2015
RENCANA KERJA (RENJA)
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN
Jl. Gondosuli Nomor. 6 Telp/Fax (0274) 523882Website: www.bkpp.jogjaprov.go.id Email: bkpp@jogjaprov.go.id Y O G Y A K A R T A 55165
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR: 188 / 2234 / I
TENTANG
RENCANA KERJA (RENJA)
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015
KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
MENIMBANG : a. bahwa dalam rangka mewujudkan perencanaan yang terpadu dan terarah dalam urusan ketahanan pangan perlu disusun Rencana Kerja (Renja) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta;
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, perlu ditetapkan Keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Rencana Kerja (Renja) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015.MENGINGAT :
1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta;
7. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
8. Peraturan Gubernur Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 57 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
9. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025;
10. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2013 tertanggal 30 April 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)Tahun 2012-2017;
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015;
KEDUA : Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 yang selanjutnya disebut Renja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan adalah dokumen perencanaan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan untuk periode 1 (satu) tahun;
KETIGA : Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan ini.
Ditetapkan di : Yogyakarta Pada tanggal : 1 Juli 2014
Plt. Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, dan
karunia-Nya hingga dapat tersusun Rencana Kerja (Renja) Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta (BKPP DIY) Tahun 2015.
Rencana Kerja BKPP DIY merupakan sebuah dokumen perencanaan yang
bersifat strategis, yang dalam penyusunannya mengacu dan atau sebagai penjabaran dari
arah dan kebijakan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta maupun integrasi dokumen-dokumen perencanaan lainnya terutama yang
terkait dengan pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan.
Rencana Kerja BKPP DIY memuat visi, misi, tujuan, sasaran, program, dan juga
kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan bersifat indikatif.
Selanjutnya, Renja ini menjadi landasan atau pedoman bagi penyusunan Rencana Kerja
Anggaran (RKA) tahun anggaran 2015.
Tersusunnya Renja ini merupakan hasil kerjasama dan partisipasi aktif dari pihak–
pihak terkait, untuk itu tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada para pihak yang
membantu. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunan Renja ini, oleh karena itu masukan serta saran sangat kami harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Yogyakarta, Juli 2014
Plt. Kepala BKPP DIY
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL iii
DAFTAR SINGKATAN iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Landasan Hukum 2
3. Maksud dan Tujuan 3
4. Data dan Informasi 3
5. Sistematika Penulisan 9
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU 11
1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD
11
2. Analisis Kinerja Pelayanan SKPD 17
3. Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD 19 4. Telaahan terhadap Rancangan Awal RKPD 22 5. Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat 23
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN 25
1. Telaahan terhadap Kebijakan Nasional 25
2. Visi dan Misi 26
3. Tujuan dan Sasaran SKPD 27
4. Program dan Kegiatan 29
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
DAFTAR GAMBAR
Hal. Gambar 1.1 Jumlah Ideal Pegawai Berdasarkan Beban Kerja 4
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1.1 Kondisi Sarana dan Prasarana 5
Tabel 2.1 Rekapitulasi Realisasi APBD Tahun 2013 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta
12
Tabel 2.2 Capaian Indikator Kinerja Utama dan Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2013
18
Tabel 3.1 Rumusan Rencana Program dan Kegiatan BKPP Tahun 2015 dan Prakiraan Maju Tahun 2016 Non Keistimewaan DIY
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ASB : Analisis Standar Belanja
B2SA : Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BKPP : Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan BPP : Balai Penyuluhan Pertanian
BPS : Badan Pusat Statistik CPNS : Calon Pegawai Negeri Sipil
FSVA : Food Security and Vulnerability Atlas DKP : Dewan Ketahanan Pangan
DPA : Dokumen Pelaksanaan Anggaran Gapoktan : Gabungan Kelompok Tani
GKG : Gabah Kering Giling IKK : Indikator Kinerja Kegiatan IKU : Indikator Kinerja Utama
KRPL : Kawasan Rumah Pangan Lestari KTT : Konferensi Tingkat Tinggi
KUA : Kebijakan Umum Anggaran
LAPM : Lembaga Akses Pangan Masyarakat LDPM : Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat LUPM : Lembaga Usaha Pangan Masyarakat MDGs : Millenium Development Goals
MEA : Masyarakat Ekonomi Asia
MP3L : Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal Musrenbangda : Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Musrenbangtan : Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian OKKPD : Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah PD : Produk Dalam Negeri
P2KP : Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan PMHP : Pengawas Mutu Hasil Pertanian
PNS : Pegawai Negeri Sipil Posluhdes : Pos Penyuluhan Desa PP : Penyuluh Pertanian
PPAS : Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara PPH : Pola Pangan Harapan
Prima : Produk Indonesia Bermutu dan Aman PSAT : Produk Segar Asal Tumbuhan
RENJA : Rencana Kerja
Renstra : Rencana Strategis RKA : Rencana Kerja Anggaran
RKPD : Rencana Kerja Pembangunan Daerah
SDM : Sumber Daya Manusia
SHBJ : Standar Harga Barang dan Jasa SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SKPG : Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi SKPT : Sistem Keamanan Pangan Terpadu SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional TAPD : Tim Anggaran Pemerintah Daerah
THL-TB PP : Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian TPH : Tanaman Pangan dan Hortikultura
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Merupakan suatu kelaziman kalau perumusan sebuah kebijakan yang baik
merupakan langkah awal keberhasilan pembangunan. Tahapan dalam perumusan
kebijakan secara umum berangkat dari penetapan profil unit kerja/instansi, dalam hal
ini terutama adalah ketugasan dan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
(BKPP), pencermatan dan analisis berbagai isu dan perubahan langkah strategis,
perekaman arahan yang logis dan visioner serta tersedianya peraturan yang
transparan. Dengan posisi BKPP sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
sudah sewajarnya dalam perumusan kebijakan senantiasa memadukan antara prinsip
top-down policy dan prinsip bottom up planning. Dalam penyusunan kebijakan sudah
semestinya mengintegrasikan apa yang ingin dicapai oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah melalui kegiatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di
masyarakat agar tujuan dan sasaran yang ditetapkan dapat dicapai.
Dalam perspektif manajemen, perumusan kebijakan, program/kegiatan, dan
anggaran seharusnya memanfaatkan hasil evaluasi. Namun demikian, sejauh ini hasil
evaluasi pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan belum dimanfaatkan
secara optimal sebagai masukan penting untuk penyusunan kebijakan berikutnya atau
sebagai koreksi dari suatu kebijakan. Kegiatan evaluasi melalui pemantauan
merupakan rangkaian kegiatan yang secara berkala dilakukan untuk mengungkapkan
implementasi pelaksanaan program/kegiatan. Hasil evaluasi juga dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian reward dan punishment dalam
pengelolaan program/kegiatan dan anggaran .
Perumusan kebijakan, program/kegiatan, dan anggaran sesungguhnya
merupakan formulasi penyelesaian masalah yang telah teridentifikasi dalam
pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan. Beberapa hal yang dihadapi dan
sekaligus menggambarkan pengaruhnya dalam mewujudkan ketahanan pangan yang
kuat dan penyelenggaraan penyuluhan yang efektif dan efisien antara lain:
Perkembangan geoekonomi dan krisis ekonomi global;
Millenium Development Goals terutama terkait dengan upaya pengurangan
Ancaman kelaparan global dan ketergantungan pangan serta inputan produksi
pangan dari luar negeri (food trap);
Kondisi dan beban ganda keamanan pangan serta emerging issues;
Kondisi kemiskinan dan pengangguran yang berlanjut pada rawan pangan;
Perubahan iklim global, konversi serta degradasi sumberdaya lahan dan air yang
berdampak pada pengurangan penyediaan bahan pangan strategis.
2. Landasan Hukum
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan adalah unsur pelaksana Pemerintah
Daerah di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008
Nomor 7). Tugas BKPP adalah melaksanakan penyusunan dan melaksanakan
kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan serta koordinasi penyuluhan pertanian,
perikanan, kehutanan, dan perkebunan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. penyusunan program kerja bidang ketahanan pangan dan penyuluhan;
b. perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan;
c. pengelolaan, pengkoordinasian pemberian fasilitasi, dan pengendalian
ketersediaan pangan;
d. pengelolaan, pengkoordinasian pemberian fasilitasi, dan pengendalian distribusi
pangan;
e. pengelolaan, pengkoordinasian pemberian fasilitasi, dan pengendalian konsumsi
dan kewaspadaan pangan;
f. pengkoordinasian dan pemberian fasilitasi penyuluhan pertanian, perikanan,
kehutanan, dan perkebunan;
g. pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja dibidang ketahanan pangan, serta
koordinasi penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan, dan perkebunan;
h. pengkordinasian mitra kerja dibidang ketahanan pangan dan pemberdayaan
sumber daya penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan, dan perkebunan;
i. pengendalian, monitoring, dan evaluasi di bidang ketahanan pangan dan
j. penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan;
k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai tugas dan fungsinya.
3. Maksud dan Tujuan
Rencana Kerja (Renja) BKPP disusun dengan maksud menyediakan acuan kerja
bagi penyelenggaraan pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan di DIY tahun
2015. Tujuan penyusunan Renja adalah:
1. Menjamin konsistensi perencanaan serta pemilihan program dan kegiatan sesuai
dengan prioritas serta kebutuhan daerah;
2. Menjamin komitmen pada program dan kegiatan yang sudah disepakati secara
partisipatif antar semua pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan
dan penyuluhan;
3. Memperkuat landasan penentuan program dan kegiatan tahunan secara sistematis
dan berkelanjutan;
4. Menyediakan tolok banding (benchmark) dalam pengukuran kinerja Kepala BKPP.
4. Data dan Informasi
A. Data Kewilayahan
Jumlah penduduk DIY pada tahun 2012 mencapai 3.514.762 jiwa dengan
penduduk miskin sebanyak 15,43% dari total jumlah penduduk (BPS dan Bappeda
DIY, 2013). Kemiskinan berkorelasi positif dengan kerawanan pangan, semakin
tinggi angka kemiskinan semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya rawan
pangan penduduk. Kondisi kerawanan pangan secara tidak langsung dapat dilihat
melalui keberadaan Desa Rawan Pangan yang sampai tahun 2013 masih tersisa
60 desa, tersebar pada 4 Kabupaten di DIY. Kerawanan pangan juga dapat dilihat
dari jumlah penduduk yang mengkonsumsi energi kurang dari 2.000
kkal/kapita/hari yang pada pertengahan tahun 2012 masih 72,5% (BPS, 2013).
Data dari Dinas Pertanian dan BPS, tahun 2012 lahan pertanian di DIY
mencapai 240.242 ha dengan proporsi lahan sawah produktif seluas 56.364 ha.
Laju konversi lahan pertanian khususnya lahan sawah > 200 ha/tahun dan terjadi
secara masif pada basis sawah produktif yang memproduksi beras sebagai bahan
pangan pokok. Masalah konversi lahan pertanian menjadi non pertanian menjadi
B. Dukungan Sumber Daya Manusia
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta didukung oleh 87 (delapan puluh tujuh)
PNS (BKPP DIY, Desember 2013).
Gambar 1.1
Jumlah Ideal Pegawai Berdasarkan Beban Kerja
Sampai akhir tahun 2013 BKPP DIY mengalami defisit pegawai karena
jumlah pegawai yang masuk (cpns baru dan pindahan) lebih sedikit dibanding
jumlah pegawai yang keluar (pensiun dan pindah tugas). Berdasarkan beban
pekerjaan, dibutuhkan 129 pegawai agar tugas dan fungsi BKPP DIY dapat
terlaksana dengan baik. Kondisi saat ini hanya ada 87 (delapan puluh tujuh)
pegawai sehingga masih kekurangan 42 pegawai.
Formasi jabatan struktural, mulai eselon II sampai dengan eselon IV sudah
terisi semua sedangkan untuk formasi fungsional umum masih kekurangan 36
pegawai. Jabatan fungsional tertentu di BKPP ada dua, yaitu Penyuluh yang masih
kekurangan 4 pegawai dari 9 formasi yang ada dan Pengawas Mutu Hasil
Pertanian (PMHP) yang masih kekurangan 2 pegawai dari 16 formasi yang
tersedia.
C. Dukungan Sarana Prasarana
Dari tahun ketahun keadaan sarana prasarana Badan Ketahanan Pangan
dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta terus mengalami perubahan
karena adanya penghapusan sarana dan prasaran yang sudah tidak berfungsi
maupun penambahan–penambahan hingga terwujud peningkatan sarana dan
Kebutuhan berdasarkan
beban kerja
Pegawai saat
ini Kekurangan pegawai 17
17
0 87
51
36 25
19
prasarana dalam rangka mendukung kelancaran operasionalnya. Kondisi sarana
prasarana di BKPP DIY dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1 A. Peralatan Kantor
1 Camera digital 4 4
7 Komputer note book (pengurus barang/APBDP) 1 1
8 Kelengkapan computer 4 4
26 Sound system rapat/mic conference set 24 24
27 Mixer portabel 6 chanel 1 1
28 Limeter compressor DBX 1 1
29 Mixer power 16 chanel 1 1
No. Jenis Barang
41 Kendaraan dinas operasional:
- Roda 4 ( empat) 3 3
57 Buku pengetahuan tentang penyuluhan 142 142
C. Prasarana
Sumber: BKPP DIY, Desember 2013
D. Data Sub Sistem Ketersediaan Pangan
1. Desa Mandiri Pangan
Desa Mandiri Pangan (Demapan) adalah desa yang masyarakatnya
mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi
melalui pengembangan sub sistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi
pangan dengan memanfaatkan sumber daya setempat secara berkelanjutan.
Fasilitasi di Demapan sampai tahun 2013 dapat dilihat di tabel di berikut ini:
No Kabupaten 2010 2011 2012 2013
No Kabupaten 2010 2011 2012 2013
3 Sleman - 2 1 1 4 Bantul 3 4 5 2
Jumlah 4 12 24 6
Sumber: BKPP DIY, Desember 2013
2. Lumbung Pangan
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan
kelembagaan lumbung pangan secara berkelanjutan dilakukan melalui fasilitasi
dan pembinaan di kelompok lumbung pangan dan Kelompok Wanita Tani.
Sampai dengan akhir tahun 2013 sudah 85 kelompok lumbung pangan dan
Kelompok Wanita Tani yang difasilitasi, 57 kelompok difasilitasi melalui dana
APBD dan 28 kelompok dari dana APBN. Fasilitasi dibagi menjadi 3 tahapan,
yaitu tahap pembangunan, pengisian, dan pengembangan.
No Kabupaten APBN APBD
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
1 Sleman - - - - 5 - 2 5 3 3 2 Gunungkidul 2 10 3 - - - 5 2 9 4 3 Bantul 2 1 4 - - - 2 2 3 4 4 Kulonprogo 2 1 3 - - - 1 2 8 2
Jumlah 6 12 10 0 5 0 10 11 23 13
Sumber: BKPP DIY, Desember 2013
3. Cadangan Pangan
Cadangan pangan di masyarakat DIY berupa simpanan Gabah Kering Giling
(GKG) di lumbung pangan kelompok. Cadangan pangan pemerintah DIY
berupa beras yang disimpan di Gudang PUSKUD Metaram. Kondisi cadangan
pangan di DIY dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tahun Cadangan Pangan
Masyarakat (kg GKG)
Cadangan Pangan Pemerintah (kg beras)
2009 15.000 9.090 2010 55.000 31.000
2011 46.250 -
2012 52.500 40.000 2013 30.000 43.250
E. Data Sub Sistem Distribusi Pangan
1. Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
Pemberdayaan dan pengembangan LDPM sampai dengan tahun 2013
dilakukan dengan penumbuhan dan pemberian fasilitas kepada 102 gapoktan
dengan macam pendekatan meliputi 52 gapoktan reguler dan 50 gapoktan
bergulir.
2. Lembaga Akses Pangan Masyarakat (LAPM)
Fasilitasi kelembagaan akses pangan LAPM dilakukan melalui pembinaan dan
pendampingan gapoktan yang diberi bantuan hibah. Hibah digunakan untuk
mendekatkan pangan ke masyarakat dengan harga yang murah. Kondisi
lembaga akses pangan yang dibina BKPP sampai akhir tahun 2013 dapat
dibagi ke dalam beberapa tahapan, yaitu:
tahap penumbuhan: 11 gapoktan;
tahap pengembangan: 11 gapoktan;
tahap kemandirian: 11 gapoktan;
tahap kemandirian I: 15 gapoktan;
tahap kemandirian II: 5 gapoktan.
F. Data Sub Sistem Konsumsi
1. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dilaksanakan
melalui fasilitasi terhadap Desa P2KP yang dilaksanakan mulai tahun 2010.
Sampai tahun 2013 yang sudah terfasilitasi sebanyak 159 Desa P2KP.
2. Sertifikasi Prima dan Pendaftaran Nomor PSAT
Lembaga Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) DIY yang
sebelumnya berkedudukan di Dinas Pertanian dan sejak tahun 2009
berkedudukan di BKPP berwenang melaksanakan penjaminan mutu dan
keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) melalui kegiatan Sertifikasi
Prima 2 dan Prima 3 serta Pendaftaran Nomor PSAT/Registrasi PD. Sampai
tahun 2013 OKKPD DIY sudah menerbitkan 2 Sertifikat Prima 2, 34 Sertifikat
Prima 3, dan 23 Nomor PSAT/PD.
Jenis Sertifikat
Tahun
Jumlah
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Prima 1 3 7 4 6 9 6 36 PD - - - - 2 11 10 23
G. Data Penyuluhan
1. Penyuluh
NO KABUPATEN/ KOTA
PENYULUH PERTANIAN
THL TBPP TPH Peternakan Perkebuanan Jumlah
1 SLEMAN 43 18 14 75 55
2 BANTUL 27 16 13 56 74
3 KULONPROGO 22 15 16 53 62
4 GUNUNGKIDUL 53 20 9 82 42
5 KOTA 6 1 0 7 8
6 PROVINSI 6 2 0 8 0
7 BPTP 12 2 1 15 0
JUMLAH 169 74 56 296 241
Sumber: BKPP DIY, Desember 2013
2. Pelaku Usaha/Pelaku Utama
Sumber: BKPP DIY, Desember 2013
5. Sistematika Penulisan
Renja BKPP tahun 2015 disusun menurut sistematika sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, data dan
informasi serta sistematika penulisan;
KELEMBAGAAN
PELAKU UTAMA SLEMAN
GUNUNG
KIDUL BANTUL
KULON PROGO
KOTA
YOGYA JUMLAH
Kelompok Tani 998 1438 814 1.538 171 4.959
Pemula 779 423 33 217 85 1.537
Lanjut 214 771 260 576 46 1.867
Madya 4 232 479 658 27 1.400
Utama 1 12 42 87 13 155
GAPOKTAN 86 144 75 89 60 454
UP FMA - 40 75 80 - 195
BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU
Berisi evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun 2013 dan capaian Renstra
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, analisis kinerja pelayanan
SKPD, isu-isu penting penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi BKPP,
telaahan terhadap rancangan awal RKPD, dan penelaahan usulan program
dan kegiatan masyarakat.
BAB III. TUJUAN, SASARAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN
Memuat telaahan terhadap kebijakan nasional, visi, misi, tujuan, dan sasaran
SKPD serta program dan kegiatan yang direncanakan.
BAB IV. PENUTUP
Memuat catatan penting yang perlu mendapat perhatian, kaidah-kaidah
BAB II
EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU
1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD
Jumlah program yang dibiayai dari dana APBD tahun anggaran 2013 sebanyak 6
(enam) program yang terdiri dari 52 (lima puluh dua) kegiatan. Kegiatan fisik di
BKPP DIY tahun 2013 dapat dilaksanakan dengan baik, lancar, dan sesuai target
dengan rincian sebagai berikut:
a. Realisasi fisik dari Belanja Tidak Langsung mencapai 100%;
b. Realisasi fisik dari Belanja Langsung mencapai 98,90%.
Serapan anggaran dari dana APBD tahun 2013 untuk Belanja Tidak Langsung
berupa Belanja Gaji dan Tunjangan untuk pegawai sebesar Rp. 4.670.444.428,- (empat
milliar enam ratus tujuh puluh juta empat ratus empat puluh empat ribu empat ratus dua
puluh delapan rupiah) atau sebesar 97,21% dari Rp. 4.804.288.222,-. Sisa anggaran
sebesar Rp. 133.843.794,- (seratus tiga puluh tiga juta delapan ratus empat puluh tiga
ribu tujuh ratus sembilan puluh empat rupiah). Realisasi Belanja Langsung sebesar
Rp. 6.413.244.600,- (enam miliar empat ratus tiga belas juta dua ratus empat puluh
empat ribu enam ratus rupiah) atau sebesar 90,82% dariRp. 7.061.187.680,-.Jadi sisa anggaran sebesar Rp. 647.943.080,- (enam ratus empat puluh tujuh juta sembilan ratus
empat puluh tiga ribu delapan puluh rupiah) disetor kembali ke kas daerah.
Capaian realisasi fisik dan keuangan dari APBD pada tahun 2013 dapat
Tabel 2.1
Rekapitulasi Realisasi APBD Tahun 2013
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta
No Kode Program/Kegiatan Pagu (Rp)
Fisik Keuangan
1 1.21.1.21.01.00.01. PROGRAM PELAYANAN
ADMINISTRASI PERKANTORAN
524.528.350 100 91,29 524.528.350 100 454.789.910 86,70
1.1 1.21.01.00.01.001. Penyediaan Jasa Surat Menyurat 140.000 100 100 140.000 100 140.000 100 1.2 1.21.01.00.01.002. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber
Daya Air dan Listrik*
205.000.000 100 100 205.000.000 100 167.129.220 81,53
1.3 1.21.01.00.01.006. Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/ Operasional*
4.913.000 100 88 4.913.000 100 2.754.000 56,06
1.4 1.21.01.00.01.007. Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan 17.400.000 100 100 17.400.000 100 16.200.000 93,10 1.5 1.21.01.00.01.008. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 51.111.750 100 100 51.111.750 100 51.099.600 99,98 1.6 1.21.01.00.01.010. Penyediaan Alat Tulis Kantor 37.106.000 100 100 37.106.000 100 36.963.000 99,62 1.7 1.21.01.00.01.011. Penyediaan Barang Cetakan dan
Penggandaan*
29.791.600 100 85 29.791.600 100 23.702.500 79,56
1.8 1.21.01.00.01.012. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor
12.000.000 100 100 12.000.000 100 11.229.000 93,58
1.9 1.21.01.00.01.015. Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan*
8.820.000 100 100 8.820.000 100 6.863.500 77,82
1.10 1.21.01.00.01.017. Penyediaan Makanan dan Minuman 21.096.000 100 100 21.096.000 100 20.970.000 99,40 1.11 1.21.01.00.01.018. Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi ke
Luar Daerah*
129.950.000 100 90 129.950.000 100 111.039.090 85,45
1.12 1.21.01.00.01.026. Penyediaan Retribusi Sampah 7.200.000 100 100 7.200.000 100 6.700.000 93,06
2 1.21.1.21.01.00.02. PROGRAM PENINGKATAN SARANA
DAN PRASARANA APARATUR
2.942.980.000 100 96,64 2.942.980.000 100 2.516.600.070 85,51
2.1 1.21.01.00.02.003. Pembangunan Gedung Kantor* 1.500.000.000 100 100 1.500.000.000 100 1.252.154.000 83,48 2.2 1.21.01.00.02.005 Pengadaan Kendaraan Dinas/operasional 443.105.000 100 100 443.105.000 100 423.733.000 95,63 2.3 1.21.01.00.02.007. Pengadaan Perlengkapan Gedung
Kantor*
No Kode Program/Kegiatan Pagu (Rp)
2.4 1.21.01.00.02.009. Pengadaan Peralatan Gedung Kantor 105.900.000 100 100 105.900.000 100 105.030.000 99,18 2.5 1.21.01.00.02.010. Pengadaan Mebeleur 191.430.000 100 100 191.430.000 100 187.448.000 97,92 2.6 1.21.01.00.02.022. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung
Kantor*
65.450.000 100 100 65.450.000 100 57.450.000 87,78
2.7 1.21.01.00.02.024. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/ Operasional*
146.700.000 100 85 146.700.000 100 96.340.070 65,67
2.8 1.21.01.00.02.026. Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor
3.000.000 100 100 3.000.000 100 2.975.000 99,17
2.9 1.21.01.00.02.028. Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor
16.000.000 100 100 16.000.000 100 15.925.000 99,53
3 1.21.1.21.01.00.05. PROGRAM PENINGKATAN
KAPASITAS SUMBERDAYA APARATUR
30.673.000 100 100 30.673.000 100 27.477.260 89,58
3.1 1.21.01.00.05.003 Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang-Undangan
13.908.000 100 100 13.908.000 100 13.895.400 99,91
3.2 1.21.01.00.05.007. Pembinaan, Pengembangan Kualitas Profesi Dan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Tertentu*
16.765.000 100 100 16.765.000 100 13.581.860 81,01
4 1.21.1.21.01.00.06. PROGRAM PENINGKATAN
PENGEMBANGAN SISTEM
PELAPORAN CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN
173.463.500 100 100 173.463.500 100 166.470.900 95,97
4.1 1.21.01.00.06.016. Penyusunan Laporan Kinerja SKPD 5.000.000 100 100 5.000.000 100 4.714.400 94,29 4.2 1.21.01.00.06.017. Penyusunan Laporan Keuangan SKPD 7.847.500 100 100 7.847.500 100 7.846.500 99,99 4.3 1.21.01.00.06.018. Penyusunan Rencana Program Kegiatan
SKPD serta Pengembangan Data dan Informasi
141.877.000 100 100 141.877.000 100 135.626.600 95,59
4.4 1.21.01.00.06.019. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Kegiatan SKPD
18.739.000 100 100 18.739.000 100 18.283.800 97,57
5 1.21.1.21.01.00.15. PROGRAM PEMBERDAYAAN
PENYULUH PERTANIAN
728.075.400 100 100 728.075.400 100 709.853.500 97,50
5.1 1.21.01.00.15.006. Peningkatan Kompetensi dan Keprofesian Tenaga Penyuluh
570.979.400 100 100 570.979.400 100 563.753.400 98,73
No Kode Program/Kegiatan Pagu (Rp)
Fisik Keuangan
Target (%)
Realisasi
(%) Target (Rp)
Target (%)
Realisasi (Rp)
Realisasi (%)
Swadaya/Swasta
5.3 1.21.01.00.15.011. Penyusunan Programa Penyuluhan 31.259.000 100 100 31.259.000 100 29.132.000 93,20 5.4 1.21.01.00.15.014. Pengembangan dan Penguatan
Kelembagaan Penyuluhan
98.947.000 100 100 98.947.000 100 90.308.100 91,27
6 1.21.1.21.01.00.16. PROGRAM PEMBERDAYAAN DAN
PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN
2.661.467.430 100 100 2.661.467.430 100 2.538.052.060 95,36
6.1 1.21.01.00.16.001 Fasilitasi Dewan Ketahanan Pangan 58.445.000 100 100 58.445.000 100 58.071.800 99,36 6.2 1.21.01.00.16.002. Penyusunan Neraca Bahan Makanan 47.799.500 100 100 47.799.500 100 46.257.300 96,77 6.3 1.21.01.00.16.005. Penguatan Cadangan Pangan 372.992.080 100 100 372.992.080 100 357.606.600 95,88 6.4 1.21.01.00.16.014. Penyusunan SKPG 34.666.800 100 100 34.666.800 100 33.858.000 97,67 6.5 1.21.01.00.16.020. Gerakan Pola Pangan Beragam, Bergizi,
Berimbang dan Aman
44.071.400 100 100 44.071.400 100 40.001.200 90,76
6.6 1.21.01.00.16.024. Penyusunan PPH 60.624.000 100 100 60.624.000 100 57.071.200 94,14 6.7 1.21.01.00.16.031. Penyebaran Informasi Produk Pangan
Lokal
99.217.000 100 100 99.217.000 100 98.781.500 99,56
6.8 1.21.01.00.16.041. Pengembangan Diversifikasi Produk Antara*
39.592.000 100 100 39.592.000 100 31.953.900 80,71
6.9 1.21.01.00.16.042. Penanganan Keamanan Pangan 225.157.800 100 100 225.157.800 100 223.798.500 99,40 6.10 1.21.01.00.16.049. Fasilitasi Kelembagaan Akses Pangan 276.680.750 100 100 276.680.750 100 266.385.700 96,28 6.11 1.21.01.00.16.050. Pemberdayaan Daerah Rawan Pangan 522.506.500 100 100 522.506.500 100 501.356.080 95,95 6.12 1.21.01.00.16.054. Penyusunan Peta Ketahanan dan
Kerawanan Pangan Berbasis FSVA
38.485.000 100 100 38.485.000 100 37.299.800 96,92
6.13 1.21.01.00.16.060. Analisis Ketersediaan Pangan* 116.660.000 100 100 116.660.000 100 97.324.560 83,43 6.14 1.21.01.00.16.062. Analisis Distribusi dan Harga Pangan 39.033.000 100 100 39.033.000 100 38.581.600 98,84 6.15 1.21.01.00.16.063. Pemberdayaan dan Pengembangan
Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
118.895.000 100 100 118.895.000 100 118.714.500 99,85
No Kode Program/Kegiatan Pagu (Rp)
Fisik Keuangan
Target (%)
Realisasi
(%) Target (Rp)
Target (%)
Realisasi (Rp)
Realisasi (%)
6.17 1.21.01.00.16.066 Pemberdayaan Wanita Melalui Pemanfaatan Pekarangan*
75.916.600 100 100 75.916.600 100 50.161.800 66,07
6.18 1.21.01.00.16.067 Analisis Pasokan dan Akses Pangan 50.000.000 100 100 50.000.000 100 49.999.400 100 6.19 1.21.01.00.16.068 Penyusunan Ketersediaan dan Kebutuhan
Pangan
47.855.000 100 100 47.855.000 100 47.854.940 100
6.20 1.21.01.00.16.069 Pengembangan Kelembagaan Sertifikasi Pangan Segar
305.000.000 100 100 305.000.000 100 296.329.440 97,16
6.21 1.21.01.00.16.070 Fasilitasi Pengembangan Produk Pangan Bersertifikat
45.840.000 100 100 45.840.000 100 45.209.840 98,63
Dari capaian keuangan tersebut terdapat beberapa kegiatan yang sisa
anggarannya melebihi 10%.
A. Nama kegiatan dengan sisa anggaran lebih dari 10%:
a. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumberdaya Air, dan Listrik;
b. Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/ Operasional;
c. Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan;
d. Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan;
e. Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke Luar Daerah;
f. Pembangunan Gedung Kantor;
g. Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor;
h. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor;
i. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional;
j. Pembinaan, Pengembangan Kualitas Profesi dan Penilaian Angka Kredit
Jabatan Fungsional Tertentu;
k. Pengembangan Diversifikasi Produk Antara ;
l. Analisis Ketersediaan Pangan;
m. Pemberdayaan Wanita Melalui Pemanfaatan Pekarangan.
B. Penjelasan terhadap pekerjaan yang sisa anggarannya lebih dari 10%:
a. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumberdaya Air, dan Listrik: kenaikan Tarif
Dasar Listrik (TDL) dan telepon tidak sesuai dengan yang direncanakan;
b. Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/
Operasional: ada 2 (dua) kendaraan dinas yang dihapus dan tidak adanya
kenaikan pajak kendaraan bermotor;
c. Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan: dokumen-dokumen lebih
banyak disimpan dalam bentuk file digital (soft copy) sehingga terjadi
penghematan dan dapat mendukung program go green dengan mengurangi
penggunaan kertas;
d. Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan: harga
Buletin Agrina ternyata lebih murah dari yang direncanakan;
e. Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke Luar Daerah: efisiensi perjalanan
dinas dalam daerah karena terbatasnya kendaraan dinas operasional yang
dimiliki BKPP DIY;
f. Pembangunan Gedung Kantor: sisa lelang pembangunan gedung kantor;
g. Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor: ada sebagian pekerjaan
direncanakan peruntukkannya di gedung baru yang pembangunannya baru
selesai bulan Desember 2013;
h. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor: perkiraan harga pemeliharaan
terlalu besar;
i. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional: ada 2 (dua)
kendaraan dinas operasional yang dihapus sehingga anggaran untuk
eksploitasi tidak bisa direalisasikan;
j. Pembinaan, Pengembangan Kualitas Profesi dan Penilaian Angka Kredit
Jabatan Fungsional Tertentu: Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK)
Pengawas Mutu Hasil Pertanian yang harus dikirim dan dinilai di Kemeterian
Pertanian Jakarta dapat dikumpulkan dalam 1 periode penilaian sehingga ada
efisiensi perjalanan dinas luar daerah;
k. Pengembangan Diversifikasi Produk Antara: perkiraan harga bahan praktek
lebih mahal dari yang seharusnya dan jumlahnya lebih besar dari kebutuhan
sehingga dipakai harga dan jumlah sesuai kebutuhan riil selain itu ada
efisiensi perjalanan dinas luar daerah;
l. Analisis Ketersediaan Pangan: sisa hasil lelang Jasa Konsultasi Kajian;
m. Pemberdayaan Wanita Melalui Pemanfaatan Pekarangan: waktu
pelaksanaan untuk melaksanakan sub kegiatan berupa sosialisasi dan
evaluasi hibah tidak mencukupi sehingga esensi kedua sub kegiatan tersebut
dilaksanakan dengan fasilitasi pertemuan (rapat) biasa.
2. Analisis Kinerja Pelayanan SKPD
Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan di Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY selain ditetapkan dengan Indikator Kinerja
Utama berupa Skor Pola Pangan Harapan (PPH), juga ditetapkan indikator kinerja
kegiatan (IKK).
Pada tahun anggaran 2013, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY
telah berhasil mengemban tugas dan menyelesaikan kewajiban pengelolaan
sumberdaya yang tersedia untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Pengukuran target kinerja atas indikator kinerja utama dari sasaran strategis yang
telah ditetapkan oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY dilakukan
dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja. Indikator
kinerja sebagai ukuran keberhasilan dari tujuan dan sasaran strategis Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY beserta target dan capaian realisasinya
Tabel 2.2
Capaian Indikator Kinerja Utama dan Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2013
No Sasaran/Indikator Kinerja Satuan Target
Tahun 2013
Capaian Tahun 2013
% Capaian
1 Pemantapan Ketersediaan dan Cadangan Pangan
a. Ketersediaan Energi Kkal/kap/hr 2.400 3.867 161,13
b. Ketersediaan Protein Gr/kap/hr 63 98,23 155,92
c. Cadangan Pangan Ton beras 230 230 100,00
2 Penanganan Daerah Rawan Pangan
Penurunan Jumlah Desa Rawan Pangan Desa 71 (penurunan 9 desa)
60 (penurunan 20 desa)
222,22
3 Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Pangan Lokal
Skor Pola Pangan Harapan (PPH)* Skor 80,2 83,1 103,62
4 Penanganan Keamanan Pangan Melalui SKPT yang meliputi Jejaring Intelejen Pangan, Jejearing
Pengawasan Pangan, dan Jejaring Promosi Keamanan Pangan
Persentase Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan
% 75,5 85 112,58
5 Penguatan Distribusi, Harga, dan Akses Pangan pada Gapoktan/Masyarakat
Distribusi, Harga, dan Akses Pangan Meningkat
Unit gapoktan 22 22 100,00
6 Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga, dan Akses Pangan pada Masyarakat
Persentase Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga, dan Akses Pangan
% 96,87 96,87 100,00
7 Peningkatan Kualitas Penyuluh
Peningkatan Kapasitas Penyuluh % 48 48 100,00
8 Peningkatan Kelembagaan dan Kepemimpinan Pelaku Utama/Pelaku Usaha
Kemampuan dan Kapasitas Pelaku Utama Meningkat
Orang 150 150 100,00
* : Indikator Kinerja Utama (IKU) Gubernur DIY
Indikator Kinerja Utama Gubernur DIY untuk BKPP adalah Skor Pola Pangan
Harapan (PPH). Dalam Renstra Kementerian Pertanian 2010-2014, sasaran Skor PPH
nasional tahun 2013 sebesar 91,5. Skor PPH di DIY tahun 2013 sebesar 83,1
(menggunakan angka perhitungan PPH tahun 2012 dikarenakan data SUSENAS yang
dipakai sebagai dasar penghitungan Skor PPH 2013 baru keluar setelah pertengahan
meningkat dari Skor PPH DIY tahun 2012 sebesar 78,7 dan sudah melebihi target
tahun 2013 dengan persentase capaian 103,62%.
Terlihat di tabel 2.2, ada 10 (sepuluh) indikator yang terbagi ke dalam 8 (delapan)
sasaran strategis. Pada tahun 2013, semua indikator telah memenuhi target yang
ditetapkan, bahkan capaian indikator Ketersediaan Energi, Ketersediaan Protein,
Penurunan Jumlah Desa Rawan Pangan, Skor Pola Pangan Harapan (PPH), serta
Persentase Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan realisasinya terhadap
target melebihi 100%. Keberhasilan pencapaian indikator kinerja perlu terus dijaga dan
ditingkatkan.
3. Isu-Isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD
Koordinasi dan sinergi pelaksanaan program/kegiatan antara BKPP DIY dengan
SKPD pengampu ketahanan pangan dan penyuluhan tingkat kabupaten/kota berjalan
dengan baik. Adanya sinergitas anggaran untuk mendukung berbagai
program/kegiatan tingkat provinsi dan kabupaten/kota terlaksana tanpa hambatan
yang berarti karena kabupaten/kota ikut menganggarkan dana APBD kabupaten/kota
untuk mendukung pelaksanaan program/kegiatan dari BKPP DIY. Demikian pula
hubungan koordinasi dan sinergi program/kegiatan antara BKPP DIY dengan Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Badan Pengembangan SDM Pertanian
Kementerian Pertanian, dan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan juga berjalan dengan baik. BKPP DIY
memperoleh dukungan dana APBN untuk berbagai program/kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka pencapaian kinerja pembangunan ketahanan pangan dan
penyuluhan.
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY sejauh ini telah berhasil
mengemban tugas dan menyelesaikan kewajiban pengelolaan sumberdaya yang
tersedia untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Namun dalam
pelaksanaan tugasnya, masih terdapat berbagai permasalahan diantaranya adalah:
1. Jumlah penduduk miskin di DIY masih cukup tinggi. Hal ini akan
mempengaruhi daya beli masyarakat, termasuk untuk mendapatkan bahan
pangan sehingga berpotensi menimbulkan kondisi rawan pangan.
2. Kondisi ketersediaan bahan pangan mulai dari hulu sampai hilir (produsen
sampai dengan konsumen akhir) di DIY belum ada gambaran yang jelas
sehingga kadang kala menyulitkan proses penelusuran saat terjadi
diketahui pasti di titik atau tingkatan mana terjadi permasalahan. Hal ini
sering kali mengakibatkan kebijakan yang diambil kurang tepat dan kurang
bisa menyelesaikan masalah.
3. Pola konsumsi pangan di tingkat rumah tangga belum sepenuhnya sesuai
dengan kaidah-kaidah makanan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman
(B2SA), serta masih sangat tergantungnya pola konsumsi rumah tangga
hanya pada satu jenis bahan pangan yaitu beras dan/atau tepung terigu.
4. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dan pelaku usaha untuk
mengkonsumsi dan memproduksi makanan yang aman, bermutu, halal, dan
bermartabat.
Berbagai permasalahan tersebut berpotensi menghambat pencapaian visi dan
misi Gubernur DIY yang terurai dalam Indikator Kinerja Utama Gubernur DIY maupun
dalam sasaran strategis dan indikator kinerja di Renstra BKPP DIY. Selain itu dapat
menghambat juga pencapaian target indikator “menurunkan hingga setengahnya
proporsi penduduk yang menderita kelaparan” dalam MDGs. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui upaya-upaya
berikut:
1. Meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, dan sinergitas dengan para pihak
secara kontinyu untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kerawanan
pangan.
2. Membuat software supply chain ketahanan pangan yang disusun
berdasarkan kebutuhan BKPP maupun para pihak terkait dan dapat
digunakan untuk mendukung pencapaian ketahanan pangan di DIY.
3. Untuk mengurangi ketergantungan pola konsumsi rumah tangga hanya pada
satu jenis bahan pangan yaitu beras dan/atau tepung terigu maka, perlu:
a. Meningkatkan kemampuan, pelaksanaan gerakan, sosialisasi, promosi,
dan kampanye makan B2SA.
b. Meningkatkan/mengintensifkan kemampuan, pelaksanaan gerakan,
sosialisasi, promosi, dan kampanye makan B2SA.
4. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelaku usaha untuk
mengkonsumsi dan memproduksi makanan yang aman, bermutu, halal, dan
bermartabat, maka perlu:
a. Mengenalkan teknologi olahan pangan yang berbasiskan pada potensi
b. Mendorong terwujudnya gerakan one day no rice (satu hari tanpa
mengkonsumsi nasi).
c. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman rumah tangga tentang
manfaat pangan lokal.
d. Mendorong peningkatan status pangan lokal sesuai dengan
perkembangan preferensi konsumen.
e. Meningkatkan pemasyarakatan tentang pentingnya keamanan pangan
melalui jejaring keamanan pangan secara terpadu.
f. Memperkenalkan kepada anak-anak sejak usia dini dalam usaha untuk
memproduksi bahan pangan sendiri melalui penanaman tanaman pangan
di pekarangan dengan mengadakan sosialisasi tentang konsep Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL) kepada siswa-siswa Sekolah Dasar di
DIY.
Sementara itu, tantangan yang dihadapi dalam pembangunan ketahanan pangan
dan penyuluhan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Desa Rawan Pangan sebanyak 60 desa tersebar di empat kabupaten;
b. Fakta bahwa jumlah penduduk terus bertambah, perubahan iklim global,
konversi/alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian cenderung meningkat,
bencana alam sering terjadi, perkembangan ekonomi dan perdagangan
global, perkembangan geoekonomi dan krisis ekonomi global secara riil
semuanya mengancam ketahanan pangan;
c. Hasil riset dan teknologi di bidang pertanian dan pangan berbasis pada
sumberdaya lokal belum mampu menjawab permasalahan penyediaan
pangan (segar dan olahan).
Berbagai program aksi yang sedang dan akan dilaksanakan dalam menjawab
berbagai tantangan tersebut adalah:
a. Penumbuhan dan pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan);
b. Penumbuhan dan pengembangan pengelolaan cadangan pangan;
c. Fasiltasi bantuan penanganan daerah rawan pangan (transient);
d. Pemantapan rekomendasi kebijakan pembangunan ketahanan pangan yang
didasarkan pada perhitungan Neraca Bahan Makanan di DIY;
e. Penumbuhan dan pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat
(LDPM) yang di tahun 2015 secara nasional akan menggunakan nama
f. Penumbuhan dan pengembangan Lembaga Akses Pangan Masyarakat
(LAPM);
g. Pemantauan distribusi, harga dan akses pangan;
h. Penumbuhan dan pengembangan desa P2KP;
i. Peningkatan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal/nusantara;
j. Peningkatan pengawasan dan penjaminan mutu produk Pangan Segar Asal
Tumbuhan (PSAT);
k. Peningkatan kapasitas penyuluh pertanian, perikanan, dan kehutanan;
l. Pemantapan penyelenggaraan penyuluhan (program aksi Kementan,
UP-FMA), ketenagaan (fasilitasi PP PNS, THL-TB PP dan PP Swadaya), dan
kelembagaan (BPP dan Posluhdes).
m. Peningkatan kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha bidang pertanian,
perikanan dan kehutanan.
n. Pemantapan fasilitasi dukungan pengelolaan administrasi dan manajemen
serta kelembagaan non struktural di lingkup BKPP.
4. Telaahan terhadap Rancangan Awal RKPD
Proses perencanaan pembangunan yang dilaksanakan untuk menyusun kegiatan
tahun 2015 yaitu:
a. Usulan kegiatan dijabarkan dan dikoordinasikan dengan kabupaten/kota melalui
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan);
b. Hasil Musrenbangtan disampaikan kepada TAPD dalam Forum SKPD yang
dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan tujuan
mensinkronkan program dan kegiatan antar SKPD dalam rangka optimalisasi
pencapaian sasaran sesuai kewenangan dan sinergitas pelaksanaannya;
c. Hasil forum SKPD ditindaklanjuti dengan Musyawarah Perencanan
Pembangunan Daerah (Musrenbangda) yang akan menghasilkan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD);
d. Gubernur menetapkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) berdasarkan RKPD
dan pedoman penyusunan APBD;
e. Berdasarkan KUA Pemerintah Daerah menetapkan Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS);
f. Berdasarkan KUA dan PPAS Kepala Badan menyusun RKA-SKPD;
g. Penyusunan RKA-SKPD memperhatikan capaian tahun sebelumnya, usulan dan
masukan dari kabupaten kota dan asumsi-asumsi tahun berikutnya serta
h. Pencermatan terhadap RKA-SKPD dilakukan oleh TAPD, selanjutnya dibahas
dengan Dewan Perwalikan Rakyat Daerah (Komisi B dan Badan Anggaran).
i. Dilakukan penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan selanjutnya
ditetapkan menjadi Peraturan Daerah dan dijabarkan dalam Peraturan Gubernur.
Dari rancangan awal yang telah disusun dalam RKPD 2015 telah disesuaikan
dengan perencanaan kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Perencanaan kinerja merupakan proses penjabaran dari
sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY, yang akan dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan tahunan.
Dalam Dokumen Rencana Kinerja memuat informasi tentang sasaran yang ingin
dicapai berikut indikator kinerja sasaran, dan rencana capaiannya yang merupakan
representasi tugas pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY.
Di samping itu, dokumen rencana kinerja juga memuat informasi tentang program,
kegiatan, serta kelompok indikator kinerja dan rencana capaiannya. Melalui dokumen
kinerja ini akan diketahui keterkaitan antara kegiatan dengan sasaran, kebijakan
dengan programnya, serta keterkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dibandingkan dengan Renstra BKPP, ada sedikit perubahan dalam rancangan
awal RKPD. Perubahan tersebut terletak pada besarnya anggaran yang akan
digunakan. Sebagian besar mengalami kenaikan disesuaikan dengan kebutuhan
pelaksanaan program/kegiatan yang bersangkutan agar dapat mencapai target kinerja
yang telah ditetapkan.
Rumusan program dan kegiatan yang termuat dalam rancangan awal RKPD
2015 secara keseluruhan sudah sesuai dengan rumusan program dan kegiatan yang
direncanakan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY terutama sebagai tindak
lanjut hasil evaluasi pencapaian sasaran tahun 2013 agar target kinerja akhir RPJMD
maupun Renstra BKPP DIY di tahun 2017 dapat dicapai secara bertahap.
5. Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat
Penyusunan Renja BKPP DIY dilakukan melalui pendekatan partisipatif, yaitu
melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan ketahanan
pangan dan pendekatan usulan program/kegiatan dari atas-bawah (top down) dan
musyawarah. Forum untuk menjaring aspirasi masyarakat dan usulan kegiatan yang
berkaitan dengan ketahanan pangan dari kalangan non pemerintah dilakukan melalui
forum resmi seperti dalam pelaksanaan musrenbang dan melalui forum tidak resmi.
Aspirasi dan usulan tersebut diterima oleh Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan kemudian dilakukan kajian lebih lanjut
mengenai keterkaitan usulan kegiatan dengan arah pembangunan ketahanan pangan
seperti yang tertuang dalam Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY
serta keterkaitan dengan isu-isu penting pembangunan ketahanan pangan di Daerah
BAB III
TUJUAN, SASARAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN
1. Telaahan terhadap Kebijakan Nasional
Pembangunan ketahanan pangan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional yang dalam RPJMN 2010-2014 menjadi program prioritas kelima. Arah
pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada hasil KTT Pangan 2009, yang
antara lain menyepakati untuk menjamin pelaksanaan langkah-langkah yang
mendesak pada tingkat nasional, regional, dan global untuk merealisasikan secara
penuh komitmen Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2000 dan Deklarasi
World Food Summit (WFS) 1996, untuk mengurangi penduduk dunia yang menderita
lapar dan malnutrisi hingga setengahnya pada tahun 2015.
Dengan mengacu pada RPJMN dan kesepakatan KTT Pangan, arah kebijakan
umum pembangunan ketahanan pangan nasional 2010-2014 adalah untuk: (1)
meningkatkan ketersediaan, penanganan kerawanan pangan dan akses pangan, (2)
meningkatkan sistem distribusi dan stabilisasi harga dan cadangan pangan, serta (3)
meningkatkan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan keamanan pangan.
Kebijakan ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan dan kerawanan pangan
diarahkan untuk: (a) meningkatkan dan menjamin kelangsungan produksi dalam
negeri menuju kemandirian pangan; (b) mencegah dan menanggulangi kondisi rawan
pangan secara dinamis; (c) mengembangkan koordinasi sinergis lintas sektor dalam
pengelolaan ketersediaan pangan, peningkatan akses pangan dan penanganan
kerawanan pangan.
Dalam aspek peningkatan sistem distribusi, stabilitas harga dan cadangan
pangan, kebijakan ketahanan pangan diarahkan untuk: (a) mengembangkan sistem
distribusi pangan yang efektif dan efisien untuk menjamin stabilitas pasaokan dan
harga pangan; (b) mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan
pemerintah dan masyarakat secara sinergis dan partisipatif; (c) mengembangkan
koordinasi sinergis lintas sektor dalam pengelolaan distribusi, harga dan cadangan
pangan; dan (d) meningkatkan peran serta kelembagaan masyarakat dalam
kelancaran distribusi, kestabilan harga dan cadangan pangan.
Sedangkan pada aspek peningkatan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan
keamanan pangan, kebijakan ketahanan pangan diarahkan untuk: (a) mempercepat
pengolahan pangan, terutama pangan lokal non beras dan non terigu, guna
meningkatkan nilai tambah dan nilai sosial, (c) meningkatkan pengawasan keamanan
pangan segar, dan (d) mengembangakan koordinasi sinergis lintas sektoral dalam
pengelolaan konsumsi dan keamanan pangan segar.
Pemerintah Pusat melalui Badan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian
Pertanian juga memberikan komitmen yang kuat untuk pembangunan penyuluhan di
daerah. Komitmen ini akan diwujudkan melalui program Revitalisasi BPP dan program
1 Desa 1 Penyuluh untuk mendukung berjalannya sistem penyuluhan yang produktif,
efektif, dan efisien sesuai kebutuhan masing-masing daerah.
Dalam pelaksanaan implementasi kebijakan-kebijakan tersebut, diperlukan
dukungan kebijakan, antara lain: (a) peningkatan dukungan penelitian dan
pengembangan pangan; (b) peningkatan kerjasama internasional, (c) peningkatan
pemberdayaan dan peran serta masyarakat; (d) penguatan kelembagaan dan
koordinasi ketahanan pangan; serta (e) dorongan terciptanya makro dan perdagangan
yang kondusif bagi ketahanan pangan.
Berdasarkan kebijakan ketahanan pangan nasional Badan Ketahanan Pangan
dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah, akan memadukan antara prinsip top-down policy dan prinsip bottom-up
planning dalam merumuskan kebijakan. Dengan kata lain, dalam proses ini mesti
diperhatikan apa yang ingin dicapai Pemerintah Pusat dan apa kegiatan yang sesuai
dengan kondisi dan potensi daerah, agar tujuan yang akan dicapai sesuai dengan
harapan.
2. Visi dan Misi
A. Visi
Pembangunan bidang ketahanan pangan dan penyuluhan diarahkan pada
terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan dalam jumlah
yang cukup, mutu yang terjamin, aman, dan terjangkau serta berkelanjutan yang
didukung oleh penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan, dan
kehutanan. Untuk mengantisipasi tantangan dan perkembangan ke depan baik
pada tingkat lokal, regional, nasional, maupun global, Badan Ketahanan Pangan
dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta perlu menetapkan visi. Adapun visi
“Mewujudkan ketahanan pangan yang kuat, berkarakter dan berbudaya secara berkelanjutan melalui tercapainya kemandirian dan kedaulatan
pangan didukung oleh sistem penyuluhan yang efektif dan efisien”.
B. Misi
Misi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta
adalah sebagai berikut:
Misi 1. Meningkatkan kewaspadaan pangan dan menjamin ketersediaan serta
akses pangan yang berkelanjutan untuk antisipasi kerawanan pangan;
Misi 2. Meningkatkan mutu konsumsi dan diversifikasi pangan berbasis karakter
dan budaya lokal;
Misi 3. Memantapkan kelembagaan dan penanganan keamanan pangan;
Misi 4. Meningkatkan keterjangkauan pangan melalui pengaturan sistem
distribusi, harga, dan akses pangan;
Misi 5. Meningkatkan kemampuan dan peranserta kelembagaan masyarakat
dalam pengelolaan ketahanan pangan dan penyuluhan;
Misi 6. Mengembangkan sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan sesuai karakter dan budaya lokal dan kebutuhan petani,
nelayan dan masyarakat sekitar kawasan hutan.
3. Tujuan dan Sasaran SKPD
A. Tujuan
Tujuan pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan pada
hakekatnya adalah untuk memperkuat ketahanan pangan di tingkat individu,
rumah tangga dan wilayah serta penyelenggaraan penyuluhan yang efektif dan
efisien. Memperhatikan visi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang akan
dicapai atau dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemandirian pangan melalui pencapaian swasembada
pangan, penganekaragaman pangan, serta kemampuan pengelolalaan
cadangan pangan masyarakat dan pemerintah daerah;
2. Meningkatkan keterjangkauan pangan melalui distribusi pangan, stabilitas
3. Meningkatkan pelayanan informasi pasokan, harga, dan akses pangan;
4. Mengurangi jumlah penduduk yang rawan pangan kronis dan transien;
5. Mempertahankan ketersediaan energi minimal 3.511 kkal/kapita/hari dan
penyediaan protein minimal 90,83 gram/kapita/hari;
6. Meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan Skor Pola
Pangan Harapan (PPH) minimal 90 (padi-padian 275 gram, umbi-umbian 100
gram, pangan hewani 150 gram, kacang-kacangan 35 gram, sayur dan buah
250 gram);
7. Meningkatkan keamanan pangan yang didukung dengan sistem
kelembagaan pengawasan keamanan pangan;
8. Meningkatkan kinerja penyuluhan melalui pemantapan koordinasi,
pemantapan kelembagaan, peningkatan kapasitas ketenagaan penyuluhan,
pemantapan penyelenggaraan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan petani,
nelayan dan masyarakat sekitar kawasan hutan.
B. Sasaran
Dengan memperhatikan kondisi saat ini dan tantangan yang dihadapi
serta visi dan misi pembangunan yang telah dirumuskan, maka pembangunan
ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
diarahkan pada pencapaian sasaran:
1. Pemantapan ketersediaan energi pada posisi 3.511 kkal/kapita/hari dan
protein 90,83 gram/kapita/hari serta pemantapan cadangan pangan sejumlah
450 ton beras;
2. Penanganan Daerah Rawan Pangan melalui penumbuhan Desa Mandiri
Pangan sejumlah 9 desa setiap tahun;
3. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya
lokal yaitu pada posisi PPH mendekati skor 90;
4. Penanganan keamanan pangan yang beredar di masyarakat melalui jejaring
keamanan pangan daerah (Sistem Keamanan Pangan Terpadu) berbasis
analisis resiko 90%;
5. Penguatan LDPM (Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat) sejumlah 15
LDPM dan pengembangan LAPM (Lembaga Akses Pangan Masyarakat)
sejumlah 15 LAPM setiap tahun;
6. Penyediaan informasi data distribusi, harga, dan akses pangan masyarakat
7. Peningkatan kualitas penyuluh, penyelenggaraan penyuluhan, dan
terfasilitasinya pelaksanaan penyuluhan, penataan kelembagaan penyuluhan
dan kelembagaan fungsional penyuluhan lain di 56 BPP;
8. Peningkatan kelembagaan dan kepemimpinan pelaku utama/pelaku usaha
melalui peningkatan kemampuan dan kapasitas pelaku utama sebanyak 150
orang per tahun.
4. Program dan Kegiatan
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) adalah unsur pelaksana
Pemerintah Daerah di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan. BKPP DIY
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
bidang ketahanan pangan serta koordinasi penyuluhan pertanian, perikanan,
kehutanan dan perkebunan. Dalam pelaksanaan program dan kegiatannya, BKPP DIY
ikut serta mendukung pencapaian visi Gubernur DIY yang termuat dalam RPJMD
2012-2017 yaitu “Pemerintah Daerah yang katalistik dan masyarakat yang mandiri
berbasis kekuatan ekonomi lokal dan sumberdaya manusia yang profesional dan
beretika” serta misi ke-2 yaitu menguatkan fondasi kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi daerah berbasis pariwisata yang didukung potensi lokal dengan
semangat kerakyatan menuju masyarakat yang sejahtera.
Selain itu BKPP DIY mendukung pula pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Gubernur DIY dalam mewujudkan sasaran ketersediaan dan kecukupan konsumsi
pangan yang meliputi konsumsi energi dan protein untuk masyarakat. Pencapaian
tujuan pertama Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan juga menjadi pertimbangan dalam merumuskan program
dan kegiatan BKPP DIY tahun 2015 di samping pendayagunaan potensi ekonomi DIY
seperti potensi pangan lokal.
Pada tahun 2015, BKPP DIY merumuskan rencana program dan kegiatan
sejumlah 9 (sembilan) program dan 53 (lima puluh tiga) kegiatan. Lokasi sasaran
program dan kegiatan tersebar di 4 kabupaten/1 kota di DIY termasuk di lingkup BKPP
DIY. Ada 4 program yaitu program Pelayanan Administrasi Perkantoran, Peningkatan
Sarana dan Prasarana Aparatur, Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, serta
Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan yang
terfokus pada internal BKPP DIY. Sedangkan lima program lainnya yaitu:
1. Peningkatan Penanganan Daerah Rawan Pangan;
3. Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan;
4. Peningkatan Distribusi dan Akses Pangan;
5. Pemberdayaan Penyuluhan.
Jumlah kebutuhan dana/pagu indikatif belanja langsung yang bersumber dari
dana APBD DIY untuk melaksanakan program dan kegiatan yang direncanakan
BKPP DIY pada tahun 2015 seperti yang tercantum dalam Rancangan Prioritas
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) DIY tahun 2015 sebesar Rp. 11.437.852.300,-
(sebelas miliar empat ratus tiga puluh tujuh juta delapan ratus lima puluh dua ribu tiga
ratus rupiah), dengan dana/pagu indikatif belanja bantuan kelembagaan/bantuan hibah
yang akan disalurkan ke masyarakat sebesar Rp. 2.850.000.000,-. Sasaran untuk
masing-masing program/kegiatan BKPP disusun berdasarkan pendekatan kinerja,
perencanaan, dan penganggaran terpadu. Rincian program dan kegiatan berikut
kebutuhan dana/pagu indikatif per kegiatan dapat dilihat pada tabel 3.1.
Untuk menjawab permasalahan dan tantangan yag ada, tahun 2015 BKPP DIY
mengusulkan kegiatan baru berupa Pengembangan/Pengadaan Software Simulasi
Supply Chain Ketahanan Pangan dan sub kegiatan tambahan di kegiatan
Pemberdayaan Daerah Rawan Pangan berupa penguatan ketahanan pangan di
kawasan hutan melalui kegiatan pertanian dan perikanan.
Gerakan Percepatan Penanganan 8 Desa Percontohan Pengurangan
Kemiskinan dan Kerawanan Pangan yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur No.
434/KEP/2012 tanggal 28 Desember 2010 merupakan program arahan Gubernur DIY
(selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan) yang dicanangkan secara sinergis antar
SKPD terkait dan stakeholder lainnya. Pelaksanaannya dimulai tahun 2013 sampai
dengan 2016. Tahun 2015 ini dijadikan kegiatan unggulan melalui Pemberdayaan
Daerah Rawan Pangan yang terfokus di 8 Desa Percontohan dengan lokasi:
No Kabupaten Kecamatan Desa