tanah dan secara tidak langsung memindahkan bahan organik di lapisan atas ke lapisan bawah tanah. Cacing Tanah ketika berpindah ke bawah membuat pori-pori yang dapat memperbaiki aerasi tanah juga mengeluarkan kotoran selama perjalanannya untuk berpindah dari permukaan ke bawah tanah. Kotoran itu yang kita kenal dengan nama ( Kascing ) disinyalir mengandung kandungan hara yang lebih tinggi dari tanah sekitarnya dan kompos ( Herdiantoro, Bahan Ajar KTNT I ).

(10)

(1970) dalam Widyastuti, dkk (1998) terjadi melalui proses kompetisi, parasitisme, antibiosis, atau mekanisme lain yang merugikan bagi patogen. Selain itu, jamur ini mempunyai sifat-sifat mudah didapat, penyebarannya luas, toleran terhadap zat penghambat pertumbuhan, tumbuh cepat, kompetitif dan menghasilkan spora yang berlimpah, sehingga mempermudah penyediaan jamur sebagai bahan pengendali hayati.

- Mineralisasi N akan terhambat karena berkaitan dengan dekomposisi yang merupakan perubahan komposisi kimia bahan organik yang dilakukan mikroorganisme tanah. Ukuran partikel dalam bahan organik, ciri-ciri dan jumlah mikroorganisme yang terlibat, sejauh mana ketersediaan C, N, P dan K, kelembaban tanah, temperatur, pH dan aerasinya, adanya senyawa-senyawa penghambat (seperti misalnya lignin) merupakan sebagian dari faktor-faktor utama yang mempengaruhi laju dekomposisi atau kecepatan mineralisasi N bahan organik. Proses dekomposisi diawali dengan terjadinya degradasi bahan organik (mineralisasi), selanjutnya terjadi peningkatan biomassa mikroba (imobilisasi). Proses mineralisasi bahan organik menghasilkan NH4+, NO3-, H2PO4-, H2PO42-, K+, Ca+, Mg2+, SO42-, SO22-. Laju imobilisasi nitrogen tergantung dari ciri mikroorganisme tanah, temperatur tanah dan C/N ratio dari bahan organik yang ditambahkan ke tanah.

(11)

Winarso (2005) menyatakan bahwa mineralisasi ialah pembentukan N organik menjadi N mineral. Mineralisasi N organik terjadi melalui 3 tahap, yaitu:

1. Aminasi, yaitu proses pelapukan bahan organik hingga melepaskan amina dan asam-asam amino.

2. Amonifikasi, yaitu penghancuran senyawa-senyawa amina dan asam-asam amino oleh mikroorganisme hingga menghasilkan ammonium.

3. Nitrifikasi, yaitu pengoksidasian secara biologis pada senyawa ammonium hingga menjadi nitrat. Proses nutrifikasi terdiri dari dua tahap reaksi, yaitu tahap pembentukan nitrit (NO2-) oleh bakteri nitrosomonas dan tahap selanjutnya pembentukan nitrat (NO3-) oleh bakteri nitrobacter.

2.3 Dampak Tidak Diberikannya Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Tanaman

(12)

yang signifikan. Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman, menyebabkan proses pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel akan berlangsung cepat yang mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh cepat.

2.4 Dampak Negatif Penggunaan Pupuk Hayati

Penjelelasan-penjelasan mengenai kegunaan pupuk hayati sangat menggiurkan untuk segera diaplikasikan. Namun manfaat-manfaat tersebut khususnya yang memiliki manfaat ganda belum pasti akan terasa multifungsinya pada suatu tanaman dalam suatu waktu tanam, karena efek multifungsi tersebut didapat dari beberapa penelitian berbeda atau terpisah sehingga aktivitas multifungsi tersebut belum dapat dipastikan. Bisa saja multifungsi tersebut hanya dapat terjadi pada suatu tanaman tertentu, dan pada tanaman lain hanya berlaku satu fungsi saja.

Penambahan inokulan pada tanah dapat terjadi dengan penambahan Mikroorganisme Lokal (MOL). Mikroorganisme Lokal banyak ditemukan di lapang dan sudah terbukti bermanfaat sebagai dekomposer, pupuk hayati dan pestisida hayati. Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL) yang mempunyai keuntungan dari segi biaya yang relatif murah dan kemudahan aplikasinya merupakan pilihan yang telah diterapkan oleh beberapa petani di beberapa daerah. Selain sebagai dekomposer, MOL juga digunakan sebagai pupuk dan pestisida hayati yang dapat diaplikasikan langsung ke tanaman.

(13)

pengaplikasiannya terlebih dahulu dilakukan pengujian komposisi mikroba yang terkandung dalam MOL tersebut agar efeknya dapat dipastikan.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

(14)

mikroorganisme dalam pupuk hayati seperti cendawan atau bakteri dapat menyelimuti butir-butir tanah sehingga dapat meningkatkan struktur tanah, selain itu cendawan juga dapat menghasilkan gel polysakarida yang dapat meningkatkan stabilitas agregat. Dengan demikian maka pertumbuhan tanaman juga akan terganggu sehingga menghasilkan hasil yang kurang maksimal. Bila tanah berisi sedikit pupuk hayati maka akan terjadi peningkatan penyakit dalam tanah yang berakibat buruk bagi tanaman. Menurut Simarmata (2013), aplikasi yang baik untuk pertanaman suatu tanaman adalah aplikasi setengah pupuk anorganik yang dibarengi aplikasi pupuk hayati, karena hasilnya tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk anorganik utuh. Hal itu menunjukkan bahwa pupuk hayati dapat mensubtitusi kebutuhan pupuk anorganik tanaman. Pupuk Nitrogen : Simbiotik Mengurangi sekitar 75 – 90 %, non simbiotik sekitar 25%, pupuk P : sekitar 25 % tergantung deposit P anorganik dan P-Organik.

DAFTAR PUSTAKA

Arafah dan M.P Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan Jerami Dan Pupuk N, P, Dan K Pada Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 4 (1) hlm. 15-24.

(15)

Atmojo, Suntoro Wongso. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan Upaya Pengelolaannya. Universitas Sebelas Maret.

Buckman H.O and Brady N.C.. 1982. Ilmu Tanah. (Edisi saduran dari The Nature and Properties of Soils terjemahan Soegiman).Bharata Karya Aksara : Jakarta

Cahyadi, Dedi. 2011. Efektivitas Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisin (Brassica chinensis L.). Institut Pertanian Bogor.

Cattelan, A.J., P.G. Hartel, and J.J. Fuhrmann. 1999. Screening for plant growthpromoting rhizobacteria to promote early soybean growth. Soil Sci. Soil. Am.J. 63:1670-1680.

FNCA Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA). Tokyo : Japan Atomic Industrial Forum.

Herniwati dan Basir Nappu. 2011 (diperbaharui 2012). Peran dan Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL) Mendukung Pertanian Organik. Buletin BPTP

Sulsel Nomor 5 Tahun 2011. Dalam

http://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?

option=com_content&view=article&id=690:peran-dan-pemanfaatan- mikroorganisme-lokal-mol-mendukung-pertanian-organik&catid=158:buletin-nomor-5-tahun-2011&Itemid=257. Diakses pada 15 Maret 2015.

Kementerian Pertanian. 2009. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati,dan Pembenah Tanah. No 28/Permentan/SR. 130/5/2009.

Simanungkalit RDM, Suriadikarta DA, Saraswati R, Setyorini D, Hartatik W. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jakarta: Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Simanungkalit, R. D. M, Didi A. Suriadikarta, Rasti Saraswati, Diah Setyorini, dan Wiwik Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (http//balittanah.litbang.deptan.go.id). Dalam http://www.academia.edu/3076297/PUPUK_ORGANIK_DAN_PUPUK_HA YATI. Diakses pada 15 Maret 2015.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh proporsi puree kacang tunggak dan teri nasi terhadap sifat organoleptik kerupuk, ditinjau dari warna, aroma, rasa,

Skripsi berjudul Histeresis pada Proses Adsorpsi dan Desorpsi Lengas Kakao Bubuk telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Hasil pengujian pyrolysis pada variasi temperature reaktor 300 o C, 350 o C, 400 o C didapat minyak hasil sebagai berikut : plastik LDPE didapat jumlah minyak yang

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1) Bagi guru, hendaknya lebih memperhatikan karakteristik anak dan membantu keterbatasan dari anak khususnya

Computer Anxiety memoderasi Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Kinerja Individual Implementasi Teknologi Informasi tidak akan sukses jika tidak dibarengi dengan perilaku

Salah satu tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan itu dapat dilakukan melalui peningkatan kesejahteraan pemegang saham dan pemilik. Dan

Sinar Rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang dapat terjadi pada Sinar Rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang dapat terjadi pada sifilis