• Tidak ada hasil yang ditemukan

LK KPPU TA 2016 Audited

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LK KPPU TA 2016 Audited"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN KEUANGAN

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016

TAHUN ANGGARAN 2016

(3)
(4)
(5)

Daftar Isi

ii

Hal

Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

Pernyataan Tanggung Jawab

iii

Ringkasan

1

I. Laporan Realisasi Anggaran

3

II. Neraca

4

III. Laporan Operasional

5

IV. Laporan Perubahan Ekuitas

6

V. Catatan atas Laporan Keuangan

7

A. Penjelasan Umum

7

B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran

24

C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca

32

D. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Operasional

53

E. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas

58

F. Pengungkapan Penting Lainnya

62

(6)

Ringkasan

- 1 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk periode yang

berakhir tanggal 31 Desember 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang

sehat di lingkungan pemerintahan. Laporan Keuangan ini meliputi:

1.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran

dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA dan Belanja

selama periode 1 Januari 2016 sampai dengan 31 Desember 2016.

Realisasi Pendapatan Negara pada TA 2016 adalah berupa Pendapatan Negara

Bukan Pajak sebesar Rp23.695.044.558 atau mencapai 22.566,71 persen dari

estimasi Pendapatan-LRA sebesar Rp105.000.000.

Realisasi Belanja Negara (neto) pada TA 2016 adalah sebesar Rp114.473.856.483

atau mencapai 82,09 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp139.452.216.000.

2.

NERACA

Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan

ekuitas pada 31 Desember 2016

.

Nilai Aset pada TA 2016 dicatat dan disajikan sebesar Rp54.711.035.576 yang

terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp44.432.897.838; Aset Tetap sebesar

Rp10.119.298.396; Piutang Jangka Panjang (neto) sebesar Rp0; dan Aset Lainnya

(neto) sebesar Rp158.839.342.

Nilai

Kewajiban

dan

Ekuitas

pada

TA

2016

masing-masing

sebesar

Rp4.835.495.177 dan Rp49.875.540.399.

3.

LAPORAN OPERASIONAL

Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban,

surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional,

surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO,

yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Pendapatan-LO untuk periode sampai

dengan 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp155.058.701.172, sedangkan jumlah

beban adalah sebesar Rp210.598.801.335 sehingga terdapat Defisit dari Kegiatan

(7)

Ringkasan

- 2 -

sehingga entitas mengalami Defisit-LO sebesar Rp54.304.350.096.

4.

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan

ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada

tanggal 1 Januari 2016 adalah sebesar Rp9.447.987.792, dikurangi Defisit-LO

sebesar Rp54.304.350.096, kemudian ditambah dengan koreksi-koreksi sebesar

Rp527.408.178

dan

ditambah

transaksi

antar

entitas

senilai

total

Rp94.204.494.525, sehingga Ekuitas Komisi Pengawas Persaingan Usaha pada

tanggal 31 Desember 2016 adalah senilai Rp49.875.540.399.

5.

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan

atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas.

Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan

dianjurkan

oleh

Standar

Akuntansi

Pemerintahan

serta

pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan

keuangan.

Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir sampai

dengan tanggal 31 Desember 2016 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas.

Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk

(8)

Laporan Realisasi Anggaran

- 3 -

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN (

NET T O

)

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR

31 DESEMBER 2016 DAN 31 DESEMBER 2015

(Dalam Rupiah)

TA 2015

ANGGARAN

REALISASI

REALISASI

PENDAPATAN

Penerimaan Negara Bukan Pajak

B.1

105,000,000

23,695,044,558

22,566.71

16,277,700,519

JUMLAH PENDAPATAN

105,000,000

23,695,044,558

22,566.71

16,277,700,519

BELANJA

B.2.

Belanja Operasi

Belanja Pegawai

B.3

29,040,424,000

28,999,490,105

99.86

21,563,599,302

Belanja Barang

B.4

105,486,756,000

80,579,431,160

76.39

65,257,685,511

Belanja Modal

B.5

4,925,036,000

4,894,935,218

99.39

3,522,074,350

JUMLAH BELANJA

139,452,216,000

114,473,856,483

82.09

90,343,359,163

% thd Angg

CATATAN

URAIAN

TA 2016

(9)

Neraca

- 4 -

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

NERACA

PER 31 DESEMBER 2016 DAN 31 DESEMBER 2015

(Dalam Rupiah)

CATATAN

31 DESEM BER 2016

31 DESEM BER 2015

Kas di Bendahara Pengeluaran

C.1

184,430,476

3,966,855

Kas Lainnya dan Setara Kas

-

157,722,938

Piutang Bukan Pajak

C.2

188,373,759,460

51,010,439,624

C.3

561,454,068

461,559,282

Penyisihan Piut ang Tidak Tert agih - Piut ang Lancar

C.4

(144,943,344,234)

(51,296,605,761)

Persediaan

C.5

256,598,068

401,487,315

Jumlah Aset Lancar

44,432,897,838

738,570,253

Piutang Tagihan Tuntut an Perbendaharaan/ Tuntut an Gant i Rugi

C.6

3,172,738

15,544,255

Penyisihan Piut ang Tidak Tert agih - Piut ang Jangka Panjang

C.7

(3,172,738)

(6,487,032)

Jumlah Piutang Jangka Panjang

-

9,057,223

Peralat an dan M esin

C.8

27,079,597,877

26,499,523,861

Aset Tet ap Lainnya

C.9

2,145,021,102

2,474,517,748

Akumulasi Penyusut an Aset Tet ap

C.10

(19,105,320,583)

(20,752,292,885)

Jumlah Aset Tetap

10,119,298,396

8,221,748,724

ASET LAINNYA

Aset Tak Berwujud

C.11

658,349,163

658,349,163

Dana Penjaminan Pihak Ket iga Retensi

-

73,750,000

Aset Lain-lain

C.12

80,543,134

-Akumulasi Penyusut an/ Amort isasi Aset Lainnya

C.13

(580,052,955)

Jumlah Aset Lainnya

158,839,342

732,099,163

JUM LAH ASET

54,711,035,576

9,701,475,363

Utang kepada Pihak Ketiga

C.14

88,195,701

249,520,716

Pendapatan Dit erima Dimuka

C.15

4,562,869,000

-Uang M uka dari KPPN

C.16

184,430,476

3,966,855

Jumlah Kew ajiban Jangka Pendek

4,835,495,177

253,487,571

JUM LAH KEW AJIBAN

4,835,495,177

253,487,571

Ekuit as

C.17

49,875,540,399

9,447,987,792

JUM LAH EKUITAS

49,875,540,399

9,447,987,792

54,711,035,576

9,701,475,363

URAIAN

KEW AJIBAN

JUM LAH KEW AJIBAN DAN EKUITAS

ASET

ASET TETAP

ASET LANCAR

KEW AJIBAN JANGKA PENDEK

EKUITAS

PIUTANG JANGKA PANJANG

(10)

Laporan Operasional

- 5 -

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR

31 DESEMBER 2016 DAN 31 DESEMBER 2015

(Dalam Rupiah)

CATATAN

2016

2015

Pendapatan Negara Bukan Pajak

D.1

155.058.701.172

10.675.331.575

155.058.701.172

10.675.331.575

Beban Pegawai

D.2

28.999.490.105

21.563.599.302

Beban Persediaan

D.3

2.001.368.147

1.899.362.916

Beban Barang dan Jasa

D.4

36.334.992.560

32.839.006.596

Beban Pemeliharaan

D.5

2.746.100.516

2.890.837.789

Beban Perjalanan Dinas

D.6

43.123.770.614

30.660.330.160

Beban Barang untuk Diserahkan kepada M asyarakat

D.7

544.749.725

319.830.584

Beban Bantuan Sosial

-

2.172.500

Beban Penyusutan dan Amortisasi

D.8

3.204.905.489

3.264.913.051

Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih

D.9

93.643.424.179

7.207.469.136

210.598.801.335

100.647.522.034

(55.540.100.163)

(89.972.190.459)

SURPLUS/ (DEFISIT) PELEPASAN ASET NON LANCAR

792.834.000

(6.336.326.299)

Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar

792.834.000

5.700.000

Beban Pelepasan Aset Non Lancar

-

6.342.026.299

SURPLUS/ (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL LAINNYA

442.916.067

261.685.183

Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya

471.371.429

261.685.183

Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya

28.455.362

SURPLUS/ (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL

D.10

1.235.750.067

(6.074.641.116)

SURPLUS/ (DEFISIT) SEBELUM POS LUAR BIASA

(54.304.350.096)

(96.046.831.575)

Pendapatan Luar Biasa

-

-Beban Luar Biasa

-

-SURPLUS/ (DEFISIT) DARI POS LUAR BIASA

-

-SURPLUS/ (DEFISIT) - LO

(54.304.350.096)

(96.046.831.575)

URAIAN

BEBAN

JUM LAH BEBAN

KEGIATAN NON OPERASIONAL

POS LUAR BIASA

KEGIATAN OPERASIONAL

JUM LAH PENDAPATAN

PENDAPATAN

(11)

Laporan Perubahan Ekuitas

- 6 -

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR

31 DESEMBER 2016 DAN 31 DESEMBER 2015

(Dalam Rupiah)

URAIAN

CATATAN

2016

2015

EKUITAS AW AL

E.1

9,447,987,792

28,015,837,848

SURPLUS/ DEFISIT - LO

E.2

(54,304,350,096)

(96,046,831,575)

DAM PAK KUM ULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN

AKUNTANSI/ KESALAHAN M ENDASAR

E.3

-

-KOREKSI YANG M ENAM BAH/ M ENGURANGI

EKUITAS

E.4

527,408,178

11,379,088

Penyesuaian Nilai Aset

E.4.1

-

10,596,087

Koreksi Nilai Persediaan

-

Koreksi Atas Nilai Aset Tetap

-

Koreksi Nilai Aset Tet ap Non Revaluasi

E.4.2

335,741,478

783,001

Koreksi Lain-Lain

E.4.3

191,666,700

-TRANSAKSI ANTAR ENTITAS

E.5

94,204,494,525

77,467,602,431

Ditagihkan ke Ent it as Lain

E.5.1

114,473,856,483

90,343,359,163

Diterima dari Ent itas Lain

E.5.2

(23,695,044,558)

(16,277,700,519)

Transfer Keluar

E.5.3

(625,317,400)

(66,038,907)

Transfer M asuk

E.5.4

-

Pengesahan Hibah Langsung

E.5.5

4,051,000,000

3,467,982,694

Pengembalian Hibah Langsung

E.5.5

-KENAIKAN/ PENURUNAN EKUITAS

40,427,552,607

(18,567,850,056)

(12)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 7 -

A. PENJELASAN UMUM

A.1 Profil dan Kebijakan Teknis Komisi Pengawas Persaingan

Usaha

Dasar

Hukum

Entitas dan

Rencana

Strategis

Komisi Pengawas Persaingan Usaha didirikan sebagai salah satu

upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui

pengawasan kegiatan persaingan usaha yang sehat. Organisasi dan

tata kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha diatur dengan

Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas

Persaingan Usaha, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 80 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Keputusan

Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan

Usaha. Struktur organisasi dan tugas pokok Komisi Pengawas

Persaingan Usaha diatur dalam Peraturan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Nomor 05 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 01 Tahun

2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pengawas

Persaingan. Entitas berkedudukan di Gedung KPPU, Jalan Ir.H.

Juanda Nomor 36, Jakarta Pusat.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha mempunyai tugas dan fungsi

untuk melakukan pengawasan dan penegakan hukum persaingan

usaha sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat. Melalui peran tersebut diharapkan dapat tercipta iklim

persaingan usaha yang sehat yang akan melahirkan efisiensi dan

mendorong

timbulnya

inovasi

yang

akan

berujung

pada

kesejahteraan rakyat.

Untuk mewujudkan tujuan di atas, Komisi Pengawas Persaingan

Usaha berkomitmen dengan visi

t er wuju dnya ik lim persai ngan

usaha yang sehat dalam mendor ong ek onomi nasional yang

efisien dan berk eadilan unt uk meningk atk an k esejaht eraan

r ak yat

”.

Untuk

mewujudkannya

dilakukan

beberapa

langkah-langkah

strategis sebagai berikut:

Menegakkan hukum persaingan usaha

(13)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 8 -

Melakukan pengawasan sektoral

Melakukan harmonisasi kebijakan

Melakukan pengawasan kemitraan

Melakukan penguatan kelembagaan

Meningkatkan pemahaman pelaku usaha terhadap nilai-nilai

persaingan usaha yang sehat

Menginternalisasi nilai-nilai persaingan usaha yang sehat melalui

kebijakan dan regulasi (

competition checklist

)

Menginternalisasi nilai-nilai persaingan usaha yang sehat melalui

pendidikan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terdiri atas:

1.

Komisioner

Komisioner memiliki fungsi penanggung jawab yang memimpin

dan

mengkoordinasikan

pelaksanaan

fungsi,

tugas

dan

wewenang KPPU.

2.

Sekretariat Jenderal

Sekretariat Jenderal merupakan penanggung jawab dalam

penyelenggaraan dukungan manajemen dan administratif di

KPPU.

3.

Deputi Bidang Pencegahan

Deputi Bidang Pencegahan merupakan penyelenggara teknis di

bidang pencegahan praktek monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat.

4.

Deputi Bidang Penegakan Hukum

Deputi Bidang Penegakan Hukum adalah unsur penyelenggara

teknis di bidang penegakan hukum persaingan usaha.

5.

Satuan Pengawas Internal

Satuan Pengawas Internal adalah unsur pengawas dalam lingkup

KPPU yang kedudukannya berada di bawah Komisioner.

6.

Kantor Perwakilan Daerah

Kantor Perwakilan Daerah merupakan unit kerja yang membantu

pelaksanaan tugas pokok dan wewenang Komisioner atas suatu

(14)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 9 -

7.

Kelompok Kerja

Kelompok Kerja adalah unsur pendukung Komisioner yang

terdiri daru individu-individu yang berpengalaman dan ahli

(profesional) sesuai bidang masing-masing yang diperlukan

dalam menangani perkara tertentu.

8.

Kelompok Staf Ahli

Kelompok Staf Ahli adalah unsur pendukung Komisioner yang

terdiri dari individu-individu yang ahli dan berpengalaman di

bidang hukum, bidang ekonomi dan atau bidang lainnya yang

ditunjuk untuk memberikan masukan dan pertimbangan

hukum,

ekonomi

atau

bidang

lainnya

terkait

dengan

pelaksanaan fungsi dan tugas KPPU.

9.

Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan

fungsional tertentu yang terbagi dalam beberapa kelompok

sesuai dengan bidang keahliannya.

Implementasi

Akuntansi

Pemerintahan

Berbasis

Akrual

A.2 Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual

Mulai Tahun 2015 Komisi Pengawas Persaingan U saha telah

mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan

laporan keuangannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Pendekatan

Penyusunan

Laporan

Keuangan

A.3 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2016

ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan

yang dikelola oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Laporan

Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi

mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran

sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan

pada Kementerian Negara/Lembaga.

SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA)

dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara

(SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan

(15)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 10 -

Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Sedangkan

SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap,

persediaan, dan aset lainnya untuk penyusunan neraca dan Laporan

Operasional serta laporan barang milik negara serta laporan

manajerial lainnya.

Basis

Akuntansi

A.4 Basis Akuntansi

Komisi Pengawas Persaingan Usaha menerapkan basis akrual dalam

penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan

Laporan Perubahan Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan

penyajian Laporan Realisasi Anggaran. Basis akrual adalah basis

akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya

pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan

saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sedangkan basis

kas adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruh transaksi

atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau

dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dasar

Pengukuran

A.5 Dasar Pengukuran

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui

dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar

pengukuran yang diterapkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan

menggunakan nilai perolehan historis.

Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi

atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk

memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar

sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi

kewajiban yang bersangkutan.

Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang

rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi

(16)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 11 -

Kebijakan

Akuntansi

A.6 Kebijakan Akuntansi

Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan per 31 Desember

2016 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip,

dasar-dasar,

konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang

dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan

penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang diterapkan

dalam laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang

ditetapkan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Di samping itu,

dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan

keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.

Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam

penyusunan Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

adalah sebagai berikut:

Pendapatan

-LRA

(1)

Pendapatan-LRA

Pendapatan-LRA diakui pada saat :

-

Pendapatan kas diterima pada Rekening Kas Umum

Negara/Daerah (RKUN/RKUD).

-

Pendapatan kas yang diterima oleh bendahara penerimaan

yang hingga tanggal pelaporan belum disetorkan ke

RKUN/RKUD, dengan ketentuan bendahara penerimaan

tersebut merupakan bagian dari BUN/BUD.

-

Pendapatan kas yang diterima satker/SKPD dan digunakan

langsung tanpa disetor ke RKUN/RKUD, dengan syarat

entitas penerimatelah melaporkan/mengesahkan kepada

BUN/BUD

,

dan

BUN/BUD

mengakuinya

sebagai

pendapatan.

-

Pendapatan Nonperpajakan-LRA diukur sebesar nominal

uang yang masuk ke kas negara/daerah sebagaimana

dokumen sumber bukti setornya. Akuntansi Pendapatan

Nonperpajakan-LRA dilaksanakan dengan menggunakan

asas bruto, yaitu pendapatan dicatat sebesar nilai

brutonya

tanpa

dikurangi/dikompensasikan

dengan

belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan

(17)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 12 -

Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas

bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan

tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan

dengan pengeluaran).

Pendapatan-LRA

disajikan

menurut

klasifikasi

sumber

pendapatan.

Pendapatan

- LO

(2)

Pendapatan-LO

Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas

pendapatan dan/atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya

aliran masuk sumber daya ekonomi.

Berdasarkan Buletin Teknis Nomor 23 tentang Akuntansi

Pendapatan Non Perpajakan, pendapatan non perpajakan

lainnya antara lain dapat berasal dari keuntungan penjualan,

denda akibat

perjanjian/peraturan,

penerimaan kembali

belanja tahun sebelumnya, putusan pengadilan/pelanggaran

hukum.

Pendapatan yang berasal dari keuntungan penjualan aset

diakui pada saat kas diterima oleh entitas.

Pendapatan yang berasal dari denda akibat perjanjian atau

peraturan diakui pada saat menjadi hak entitas.

Pendapatan yang berasal dari pengembalian kembali belanja

tahun sebelumnya diakui pada saat kas diterima oleh entitas.

Pendapatan yang berasal dari putusan pengadilan/pelanggaran

hukum dinilai sebesar penetapan putusan.

Secara khusus pengakuan pendapatan-LO pada Komisi

Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:

­

Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan

Usaha diakui saat putusan telah berkekuatan hukum

tetap.

­

Pendapatan Denda Ikatan Dinas diakui setelah pegawai

yang bersangkutan menandatangani Surat Pernyataan

Kesanggupan Membayar Denda Ikatan Dinas.

­

Pendapatan

atas

pelunasan

Tuntutan

(18)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 13 -

ditandatanganinya Surat Pernyataan Tanggung Jawab

Mutlak oleh pegawai yang bersangkutan atau pada saat

diterbitkan Surat Keputusan Pembebanan.

­

Pendapatan Lain-lain diakui pada saat dikeluarkannya

surat keputusan denda atau dokumen lain yang

dipersamakan.

Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas

bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan

tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan

dengan pengeluaran).

Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.

Belanja

(3)

Belanja

Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.

Khusus

pengeluaran

melalui

bendahara

pengeluaran,

pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas

pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN).

Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja

dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi

akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beban

(4)

Beban

Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya

konsumsi aset, dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi

atau potensi jasa.

Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja

dan

selanjutnya

klasifikasi

berdasarkan

organisasi

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Aset

(5)

Aset

Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap dan Aset

Lainnya.

(19)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 14 -

Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal.

Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan

menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.

Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut:

­

Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/

Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung

dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak

dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang

mempunyai kekuatan hukum tetap.

­

Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila terdapat

peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan didukung

dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan

kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa diukur

dengan andal.

Pengukuran Piutang sesuai dengan Buletin Teknis Akuntansi

Piutang, dilakukan sebagai berikut:

-

Disajikan sebagai aset lancar sebesar nilai yang jatuh

tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih dalam

12 (dua belas) bulan ke depan berdasarkan surat

ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan;

-

Disajikan sebagai piutang jangka panjang terhadap nilai

yang akan dilunasi di atas 12 (dua belas) bulan berikutnya.

Piutang bukan pajak merupakan hak atau pengakuan

pemerintah atas uang atau jasa terhadap pelayanan yang

telah diberikan namun belum diselesaikan pembayarannya.

Termasuk dalam Piutang Bukan Pajak di KPPU antara lain

Piutang Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha.

Sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepada KPPU

melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat Pasal 47, disebutkan bahwa Komisi berwenang

menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap

pelaku usaha yang melanggar UU Nomor 5 Tahun 1999.

Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dapat berupa

(20)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 15 -

membatalkan perilaku yang telah terbukti melanggar hukum

persaingan usaha, penetapan ganti rugi dan dapat juga

berupa denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 dan

setinggi-tingginya Rp25.000.000.000 yang harus disetorkan

ke kas negara. Denda pelanggaran persaingan usaha yang

belum dibayarkan ke kas negara oleh pelaku usaha Terlapor

sesudah tanggal jatuh tempo denda dicatat dalam Neraca

Laporan Keuangan KPPU dalam akun Piutang Bukan Pajak.

Juknis Kebijakan Akuntansi masih dalam proses penyusunan

sehingga

pada

Tahun

2016

kebijakan

akuntansi

menggunakan

Memo

Sekretaris

Jenderal

Nomor

516/SJ/M/XII/2015 tanggal 18 Desember 2015 tentang

Penyampaian Penyesuaian Kebijakan Akuntansi Piutang

Denda Pelanggaran Persaingan Usaha dan Buletin Teknis

Nomor 23 tentang Akuntansi Pendapatan Nonperpajakan.

Beberapa hal yang perlu dijelaskan berkenaan dengan

pengelolaan Piutang Bukan Pajak KPPU sebagai berikut:

-

Denda pelanggaran persaingan usaha sebagai akibat

Putusan KPPU, Putusan Keberatan (Putusan Pengadilan

Negeri), Putusan Kasasi (Putusan Mahkamah Agung)

maupun Putusan Peninjauan Kembali (PK) yang telah

berkekuatan hukum tetap (

inkracht

) akan dicatat sebagai

piutang ke dalam Buku Piutang. Berdasarkan Buku

Piutang inilah dilakukan pengelolaan Piutang Negara

Bukan Pajak KPPU.

-

Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang

timbul berdasarkan keputusan

inkracht

yaitu dengan

ketentuan sebagai berikut:

1)

Piutang dicatat apabila tidak terdapat keberatan dari

pihak terlapor atas Putusan Perkara KPPU dalam

rentang waktu 14 (empat belas) hari kerja dari

diterimanya pemberitahuan petikan Putusan Perkara

KPPU kepada pihak terlapor.

2)

Terhadap Putusan Perkara KPPU yang terdapat proses

(21)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 16 -

dicatat pada saat staf Bagian Litigasi menerima

salinan

putusan

dari

Pengadilan

Negeri

yang

dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST).

Dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 pasal 44 ayat (1) dijelaskan

bahwa “Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pelaku usaha

menerima pemberitahuan putusan Komisi, pelaku usaha wajib

melaksanakan

putusan

tersebut

dan

menyampaikan

pelaksanaannya kepada Komisi.” Berdasarkan pasal tersebut,

KPPU menginterpretasikan bahwa pelaku usaha yang dijatuhi

sanksi denda wajib melakukan pembayaran denda tersebut

paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan

menerima pemberitahuan putusan Komisi (jatuh tempo) dan

pembayaran tersebut dilakukan secara sekaligus, bukan

mengangsur.

Definisi piutang jangka panjang dan piutang jangka pendek

berdasarkan

Perdirjen

Perbendaharaan

Nomor

PER-82/PB/2011:

-

Piutang Jangka Panjang: piutang yang akan jatuh tempo

atau akan direalisasikan lebih dari 12 (dua belas) bulan

sejak tanggal pelaporan.

-

Piutang Jangka Pendek: piutang yang akan jatuh tempo

dan akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan sejak tanggal pelaporan.

Dengan mengacu kepada definisi tersebut, piutang denda

pelanggaran persaingan usaha KPPU dapat dikategorikan ke

dalam piutang jangka pendek karena jatuh temponya selama

30 (tiga puluh) hari sejak putusan berkekuatan hukum tetap.

Dalam Neraca, piutang denda tersebut dicatat dalam akun

Piutang Negara Bukan Pajak.

Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat

direalisasikan (

net realizable value

). Hal ini diwujudkan

dengan

membentuk

penyisihan

piutang

tak

tertagih.

Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang yang

ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya penagihan

(22)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 17 -

adalah sebagai berikut:

Kualitas Piutang

Uraian

Penyisihan

Lancar

Belum

dilakukan

pelunasan

s.d.

tanggal jatuh tempo

0.5%

Kurang Lancar

Satu bulan terhitung sejak tanggal

Surat

Tagihan

Pertama

tidak

dilakukan pelunasan

10%

Diragukan

Satu bulan terhitung sejak tanggal

Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan

pelunasan

50%

Macet

Satu bulan terhitung sejak tanggal

Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan

pelunasan

100%

Piutang telah diserahkan kepada

Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN

Beberapa hal yang perlu dijelaskan terkait dengan perhitungan

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih:

-

Berkenaan dengan mekanisme penagihan piutang, dalam

Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-85/PB/2011 pasal

5 ayat (1) dan (2) disebutkan bahwa:

1)

Surat Penagihan (SPn) wajib diterbitkan untuk setiap

timbulnya piutang PNBP.

2)

Timbulnya piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) apabila:

penyetoran penerimaan PNBP ditetapkan secara

angsuran;

wajib bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo

pembayaran

belum

melunasi

penyetoran

penerimaan PNBP yang menjadi tanggung jawabnya.

-

Selanjutnya dalam pasal 8 dan pasal 9 Perdirjen tersebut

dijelaskan bahwa setiap kewajiban penyetoran atas

piutang PNBP sampai dengan tanggal jatuh tempo

(23)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 18 -

penyetorannya, pihak terutang wajib diberikan Surat

Penagihan kedua dan ketiga.

-

Sejak tahun 2013, KPPU telah mengimplementasikan

Standar Operasional Prosedur (SOP) Penatausahaan

Piutang Denda Persaingan Usaha yang diwadahi dalam

Keputusan

Sekretariat

KPPU

Nomor

186/SJ/Kep/XII/2011

tentang

Penetapan

Standard

Operating Procedure

di Lingkungan KPPU. Dalam SOP

tersebut diatur mengenai mekanisme penagihan piutang

denda pelanggaran persaingan usaha sebagai berikut:

1)

Surat Pemberitahuan I diterbitkan paling lambat 3

(tiga) hari kerja sejak timbulnya piutang dan diberikan

tenggang waktu pelunasan paling lambat 30 (tiga

puluh) hari kerja;

2)

Surat Pemberitahuan II diterbitkan bagi setiap pelaku

usaha yang belum menyelesaikan kewajibannya

membayar

denda sampai dengan

jatuh

tempo

pembayaran pada Surat Pemberitahuan I dengan

tenggang waktu pelunasan paling lambat 30 (tiga

puluh) hari kerja;

3)

Dalam hal sampai dengan tanggal jatuh tempo

pembayaran setelah diterbitkan Surat Pemberitahuan

II pelaku usaha belum melakukan pembayaran,

diterbitkan Surat Pemberitahuan III sebagai Surat

Pemberitahuan terakhir. Tenggang waktu pelunasan

paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja; dan

4)

Apabila

sampai

dengan

tanggal

jatuh

tempo

pembayaran setelah diberikan Surat Pemberitahuan III

pihak terhutang belum melakukan pembayaran, maka

dilakukan

permohonan

eksekusi

piutang

ke

Pengadilan Negeri.

Penilaian kualitas piutang mengikuti aturan yang ditetapkan

dalam PMK Nomor 69/PMK.06/2014. Penggolongan kualitas

piutang merupakan salah satu dasar untuk menentukan

(24)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 19 -

dilakukan dengan mempertimbangkan jatuh tempo dan

perkembangan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah.

Kualitas piutang didasarkan pada kondisi piutang pada

tanggal pelaporan. Kualitas piutang ditetapkan dalam 4

(empat) golongan, yaitu kualitas lancar, kualitas kurang

lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet. Piutang KPPU

digolongkan dalam kualitas lancar apabila belum dilakukan

pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo yang

ditetapkan. Kualitas kurang lancar apabila dalam jangka

waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat

Pemberitahuan I

tidak dilakukan pelunasan.

Kualitas

diragukan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan

terhitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan II tidak

dilakukan pelunasan. Kualitas macet apabila dalam jangka

waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat

Pemberitahuan III tidak dilakukan pelunasan atau piutang

telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri.

Tuntutan Perbedaharaan/Ganti Rugi (TP/TGR) yang akan

jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca

disajikan sebagai Bagian Lancar TP/TGR.

Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik

pada tanggal neraca dikalikan dengan:

­

harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan

pembelian;

­

harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi

sendiri;

­

harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila

diperoleh dengan cara lainnya.

Aset Tetap

b.

Aset Tetap

Nilai aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau

harga wajar.

Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum

kapitalisasi sebagai berikut:

(25)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 20 -

peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih

dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah);

b.

Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya

sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta

rupiah);

c.

Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai

minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan

sebagai

beban

kecuali

pengeluaran

untuk

tanah,

jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa

koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.

Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional

pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus,

ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi

yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan

rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya

telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset

Lainnya.

Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya,

dikeluarkan dari neraca pada saat ada penetapan dari entitas

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang

pengelolaan BMN/BMD.

Penyusutan

Aset Tetap

c.

Peny usutan Aset Tetap

Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai

sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari

suatu aset tetap.

Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap:

a.

Tanah;

b.

Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP); dan

c.

Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen

sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau

usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang

untuk dilakukan penghapusan.

Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap

(26)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 21 -

adanya nilai residu.

Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan

metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang

dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap

semester selama Masa Manfaat.

Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman

Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013

tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan

Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas

Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat

adalah sebagai berikut:

Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap

Kelompok Aset Tetap

Masa Manfaat

Peralatan dan Mesin

2 s.d. 20 tahun

Gedung dan Bangunan

10 s.d. 50 tahun

Jalan, Jaringan dan Irigasi

5 s.d 40 tahun

Aset Tetap Lainnya (Alat Musik

Modern)

4 tahun

Piutang

Jangka

Panjang

d.

Piutang Jangka Panjang

Piutang

Jangka

Panjang

adalah

piutang

yang

diharapkan/dijadwalkan akan diterima dalam jangka waktu

lebih dari 12 (dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan.

Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan

Perbendaharaan/Tuntutan

Ganti

Rugi

(TP/TGR)

dinilai

berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai yang

dapat direalisasikan.

Aset

Lainnya

e.

Aset Lainny a

Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset

tetap, dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset

Lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan

angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan,

(27)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 22 -

dibatasi penggunaannya.

Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto

yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi

amortisasi.

Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan

dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas

ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak dilakukan

amortisasi.

Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan sebesar

nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi akumulasi

penyusutan.

Kewajiban

(6)

Kewajiban

Kewajiban pemerintah diklasifikasikan ke dalam kewajiban

jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

a.

Kewajiban Jangka Pendek

-

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban

jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau

jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah

tanggal pelaporan.

-

Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak

Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan

Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka

Panjang, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.

-

Pendapatan Diterima Dimuka dapat diakui dengan

menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan

kewajiban atau pendekatan pendapatan. Pendapatan

diterima dimuka diakui pada saat terdapat/timbul

klaim diterima pemerintah dari pihak ketiga tetapi

belum ada penyerahan barang/jasa dari pemerintah

pada akhir periode pelaporan keuangan.

-

Beban Barang yang Masih Harus Dibayar (Utang kepada

pihak ketiga) diakui pada saat terdapat klaim yang sah

dari pihak ketiga, yang biasanya dinyatakan dalam

(28)

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 23 -

terkait

penerimaan

barang/jasa

yang

belum

diselesaikan pembayarannya oleh pemerintah. Utang

kepada pihak ketiga juga diakui apabila pada akhir

tahun masih terdapat dana yang berasal dari SPM-LS

kepada Bendahara Pengeluaran yang belum diserahkan

kepada Pihak yang berhak.

b.

Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka

panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo

dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal

pelaporan.

Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai

kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi

berlangsung.

Ekuitas

(7)

Ekuitas

Ekuitas merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam

satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan

(29)

Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran

- 24 -

ANGGARAN

Realisasi

Pendapatan

Rp23.695.044.558

B.1 Pendapatan

Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31

Desember 2016 adalah sebesar Rp23.695.044.558. Rincian Estimasi

dan Realisasi Pendapatan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

adalah sebagai berikut:

Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan

TA 2016

Pendapatan dari Pengelolaan BMN

(Pemanfaatan dan

Pemindahtanganan serta

Pendapatan dari Penjualan)

0 792,834,000

-

Pendapatan Iuran dan Denda

105,000,000 22,330,616,682

21,267.25

Pendapatan Lain-lain (Pendapatan

Pelunasan Piutang dan Pendapatan

Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi

Non Bendahara)

0 145,708,868

-

Penerimaan Kembali Belanja Tahun

Anggaran Yang Lalu

0 425,885,008

-

Jumlah

105,000,000

23,695,044,558

22,566.71

URAIAN

TA 2016

ANGGARAN (Rp)

REALISASI

(Rp)

% REALISASI

ANGGARAN

Realisasi Pendapatan TA 2016 sebesar Rp23.695.044.558 atau

sebesar 22.566,71 persen dari estimasi pendapatan Tahun 2016

sebesar Rp105.000.000. Selanjutnya, Realisasi Pendapatan TA 2016

dibandingkan dengan realisasi pendapatan TA 2015 terdapat

kenaikan sebesar 45,57 persen. Hal ini disebabkan karena adanya

peningkatan pembayaran denda persaingan usaha.

Dalam Penerimaan Kembali Belanja Tahun Anggaran Yang Lalu

termasuk di dalamnya adalah penyetoran kelebihan belanja sebesar

Rp38.495.774 sesuai dengan temuan Audit Berkelanjutan Tahun

(30)

Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran

- 25 -

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Penerimaan Kembali Belanja TAYL Tahun 2016

URAIAN

NILAI

Pengembalian Deposit Apartemen

73,750,000

Pengembalian Kas dan Setara Kas Tahun 2015

atas kelebihan belanja perjalanan dinas Tahun

2015 yang baru disetorkan pada Tahun 2016

157,722,938

Penyetoran kelebihan pengembalian belanja

sesuai LHA SPI

38,495,774

Pengembalian Belanja Tahun 2015 yang baru

disetorkan pada Tahun 2016

155,916,296

Total Penerimaan Kembali Belanja TAYL

425,885,008

Perbandingan Realisasi Pendapatan

TA 2016 dan 2015

URAIAN

REALISASI TA 2016

(Rp)

REALISASI TA 2015

(Rp)

NAIK

(TURUN) %

Pendapatan dari Pengelolaan BMN

(Pemanfaatan dan

Pemindahtanganan serta

Pendapatan dari Penjualan)

792,834,000 5,700,000

13,809.37

Pendapatan Denda Keterlambatan

Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah

- 6,005,084

(100.00)

Pendapatan Iuran dan Denda

22,330,616,682 15,680,914,536

42.41

Pendapatan Lain-lain (Pendapatan

Pelunasan Piutang dan Pendapatan

Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi

Non bendahara)

145,708,868 424,255,199

(65.66)

Penerimaan Kembali Belanja Tahun

Anggaran Yang Lalu

425,885,008

108,237,064

293.47

Pendapatan Anggaran Lain-lain

- 52,588,636

(100.00)

Jumlah

23,695,044,558

16,277,700,519

45.57

Realisasi Belanja

Rp114.473.856.483

B.2

Belanja

Realisasi Belanja Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

adalah sebesar Rp114.473.856.483 atau 82,09 persen dari anggaran

(31)

Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran

- 26 -

Berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran TA 2016, semula

pagu anggaran Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016 adalah

sebesar Rp116.460.861.000. Pada bulan Mei 2016, Presiden

menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2016

tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja

Kemeterian/Lembaga

Dalam

Rangka

Pelaksanaan

Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara TA 2016. Dalam Inpres tersebut

Komisi Pengawas Persaingan Usaha dikenakan pemotongan

anggaran sebesar Rp27.008.644.700. Namun melalui Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 168 Tahun 2015, Komisi Pengawas

Persaingan Usaha mendapatkan

reward

atas efisiensi anggaran TA

2015

sebesar

Rp25.000.000.000.

Selanjutnya

dalam

APBN

Perubahan TA 2016 Komisi Pengawas Persaingan U saha kembali

mendapatkan tambahan anggaran sebesar Rp25.000.000.000.

Dengan demikian pagu anggaran Komisi Pengawas Persaingan

Usaha TA 2016 menjadi Rp139.452.216.000. Namun dari pagu

anggaran tersebut, sebesar Rp20.997.000.000 tidak dapat dicairkan

karena pada bulan Agustus 2016 Presiden RI kembali menerbitkan

Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah

Penghematan

Belanja

Kemeterian/Lembaga

Dalam

Rangka

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan

TA 2016. Dalam Inpres tersebut ditetapkan bahwa Komisi Pengawas

Persaingan Usaha dibebani penghematan sebesar Rp20.997.000.000

melalui

blokir

mandiri

(

selfblocking

)

dan/atau

menunda/menghentikan pencairan dana kegiatan-kegiatan yang

dikenai penghematan.

Rincian anggaran dan realisasi belanja TA 2016 tersaji sebagai

(32)

Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran

- 27 -

ANGGARAN (Rp)

REALISASI (Rp)

PENGEMBALIAN

BELANJA (Rp)

REALISASI NETO (Rp)

% REAL.

ANGGARAN

Belanja Pegawai

29.040.424.000

29.028.932.402

29.442.297

28.999.490.105

99,96

Belanja Barang

105.486.756.000

81.301.533.437

722.102.277

80.579.431.160

77,07

Belanja Modal

4.925.036.000

4.894.935.218

0

4.894.935.218

99,39

Total Belanja

139.452.216.000

115.225.401.057

751.544.574

114.473.856.483

82,63

URAIAN

TA 2016

Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik

berikut ini:

29.040.424.000

105.486.756.000

4.925.036.000

28.999.490.105

80.579.431.160

4.894.935.218

0

20.000.000.000

40.000.000.000

60.000.000.000

80.000.000.000

100.000.000.000

120.000.000.000

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja M odal

ANGGARAN

REALISASI

ribuan rupiah

Grafik A. Komposisi Realisasi Belanja Negara Neto

TA 2016

Sedangkan realisasi belanja berdasarkan program TA 2016 adalah

sebagai berikut:

ANGGARAN (Rp)

REALISASI (Rp)

Program

Pengawasan

Persaingan U saha

139.452.216.000

114.473.856.483

82,09

T otal Belanja

139.452.216.000

114.473.856.483

82,09

(33)

Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran

- 28 -

seolah-olah mengalami penurunan dibandingkan tahun anggaran

sebelumnya, yaitu hanya 82,09 persen. Hal ini disebabkan karena

anggaran

Komisi

Pengawas

Persaingan

Usaha

sebesar

Rp20.997.000.000 tidak dapat dicairkan sebagai konsekuensi dari

penghematan belanja (

selfblocking

) yang ditetapkan Presiden melalui

Inpres Nomor 8 Tahun 2016.

Realisasi Belanja TA 2016 mengalami kenaikan sebesar 26,71 persen

dibandingkan realisasi belanja TA 2015. Hal ini disebabkan antara

lain karena adanya peningkatan alokasi anggaran yang diterima oleh

Komisi Pengawas Persaingan Usaha terutama alokasi untuk belanja

pegawai berupa gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) serta

peningkatan alokasi belanja barang.

Perbandingan Realisasi Belanja TA 2016 dan TA 2015

URAIAN

REALISASI TA 2016

(Rp)

REALISASI TA 2015

(Rp)

NAIK

(TURUN)

%

Belanja Pegawai

28.999.490.105

21.563.599.302

34,48

Belanja Barang

80.579.431.160

65.257.685.511

23,48

Belanja Modal

4.894.935.218

3.522.074.350

38,98

Jumlah

114.473.856.483

90.343.359.163

26,71

Belanja Pegawai

Rp28.999.490.105

B.3 Belanja Pegawai

Belanja Pegawai adalah belanja atas kompensasi, baik dalam bentuk

uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai

Negeri Sipil (PNS) dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah

yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah

dilaksanakan,

kecuali

pekerjaan

yang

berkaitan

dengan

pembentukan modal

.

Realisasi Belanja Pegawai TA 2016 dan TA 2015 adalah

masing-masing sebesar Rp28.999.490.105 dan Rp21.563.599.302 atau

terjadi kenaikan sebesar 34,48

persen.

Berdasarkan

Tabel

Perbandingan

Realisasi

Belanja

Pegawai,

kenaikan ini disebabkan antara lain karena adanya peningkatan

Gambar

Grafik A. Komposisi Realisasi Belanja Negara Neto
Tabel Perbandingan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada hari ini Senin tanggal Delapan bulan Agustus Tahun Dua Ribu Enam Belas kami selaku Kelompok Kerja III Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Barito Timur yang ditetapkan

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam hal terdapat keberatan atas penetapan penyedia tersebut diatas, dapat menyampaikan sanggahan terhadap penetapan dimaksud kepada Pokja

Jika aktivitas jenis ini yang diberikan, biasanya mahasiswa bekerja purna waktu (masuk setiap hari kerja) di institusi tersebut dan terlibat dalam kegiatan keseharian

Penilaian (terutama pada tingkat kelas) digunakan untuk memantau kemajuan belajar; untuk menyediakan pelajar dengan umpan balik mereka belajar, untuk membantu

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun ruang sisi sisi datar.

Therefore, it can be concluded that the implementation of electronic journaling was effective to improve students’ ability in writing Recount Text.. The result of

Sementara wawancara dilakukan untuk mengungkap lebih mendalam tentang sikap dan perilaku subjek penelitian yang berhubungan dengan moralitas, visi serta misi dari kegiatan