• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LEARNING PBM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LEARNING PBM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perbuahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukan berbagai pendekatan pembelajaran yang inovatif. Berbagai terobosan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap masalah, dilanjutkan dengan menentukan masalah dan penggunaan berbagai dimensi berpikir.

Alhasil pendidikan pada abad ke-21 berhubungan dengan permasalahn baru yang ada di dunia nyata. Tidak heran kemudian Model Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah menjadi salah satu model pembelajaran yang disarankan penggunaannya dalam Kurikulum 2013. Bahkan buku siswa mata pelajaran, khususnya matematika yaitu pada jenjang kelas 7 dan kelas 10 pun, dikatakan sebagai penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah. Namun, dalam pelaksanaannya, masih terdapat kekeliruan dalam penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Beberapa buku dari jenjang SMP maupun SMA pun masih ditemukan kesalahan dalam memberikan masalah yang belum memenuhi kategori masalah yang digunakan dalam PBM. Selain itu juga, beberapa pendidik yang menggunakan model PBM terlihat lebih aktif daripada siswanya, sedangkan hal tersebut tidak sesuai dengan karakteristik PBM. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dipaparkan umum yang berhubungan dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang dapat membantu para calon pendidik memahami model PBM.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dapat dirumuskan dari paparan sebelumnya, yaitu: 1. Bagaimana pengertian dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah?

2. Bagaimana konsep/karakteristik dasar dari Pembelajaran Berbasis Masalah? 3. Bagaimana kategori masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah?

4. Bagaimana prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah?

(2)

C. Tujuan

Adapun tujuan yang diinginkan sesuai dengan paparan masalah sebelumnya, yaitu untuk mengetahui dan memahami:

1. Pengertian dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

2. Konsep/karakteristik dasar dari Pembelajaran Berbasis Masalah. 3. Kategori masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.

4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah.

(3)

BAB II

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)

A. Pengertian PBM

Istilah pengajaran berdasarkan masalah (PBM) diadopsi dari istilah inggris Problem Based Instruction (PBI). Pembelajaran Berbasis Masalah awal mulanya diterapkan dalam pendidikan kedokteran/medical education sekitar tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an, Barrows dan kawan-kawan di McMaster University, mengembangkan Pembelajaran Berbasis Masalah ini lebih jauh. Kemudian saat ini sudah menjamur tidak hanya pada pendidikan kedokteran, tetapi juga merasuk ke semuadisiplin. Para dosen dan guru tertarik untuk menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah ini.1 Model pembelajaran ini mulai

diangkat sebab ditinjau secara umum berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada kepada mereka untuk melakukan penyidikan dan inquiry.

Menurut Dewey, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan dua arah, belajar dengan lingkungannya. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan pembelajarannya.2

Pengajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pengajaran ini cocok untuk pengembangan pengetahuan dasar maupun kompleks.3

1 Abdur Rahman Asari, “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Matematika: Seperti ApaWujudnya?,” Conference Paper , (Oktober 2013): 1-2. Diakses pada tanggal 02 April 2016, doi: 10.13140/RG.2.1.2607.8248.

2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), h.91.

(4)

B. Konsep/ Karakteristik Dasar PBM

Mengingat asal muasal pengembangan Pembelajaran Berbasis Masalah di atas, ketika seorang guru/dosen ingin menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ini, karakteristik dari model PBM ini perlu dikenali dengan baik. Adapun kesimpulan yang dapat dipaparkan dari pendapat beberapa ahli adalah ;

1. Penyajian Masalah

Permasalahan merupakan starting point dalam belajar. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.4 Masalah

ini berperan sebagai stimulus awal serta sebagai kerangka acuan dalam belajar siswa. Di dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, materi ajar dan keterampilan dikemas dalam masalah sehingga ada hubungan timbal balik antara masalah dan pengetahuan itu. Belajar menjadi terdorong karena adanya masalah, dan hasilnya digunakan lagi pada masalah tersebut.

2. Pembelajaran Berpusat pada Siswa

Siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. Artinya, inisiatif belajar adalah pada siswa (apa yang akan dipelajari, dan bagaimana mempelajarinya ditentukan oleh siswa).5 Para siswa diberikan kebebasan untuk mengkaji

topik yang paling menarik perhatian mereka, dan diberikanpula kebebasan untuk menentukan cara mengkajinya. Sehingga guru hanya sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai.

3. Bersifat Lintas Disiplin Ilmu

Pembelajarannya menuntut adanya integrasi antar berbagai disiplin ilmu. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran

4 Rusman, Mode- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h.232.

(5)

tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.6

4. Bersifat Eksperiential & Activity

Siswa dapat belajar dari pengalaman melakukan sesuatu dan belajar sambil melaksanakan kegiatan (tidak dengan mendengarkan ceramah guru). Dalam hal ini termasuk kegiatan demonstrasi pemecahan masalah/alternatif yang telah dikaji.

5. Belajar Berkelompok

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.

C. Kategori Masalah dalam PBM

Masalah yang perlu disajikan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, menurut Jonassen & Hung (2008) hendaknya berupa masalah kontekstual yang termasuk dalam kategori7:

1. Masalah Pengambilan Keputusan (Decision Making Problems)

Masalah jenis Decision Making ini adalah masalah yang menuntut orang untuk mengambil keputusan. Dengan memanfaatkan apa yang dimiliki, tantangan, dan peluang ke depan, seseorang mengolah informasi yang dimiliki untuk mengambil keputusan. Tentunya, keputusan tersebut tidak selalu beriring dengan keuntungan. Suatu keputusan bisa saja keliru dan bisa juga benar. Tapi, yang paling penting, keputusan itu harus mempertimbangkan semua aspek.

a. Contoh 1:

Asari punya uang US$2,000. Asari punya rencana untuk membuka usaha Laundry. Sebaiknya kapan Asari berbelanja perabot untuk membuka usaha Laundry tersebut?

6 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), h.93.

(6)

b. Contoh 2:

Dura ingin membuat tempat beras yang mudah dipindah-pindah tetapi sekaligus bisa digunakan sebagai alas untuk tempat barang lain yang sudah ada di rumahnya. Rumah Dura sebenarnya sudah cukup sempit. Menurut Anda, jika harus memiliki bentuk balok, bola, atau tabung, serta pilihan bahan dari kayu, atau plastik, maka tempat beras berbentuk apa, dari apa,dan ukuran berapa yang perlu dibuat oleh Dura?

2. Masalah Perbaikan Produk yang Gagal/Rusak

Masalah jenis troubleshooting adalah masalah yang pada dasarnya digunakan untuk mengatasi kegagalan suatu produk.

Contoh :

Perusahaan Laundry Asari telah berjalan dengan lancar. Banyak pelanggan yang datang setiap hari ke perusahaan Asari. Dengan kondisi itu, setiap bulan Perusahaan Laundry Asari mampu menggaji dua orang karyawan, masing-masing Rp1.500.000. Sudah 10 hari terakhir ini, tak satupun pelanggan yang datang ke perusahaan laundry ini. Coba perbaiki perusahaan Laundry Asari tersebut sehingga perusahaan tersebut berjalan lancar kembali dan memberikan keuntungan yang besar.

3. Masalah Diagnosis Penyelesaian

Masalah Diagnosis Solution yang menuntut seseorang untuk melakukan diagnosis dan menemukan solusi dari penyebab masalah tersebut. Contoh dalam Pembelajaran:

Koperasi Q memiliki model matematika tentang sistempengadaan, dan penjualan barang yang dimilikinya. Dengan mengikuti model matematika tersebut, selama ini pengurus koperasi memperoleh keuntungan yang lumayan. Suatu bulan, meskipun tetap mengikuti model matematika tersebut, koperasiQ ternyata mengalami kerugian. Coba temukan alternatif cara mengatasi masalah ini.

4. Masalah Kinerja Strategis

(7)

Seorang pengusaha memiliki dua perusahaan A dan B. Perusahaan A berjalan dengan baik, dan menghasilkan keuntungan yang besar, tapi perusahaan B kurang lancar. Bagaimana cara memperbaiki kinerja Perusahaan B sehingga ia tidak menjadi beban bagi pengusaha tersebut?

D. Prinsip-prinsip PBM

Sebuah model pembelajaran akan berjalan baik apabila memperhatikan prinsip-prinsip dasar dari setiap model pembelajaran. Begitu juga pda Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Menurut Wardhani, prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut:

1. Tugas-tugas Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan guru akanmemudahkan pelaksanaan berbagai tahap kegiatan pembelajaran dan pencapaian tujuan yang diinginkan, yaitu antara lain sebagai berikut:

a. Menetapkan tujuan pembelajaran

Guru menetapkan tujuan saat perencanaan dan tujuan itu dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa pada tahap berinteraksi.8

b. Merancang situasi masalah yang sesuai

Hal penting yang harus dilakukan guru adalah merancang situasi masalah yang sesuai dan merencanakan cara-cara untuk memberi kemudahan bagi siswa dalam melaksanakan proses perencanaan penyelesaian maslah. Situasi masalah yang baik memenuhi lima kriteria, yaitu:

1) Masalah harus autentik, artinya masalah harus lebih berakar pada dunia nyata daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

2) Masalah seharusnya tak terdefinisi secara ketat dan mengandung teka-teki, hal tersebut akan mencegah jawaban sederhana dan dapat menimbulkan adanya alternatif pemecahan yang masing-masing alternatif memiliki kekuatan dan kelemahan

(8)

3) Masalah hendaknya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual mereka, artinya masalah yang diberikan terjangkau oleh pikiran siswa dan modal dasar untuk menyelesaikan masalah sudah dmiliki siswa

4) Masalah hendaknya cukup luas untuk memungkinkan guru menggarap tujuan pembelajaran mereka dan masih cukup terbatas untuk membuat layaknya pelajaran dalam waktu, tempat dan sumber daya yang terbatas

5) Masalah hendaknya efisien dan efektif bila diselesaikan secara kelompok, artinya masalah itu memang layak dikerjakan dalam kelompok dan dengan dilaksanakan dalam kelompok akan lebih lancar dibandingkan kalau dilaksanakan secara individu, bukan sebaliknya.

c. Mengorganisasi sumber daya dan rencana logistik

Dalam hal ini tugas guru adalah mengorganisasi sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa. Guru bertanggung jawab dalam memasok bahan yang diperlukan dalam kegiatan. Bila bahan yang dibutuhkan tersedia di sekolah maka tugas perencanaan yang utama oleh guru adalah mengumpulkan bahan-bahan tersebut dan menyediakan bahan tersebut untuk siswa. Dalam pembelajaran berbasis maslah ini siswa dimungkinkan bekerja dengan berbagai material dan peralatan, dan pelaksanaan bisa dilakukan di dalam kelas, diperpustakaan maupun dilaboratorium, bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah. 2. Tugas interaktif

a. Mengorientasikan siswa pada situasi masalah

Pada saat pembelajaran dimulai guru seharusnya mengkomunikasikan tujuan pembelajaran denga jelas, menumbukna sikap-sikap positif terhadap pelajaran, dan menguraikan apa yang diharapkan untu dilakukan oleh siswa. Pada tahap orientasi ini, guru perlu menyajikan situasi masalah dengan hati-hati atau dengan prosedur yang jelas dan melibatkan siswa dalam identifikasi masalah. Situasi masalah harus disampaikan kepada siswa semenarik dan setepat mungkin.

(9)

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar

PBL membutuhkan pengembangan keterampilan kolaborasi antar siswa dalam kegiatan penyelidikan, sehingga kegiatan penyelidikan perlu dilakuakan secara bersama. Untuk itu, disarankan agar guru mengorgansasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar kooperatif. Pembentukan kelompok utamanya didasarkan pada tujuan yang akan dicapai dan telah ditetapkan oleh guru dalam suatu kegiatan penyelidikan.9

Tantangan bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan, dan semua penyelidikan dalam sub-bab topik itu akan menghasilkan penyelesaian masalah umum yang telah dipilih atau ditetapkan oleh guru dan siswa. Jika tugas penyelidikan cukup besar dan rumit maka tugas guru adalah membantu siswa menghubungkan tugas dan aktivitas penyelidikan dengan jadwal waktu yang dapat ditampilkan dalam bentuk diagram jadwal kegiatan

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dalam mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Teknik penyelidikan dalam rangka memecahkan masalah dapat dilakukan secara mandiri, berpasangan, atau dalam kelompok kecil. Pada intinya kegiatan penyelidikan mencakup: pengumpulan data dan eksperimentasi (sesungguhnya atau secara mental), berhipotesis, menjelaskan hipotesa, memberikan pemecahan dan mengembangkanatau menyajikan artefak dan pameran

d. Pengumpulan data dan eksperimentasi

Pada tahap ini guru mendorong siswa ntuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimentasi mental atau eksperimentasi sesungguhnya sampai mereka betul-betul memahami dimensi-dimensi situasi masalahnya. Tujuannya agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Oleh karenanya, guru dapat membantu siswa dalam mengumpulakan informasi dalari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa memikirkan tentang masalah dan jenis-jenis informasi yang

(10)

dibutuhkan agar siswa sampai pada: (1) pemecahan yang adapat dipertahankan, (2) berhipotesis, menjelaskan dan memberi pemecahan. Pada tahap ini guru diharapkan mendorong siswa untuk mengungkapkan ide-idenya dalam bentuk hipotesis, penjelasan dan pemecahan berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap pengumpulan informasi dan eksperimentasi. (3) guru diharapkan menerima sepenuhnya semua ide dan gagasan siswa.

Selanjutnya guru mengaukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat siswa memikirkan kelayakan dari hipotesis, penjelasan, pemecahan dan kualitas informasi yang telah mereka kumpulkan dan ajukan, (4) mengembangkan dan menyajikan artefak serta pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis yang meliputi berbagai karya nyata, misalnya: gambar video yang menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan, (5) menganalisis dan mengevaluasi prose pemecahan masalah, pada tahap ini guru meminta siswa untuk melakukan rekonstruksi pemikiran dan aktivitas mereka selama tahap-tahap pelajaran yang telah dilewatinya.

E. Prosedur/ Sintaks Umum PBM

Sintaks suatu pembelajaran berisi suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.10

Pierce dan Jones mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul dalam implementasi PBM, adalah: (1) keterlibatan: mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecahan masalah dengan cara bekerja sama, (2) inqury dan investigasi: mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi, (3) performansi: menyajikan temuan, (4) tanya jawab: menguji keakuratan dari solusi, dan (5) refleksi terhadap pemecahan masalah.11

Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan PBM secara lebih rinci, yaitu: (1) membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, (2)

10 Ibid., hal.97.

(11)

belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata, (3) menjadi para siswa yang otonom.

PBM melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman tentang fenomena itu.

Ibrahim dan Nur dan Ismail mengemukakan bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut. 12

Tabel 1.0 Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah

(12)

BAB III KESIMPULAN

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berkaitan dengan kecerdasan dari masing-masing individu yang berada dalam sebuah kelompok dalam pemecahan masalah. Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru yang tentunya masalah tersebut harus autentik, mengandung teka-teki, tidak didefinisikan secara ketat, bermakna bagi siswa, bisa diselesaikan bersama dan mencapai tujuan. Permasalahan dihadapkan sebelum semua pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau mendengar ceramah tentang materi subjek yang melatarbelakangi masalah tersebut.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abdur Rahman Asari. “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Matematika: Seperti Apa Wujudnya?,” Conference Paper . Oktober 2013. Diakses pada tanggal 02 April 2016, doi: 10.13140/RG.2.1.2607.8248.

Rusman. Mode- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2014.

Gambar

Tabel 1.0 Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Imam Gunawan (2010:1), “respons anak pada proses perkembangan, berkembang dari respons yang bersifat instinkif menjadi respons yang diperoleh melalui

Penjelasan Pasal 21 ayat 1 menyatakan “kemiripan yang di sebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dan merek yang lain, yang dapat menimbulkan

Penelitian Kartikaningtyas (2013), faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru pada karyawan industri genteng HST Sokka Desa Kuwayuhan Kecamatan Pejagoan

Keempat aspek model pembelajaran CORE yaitu, Connecting (C) merupakan mengoneksikan informasi lama dan informasi baru diantara konsep, Organizing (O) merupakan

Adapun yang menjadi penelitian terkait dari penelitian ini yaitu telah dilakukan oleh Supriati (2010) yang menyimpulkan bahwa kunci untuk memicu respons relaksasi

Algoritma rekursi Panjer hanya dapat digunakan untuk distibusi yang memenuhi relasi Teorema 5., dan distribusi – distribusi itu adalah distribusi Poisson, Binomial Negatif, dan

Uji t adalah untuk mengetahui variabel bebas secara parsial terhadap tingkat kepuasan konsumen pada perusahaan Spektra Multi Financing di Samarinda adalah dengan