• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM TERHADAP UTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM TERHADAP UTANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM TERHADAP UTANG LUAR NEGERI SERTA ALTERNATIF SOLUSINYA

BAGI PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

M. SOFYAN SAURI

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

sofyantsaur@gmail.com Abstract

The problem discussed in this research is how the role of indonesia’s foreign debt as well as alternative solutions given the economic perspective of islam. This reaserch is a library. Analysis in this research using qualitative approach method. Based on the results of the study shows that indonesia’s foreign debt since the crisis that occurred during the Orde Baru precisely in 1998 tended to increase every year. For a developing country like indonesia the debt policy instrument is indeed the fastest policy to cover the budget deficit. Foreign debt will be used to increase economic development. However, the foreign debt system applied by indonesia contains riba, which is categorized in riba nasi’ah. Such a system is not in accordance with the guidelines of islamic economic law in Al- Qur’an and Hadith. This paper offers an alternative solution based on islamic economic that can be developed as a form of external financing in the APBN

Keywords : Foreign Debt, Economic Development, State Budget Deficit, Islamic Economic

Abstrak

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana peranan utang luar negeri Indonesia serta alternatif solusi yang diberikan perspektif ekonomi islam. Penelitian ini adalah suatu penelitian kepustakaan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa utang luar negeri Indonesia sejak krisis yang terjadi pada masa Orde Baru tepatmya tahun 1998 cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bagi negara berkembang seperti Indonesia instumen kebijakan utang memang suatu kebijakan yang paling cepat untuk menutup defisit APBN. Utang Luar Negeri nantinya digunakan untuk melakukan peningkatan pembangunan ekonomi. Namun, sistem utang luar negeri yang diterapkan oleh Indonesia mengandung riba, yang dikategorikan pada riba nasi’ah. Sistem yang diterapkan demikian tersebut tidak sesuai dengan pedoman hukum ekonomi islam yakni Al-Qur’an dan Hadis. Paper ini manawarkan suatu alternatif solusi berdasarkan ekonomi islam yang dapat dikembangkan sebagai suatu bentuk pembiayaan eksternal dalam APBN.

Kata kunci : Utang Luar Negeri, Pembangunan Ekonomi, Defisit APBN, Ekonomi Islam.

PENDAHULUAN

(2)

masyarakat. Seluruh pondasi ekonomi yang dibangun kurang kokoh sehingga seketika hancur diterpa badai krisis. Kinerja ekonomi nasional secara drastis mengalami kemunduran. Hal ini telah membawa pembangunan ekonomi Indonesia pada masalah yang serius.

Semenjak krisis pada tahun 1998 tersebut, Indonesia terus menerus dibayang-bayangi oleh beban utang luar negeri yang terus menerus bertambah setiap tahunnya. Pembangunan yang dilakukan di Indonesia selama ini dibiayai oleh utang luar negeri. Jumlah utang luar negeri Indonesia bukanlah jumlah yang sedikit dengan persentase setiap tahun mengalami peningkatan. Berbagai bentuk proyek pembangunan yang terjadi di Indonesia ditopang oleh pinjaman luar negeri.

Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia cara tercepat untuk medapatkan tambahan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) yang mengalami defisit adalah dengan melakukan pinjaman luar negeri. Beberapa pandangan beranggapan cara seperti ini dianggap cukup efektif. Menurut pandangan Muhammad Kahirin Majid mengenai utang luar negeri, dengan adanya pemasukan dana dari luar negeri cenderung akan dibarengi dengan masuknya teknologi maju serta tenaga-tenaga ahli yang diperlukan oleh proyek-proyek pembangunan.

Berdasarkan data Utang Luar Negeri yang diterbitkan oleh Kementrian Keuangan, Posisi Utang luar negeri terus menerus mengalami peningkatan. Berikut data posisi Utang Luar Negeri Indonesia.

Tabel 1 Posisi Utang Luar Negeri Menurut Kelompok Peminjam

Tahun 1997-2016 ( USD )

No. Tahun Posisi Utang Luar

Negeri

1. 1997 53. 865

2. 1998 67. 315

3. 1999 75. 721

4. 2000 74. 891

5. 2001 69. 404

6. 2002 74. 723

7. 2003 81. 727

8. 2004 82. 797

9. 2005 80. 184

10. 2006 75. 816

11. 2007 141.180

12. 2008 155.080

13. 2009 172.871

14. 2010 202.413

(3)

16. 2012 252.364

17. 2013 266.109

18. 2014 293.328

19. 2015 310.730

20. 2016 317.086

(kemenkeu.go.id)

Berdasarkan catatan statistik jumlah utang luar negeri indonesia pada tahun 2016 telah mencapai USD 317.086. Apabila dirupiahkan akan setara dengan Rp 4.251 trilliun dengan kurs rupiah terhadap dolar adalah sebesar 13.408. Kondisi yang seperti ini jelas sangat tidak menguntungkan bagi bangsa Indonesia. Akibatnya akan mempengaruhi ekonomi dan politik negara. Persoalan utang luar negeri ini apabila tidak ditangani dengan baik dapat menghambat pemulihan ekonomi. Modal pembangunan yang berasal dari luar negeri yang tidak berfungsi dengan tujuan peminjaman utang, memunculkan kritik dari beberapa ahli ekonomi pembangunan. Studi yang dilakukan oleh Teresa Hayter dan Cheryl Payer sepakat bahwa utang luar negeri kurang lebih sama dengan imperialisme terhadap negara-negara berkembang, karena mereka sengaja dijebak (trap) untuk masuk dalam jeratan utang luar negeri yang sebagian besar terdiri dari barang-barang jasa asing (Arief, 2001a: 16). Alesiana, Dollar, dan reno memperkuat study hayter dan payer (Wahyu, 2012, Vol.3, 454).

Beban pembayaran cicilan serta bunga pemerintah yang semakin tahun bertambah banyak semakin memberatkan posisi indonesia. Secara tidak langsung masyarakat telah terkena dampak dari permasalahan ini. Pasalnya dengan bertambah banyaknya jumlah cicilan serta bunga utang luar negeri tentunya akan mempengaruhi pengeluaran proporsi pos-pos untuk kesejahteraan masyarakat langsung. Dampak lain yang terjadi menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dollar akan semakin menurun dibandingkan dengan nilai mata uang negara lain. Pada akhirnya akan terjadi inflasi yang akan meningkatkan biaya hidup masyarakat dari waktu ke waktu secara berkelanjutan.

Utang luar negeri selama bertahun tahun telah membelenggu indonesia. Permasalahan ini bermula dari utang yang bertujuan sebagai dana pelengkap pembangunan ekonomi telah berubah menjadi dana utama untuk menutupi defisit APBN. Cepat serta mudahnya menutupi defisit APBN, membutakan pemerintah bahwa hal tersebut adalah utang. Suatu saat nanti akan ditagih oleh pemiliknya. Pemerintah lupa bahwa utang akan sangat mengikat dan memberatkatkan indonesia. Jika terus menerus dililit dengan beban utang yang terus meningkat. Tidak pula bisa dipastikan kapan akan terlepas dari jerakatannya yang telah merenggut hak-hak masyarakat untuk hidup sejahtera.

(4)

waktu semakin lama dan utang makin menumpuk pada akhirnya akan sangat menjerat pihak peminjam.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 275

ِيذذللاُ ممُوقمييُ اَمكيُ للاذُ ن

ي ُوممُوقمييُ ليُ اُوبيررلاُ ن

ي ُوولمكمُ َأييُ ن

ي يوذذللا

اَمناُ ُولاقُ مهنَأبُ كلاذُ ـُ سَملاُ نمُ ناطيشلاُ هطبخَتيي

ـُ اُوبرلاُ مرحوُ عيبلاُ هللاُ لحاوُ ـاُوبرلاُ لثمُ عيبلا

ـُ فلسُ امُ هلفُ ىهَتنافُ هبرُ نمُ ةظعُومُ هُ ءاجُ نَمف

مهُ ـُ رانلاُ بحصاُ كئلَأفُ داعُ نموُ ـُ هللاُ ىلاُ هرمأو

ُ نودلخُ اهيف

٢٧٥

“ orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila – yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya- dan maka urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” ( Q.S. Al-Baqarah 275)

Riba seperti yang disebutkan diatas adalah golongan Riba Nasi’ah. Oleh karena itu Riba Nasi’ah dihukumi haram sesuai dengan ketetapan Nash Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, dan Qiyas. Utang luar negeri Indonesia adalah riba nasi’ah. Korelasi antara utang luar negeri dengan riba nasi’ah yaitu dalam bentuk transaksi yang merupakan utang piutang yang memiliki persyaratan bunga dalam pengembaliannya.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan Kualitatif. Metode pendekatan kualitatif adalah suatu riset yang bersifat deskriptif serta cebderung menggunakan analisis dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini proses lebih dipentingkan dari pada hasil serta analisis cenderung dilakukan secara analisa induktif. Dalam pengumpulan data. Tekni yang digunakan adalah studi kepustakaan. Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan megadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, laporan-laporan, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan.

HASIL PENELITIAN

(5)

Indoneia dikategorikan sebagai negara dunia ketiga. Artinya masih dalam perkembangan atau negara berkembang. Tidak semua negara yang dikategorikan sebagai negara ketiga merupakan suatu negara yang miskin. Kebanyakan dari negara dunia ketiga banyak memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia. Namun, sumber daya yang ada tersebut belum digunakan secara sempurna. Dalam hal pendidikan dan kemampuannya belum mampu untuk memberikan sumbangsi yang besar terhadap pembangunan ekonomi negara. Pada negara berkembang masalah utama yan sering dihadapi adalah pada kurangnya ketersediaan modal. Pendapatan perkapita penduduk yang rendah semakin memperparah kekurangan ketersediaan modal. hal ini akan mempengaruhi penghasilan pajak pemerintah. Jika ini terjadi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara akan mengalami defisit pendapatan.

Kebijakan yang dianggap paling sesuai untuk mengatasi kurangnya ketersediaan modal atau dana adalah dengan melakukan pinjaman luar negeri. Banyak ahli yang mendukung perlunya utang luar negeri karena akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak sedikit pula yang berpendapat sebaliknya (Arief, 2001a: 18). Menurut beberapa ahli yang pro perlunya utang luar negeri. Beranggapan bahwa apabila suatu negara mempunyai profil yang wajar atau yang diinginkan (a desirable debt profile) maka negara tersebut tidak perlu mengkhawatirkan eksistensi utang sebagai salah satu pendukung keberhasilan pembangunan. Jika utang tidak terlalu besar. Hal ini tidak akan mengancam kestabilan makro ekonomi negara. Sedangkan beberapa dari para ahli yang yang kontra terhadap utang luar negeri mengatakan. Bahwasanya utang luar negeri hanya akan menjadi bumerang bagi negara penerima. (Arief, 2001a: 18).

Setidaknya terdapat dua penjelasan teori-teori konvensional mengenai urgensitas utang luar negeri bagi pembangunan ekonomi. Teori pertama mengatakan, utang luar negeri adalah seperti halnya investasi asing. Ini diperlukan untuk menutup saving gap (Muhaimin, 2010). Ketika APBN mengalami defisit sehingga tidak mencukupi untuk melakukan pembangunan. Utang luar negeri digunakan untuk menutup saving gap tersebut. Teori yang kedua menjelaskan tentang fenomena utang luar negeri dari sisi neraca pembayaran. Fungsinya mengakomodasikan kepentingan neraca berjalan yang bersifat otonom. Ketika neraca berjalan mengalami defisit maka akan dkompensasikan dalam utang luar negeri kedalam neraca modal. Jika hal ini terjadi maka utang luar negeri dapat di jadikan sebagai

gap filling yaitu mengisi gap akibat dari terjadinya defisit neraca berjalan.

Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia

Instrumen utang luar negeri (ULN) digunakan untuk mempercepat pembangunan perekonomian negara, ULN dimasukkan kedalam APBN sebagai penerimaan pemerintah setiap tahun. Meskipun menjadi suatu komponen yang penting dalam pembangunan. ULN harus digunakan secara selaras untuk pembiayaan proyek-proyek produktif dan juga bermanfaat.

Pada awalnya ULN lebih banyak dilakukan oleh pemerintah. Dengan semakin pesatnya pembangunan. Keterbatasan pemerintah sebagai penggerak utama pembangunan nasional. Pemerintah semakin ketergantungan pada utang luar negeri. Alasan yang paling mendasar dibutuhkannya ULN dikarenakan tidak cukupnya domestik saving (tabungan domestik) yang dimiliki negara.

(6)

69.404 milliar. Tahun 2002 ULN pemerintah mengalami peningkatan kembali. Hal ini disebabkan pemerintah menambah ULN baru. Pada tahun ini posisi ULN pada USD 74.723 mulai dari angka ini sampai beberapa tahun selanjutnya mengalami kenaikan dan bertambah banyak. Meskipun sempat turun pada tahun 2006. Namun, hanya penurunan yang sedikit. Hingga sampai tahun 2016 posisi ULN pemerintah Indonesia mencapai angka USD 317.086 atau setara dengan Rp 4.251 trilliun dengan kurs tukar rupiah pada Rp. 13.408. kondisi seperti ini berdasarkan analisa keuangan bahwasanya masih dalam kondisi yang wajar. Hal tersebut dikarenakan porsi nilai ULN Indonesia hanya 30% dari PDB. Meskipun demikian hal ini tetap berbahaya bagi stabilitas sistem keuangan yang dapat terjadi masalah sewaktu-waktu.

Dampak Utang Luar Negeri Bagi Pembangunan Ekonomi

Utang luar negeri merupakan salah satu komponen dalam APBN Idonesia. Instrumen ini terjadi sebagai penutup defisit APBN. Meskipun tujuan adanya utang ini baik untuk pembangunan ekonomi negara. Namun jika tidak diperhatikan secara serius akan memberikan dampak yang buruk bagi perekonomian. Selain itu juga pada saat ini ULN Indonesia telah menjadi faktor pengganggu stabilitas APBN. Pasalnya akhir-akhir ini ULN belum mampu mengangkat pembangunan ekonomi indonesia menjadi negara maju. Selain itu, beban cicilan pokok pemerintah tahun 2016 menggelontarkan uang sebesar Rp. 398,1 trilliun untuk membayar cicilan pokok serta bunga ULN. Jumlah sebesar itu setara dengan 36,8% dari jumlah penerimaan negara pada akhir tahun 2016.

Dalam jangka panjang, apabila ULN tidak dibenahi. Selain akan merusak tatanan ekonomi negara. Juga akan membuat beban psikologis negara menjadi ketergantungan dengan ULN. Selain itu beban ekonomi yang harus diterima rakyat sudah merenggut kesejahteraan mereka. Faktor ULN tersebut telah menyebabkan dampak negatif. Tidak hanya pada sisi teknis. Dampak negatif ULN tersebut telah menjalar hingga ke aspek-aspek non-ekonomi terutama kerusakan birokrasi, iklim usaha, in-efisiensi dan sebaginya.

Tidak efektifnya ULN sebagai pemacu pembangunan ekonomi nasional disebabkan oleh empat faktor (Arief, 2001a: 19). Pertama, ULN tidak dialirkan kepada kegiatan produkif. Ketika ULN dialirkan pada kegiatan yang produktif akan mendapatkan produk-produk yang bisa diekspor. Dengan danya produk-produk tersebut akan menghasilkan keuntungan sebagai penambah penerimaan anggaran pemerintah serta mebiayai pokok cicilan ULN. Kedua, hutang luar negeri dikorupsi oleh pejabat dan antek-anteknya. Pejabat yang telah disumpah sebagai wakil dari rakyat malah gelap mata. Mereka justru tidak berfikir dengan beban yang akan ditanggung oleh rakyat. Sebasar 30% dana pinjaman dari luar negeri di korupsi untuk kepentingan pribadi. Ketiga, pemerintah belum mampu memanfaatkan ULN secara efektif dan efisien. Fokus pemerintah terhadap pengelolaan dana ULN dianggap kurang. Pasalnya pemerintah lebih menggunakan dana ULN untuk sektor konsumsi. Seharusnya fokus pemerintah lebih ditekankan pada penciptaan lapangan pekerjaan, penurunan tingkat kemiskinan, dengan menciptakan pelatihan ekonomi kreatif serta perbaikan kualitas hidup. Keempat, moral hazard para penguasa. Sehingga tidak ada dorongan untuk melunasi ULN. Mereka berfikir bahwa itu adalah bukan tanggungannya. Karena Moral hazard yang seperti ini berfikiran, pengambilan resiko yang nantinya ditanggung oleh orang lain inilah penyebab ULN Indonesia tak kunjung usai.

Pandangan Ekonomi Isalm Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya

(7)

tindakan ekonomi tolak ukurnya adalah Al-Qur’an dan hadist. Pada zaman Rasulullah SAW tidak mengenal adanya kebijakan Utang Luar Negeri (ULN). Namun bukan berarti tidak terjadi krisis fiskal pada masa pemerintahan Rasulullah. Hanya saja Rasulullah dalam pemerintahannya tidak menggunakan instrumen kebijakan utang. Krisis pertama yang dialami oleh umat islam adalah pada perang tabuk. Ketika itu masa paceklik. Tuntutan kebutuhan peralatan perang semakin banyak. Akan tetapi dana untuk pembutan atau pun untuk membelinya tidak tersedia. Sehingga negara memungut pajak kepada rakyat sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Utang merupakan sesuatu yang dibolehkan dalam islam. Dalam islam telah terdapat prinsip-prisip dalam berhutang. Akan tetapi utang yang dilakukan oleh Indonesia telah salah sejak awal. Sistem utang yang digunakan sama dengan sistem yang terjadi pada masa jahiliyah arab. Mereka menetapkan bunga yang tinggi dengan penambahan jangka waktu dalam pengembalian pembayarannya. Sistem tersebut mengandung riba. Dan riba dalam sistem ini digolongkan sebagai riba nasi’ah. Riba Nasi’ah dihukumi haram sesuai dengan ketetapan Nash Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, dan Qiyas. Utang luar negeri Indonesia adalah riba nasi’ah. Korelasi antara utang luar negeri dengan riba nasi’ah yaitu dalam bentuk transaksi yang merupakan utang piutang yang memiliki pensyaratan bunga dalam pengembaliannya dengan penambahan jangka waktu pengembalian.

Mengenai perbedaan dan perbandingan sistem keuangan pada era Rasulullah dengan era saat ini tentu berbeda. Pada saat ini sistem keuangan telah berkembang menjadi jauh lebih kompleks. Hal inilah yang membuatnya sangat berbeda. Menyikapi ULN Indonesia yang mencapai lebih dari 4.000 trilliun rupiah. Dalam hal utang piutang ini islam memberikan prinsip untuk dapat mengembalikan semangat membangun penegakkan ekonomi menjadi jauh lebih baik.

1. Utang merupakan solusi terakhir untuk mendapatkan dana. Artinya utang hanya boleh dilakukan jika keadaan memang benar-benar sulit. Tidak ada jalan lain untuk mendapatkan dana selain dengan berhutang (keterpaksaan).

2. Jika terpaksa berhutang, tidak boleh berhutang diluar kemampuan. Dalam islam ini disebut dengan Ghalabaitid Dayn atau terlilit utang.

3. Jika utang telah dilakukan. Pihak peminjam harus mengembalikan (membayar). Rasulullah bersabda “barang siapa yang memiliki utang dan mempunyai niat untuk membayarnya, sebesar apapun utang yang dimilikinya, maka akan sanggup membayarnya. Namun barang siapa berhutang namun tidak ada niat membayarnya, sekecil apapun utangnya, ia tidak akan mampu membayarnya. (M. Said, 2014)

Utang telah melilit Bangsa Indonesia sejak lama. Utang sebsar lebih dari 4.000 trilliun menjadi momok menakutkan bagi bangsa ini. Pada prinsipnya utang tetaplah utang. Utang haruslah dibayar. Bagaimana agar dapat keluar dari jeratan utang luar negeri yang sudah terlanjur melilit bangsa ini ? dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwasanya utang harus di selesaikan terlebih dahulu. Islam sebagai pembawa rahmat, ketentuan hukumnya menuju kedamaian hubungan antar manusia. Islam memandang urusan utang piutang tidak hanya menilai dari kondisi debitur saja. Namun juga dari kondisi kreditur. Sehingga saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

(8)

“dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu. Jika kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah 280)

Dalam ayat diatas telah diterangkan bagi seseorang yang memberikan hutang harus bersabar kepada peminjam (yang berhutang). Ketika yang berhutang sedang mengalami kesusahan. Dalam ayat ini diterangkan untuk memberikan keringanan kepadanya. Ayat ini jika kaitannya antar individu akan dapat direalisasikan dengan baik. Namun jika konteksnya adalah negara. Kemungkinan diterapkan juga dapat terjadi. Jika kedua negara tersebut sama-sama meyakini Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam hukum islam. Namun utang piutang Negara Indonesia tidak hanya pada negara yang mayoritas penduduknya beragama islam. Melainkan juga bekerjasama dengan negara yang bermayoritas non-muslim yang dalam negaranya menerapkan sistem kapitalis konvensional. Sehingga persentase kemungkinan terealisasi sangat kecil. Alternatif lain yang dapat diterapkan yang diberikan oleh ekonomi islam adalah diantaranya :

1. Konsep Musyarakah (Syirkah)

Yakni suatu konsep pencampuran dana yang bertujuan pada pembagian keuntungan. Jadi pemerintah berbagi keuntungan pada lembaga keuangan Internasional seperti, IMF dan World Bank atau dengan negara pemberi pinjaman dalam sebuah aset riil. Keuntungan yang akan dihasilkan darinya. Dengan adanya konsep musyarakah ini akan tercipta kerjasama yang adil. Sehingga ketika mendapat kerugian dalam kegiatan proyek akan ditanggung barsama. Sebaliknya, jika mendapat keuntungan pula akan dibagi bersama.

2. Konsep Mudharabah (bagi hasil)

Dalam hal ini indonesia mengajukan proposal untuk rencana proyek kepada IMF atau World Bank atau lainnya. Kemudian dalam hal ini lembaga keuangan tersebut akan memberikan dana 100% untuk dikelola oleh Indonesia. Dengan perjanjian nisbah yang telah disepakati. Jika proyek tersebut menghasilkan keuntungan akan dibagi sesuai persentase Nisbah yang telah disepakati.

Solusi diatas merupakan solusi dalam bentuk kerjasama antar kedua belah pihak. Islam masih menawarkan teori penyelesaian krisis utang secara sosial. Jika kondisi negara benar-benar dalam keadaan pailit (muflis). Islam memiliki dua alternatif solusi (Muhaimin, 2010)

1. Bantuan sosial dari masyarakat

Dalam hal ini masyarakat secara suka rela memberikan bantuan untuk menyelesaikan ULN. Cara ini pernah dilakukan Rasulullah. Pada zaman Rasulullah terdapat seorang pengusaha yang usahanya pailit dan masih menanggung utang yang sangat berat. Kemudian Rasulullah menyeru kepada kaum muslimin untuk membantu pengusaha ini. Meskipun belum terlunasi sepenuhnya. Namun dapat meringankan beban utang pengusaha tersebut. (Ismail al- Kahlani, subulus salam.)

2. Bantuan dari lembaga zakat dan negara

(9)

yang ada. Dengan catatan dana tersebut benar-benar digunakan untuk mambayar cicilan Utang Luar Negeri.

Dari uraian yang telah dijelaskan diatas. Seharusnya pemerintah dalam hal ini meninggalkan sistem utang konvensiaonal yang menggunakan riba. Karena itu sanagat merugikan bagi pihak peminjam dana. Dengan demikian ini pemerintah seharusnya melirik dan sadar. Bahwa seharusnya menerapkan sistem ekonomi islam dalam kebijakan pengelolaan keuangan negara. Tampak jelas bahwa solusi yang diberikan oleh ekonomi islam, realistis, adil, dan manusiawi serta yang paling penting maslahat bagi semua pihak tanpa ada yang dirugikan.

Kesimpulan

Dalam hal urgensitas utang luar negeri. Para ahli pembangunan ekonomi ada yang pro dan ada yang kontra. Dalam hal ini pendapat yang diutarakan oleh mereka tentunya terdapat alasan tersendri. Masalah utang luar negeri indonesia yang telah mendarah daging. Pasalnya dari runtuhnya Era Orde Baru hingga pada era sekarang ini masalah utang luar negeri tak kunjung usai. Dan menarikanya pembahasan megenai utang luar negeri selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas.

Pada dasarnya utang luar negeri memang baik kaitannya dalam peningkatan pembangunan ekonomi negara. Jika benar-benar dilakukan secara efektif dan efisien. Serta diselesaikan secepatnya. Agar tidak sampai berlarut-larut. Jika utang luar negeri ini tidak dilaksanakan secara serius malah justru hanya akan menambah masalah bagi perekonomian negara. Utang ini akan selalu melilit negara yang secara asal-asalan dalam mengatasinya. Indonesia sendiri telah merasakannya sendiri. Dari tahun 1997 yang mulanya utang luar negeri sebesar USD 53.865 menjadi USD 317.086.

Keadaan sudah semakin memburuk. Alternatif solusi yang diberikan oleh ekonomi syari’ah tentunya perlu dilirik oleh pemerintah sebagai solusi pengentasan masalah utang luar negeri ini. Solusi yang diberikan oleh ekonomi islam terdapat dua pokok penting. Yakni menggunakan prinsip kerjasama seperti Konsep Musyarakah dan Konsep Mudharabah atau menggunakan prinsip sosial seperti bantuan dari masyarakat atau bantuan dari lembaga zakat.

Daftar Pustaka

Adwin Surya Atmaja. (2000). Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia Perkembangan Dan Dampaknya.Wonocolo: Universitas Kristen Petra.

Arief Daryanto. (2001). Masalah Utang Luar Negeri Indonesia: Masalah & Alternatif Solusinya.Bogor: Institut Pertanian Bogor

A Tony Prasetiantoni.(2012). Hutang Luar Negeri & Pembiayaan Pembangunan Di Indonesia. Yogyakarta: Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakanُ Publik Universitas Gajah Mada.

(10)

Muhaimin. (2010). Masalah Krisis Utang Luar Negeri Indonesia Dan Alternatif Solusinya Dalam Perspektif Kebijakan Ekonomi Makro Islam. Banjarmasin: IAIN Antasari.

Muhammad Jundi Robbani. (2014). Utang Luar Negeri Di Pandang Dari Sudut Islam. Bandung : Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Univeritas padjadjaran.

Muhammad Said Hannaf. (2014). Pandangan Islam Mengenai Utang Negara,

Malang: Universitas Brawijaya.

Nidya Waras Sayekti. (2015). Kebijakan Indonesia Atas Utang Luar Negeri Dari Lembaga Keuangan Global. Peneliti Muda Ekonomi Terapan Pada Bidang Ekonomi Dan Kebijakan Publik. Pusat Pengkajian Pengolahan Data Dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal Dpr Ri.

Wahyu Eko Yudiatmaja. (2012). Jebakan Utang Luar Negeri Bagi Perekonomian Dan Pembangunan Indonesia. Padang : Universitas Andalas.

Winda Afriyenis. (2016., Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia. Padang : Universitas Putra Indonesia YPTK.

Sumber Internet

Anggun P. Situmorang. Ini Cara Pemerintah Jokowi Agar Utang Tak Terus Membengkak.http://www.merdeka.com, 30 mei 2017 diakses pada tanggal 30 juni 2017.

Fiki Ariyanti. Ini Rasio Utang Pemerintah RI Dari Era Soeharto Hingga Jokowi.

Bisnis.liputan6.com/read/13 februari 2017. Diakses pada tanggal 30 juni 2017.

Kata data. http://m.katadata.co.id/berita/2016/10/21. diakses pada tanggal 30 juni 2017

Okezonefinance.warisan utang negara yang turun temurun. economy.okezone.com /read/2013/23/24. Diakses pada tanggal 30 juni 2017

Gambar

Tabel 1 Posisi Utang Luar Negeri Menurut Kelompok Peminjam

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menyelesaikan masalah matematika terdapat langkah-langkah sebagai berikut: (1) memahami masalahnya, (2), Merencanakan cara penyelesaian, (3)Melaksanakan rencana

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bagian 4, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) Hadoop merupakan platform sistem terdistribusi yang memberikan

Sebagai seorang pengajar, para volunteer ini seperti sudah paham betul situasi pendidikan di Desa ini, karakteristik anak-anaknya, cara mereka harus memberikan

Proses pembelajaran saat diterapkan model Inkuiri didukung dengan pembuatan tape ketela terhadap kemampuan menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan

Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang

Prima Damai Permai dan status lahan tanah tersebut ialah tanah negara atau masyarakat Desa Kedamean menyebutnya tanah GG.5 Secara historis, tanah di Indonesia era penjajahan

Untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara yang meninggal dan yang datang melayat menurut kebiasaan yang datang melayat harus menangis tanda turut berduka dalam

Dalam aplikasi pengukuran motivasi peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen baku ARCS yaitu IMMS ( Instructional Materials Motivation Survey ). IMMS