• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF (1)"

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN

SKRIPSI

Oleh :

PUTRI YULIAVSARI 05110030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

(2)

Agustus, 2009

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh :

PUTRI YULIAVSARI 05110030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN

SKRIPSI

Oleh :

Putri Yuliavsari 05110030

Telah Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

M. Samsul Ulum, MA NIP. 150 302 561

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh Putri Yuliavsari (05110030)

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 4 Agustus 2009 dengan nilai ...

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

pada tanggal 4 Agustus 2009

Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang

M. Samsul Ulum, MA :

NIP. 150 302 561 Sekretaris Sidang

Abdul Malik Karim A, M.Pd.I : NIP. 150 368 790

Pembimbing

M. Samsul Ulum, MA :

NIP. 150 302 561 Penguji Utama

Dr. H. M. Samsul Hady, M. Ag :

NIP. 150 367 254

Mengesahkan

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

(5)

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Nya

sehingga hamba dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan ananda persembahkan

skripsi ini untuk orang-orang yang telah memberikan kisah kasih tentang makna

hidup serta langkah bijak dalam meniti lika-liku kehidupan….

Kepada

Ayah dan ibuku yang telah banyak memberikan doa-doanya yang tulus, nasehat,

juga pengorbanan yang tak terhingga nilainya baik materiil maupun spiritual

sehingga ananda bisa sampai ke jenjang Perguruan Tinggi Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Semoga ananda dapat menjadi anak

yang selalu berbakti dan dapat membahagiakan ayah dan ibu

Keluarga besar ananda, kedua kakakku dan adikku tersayang yang selalu

memberikan segalanya layaknya orang tua. Semoga untaian pahala tak jamu

teralir hingga yaumul akhir.

Para guru dan dosen ananda yang selalu jadi pelita dalam studiku. Karenamu

anada dapat mewujudkan harapan dan anganku sebagai awal menggapai

cita-citaku.

Serta teman-teman ananda senasib dan seperjuangan, bersama kalian ananda

belajar lebih tentang arti kehidupan.

(6)

MOTTO

u

q

è

d

Ï

%

©

!

$

#

y

]

y

è

t

/

Î

û

z

`¿

Íh

Ïi

B

W

{

$

#

Z

wq

ß

u

ö

N

å

k

÷

]

Ïi

B

(

#

q

è

=

÷

F

t

ƒ

ö

N

Í

k

ö

Ž

n

=

t

ã

¾

Ï

m

Ï

G

»

t

ƒ

#

u

ä

ö

N

Í

Ïj

.

t

ã

ƒ

u

r

ã

N

ß

g

ß

J

Ïk

=

y

è

ã

ƒ

u

r

|

=

»

t

G

Å

3

ø

9

$

#

s

p

y

J

õ

3

Ï

t

ø

:

$

#

u

r

b

Î

)

u

r

(

#

q

ç

R

%

x

.

`

Ï

B

ã

@

ö

6

s

%

Å

"

s

9

9

n

=

|

Ê

&

ûü

Î

7

B

ÇËÈ

“ Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” . (QS. Al-Jumuah

: 2)1

(7)

M. Samsul Ulum, MA Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Putri Yuliavsari Malang, 16 Juni 2009

Lamp : 4 (empat) Eksemplar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di

Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini :

Nama : Putri Yuliavsari

NIM : 05110030

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH. Ahmad Dahlan

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu’alaikum Wr. W

Pembimbing,

M. Samsul Ulum, MA

(8)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar rujukan.

Malang, 16 Juni 2009

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Robbi yang telah

melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul : “Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH.

Ahmad Dahlan ”.

Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada nabi

besar Muhammad Saw, yang berkat syafaat dan barokah beliau kita dapat

menjalankan kehidupan ini dengan penuh kedamaian.

Skripsi ini penulis susun guna melengkapi sebagian tugas dan sebagian

syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) di Fakultas Tarbiyah Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Penulis sadar dan yakin bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

serta masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya, semua itu disebabkan

karena minimnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran-saran dan kritik yang

bersifat membangun dari pembaca.

Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih teriring doa

“Jazakumullah” kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung,

memperlancar terselesaikannya skripsi ini, khususnya penulis sampaikan

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Orang tuaku yang aku banggakan, Ayah Suroyo dan Ibu Aminah Subekti, dan

saudara-saudaraku Henry Martoyo, Inry Nurayu Saputri, Muh. Rosidi, Mas

Koko, Mbak Santi, Rohmatul Umma, dan Dina Anggraini, yang telah

mencurahkan cinta dan kasih sayang teriring doa dan motivasinya sehingga

penulis selalu optimis dalam menggapai kesuksesan hidup di dunia ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

(10)

3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Bapak Drs. H.M. Padil, M. PdI, selaku Ketua Jurusan Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

5. Bapak M. Samsul Ulum, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih

atas bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Jazakumullah Ahsanal Jaza’.

6. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang yang telah mendidik, membimbing, mengajarkan dan

mencurahkan ilmunya kepada penulis. Semoga Allah membalas amal

kebaikan mereka.

7. Seluruh teman Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang dan sahabat-sahabat terbaikku (Emi Fatmawati, Fitri Hidayati

R, Mifta Cholin, Elok Setya P, Nahdiyatul Ula, Ulil Absor, Imam Bukhori M,

Juswadi, Fauzi Emqi, A. Syamsudin, Indah Catur W, Nur Azizi, Mudlihatul

Ulya, Ellys S), terimakasih atas bantuannya. Semoga kebaikan kalian semua

diterima sebagai amal sholeh.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang ikut dan

memotivasi terhadap penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya hanya doa dan ucapan terimakasih atas segala bantuan yang

diberikan, semoga amal baik mereka diterima di sisi-Nya serta mendapat karunia

dan pahala yang berlipat ganda dan semoga pula skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis, juga para pembaca yang budiman. Amin Yaa Robbal Alamin..

Malang, Juni 2009

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ... vii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Batasan Penelitian... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Pendidikan Islam ... 10

(12)

2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam... 16

3. Dasar-Dasar Pendidikan Islam... 17

4. Tujuan Pendidikan Islam ... 23

5. Karakteristik Pendidikan Islam... 26

6. Materi atau Kurikulum Pendidikan Islam... 28

B. Konsep Pendidikan Islam dalam Pemikiran Para Tokoh Klasik dan Kontemporer... 33

1. Pandangan Para Pemikir Islam Klasik Mengenai Pendidikan Islam... 37

a. Ibnu Maskawaih... 37

b. Al-Ghazali... 42

c. Ibnu Khaldun ... 47

2. Pandangan Para Pemikir Islam Kontemporer Mengenai Pendidikan Islam... 51

a. Muhammad Abduh ... 51

b. Ki Hajar Dewantara ... 55

c. Hasan Langgulung ... 59

d. Naquib al Attas ... 64

C. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia ... 69

1. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periode

(13)

(1900-menjelang 1945) ... 69

2. Perkembangan Pendidikan Islam pada Periode Indonesia Merdeka (1945-sekarang) ... 75

D. Pendidikan Islam Abad 21 ... 79

BAB III METODE PENELITIAN... 113

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 113

B. Jenis Data ... 114

C. Sumber Data... 115

D. Tehnik Pengumpulan Data... 117

E. Tehnik Pengolahan Data ... 118

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 120

A. Biografi KH. Ahmad Dahlan ... 120

1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan ... 121

2. Latar Belakang Pendidikan KH. Ahmad Dahlan ... 123

3. Usaha dan Jasa-Jasa Besar KH. Ahmad Dahlan ... 127

4. Latar Belakang Lahirnya Perkumpulan Muhammadiyah 131 B. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Tentang Konsep Pendidikan Islam ... 139

1. Tujuan Pendidikan Islam ... 140

2. Materi atau Kurikulum Pendidikan Islam... 150

(14)

C. Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan pada Konteks

Pendidikan Islam di Abad 21... 180

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... 186

A. Analisis Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Tentang Konsep Pendidikan Islam... 186

B. Analisis Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Pada Konteks Pendidikan Islam di Abad 21... 199

BAB VI PENUTUP... 207

A. Kesimpulan ... 207

B. Saran-Saran ... 208

DAFTAR PUSTAKA

(15)

ABSTRAK

Yuliavsari, Putri. Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH. Ahmad

Dahlan. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN ) Maulana Malik Ibrahim Malang. Muhammad Samsul Ulum, MA.

Pendidikan menurut Islam merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab. Oleh karena itu, Islam tentunya memberikan konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan

dan menjadi tanggung jawab manusia untuk menjabarkan dengan

mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam praktik pendidikan. Konsep adalah sebuah kerangka pikir, ide atau rancangan dalam suatu hal. Salah satu Intelektual Muslim yang mencoba melakukan rekonstruksi bangunan paradigma yang dapat dijadikan dasar bagi sistem Pendidikan Nasional adalah KH. Ahmad Dahlan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil suatu rumusan masalah yang berkaitan dengan pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam dan relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan pada konteks pendidikan Islam di abad 21.

Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian library research dan termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi. Dalam analisis data, penulis menggunakan teknis analisis deskriptif, dengan cara menemukan pola, tema tertentu, mencari hubungan logis antara pemikiran tersebut, kemudian mengklasifikasikan pemikiran sang tokoh sehingga dapat dikelompokkan ke dalam aspek pendidikan Islam yang sesuai, kemudian langkah terakhir yaitu merumuskan hasil untuk mencapai generalisai gagasan yang spesifik.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan di sini bahwa Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam dapat terlihat pada usahanya dalam mengintegrasikan dikotomi ilmu pengetahuan, menjaga keseimbangan, bercorak intelektual, moral dan religius. Tujuan pendidikan Islam

menurutnya adalah melahirkan individu yang utuh. Dalam rangka

mengintegrasikan kedua sistem pendidikan, KH. Ahmad Dahlan lebih banyak mengadopsi sistem pendidikan sekolah barat yang sudah maju. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan memiliki kerelevanan apabila dihadapkan pada konteks pendidikan Islam abad 21. Di antara pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang memiliki keterkaitan dalam pendidikan Islam abad 21 adalah aspek tujuan pendidikan Islam dan kurikulum pendidikan Islam Hanya saja, tidak semuanya, akan tetapi butuh pemilahan-pemilahan kesistematisan konsep yang telah disampaikan. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan pendidikan di abad 21.

(16)

BUKTI KONSULTASI PEMBIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Putri Yuliavsari

NIM/Jurusan : 05110030/ Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembimbing : M. Samsul Ulum, MA.

Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH. Ahmad

Dahlan

No Tanggal Hal yang Dikonsultasikan Tanda Tangan

1 10 Februari 2009 Proposal

2 18 Februari 2009 Proposal Ganti Judul

3 4 Maret 2009 Bab 1

4 10 Maret 2009 Bab 2 & Bab 3

5 20 April 2009 Revisi Bab 2 & Bab 3

6 4 Mei 2009 Bab 4, Revisi Bab 2 & Bab 3

7 18 Mei 2009 Bab 5, Revisi Bab 4

8 28 Mei 2009 Bab 6, Revisi Bab 5

9 1 Juni 2009 Abstrak & Bab Keseluruhan

10 16 Juni 2009 ACC Keseluruhan

Malang, 30 Juni 2009 Dekan Fakultas Tarbiyah

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai agama universal mengajarkan kepada umat manusia

berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrowi. Salah satu diantara

ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk

melaksanakan pendidikan, karena menurut ajaran Islam pendidikan adalah

merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipatuhi, demi

mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.2

Sejak sejarah manusia lahir mewarnai rutinitas kegiatan alam fana ini,

pendidikan sudah merupakan “barang penting” dalam komunitas sosial. Nabi

Adam as yang memulai kehidupan baru di jagad raya ini senantiasa dibekali

akal untuk memahami setiap yang ia temukan dan kemudian menjadikannya

sebagai konsep pegangan hidup.3

Pendidikan menurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari

tugas kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung

jawab, kemudian pertanggungjawaban itu baru bisa dituntut kalau ada aturan

dan pedoman pelaksanaan. Oleh karenanya, Islam tentunya memberikan

garis-garis besar tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan

konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung

2 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 2, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm 98

3 Ahmad Barizi dalam A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: PT Raja

(18)

jawab manusia untuk menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep-konsep

dasar tersebut dalam praktek pendidikan.4

Dengan pendidikan, manusia biasa mempertahankan kekhalifahannnya

sebagaimana pendidikan adalah hal pokok yang membedakan antara manusia

dengan makhluk lainnya. Dan pendidikan yang diberikan atau dipelajari harus

dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai mediasi nilai-nilai kemanusiaan itu

sendiri. Hal ini dalam agama sangatlah diperhatikan, akan tetapi dalam

pengaplikasiannya yang dilakukan umatnya kadang melenceng dari esensi

ajaran agama itu sendiri. Hal inilah yang harus menjadi perhatian dasar

pendidikan Islam.

Pendidikan sering dikatakan sebagai seni pembentukan masa depan. Ini

tidak hanya terkait dengan manusia seperti apa yang diharapkan di masa

depan, tetapi juga dengan proses seperti apa yang akan diberlakukan sejak

awal keberadaannya, baik dalam konteks peserta didik maupun proses. Oleh

karena itu, pendidikan Islam perlu memperhatikan realitas sekarang untuk

menyusun format langkah-langkah yang akan dilakukan.

Dengan demikian, ajaran Islam sarat dengan nilai-nilai, bahkan konsep

pendidikan. Akan tetapi, semua itu masih bersifat subyektif dan transendental.

Agar menjadi sebuah konsep yang obyektif dan membumi perlu didekati

dengan keilmuan, atau sebaliknya perlu menggunakan paradigma Islam yang

sarat dengan nilai-nilai pendidikan.5

4 Zuhairini, Op Cit, Hlm 148

5 Abdurrahman Masud, dkk, P aradigma Pendidikan Islam, Cet 1, ( Yogyakarta : Pustaka pelajar,

(19)

Pemikiran semacam ini kiranya saat ini memiliki momentum yang tepat,

karena dunia pendidikan sering menghadapi krisis konseptual6. Di samping

karena begitu cepatnya terjadi perubahan sosial yang sulit, maka menjadi

tanggung jawab bagi setiap pakar pendidikan untuk membangun teori

pendidikan Islam sebagai paradigma.

Saat ini ada kecenderungan pendidikan Islam kian mendapat tantangan

seiring berkembangnya zaman. Di satu sisi lain muncul persaingan global

dunia pendidikan Islam. Sedangkan di satu sisi menjanjikan masa depan

pembentukan kualitas anak didik, namun pada sisi lain juga memunculkan

kekhawatiran kian merosotnya kualitas pendidikan yang merusak nilai-nilai

pendidikan Islam itu sendiri.

Pendidikan Islam dewasa ini menghadapi banyak tantangan yang

berusaha mengancam keberadaannya. Tantangan tersebut merupakan bagian

dari sekian banyak tantangan global yang memerangi kebudayaan Islam.

Tantangan yang paling parah yang dihadapi pendidikan Islam adalah krisis

moral spiritual masyarakat, sehingga muncul anggapan bahwa pendidikan

Islam masih belum mampu merealisasikan tujuan pendidikan secara holistik.

Di antara tantangan yang dihadapi pendidikan Islam, antara lain: 1)

kebudayaan Islam berhadapan dengan kebudayaan barat abad ke-20; 2)

bersifat intern, tampak pada kejumudan produktivitas pemikiran keIslaman

dan upaya menghalangi produktivitas tersebut; 3) kebudayaan yang dimiliki

sebagian pemuda muslim yang sedang belajar di negeri asing hanya

(20)

kebudayaan asing; 4) sistem kebudayaan Islam di sebagian negara Muslim

masih terpaku pada metode tradisional dan kurang merespon perkembangan

zaman secara memadai agar generasi muda tidak berpaling kepada

kemewahan kehidupan modern dan kebudayaan barat; 5) kurikulum universal

di sebagian dunia Islam masih mengabaikan kebudayaan Islam; dan 6)

berkenaan dengan pendidikan wanita Muslimah.7

Paradigma pembangunan pendidikan yang sangat sentralistik telah

melupakan keragaman yang sekaligus kekayaan dan potensi yang dimiliki

bangsa ini. Perkelahian, kerusuhan, permusuhan, munculnya kelompok yang

memiliki perasaan bahwa budayanyalah yang lebih dari budaya lain adalah

buah dari pengabaian keragaman tersebut dalam dunia pendidikan kita.

Ada banyak tokoh-tokoh pendidikan Islam, baik klasik dan kontemporer

yang penulis lihat dan klasifikasi dari melihat masa ketika para tokoh trersebut

hidup yang telah menulis hasil pemikirannya tentang pendidikan, diantaranya

yang klasik adalah Ibnu Khaldun, Imam al Ghazali, dan Ibnu Maskawih, dan

masih banyak lagi. Sedangkan para tokoh yang kontemporer adalah

Muhammad Abduh, Ki Hajar Dewantara, Hasan Langgulung, dan Naquib al

Attas, dan masih banyak lagi. Kehadiran mereka dapat memfungsikan semua

potensi dirinya dan tanggung jawabnya sebagai khalifah fil Ardh yang

membebaskan belenggu kehidupan yang dapat mengancam keterasingan umat

Islam. Dari kesemuanya tokoh-tokoh pendidikan tersebut akan dibahas dalam

pembahasan selanjutnya.

7 Hery Noer Aly, Dkk, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta : Friska Agung Insani, 2003), Hlm

(21)

Sistem pendidikan sering dipahami sebagai suatu pola menyeluruh dari

proses pendidikan dalam lembaga-lembaga formal, agen-agen, serta organisasi

dengan mentransfer pengetahuan, warisan kebudayaan serta sejarah

kemanusiaan yang mempengaruhi pertumbuhan sosial, spiritual, dan

intelektual. Artinya, sistem pendidikan tidak bisa dipisahkan dari

sistem-sistem di luarnya, seperti sistem-sistem politik, sistem-sistem tata laksana, sistem-sistem keuangan,

dan sistem kehakiman.

Salah satu Intelektual Muslim atau tokoh pendidikan Islam yang

mencoba melakukan rekonstruksi bangunan paradigma yang dapat dijadikan

dasar bagi sistem pendidikan nasional adalah KH. Ahmad Dahlan. Berawal

dari rekontruksi itu lah dirasa perlu diteliti menurut peneliti sebagai salah satu

usaha atau refleksi untuk menemukan konsep pendidikan Islam yang

benar-benar relevan dengan keadaan masa kini atau abad 21.

KH. Ahmad Dahlan merupakan tipe man of action sehingga sudah pada

tempatnya apabila cukup mewariskan banyak amal usaha bukan tulisan.

Dengan usaha beliau di bidang pendidikan, beliau dapat dikatakan sebagai

suatu "model" dari bangkitnya sebuah generasi yang merupakan "titik pusat"

dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan yang

dihadapi golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan

dan kejumudan paham agama Islam. Berbeda dengan tokoh-tokoh nasional

pada zamannya yang lebih menaruh perhatian pada persoalan politik dan

(22)

pendidikan. Titik bidik pada dunia pendidikan pada gilirannya

mengantarkannya memasuki jantung persoalan umat yang sebenarnya.8

Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka penulis tedorong untuk

mengadakan suatu kajian dengan mengambil judul “KONSEP PENDIDIKAN

ISLAM DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

didapatkan suatu rumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan

Islam ?

2. Bagaimana relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam konteks

pendidikan Islam di abad 21 ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep

pendidikan Islam.

2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam konteks

pendidikan Islam di abad 21.

8

(23)

D. Kegunaan Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa kegunaan, antara

lain :

1. Sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan konsep Islam yang bersumber

dari Al-Quran dan Al-Hadits yang diharapkan mampu menjadi sarana

pengembangan wawasan keilmuan dan penghayatan serta pengalaman

keagamaan di kalangan akademisi khususnya, dan masyarakat pada

umumnya.

2. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam

sekaligus kualitas sumber daya manusia. Karena memang pada hakekatnya

pendidikan dirancang untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

manusia, karena itu penulisan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam

pengembangan pendidikan Islam.

3. Untuk mengembangkan kreativitas potensi diri penulis dalam

mencurahkan pemikiran ilmiah lebih lanjut.

E. Batasan Penelitian

Agar tidak terjadi mis-understanding dalam memahami hasil dari

penulisan ini, maka dalam hal ini penulis membatasi obyek penelitiannya yang

telah disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi obyek

penelitian ini yang berkisar pada :

1. Pencarian informasi tentang pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang

(24)

2. Memberikan gambaran tentang relevansi pemikiran KH. Ahamad Dahlan

dalam konteks pendidikan Islam di abad 21.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang

pembahasan ini, secara singkat dapat dilihat dalam sistematika pembahasan

dibawah ini :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis akan mendeskripsikan secara umum dan

menyeluruh tentang skripsi ini, yang mengantarkan pembaca untuk

dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan

mengapa penelitian itu dilakukan. Oleh karena itu, pada bab

pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian dan kegunaannya, batasan penelitian dan

sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini, dimaksudkan unrtuk memberikan pra-wacana

sebelum masuk dalam pembahasan utama yakni bagaimana konsep

pendidikan Islam dalam perspektif KH. Ahmad Dahlan. Karena

itu, sub bahasan yang akan disajikan adalah seputar paradigma

(25)

BAB III METODE PENELITIAN

Merupakan kerangka yang berisikan tentang jenis dan pendekatan

penelitian, jenis data, sumber data, tehnik pengumpulan data, dan

tehnik pengolahan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Memuat uraian tentang data dan temuan yang diperoleh dengan

menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam bab III.

Karena itu bab ini akan mengungkap data-data yang terkait dengan

rumusan masalah, yaitu pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang

konsep pendidikan Islam dan relevansi pemikiran KH. Ahmad

Dahlan dalam konteks pendidikan Islam di abad 21.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berisikan tentang pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian,

yang bertujuan untuk menjawab masalah penelitian, menafsirkan

temuan-temuan penelitian, mengintegrasikan temuan penelitian ke

dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, membuktikkan

teori yang sudah ada, dan menjelaskan implikasi-implikasi lain dari

hasil penelitian, termasuk keterbatasan temuan-temuan penelitian.

BAB VI PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan, sekaligus saran-saran bagi praktisi

pendidikan apa yang harus dilakukan berkenaan dengan konsep

(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Berbicara masalah pendidikan merupakan suatu kajian yang cukup

menarik, karena pemahaman makna tentang pendidikan sendiri pun juga

beragam. Perlu diketahui bahwa banyak sekali istilah-istilah dalam

pendidikan itu sendiri. Seperti pengajaran, pembelajaran, paedagogi,

pendidikan, pelatihan, dan lain sebagainya. Semua itu dapat dijumpai

dalam buku-buku yang mengkaji tentang pendidikan.

Istilah pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha

manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang

terdapat di dalam masyarakat dan bangsa. Dengan demikian, makna

pendidikan Islam dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

kepribadiannya sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.9

Pendidikan menurut Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara

sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik

menuju terbentuknya kepribadian yang utama10. Dalam pendidikan yang

dijelaskan di atas bahwa dalam pendidikan terdapat beberapa unsur,

diantaranya :

9

Djumransjah, dkk, Pendidikan Islam ; Menggali “ Tradisi” , Meneguhkan Eksistensi, (Malang : UIN-Malang Press, 2007), hlm 1

10 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al Ma’arif, 1989}, hlm

(27)

a) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan dilakukan secara sadar.

b) Ada pendidik, pemimpin atau penolong.

c) Ada peserta didik, anak didik.

d) Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.

e) Dalam usaha itu terdapat alat-alat yang dipergunakan.

Pemaknaan pendidikan menurut Marimba ini dikatakan terbatas,

karena pemahaman arti tersebut hanya bersifat kelembagaan saja, baik di

keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kenyataanya bahwa dalam proses

menuju perkembangan yang sempurna itu seseorang tidak hanya

dipengaruhi oleh orang lain, tetapi ia juga menerima pengaruh (entah itu

bimbingan atau bukan, tidak menjadi soal) dari selain manusia.

Sementara itu, Al Syaibany memaknai pendidikan adalah suatu proses

pertumbuhan membentuk pengalaman dan perubahan yang dikehendaki

dalam tingkah laku individu dan kelompok hanya akan berhasil melalui

interaksi seseorang dengan perwujudan dan benda sekitar serta dengan

alam sekelilingnya, tempat ia hidup, benda dan persekitaran adalah

sebagian alam luas tempat insan itu sendiri dianggap sebagai bagian dari

padanya11. Dari pengertian tersebut dinyatakan bahwa al Syaibany

memahami bahwa pendidikan tidak hanya dipengaruhi dari individu lain,

akan tetapi adanya interaksi dengan alam sekelilingnya dimana ia berada

dan ia menjadi bagian di dalamnya.

11 Omar Muhammad al Toumy al Syaibany, Falsafah Tarbiyah Islamiyah, terj. Hasan Langgulung,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm 57.

(28)

Sedangkan menurut Ali Ashraf, bahwa pendidikan adalah sebuah

aktivitas tertentu yang memiliki maksud tertentu yang diarahkan untuk

mengembangkan individu sepenuhnya12. Berbeda pula dengan apa yang

diungkapkan oleh Ali Ashraf, bahwa dalam memaknai pendidikan bisa

memerlukan suatu pengaruh, bimbingan ataupun panduan, namun bisa

juga tidak, yang terpenting jelas adanya aktifitas tertentu dalam rangka

mengembangkan individu secara penuh.

Di sisi lain, Azyumardi Azra menyatakan bahwa pendidikan lebih

daripada sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan sebagai suatu proses

transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan

kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya13. Jelas bahwa apa yang

dinyatakan Azra, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan

tukang-tukang atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya

yang sempit, karena itu perhatian dan minatnya pun lebih bersifat teknis.

Adapun istilah manapun yang akan diambil terserah akan berpijak ke

mana, karena penulis tidak membatasi makna pendidikan secara

sebenarnya.

Dari penjelasan tentang pendidikan, maka bagaimana pula dengan

pendidikan Islam? Kata Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan

warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam,

pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam,

namun apakah itu yang dinamakan pendidikan Islam? Menurut Azra,

12 Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), Hlm 1

13 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta:

(29)

bahwa pendidikan yang dilekatkan dengan kata Islam telah didefinisikan

secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang banyak dipengaruhi oleh

pandangan dunia masing-masing. Namun pada dasarnya, semua pandang

yang berbeda itu bertemu dalam suatu pemahaman bahwa pendidikan

merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan

kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan

efisien14.

Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks

Islam inheren dengan konotasi istilah “ tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang

harus dipahami secara bersama-sama. Al Ta’lim dapat diartikan dengan

pengajaran. Tetapi menurut Naquib al Attas, bahwa istilah al Ta’dib

adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan

pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena

pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan. Al

Attas menjelaskan bahwa Ta’dib berasal dari masdar Addaba yang

diturunkan menjadi kata Adabun, berarti pengenalan dan pengakuan

tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara

hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat dan derajat tingkatan mereka dan

tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat

itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun

rohaniah seseorang15. Definisi ini berbau filsafat, sehingga intinya adalah

14 Ibid, hlm 3

15 Syed Muhammad al Naquib al Attas, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, (Bandung: Mizan,

(30)

pendidikan menurut Islam sebagai usaha agar orang mengenali dan

mengakui tempat Tuhan dalam kehidupan ini.

Di sisi lain, Athiyah al Abrasyi menampilkan batasan tarbiyah sebagai

suatu usaha menjadikan seseorang dapat hidup dengan berilmu

pengetahuan, berakhlak mulia, berbadan sehat, dan berakal cerdas.

Pengertian ini meliputi pembentukan dalam aspek sosial, moral, fisik, dan

intelektual. Tujuannya membentuk manusia yang kreatif. Itu berbeda

dengan konsep pengajaran (ta’lim) yang mengandung pengertian (sekadar)

menyampaikan pengetahuan dan pemikiran guru kepada murid.16

Di samping itu, Abdurrahman al Nahlawi merumuskan definisi

pendidikan dari kata al Tarbiyyah, yaitu Pertama, kata raba-yarbu yang

berarti bertambah, bertumbuh. Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi

besar, dan ketiga, dari kata rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki,

menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara. Menurut Imam al

Baidlawi di dalam tafsirnya arti asal al rabb adalah al Tarbiyah, yaitu

menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna.

Berdasarkan ketiga kata itu, Abdurrahman al Bani menyimpulkan

bahwa pendidikan terdiri atas empat unsur, yaitu pertama, menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang dewasa; kedua, mengembangkan

seluruh potensi; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju

kesempurnaan; keempat, dilaksanakan secara bertahap17. Dari sini, jelas

16 Mulyadi Kartanegara, Pemikiran Islam Kontemporer, (Yogyakarta : Jendela, 2003), hlm 345. 17 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994),

(31)

bahwa pendidikan menurut Islam adalah pengembangan seluruh potensi

anak didik secara bertahap menurut ajaran Islam.

Adapun pendidikan Islam, menurut al Qardhawi adalah pendidikan

manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan

keterampilannya. Karenanya pendidikan Islam berupaya menyiapkan

manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan

menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan

dan kejahatannya, manis dan pahitnya18. Sementara itu, Hasan Langgulung

merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi

muda untuk mengisi peranan, memindahkan kemampuan pengetahuan dan

nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal

dan memetik hasilnya kelak di akhirat19.

Dengan demikian pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan

individu atau pembentukan kepribadian muslim berdasarkan ajaran-ajaran

Islam yang diwahyukan Allah SWT Kepada Muhammad SAW. Ajaran

Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu,

pendidikan Islam merupakan pendidikan iman dan pendidikan amal.

Karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi

masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka

18

Yusuf al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al Banna, Terj. Bustami A. Gani,(Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm 39

19 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung: al Ma’arif, 1980),

(32)

pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan

masyarakat.20

2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Dari beberapa pemikiran di atas, dapatlah diketahui bahwa ruang

lingkup pendidikan Islam adalah berkaitan dengan persoalan-persoalan

yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan

tingkat pendidikan Islam yang ada baik di masa sekarang maupun di masa

yang akan datang. Dengan kata lain, pendidikan Islam adalah suatu sistem

pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan

kehidupannya sesuai dengan ideologi (cita-cita) Islam sehingga ia dengan

mudah dapat membentuk dirinya sesuai dengan ajaran Islam. Artinya,

ruang lingkup pendidikan Islam telah mengalami perubahan sesuai

tuntutan waktu yang berbeda-beda sesuai dengan tuntatan zaman dan

perkembagan ilmu dan teknologi.

Pendidikan Islam sebagai alat pembudayaan Islam memiliki watak

lentur terhadap perkembangan cita-cita kehidupan manusia sepanjang

zaman. Namun watak itu tetap berpedoman kepada prinsip-prinsip nilai

Islami. Pendidikan Islam juga mampu mengakomodasikan tuntutan hidup

manusia dari masa ke masa termasuk di bidang ilmu dan teknologi dengan

sikap mengarahkan dan mengendalikan tuntutan hidup tersebut dengan

nilai-nilai fundamental yang bersumber dari iman dan taqwa kepada Allah

(33)

SWT. Iman dan taqwa inilah yang merupakan rujukan dan transparansi

tingkah laku manusia yang terpancar dengan getaran hati nurani manusia

yang memiliki jiwa kemanusiaan.21

Dengan demikian, profil manusia yang dihasilkan dari pendidikan

Islam adalah manusia yang berkualitas, yakni yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah SWT dan berkemampuan menguasai dan menciptakan ilmu

dan teknologi serta sistem budaya hidup berdasarkan nilai-nilai Islami

untuk menuju kepada kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di

akhirat kelak.

3. Dasar-Dasar Pendidikan Islam

Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipil diletakkan pada

dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya22, yaitu:

a) Al-Qur’an dan Sunnah, karena memberikan prinsip yang penting bagi

pendidikan yaitu penghormatan kepada akal, kewajiban menuntut

ilmu, dan lain sebagainya.

b) Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan

ajaran Islam atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan

kemudharatan bagi manusia.

c) Warisan pemikiran Islam, yang merupakan refleksi terhadap

ajaran-ajaran pokok Islam.

(34)

Sedangkan dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam mempunyai

status yang sangat kuat. Adapun dasar pelaksanaan tersebut dapat ditinjau

dari beberapa segi23, yaitu :

a) Dasar yuridis atau hukum, yakni peraturan dan perundang-undangan

yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama di wilayah suatu

Negara. Adapun dasar dari segi yuridis di Indonesia adalah :

· Pancasila; dasar pendidikan agama yang bersumber pancasila

khususnya sila pertama ini mengandung pengertian bahwa

Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk

merealisasikan sila pertama ini diperlukan adanya pendidikan

agama, karena tanpa pendidikan agama akan sulit mewujudkan sila

pertama ini.

· UUD 1945; yang digunakan sebagai dasar dari UUD 1945

mengenai pendidikan agama ini sebagaimana yang tertera dalam

pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi “Negara berdasarkan atas

keTuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan

tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan

beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Berdasarkan pada UUD 1945 tersebut, maka bangsa Indonesia

merupakan bangsa yang menganut suatu agama dan kepercayaan

adanya Tuhan Yang Maha Esa. Dalam arti Negara melindungi

23 Zuhairini, Dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang : Biro Ilmiah Tarbiyah IAIN,

(35)

umat beragama untuk menunaikan ajaran agamanya dan beribadah

menurut agamnya masing-masing.

· Garis-Garis Besar Haluan Negara; dalam TAP MPR No.

II/MPR/1993 tentang GBHN dinyatakan bahwa pelaksanaan

pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke dalam

kurikulum di sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan

tinggi. Hal ini diperkuat lagi dengan UU No. 2 Tahun 1989 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada bab IX pasal 39 ayat 2,

dinyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis pendidikan, jalur dan

jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila,

Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewaganegaraan.

Dari ketetapan di atas, jelas bahwa pemerintah Indonesia memberi

kesempatan kepada seluruh bangsa Indonesia untuk melasanakan

pendidikan agama, bahkan pendidikan agama sudah secara

langsung dimasukkan dalam kurikulum di sekolah mulai sekolah

dasar sampai perguruan tinggi.

b) Dasar religius, yakni mengenai dasar pendidikan agama Islam ini

adalah Al Quran dan Hadits, yang tidak diragukan lagi kebenarannya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah QS Al Baqarah ayat 2 :

y

7

Ï

Ü=

»

tGÅ

6

ø

9

$#

Ÿ

w

|=÷

ƒ

u‘

¡

Ï

m‹

Ïù

¡

W‰è

d

z

É

)

-Fß

J

ù

=

Ïj

9

ÇËÈ

Artinya : “ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;

(36)

Berdasarkan dari ayat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Al

Quran itu tidak diragukan lagi kebenarannya dan merupakan petunjuk

bagi orang bertaqwa. Dengan demikian, Al Quran merupakan kitab

yang mengandung nilai-nilai luhur dan norma-norma untuk

mengembangkan kehidupan manusia ke arah kesempurnaan atau

manusia dalam arti seutuhnya, yaitu manusia sebagai makhluk

individu, sosial, berakhlak atau bermoral dan sebagai makhluk ciptaan

Tuhan.

Menurut ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama merupakan

perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya. Dalam al

Quran banyak ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut, antara

lain sebagai berikut :

a. Dalam Al Quran surat an-Nahl ayat 125, yang berbunyi :

äí÷Š$#

4

n

<

Î)

È

@‹

Î6y™

y

7

În/u‘

Ï

p

y

J

õ

3

Ïtø

:

$$Î/

Ï

p

sàÏãö

q

y

J

ø

9

$#u

r

Ï

p

u

Z

|¡ptø

:

$#

(

O

ß

g

ø

9

ω

»

y_u

r

Ó

ÉL©

9

$$Î/

}

Ï

d

ß

`

|¡ômr&

4

¨

b

Î)

y

7

-/u‘

u

q

è

d

Þ

O

n

=

ôãr&

`

y

J

Î/

¨

@

`

¾

Ï&Î#

Î6y™

(

u

q

è

d

u

r

Þ

O

n

=

ôãr&

t

ûï

ωtGô

g

ß

J

ø

9

$$Î/

ÇÊËÎÈ

Artinya : “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

(37)

b. Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 104, yang berbunyi :

`

ä

3

tFø

9

u

r

ö

N

ä

3Y

Ïi

B

×

p

¨

B

é&

t

bq

ããô‰t

ƒ

n

<

Î)

ÎŽö

sƒø

:

$#

t

br

ã•ã

B

ù't

ƒ

u

r

Å

$r

ã•÷èpRùQ$$Î/

t

b

ö

q

y

g

÷

Z

t

ƒ

u

r

Ç

`

Ì•s

3Y

ß

J

ø

9

$#

4

y

7

Í

´

¯

»

s

9

'

r

é&u

r

ã

N

è

d

š

cq

ßsÎ

=

øÿß

J

ø

9

$#

ÇÊÉÍÈ

Artinya : “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat

yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

c.

Dalam Al Quran surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi :

$p

k

š

r'¯

»

t

ƒ

t

ûï

Ï

%

©

!

$#

(#

q

ã

Z

t

B

#u

ä

(#þ

q

è

%

ö

/

ä

3

|¡àÿ

R

r&

ö

/

ä

3‹

Î

=

÷

d

r&u

r

#Y‘$t

R

$y

d

ߊ

q

è

%

u

r

â¨$¨

Z9

$#

ä

o

u‘$yfÏtø

:

$#u

r

$p

k

ö

Ž

n

=

î

p

s

3

Í

´

¯

»

n

=

t

B

ÔâŸ

x

Ïî

׊#y‰Ï©

ž

w

t

bq

ÝÁ÷èt

ƒ

©!$#

!$t

B

ö

N

è

d

t•t

B

r&

t

bq

è

=

yèøÿt

ƒ

u

r

$t

B

t

br

â•s

D

÷

s

ã

ƒ

ÇÏÈ

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Selain ayat-ayat tersebut, juga disebutkan dalam beberapa hadits,

(38)

ٌﺔَﯾآ ْﻮَﻟَو ﻲﱢﻨَﻋ اْﻮُﻐﱢﻠَﺑ

)

يرﺎﺨﺒﻟا هاور

(

Artinya : “ Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain, walaupun satu ayat (hanya sedikit)”. (HR Bukhari)

ﮫﻧ ﺎﺴﺠﻤﯾ وا ﮫﻧ اﺮﺼﻨﯾ وا ﮫﻧادﻮﮭﯾ هاﻮﺑ ﺄﻓ ةﺮﻄﻔﻟا ﻰﻠﻋ ﺪﻟﻮﯾ دﻮﻟﻮﻣ ّﻞﻛ

)

ﻰﻘﮭﯿﺒﻟا هاور

(

Artinya : “ Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah

beragama (perasaan percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (HR Baihaki)

Ayat-ayat dan hadits tersebut memberikan pengertian bahwa dalam

ajaran Islam memang ada perintah untuk mendidik agama baik pada

keluarga maupun kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya

(walaupun hanya sedikit).

c) Dasar sosial psikologi, yakni bagi manusia pemenuhan kebutuhan

jasmani saja belum cukup tanpa keutuhan rohani. Untuk memenuhi

keutuhan tersebut, maka dibutuhkan suatu pegangan hidup yang

disebut agama, karena dalam ajaran agama tersebut ada perintah untuk

saling tolong menolong. Dengan agama pula lah, mereka akan merasa

tenang dan tentram hatinya bila mereka mendekatkan diri dan

mengabdi pada Dzat Yang Maha Kuasa. Hal ini sesuai dengan firman

(39)

t

ûï

Ï

%

©

!

$#

(#

q

ã

Z

t

B

#u

ä

û

È

õ

u

K

ôÜs?u

r

O

ß

g

ç/

q

è

=

è

%

Ì•ø

.

É‹Î/

«!$#

3

Ÿ

w

r&

Ì•ò

2

É‹Î/

«!$#

û

È

õ

y

J

ôÜs?

Ü>

q

è

=

à

)

ø

9

$#

ÇËÑÈ

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka

manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” .

4. Tujuan Pendidikan Islam

Setiap kegiatan apapun tentunya memiliki suatu tujuan, terdapat

sesuatu yang ingin dicapai. Karena dengan tujuan itu dapat ditentukan ke

mana arah suatu kegiatan. Tak ubahnya dalam dunia pendidikan, apakah

pendidikan Islam maupun non Islam. Maka sudah dapat dipastikan akan

memiliki suatu tujuan.

Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam, Ahmad Tafsir

menyatakan bahwa suatu tujuan harus diambilkan dari pandangan hidup.

Jika pandangan hidupnya (philosophy of life) adalah Islam, maka tujuan

pendidikan menurutnya haruslah diambil dari ajaran Islam24. Azra

menyatakan bahwa pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari

ajaran Islam secara keseluruhan. Karenanya tujuan pendidikan Islam tidak

terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan

pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat

mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil

(40)

‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia

dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir

pendidikan Islam. Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa

yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis

sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi

ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini

dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap

tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang

telah dicapai.25

Dalam tujuan khusus tahap-tahap penguasaan anak didik terhadap

bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya; pikiran, perasaan,

kemauan, intuisi, keterampilan atau dengan istilah lain kognitif, afektif dan

psikomotor. Dari tahapan ini kemudian dapat dicapai tujuan-tujuan yang

lebih terperinci lengkap dengan materi, metode dan sistem evaluasi. Inilah

yang kemudian disebut kurikulum, yang selanjutnya diperinci lagi ke

dalam silabus dari berbagai materi bimbingan.26

Menurut Mohammad ’Athiyah al Abrasy, pendidikan budi pekerti

adalah jiwa dari pendidikan Islam dan Islam telah menyimpulkan bahwa

pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.

Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya

25 Azyumardi Azra, Op. Cit, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm 8 26

Imam Mawardi, 2008, Ilmu Pendidikan Islam

(41)

sebenarnya dari pendidikan Islam27. Definisi ini menggambarkan bahwa manusia yang ideal harus dicapai melalui kegiatan pendidikan adalah

manusia yang sempurna akhlaknya. Hal ini sejalan dengan misi kerasulan

Nabi Muhammad SAW, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Sementara itu, Muhammad Quthb berpendapat bahwa Islam

melakukan pendidikan dengan pendekatan yang menyeluruh terhadap

wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit

pun, baik segi jasmani maupun rohani, baik kehidupannya secara mental

dan segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia secara

totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas

dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikit pun yang

diabaikan dan tidak memaksa apa pun selain apa yang dijadikannya sesuai

dengan fitrahnya28. Pendekatan ini menunjukkan bahwa dalam rangka

mencapai pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi

manusia secara serasi dan seimbang. Dengan terbinanya potensi manusia

secara sempurna diharapkan ia dapat melaksanakan fungsi pengabdiannya

sebagai khalifah di muka bumi ini.

Selain itu, Ali Ashraf menyatakan bahwa pendidikan bertujuan

menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia

melalui latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan

tubuh manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi

27

Mohammad Athiyah al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 104-106

28 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, (Bandung: al Ma’arif, 1984),

(42)

pertumbuhan manusia dalam segala aspek spiritual, intelektual, imaginatif,

fisikal, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif

dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan

kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim adalah perwujudan

penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat individual, masyarakat dan

kemanusiaan pada umumnya29. Pemahaman ini terkesan bahwa tujuan

utama pendidikan Islam tiada lain adalah perwujudan pengabdian secara

optimal kepada Allah SWT. Untuk dapat melaksanakan pengabdian

tersebut, harus dibina seluruh potensi yang dimilikinya, baik potensi

spiritual, intelektual, perasaan, kepekaan dan sebagainya.

Dengan demikian, melihat berbagai tujuan yang telah dikemukakan

bahwa tujuan pendidikan Islam tiada lain adalah untuk mewujudkan insan

yang berakhlakul karimah yang senantiasa mengabdikan dirinya kepada

Allah SWT serta dapat memahami ajaran-ajaran Islam secara sederhana

dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman

hidup dan amalan perbuatannya, baik dalam hubungannya dengan Allah,

dengan masyarakat dan hubungan dengan sekitarnya.

5. Karakteristik Pendidikan Islam

Masyarakat muslim memiliki aqidah dan kebudayaan yang khas.

Dengan demikian, maka konsep dasar pendidikan Islam pun mesti

bertumpu pada unsur-unsur utama yang menjadi landasan aqidahnya

(43)

sendiri. Dari semua unsur itu, aqidah tauhid merupakan unsur pertama,

bahkan merupakan pusat. Semua harus merujuk kepadanya. Tauhid dalam

pandangan Islam merupakan landasan seluruh konsep dan aturan hidup ini

dibangun.

Adapun sumber pokok pembahasan aqidah tauhid dalam Islam adalah

wahyu yang dinukilkan dalam al Quran dan sunnah. Kenyataan inilah

yang menjadikan pendidikan Islam memiliki karakteristik khusus

dibanding dari pendidikan lainnya. Dengan demikian pendidikan Islam

dipandu oleh sumber yang jelas dan transenden, yaitu wahyu. Jadi tidak

diserahkan kepada pengalaman manusia semata, apalagi kepada spekulasi

manusia, seperti dapat dilihat dari prosedur penyusunan konsep-konsep

pendidikan sekuler.

Selain berdasar kepada al Quran dan Sunnah, pendidikan Islam juga

berorientasi kepada masyarakat, seperti umumnya pendidikan lainnya.

Karena itu, masyarakat juga menjadi dasar bagi pembentukan

konsep-konsep pendidikan Islam dan pelaksanaannya. Hal itu memang dikaitkan

dengan esensi ajaran Islam sendiri, yaitu rahmatan lil’alamin.

Dijadikannya masyarakat sebagai dasar, menunjukkan karakter ajaran

Islam yang fleksibel dan berlaku di setiap tempat dan setiap waktu,

sehingga terjadi hubungan antara teks dan konteks.

Karakteristik pendidikan Islam pada dasarnya mewujudkan

ajaran-ajaran Islam yang relevan tersebut dalam kerangka yang dapat dibedakan

(44)

Islam pada dasarnya dapat dilihat pada dua sisi pokoknya, yaitu : Pertama,

aspek-aspek fundamental yang menggambarkan dasar dan tujuan

pendidikan Islam sehingga membedakannya dengan pendidikan non

muslim; dan kedua, kandungan utama pendidikan Islam yang menjadi

substansi untuk dikembangkan dalam kurikulumnya.30

Sementara itu, Imam Mawardi juga mengemukakan karakter

pandidikan Islam, antara lain penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan,

penguasaan dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah SWT,

penekanan pada nilai-nilai akhlak, pengakuan akan potensi dan

kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadian, dan

pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada Tuhan

dan masyarakat manusia.31

6. Materi atau Kurikulum Pendidikan Islam

Ajaran pendidikan agama Islam sangat luas dan bersifat universal,

sebab mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik yang berhubungan

dengan Sang Khalik mapun dengan sesama makhluk. Dalam kurikulum

mengandung materi yang diajarkan secara sistematis dengan tujuan yang

telah ditetapkan. Pada hakikatnya, antara materi dan kurikulum

mengandung arti sama, yaitu bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam

proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.

30 Maksum, Madrasah; Sejarah dan Perkembanganya, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), Hlm

26-28

31

Imam Mawardi, 2008, Ilmu Pendidikan Islam

(45)

materi yang diuraikan dalam al Quran menjadi bahan-bahan pokok

pelajaran yang disajikan dalam proses pendidikan Islam, formal maupun

nonformal. Oleh karena itu, materi pendidikan Islam yang bersumber dari

al Quran harus dipahami, dihayati, diyakini, dan diamalkan dalam

kehidupan umat Islam.32

Materi Pendidikan agama Islam adalah sesuatu yang hendak diberikan

kepada dan dicerna, diolah, dihayati serta diamalkan oleh peserta didik

dalam proses kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan

Islam33. Pada dasarnya materi pendidikan agama Islam yang diberikan

kepada anak didik adalah sangat universal yang mengandung aturan-aturan

sebagai aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, pada dasarnya materi

pendidikan agama Islam terbagi menjadi tiga pokok masalah, yaitu :

a) Aqidah

Aqidah dalam arti luas adalah kepercayaan, keyakinan iman.

Dalam pendidikan agama Islam yang pertama dan utama adalah

pembentukan keyakinan kepada Allah SWT, yang diharapkan

mendasari setiap sikap dan tingkah laku serta kepribadian anak.

Karena pada dasarnya manusia itu membutuhkan sebuah kepercayaan

yang akan membentuk sikap dan pandangannya. Selain itu, hendaknya

orang tua menanamkan rasa keimanan yang murni sejak dini kepada

anak-anaknya. Sebab pendidikan keimanan akan melandasi sikap,

32

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam ; Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Cet 2, (Jakarta ; Bumi Akasara,2006), hlm 135

33 TIM dosen IAIN Malang, Da sar-Dasar Kependidikan Islam : Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan

(46)

tingkah laku, dan kepribadian anak. Pendidikan iman akan

mengarahkan manusia memiliki keyakinan bahwa Allah yang wajib

disembah, sehingga manusia terhindar dari segala bentuk kemusyrikan.

Hal ini mendapatkan tempat pertama dari wasiat Luqman pada QS.

Luqman ayat 1334 :

øŒÎ)u

r

t

A

$s

%

ß

y

J

ø

)

ä

9

¾

Ï

m

Ï

Z

ö/e

w

u

q

è

d

u

r

¼

ç

m

ÝàÏèt

ƒ

¢

Ó

o

_

ç6

»

t

ƒ

Ÿ

w

õ

8

ÎŽô³è@

«!$$Î/

(

ž

c

Î)

x

8

÷ŽÅe³

9

$#

í

O

ù

=

Ýàs

9

Ò

Ïàtã

ÇÊÌÈ

Artinya : ” Dan (ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Ayat tersebut memberi petunjuk kepada manusia agar

menanamkan keimanan kepada Allah secara murni, yaitu keimanan

yang tidak berbau kemusyrikan. Adapun salah satu penanaman

terhadap anak adalah dengan cara memperkenalkan dua kalimat

syahadat.

34 Zuhairini, Dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang : Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah

(47)

b) Pendidikan ibadah.

Setelah keimanan tertanam dalam diri manusia, maka manifestasi

dari itu adalah pengabdian kepada Allah, yaitu dengan cara

beribadah35. Hal ini sesuai dengan QS. Luqman ayat 17:

¢

Ó

o

_

ç6

»

t

ƒ

É

O

Ï

%

r&

n

o

4

q

n

=

¢Á

9

$#

ö•ã

B

ù&u

r

Å

$r

ã•÷èy

J

ø

9

$$Î/

t

m

÷

R

$#u

r

Ç

`

Ì•s

3Z

ß

J

ø

9

$#

÷ŽÉ9ô¹$#u

r

4

n

?

!$t

B

y

7

t/$|¹r&

(

¨

b

Î)

y

7

Ï

ô

`

Ï

B

Ç

P

÷“tã

Í‘

q

ã

B

W

{

$#

ÇÊÐÈ

Artinya : ” Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” .

Dari ayat tersebut, Luqman berwasiat kepada anaknya tentang

empat perkara yang menjadi modal dari pembentukan pribadi muslim,

yaitu mendirikan sholat, amar ma’ruf, nahi munkar, dan bersabar.

Anak harus dibimbing untuk selalu mengerjakan sholat, karena sholat

merupakan dasar bagi amal-amal sholeh yang lain.36

c) Akhlak (budi pekerti)

Yang tidak kalah penting dari kedua materi di atas adalah materi

akhlak. Menurut al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, bahwa akhlak

adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, daripadanya timbul perbuatan

yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran37. Dengan

35 Ibid, hlm 62

36 Ahmad Tafsir, Op Cit, Hlm 130

(48)

demikian, akhlak adalah perbuatan suci yang timbul dari lubuk hati

yang tidak bisa dibuat-buat. Pendidikan akhlak ini tidak cukup dengan

hafalan-hafalan, penanamannya harus melalui pembiasaan dan

latihan-latihan, praktek secara langsung dan pemberian teladan.

pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.

Dari uraian tersebut di atas, jelas bahwa kurikulum mempunyai peran

penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Apalagi tujuan

pendidikan Islam yang begitu kompleks, seorang anak didik tidak hanya

memiliki kemampuan secara afektif, kognitif maupun psikomotor, tetapi

dalam dirinya harus tertanam sikap dan pribadi yang berakhlak karimah.

Pada dasarnya, pokok kurikulum pendidikan Islam adalah yang

berkaitan dengan ibadah, seperti : a) hubungan manusia dengan Allah, b)

hubungan manusia dengan manusia, dan c) hubungan manusia dengan

alam. Sementara menurut at Toumy, ia mem

Gambar

Tabel Kurikulum MULO
Tabel Rencana Pelajaran Madrasah Diniyah Muhammadiyah

Referensi

Dokumen terkait

Ahmad Dahlan yang terkandung dalam novel Sang Pencerah diantaranya adalah modernisasi kurikulum yang mencakup tujuan pendidikan, materi dan sistem

Adapun pelaksanaan pendidikan karakter dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, hanya

Ahmad Dahlan (Studi Tentang Filosofi Pendidikan, Tujuan Pendidikan, Model Pendidikan, dan Pembaharuan Pendidikan), Jurnal Kajian Islam &amp; Pendidikan, Volume 06, No

Ahmad Dahlan banyak bergaul dengan kelompok Islam kota, maka model pendidikan Muhammadiyah juga dipengaruhi kultur kekotaan saat itu yaitu tidak terlalu alergi

Meskipun gagasan ini masih terlihat belum konkrit -sebab apakah mengacu pada sistem pendidikan terpadu dengan menggunakan kurikulum penuh atau hanya sekedar memberikan

Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Perspektif Islam Kurikulum sebagai acuan pelaksanaan pendidiakn dalam pendidikan Islam dikenal denga kata manhaj yang memiliki arti

Komponen-komponen pendidikan Islam, yaitu: pengertian pendidikan Islam, dasar dan tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, evaluasi pendidikan

diterapkan.20 2 Mengintegrasikan konsep-konsep Maqashid Shariah dalam kurikulum pendidikan agama Islam sehingga siswa dapat memahami keterkaitan antara tujuan agama dan tantangan