• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELASI PARTAI POLITIK DENGAN BASIS MASSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RELASI PARTAI POLITIK DENGAN BASIS MASSA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

RELASI PARTAI POLITIK DENGAN BASIS MASSA

(STUDI KASUS PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DENGAN PONDOK

PESANTREN AL-ANWAR SARANG)

Muhammad Aris Fahmi, S.IP1

Wawan Edi Kuswandoro, S.Sos, M.Si dan A. Hasan Ubaid, S.IP, M.IP2

1) Alumni Jurusan Ilmu Politik

2) Staff Pengajar Jurusan Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Political parties as one of the elements of democracy on Indonesia, of course, requires a mass base as the party's power. The phenomenon of political relations between the PPP Rembang with Al Anwar Boarding School of Sarang, is one example of the party's relationship with the mass base. In the pattern of relations between the PPP and the Al Anwar Boarding School of Sarang there are various forms of relation ships that occur as well as the help of PPP against Al Anwar boarding school, boarding school and mass mobilization in the elections on 2014 to support local and national PPP. The pattern of relations between the PPP and the Pondok Pesantren Al Anwa r Sarang is affected by various factors, including historical factors, cultural, and also persona of caregivers boarding school. Through these factors woke relations between the PPP and the Al Anwar Boarding School mutually beneficial to both parties. However, relationships are built not structural, but rather symbolic of several factor s that affect the choice of internal mass politics on the boarding school. This research uses descriptive qualitative method to describe the phenomena that occur in the relation of political parties PPP and Al Anwar Boarding School of Sarang to discuss more in depth in the study. So the conclusion is found that there are political interests of the underlying PPP relation to Al Anwar Boarding School of Sarang.

Keywords : Politic Par ty, Mass , Political Relation, PPP, Al Anwar Boarding School, Rembang

PENDAHULUAN

Pondok Pesantren merupakan lembaga studi Islam yang punya nilai historis terhadap

gerakan sosial keagamaan. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di

Indonesia. Maka wajarlah apabila banyak kalangan yang menyebutnya sebagai “Bapak”

(2)

2

pendidikan Islam di negara yang mayoritas penduduknya umat Islam ini. Pondok pesantren lahir

karena adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat, karena pada zaman dahulu belum ada

lembaga pendidikan formal yang mengajarkan pendidikan agama.

Kelahiran Pondok pesantren karena adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan

pendidikan. Karena lahir dari tuntutan dari umat ini, maka pondok pesantren selalu menjaga

hubungan yang harmonis dengan masyarakat di sekitarnya sehingga kehadirannya di

tengah-tengah masyarakat tidak menjadi terasing. Dalam waktu yang sama segala aktivitasnya juga

mendapat dukungan dan apresiasi dari masyarakat sekitar.

Aset politik yang terkandung dalam pondok pesantren yang besar menjadikannya sering

kali menjadi rebutan partai politik dan para kandidat kepala daerah, calon anggota legislatif dan

bahkan calon presiden.Bargaining position inilah yang mendatangkan godaan politik yang cukup

mempesona bagi pesantren. Karir di ranah politik bagi santri atau Kiyainya, atau bantuan

material yang berlimpah dari pihak yang berkepentingan atau partai yang telah berhasil

didukungnya.

Kyai dan pesantren sering kali menjadi lahan sasaran para politisi dalam membangun

basis dukungan politik. Pada setiap Pemilihan Umum (Pemilu) maka suara kyai dan santri selalu

diperebutkan bukan saja oleh partai politik berbasis Islam saja melainkan juga

partai-partai politik berbasis nasionalis. Dalam upaya meraup simpati dari kalangan Islam yang menjadi

pengikut setia kyai, banyak partai politik yang menempatkan kyai dan tokoh pesantren pada

jajaran pengurus partai dengan harapan dapat menjadi vote getter dalam pemilu.

Antara santri dan kyai terdapat sebuah pola relasi emosional layaknya tradisi feodal,

tetapi tanpa struktur dan tingkatan politis seperti tradisi serupa dalam pemerintahan kerajaan.

Kyai dan keluarganya memiliki posisi sosial dan kultural yang tinggi dibanding kebanyakan

kaum santri. Menurut Irsan sebagaimana diulas Marijan (1992:28), tradisi tersebut bertumpu

pada tiga pilar utama. Pilar-pilar tersebut terdiri dari basis massa yang merupakan pola struktur

sosialnya, basis ulama yang merepresentasikan struktur kepemimpinan serta basis tradisi yang

secara kultural menjadi semacam sistem budaya yang mengikat visi keilmuan maupun belbagai

etiket keislaman yang mereka anut.

Sistem budaya tersebut pada dasarnya merupakan pelembagaan tradisi yang membentuk

struktur khas. Basis massa komunitas kyai dan santri bertumpu pada pesantren dan pedesaan di

(3)

3

kepemimpinan kyai di kalangan masyarakat santri sejak awalnya mengakar secara kultural. Kyai

merupakan kelompok elite secara kultural, sosial, politik maupun ekonomi. Mereka merupakan

pengajar agama (preacher) yang rata-rata sekaligus pemilik tanah yang luas.

Berdasar pada pemahaman diatas, penelitian akan dilakukan dengan menelaah relasi

pondok pesantren dengan partai politik. Penelitian akan difokuskan untuk menelaah relasi Partai

Persatuan Pembangunan (PPP) dengan pondok pesantren Sarang, Rembang yang sudah terjalin

cukup lama bahkan sebelum era reformasi. Bentuk relasi ini bukan hanya dalam hal kegiatan

yang berkenaan dengan partai maupun pesantren saja. Lebih dari itu relasi ini bahkan lebih dari

sekadar para pemimpin pondok pesantren menjadi tim sukses dalam pemilihan. Akan tetapi para

pimpinan pondok pesantren juga berperan aktif dalam banyak kegiatan partai. Adapun relasi

PPP dengan pondok pesantren sangat kentara ketika ada acara-acara keagamaan dan

kegiatan-kegiatan pondok yang lainnya.

Partai Persatuan Pembagunan (PPP) didirikan tanggal 5 Januari 1973, sebagai hasil fusi

politik empat partai Islam, Partai Nadhlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai

Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Perti. PPP didirikan oleh lima deklarator yang

merupakan pimpinan empat Partai Islam peserta Pemilu 1971 dan seorang ketua kelompok

persatuan pembangunan, semacam fraksi empat partai Islam di DPR. PPP adalah suatu partai

yang berazaskan islam yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat madani yang adil, makmur,

sejahtera lahir batin dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dibawah ridlo Allah SWT.

PPP di Kabupaten Rembang adalah partai politik yang memiliki basis massa yang cukup

kuat dan memiliki kader-kader yang militan. Adapun kader-kader PPP di Kabupaten Rembang di

dominasi oleh cendekiawan-cendikiawan senior, tapi tidak mengesampingkan peran kader-kader

muda. Tidak bisa dipungkiri kebanyakan dari kader-kader PPP memang mempunyai latar

belakang Pesantren atau setidaknya mempunyai hubungan yang baik dengan pesantren. Inilah

yang menjadikan relasi PPP dan pondok pesantren sangat erat.

Relasi politik yang dilakukan partai politik di tingkat daerah umumnya bertujuan untuk

menggalang massa dan dukungan baik dalam Pemilukada maupun Pemilu legislatif. Relasi ini

biasanya disesuaikan dengan kultur daerah setempat. Seperti halnya PPP sebagai partai islam

(4)

4

Pondok Pesantren Sarang Rembang adalah salah satu pondok besar di lingkup Kabupaten

Rembang dan keberadaannya sangat di terima oleh masyarakat. Pesantren ini sebenarnya

mempunyai banyak peran, utamanya sebagai lembaga pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan

islam yang sekaligus memainkan peran sebagai lembaga keagamaan, keilmuan, kepelatihan,

pengembangan masyarakat dan sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah Pesantren.

Biasanya peran-peran tersebut tidak langsung terbentuk, melainkan melalui tahap demi tahap

(Nafi, 2007:19).

Dalam melaksanakan perannya, Pesantren biasanya dipimpin oleh Kyai. Para Kyai ini

umumnya memiliki kelebihan atau keutamaan yang biasanya disebut dengan kharismatik atau

keramat yang bersumber dari bakat yang di anugerahkan. Karena hal ini Pesantren beserta para

pengasuhnya menjadi panutan bagi masyarakat, terutama masyarakat sekitar pesantren. Inilah

yang menjadikan Pesantren sangat mungkin untuk dimanfaatkan sebagai ladang merauk massa.

Pada kurun waktu mendatang akan menjadi tren kecenderungan tranformasi, baik di

bidang sosial, pendidikan, ekonomi, dan juga politik, dimana Pesantren dianggap sebagai kawah

candradimuka dalam transformasi tersebut. Banyak program pembangunan yang diupayakan

masuk ke Pesantren, atau diintroduksi ke masyarakat lewat legitimasi Kiai agar program tersebut

sukses sesuai dengan tujuan pembangunan. Terlepas dari tendensi politik, upaya pemerintah atau

partai politik diatas mau tidak mau harus memposisikan Pesantren ke tempat yang

menguntungkan. Hal demikian tentu saja berdampak baik bagi kaum santri. Secara paedagogis

maupun politis, kaum santri sangat potensial dijadikan pionir pembangunan (Zaini, 1996:3).

Masyarakat Pesantren tidak ubahnya bagaikan dua sisi mata uang, masing-masing saling

bergantungan dan pengaruh mempengaruhi. Keberadaan dan situasi masyarakat akan

mempengaruhi sistem program di Pesantren. Program di Pesantren juga dapat menentukan model

budaya masyarakat. Sementara itu, mekanisme pembinaaan di Pesantren sedikit banyak di

pengaruhi oleh performance kiai. Dalam keadaan demikian, peran Kiai terhadap perubahan

sistem nilai masyarakat demikian besar. Kiai bahkan punya potensi untuk membolak-balikkan

nilai baku yang telah berkembang sebelumnya.

Dengan kondisi hubungan antara pesantren dan masyarakat diatas, maka hal inilah yang

di manfaatkan oleh partai politik. Dimana partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir

yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dari

(5)

5

cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka (Budiarjo,

2008:103-104).

Untuk mencapai tujuannya, partai politik membutuhkan dukungan dalam Pemilukada

maupun Pemilu Presiden dan legislatif. Berbagai pendekatan dilakukan oleh partai politik, salah

satunya menjalin hubungan atau relasi dengan lembaga-lembaga sosial salah satunya Pesantren.

Dari sini penulis tertarik untuk mengetahui relasi politik antara Partai Persatuan Pembangunan

dengan Pondok Pesantren, khususnya Pondok Pesantren Sarang Rembang.

Pada penelitian ini, fokus masalah yang diajukan adalah bagaimana relasi antara PPP

dengan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi relasi antara PPP dengan Pondok Al-Anwar Sarang Rembang ? Fokus ini akan

dijawab melalui metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data secara

observasi lapangan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Adapun teknik pemeriksaan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model triangulasi atau pemeriksaan keabsahan

data melalui sumber.

PEMBAHASAN

Patron Client dalam Pondok Pesantren Al-Anwar

Dalam pondok pesantren sudah dikenal istilah baru untuk menggambarkan pola

hubungan kiai dengan santri, yaitu hubungan antara patron dengan klien, dimana kiai sebagai

patron sedangkan santri sebagai kliennya, atau dikenal dengan istilah patronase. Patronase

berasal dari kata patron (pelindung, penyokong), patronage (perlindungan), dan patroness

(pelindung). Ketiganya mempunyai pengertian yang sama yaitu sebagai pelindung.

Menurut definisi J.C Scott, Patronase adalah suatu kasus hubungan antar dua orang yang

sebagian besar melibatkan persahabatan instrumental, yaitu seseorang yang lebih tinggi

kedudukan sosial ekonominya (patron) menggunakan pengaruh dan sumber daya yang

dimilikinya untuk memberikan perlindungan atau keuntungan atau kedua-duanya kepada orang

yang lebih rendah kedudukannya (klien) yang pada gilirannya membalas pemberian tersebut

dengan memberikan dukungan umum dan bantuan, termasuk jasa-jasa pribadi patron (Anasom,

2004:149-150).

Teori di atas menggambarkan ketergantungan santri pada kyai sebagai patron yang dianut

(6)

6

pesantren al-anwar, keberadaan K.H. Maimun Zubair sebagai pelindung sekaligus kyai besar di

pondok pesantren, tentunya pengaruh K.H. Maimun Zubair begitu besar terhadap arah politik

pondok pesantren. Mengingat dewasa ini pondok pesantren menjadi lokus menjanjikan untuk

menjaring konstituen partai.

Dalam hubungan patron client di pondon pesantren, santri selalu melaksanakan

perintah, nasihat, dan hukuman dari kiai dengan ikhlas dan tanggungjawab. Walaupun terkadang

santri dalam melaksanakan perintah, nasihat, dan hukuman dari kiai tersebut agak jengkel, tetapi

mereka tetap melaksanakan. Alasan mereka adalah karena tidak ingin mengecewakan kiainya

dan karena percaya bahwa apa pun nasihat yang diberikan oleh kiai itu pasti demi kebaikan, agar

di kemudian hari sukses dunia akherat. (Zakiyah, 2012: 90-103)

Patron-Cient tersebut juga terjadi di PP. Al-Anwar. Hubungan tersebut dapat diketahui

dengan hasil wawancara salah satu santri di pondok pesantren Al-Anwar bahwa,

“selama ini kita sebagai santri pondok pesantren telah memiliki budaya untuk sami’na wa ato’na pada kyai atau ustadz di pondok pesantren dalam hal apapun, karena kami menganggap pilihan kyai adalah yang terbaik termasuk dalam hal-hal yang bersifat politis, selain itu terkadang tanpa perintah kyai, kita juga tahu bahwa selama ini pesantren memiliki kedekatan dengan salah satu partai seperti PPP”(Zudi, Santri PP Al-Anwar, diwawancarai tanggal 10 April 2014).

Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa kepatuhan seorang santri seperti halnya

pesantren pada umumnya menunjukkan adanya hubungan patron client antara kyai dengan

santrinya di pondok pesantren Al-Anwar. Beberapa santri yang lain juga mengatakan hal yang

sama terkait dengan afiliasi kyai dan pengasuh pondok pesantren kepada PPP.

Selain itu keberadaan beberapa pengasuh pondok pesantren yang merupakan pengurus

DPC PPP Kabupaten Rembang, semakin menguatkan hubungan patron-client yang ada dalam

lingkungan pondok pesantren. Fenomena patron-client tidak hanya terjadi di lingkungan pondok

pesantren saja, melainkan juga di masyarakat sekitar pondok pesantren. Hal itu dibuktikan

dengan beberapa pilihan politik masyarakat di Kabupaten Rembang.

Dalam pemilu legislatif 2014, PPP memperoleh suara yang signifikan di Kabupaten

Rembang, sehingga memperoleh kuota kursi DPRD Kabupaten Rembang terbanyak daripada

partai-partai besar lain seperti halnya PDIP, Partai Golkar dan Partai Demokrat. Fenomena

tersebut tentunya tidak terlepas dari pengaruh patron client kyai yang memiliki kecenderung ke

(7)

7

“Memang ada dukungan khusus dari PP. Al Anwar terhadap PPP dalam pemilu legislatif 2014 lalu, hal ini dikarenakan sudah ada perintah dari Mbah Maimun untuk memilih PPP,

sehingga hampir dipastikan suara dari PP Al Anwar mutlak ke PPP”. (Rozi, Santri PP Al Anwar, wawancara tanggal 15 April 2014)

Sebagai partai dengan latar belakang agama islam, tentunya PPP lebih mudah masuk ke

dalam wilayah pondok pesantren dan memanfaatkan pola patron client yang ada di pondok

pesantren Al-Anwar. Keuntungan semacam ini, tentunya tidak didapatkan oleh partai-partai

berlatarbelakang nasionalis seperti halnya PDIP, Partai Demokrat maupun Partai Golkar.

Menjadi hal yang logis, ketika PPP menjadi partai kuat di daerah Kabupaten Rembang.

Santri sebagai client dari patronase kyai, menjadi kendaraan politik yang paling mudah

untuk dikendalikan oleh kyai maupun pengurus partai politik yang menjadi pengasuh di pondok

pesantren Al-Anwar. Jumlah santri yang tidak sedikit ditambah dengan masyarakat di wilayah

pondok pesantren cukup mempengaruhi perolehan suara PPP di Kabupaten Rembang.

Faktor-Faktor Pembentuk Relasi Simbolik

Sistem budaya tersebut pada dasarnya merupakan pelembagaan tradisi yang membentuk

struktur khas. Basis massa komunitas kyai dan santri bertumpu pada pesantren dan pedesaan di

mana kyai menempati posisi sentral dalam perikehidupan sosialnya. Hal ini menjadikan

kepemimpinan kyai di kalangan masyarakat santri sejak awalnya mengakar secara kultural. Kyai

merupakan kelompok elite secara kultural, sosial, politik maupun ekonomi. Mereka merupakan

pengajar agama (preacher) yang rata-rata sekaligus pemilik tanah yang luas.

Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi adanya relasi simbolik antara PPP

dan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang, di antaranya faktor internal seperti keadaan

sosial masyarakat, pengaruh patron client kyai dengan santri, latar belakang historis, dan

lain-lain, selain itu pengaruh eksternal seperti kultur NU dari PPP dan pondok pesantren yang

memiliki kesamaan, dan representasi PPP sebagai partai islam yang mewakili pondok pesantren.

Keadaan sosial masyarakat tentunya mempengaruhi relasi simbolis yang ada antara PPP

dan pondok pesantren Al-Anwar. Pendidikan politik yang belum begitu masuk ke dalam

lingkungan pesantren, seringkali dimanfaatkan oleh beberapa kepentingan politik pengurus partai

maupun pengasuh pondok pesantren untuk membentuk relasi antara partai dan pondok pesantren,

(8)

8

mempengaruhi tingkat kedekatan emosional antara pondok pesantren dan warga di lingkungan

tersebut.

Menurut KH. Aufal Marom salah satu pembina pondok pesantren Al Anwar mengatakan bahwa,

“beberapa kali pengurus PPP dari tingkat pusat hingga DPC datang ke pondok pesantren untuk memberikan bantuan berupa pembangunan masjid atau seperti kemarin penambahan MCK santri, beberapa bantuan tersebut disalurkan dalam bentuk bahan-bahan bangunan pada pengasuh pondok pesantren. Selain itu, beberapa sembako juga disumbangkan partai untuk disalurkan pada warga di sekitar pondok pesantren Al-Anwar. Kita sebagai pembina tidak tahu kepentingan mereka apa, namun kalaupun ada kepentingan di balik sumbangan tersebut, kita menganggapnya sebagai amal jariyah, jawabnya sambil tertawa (KH. Aufal Marom, Pembina PP. Al-Anwar, wawancara 10 April 2014).

Selain itu latar belakang historis PPP yang memiliki jaringan kiai dan beberapa tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama’ karena adanya fusi partai membuat relasi simbolis yang dibangun semakin mudah dilakukan dengan pondok pesantren, khususnya pondok pesantren al-anwar.

Diakui atau tidak, pengaruh background islam yang dimiliki PPP memiliki pengaruh signifikan

pada relasi yang dibangun.

Faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya relasi adalah pengasuh pondok yang

merupakan pengurus DPC PPP Kabupaten Rembang, hal ini berpengaruh pada pembangunan

relasi yang dibentuk oleh PPP dan juga pondok pesantren, karena ikatan yang dibangun k etika

mereka berada di partai tentunya akan dibawa secara emosional di internal pondok pesantren, hal

itu pula yang mempengaruhi pilihan politik dari santri-santri pondok pesantren al-anwar. Adanya

ikatan patron client berpengaruh pada pilihan politik santri pondok pesantren.

Relasi simbolis terbentuk di pondok pesantren Al-Anwar dengan adanya beberapa

pengurus yang aktif menjadi pengurus DPC PPP Kabupaten Rembang. Hal itu disampaikan oleh

Majid Kamil salah satu pengasuh pondok pesantren Al-Anwar ketika diwawancarai bahwa, “Diakui memang beberapa pengasuh pondok pesantren di Al-Anwar adalah juga pengurus DPC, Salah satunya saya sendiri. Tapi Kita tidak pernah mengintruksikan secara langsung di pondok pesantren. Ya, kalaupun dikatakan PP. Al-Anwar sebagai basis PPP di Kabupaten Rembang saya tidak memungkiri hal itu, karena pengaruh beberapa pengasuh terhadap santri juga besar” (Majid Kamil, Pengasuh PP. Al -Anwar Rembang, wawancara tanggal 10 April 2014).

Dari hasil wawancara juga menunjukkan bahwa peran dari Mbah Maimoen Zubair yang

merupakan pelindung dari PP. Al-Anwar sangat besar. Posisinya sebagai Dewan Syari’ah PPP membawa pengaruh yang sangat besar bagi budaya politik pengasuh maupun santri Al-Anwar

(9)

9

Wawancara di atas menunjukkan bahwa tidak ada intruksi langsung untuk memilih

partai tertentu, namun afiliasi tokoh pesantren dan pengasuh pondok pesantren Al-Anwar kepada

PPP membentuk sebuah relasi yang terlihat hanya simbolis. Selain itu pengaruh beberapa

pengasuh terhadap santri dalam pondok pesantren, hal itu mempengaruhi pilihan politik santri

sebagai basis massa.

Bentuk Relasi

Relasi partai politik dengan pondok pesantren merupakan kajian menarik dalam

penelitia n politik di I ndonesia. Pes a ntr en ya ng di da la mnya ada seora ng k ia i

tidak la h dimak nai seba gai ora ng yang berkecimpung dalam bidang keagamaan saja, akan

tetapi bagaimana kita menelaah kiai sebagai pembentuk ruang kuasa sosial-poltik dalam

kemasyarakatan.

Hal inilah yang kemudian membedakan kiai dengan sebutan ulama dimana ulama berfokus

pada pengemba nga n syia r da n dak wa h k ea ga maa n. D ala m r ela si sosio -k ultura l u ma t

I sla m di Indonesia, kiai memiliki kedudukan dan posisi penting dalam membina dan menata

kehidupan sesuai kapasitasnya sebagai para pewaris para nabi (waratsat al-a nbiya).

Adapun makna para pewaris nabi tersebut memberikan legitimasi bagi kiai untuk

menjalankanberbagai tugas diantaranya mendidik umat di bidang agama dan lainya, melakukan

kontrol sosial terhadap masyarakat, memecahkan problem sosial yang terjadi di masyarakat, dan

menjadi makelar budaya (cultural brokers) yakni menjadi agen perubahan sosial dalam masyarakat.

Melalui berbagai peran yang diembannya baik dalam bidang keagamaan dan bidang

sosio-kultural, kiai kemudian tampil sebagai patron yang memiliki kekuasaan hirarkis atas masyarakat.

Ditinjau dari segi ilmu politik, kiai merupakan aktor politik yang mempunyai sumber daya

politik berbasis kharismatik dan tradisional yang memungkinkan kiai membentuk sikap atau

preferensi politis tertentu dalam struktur sosial masyarakat disekitarnya.

Pondok pesantren Al-anwar Sarang yang merupakan pondok pesantren terbesar di

kabupaten rembang merupakan sasaran empuk bagi partai politik untuk mendulang masa.

Dimana dengan adanya relasi dengan pesantren partai politik akan lebih mudah menjaring

masanya terutama dari kalangan santri. Pesantren Al- Anwar yang notabene adalah basis dari

partai persatuan pembangunan(PPP) dari awal memang sudah mempunyai hubungan yang erat

(10)

10

Adanya relasi antara PPP dengan pondok pesantren Al-anwar tidaklaah secara

kelembagaan akan tetapi berupa interaksi simbolik antara keduanya. Hubungan atau relasi ini

memang sudah terjalin sejak lama yakni sejak berdirinya PPP sampai sekarang. Relasi ini

sebenarnya terjalin karena adanya visi yang sama dalam berpolitik.

Mencermati perkembangan pola relasi antara partai politik dengan pesantren, bisa kita

kategorikan menjadi dua model pola relasi, yaitu: pertama,menggunakan pendekatan kemitraan

(high-level partnership). Dan yang kedua, pendekatan yang bersifathigh-level politics:

grass-roots mobilitization, dimana pesantren dalam hal ini pengasuhnya terlibat secara aktif dalam

membantu hajat partai dan begitupun sebaliknya partai turut membantu pesantren baik berupa

pendidikan maupun lainnya.

Dari hubungan relasi antara partai dengan pesantren ini lahirlah hubungan patron-klien

anatara kiai sebagai pengasuh pesantren dan santri. Hubungan relasi ini menekankan terjadinya

pertukaran keuntungan bagi loyalitas politik.

Ada pu n sala h sa tu contoh r ela si a ntara pa rta i politik denga n pesa ntr en bisa

kita lihat seper ti da la m k a su s pemiliha n k epala da era h dimana kandidat kepala daerah

beserta wakilnya atau para calon anggota legislatif dari PPP atau kolisi PPP sowanke pondok

pesa ntr en u ntuk meminta restu politik sang kiai untuk maju dalam pemilukada. Selain itu,

kiai juga sering dimintai pendapatnya oleh kepala daerah dalam mengambil berbagai

keputusan-keputusan penting dalam pemerintahannya. Restu maupun pendapat kiai secara politis dimaknai

sebagai rujukan sahih bagi kepala daerah untuk menjalankan roda pemerintahannya.

Sebagai bentuk upaya untuk melancarkan hubungan kerjasama dan relasi PPP juga

berusaha menggalakkan pendidikan, pengajaran dan penerangan agama serta mendorong agar

negara dan masyarakat dapat meningkatkan pengadaan dan kualiatas guru-guru agama dan

pembangunan lembaga-lembaga keagamaan termasuk peningkatan kualitas pondok pesantren

anwar. Dengan begitu terjadilah relasi yang harmonis antara PPP dan pondok pesantren

Al-Anwar.

Pondok pesantren Al-anwar Sarang kedepan tampaknya berpeluang untuk terus bergulat di

bidang politik, oleh karena itu perlu model politik yang santun yakni politik kualitas tinggi (high

politic) yang memiliki tiga ciri, yaitu pertama, setiap jabatan pada hakikatnya adalah amanah

dari masyarakat yang harus dipelihara dengan baik-baik. Kekuasaan betapapun kecilnya, harus

(11)

11

didalamnya mengandung pertanggung jawaban kepada Allah SWT. Ketiga, kegiatan politik

harus secara ketat dikaitkan dengan prinsip ukhuwah, yaitu persaudaraan antar umat manusia,

menghindari gaya politik yang konfrontatif dan menimbulkan konflik.

Bila PPP dan pesantren Al-anwar dapat melakukan ciri tersebut diatas disaat berpolitik,

maka bagi masyarakat yang sehat mentalnya pasti akan mendukung. PPP sendiri yakin bahwa

umat islam di kabupaten Rembang adalah umat islam yang yang berkualitas yakni umat islam

yang taat menjalankan ajaran agamanya dalam berbagai aspek kehidupannya. sehingga dengan

model berpolitk seperti itu akan mengena bagi masyarakat.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa antara PPP dan pesantren Al-anwar ada kesamaan

asas dan tujuan. Hal itu merupakan salah satu bentuk relasi atau kerjasama yang baik. PPP

sebagai partai politik mendukung peningkatan kualitas pendidikan agama terutama pondok

pesantren Al-anwar, disisi yang lain pondok pesantren mendukung PPP dalam arena politik. Jadi

bisa dikatakan relasi atau kerjasama ini antara satu sama lain saling mendukung dan memperkuat.

Kehadiran KH. Maimoen Zubair sebagai pengasuh pondok pesantren Al-Anwar

mempengaruhi adanya relasi simbolik antara PPP dengan Al-Anwar dalam internal partai dan

pondok. Peran Mbah Maimoen (KH. Maimoen Zubair) selama ini selain sebagai majelis syuro’

di PPP, beliau juga menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, sehingga terbangun pola

relasi antara kedua lembaga. Walaupun relasi yang terbangun tidak secara struktural, namun

pengaruh relasi tersebut memberikan bentuk simbol dukungan pengasuh terhadap PPP. Sehingga,

dari adanya relasi tersebut PPP mendapatkan keuntungan basis massa dalam pemenangan pemilu,

sebaliknya pondok pesantren seringkali mendapatkan bantuan dari PPP dalam bentuk sembako

maupun bahan untuk pembangunan pondok. (Majid Kamil, Ketua DPC PPP dan Pengasuh PP.

Al-Anwar, wawancara tanggal 18 April 2014)

Selain itu, sebagai pengasuh pondok dan majelis syuriah’ PPP, Mbah Maimoen berperan

sebagai penghubung antara PPP dan pondok pesantren Al Anwar, maka dari itu pengangkatan

Mbah Maimoen menjadi majelis syuro’ terlepas dari sejarah panjang yang mana beliau salah satu

pendiri PPP, pengangkatan tersebut bertujuan untuk mengambil basis massa pesantren di

Al-Anwar, maka dari itu peran Mbah Maimoen menjadi sentral di kedua lembaga tersebut.

Jadi, pada dasarnya bentuk relasi yang terjadi antara pondok pesantren Al-Anwar

(12)

12

melainkan hanya secara simbol yakni melalui Mbah Maimoen sebagai simbol relasi dari kedua

lembaga tersebut. Sehingga dibangun sebuah relasi saling menguntungkan diantara keduanya.

Hasil yang Dicapai dari Relasi

PPP memandang pondok pesantren Al-Anwar sebagai mitra yang bagus dalam

pembangunan kemasyarakatan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kesejahteraan umat

menjadi fokus PPP untuk mendukungnya. Sebagaimana pesantren memberikan dukungan politik

kepada PPP. Relasi tersebut terbangun sudah sejak lama, hal itu dipengaruhi latar belakang

historis dari PPP dan pondok pesantren Al-Anwar sendiri.

Berdasarkan wawancara dengan ketua dewan perwakilan cabang PPP kabupaten

Rembang, terpilihnya pasangan H. M Salim dan H. Abdul Hafidz sebagai pasangan bupati dan

wakil bupati pada tahun Pemilukada 2009 dan terpilihnya beberapa calon legislatif merupakan

salah satu keberhasilan dari adanya relasi antara PPP dan pesantren Al-anwar.

Dapat dikatakan adanya relasi atau hubungan kerjasama ini tidaklah sia -sia dan

menghasilkan sesuatu yang cukup memuaskan. Baik bagi PPP yang mendapat dukungan politik

dari pesantren maupun bagi pesantren yang mendapat dukungan PPP yang mempunyai wakil di

pemerintahan untuk memajukan baik itu pendidikan agama islam ataupun kegiatan pesantren

lain yang intinya adalah untuk menjalankan “ amar ma’ruf nahi munkar”. Dengan demikian,

adanya relasi ini menguntungkan kedua belah pihak.

Wawancara diatas menggambarkan keberadaan relasi politik antara PPP dan juga pondok

pesantren Al-Anwar, hasil relasi ini tidak hanya ditemukan dalam fenomena pemilukada di

daerah saja, melainkan juga di ranah pemilu. Pondok Pesantren Al-Anwar menjadi basis suara

PPP untuk pemilu nasional. Hal itu ditunjukkan dengan suara PPP yang signifikan di Rembang.

Pada Pemilu 2009 di Kabupaten Rembang, PPP berada di peringkat dua dan memperoleh suara

sebanyak 41.261 (KPUD Kabupaten Rembang, 2009). Dan pada Pemilu 2014, PPP berada di

peringkat pertama dengan perolehan suara sebesar 51.942 suara (KPUD Kabupaten Rembang,

2014)

Pada Pemilu 2009 di tingkat DPRD, Dapil 4 menyumbangkan kemenangan untuk PPP.

Dapil 4 merupakan dapil tempat Pondok Pesantren Al-Anwar berada. Sehingga membantu PPP

(13)

13

Kabupaten Rembang, 2009). Pada Pemilu 2014, dapil 4 memenangkan pemilu tingkat DPRD

untuk PPP dan menyumbang suara sebanyak 26.143 suara (KPUD Kabupaten Rembang, 2014).

Terjadi pergeseran pemenang Pemilu DPRD Kabupaten Rembang pada tahun 2014 jika

dibandingkan dengan Pemilu DPRD Kabupaten Rembang pada tahun 2009. Peringkat pertama

berhasil ditempati oleh Partai Persatuan Pembangunan dengan perolehan suara sebanyak 73.012

suara.

Dapil 4 Rembang yang terdiri dari Kecamatan Sarang dan Sedan juga menyumbang

jumlah kursi DPRD Kabupaten Rembang yang sangat signifikan. Dari delapan jatah kursi DPRD

Kabupaten Rembang untuk Dapil 4, PPP dapat merebut tiga kursi. Ketiga caleg yang lolos dari

PPP di Dapil 4 diantaranya adalah H. Majid Kamil MZ, Mohammad Anshori, dan H. Supadi

(KPUD Kabupaten Rembang, 2014).

Relasi antara Pondok Pesantren Al-Anwar dan PPP ini terlihat jelas dengan lolosnya H.

Majid Kamil MZ ke kursi DPRD Kabupaten Rembang. Ia adalah caleg dari PPP yang juga

merupakan pengurus dari Pondok pesantren Al-Anwar Sarang. Ia memperoleh suara tertinggi di

Dapil 4 dengan perolehan suara sebesar 6.841 suara (KPUD Kabupaten Rembang, 2014)

Hasil dari relasi simbolis antara PPP dan juga pondok pesantren al-anwar tidak hanya

dirasakan oleh PPP yang memperoleh dukungan suara pada pemilu nasional maupun daerah.

Pondok pesantren Al-Anwar Rembang mendapatkan keuntungan dengan representasinya di

DPRD Kabupaten Rembang. Selain itu, sumbangan PPP kepada pondok pesantren Al-Anwar

merupakan keuntungan tersendiri dari relasi yang telah dibangun.

Proses relasi yang dibangun dalam internal pondok pesantren Al-Anwar dan PPP telah

mengakar pada santri dan pengasuh-pengasuh pondok pesantren Al-Anwar, sehingga proses

dukungan dari pondok pesantren kepada PPP telah menjadi budaya dalam setiap momentum

pemilu. Hal ini juga mengindikasikan adanya hasil dari relasi yang dibangun dan latar belakang historis. Kultur PPP yang masih memiliki kecenderungan kesamaan ideologi Nahdhlatul Ulama’ (NU) dengan pondok pesantren Al-Anwar membuat relasi simbolis ini semakin kuat dari hari ke

hari.

Selain itu, pengaruh yang ditimbulkan dari pola relasi simbolis PPP dan pondok

pesantren Al-Anwar terhadap masyarakat sekitar pondok pesantren juga signifikan. Masyarakat

di lingkungan pondok pesantren memiliki ketergantungan terhadap pilihan politik kiai, sehingga

(14)

14

halnya pemilu. Kultur semacam itu tentunya menguntungkan PPP sebagai partai yang

membutuhkan suara di tingkat daerah.

PPP sebagai partai politik tentunya juga memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat, dalam hal ini Miriam Budiardjo mendefinisikan bahwa partisipasi partai

politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam

kehidupan politik yaitu dengan cara jalan memilih pimpinan negara atau daerah secara langsung

atau tidak langsung, yang mempengaruhi kebijakan penmerintah. Kegiatan ini mencakup

tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menjadi anggota suatu partai atau

kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota

parlemen.

Keterlibatan masyarakat dalam fenomena-fenomena pemilu di daerah Kabupaten

Rembang, merupakan salah satu proses partisipasi masyarakat untuk menentukkan pemimpinnya.

Hal ini juga merupakan hasil dari adanya relasi yang telah dibangun antara PPP dan pondok

pesantren Al-Anwar di Kabupaten Rembang.Berbagai macam hasil yang tersebut diatas

menggambarkan adanya simbiosis mutualisme (kerjasama yang saling menguntungkan) antara

kedua belah pihak. Hal ini menunjukkan pentingnya pembangunan relasi sebagai modal sosial

utama partai politik menghadapi pemilu di daerah maupun nasional. Selain itu kedekatan pondok

pesantren Al-Anwar dengan PPP membentuk relasi secara kultur dan politik di Kabupaten

Rembang.

KESIMPULAN

Melalui pembahasan tentang relasi partai politik dengan basis massa dalam hal ini

pondok pesantren, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bentuk relasi yang terjadi antara partai politik dengan pesantren dikarenakan kesamaan

ideologi antara keduanya yakni sama-sama berideologi Islam. Relasi yang terjadi

bukanlah antara partai politik dengan pesantren secara kelembagaan akan tetapi yang

terjadi adalah relasi antara partai politik dengan para tokoh pesantren.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya relasi adalah adanya kepentingan, dengan

adanya keterkaitan dan kesamaan kepentingan, maka dengan mudah akan terjalin relasi

atau hubungan kerjasama antara partai politik dengan pesantren. Kepentingan disini yang

(15)

15

dukungan politik dari pesantren, begitupun sebaliknya pesantren ingin mendapat

dukungan dari partai dalam hal pencerahan dan kesejahteraan umat islam untuk

menjalankan “amar ma’ruf nahi munkar ”.

3. Hasil dari adanya relasi antara partai politik dengan pesantren yakni Relasi atau

hubungan kerjasama Partai politik dengan pesantren berdampak positif dengan

suksesnya Pemilu kepala daerah dan Pemilu Legislatif, sedangkan salah satu keuntungan

bagi pesantren adalah dimilikinya aliansi strategis dalam pengembangan pendidikan

agama islam dan peningkatan kesejahteraan umat.

Berdasrkan penelitian tersebut, bahwasanya relasi PPP dengan pondok pesantren

Al-anwar bisa dikatakan bentuk relasi yang cukup ampuh untuk menggalang massa.

Direkomendasikan kepada mahasiswa, terutama mahasiswa Ilmu Politik Uiversitas Brawijaya

agar berperan aktif dalam mensosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa kita

sebagai masyarakat memiliki hak dan kewajiban utuk berpartisipasi dalam kehidupan berpolitik.

Selain itu, fenomena relasi pondok pesantren dengan partai merupakan hal yang menarik

untuk diteliti. Karena kultur patron client yang terjadi di pondok pesantren seringkali dijadikan

sarana sebagai kendaraan basis massa partai politik. Maka direkomendasikan bagi mahasiswa

maupun peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan penelitian ini, penelitian ini dapat juga

digunakan sebagai bahan perbandingan maupun pendukung ketika nantinya digunakan untuk

(16)

16 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bailey, Kenneth D.1982.Methods Of Social Research. New York: Free Press

Burhan, Bugin.2003.Analisis Data Penelitian Kualitatatif.Jakarta : PT.Remaja Rosda Karya

Budiarjo, Miriam.2008. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Daryanto.1997. Administrasi Pendidikan. Jakarta:Rhineka Cipta

Dirdjosanjoto, Pradjarta.1999.Memelihara Umat Kiai Pesantren- Kiai Langgar di Jawa . Yogyakarta: LKiS.

Dhofier, Zamakhsyari.1985.Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES

Gabrielian, Vache.2008.Qualitative Research Methods.CA: Wadswort.

Geertz. Clifford.1981. Abangan, santri, priyayi dalam masyarakat ja wa . Jakarta. PT.Dunia Pustaka Jaya.

Greg felay.2003. Ijtihad Politik Ulama, Sejarah NU 1952-1967. Yogyakarta: Lkis

Dayaksini,Tri dan Hudaniah.2009.Psikologi Sosial. Malang: UMM Press

Iqbal, Muhammad.1999. Fikih Siyasah-Kontektualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta, Panitia Muktamar XXX.

Marijan, Kacung. 2010.Sistem Politik Indonesia :Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde-Baru. Jakarta: Kencana

Miles, Matthew dan Huberman, A.Michael.1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta:UI Press

Moleong,Lexy J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

M Dian Nafi dkk,2007. Praksi Pembela jaran Pesantren . Yogyakarta, Instite for Traning and Development(ITD), Forum Pesantren, Yayasan Selasih.

Nazir,M.1999.Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia

Rahardjo, Dawam.2005.Paradigma Al Qur’an:Metodologi Tafsir dan Kritik Sosial.Jakarta:PSAP

Abdul Wahid Zaini,1996. Moralitas Pendidikan Pesantren . Yogyakarta: Lembaga Kajian dan Pembangunan Sumber Daya Manusia.

(17)

17

KPUD Kabupaten Rembang. 2009. Keputusan KPU Kabupaten Rembang: Jumlah Kursi Dan Suara Sah Partai Politik dalam Pemilu Anggota DPRD Kabupaten Rembang Tahun Daerah Kabupaten/ Kota dalam Pemilihan Umum Tahun 2014 Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah Daerah Pemilihan Rembang 4 ”.

KPUD Kabupaten Rembang. 2014. Lampiran Keputusan KPUD: daftar calon Terpilih Anggota Dewan perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Rembang Hasil Pemilihan Umum Tahun 2014”.

KPUD Kabupaten Rembang. 2014. Lampiran Keputusan KPUD: Perolehan Suara Sah Partai Politik Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Per wakilan Raktyat Daer ah Kabupaten Rembang dan Perolehan Suara Sah calon Anggota Dewan Per wakilan Rakyat Daerah

Ber Zuber. 2013, PPP Boleh Sosialisasikan Gambar & Nomor 9 Secara Tertutup”. Diperoleh 30 Juni 2014, dari http://ppp.or.id/news/ppp-boleh-sosialisasikan-gambar--nomor-9-secara-tertutup.html

Inspirasi Islam. Fatwa Majelis “yariah PPP . Diperoleh 21 September 2014, dari http://inspirasislam.com/MD_Maimun%20Zubair.html#

Pemerintah kabupaten Rembang. 2014. “Topografi”. Diperoleh 17 Juni 2014, dari http://rembangkab.go.id/topografi/

Pemerintah kabupaten Rembang. 2014. “Mengungkap Sejarah Rembang”. Diperoleh 17 Juni 2014, dari http://rembangkab.go.id/mengungkap-sejarah-rembang/

Pondok Pesantren Al- Anwar. 2013. “Pengurus Al-Anwar”. Diperoleh 20 Juni 2014 , dari http://ppalanwar.com/index.php/kami/profil/pengurus.html

Pondok Pesantren Al- Anwar. 2004. “Sekilas Pondok Pesantren Al- Anwar”. Diperoleh 20 Juni 2014 , dari http://ppalanwar.com/index.php/kami /profil/sekilas-al-anwar.html

Pondok Pesantren Al- Anwar. 2004. “Visi dan Misi Pondok Pesantren Al- Anwar”. Diperoleh 20 Juni 2014 , dari http://ppalanwar.com/index. php/kami/profil/visi-misi.html

(18)

18

PPP. 2013. “PPP dalam Lintasan Sejarah”. Diperoleh 20 Juni 2014, dari http://ppp.or.id/page/ppp-dalam-lintasan-sejarah/index/

RMI NU. 2012. Pondok Pesantren Al Anwar Sarang”. Diperoleh 20 Juni 2014, dari http://rmi-nu.or.id/pesantren/pondok-pesantren-al-anwar-sarang

Wiki Aswaja NU. 2012. “Pesantren di Kota Rembang”. Diperoleh 19 Juni 2014, dari http://wiki.aswajanu.com/Pesantrendi_Kota_Rembang#Pondok_

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, ada indikasi bahwa pembelajaran TIGA-TA (Tahfidz, Tafhim, Tabligh) menawarkan solusi yang membantu pada kemampuan dakwah santri pada

Acep Kusnadi, Implementasi Pendekatan Saintifik dalam langkah-langkah pembelejaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Studi Kasus di SMA Negeri 1

Sign system Taman Wisata yang dipunyai saat ini masih kurang mendukung navigasi pengunjung, sign system di Mekarsari juga mempunyai desain kurang terpadu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Pos Indonesia (Persero) masih dalam proses persiapan untuk menjalankan COSO ERM secara penuh dalam perusahaan dan masih

kepemilikan tersebut, pemegang saham pengendali akan memiliki hak arus kas yang semakin

.قئاثولاو رابتخلااو ةلباقلداو.. ةيلمع ميلعت ةسردملا يف ةثداحملا رلا ةيئدتبلإا ا عب جنوبملارادنب اهيف ثديح تيلا ةيميلعتلا ةيلمعلل ةيساسأ ةطشنأ دحأ وى

Pemenang Pelelangan umum ini di buat untuk dapat dipergunakan pada proses. Sekayu, 10

In the interwar period special role in the process of clergy’s education in the Orthodox Church played College of Orthodox Theology at the University of Warsaw. The ba- sis for