ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SIFILIS
PADA KLIEN SIFILIS A. KONSEP DASAR A. KONSEP DASAR I.
I. DEFINISIDEFINISI
Sifilis adalah penyakit infeksi oleh treponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya Sifilis adalah penyakit infeksi oleh treponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan eksasarbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem
remisi dan eksasarbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskuler,kardiovaskuler, otak dan susunan saraf, srta dapat terjadi sifilis kongenital.
otak dan susunan saraf, srta dapat terjadi sifilis kongenital. II.
II. KALSIFIKASIKALSIFIKASI 1. Menurut WHO 1. Menurut WHO a. Sifilis Dini a. Sifilis Dini
Dapat menularkan penyakit karena terdapat treponema pallidum pada lesi kulitnya. Dapat menularkan penyakit karena terdapat treponema pallidum pada lesi kulitnya. b. Sifilis Lanjut
b. Sifilis Lanjut
Tidak menular karena Treponema pallidum tidak ada. Tidak menular karena Treponema pallidum tidak ada. 2. Secara Klinis
2. Secara Klinis a. Sifilis Kongenital a. Sifilis Kongenital
Penularan intrauterin setelah pembentukan plasenta (bulan ke V kehamilan) tidak berakibat keguguran Penularan intrauterin setelah pembentukan plasenta (bulan ke V kehamilan) tidak berakibat keguguran awal / prematur, tetai
awal / prematur, tetai dapat menyebabkan bayi lahir mati.dapat menyebabkan bayi lahir mati. b. Sifilis Akuisita
b. Sifilis Akuisita
Penularan dengan senggama, melalui luka mikroskopik, karena kuman tidak menembus kulit / mukosa Penularan dengan senggama, melalui luka mikroskopik, karena kuman tidak menembus kulit / mukosa – – setelah masuk jaringan, segera melakukan pembiakan dan masuk saluran limfatik sehingga dalam 24 setelah masuk jaringan, segera melakukan pembiakan dan masuk saluran limfatik sehingga dalam 24 jam sudah didapati dalam kelenjar limfatik regional
jam sudah didapati dalam kelenjar limfatik regional.. Stadium I
Stadium I
Terjadi 7 hari sampai 3 bulan setelah invasi kuman, berupa nodulsoliter pada penis, vulva, serviks atau Terjadi 7 hari sampai 3 bulan setelah invasi kuman, berupa nodulsoliter pada penis, vulva, serviks atau ekstragenital, yang kemudian membentuk ulkus durum dengan tepi meninggi dan tidak dirasa nyeri. ekstragenital, yang kemudian membentuk ulkus durum dengan tepi meninggi dan tidak dirasa nyeri. Stadium II
Stadium II
Terjadi 2 sampai 12 minggu sete
Terjadi 2 sampai 12 minggu setelah ulkus durum, sebagai lesi mukokutan yang menyeluruh tubuhlah ulkus durum, sebagai lesi mukokutan yang menyeluruh tubuh disertai limfa denopati generalisata, demam, rasa lesu dan sekita ke
disertai limfa denopati generalisata, demam, rasa lesu dan sekita ke pala.pala. Stadium III
Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3
Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3 – –7 tahun setelah infeksi.7 tahun setelah infeksi. c. Sifilis Kardiovaskuler
c. Sifilis Kardiovaskuler
Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup. Tanda-tanda sifiliis Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup. Tanda-tanda sifiliis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau aneurisma berbentuk kantong
kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau aneurisma berbentuk kantong pada arota torakal.pada arota torakal. Umumnya bermanifestasi 10
Umumnya bermanifestasi 10 – –20 tahun setelah interaksi, seumlah 10 % 20 tahun setelah interaksi, seumlah 10 % pasien sifilis akan mengalamipasien sifilis akan mengalami fase ini. Pria dan orang denga kulit warna lebih banyak terkena,
fase ini. Pria dan orang denga kulit warna lebih banyak terkena, jantung pembuluh darah, yang terkenajantung pembuluh darah, yang terkena terutama yang besar. Kematian pada sifilis terjadi akibat kelainan sistem ini.
terutama yang besar. Kematian pada sifilis terjadi akibat kelainan sistem ini. d. Neurosifilis
d. Neurosifilis
Umumnya bermanifestasi dalam 10
Umumnya bermanifestasi dalam 10 – –20 tahun setelah terinfeksi. Kelainan ini lebih banyak didapat pada20 tahun setelah terinfeksi. Kelainan ini lebih banyak didapat pada orang kulit putih. Neurosifilis dibagi menjadi :
orang kulit putih. Neurosifilis dibagi menjadi : 1. Neurosifilis Asimtomatik
1. Neurosifilis Asimtomatik
Pemeriksaan serologi reaktif tidak ada tanda dan gejala ke
Pemeriksaan serologi reaktif tidak ada tanda dan gejala ke rusakan susunan saraf pusat. Pemeriksaanrusakan susunan saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes
sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif.serologi reaktif. 2. Neurosifilis Meningovaskuler
2. Neurosifilis Meningovaskuler
Terdapat tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat, berupa kerusakan pembuluh darah serebrum, Terdapat tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat, berupa kerusakan pembuluh darah serebrum, infark dan ensefalomalasia dengan tanda-tanda adanya fokus neurologis sesuai dengan ukuran dan infark dan ensefalomalasia dengan tanda-tanda adanya fokus neurologis sesuai dengan ukuran dan lokasi lesi. Pemeriksaan sumsum tulang beakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes lokasi lesi. Pemeriksaan sumsum tulang beakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif.
serologi reaktif.
3. Neurosifilis Parenkimatosa, yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis. 3. Neurosifilis Parenkimatosa, yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis. Paresis :
Paresis :
Tanda dan gejala paresis sangat banyak dan selalu menunjukkan penyebaran kerusakan parenkimatosa Tanda dan gejala paresis sangat banyak dan selalu menunjukkan penyebaran kerusakan parenkimatosa perubahan sifat diri dapat terjadi, mulai dari yang ringan hingga psikotik. Terdapat tanda-tanda fokus perubahan sifat diri dapat terjadi, mulai dari yang ringan hingga psikotik. Terdapat tanda-tanda fokus neurologis. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes neurologis. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif
serologi reaktif Tabes dorsalis : Tabes dorsalis :
Tanda dan gejala pertama tabes dorsalis akibat degenerasi kolumna posterior adalah parestesia, at Tanda dan gejala pertama tabes dorsalis akibat degenerasi kolumna posterior adalah parestesia, at aksia,aksia, arefleksia, gangguan kandungan kemih impotensi, dan perasaan nyeri seperti dipotong-potong,
arefleksia, gangguan kandungan kemih impotensi, dan perasaan nyeri seperti dipotong-potong,
pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang abnormal pada hampir semua penderita dan pemeriksaan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang abnormal pada hampir semua penderita dan pemeriksaan serologis sebagian menunjukkan reaktif.
serologis sebagian menunjukkan reaktif. III.
III. ETIOLOGIETIOLOGI
Treponema pallidum yang termasuk ordex sirochaetaeas, familli Treponematoceae. Treponema pallidum yang termasuk ordex sirochaetaeas, familli Treponematoceae.
IV. PATOFISIOLOGI
Treponema
Selaput lendir yang utuh / kulit dengan lesi.
Peredaran darah / semua organ tubuh Masa inkubasi ( ± 3 minggu)
Makula
Papula
Ulkus yang berisi jaringan nekrotik. Sifilis
V. DIAGNOSIS TEST
Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus di konfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa :
1. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field). 2. Mikroskop fluoresensi.
3. Penentuan antibodi di dalam serum.
a) Beberapa tes yang dikenal sehari-hari yang mendeteksi antibodi non spesifik,akan tetapi dapat menunjukkan reaksi ddengan IgM da juga IgG, ialah :
a. Tes yang menentukan antibodi non spesifik. - Tes Wasserman.
- Tes Khan
- Tes RPR (Rapid Plasma Reagin). - Tes Automated Reagin.
b. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF (Reite r Protein Complement Fixation) c. Yang menentukan antibodi yaitu :
- Tes TPI (Trponema Pallidum Immobilization) - Tes FTA ABS (Fluorecent Treponema Absorbed).
- Tes TPHA ( Treponema Pallidum Haemagglutination Assay) - Tes Elisa (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay).
VI. KOMPLIKASI
VII. MANIFESTASI KLINIS - Tukak - Demam
- Lesi - Anorexia
- Pada pria selalu dis ertai pembesaran kelenjar limfe ingunal medial unilateral / bilateral - Terjadi kelainan kulit yaitu timbul berupa makula, postul dan rupia.
VIII. PENATALAKSANAAN 1. Medikamentosa
Sifilis Primer dan Sekunder
- Penisilin benzalin 6 dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4 j uta unit / kali) dan diberikan satu kali seminggu, atau.
- Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi inframuskular sehari selama 10 hari, atau
- Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit / kali sebanyak 2 kali seminggu.
Sifilis Laten
- Penisilin Benzatin 6 dosis total 7,2 juta unit, atau
- Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu).
Sifilis Stactom III
- Penisilin benzatin 6 dosis total 9,6 juta unit, atau
- Penisilin 6 prokain dalam aqua denga dosis total 18 juta unit (600.000 unit sehari) atau
- Penisilin prokain ± 2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (dibeirkan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu).
Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan : - Tetrasiklin 5000 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau.
- Eritromisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau.
Untuk pasien sifilis laten lanjut (71 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat dierikan : - Tetrasiklin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari, atau
- Eritrmisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari
“Obat ini tidak boleh dibeirkan kepadawanita hamil, menyusui, dan anak-anak.
2. Pemantauan Serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII tahun pertama \, dan setiap 6 bulan per tahun kedua.
3. Non medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada px dengan menjelaskan hal-hal sebagai beriut : - Bahaya PKTS dan Komplikasinya
- Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan.
- Cara penularan PKTS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
- Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindarkan lagi. - Cara-cara menghindari infeksi PKTS di masa datang.
B. KONSEP KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit. 3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit. 4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan. 6. Pengkajian Persistem
a. Sistem integumen
Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula. b. Kepala dan Leher
Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial). Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum. Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.
Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi hutchinson(incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng). Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.
c. Sistem Pernafasan d. Sistem kardiovaskuler
- Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik sebelumnya. e. Sistem penceranaan
- Biasanya terjadi anorexia pada stadium II. f. Sistem muskuloskeletal
Pada neurosifilis terjadi athaxia. g. Sistem Neurologis
Biasanya terjadi parathesia. h. Sistem perkemihan
Biasanya terjadi gangguan pada sistem perkemihan. i. Sistem Reproduksi
Biasanya terjadi impotensi. II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang kemungkinan muncul pada diagnosa sifilis
1. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan. 3. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman.
4. Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh. III. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 :
Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis. Kriteria hasil: Kembalinya kulit normal.
Intervensi dan rasional :
1. Anjurkan menggunakan baju katun dan hindari baju ketat. R/ : Menurunkan iritasi
2. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat. R/ : Untuk menyeimbangkan cairan.
3. Berikan dengan latihan rentang gerak. R/ : Mencegah kerusakan lebih lanjut. 4. Kolaborasi dengan tim medis lain.
R/ : Untuk mempercepat proses penyembuhan. Dx 2 :
Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan. Kriteria hasil: Nyeri berkurang
Intervensi dan Rasional : 1. Kaji tingkat nyeri
R/ : Untuk mengetahui rasa sakit akut dan ketidaknyamanan. 2. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi.
R/ : Tekhnik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri. 3. Berikan posisi yang nyaman
R/ : posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan nyeri. 4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat golongan penisilin.
R/ : Memberikan penurunan rasa nyeri. Dx 3 :
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman. Kriteria hasil: Suhu tubuh normal (36 –37o)
Intervensi dan Rasional
1. Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis. R/ : Agar terjadi pemindahan panas.
2. Pantau suhu tubuh pasien
R/ : Mengetahui adanya infeksius akut. 3. Beri pasien kompres hangat.
R/ : Untuk menurunkan suhu tubuh.
4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat anti piretik. R/ : Untuk mengurangi demam / menurunkan suhu tubuh Dx 4 :
Kriteria hasil :
- dapat mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.
- Mengenali penggabungan peruaban dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negatif.
Intervensi dan Rasional :
1. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa marah. R/ : Membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan.
2. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.
R/ : Membantu peningkatkan [erasaan harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan.
3. Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada klien melakukan sesuatu untuk dirnya sendiri. R/ : membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri sendiri dan me ningkatkan proses rehabilitasi.
IV. EVALUASI
1. Apakah integritas kulit klien sudah kembali normal / baik ? 2. Apakah gangguan rasa nyaman (nyeri) klien teratasi ? 3. Apakah suhu tubuh klien kembali normal ?
4. Apakah gangguan gambaran diri klien sudah teratasi ? DAFTAR PUSTAKA
- Mansjoer Arif ; 2000 ;Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 2 ; Media aesculapius ; Jakarta. - Daili Fahmi Syaiful ; 2003 ; Penykit Menular Seksual ; FKUI ;Jakarta.
- Doenges E. Marillyn ; 1999 ;Rencana Asuhan Keerawtan, Edisi 3 ; EGC ; Jakarta. - Compenito J. Lynda ; 1999 ; Rencana Asuhan Keperawatan; Edisi 2 ; EGC ; Jakarta. - Ramali Ahmad. Med. Dr. ; 2000 ; Kamus Kedokteran; Djambatan ; Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SIFILIS A. PENGERTIAN
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan olehTreponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalahTreponema pallidumyang termasuk ordospirochaetales,
familiaspirochaetaceae, dan genustreponema. Bentuk spiral, panjang antara 6 –15 µm, lebar 0,15 µm. Gerakan rotasi dan maju seperti gerakan membuka botol. Berkembang biak secara pembelahan
melintang, pembelahan terjadi setiap 30 jam pada st adium aktif. C. EPIDEMIOLOGI
Asal penyakit tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis melelui hubungan seksual. Pada abad ke-15 terjadiwabah di Eropa. Sesudah tahun 1860, morbilitas sifilis menurun cepat. Selama peran g dunia II, kejadian sifilis meningkat dan puncaknya pada tahun 1946, kemudian menurun setelah itu.
Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.
D. PATOFISIOLOGI 1. Stadium Dini
Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidumdan sel-sel radang. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten. Jika
infeksiT.pallidumgagal diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak lagi dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.
Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.
F. KLASIFIKASI dan GEJALA
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisital (didapat). Sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis dini (sebelum dua tahun), lanjut (setelah dua tahun), dan stigmata. Sifillis akuisita dapat dibagi menurut dua cara yaitu:
- Klinis (stadium I/SI, stadium II/SII, stadium III/SIII) dan - Epidemiologik, menurut WHO dibagi menjadi:
1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas S I, S II, stadium rekuren, dan stadium laten dini.
2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut dan S III . GEJALA KLINIS
Sifilis Akuisita 1. Sifilis Dini
a. Sifilis Primer (S I) b. Sifilis Sekunder (S II) 2. Sifilis Lanjut G. DIAGNOSA BANDING 1. Stadium I § Herpes simplek § Ulkus piogenik § Skabies § Balanitis § Limfogranuloma venereum (LGV) § Karsinoma sel skuamosa
§ Ulkus mole 2. Stadium II
§ Erupsi obat alergik § Morbili § Pitiriasis rosea § Psoriasis § Dermatitis seboroika § Kandiloma akuminatum § Alopesia areata 3. Stadium III § Sporotrikosis § Aktinomikosis H. PENCEGAHAN
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. Tidak berganti-ganti pasangan
2. Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan pempratikkan ‘protective sex’. 3. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang sudah terinfeksi. I. PENATALAKSANAAN
Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas
meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.
Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan S I I.
Prognosis sifilis menjadi lebih baik sete lah ditemukannya penisilin. Jika penisilin tidak diobati, maka hampir seperempatnya akan kambuh, 5% akan mendapat S III , 10% mengalami sifilis kardiovaskuler, neurosifilis, dan 23% akan meninggal.
Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%. Kelainan kulit akan sembuh dalam 7-14 hari. Pembesaran kelenjar getah bening akan menetap berminggu-minggu.
Kegagalan terapi sebanyak 5% pada S I dan S II. Kambuh klinis umumnya terjadi setahun setelah terapi berupa lesi menular pada mulut, tenggorokan, dan regio per ianal. Selain itu, terdapat kambuh serologik. Pada sifilis laten lanjut, prognosis baik. Pada sifilis kardiovaskuler, prognosis sukar ditentukan. Prognosis pada neurosifilis bergantung pada tempat dan derajat kerusakan.
Sel saraf yang sudah rusak bersifat irreve rsible. Prognosis neurosifilis pada sifilis dini baik, angka penyembuhan dapat mencapai 100%. Neurosifilis asimtomatik pada stadium lanjut juga baik, kurang dari 1% memerlukan terapi ulang
Prognosis sifilis kongenital dini baik. Pada yang lanjut, prognosis tergantung pada kerusakan yang sudah ada.
K. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik Keadaan umum
Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi b. Pemeriksaan sistemik
Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat perbesaran tyroid atau tidak), te ngkuk, dada (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), genitalia, ekstremitas atas dan bawah.
c.Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah rutin) 2. Diagnosa Keperawatan & Intervensi
a. Nyeri kronis b.d adanya lesi pada jaringan
Tujuan: nyeri klien hilang dan kenyamanan terpenuhi Kriteria:
- Ekspresi wajah klien tidak kesakitan - Keluhan klien berkurang
Intervensi:
- Kaji riwayat nyeri dan respon terhadap nyeri
- Kaji kebutuhan yang dapat mengurangi nyeri dan jelaskan te ntang teknik mengurangi nyeri dan penyebab nyeri
- Ciptakan lingkungan yang nyaman (mengganti alat tenun) - Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik b. Hipertermi b.d proses infeksi
Tujuan: klien akan memiliki suhu tubuh normal Kriteria:
- Suhu 36 –37 °C - Klien tidak menggigil
- Klien dapat istirahat dengan tenang Intervensi:
- Observasi keadaan umum klien dengan tanda vital tiap 2 jam sekali
- Berikan antipiretik sesuai anjuran dokter dan monitor ke efektifan 30-60 menit kemudian - Berikan kompres di dahi dan lengan
- Anjurkan agar klien menggunakan pakaian yang tipis dan longgar - Berikan minum yang banyak pada klien
c. Cemas b.d proses penyakit
Tujuan: cemas berkurang atau hilang Kriteria:
- Klien merasa rileks
- Klien dapat menerima dirinya apa adanya Intervensi:
- Kaji tingkat ketakutan dengan cara pendekatan dan bina hubungan saling percaya
- Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan benda-benda berbahaya - Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan perawatan
- Ajarkan penggunaan relaksasi
- Beritahu tentang penyakit klien dan tindakan yang akan dilakukan secara sederhana. http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/12/askep-sifilis/
Asuhan Keperawatan Sifilis (Syphilis) A. Definisi
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat ak ut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin (Soedarto, 1998).
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan olehTreponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kro nik,
bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh (Hidayat, 2009).
Sifilis ialah penyakit infeksi oleh Treponema palidumdengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan aksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskular, otak, dan susunan saraf, serta dapat terjadi sifilis kongenital (Mansjoer, Arif,et al , 2000: 153).
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa sifilis adalah penyakit infeksi yang dapat digolongkan Penyakit Menular Seksual (PMS), yang disebabkan olehTreponema palidium,yang bersifat kronis dan bekerja secara sistemik.
B. Etiologi
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum.Treponema Pallidum termasuk ordoSpirochaeta,
familiTreponemetoceaeyang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema
Pallidumakan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar (Soedarto, 1990). Sifilis ini juga dapat m enular melalui hubungan seksual dengan penderita sifilis. Kontak kilit dengan lesi yang mengandungT. pallidum juga akan menularkan penyakit sifilis.
C. Manifestasi Klinis 1.Sifilis primer
Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada tempat sesudah masuknyaTreponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar r egional yang tidak nyeri. Chancre
biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 –6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
2 . Sifilis Sekunder
Terjadi sifilis sekunder, 2 –10 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada dae rah yang lembab di sekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abu –abu putih sampai eritematosa). Dan plak putih disebut(Mukous patkes) dapat ditemukan pada membran mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia sert a
limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga,
meningitis terjadi 30% penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal (CSS), tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis laten.
1. Relapsing sifilis.
Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala –gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif. Gejala yang timbul kembali sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder.
Relapsing sifilis yang ada terdiri dari : a. Sifilis laten
Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal). Tidak ter jadi kekambuhan sesudah tahun
pertama disertai sifilis lambat yang tidak mungkin bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang sifilis laten yang tidak menular be rlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.
b. Sifilis tersier
Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun –tahun sejak sesudah gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis,
gumma. Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat (neurosifilis ).
c. Sifilis kongenital
Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan
mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa. Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi –lesi mukokutan. Kondiloma, pelunakan tulang –tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf nervous
kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi, saddel –nose, saber shin ( tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang –kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai. Prognosis sifilis
kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan. (Soedarto, 1990).
D. Patofisiologi 1. Stadium Dini
Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidumdan sel-sel radang. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksiT. pallidumgagal diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak lagi dan menimbulkan
lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.
Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.
E. Pathway
Kurang pengetahuan Treponema pallidum
Unhealthy sex Mikrolesi/Selaput lender ( port de entry )
Berkembang biak
Jaringan bereaksi
Membentuk infiltrate ( Sel limfosit dan sel plasma)
Pembuluh darah kecil
Berproliferasi
DikelilingiT. pallidum dan sel radang
Obstruksi lumen
Gangguan integritas kulit Lesi Gangguan konsep diri
Pengobatan Tidak ada pengobatan
Sifilis sembuh Kelenjar getah bening regional
Penyebaran hematogen
Hipertermi Infeksi sistemik
Neuro Kardio
Gangguan
jaringan Inflamasi membran&
Cairan sekitar otak serta inflamasi aorta, Spinal cord arteri mayor, dan
pembuluh darah lainnya Nyeri
Meningitis, Koordinasi otot yang buruk,
Paralysis, Numbness Gangguan mobilitas fisik
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan k linik, serologi atau pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope). Pada kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema dan non protonema. Uji non protonema
sepertiVenereal Disease Research Laboratory ( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit sehingga amat membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif (gagal
pengobatan atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma inguinale, limfogranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan ( kanker ).
G. Komplikasi
Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh. Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan selama hamil. Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat memperbaiki ke rusakan yang telah terjadi.
Benjolan kecil atau tumor
Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang. Masalah Neurologi
Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada nervous sistem, seperti: § Stroke
§ Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord (meningitis) § Koordinasi otot yang buruk
§ Numbness (mati rasa) § Paralysis
§ Deafness or visual problems § Personality changes
§ Dementia
Masalah kardiovaskular
Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis.
Infeksi HIV
Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual. Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir
Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya melalui keg uguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja. Resiko untuk lahir premature juga m enjadi lebih tinggi.
Pada stadium primer komplikasi diatas belum terjadi. Manifestasi di atas dapat muncul pada sifilis dengan stadium tersier dan kongenital karena infeksi Treponema mencapai sistem saraf pusat
(SSP), sehingga apabila sudah mengenai SSP maka akan mengganggu semua sistem tubuh sehingga akan terjadi penurunan daya imun yang memudahkan masuknya infeksi lainnya, pada organ ginjal akan menyebabkan gangguan sistem perkemihan dan akan mengganggu sistem organ lainnya.
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Penatalaksanaan Medis
· Sifilis primer dan sekunder
1. Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan diberikan 1 x seminggu 2. Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari selama 10 hari.
3. Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu.
§ Sifilis laten
1. Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit
2. Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari).
3. Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu).
§ Sifilis III
1. Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit
2. Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit)
3. Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu)
§ Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan: 1. Tertrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.
2. Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.
Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan: 1. Tetrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari
2. Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari.
*Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.
§ Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut: 1. Bahaya PMS dan komplikais
2. Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan
3. Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
4. Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan lagi. 5. Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin
6. Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.
I. Pengkajian Keperawatan
Sifilis merupakan infeksi kronik menular yang dapat menyebabkan penurunan daya imum seseorang dan bersifat kongenital sehingga dapat mengakibatkan kematian dan kemandulan.
1. Aktivitas
Gejala: kelelahan terus- menerus, kaku kuduk, malaise,. Tanda: kelemahan, perubahan tanda- tanda vital.
2. Sirkulasi
Gejala: komplikasi kardiovaskuler, aneurisma. Tanda: tekanan darah kadang-kadang naik. 3. Intergritas ego
Gejala: ansietas, kuatir dan takut.kurang pengetahuan tentang penyakit. Tanda: cemas, gelisah, bertanya-tanya terus tentang penyakit, menyendiri. 4. Eliminasi
Gejala: penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing k eluar Nanah. Tanda: kencing bercampur nanah,nyeri pada saat kencing.
Gejala: anoreksia, nausea Tanda: vomiting
6. Hygiene
Gejala: kurang kebersihan genitalia 7. Neurosensori
Gejala: pusing, paresis
Tanda: Kerusakan SSP, atralgia 8. Nyeri dan kenyamanan Gejala: nyeri BAK
Tanda: gelisah dan perilaku menghindari nyeri 9. Interaksi sosial
Gejala: kurang percaya diri bergaul dengan m asyarakat
J. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis b.d adanya lesi pada jaringan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, nyeri klien hilang dan kenyamanan terpenuhi
Kriteria:
§ Nyeri klien berkurang
§ Ekspresi wajah klien tidak kesakitan § Keluhan klien berkurang
§ Skala 0-1
§ TTV TD: 110/80-120/90 mmHg, T: 360-370C, HR: 70-100x/mnt, RR:16-20x/mnt Intervensi:
1. Kaji riwayat nyeri dan respon terhadap nyeri
mengurangi nyeri dan penyebab nyeri
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman (mengganti alat tenun) 2. Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
b. Hipertermi b.d proses infeksi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, klien akan memiliki suhu tubuh normal Kriteria:
§ Suhu 36 –37 °C § Klien tidak menggigil
§ Klien dapat istirahat dengan tenang Intervensi:
o Observasi keadaan umum klien dengan tanda vital tiap 2 jam sekali
o Berikan antipiretik sesuai anjuran dokter dan monitor keefektifan 30-60 menit o kemudian
o Berikan kompres di dahi dan lengan
o Anjurkan agar klien menggunakan pakaian yang tipis dan longgar o Berikan minum yang banyak pada klien
c. Kerusakan integritas kulit b.d. substansi kimia (T. pallidum)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, klien memiliki integritas kulit yang baik. Kriteria:
§ Tidak ada luka/lesi pada kulit § Perfusi jaringan baik
§ Menunjukkan adanya perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang.
§ Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami. Intervensi:
o Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar. o Hindari kerutan pada tempat tidur.
o Jaga kenersihan kulit agar tetap bersih dan kering. o Monitor kulit akan adanya kemerahan.
o Monitor status nutrisi pasien.
o Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
d. Cemas b.d proses penyakit
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, cemas berkurang atau hilang Kriteria:
· Klien merasa rileks
§ TTV TD: 110/80-120/90 mmHg, T: 360-370C, HR: 70-100x/mnt, RR:16-20x/mnt · Klien dapat menerima dirinya apa adanya
Intervensi:
o Kaji tingkat ketakutan dengan cara pendekatan dan bina hubungan saling percaya
o Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan benda-benda berbahaya o Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan perawatan
o Ajarkan penggunaan relaksasi
o Beritahu tentang penyakit klien dan tindakan yang akan dilakukan secara sederhana. http://rama-delon.blogspot.com/2011/07/asuhan-keperawatan-sifilis-syphilis.html