• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP SIFILIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP SIFILIS"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INTEGUMEN

SISTEM INTEGUMEN

KONSE DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

KONSE DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

SIFILIS

SIFILIS

Oleh

Oleh

Kelompok 12

Kelompok 12

A5-C

A5-C

1.

1.

WISWANTARA

WISWANTARA

PANDE

PANDE

NYOMAN

NYOMAN

11.321.1136

11.321.1136

2.

2. YUDI

YUDI ANTARA

ANTARA ADI

ADI I

I KADEK

KADEK

11.321.1137

11.321.1137

3.

3. DESY

DESY PARIANI

PARIANI NI

NI MADE

MADE

11.321.1146

11.321.1146

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

(2)

A.

A. KONSEP DASAR PENYAKITKONSEP DASAR PENYAKIT 1.

1. DefinisiDefinisi

Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus  plasenta sehingga dapat menginfeksi janin. ( Soedarto, 1990 ).

 plasenta sehingga dapat menginfeksi janin. ( Soedarto, 1990 ).

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidumTreponema pallidum.. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh dapat Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.

2.

2. EpidemiologiEpidemiologi

Asal penyakit sifilis ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Pada Asal penyakit sifilis ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis melelui hubungan seksual. Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa. Sesudah tahun sifilis melelui hubungan seksual. Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa. Sesudah tahun 1860, morbilitas sifilis menurun cepat. Selama perang dunia II, kejadian sifilis meningkat 1860, morbilitas sifilis menurun cepat. Selama perang dunia II, kejadian sifilis meningkat dan puncaknya pada tahun 1946, kemudian menurun setelah tahun 1946.Kasus sifilis di dan puncaknya pada tahun 1946, kemudian menurun setelah tahun 1946.Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium laten, disusul sifilis Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan

stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.yang langka ialah sifilis stadium II.

3.

3. EtiologiEtiologi

Etiologi dari Penyakit Sifilis, antara lain: Penyebab sifilis ditemukan oleh SCHAUDINN Etiologi dari Penyakit Sifilis, antara lain: Penyebab sifilis ditemukan oleh SCHAUDINN dan HOFMAN ialah

dan HOFMAN ialah Treponema palidumTreponema palidum yang termasuk ordoyang termasuk ordo SpirochaetaceaeSpirochaetaceae dan genusdan genus Treponema

Treponema  bentuknya  bentuknya spiral spiral panjang panjang antara antara 6-15 6-15 um um dan dan lebar lebar 0,15 0,15 um um terdiri terdiri atas atas 8-248-24 lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka  botol

 botol membiak membiak secara secara pembelahan pembelahan melintang, melintang, pada pada stadium stadium aktif aktif terjadi terjadi setiap setiap 30 30 jam.jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan diluar badan. Diluar badan kuman Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan diluar badan. Diluar badan kuman tersebut mudah mati sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup sampai 72 jam. tersebut mudah mati sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup sampai 72 jam.

(3)

4.

4. Faktor PredisposisiFaktor Predisposisi

a.

a. Hubungan seksual yang bebas (Genitogenital, Orogenital maupun Anogenital).Hubungan seksual yang bebas (Genitogenital, Orogenital maupun Anogenital).  b.

 b. Sering berganti pasangan.Sering berganti pasangan. c.

c. Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman.Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman. d.

d. Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis.Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis. e.

e. Janin yang orang tuanya menJanin yang orang tuanya menderita sifilis.derita sifilis. f.

f. Kurangnya kebersihan diri .Kurangnya kebersihan diri . g.

g. Virulensi kuman yang tinggi.Virulensi kuman yang tinggi. h.

h. Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.

5.

5. PatofisologiPatofisologi

Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak, organisme Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak, organisme dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dalam beberapa dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dalam beberapa  jam.

 jam. Kuman Kuman akan akan memasuki memasuki limfatik limfatik dan dan darah darah dengan dengan memberikan memberikan manifestasi manifestasi infeksiinfeksi sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan cerebrospinal (CSF).

cerebrospinal (CSF).

Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati, penyakit Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati, penyakit ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan neurosifilis meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsum tulang belakang neurosifilis meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsum tulang belakang mengalami kerusakan sehingga terjadi kondiri parenchymatous neurosifilis. Terlepas dari mengalami kerusakan sehingga terjadi kondiri parenchymatous neurosifilis. Terlepas dari tahap penyakit dan lokasi lesi, hispatologi dari sifilis menunjukkan tanda- tanda tahap penyakit dan lokasi lesi, hispatologi dari sifilis menunjukkan tanda- tanda endotelialarteritis. Endotelialarteritis disebabkan oleh pengikatan spirochaeta dengan sel endotelialarteritis. Endotelialarteritis disebabkan oleh pengikatan spirochaeta dengan sel endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.

endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.

6.

6. KlasifikasiKlasifikasi

Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus, antara lain: Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus, antara lain: a.

a. Sifilis Stadium Sifilis Stadium I I : Terjadi e: Terjadi efek primer fek primer berupa papul, tidak nyeri berupa papul, tidak nyeri (indolen). Sekitar (indolen). Sekitar 33 minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial.Timbul lesi pada alat minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial.Timbul lesi pada alat kelamin, ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus, misalnya kelamin, ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus, misalnya  pada penularan ekstrakoital.

(4)

 b.

 b. Sifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris, anoreksia, nyeriSifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris, anoreksia, nyeri  pada tulang, leher, timbul

 pada tulang, leher, timbul macula, papula, pustul, dan macula, papula, pustul, dan rupia. Kelainan selaput lendir, danrupia. Kelainan selaput lendir, dan limfadenitis yang generalisata.

limfadenitis yang generalisata. c.

c. Sifilis Stadium III : Terjadi guma setelah 3Sifilis Stadium III : Terjadi guma setelah 3 –  –  7 tahun setelah infeksi. Guma dapat timbul 7 tahun setelah infeksi. Guma dapat timbul  pada

 pada semua semua jaringan jaringan dan dan organ, organ, membentuk membentuk nekrosis sentral juga ditemukan di organnekrosis sentral juga ditemukan di organ dalam, yaitu lambung, paru-paru, dll. Nodus di bawah kulit (dapat berskuma), tidak dalam, yaitu lambung, paru-paru, dll. Nodus di bawah kulit (dapat berskuma), tidak nyeri.

nyeri. d.

d. Sifilis Kongenital :Sifilis Kongenital : 1)

1) Sifilis Kongenital Dini : Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayiSifilis Kongenital Dini : Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma, secret dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma, secret hidung yang sering bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto roentgen.

hidung yang sering bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto roentgen. 2)

2) Sifilis Kongenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia 7Sifilis Kongenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia 7  –  –   9 tahun  9 tahun dengan adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi Hutchinson, dengan adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi Hutchinson,  paresis, perforasi palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan frontali

 paresis, perforasi palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan frontalis.s. 3)

3) Sifilis Stigmata : Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigiSifilis Stigmata : Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigi Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk murbai dan penonjolan tulang frontal Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk murbai dan penonjolan tulang frontal kepala (frontal bossing).

kepala (frontal bossing). e.

e. Sifilis Kardiovaskular Sifilis Kardiovaskular :: Umumnya bermanifestasi selama 10Umumnya bermanifestasi selama 10 –  –  20 tahun setelah infeksi. 20 tahun setelah infeksi. Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup dan ditandai oleh Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup dan ditandai oleh insufisiensi aorta atau aneureksma, berbentuk kantong pada aorta torakal.

insufisiensi aorta atau aneureksma, berbentuk kantong pada aorta torakal. f.

f.  Neurosifilis Neurosifilis : :

1)

1) Neurosifilis  Neurosifilis asimtomatik. asimtomatik. : : Pada Pada sifilis sifilis ini ini tidak tidak ada ada tanda tanda dan dan gejala gejala kerusakankerusakan susunan saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukan kenaikan sel, susunan saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukan kenaikan sel,  protein total dan tes serologis reaktif.

 protein total dan tes serologis reaktif. 2)

2)  Neurosifilis  Neurosifilis meningovaskuler meningovaskuler : : Adanya Adanya tanda tanda kerusakan kerusakan susunan susunan saraf saraf pusat pusat yakniyakni kerusakan pembuluh darah serebru, infark dan ensefalomalasia. Pemeriksaan sumsum kerusakan pembuluh darah serebru, infark dan ensefalomalasia. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes serologis reaktif. tulang belakang menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes serologis reaktif. 3)

3)  Neurosifilis  Neurosifilis parekimatosa parekimatosa yang yang terdiri terdiri dari dari paresis paresis dan dan tabes tabes dorsalis dorsalis : : Gejala Gejala dandan tanda paresis sangatlah banyak dan menunjukan penyebaran kerusakan tanda paresis sangatlah banyak dan menunjukan penyebaran kerusakan  parenkimatosa.

 parenkimatosa. Gejala Gejala tabes tabes dorsalis, dorsalis, yaitu yaitu parestesia, parestesia, ataksia, ataksia, arefleksia, arefleksia, gangguangangguan kandungan kemih, impotensi dan perasaan nyeri.

(5)

7.

7. Gejala KlinisGejala Klinis a.

a. Sifilis primerSifilis primer: Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre: Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre sifilis dan

sifilis dan adenitis regional. Papula adenitis regional. Papula tidak nyeri tidak nyeri tampak pada tempat sestampak pada tempat sesudah masuknyaudah masuknya Treponema pallidum

Treponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut

dengan tepi menonjol yang disebut chancrechancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre  biasanya

 biasanya pada pada genitalia genitalia berisi berisi Treponema Treponema pallidum pallidum yang yang hidup hidup dan dan sangat sangat menular,menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer. chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4

Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4  –  –   6 minggu dan setelah  6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya  berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.

 berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.

b.

b. Sifilis SekunderSifilis Sekunder : Terjadi sifilis sekunder, 2: Terjadi sifilis sekunder, 2 –  – 10 minggu setelah chancre sembuh.10 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab di sekitar telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab di sekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abu

anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abu –  – abu putih sampaiabu putih sampai eritematosa).

eritematosa). Dan plak Dan plak putih putih disebutdisebut (Mukous patkes(Mukous patkes) dapat ditemukan pada membran) dapat ditemukan pada membran mukosa, gejala yang

mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifiditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti lis sekunder adalah penyakit seperti flu sepertiflu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada. tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30% Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30%  penderita.

 penderita. Sifilis Sifilis sekunder sekunder dimanifestasikan dimanifestasikan oleh oleh pleositosis pleositosis dan dan kenaikan kenaikan cairancairan  protein

 protein serebrospinal serebrospinal (CSS), (CSS), tetapi tetapi penderita penderita tidak tidak dapat dapat menunjukkan menunjukkan gejalagejala neurologis sifilis laten.

neurologis sifilis laten.

c.

c. Relapsing sifilis :Relapsing sifilis : Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidakKekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala

tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala –  –   gejala klinik dapat  gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari

dari reaksi reaksi STS STS ((Serologis Test for SyfilisSerologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif. Gejala yang) yang negatif menjadi positif. Gejala yang timbul kembali

timbul kembali sama dengan gejala sama dengan gejala klinik pada stklinik pada stadium sifilis adium sifilis sekunder. sekunder. RelapsingRelapsing sifilis yang ada terdiri dari :

(6)

a)

a) Sifilis laten :Sifilis laten :Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunderFase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal). Tidak dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal). Tidak terjadi kekambuhan sesudah tahun pertam

terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama a disertai sifilis disertai sifilis lambat yang tidak mungkinlambat yang tidak mungkin  bergejala.

 bergejala. Sifilis laten Sifilis laten yang yang infektif dapinfektif dapat at ditularkan ditularkan selama selama 4 4 tahun tahun pertama pertama sedangsedang sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik han

selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.ya reaksi STS positif.

b)

b) Sifilis tersier :Sifilis tersier :  Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun  Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun  –  –   tahun sejak sesudah gejala  tahun sejak sesudah gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf  pusat (neurosifilis).

 pusat (neurosifilis).

c)

c) Sifilis kongenital :Sifilis kongenital :  Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil  Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibatkan anak lahir kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan mati, infantille congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan  bahkan

 bahkan sesudah sesudah dewasa. dewasa. Pada Pada infantil infantil kongenital kongenital sifilis sifilis bayi bayi mempunyai mempunyai lesilesi –  –   lesi  lesi mukokutan. Kondiloma, pelunakan tulang

mukokutan. Kondiloma, pelunakan tulang –  –  tulang panjang, paralisis dan rinitis yang tulang panjang, paralisis dan rinitis yang  persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka  persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya  parasis

 parasis atau atau tabes, tabes, atrofi atrofi nervous nervous optikus optikus dan dan tuli tuli akibat akibat kelainan kelainan syaraf syaraf nervousnervous kedelapan,

kedelapan, juga interstitial juga interstitial keratitis, stig keratitis, stig mata tulang dan gigmata tulang dan gigi, saddeli, saddel –  –   nose, saber  nose, saber shin ( tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang

shin ( tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang –  –  kadang gigi Hutchinson kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan. kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan. (Soedarto, 1990).

(7)

8.

8. Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik

a.

a. Pemeriksaan fisik : Keadaan umum, Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi,Pemeriksaan fisik : Keadaan umum, Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi.

respirasi.  b.

 b. Pemeriksaan sistemik : Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapatPemeriksaan sistemik : Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat  perbesaran

 perbesaran tyroid tyroid atau atau tidak), tidak), tengkuk, tengkuk, dada dada (inspeksi, (inspeksi, palpasi, palpasi, perkusi, perkusi, auskultasi),auskultasi), genitalia, ekstremitas atas dan bawah.

genitalia, ekstremitas atas dan bawah.

9.

9. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang

Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau  pemeriksaan

 pemeriksaan dengan dengan mengunakan mengunakan mikroskop mikroskop lapangan lapangan gelap gelap (darkfield (darkfield microscope). microscope). PadaPada kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema dan non kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema dan non  protonema.

 protonema. Uji Uji non non protonema protonema sepertiseperti Venereal Venereal  Disease  Disease Research Research LaboratoryLaboratory ( VDRL ). ( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema pallidum. Hasil uji Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit sehingga amat kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit sehingga amat membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif (gagal pengobatan atau reinfeksi) membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif (gagal pengobatan atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari  berbagai

 berbagai penyakit penyakit yang yang ditularkan ditularkan melalui melalui hubungan hubungan kelamin kelamin yaitu yaitu chancroid, chancroid, granulomagranuloma inguinale,

inguinale, limfogranuloma limfogranuloma venerium, venerium, verrucae verrucae acuminata, acuminata, skabies, skabies, dan dan keganasankeganasan (kanker).

(kanker). a.

a. Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darahPemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah rutin)

rutin) 1)

1) pemeriksaan T Palidum pemeriksaan T Palidum

Cara pemeriksaannya adalah : mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan Cara pemeriksaannya adalah : mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan  pergerakannya

 pergerakannya dengan dengan microskop microskop lapangan lapangan gelap. gelap. Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan dilakukan 3 3 harihari  berturut-turut

 berturut-turut jika jika pada pada hasil hasil pada pada hari hari 1 1 dan dan 2 2 negatif negatif sementara sementara itu itu lesi lesi dikompresdikompres dengan larutan garam saal bila negative bukan selalu berarti diagnosisnya bukan sifilis dengan larutan garam saal bila negative bukan selalu berarti diagnosisnya bukan sifilis , mungkin kumannya terlalu sedikit.

, mungkin kumannya terlalu sedikit. 2)

2) pemeriksaan TSS pemeriksaan TSS

TSS atau serologic test for sifilis . TSS dibagi menjadi 2 TSS atau serologic test for sifilis . TSS dibagi menjadi 2 ::

(8)

a)

a) Test non treponemal : pada test ini digunakan antigen tidak spesifik yaituTest non treponemal : pada test ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu kardiolopin yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu test ini kardiolopin yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu test ini dsdapat memberi Reaksi Biologik Semu (RBS) atau

dsdapat memberi Reaksi Biologik Semu (RBS) atau Biologic Fase Positif (BFP).Biologic Fase Positif (BFP). Contoh test non treponemal :

Contoh test non treponemal : (1)

(1) Test fiksasi komplemen : Wasseman (WR) kolmerTest fiksasi komplemen : Wasseman (WR) kolmer (2)

(2) Test flokulasi : VDRL (Venereal Disease Research Laboratories). Kahn, RPRTest flokulasi : VDRL (Venereal Disease Research Laboratories). Kahn, RPR (Rapid Plasma Reagin), ART (Automated Reagin Test), dan RST (Reagin (Rapid Plasma Reagin), ART (Automated Reagin Test), dan RST (Reagin Screen Test).

Screen Test).  b)

 b) Tes treponemalTes treponemal

Test ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau ekstratnya dan Test ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau ekstratnya dan dapat digolongkan menjadi 4 kelompok :

dapat digolongkan menjadi 4 kelompok : (1)

(1) Tes immobilisasi : TPI (Treponemal Pallidium Immbolization Test)Tes immobilisasi : TPI (Treponemal Pallidium Immbolization Test) (2)

(2) Test Fiksasi Komplemen : RPCF (Reiter Protein Complement Fixation Test)Test Fiksasi Komplemen : RPCF (Reiter Protein Complement Fixation Test) (3)

(3) Tes Imunofluoresen : FTA-Abs (Fluorecent treponemal Antibody AbsorptionTes Imunofluoresen : FTA-Abs (Fluorecent treponemal Antibody Absorption Test), ada dua : IgM, IgG; FTA-Abs DS (Fluorecent treponemal Antibody Test), ada dua : IgM, IgG; FTA-Abs DS (Fluorecent treponemal Antibody –  –  Absorption Double Staining)

Absorption Double Staining) (4)

(4) Tes hemoglutisasi : TPHA (Treponemal pallidum HaemoglutinationTes hemoglutisasi : TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay),19S IgM SPHA (Solid-phase Hemabsorption Assay), HATTS Assay),19S IgM SPHA (Solid-phase Hemabsorption Assay), HATTS (Hemagglutination Treponemal Test for Syphilis), MHA-TP (Hemagglutination Treponemal Test for Syphilis), MHA-TP (Microhemagglutination Assay for Antibodies to Treponema pallidum).

(Microhemagglutination Assay for Antibodies to Treponema pallidum).  b.

 b. Pemeriksaan Yang LainPemeriksaan Yang Lain

Sinar Rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang dapat terjadi pada Sinar Rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang dapat terjadi pada sifilis kongenital. Juga pada sifilis kardiovaskuler, misalnya untuk melihat aneurisma sifilis kongenital. Juga pada sifilis kardiovaskuler, misalnya untuk melihat aneurisma aorta. Pada neurosifilis,test koloidal emas sudah tidak dipakai lagi karena tidak khas. aorta. Pada neurosifilis,test koloidal emas sudah tidak dipakai lagi karena tidak khas. Pemeriksaan jumlah sel dan protein total pada likuor serebrospinalis hanya menunjukan Pemeriksaan jumlah sel dan protein total pada likuor serebrospinalis hanya menunjukan adanya tanda inflamasi pada susunan saraf pusat dan tidak selalu berarti terdapat adanya tanda inflamasi pada susunan saraf pusat dan tidak selalu berarti terdapat neurosifilis. Harga normal iyalah 0-3 sel/mm3, Jika limfosit melebihi 5/mm3 berarti ada neurosifilis. Harga normal iyalah 0-3 sel/mm3, Jika limfosit melebihi 5/mm3 berarti ada  peradangan.

 peradangan. Harga Harga normal normal protein protein total total ialah ialah 20-40 20-40 mg/100 mg/100 mm3, mm3, jika jika melebihi melebihi 4040 mg/mm3 berarti terdapat peradangan:

(9)

1)

1) HistopatologiHistopatologi

Kelainan yang utama pada sifilis ialah proliferasi sel-sel endotel terutama terdiri atas Kelainan yang utama pada sifilis ialah proliferasi sel-sel endotel terutama terdiri atas infiltrate perivaskular tersusun oleh sel-sel limpoid dan sel-sel plasma.

infiltrate perivaskular tersusun oleh sel-sel limpoid dan sel-sel plasma. 2)

2) ImunologiImunologi

Pada percobaan kelinci yang disuntik dengan T.Pallidium secara intradermal, yang Pada percobaan kelinci yang disuntik dengan T.Pallidium secara intradermal, yang sebelumnya telah diberi serum penderita sifilis menunjukan adanya antibody. sebelumnya telah diberi serum penderita sifilis menunjukan adanya antibody. Terdapat dua antibody yang khas yaitu terhadap T. Pallidum dan yang tidak khas yaitu Terdapat dua antibody yang khas yaitu terhadap T. Pallidum dan yang tidak khas yaitu yang ditujukan pada golongan antigen protein Spirochaetales yang pathogen

yang ditujukan pada golongan antigen protein Spirochaetales yang pathogen

10.

10. PenatalaksanaanPenatalaksanaan a.

a. Penatalaksanaan Medis :Penatalaksanaan Medis : Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (palingPenderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau efektif). Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari eritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari  bagi

 bagi S S I I & & S S II II dan dan 30 30 hari hari untuk untuk stadium stadium laten. laten. Eritromisin Eritromisin diberikan diberikan bagi bagi ibuibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%. Obat lain adalah tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%. Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S

memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan S II.I dan S II. 1)

1) Sifilis primer dan sekunderSifilis primer dan sekunder a)

a) Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan diberikan 1Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan diberikan 1 x seminggu

x seminggu  b)

 b) Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehariPenisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari selama 10 hari.

selama 10 hari. c)

c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit,Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu.

diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu. 2)

2) Sifilis Sifilis latenlaten

a) Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta u a) Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unitnit  b) Penisilin

 b) Penisilin G prokain G prokain dalam dalam aqua aqua dengan dengan dosis total dosis total 12 12 juta unit juta unit (600.000 (600.000 unitunit sehari).

sehari).

c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit

(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu). (diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu).

(10)

3)

3) Sifilis Sifilis IIIIII

a) Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta a) Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unitunit

 b) Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit)  b) Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit) c) Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit c) Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit

(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu) (diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu) 4)

4) Untuk pasien sifilis Untuk pasien sifilis I dan II yang alI dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan:ergi terhadap penisilin, dapat diberikan: a) Tertrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.

a) Tertrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.  b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.  b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.

5) Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat 5) Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat

diberikan: diberikan:

a) Tetrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari a) Tetrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari  b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari.  b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari.

*Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak. *Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.  b.

 b. Penatalaksanaan KeperawatanPenatalaksanaan Keperawatan

Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut: Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1)

1) Bahaya PMS dan komplikainBahaya PMS dan komplikain 2)

2) Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikanPentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan 3)

3) Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnyaCara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya 4)

4) Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapatHindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan lagi.

dihindarkan lagi. 5)

5) Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelaminPentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin 6)

6) Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.

11.

11. Program DietProgram Diet

1)

1) Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum.Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum. 2)

2) Ps diberikan porsi makanan kecil tetapi sering.Ps diberikan porsi makanan kecil tetapi sering. 3)

3) Konsumsi protein berkualitas tinggi dan mudah dicerna.Konsumsi protein berkualitas tinggi dan mudah dicerna. 4)

4) Sayuran dan buah-buah untuk jus.Sayuran dan buah-buah untuk jus. 5)

5) Susu rendah lemak dan sudah Susu rendah lemak dan sudah dipasteurisasi setiap hari (susu sapi atau kedelai).dipasteurisasi setiap hari (susu sapi atau kedelai). 6)

6) Hindari makanan di awetkan atau beragi.Hindari makanan di awetkan atau beragi. 7)

(11)

8)

8) Rendah serat, makanan lunak atau cair, jika ada gangguan saluran pencernaan.Rendah serat, makanan lunak atau cair, jika ada gangguan saluran pencernaan. 9)

9) Rendah laktosa dan lemak jika ps diare.Rendah laktosa dan lemak jika ps diare. 10)

10) Hindari rokok, kafein dan alcohol.Hindari rokok, kafein dan alcohol.

12.

12. KomplikasiKomplikasi

Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh. Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh. Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan selama hamil. Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa gangguan selama hamil. Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan

mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.yang telah terjadi. a.

a. Benjolan kecil atau tumor: Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapatBenjolan kecil atau tumor: Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat  berkembang

 berkembang dari dari kulit, kulit, tulang, tulang, hepar, hepar, atau atau organ organ lainnya lainnya pada pada sifilis sifilis tahap tahap laten.laten. Jika pada tahap ini dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang.

Jika pada tahap ini dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang.  b.

 b. Masalah Neurologi: Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapaMasalah Neurologi: Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada nervous sistem, seperti:

masalah pada nervous sistem, seperti: 1)

1) StrokeStroke 2)

2) Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cordInfeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord (meningitis)

(meningitis) 3)

3) Koordinasi otot yang burukKoordinasi otot yang buruk 4)

4)  Numbness (mati rasa) Numbness (mati rasa) 5)

5) ParalysisParalysis 6)

6) Deafness or visual problemsDeafness or visual problems 7)

7) Personality changesPersonality changes 8)

8) DementiaDementia c.

c. Masalah kardiovaskular: Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) danMasalah kardiovaskular: Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat inflamasi aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis.

menyebabkan valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis. d.

d. Infeksi HIVInfeksi HIV

Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk masukn

(12)

e.

e. Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahirKomplikasi kehamilan dan bayi baru lahir

Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja. melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja. Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi.

Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi.

B.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATANKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1.

1. PengkajianPengkajian

Perawat menghubungkan riwayat sifilis dengan kategori berikut : Perawat menghubungkan riwayat sifilis dengan kategori berikut : a.

a. AnamnesaAnamnesa 1)

1) Ps mengeluh nyeri pada tulang.Ps mengeluh nyeri pada tulang. 2)

2) Ps mengeluh tidak nafsu makan.Ps mengeluh tidak nafsu makan. 3)

3) Ps mengeluh nyeri pada kepala.Ps mengeluh nyeri pada kepala. 4)

4) Ps mengeluh kesemutan.Ps mengeluh kesemutan.  b.

 b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik  1)

1) Anoreksia dan BB menurun.Anoreksia dan BB menurun. 2)

2) Demam subfebris.Demam subfebris. 3)

3) Ulkus merah pada penis dan anus.Ulkus merah pada penis dan anus. 4)

4) Arthritis dan paresis.Arthritis dan paresis.

2.

2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa Keperawatan

a.

a.  Nyeri  Nyeri akut akut berhubungan berhubungan dengan dengan kerusakan kerusakan jaringan jaringan sekunder sekunder ulkus ulkus mole, mole, pascapasca drainase.

drainase.  b.

 b. Hipertermi berhubungan dengan respons sistemik ulkus moleHipertermi berhubungan dengan respons sistemik ulkus mole c.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada genetaliaKerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada genetalia d.

d. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan ulkus merah pada penis dan anus serta demamRisiko tinggi infeksi berhubungan dengan ulkus merah pada penis dan anus serta demam subfebris.

subfebris. e.

(13)

13 13 3.

3. Rencana KeperawatanRencana Keperawatan No

No Dx Dx

Tujuan

Tujuan dan dan Kriteria Kriteria Hasil Hasil Intervensi Intervensi RasionalRasional

1 1

Setelah dilakukan asuhan Setelah dilakukan asuhan keperawatan

keperawatan selama selama …x… …x… jam,jam, diharapkan nyeri berkurang/hilang, diharapkan nyeri berkurang/hilang, dengan kriteria hasil :

dengan kriteria hasil :

 Pasien tidak mengeluh nyeriPasien tidak mengeluh nyeri 

 Skala nyeri 0-1 (0-4)Skala nyeri 0-1 (0-4) 

 Pasien tidak gelisahPasien tidak gelisah

1.

1. Kaji tanda- tanda vital (TD, N,Kaji tanda- tanda vital (TD, N, RR)

RR) 2.

2. Kaji keluhan, lokasi, intensitas,Kaji keluhan, lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu terjadinya frekuensi dan waktu terjadinya nyeri (PQRST)

nyeri (PQRST) 3.

3. Lakukan Lakukan dan dan awasi awasi latihanlatihan rentang gerak aktif dan pasif. rentang gerak aktif dan pasif. 4.

4. Dorong ekspresi, perasaan tentangDorong ekspresi, perasaan tentang nyeri.

nyeri. 5.

5. Ajarkan Ajarkan teknik teknik relaksasi,relaksasi, distraksi, massage, guiding distraksi, massage, guiding imajenery.

imajenery. 6.

6. Jelaskan dan bantu pasien denganJelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive nonfarmakologi dan noninvasive

1.

1. Tanda- tanda vital dapat menunjukan tingkatTanda- tanda vital dapat menunjukan tingkat  perkemb

 perkembangan pasangan pasienien 2.

2. Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensiMengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan tanda-tanda perkembangan atau resolusi dan tanda-tanda perkembangan atau resolusi komplikasi

komplikasi 3.

3. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri.Mengalihkan perhatian terhadap nyeri. 4.

4. Pernyataan memungkinkan pengungkapanPernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan apat meningkatkan mekanisme emosi dan apat meningkatkan mekanisme koping

koping 5.

5. Memfokuskan Memfokuskan kembali kembali pehatian,pehatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa control yang dapat menurunkan rasa control yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologis

ketergantungan farmakologis 6.

6. Pendekatan dengan menggunakan relaksasiPendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

(14)

14 14 7.

7. Kolaborasi Kolaborasi dengan dengan dokterdokter  pemberian

 pemberian analgesik analgesik sesuaisesuai indikasi

indikasi

7.

7. Analgetik memblok lintasan nyeri sehinggaAnalgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

nyeri akan berkurang 2.

2. Setelah Setelah dilakukan dilakukan asuhanasuhan kep

keperawatan erawatan selama selama …x… …x… jam,jam, diharapkan suhu tubuh dalam diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal, dengan kriteria rentang normal, dengan kriteria hasil :

hasil :

 Suhu tubuh normal (36Suhu tubuh normal (36  –  – 

37C). 37C).

 Kulit tidak pasnas, tidakKulit tidak pasnas, tidak

kemerahan, kemerahan,

 Turgor kulit elasticTurgor kulit elastic 

 Mukosa bibir lembabMukosa bibir lembab

1.

1. Pantau suhu pasien (derajat danPantau suhu pasien (derajat dan  pola)

 pola) 2.

2. Berikan kompres hangatBerikan kompres hangat 3.

3. Anjurkan pasien untuk banyakAnjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari

minum 1500-2000 cc/hari 4.

4. Anjurkan Anjurkan pasien pasien untukuntuk menggunakan pakaian yang tipis menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat dan mudah menyerap keringat 5.

5. Kolaborasi Kolaborasi dalam dalam pemberianpemberian cairan intravena dan antipiretik cairan intravena dan antipiretik

1.

1. Suhu 38,9-41derajat C menunjukkan prosesSuhu 38,9-41derajat C menunjukkan proses infeksius

infeksius 2.

2. Membantu mengurangi demamMembantu mengurangi demam 3.

3. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilangUntuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibay evaporasi

akibay evaporasi 4.

4. Memeberikan rasa nyaman dan pakaian yangMemeberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

merangsang peningkatan suhu tubuh. 5.

5. Pemberian cairan sangat penting bagi pasienPemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Antipiretik dengan suhu tubuh yang tinggi. Antipiretik untuk menurunkan panas tubuh pasien. untuk menurunkan panas tubuh pasien. 3.

3. Setelah Setelah dilakukan dilakukan asuhanasuhan keperawatan

keperawatan selama selama …x… …x… jam,jam, diharapkan integritas kulit diharapkan integritas kulit membaik secara optimal, dengan membaik secara optimal, dengan kriteria hasil :

kriteria hasil :

 Pertumbuhan Pertumbuhan jaringanjaringan

meningkat meningkat

 Keadaan luka membaikKeadaan luka membaik

1. Kaji kerusakan kulit yang terjadi 1. Kaji kerusakan kulit yang terjadi

 pada klien  pada klien

2. Catat ukuran atau warna, 2. Catat ukuran atau warna, kedalaman luka dan kondisi sekitar kedalaman luka dan kondisi sekitar luka.

luka.

3. Lakukan perawatan luka dengan 3. Lakukan perawatan luka dengan

1.

1. Menjadi data dasar untuk memberikanMenjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan luka, alkat informasi intervensi perawatan luka, alkat apa yang akan dipakai dan jenis larutan apa apa yang akan dipakai dan jenis larutan apa yang akan digunakan.

yang akan digunakan. 2.

2. Memberikan Memberikan informasi informasi dasar dasar tentangtentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi 3.

(15)

15 15

 Luka menutupLuka menutup 

 Mencapai penyembuhan lukaMencapai penyembuhan luka

tepat waktu tepat waktu .. teknik steril. teknik steril. 4.

4. Bersihkan area perianal denganBersihkan area perianal dengan membersihkan feses menggunakan membersihkan feses menggunakan air.

air. 5.

5. Tingkatkan asupan nutrisiTingkatkan asupan nutrisi 6.

6. Anjurkan pasien untuk menjagaAnjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali

mandi sehari 2 kali 7.

7. Ubah posisi dengan sering tiap 2Ubah posisi dengan sering tiap 2  jam

 jam 8.

8. Kolaborasi dalam pemberian obatKolaborasi dalam pemberian obat antibiotika topical

antibiotika topical

mengurangi kontaminasi kuman langsung ke mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka.

area luka. 4.

4. Mencegah meserasi dan menjaga perianalMencegah meserasi dan menjaga perianal tetap kering.

tetap kering. 5.

5. Diet TKTP diperlukan untuk meningkatkanDiet TKTP diperlukan untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan pertumbuhan jaringan asupan dari kebutuhan pertumbuhan jaringan 6.

6. Menjaga kebersihan kulit dan mencegahMenjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi

komplikasi 7.

7. Mengurangi tekanan pada area yang samaMengurangi tekanan pada area yang sama

8.

8. Mencegah atau mengontrol infeksiMencegah atau mengontrol infeksi 4.

4. Setelah Setelah dilakukan dilakukan asuhanasuhan keperawatan

keperawatan selama selama …x… …x… jam,jam, diharapkan infeksi berkurang atau diharapkan infeksi berkurang atau hilang teratasi, dengan kriteria hilang teratasi, dengan kriteria hasil :

hasil :

 Tidak Tidak ada ada tanda-tandatanda-tanda

infeksi infeksi

 Tidak ada drainase purulenTidak ada drainase purulen

1.

1. Kaji TTV terutama suhu.Kaji TTV terutama suhu. 2.

2. Kaji adanya tanda-tanda infeksiKaji adanya tanda-tanda infeksi 3.

3. Observasi daerah kulit yangObservasi daerah kulit yang mengalami kerusakan, cacat mengalami kerusakan, cacat karakteristik drainase dan adanya karakteristik drainase dan adanya inflamasi.

inflamasi.

1.

1. Suhu meningkat menunjukkan terjadinyaSuhu meningkat menunjukkan terjadinya infeksi

infeksi 2.

2. Untuk Untuk mengetahui mengetahui terjadinya terjadinya infeksiinfeksi sehingga dapat di tangani

sehingga dapat di tangani 3.

3. Deteksi Deteksi dini dini pengembangan pengembangan infeksiinfeksi memungkinkan melakukan tindakan memungkinkan melakukan tindakan  pencega

(16)

16 16

 Suhu tubuh normalSuhu tubuh normal 4.4. Berikan perawatan dengan teknikBerikan perawatan dengan teknik

antiseptic dan aseptic, antiseptic dan aseptic, Pertahankan teknik cuci tangan Pertahankan teknik cuci tangan yang efektif.

yang efektif. 5.

5. Kolaborasi Kolaborasi dalam dalam pemberianpemberian antibiotic.

antibiotic.

4.

4. Cuci tangan merupakan cara pertama untukCuci tangan merupakan cara pertama untuk menghindari infeksi nosokomial

menghindari infeksi nosokomial

5.

5. Dapat mencegah penyebaran/melindungi psDapat mencegah penyebaran/melindungi ps dari proses infeksi lain.

dari proses infeksi lain. 5.

5. Setelah Setelah dilakukan dilakukan asuhanasuhan keperawatan

keperawatan selama selama …x……x… menit,menit, diharapkan terpenuhinya diharapkan terpenuhinya  pengetah

 pengetahuan uan pasien pasien tentengtenteng kondisi penyakit, dengan kriteria kondisi penyakit, dengan kriteria hasil :

hasil :

 Mengungkapkan pengertianMengungkapkan pengertian

tentang proses infeksi, tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan dengan kemungkinan komplikasi.

komplikasi.

 Mengenal perubahan gayaMengenal perubahan gaya

hidup/ tingkah laku untuk hidup/ tingkah laku untuk mencegah terjadinya mencegah terjadinya komplikasi.

komplikasi.

1.

1. Kaji tingkat pengetahuan pasienKaji tingkat pengetahuan pasien 2.

2. Beritahukan pasien/ orang terdekatBeritahukan pasien/ orang terdekat mengenai dosis, aturan dan efek mengenai dosis, aturan dan efek 3.

3. Jelaskan Jelaskan tentang tentang pentingnyapentingnya  pengoba

 pengobatan antibaktan antibakteriteri 4.

4. Beri nasehat kepada pasien untukBeri nasehat kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan pengolesan dan fleksibel dengan pengolesan cream atau lotion

cream atau lotion 5.

5. Peragakan penerapan terapi yangPeragakan penerapan terapi yang diprogram

diprogramkan : kan : obat topicalobat topical

1.

1. Memberikan data dasar untuk mengetahiMemberikan data dasar untuk mengetahi tingkat pemahaman pasien

tingkat pemahaman pasien 2.

2. Informasi dibutuhkan untuk meningkatkanInformasi dibutuhkan untuk meningkatkan  perawatan

 perawatan diri, diri, untuk untuk menambamenambah h kejelasankejelasan efektivitas pengobatan dan mencegah efektivitas pengobatan dan mencegah komplikasi

komplikasi 3.

3. Pemberian antibakteri di rumah dibutuhkanPemberian antibakteri di rumah dibutuhkan untuk mengurangi invasi bakteri pada kulit untuk mengurangi invasi bakteri pada kulit 4.

4. Pioderma memerlukan air agar fleksibelitasPioderma memerlukan air agar fleksibelitas kulit tetap terjaga. Pengolesan cream atau kulit tetap terjaga. Pengolesan cream atau lotion untuk mencegah agar kulit tidak lotion untuk mencegah agar kulit tidak menjadi kasar, retak dan bersisik

menjadi kasar, retak dan bersisik 5.

5. Memungkinkan pasien untukmemperolehMemungkinkan pasien untukmemperoleh kesempatan untuk menunjukkan cara yang kesempatan untuk menunjukkan cara yang tepat untuk melakukan terapi

(17)

4.

4. Implementasi KeperawatanImplementasi Keperawatan

Disesuaikan dengan intervensi yang ada Disesuaikan dengan intervensi yang ada

5.

5. Evaluasi KeperawatanEvaluasi Keperawatan Dx 1

Dx 1: Pasien tidak mengeluh nyeri, Skala nyeri 0-1 (0-4), Pasien tidak gelisah.: Pasien tidak mengeluh nyeri, Skala nyeri 0-1 (0-4), Pasien tidak gelisah.

Dx

Dx 22: Suhu tubuh normal (36: Suhu tubuh normal (36  –  –  3737ooC), Kulit tidak pasnas, tidak kemerahan, Turgor kulitC), Kulit tidak pasnas, tidak kemerahan, Turgor kulit elastic, Mukosa bibir lembab.

elastic, Mukosa bibir lembab.

Dx 3

Dx 3: Pertumbuhan jaringan meningkat ,Keadaan luka membaik, Luka menutup, Mencapai: Pertumbuhan jaringan meningkat ,Keadaan luka membaik, Luka menutup, Mencapai  penyembuhan luka tepat waktu.

 penyembuhan luka tepat waktu.

Dx 4

Dx 4: : Tidak ada tanda-tanda infTidak ada tanda-tanda infeksi, Tidak ada drainaseksi, Tidak ada drainase purulen.e purulen. Suhu tubuh normal (35,7 -37. 2

Suhu tubuh normal (35,7 -37. 2ooC).C).

Dx 5

Dx 5: Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan: Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi, Mengenal perubahan gaya hidup/ tingkah laku untuk kemungkinan komplikasi, Mengenal perubahan gaya hidup/ tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.

(18)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Djuanda,Adhi.2007.

Djuanda,Adhi.2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta:FKUI.Jakarta:FKUI Doenges,Marilyin E.1999.

Doenges,Marilyin E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.Jakarta:EGC Mansjoer,Arif.2001.

Mansjoer,Arif.2001. Kapita Selekta Kedokteran Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Medis Aesculapius.Jakarta:Medis Aesculapius  NANDA

 NANDA Internasional. Internasional. 2012. 2012. DiagnosisDiagnosis  Keperawatan  Keperawatan Definisi Definisi dan dan Klasifikasi Klasifikasi 2012-2014.2012-2014. Jakarta:EGC.

Jakarta:EGC. Price,Sylvia Anderson.2005.

Price,Sylvia Anderson.2005. Patofisiologi Patofisiologi.Jakarta:EGC.Jakarta:EGC Siregar, R.S. 2004.

Siregar, R.S. 2004. Saripati Penyakit Kulit.Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC Jakarta: EGC Smeltzer,Suzzanne C 2001.

(19)

19 19  penurunanpengelihatan  penurunanpengelihatan Risiko tinggi Risiko tinggi Limfa Limfa Ruam, macula paluler

Ruam, macula paluler non pruritus non pruritus  Nyeri kepala  Nyeri kepala  Nyeri  Nyeri tenggorokan tenggorokan Hipertermi Hipertermi  Nyeri akut  Nyeri akut Penurunan BB Penurunan BB

Risiko nutrisi kurang Risiko nutrisi kurang

dari kebutuhan dari kebutuhan

Kenaikan Kenaikan suhu tubuh

suhu tubuh Lesi pustulerLesi pustuler

Lesi pustuler Lesi pustuler Gerakan abnormal Gerakan abnormal saat berjalan saat berjalan Sembuh Sembuh Diobati Diobati

Terbentuk jaringan parut Terbentuk jaringan parut Infeksi sekunder

Infeksi sekunder

Infeksi

Infeksi organ organ lainlain Tidak diobati Tidak diobati Infeksi meningens Infeksi meningens Infeksi SSP Infeksi SSP Infark otak Infark otak Optic

Optic athropi athropi demensia demensia TremorTremor Pengungkapan Tidak mengetahuai penyakit

Pengungkapan Tidak mengetahuai penyakit dan penanganan, informasi tidak adekuat dan penanganan, informasi tidak adekuat

Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan Infeksi primer

Infeksi primer

Papula jadi ulkus bersih, tidak Papula jadi ulkus bersih, tidak nyeri, dan menonjol (chancre) nyeri, dan menonjol (chancre)

Ulserasi (chancre) soliter dan Ulserasi (chancre) soliter dan

keras, yg tidak nyeri keras, yg tidak nyeri Masuk ke mukosa Masuk ke mukosa

Treponema masuk ke saluran limfatik dan menginvansi Treponema masuk ke saluran limfatik dan menginvansi

Sifilis Sifilis Pajanan Pajanan treponema treponema  paldium  paldium Hygiene

Hygiene rendah, rendah, virulensi kuman virulensi kuman tinggitinggi Sex berisiko tinggi

Sex berisiko tinggi Orang tua yang sifilisOrang tua yang sifilis Kontak langsung Kontak langsung

Mukosa Mukosa Limfatik

Limfatik Plasenta Plasenta dan dan janinjanin

Skuama, vesikel, secret dan darah dari hidung Skuama, vesikel, secret dan darah dari hidung Skuama, vesikel, papul, secret dan darah dari Skuama, vesikel, papul, secret dan darah dari

hidung, osteocondritis hidung, osteocondritis

Keratitis intersial(akibatkan kebutaan), tuli, Keratitis intersial(akibatkan kebutaan), tuli,

 perforasi palatum durum, kelainan tibia  perforasi palatum durum, kelainan tibia Kerusakan integritas kulit

Kerusakan integritas kulit

Keterlambatan tumbuh&kembang Keterlambatan tumbuh&kembang Limfadenopati Limfadenopati ginjal ginjal Gagal ginjal Gagal ginjal

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kenyataan yang terjadi pada penderita sifilis, tidak ditemukan adanya perawatan rumah atau obat-obat biasa bisa menyembuhkan sekali dari penyakit

Untuk  kepentingan  evaluasi  terapi  dan  monitoring  pasien  sifilis,  semua  informasi  tentang  titer  RPR  dan  terapi  yang  diberikan  harus  lengkap 

Daili SF, dkk, Pedoman Tata Laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis Di Layanan Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi HIV dan Sifilis serta Hubungan antara penyebaran Sifilis dan penularan HIV, menggunakan alat pemeriksaan Rapid Test HIV 3

Sipilis atau sifilis dapat muncul pada satu di antara empat fase yang berbeda; primer, sekunder, laten, dan tersier, dan bisa juga terjadi secara congenital.. Fase ini disebut

d. Psoriasis eritrodermis : dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya kelainan kulit yang khas untuk psoriasis

Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan hiperpigmentasi. Bedah kimia superfisial, medium dan dalam sering dipakai untuk pengobatan melasma pada orang

Bila wanita hamil dengan sifilis primer dan sekunder serta spirokaetamia yang tidak diobati, besar kemungkinan untuk menularkan infeksi pada bayi yang belum