TUGAS MANDIRI
ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO
Ringkasan Materi
NAMA
: Umi Istiqomah Januarti
NPM
: 11091073
KELAS
: 131-AC009-M1
DOSEN
: Jontro Simanjuntak, S.Pt., S.E., M.M.
Program studi manajemen bisnis
Universitas putera batam
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai analisis investasi dan portofolio.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran investasi dan portofolio di Universitas
Putera Batam.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Batam, 1 Januari 2013
DAFTAR ISI
Halaman judul ……….... 1
Kata Pengantar ………... 2
Daftar Isi ………... 3 Pembahasan ...………... 4
1Pengetahuan Dasar Investasi di Pasar Modal ………4
2Penilaian Saham Biasa ………...7
3 Pembelian atas Investasi ………..13
4 Risiko dalam Investasi ……….14
5 Analisis Portofolio ………...18
6 Penilaian Kinerja Portofolio ………... 21
7 Model Penentuan Harga Asset Modal ………. 24
8 Model Indeks ………... 25
9 Dividen, Right Issue, dan Harga Saham ………... 26
10 Penentuan Harga Opsi………. 28
11 Memahami Nilai Waktu dari Uang………. 30
12 Konsep Dasar Investasi pada Asset Riil……….. 31
13 Metode Penilaian Investasi pada Asset Riil………... 32
14 Pemenuhan Kebutuhan Dana Investasi……….... 34
PEMBAHSAN
1. PENGETAHUAN DASAR INVESTASI DI PASAR
MODAL
1.1 PENGERTIAN INVESTASI
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan seejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi juga dapat dilakukan dipasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pembukaan pertambangan, pembkaan perkebunan dan lainnya.
1.2 PROSES INVESTASI
Menentukan Tujuan Investasi
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko ( rate of risk), ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan.
Melakukan Analisis
Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk melakukan analisis yaitu:
a. Pendekatan fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasiyang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek.
b. Pendekatan teknikal
Membentuk Portofolio
Dalam tahap ii dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana yang akan dipilih dan berapa proposi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing efek tersebut ( efek yang mempunyai koefisien korelasi negatif).
Mengevaluasi Kinerja Portofolio
Untuk mengevaluasi kinerja portofolio dilakukan dengan dua cara, yaitu : pengukuran (measurement) dan perbandingan ( comaprison).
Merivisi Kinerja Portofolio
Revisi kinerja portofolio dapat dilakukan secara total yaitu dilakukan likuidasi atas portofolio yang ada, kemudian dibentuk portofolio yang baru. Atau dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan atas proposi dana yang dialokasikan dalam masing-masing efek yang membentuk portofolio tersebut.
1.3 TRADING
Proses perdagangan saham, yaitu saham berpindah dari penjual kepada
pembeli di pasar sekunder seperti dijelaskan dibawah :
1. Investor beli menghubungi perusahaan efek/pialang
2. Instruksi disampaikan ke trader perusahaan efek, lalu trader memasukkan
instruksi ke dalam sistem komputer (JATS – Jakarta Automated Trading
System) yang secara otomatis menggunakan mekanisme continuous auction sehingga pembelian akan diperoleh harga pasar terendah, sebaliknya untuk penjualan diperoleh harga pasar tertinggi. Transaksi berhasil apabila terjadi kecocokan antara penawaran jual dan penawaran beli.
Perdagangan saham di BEJ dapat dilakukan melalui salh satu dari 3 pasar berikut :
a. Pasar reguler (T+3)
Dalam Transaksi Bursa di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, jumalh yang diperjualbelikan dilakukan dalam satuan perdagangan yang disebut lot (1 lot = 500 lembar).
1.4 PIALANG
Salah satu ciri yang membedakan perdagangan di pasar modal dan pasar barang adalah penggunaan pialang (broker).
Adapun variabel-variabel berikut perludipertimbangkan oleh investor dalam memilih pialang (Katoppo, 1997):
1. Melakukan tindakan yang jujur untuk kepentingan nasabah. 2. Memiliki standar profesional yang tinggi.
3. Bebas dari engaruh tertentu dalam melaksanakan pekerjaannya. 4. Mengutamakan kerahasiaan nasabah.
5. Mendahulukan kepentingan nasabah.
6. Berhati-hati atas kebenaran informasi yang diberikan.
7. Selalu taat pada hukum dan peraturan yang berlaku berkaitan dengan usaha sekuritas.
8. Tidak akan mengambil kesempatan yang dapat merugikan nasabah.
9. Tidak akan melakukan tindakan yang mengakibatkan nama buruk bagi sesama anggota pialang.
10. Bekerjasama dengan sesama pialang demi kepentingan bersama.
1.5 INDEKS HARGA SAHAM
Indeks harga saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang ejadian-kejadian ekonomi.
Agar dapat melakukan investasi dipasar modal dengan baik, maka investor harus mengetahui IHS. Di BEJ terdapat 6 jenis indeks, yaitu:
1. Indeks Harga saham Induvidual (IHSI), menggunakan saham masing-masing perusahaan, dengan menggunakan rumus berikut:
IHSIt=NPt ND x100
IHSIt : indeks harga saham induvidual pada hari ke-t
NPt : nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar saham
yang tercatat dibursa dikalikan dengan harga pasar perlembar .
ND : nilai dasar.
2. PENILAIAN SAHAM BIASA
2.1 NILAI BUKU, HARGA PASAR, DAN NILAI INTRINSIK
Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik .
• Nilai buku adalah nilai saham berdasarkan nilai dalam pembukuan
perusahaan (emiten).
• Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, ditunjukkan oleh harga pasar yang
berlaku untuk saham.
• Nilai intrinsik (nilai teoritis) adalah nilai saham yang sebenarnya
(seharusnya terjadi).
Mengapa investor perlu memahami ketiga jenis nilai tersebut?
• Investor perlu mengetahui ketiga jenis nilai tersebut untuk membantu
dalam pembuatan keputusan membeli, menahan, ataupun menjual saham.
• Ada semacam rule of thumb tentang keputusan apa yang sebaiknya
diambil investor berdasarkan informasi nilai intrinsik dan nilai pasar saham.
a. Jika nilai pasar > nilai intrinsik, berati saham tersebut overvalued, dan
investor sebaiknya menjual saham tersebut.
c. Jika nilai pasar = nilai intrinsik, berarti saham tersebut fair-priced, dan investor bisa menahan saham tersebut.
2.2 PENDEKATAN NILAI SAHAM
• Analisis Fundamental : Menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya untuk menentukan apakah harga pasar saham sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum.
– Pendekatan Deviden
– Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Pendekatan Deviden
Deviden merupakan sebagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Harga saham cenderung mengikuti naik turunnya besarnya deviden yang dibayarkan. Model dasar perhitungan harga saham dengan pendekatan ini :
Keterangan :
Po = Harga saham pada periode 0
Dt = Deviden yang diterima pada periode t
i = Tingkat pengembalian yang diterima
Apabila saham tersebut dimiliki selama n tahun kemudian dijual, maha harga saham dapat dihitung :
Keterangan :
d2 = Deviden yang diterima pada periode t
dn = Tingkat pengembalian yang diterima
Pn = Harga saham jika dijual pada periode ke-n
i = Tingkat pengembalian yang diminta
1. Deviden dengan jumlah tetap (zero growht)
Diasumsikan tingkat pertumbuhan diukur dengan tingkat kenaikan deviden yang diharapkan, dan jika pertumbuhannya di masa datang nol, atau deviden yang akan dibayarkan sama setiap tahun hingga tahun ke-t, maka harga saham dirumuskan :
Keterangan :
Po = Harga saham
d = Deviden
i = Tingkat pengembalian
2. Deviden dengan pertumbuhan normal (normal growth)
dari tahun ke tahun, perusahaan selalu berupaya agar laba dan deviden akan tumbuh seperti yang direncanakan. Rumus umum besarnya deviden per tahun dengan pertumbuhan normal :
Keterangan :
do = Besarnya deviden pada tahun ke-0 (tahun sebelum pembayaran deviden saat ini)
n = Periode waktu pembayaran deviden
g = Pertumbuhan pembayarn deviden
Jika besarnya deviden pada tahun ke-0 tidak diketahui, maka rumusnya :
Setelah besarnya deviden dengan pertumbuhan normal dihitung, harga saham dihitung dengan :
3. Deviden dengan Dua Periode Pertumbuhan
Misalnya pertumbuhan selama periode 5 tahun pertama diperkirakan sebesar 10% per tahun, setelah itu pertumbuhannya sama dengan pertumbuhan perusahaan lain, yaitu sebesar 7%. Oleh karena itu, perhitungan harga sahamnya :
Keterangan :
g1 = Pertumbuhan deviden di atas normal
g2 = Pertumbuhan deviden normal
i = Tingkat pengembalian yang diminta
n = Periode pertumbuhan deviden di atas normal
Po = do ( 1 + g
1) +
d
n+11
n +1 = Mulai periode pertumbuhan deviden normal
Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan, sehingga PER dihitung dengan rumus :
Keterangan :
P0 = Harga saham yang layak beli
EPS1 = Laba per saham tahun mendatang
RR = Bagian laba yang ditahan dalam perusahaan
i = Tingkat pengembalian yang diminta
g = Pertumbuhan deviden
EPS = Laba bersih setelah pajak / Jumlah lembar saham
• Analisis Teknikal, dimulai dengan memperhatikan perubahan harga saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan saham tersebut.
Teori Down
• Pergerakan Pertama : Menunjukkan tren jangka panjang atas pasar modal
• Pergerakan Kedua : Menunjukkan tren yang hanya terjadi beberapa bulan.
• Pergerakan Ketiga : Menunjukkan fluktuasi harian dari harga-harga saham
PER = Po
Grafik Batang
Dalam pendekatan ini, ada 3 tipe dasar diagram: diagram garis, diagram batang dan diagram gambar titik. Ketiganya mengguankan grafik batang yang menunjukkan volume saham yang diperdagangkan pada masing-masing perubahan harga.
Analisis Keluasan Pasar
Dilakukan dengan cara membandingkan jumlah saham yang mengalami kenaikan harga dengan jumlah saham yang mengalami penurunan harga, selanjutnya diakumulasikan.
Analisis Kekuatan Relatif
Berupaya mengidentifikasikan saham yang memiliki kekuatan relatif terhadap saham lain. Harga saham lain pada saat bull market, atau mengalami penurunan harga yang lebih lambat pada saat bear market dibandingkan dengan saham lain.
Analisis Rata-rata Bergerak
Memfokuskan pada harga dan atau harga rata-rata bergerak dengan cara mengamati berbagai perubahan harga yang terjadi pada beberapa hari terakhir pada saat penutupan harga.
Pada analisis rata-rata bergerak, Investor dianjurkan untuk membeli saham pada saat :
• Garis rata-rata bergerak datar dan harga saham melampaui garis tersebut.
• Harga berada di bawah garis rata-rata bergerak yang sedang naik.
• Harga berada di atas garis rata-rata bergerak yang turun, namun kembali
naik sebelum mencapai garis tersebut.
Investor dianjurkan untuk menjual saham pada saat :
Harga saham yang bergerak naik di atas garis rata-rata bergerak, namun
garis tersebut sedang menurun.
Harga saham yang di bawah garis rata-rata bergerak, tetapi kembali
menurun sebelum mencapai garis tersebut.
2.3 KAPAN SAHAM DIJUAL DAN KAPAN SAHAM DIBELI?
Secara umum keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan intrinsik dengan harga pasar. Jika harga pasar saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut sebaiknya dibeli. Jika harga pasar saham sama dengan nilai intrinsiknya, maka jangan melakukan investasi. Jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, makasaham tersebut sebaiknya dijual.
3. PENGEMBALIAN ATAS INVESTASI
3.1 KOMPONEN PENGEMBALIAN DAN PENGUKURANNYA
Pengembalian atau imbalan yang diperoleh dari investasi dibedakan menjadi dua :
- Pengembalian yang telah terjadi dihitung berdasarkan data historis
- Pengembalian yang diharapkan akan diperoleh oleh investor
Total Return = Capital gain (loss) + yield
(total pengembalian = untung/rugi modal + imbal hasil)
Tingkat Pengembalian =
Pembayaran kas yang diterima + Perubahan harga selama satu periode
Harga Beli Efek
Expected return saham individual: rata-rata tertimbang dari berbagi pengembalian historis. Faktor penimbangnya adalah probabilitas masing-masing tingkat pengembalian.
E(Ri) = (Pij)(Rij)
Keterangan :
E(Ri) = Expected return dari investasi saham I
Pij = Probabilitas diraihnya pengembalian pada keaadan j
Rij = Tingkat pengembalian aktual dari investasi pada saham I pada keadaan j
3.3 TINGKAT PENGEMBALIAN YANG DIHARAPKAN DARI PORTOFOLIO
Expected return portofolio : rata-rata tertimbang dari tingkat pengemablian yang diharapkan masing-masing saham. Faktor penimbangnya adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing saham.
E(Rp) = R(Ri)(Xi)
Keterangan :
E(Rp) = ER dari portofolio
E (Ri) = ER dari investasi saham I
Xi = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i
4. RISIKO DALAM INVESTASI
Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return –ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual
Preferensi Investor Terhadap Risiko :
• Risk seeker : Investor yang menyukai risiko atau pencari risiko
• Risk neutral :Investor yang netral terhadap risiko
• Risk averter : Investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko
Preferensi Investor Terhadap Risiko
4.1 JENIS RISIKO 1. Risiko Sistematis
• Suatu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,
karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan .
• Risiko ini disebut risiko yang tidak dapat didisversifikasi – undiversifiable
risk
• Faktor yang mempengaruhi :
– Perubahan tingkat bunga
– Kurs valuta asing
Tingkat pengembalian
Risk seeker Risk neutral Risk averter
Risiko
A1 A2B1
B2
C1 C2
2. Risiko Tidak Sistematis
• Suatu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,
sebab risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu
• Terdapat fluktuasi risiko yang berbeda antara satu saham dengan saham
lain
• Risiko ini disebut risiko yang dapat didisversifikasi –diversifikasi risk
• Faktor yang mempengaruhi :
– Struktur modal
– Struktur aset
– Tingkat likuiditas
Risiko Sistematis, Risiko Tidak Sistematis dan Risiko Total
4.2 RISIKO SAHAM INDIVIDUAL
Rumus : σi2
=
∑
j=1
n
(Pij)
{
Rij−E(Ri)}2Keterangan
i2 = Varians dari investasi pada saham i
i = Standar deviasi saham i
Pij = Probabilitas pengembalian pada kondisi j
Rij = Tingkat pengembalian dari investasi pada saham I pada kondisi j
E(Ri) = ER dari investasi saham i
4.3 RISIKO PORTOFOLIO
Risiko portofolio dapat dihitung dengan rumus varians dan standar deviasi :
P2 = (Xi)2 (I)2 +(Xj)2 (j)2 + 2 (Xi)(Xj)(i,j)(i)(j)
P = (Xi)2 (I)2 +(Xj)2 (j)2 + 2 (Xi)(Xj)(i,j)(i)(j)
Keterangan simbol
: Koefisien korelasi
• Diversifikasi adalah berinvestasi pada berbagai jenis saham, dengan harapan jika terjadi penurunan pengembalian satu saham akan ditutup oleh kenaikan pengembalian saham yang lain
• Bahwa risiko portofolio dipengaruhi oleh :
– Risiko masing – masing saham
– Proporsi dana yang diinvestasikan pada masing – masing saham
– Kovarians atau koefisien korelasi antar saham dalam portofolio
– Jumlah saham yang membentuk portofolio
4.5 BEBERAPA JENIS RISIKO INVESTASI
1. Risiko bisnis – business risk
– Risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten
2. Risiko likuiditas – liquidity risk
– Risiko yang berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan
untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti
3. Risiko tingkat bunga – interest rate risk
– Risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar
4. Risiko pasar – market risk
– Risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang
berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian lain.
5. Risiko daya beli – purchasing power risk
– Risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi
– Risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik (misalnya rupiah) terhadap mata uang negara lain (dolar amerika serikat).
5 ANALISIS PORTOFOLIO
Portofolio adalah kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik aset riil maupun aset finansial yang dimiliki investor.
5.1 PEMILIHAN PORTOFOLIO YANG EFISIEN
Investor dapat menentukan kombinasi dari efek-efek untuk membentuk portofolio, baik yang efisien maupun yang tidak efisien.
Portofolio efisien apabila portofolio tersebut ketika dibandingkan dengan portofolio lain memenuhi kondisi berikut :
1. Memberikan E(R) terbesar dengan risioko yang sama
2. Memberikan risiko terkecil dengan E(R) yang sama.
PORTOFOLIO YANG EFISIEN DAN YANG TIDAK EFISIEN
Pada gambar garis B,C,D,E,F menunjukan garis yang efisien (efficient frontier), garis yang menunjukan sejumlah portofolio efisien. Garis yang dibawahnya merupakan portofolio tidak efisien.
5.2 PEMILIHAN PORTOFOLIO YANG OPTIMAL
Semua portofolio yang terletak pada efficient frontier merupakan portofolio efisien dan tidak dapat dikatakan portofolio mana yang optimal. Untuk memilih
salah satu dari portofolio tersebut digunakan pendekatan kurva indiferen
1. Kurva Indiferen
Dalam manajemen investasi, kueva indiferen (indifference curve) merupakan
suatu kurva yang menunjukan berbagai kombinasi efek yang memberikan tingkat
pengembalian yang sama (indifference)
Kombinasi portofolio IC yang tertinggi yaitu IC 3 akan memberikan tingkat kepuasan yang tinggi, investor yang rasional akan memilih situasi tersebut
PORTOFOLIO YANG OPTIMAL
Pada gambar sebelumnya tampak portofolio yang optimal terjadi pada saat
kemiringan IC sama dengan slop EF (efficient frontier), yaitu pada titik singgung
kedua kurva tersebut yang menunjukan kepuasan tertinggi
Garis singgung antara EF dengan IC tertinggi merupakan portofolio optimal yang kondisi ini dibutuhkan investor. Portofolio mana yang akan dipilih tergantung dari fungsi utilitasnya. Tentunya yang dipilih adalah portofolioyang sesuai dengan preferensi invertor terhadap return dan risiko yang bersedia ditanggungnya.
2. Karakteristik Fungsi Utilitas
Fungsi utulitas dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko dibedakan :
1. Sikap yang tidak menyukai risiko ( risk averter)
2. Sikap yang netral terhadap risiko (risk natural)
3. Sikap yang menyukai risiko (risk seeker)
Tahap akhir dari proses investasi pada saham adalah penilaian kinerja portofolio. Tujuannya adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah portofolio yang dibentuk telah dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan investasi dan dapat diketahui portofolio mana yang memiliki kinerja lebih baik .
6.1 METODE PENILAIAN KINERJA PORTOFOLIO 1. Indeks Sharpe
Kinerja portofolio ini diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi (total risiko).
Rumus Indeks sharpe:
Spi=Rpi−Rf SDpi Keterangan
Spi : Indeks sharpe portofolio i
Rpi : Rata- rata tingkat pengembalian portofolio i
Rf : Rata –rata atas bunga investasi bebas risiko
SDpi : Standar deviasi dari tingkat pegembalian portofolio i
Rpi – Rf : Premi risiko potofolio i
Rumus Sharpe menghitung kemiringan (slope) garis yang menghubungkan
portofolio yang berisiko dengan bunga bebas risiko
Semakin besar nilai slope semakin baik portofolio atau semakin besar
rasio premi risiko portofolio terhadap standar deviasi; Kinerja portofolio semakin baik.
Indeks Sharpe relevan bagi investor yang menanamkan dana hanya atau sebagian besar pada portofolio.
2. Indeks Treynor
Diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan beta.
Tpi=Rpi−Rf βpi Keterangan
Spi : Indeks sharpe portofolio i
Rpi : Rata- rata tingkat pengembalian portofolio i
Rf : Rata –rata atas bunga investasi bebas risiko
βpi : Beta portofolio
Rpi – Rf : Premi risiko potofolio i
Rumus Treynor menghitung kemiringan (slope) garis yang
menghubungkan portofolio yang berisiko dengan risiko pasar.
Semakin besar nilai slope semakin baik portofolio atau semakin besar
rasio premi risiko portofolio terhadap beta ; Kinerja portofolio semakin baik. Indeks treynor relevan bagi investor yang
– Memiliki berbagai portofolio atau menanamkan dana pada
berbagai reksa dana (mutual funds)
– Melakukan diversifikasi pada berbagai portofolio
3. Indeks Jansen
Metode ini didasarkan pada konsep garis pasar sekuritas (Security Market
Line – SML) yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi yang bebas risiko
Dalam keadaan equilibrium semua portofolio diharapkan berada pada SML. Jika terjadi penyimpangan, yaitu jika dengan risiko yang sama tingkat pengembalian suatu portofolio berbeda dengan tingkat pengembalian pada SML. Perbedaan ini disebut dengan indeks Jensen
Rumus Indeks Jansen :
Jpi = (Rpi – Rf) – (Rm – Rf) βpi Keterangan:
Jpi : Indeks jensen portofolio i
Rp : Rata-rata tingkat pengembalian portofolio i
βpi : Beta portofolio (risiko pasar – risiko sistemstis)
Rpi – Rf : Premi risiko portofolioi
Rm – Rf : Premi risiko pasar
BIAYA-BIAYA
Biaya yang perlu dipertimbangkan jika investor ingin melakukan revisi total atas portofolio yang kinerjanya tidak sesuai dengan ER dan risiko, yaitu :
Komisi pembelian saham
Komisi untuk penjualan saham
Pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan
Biaya dalam mencari dan menganalisis data dan informasi
7.
Model Penentuan Harga Asset Modal
Capital Assets Pricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga asset pada kondisi ekuilibrium. Tujuannya untuk menentukan tingkat pengembalian yang disyaratkan (required rate return-RRR).
7.1 GARIS PASAR SEKURITAS
Hubungan antara risiko yang diukur dengan beta dengan RRR ditunjukkan oleh garis pasar sekuritas (security market line-SML).
SML=Rf+
{
E(Rm)−(Rf)}
βiKeterangan:
Rf : tingkat pengembalian atas investasi bebas risiko
E(Rm) : tingkat pengembalian pasar yang diharapkan
β : kepekaan atas tingkat pengembalian saham i terhadap ER
pasar
E(Ri) −Rf : premi resiko saham
E(Rm) −Rf : premi resiko pasar
1. Tidak ada biaya transaksi
2. Investasi dapat dipecah-pecah (diversivikasi) 3. Tidak ada pajak penghasilan
4. Investor secara individual tidak dapat menentukan harga
5. Pertimbangan investor adalah nilai yang diharapkan (expected value)
6. Investor dapat melakukan short sale.
7. Investor dapat meminjam dan meminjamkan pada tngkat bunga yang sama 8. Investor memiliki pengharapan yang homogen
9. Semua asset dapat diperjualbelikan
7.2 GARIS PASAR MODAL
Dalam penjelasan tersebut diketahui bahwa SML merupakan garis yang
menghubungkan β atau resiko pasar atau risiko sistematis dengan RRR
untuk semua saham, baik yang efisien maupun yang tidak efisien. Sedangkan garis pasar modal (capital market line) merupakan garis yang menghubungkan
antara totl resiko yang diukur dengan standar deviasi (σ) dengan RRR
portofolio yang efisien saja.
CML=Rf+
{
E(Rm)−Rf SDm}
SDpKeterangan
Rf : tingkat pengembalian atas investasi bebas resiko
E(Rm) : tingkat pengembalian pasar yang diharapkan
SDm : standar deviasi (total resiko) pasar)
SDp : standar deviasi (total resiko) portofolio
Rm-Rf : premi resiko pasar
8. MODEL INDEKS
8.1 MODEL INDEKS TUNGGAL
Model indeks tunggal atau model satu factor (single-index model) mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua efek atau lebih akan berkorelasi yaitu akan bergerak bersama dan mempunyai reaksi yang sama terhadap satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan dalam model. Faktor atau indeks tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Rumus untuk efek Individual: E
(
Ri)
=αi+βi(
Rm)
+ei Rumus untuk portofolio:E(i)=αp+βp(Rp)
8.2 MODEL INDEKS GANDA (MULTI INDEX MODEL)
Model indeks ganda menganggap bahwa ada faktor lain selain IHSG yang dapat mempengaruhi terjadinya korelasi antarefek, misalnya faktor tingkat bunga bebas resiko.
Rumus:
ER(i)=αi+βi1
(
F1)
+βi2(
F2)
+βi3(
F3)
+… βin(
Fn)
+ei9. DIVIDEN, RIGHT ISSUE, DAN HARGA SAHAM
Dividen dapat digunakan investor sebagai alat penduga mengenai prestasi perusahaan di masa akan datang karena deviden menyampaikan pengharapan-pengharapan manajemen mengenai masa depan (Van Horne, 1995).
9.1 KONTROVERSI PEMBAYARAN DIVIDEN
Sampai saat ini terdapat kontroversi tentang dividen yang seharusnya dibayarkan, yaitu:
1. Dividen seharusnya dibayarkan setinggi-tingginya 2. Deviden seharusnya dibayarkan serendah-rendahnya
9.2 BENTUK PEMBAYARAN DEVIDEN
Ada tiga bentuk pembayaran deviden, yaitu: 1. Deviden dalam jumlah rupiah stabil
2. Deviden dengan rasio pembayaran konstan
3. Deviden tetap yang rendah ditambah dividen ekstra.
9.3 DIVIDEN SAHAM
Dividen saham (stock dividend) adalah pembagian dividen dalam bentuk saham yang biasa dinyatakan dalam suatu persentase dari jumlah saham yang beredar. Penerbitan saham berarti adanya kapitalisasi sebagian dari laba dirahan. Dengan demikian, saldo laba ditahan akan berkurang sebesar jumlah yang dikapitalisasi.
9.4 PEMECAHAN SAHAM
Pemecahan saham (stock splits) adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar saham yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional.
Tujuan dilakukannya pemecahan saham adalah untuk menjaga harga pasar saham agar tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan.
Hal-hal yang perlu diketahui oleh pemegang saham/investor sehubungan dengan pemecahan saham:
1. Rasio pemecahan saham, yaitu perbandingan jumlah saham baru terhadap saham lama.
2. Tanggal terakhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di bursa 3. Tanggal dimulainya perdagangan saham dengan nilai nominal baru di
bursa.
5. Tanggal dimulainya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal baru dan distribusi saham dengan nilai nominal baru ke dalam rekening efek perusahaan efek atau bank kustodian di KSEI.
9.5 PEMBELIAN KEMBALI SAHAM
Kadang-kadang perusahaan memiliki kas berlebih (idle cash) sementara belum ada kesempatan investasi yang menguntungkan. Apabila hal ini terjadi, maka cara terbaik bagi kepentingan pemegang saham adalah mendistribusikan kas tersebut dalam bentuk dividen atau pembelian kembali saham (repurchase of stock)
Pembelian kembali saham pada umumnya dilakukan dengan cara tender, yaitu perusahaan membuat tender penawaran formal kepada pemegang saham untuk membeli sejumlah sahamnya dengan tingkat harga tertentu ( biasanya lebih tinggi dari harga pasar)
Yang perlu sipertimbangkan dalam pembelian kembali saham adalah tentang penentuan ekuilibrium harga pembelian kembali (equilibrium repurchase price – ERP).
Rumus
ERP=HPL+JDD JLS Keterangan:
ERP : ekuilibrium harga pembelian kembali HPL : harga pasar per lembar saham
JDD : jumlah dana yang didistribusikan
JLS : jumlah lembar saham sebelum pendistribusian
9.6 RIGHT ISSUE
Right issue pada hakikatnya merupakan hak memesan saham terlebih dahulu yang diberikan kepada investor saat inni untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten dalam rangka menghimpun dana segar.
10.PENENTUAN HARGA OPSI
menjual sejumlah tertentu saham opsi (option stock) suatu perusahaan tertentu dengan harga tertentu (exercise price, contract price, striking price), dalam waktu atau tanggal jatuh tempo tertentu (expiration date).
Berdasarkan periode waktu penggunaannya, opsi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Opsi tipe Eropa (European Option), adalah opsi yang dapat digunakan hanya pada tanggal jatuh tempo.
2) Opsi tipe Amerika (American Option), adalah opsi yang dapat digunakan sebelum tanggal atau pada tanggal jatuh tempo.
Berdasarkan jenis hak yang diberikan kepada pemegangnya, opsi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Opsi beli (call option), adalah opsi yang member hak kepada pemegangnya untuk membeli sejumlah tertentu saham suatu perusahaan tertentu dari penerbit opsi pada harga tertentu setiap waktu sampai suatu tanggal tertentum(tanggal jatuh tempo).
2. Opsi jual (put option), adalah opsi yang member hak kepada pemegangnya untuk menjual sejumlah tertentu sahan suatu perusahaan tertentu dari penerbit ipsi pada harga tertentu setiap waktu sampai suatu tanggal tertentu (tanggal jatuh tempo).
Ada 4 pihak yang terlibat dalam transaksi opsi, yaitu: 1. Pembeli atau pemegang opsi beli
2. Penerbit atau penjual opsi beli 3. Pembeli atau pemegang opsi jual 4. Penjual atau pemegang opsi jual
10.1 OPSI BELI
Ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam kontrak opsi beli, yaitu: 1. Perusahaan yang sahamnya akan dibeli
2. Jumlah saham yang dapat dibeli
10.2 OPSI JUAL
4 hal penting yang perlu diperhatikan dalam kontrak opsi jual, yaitu: 1. Perusahaan yang sahamnya akan dijual
2. Jumlah saham yang dapat dijual
3. Harga penjualan atau harga penyerahan saham tersebut (exercise price) 4. Tanggal berakhirnya hak menjual (tanggal jatuh tempo)
Penilaian Opsi Beli Dengan Model Black-Scholes Rumus:
VO=VSxN
(
d1)+
E/(ert)N(d2)Penilaian Opsi Jual Dengan Model Black-Scholes Rumus:
Po= E
(
en)
N(
−d2)
−PsN
(
−d1)
10.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN HARGA OPSI
Faktor-faktor yang menjadi penentu harga opsi adalah: 1. Harga saham yang diperjualbelikan
2. Harga penyerahan atau harga eksekusi
3. Waktu yang tersisa sampai tanggal jatuh tempo 4. Volatilitas harga saham yang bersangkutan 5. Tingkat bunga bebas risiko
11. MEMAHAMI NILAI WAKTU DARI UANG.
11.1 NILAI MAJEMUK
Nilai majemuk adalah suatu cara untuk menghitung nilai uang pada akhir suatu periode di waktu yang akan datang dengan tingkat bunga tertentu.
Rumus Majemuk Tahunan:
1+i
¿ ¿
Kererangan:
Mo=¿ jumlah modal pada awal periode
Mn=¿ jumlah modal pada akhir tahun ke-n
i=¿ tingkat bunga per tahun
n=¿ jumlah periode pembungaan
11.2 NILAI SEKARANG
Nilai sekarang (present value) merupakan suatu cara untuk menghitung nilai uang pada waktu sekarang dari sejumlah uang yang baru akan dimiliki beberapa waktu mendatang.
Rumus:
Mo= Mn (1+i)n Keterangan:
Mo = jumlah modal awal periode
Mn = jumlah modal pada akhir tahun ke-n
I = tingkat bunga pertahun N = jumlah periode pembungaan
Nilai sekarang untuk penerimaan yang berbeda setiap tahun
PVAn=A
[
(1+i)n
−1 i(1+i)n
]
KeteranganPVAn = nilai sekarang anuitas
A = anuitas
I = tingkat bunga pertahun N = jumlah periode pembungaan
12. KONSEP DASAR INVESTASI PADA ASSET RIIL.
tentang pengeluatan dana yang jangka waktu pengembaliannya lebih dari satu tahun.
12.1 SIFAT PROYEK INVESTASI
Banyaknya usulan proyek investasi yang akan dibiayai dapat diperkecil dengan cara dikelompokkan berdasarkan sifatnya, yaitu:
1. Proyek saling lepas (mutually exlusive projects), merupakan proyek investasi yang mempunyai fungsi yang sama.
2. Proyek independen (independent project), merupakan proyek investasi yang mempunyai fungsi yang berbeda.
12.2 PERHITUNGAN ARUS KAS
1. Jika proyek investasi pada aset baru, arus kas dapat dihitung sbb: Cara 1, arus kas = EAT + D
Cara 2, arus kas = EBIT (1-T) + D Cara 3, arus kas = EBITDA (1-T) + T(D)
Ketetangan:
EAT = laba setelah pajak (earning after tax)
EBIT = laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and tax)
EBITDA = laba sebelum bunga, pajak, deprediasi, dan amortisasi earning before interest, tax, depreciation, and amortization)
D = penyusutan (depreciation)
T = pajak (tax)
2. Jika proyek investasi penggantian asset, arus kas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
ICF=CFB-CFL Keterangan simbol:
ICF = arus kas inkremental (incremental cash flow)
13. METODE PENILAIAN INVESTASI PADA ASSET RIIL.
1. METODE PERIODE PENGEMBALIAN
Periode pengambilan (payback period) adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut.
Rumus :
periode pengembalian=n+a−b
c−bx1tahun Keterangan:
N= tahun terakhir di mana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula
A= jumlah investasi mula-mula
B= jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n C= jumlah arus kas kumulatif pada tahun ke n + 1
2. METODE NILAI SEKARANG BERSIH
Metode NPV merupakan metode yang akan dipakai untuk menilai usulan proyek investasi yang mempertimbangkan nilai waktu dari uang (time value of money) sehingga arus kas yang dipakai adlah arus kas yang telah didiskontokan atas dasar biaya modal (cost of capital) perusahaan atau tingkat bunga atau tingkat pengembalian yang disyaratkan (required rate of return-RRR).
3. METODE INTERNAL RATE OF RETURN
Tingkat pengembalian internal (internal rate of return-RRR) adalah tingkat bunga yang dapat menjadikan NPV sama dengan nol, karena NPV arus kas pada tingkat bunga tersebut sama dengan investasi awalnya. Metode ini juga memperhitungkan nilai waktu dari uang, sehingga arus kas yang diterima telah didiskontokan atas dasar biaya modal/tingkat bunga/RRR.
4. HUBUNGAN NPV DENGAN IRR
5. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN NPV DENGAN IRR
Pada umumnya metode NPV dan IRR akan memberikan kesimpulan yang sama untuk menerima atau menolak suatu usulan proyek investasi yang bersifat mutually exclusive.
Namun demikian ada kalanya keduanya metode tersebut dapat memberikan kesimpulan yang berbeda. Hal ini terjadi karena keduanya mempunyai adumsi yang berbeda tentang tingkat investasi kembali (reinvestment rate). Metode NPV mengasumsikan bahwa arus kas setiap tahun dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat investasi kembali sebesar tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung PV dari arus kas.
Sedangkan metode IRR mengasumsikan bahwa arus kas setiap tahun dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat investasi kembali sebesar IRR-nya. Dengan demikian, investasi yang menghaislkan IRR tinggi diasumsikan tingkat investasi kembalinya juga tinggi.
6. METODE INDEKS PROFITABILITAS
Metode ini merupakan perbandingan antara PV arus kas dengan investasi awal. Metode ini akan memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPV.
7. RESIKO DALAM PROYEK INVESTASI
Perbedaan utama antara risiko dan ketidakpastian (uncertainty) terletak pada dapat tidaknya diperkirakan sebelumnya mengenai kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Resiko dalam proyek investasi ditunjukkan oleh besar kecilnya penyimpangan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual rate of return).
8. PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) DALAM INFLASI
karena tarikan permintaan (demand pull inflation) dan inflasi karena tekanan biaya (cost push inflation).
Demand pull inflation terjadi karena pengaruh terlalu banyaknya uang dalam perdaran dibandingkan dengan arus barang dan jasa, sehingga terjadi kelebihan permintaan (excess demand) di bandingkan denga pasokan barang dan jasa. Cost push inflation terjadi karena pengaruh kenaikan biaya produksi, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif angkutan, taraif listrik, tarif Telkom, dll.
Karena penganggaran modal menyangkut tingkat pengemgalian yang diharapkan (expected return) dapat diterima di masa mendatang, maka hal ini tidak terlepas dari peristiwa inflasi. Sehubungan dengan hal itu, perlu diperhitungkan dampak inflasi terhadap laba yang diperoleh perusahaan dan penyesuaian terhadap faktor diskonto.
14.PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA INVESTASI
14.1 PROPORSI PENGGUNAAN UTANG DITINJAU DARI ROE
Ditinjau dari tingkat pengembalian ekuitas (return on equity-ROE), penambahan modal asing (utang) diperkenankan apabila ROE dengan penambahan tersebut lebih besar daripada ROE dengan penambahan modal sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa:
1. Jika tingkat bunga > tingkat pengembalian,maka kebutuhan dana tersebut sebaiknya dipenuhi dengan emisi saham karena EPS dan ROE yang dihasilkan lebih tinggi daripada jika dipenuhi dengan pinjaman.
2. Jika tingkat bunga < tingkat pengembalian, maka kebutuhan dana tersebut sebaiknya dipenuhi dengan pinjaman karena EPS dan ROE yang dihasilkan lebih tinggi daripada jika dipenuhi dengan emisi saham.
3. Jika tingkat bunga = tingkat pengembalian, maka kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi baik dengan emisi saham maupun pinjaman karena akan menghasilkan EPS dan ROE yang sama.
Untuk mengetahui apakah dengan penambahan/penggunaan utang tersebut akan dapat menimbulkan kesulitan liuiditas atau tidak, digunakan pendekatan Debt Service Coverage (DSC) sbb:
DSC= laba sebelum bunga dan pajak
beban bunga+pembayaran pokok pinjaman (1−pajak)
Pengaruh proporsi utang terhadap ROE
1. Apabila ROI > tingkat bunga, maka dengan proporsi utang yang semakin tinggi akan berpengaruh positif yang semakin besar terhadap ROE.
2. Apabila ROI = tingkat suku bunga, maka dengan proporso utang berapa pun akan menghasilkan ROE yang sama.