KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN
SKRIPSI
Oleh :
PUTRI YULIAVSARI 05110030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
Agustus, 2009
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh :
PUTRI YULIAVSARI 05110030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
HALAMAN PERSETUJUAN
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN
SKRIPSI
Oleh :
Putri Yuliavsari 05110030
Telah Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
M. Samsul Ulum, MA NIP. 150 302 561
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
HALAMAN PENGESAHAN
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh Putri Yuliavsari (05110030)
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 4 Agustus 2009 dengan nilai ...
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
pada tanggal 4 Agustus 2009
Panitia Ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang
M. Samsul Ulum, MA :
NIP. 150 302 561 Sekretaris Sidang
Abdul Malik Karim A, M.Pd.I : NIP. 150 368 790
Pembimbing
M. Samsul Ulum, MA :
NIP. 150 302 561 Penguji Utama
Dr. H. M. Samsul Hady, M. Ag :
NIP. 150 367 254
Mengesahkan
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Nya
sehingga hamba dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan ananda persembahkan
skripsi ini untuk orang-orang yang telah memberikan kisah kasih tentang makna
hidup serta langkah bijak dalam meniti lika-liku kehidupan….
Kepada
Ayah dan ibuku yang telah banyak memberikan doa-doanya yang tulus, nasehat,
juga pengorbanan yang tak terhingga nilainya baik materiil maupun spiritual
sehingga ananda bisa sampai ke jenjang Perguruan Tinggi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Semoga ananda dapat menjadi anak
yang selalu berbakti dan dapat membahagiakan ayah dan ibu
Keluarga besar ananda, kedua kakakku dan adikku tersayang yang selalu
memberikan segalanya layaknya orang tua. Semoga untaian pahala tak jamu
teralir hingga yaumul akhir.
Para guru dan dosen ananda yang selalu jadi pelita dalam studiku. Karenamu
anada dapat mewujudkan harapan dan anganku sebagai awal menggapai
cita-citaku.
Serta teman-teman ananda senasib dan seperjuangan, bersama kalian ananda
belajar lebih tentang arti kehidupan.
MOTTO
u
q
è
d
“
Ï
%
©
!
$
#
y
]
y
è
t
/
’
Î
û
z
`¿
Íh
‹
Ïi
B
W
{
$
#
Z
wq
ß
™
u
‘
ö
N
å
k
÷
]
Ïi
B
(
#
q
è
=
÷
F
t
ƒ
ö
N
Í
k
ö
Ž
n
=
t
ã
¾
Ï
m
Ï
G
»
t
ƒ
#
u
ä
ö
N
Í
kŽ
Ïj
.
t
“
ã
ƒ
u
r
ã
N
ß
g
ß
J
Ïk
=
y
è
ã
ƒ
u
r
|
=
»
t
G
Å
3
ø
9
$
#
s
p
y
J
õ
3
Ï
t
ø
:
$
#
u
r
b
Î
)
u
r
(
#
q
ç
R
%
x
.
`
Ï
B
ã
@
ö
6
s
%
’
Å
"
s
9
9
@»
n
=
|
Ê
&
ûü
Î
7
•
B
ÇËÈ
“ Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” . (QS. Al-Jumuah
: 2)1
M. Samsul Ulum, MA Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Putri Yuliavsari Malang, 16 Juni 2009
Lamp : 4 (empat) Eksemplar
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di
Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini :
Nama : Putri Yuliavsari
NIM : 05110030
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH. Ahmad Dahlan
Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu’alaikum Wr. W
Pembimbing,
M. Samsul Ulum, MA
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar rujukan.
Malang, 16 Juni 2009
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Robbi yang telah
melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul : “Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH.
Ahmad Dahlan ”.
Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada nabi
besar Muhammad Saw, yang berkat syafaat dan barokah beliau kita dapat
menjalankan kehidupan ini dengan penuh kedamaian.
Skripsi ini penulis susun guna melengkapi sebagian tugas dan sebagian
syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) di Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penulis sadar dan yakin bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
serta masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya, semua itu disebabkan
karena minimnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran-saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca.
Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih teriring doa
“Jazakumullah” kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung,
memperlancar terselesaikannya skripsi ini, khususnya penulis sampaikan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Orang tuaku yang aku banggakan, Ayah Suroyo dan Ibu Aminah Subekti, dan
saudara-saudaraku Henry Martoyo, Inry Nurayu Saputri, Muh. Rosidi, Mas
Koko, Mbak Santi, Rohmatul Umma, dan Dina Anggraini, yang telah
mencurahkan cinta dan kasih sayang teriring doa dan motivasinya sehingga
penulis selalu optimis dalam menggapai kesuksesan hidup di dunia ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Bapak Drs. H.M. Padil, M. PdI, selaku Ketua Jurusan Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
5. Bapak M. Samsul Ulum, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih
atas bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Jazakumullah Ahsanal Jaza’.
6. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang yang telah mendidik, membimbing, mengajarkan dan
mencurahkan ilmunya kepada penulis. Semoga Allah membalas amal
kebaikan mereka.
7. Seluruh teman Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang dan sahabat-sahabat terbaikku (Emi Fatmawati, Fitri Hidayati
R, Mifta Cholin, Elok Setya P, Nahdiyatul Ula, Ulil Absor, Imam Bukhori M,
Juswadi, Fauzi Emqi, A. Syamsudin, Indah Catur W, Nur Azizi, Mudlihatul
Ulya, Ellys S), terimakasih atas bantuannya. Semoga kebaikan kalian semua
diterima sebagai amal sholeh.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang ikut dan
memotivasi terhadap penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya hanya doa dan ucapan terimakasih atas segala bantuan yang
diberikan, semoga amal baik mereka diterima di sisi-Nya serta mendapat karunia
dan pahala yang berlipat ganda dan semoga pula skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis, juga para pembaca yang budiman. Amin Yaa Robbal Alamin..
Malang, Juni 2009
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ... vii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
ABSTRAK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penulisan... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 7
E. Batasan Penelitian... 7
F. Sistematika Pembahasan ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A. Pendidikan Islam ... 10
2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam... 16
3. Dasar-Dasar Pendidikan Islam... 17
4. Tujuan Pendidikan Islam ... 23
5. Karakteristik Pendidikan Islam... 26
6. Materi atau Kurikulum Pendidikan Islam... 28
B. Konsep Pendidikan Islam dalam Pemikiran Para Tokoh Klasik dan Kontemporer... 33
1. Pandangan Para Pemikir Islam Klasik Mengenai Pendidikan Islam... 37
a. Ibnu Maskawaih... 37
b. Al-Ghazali... 42
c. Ibnu Khaldun ... 47
2. Pandangan Para Pemikir Islam Kontemporer Mengenai Pendidikan Islam... 51
a. Muhammad Abduh ... 51
b. Ki Hajar Dewantara ... 55
c. Hasan Langgulung ... 59
d. Naquib al Attas ... 64
C. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia ... 69
1. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periode
(1900-menjelang 1945) ... 69
2. Perkembangan Pendidikan Islam pada Periode Indonesia Merdeka (1945-sekarang) ... 75
D. Pendidikan Islam Abad 21 ... 79
BAB III METODE PENELITIAN... 113
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 113
B. Jenis Data ... 114
C. Sumber Data... 115
D. Tehnik Pengumpulan Data... 117
E. Tehnik Pengolahan Data ... 118
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 120
A. Biografi KH. Ahmad Dahlan ... 120
1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan ... 121
2. Latar Belakang Pendidikan KH. Ahmad Dahlan ... 123
3. Usaha dan Jasa-Jasa Besar KH. Ahmad Dahlan ... 127
4. Latar Belakang Lahirnya Perkumpulan Muhammadiyah 131 B. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Tentang Konsep Pendidikan Islam ... 139
1. Tujuan Pendidikan Islam ... 140
2. Materi atau Kurikulum Pendidikan Islam... 150
C. Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan pada Konteks
Pendidikan Islam di Abad 21... 180
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... 186
A. Analisis Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Tentang Konsep Pendidikan Islam... 186
B. Analisis Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Pada Konteks Pendidikan Islam di Abad 21... 199
BAB VI PENUTUP... 207
A. Kesimpulan ... 207
B. Saran-Saran ... 208
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Yuliavsari, Putri. Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH. Ahmad
Dahlan. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN ) Maulana Malik Ibrahim Malang. Muhammad Samsul Ulum, MA.
Pendidikan menurut Islam merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab. Oleh karena itu, Islam tentunya memberikan konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan
dan menjadi tanggung jawab manusia untuk menjabarkan dengan
mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam praktik pendidikan. Konsep adalah sebuah kerangka pikir, ide atau rancangan dalam suatu hal. Salah satu Intelektual Muslim yang mencoba melakukan rekonstruksi bangunan paradigma yang dapat dijadikan dasar bagi sistem Pendidikan Nasional adalah KH. Ahmad Dahlan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil suatu rumusan masalah yang berkaitan dengan pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam dan relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan pada konteks pendidikan Islam di abad 21.
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian library research dan termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi. Dalam analisis data, penulis menggunakan teknis analisis deskriptif, dengan cara menemukan pola, tema tertentu, mencari hubungan logis antara pemikiran tersebut, kemudian mengklasifikasikan pemikiran sang tokoh sehingga dapat dikelompokkan ke dalam aspek pendidikan Islam yang sesuai, kemudian langkah terakhir yaitu merumuskan hasil untuk mencapai generalisai gagasan yang spesifik.
Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan di sini bahwa Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam dapat terlihat pada usahanya dalam mengintegrasikan dikotomi ilmu pengetahuan, menjaga keseimbangan, bercorak intelektual, moral dan religius. Tujuan pendidikan Islam
menurutnya adalah melahirkan individu yang utuh. Dalam rangka
mengintegrasikan kedua sistem pendidikan, KH. Ahmad Dahlan lebih banyak mengadopsi sistem pendidikan sekolah barat yang sudah maju. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan memiliki kerelevanan apabila dihadapkan pada konteks pendidikan Islam abad 21. Di antara pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang memiliki keterkaitan dalam pendidikan Islam abad 21 adalah aspek tujuan pendidikan Islam dan kurikulum pendidikan Islam Hanya saja, tidak semuanya, akan tetapi butuh pemilahan-pemilahan kesistematisan konsep yang telah disampaikan. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan pendidikan di abad 21.
BUKTI KONSULTASI PEMBIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Putri Yuliavsari
NIM/Jurusan : 05110030/ Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing : M. Samsul Ulum, MA.
Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH. Ahmad
Dahlan
No Tanggal Hal yang Dikonsultasikan Tanda Tangan
1 10 Februari 2009 Proposal
2 18 Februari 2009 Proposal Ganti Judul
3 4 Maret 2009 Bab 1
4 10 Maret 2009 Bab 2 & Bab 3
5 20 April 2009 Revisi Bab 2 & Bab 3
6 4 Mei 2009 Bab 4, Revisi Bab 2 & Bab 3
7 18 Mei 2009 Bab 5, Revisi Bab 4
8 28 Mei 2009 Bab 6, Revisi Bab 5
9 1 Juni 2009 Abstrak & Bab Keseluruhan
10 16 Juni 2009 ACC Keseluruhan
Malang, 30 Juni 2009 Dekan Fakultas Tarbiyah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama universal mengajarkan kepada umat manusia
berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrowi. Salah satu diantara
ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk
melaksanakan pendidikan, karena menurut ajaran Islam pendidikan adalah
merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipatuhi, demi
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.2
Sejak sejarah manusia lahir mewarnai rutinitas kegiatan alam fana ini,
pendidikan sudah merupakan “barang penting” dalam komunitas sosial. Nabi
Adam as yang memulai kehidupan baru di jagad raya ini senantiasa dibekali
akal untuk memahami setiap yang ia temukan dan kemudian menjadikannya
sebagai konsep pegangan hidup.3
Pendidikan menurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari
tugas kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung
jawab, kemudian pertanggungjawaban itu baru bisa dituntut kalau ada aturan
dan pedoman pelaksanaan. Oleh karenanya, Islam tentunya memberikan
garis-garis besar tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan
konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung
2 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 2, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm 98
3 Ahmad Barizi dalam A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: PT Raja
jawab manusia untuk menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep-konsep
dasar tersebut dalam praktek pendidikan.4
Dengan pendidikan, manusia biasa mempertahankan kekhalifahannnya
sebagaimana pendidikan adalah hal pokok yang membedakan antara manusia
dengan makhluk lainnya. Dan pendidikan yang diberikan atau dipelajari harus
dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai mediasi nilai-nilai kemanusiaan itu
sendiri. Hal ini dalam agama sangatlah diperhatikan, akan tetapi dalam
pengaplikasiannya yang dilakukan umatnya kadang melenceng dari esensi
ajaran agama itu sendiri. Hal inilah yang harus menjadi perhatian dasar
pendidikan Islam.
Pendidikan sering dikatakan sebagai seni pembentukan masa depan. Ini
tidak hanya terkait dengan manusia seperti apa yang diharapkan di masa
depan, tetapi juga dengan proses seperti apa yang akan diberlakukan sejak
awal keberadaannya, baik dalam konteks peserta didik maupun proses. Oleh
karena itu, pendidikan Islam perlu memperhatikan realitas sekarang untuk
menyusun format langkah-langkah yang akan dilakukan.
Dengan demikian, ajaran Islam sarat dengan nilai-nilai, bahkan konsep
pendidikan. Akan tetapi, semua itu masih bersifat subyektif dan transendental.
Agar menjadi sebuah konsep yang obyektif dan membumi perlu didekati
dengan keilmuan, atau sebaliknya perlu menggunakan paradigma Islam yang
sarat dengan nilai-nilai pendidikan.5
4 Zuhairini, Op Cit, Hlm 148
5 Abdurrahman Masud, dkk, P aradigma Pendidikan Islam, Cet 1, ( Yogyakarta : Pustaka pelajar,
Pemikiran semacam ini kiranya saat ini memiliki momentum yang tepat,
karena dunia pendidikan sering menghadapi krisis konseptual6. Di samping
karena begitu cepatnya terjadi perubahan sosial yang sulit, maka menjadi
tanggung jawab bagi setiap pakar pendidikan untuk membangun teori
pendidikan Islam sebagai paradigma.
Saat ini ada kecenderungan pendidikan Islam kian mendapat tantangan
seiring berkembangnya zaman. Di satu sisi lain muncul persaingan global
dunia pendidikan Islam. Sedangkan di satu sisi menjanjikan masa depan
pembentukan kualitas anak didik, namun pada sisi lain juga memunculkan
kekhawatiran kian merosotnya kualitas pendidikan yang merusak nilai-nilai
pendidikan Islam itu sendiri.
Pendidikan Islam dewasa ini menghadapi banyak tantangan yang
berusaha mengancam keberadaannya. Tantangan tersebut merupakan bagian
dari sekian banyak tantangan global yang memerangi kebudayaan Islam.
Tantangan yang paling parah yang dihadapi pendidikan Islam adalah krisis
moral spiritual masyarakat, sehingga muncul anggapan bahwa pendidikan
Islam masih belum mampu merealisasikan tujuan pendidikan secara holistik.
Di antara tantangan yang dihadapi pendidikan Islam, antara lain: 1)
kebudayaan Islam berhadapan dengan kebudayaan barat abad ke-20; 2)
bersifat intern, tampak pada kejumudan produktivitas pemikiran keIslaman
dan upaya menghalangi produktivitas tersebut; 3) kebudayaan yang dimiliki
sebagian pemuda muslim yang sedang belajar di negeri asing hanya
kebudayaan asing; 4) sistem kebudayaan Islam di sebagian negara Muslim
masih terpaku pada metode tradisional dan kurang merespon perkembangan
zaman secara memadai agar generasi muda tidak berpaling kepada
kemewahan kehidupan modern dan kebudayaan barat; 5) kurikulum universal
di sebagian dunia Islam masih mengabaikan kebudayaan Islam; dan 6)
berkenaan dengan pendidikan wanita Muslimah.7
Paradigma pembangunan pendidikan yang sangat sentralistik telah
melupakan keragaman yang sekaligus kekayaan dan potensi yang dimiliki
bangsa ini. Perkelahian, kerusuhan, permusuhan, munculnya kelompok yang
memiliki perasaan bahwa budayanyalah yang lebih dari budaya lain adalah
buah dari pengabaian keragaman tersebut dalam dunia pendidikan kita.
Ada banyak tokoh-tokoh pendidikan Islam, baik klasik dan kontemporer
yang penulis lihat dan klasifikasi dari melihat masa ketika para tokoh trersebut
hidup yang telah menulis hasil pemikirannya tentang pendidikan, diantaranya
yang klasik adalah Ibnu Khaldun, Imam al Ghazali, dan Ibnu Maskawih, dan
masih banyak lagi. Sedangkan para tokoh yang kontemporer adalah
Muhammad Abduh, Ki Hajar Dewantara, Hasan Langgulung, dan Naquib al
Attas, dan masih banyak lagi. Kehadiran mereka dapat memfungsikan semua
potensi dirinya dan tanggung jawabnya sebagai khalifah fil Ardh yang
membebaskan belenggu kehidupan yang dapat mengancam keterasingan umat
Islam. Dari kesemuanya tokoh-tokoh pendidikan tersebut akan dibahas dalam
pembahasan selanjutnya.
7 Hery Noer Aly, Dkk, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta : Friska Agung Insani, 2003), Hlm
Sistem pendidikan sering dipahami sebagai suatu pola menyeluruh dari
proses pendidikan dalam lembaga-lembaga formal, agen-agen, serta organisasi
dengan mentransfer pengetahuan, warisan kebudayaan serta sejarah
kemanusiaan yang mempengaruhi pertumbuhan sosial, spiritual, dan
intelektual. Artinya, sistem pendidikan tidak bisa dipisahkan dari
sistem-sistem di luarnya, seperti sistem-sistem politik, sistem-sistem tata laksana, sistem-sistem keuangan,
dan sistem kehakiman.
Salah satu Intelektual Muslim atau tokoh pendidikan Islam yang
mencoba melakukan rekonstruksi bangunan paradigma yang dapat dijadikan
dasar bagi sistem pendidikan nasional adalah KH. Ahmad Dahlan. Berawal
dari rekontruksi itu lah dirasa perlu diteliti menurut peneliti sebagai salah satu
usaha atau refleksi untuk menemukan konsep pendidikan Islam yang
benar-benar relevan dengan keadaan masa kini atau abad 21.
KH. Ahmad Dahlan merupakan tipe man of action sehingga sudah pada
tempatnya apabila cukup mewariskan banyak amal usaha bukan tulisan.
Dengan usaha beliau di bidang pendidikan, beliau dapat dikatakan sebagai
suatu "model" dari bangkitnya sebuah generasi yang merupakan "titik pusat"
dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan yang
dihadapi golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan
dan kejumudan paham agama Islam. Berbeda dengan tokoh-tokoh nasional
pada zamannya yang lebih menaruh perhatian pada persoalan politik dan
pendidikan. Titik bidik pada dunia pendidikan pada gilirannya
mengantarkannya memasuki jantung persoalan umat yang sebenarnya.8
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka penulis tedorong untuk
mengadakan suatu kajian dengan mengambil judul “KONSEP PENDIDIKAN
ISLAM DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
didapatkan suatu rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan
Islam ?
2. Bagaimana relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam konteks
pendidikan Islam di abad 21 ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep
pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam konteks
pendidikan Islam di abad 21.
8
D. Kegunaan Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa kegunaan, antara
lain :
1. Sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan konsep Islam yang bersumber
dari Al-Quran dan Al-Hadits yang diharapkan mampu menjadi sarana
pengembangan wawasan keilmuan dan penghayatan serta pengalaman
keagamaan di kalangan akademisi khususnya, dan masyarakat pada
umumnya.
2. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam
sekaligus kualitas sumber daya manusia. Karena memang pada hakekatnya
pendidikan dirancang untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
manusia, karena itu penulisan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam
pengembangan pendidikan Islam.
3. Untuk mengembangkan kreativitas potensi diri penulis dalam
mencurahkan pemikiran ilmiah lebih lanjut.
E. Batasan Penelitian
Agar tidak terjadi mis-understanding dalam memahami hasil dari
penulisan ini, maka dalam hal ini penulis membatasi obyek penelitiannya yang
telah disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi obyek
penelitian ini yang berkisar pada :
1. Pencarian informasi tentang pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang
2. Memberikan gambaran tentang relevansi pemikiran KH. Ahamad Dahlan
dalam konteks pendidikan Islam di abad 21.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang
pembahasan ini, secara singkat dapat dilihat dalam sistematika pembahasan
dibawah ini :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis akan mendeskripsikan secara umum dan
menyeluruh tentang skripsi ini, yang mengantarkan pembaca untuk
dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan
mengapa penelitian itu dilakukan. Oleh karena itu, pada bab
pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian dan kegunaannya, batasan penelitian dan
sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini, dimaksudkan unrtuk memberikan pra-wacana
sebelum masuk dalam pembahasan utama yakni bagaimana konsep
pendidikan Islam dalam perspektif KH. Ahmad Dahlan. Karena
itu, sub bahasan yang akan disajikan adalah seputar paradigma
BAB III METODE PENELITIAN
Merupakan kerangka yang berisikan tentang jenis dan pendekatan
penelitian, jenis data, sumber data, tehnik pengumpulan data, dan
tehnik pengolahan data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Memuat uraian tentang data dan temuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam bab III.
Karena itu bab ini akan mengungkap data-data yang terkait dengan
rumusan masalah, yaitu pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang
konsep pendidikan Islam dan relevansi pemikiran KH. Ahmad
Dahlan dalam konteks pendidikan Islam di abad 21.
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berisikan tentang pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian,
yang bertujuan untuk menjawab masalah penelitian, menafsirkan
temuan-temuan penelitian, mengintegrasikan temuan penelitian ke
dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, membuktikkan
teori yang sudah ada, dan menjelaskan implikasi-implikasi lain dari
hasil penelitian, termasuk keterbatasan temuan-temuan penelitian.
BAB VI PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan, sekaligus saran-saran bagi praktisi
pendidikan apa yang harus dilakukan berkenaan dengan konsep
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Berbicara masalah pendidikan merupakan suatu kajian yang cukup
menarik, karena pemahaman makna tentang pendidikan sendiri pun juga
beragam. Perlu diketahui bahwa banyak sekali istilah-istilah dalam
pendidikan itu sendiri. Seperti pengajaran, pembelajaran, paedagogi,
pendidikan, pelatihan, dan lain sebagainya. Semua itu dapat dijumpai
dalam buku-buku yang mengkaji tentang pendidikan.
Istilah pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang
terdapat di dalam masyarakat dan bangsa. Dengan demikian, makna
pendidikan Islam dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.9
Pendidikan menurut Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama10. Dalam pendidikan yang
dijelaskan di atas bahwa dalam pendidikan terdapat beberapa unsur,
diantaranya :
9
Djumransjah, dkk, Pendidikan Islam ; Menggali “ Tradisi” , Meneguhkan Eksistensi, (Malang : UIN-Malang Press, 2007), hlm 1
10 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al Ma’arif, 1989}, hlm
a) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan dilakukan secara sadar.
b) Ada pendidik, pemimpin atau penolong.
c) Ada peserta didik, anak didik.
d) Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.
e) Dalam usaha itu terdapat alat-alat yang dipergunakan.
Pemaknaan pendidikan menurut Marimba ini dikatakan terbatas,
karena pemahaman arti tersebut hanya bersifat kelembagaan saja, baik di
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kenyataanya bahwa dalam proses
menuju perkembangan yang sempurna itu seseorang tidak hanya
dipengaruhi oleh orang lain, tetapi ia juga menerima pengaruh (entah itu
bimbingan atau bukan, tidak menjadi soal) dari selain manusia.
Sementara itu, Al Syaibany memaknai pendidikan adalah suatu proses
pertumbuhan membentuk pengalaman dan perubahan yang dikehendaki
dalam tingkah laku individu dan kelompok hanya akan berhasil melalui
interaksi seseorang dengan perwujudan dan benda sekitar serta dengan
alam sekelilingnya, tempat ia hidup, benda dan persekitaran adalah
sebagian alam luas tempat insan itu sendiri dianggap sebagai bagian dari
padanya11. Dari pengertian tersebut dinyatakan bahwa al Syaibany
memahami bahwa pendidikan tidak hanya dipengaruhi dari individu lain,
akan tetapi adanya interaksi dengan alam sekelilingnya dimana ia berada
dan ia menjadi bagian di dalamnya.
11 Omar Muhammad al Toumy al Syaibany, Falsafah Tarbiyah Islamiyah, terj. Hasan Langgulung,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm 57.
Sedangkan menurut Ali Ashraf, bahwa pendidikan adalah sebuah
aktivitas tertentu yang memiliki maksud tertentu yang diarahkan untuk
mengembangkan individu sepenuhnya12. Berbeda pula dengan apa yang
diungkapkan oleh Ali Ashraf, bahwa dalam memaknai pendidikan bisa
memerlukan suatu pengaruh, bimbingan ataupun panduan, namun bisa
juga tidak, yang terpenting jelas adanya aktifitas tertentu dalam rangka
mengembangkan individu secara penuh.
Di sisi lain, Azyumardi Azra menyatakan bahwa pendidikan lebih
daripada sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan sebagai suatu proses
transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan
kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya13. Jelas bahwa apa yang
dinyatakan Azra, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan
tukang-tukang atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya
yang sempit, karena itu perhatian dan minatnya pun lebih bersifat teknis.
Adapun istilah manapun yang akan diambil terserah akan berpijak ke
mana, karena penulis tidak membatasi makna pendidikan secara
sebenarnya.
Dari penjelasan tentang pendidikan, maka bagaimana pula dengan
pendidikan Islam? Kata Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan
warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam,
pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam,
namun apakah itu yang dinamakan pendidikan Islam? Menurut Azra,
12 Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), Hlm 1
13 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta:
bahwa pendidikan yang dilekatkan dengan kata Islam telah didefinisikan
secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang banyak dipengaruhi oleh
pandangan dunia masing-masing. Namun pada dasarnya, semua pandang
yang berbeda itu bertemu dalam suatu pemahaman bahwa pendidikan
merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan
efisien14.
Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks
Islam inheren dengan konotasi istilah “ tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang
harus dipahami secara bersama-sama. Al Ta’lim dapat diartikan dengan
pengajaran. Tetapi menurut Naquib al Attas, bahwa istilah al Ta’dib
adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan
pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena
pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan. Al
Attas menjelaskan bahwa Ta’dib berasal dari masdar Addaba yang
diturunkan menjadi kata Adabun, berarti pengenalan dan pengakuan
tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara
hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat dan derajat tingkatan mereka dan
tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat
itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun
rohaniah seseorang15. Definisi ini berbau filsafat, sehingga intinya adalah
14 Ibid, hlm 3
15 Syed Muhammad al Naquib al Attas, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, (Bandung: Mizan,
pendidikan menurut Islam sebagai usaha agar orang mengenali dan
mengakui tempat Tuhan dalam kehidupan ini.
Di sisi lain, Athiyah al Abrasyi menampilkan batasan tarbiyah sebagai
suatu usaha menjadikan seseorang dapat hidup dengan berilmu
pengetahuan, berakhlak mulia, berbadan sehat, dan berakal cerdas.
Pengertian ini meliputi pembentukan dalam aspek sosial, moral, fisik, dan
intelektual. Tujuannya membentuk manusia yang kreatif. Itu berbeda
dengan konsep pengajaran (ta’lim) yang mengandung pengertian (sekadar)
menyampaikan pengetahuan dan pemikiran guru kepada murid.16
Di samping itu, Abdurrahman al Nahlawi merumuskan definisi
pendidikan dari kata al Tarbiyyah, yaitu Pertama, kata raba-yarbu yang
berarti bertambah, bertumbuh. Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi
besar, dan ketiga, dari kata rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki,
menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara. Menurut Imam al
Baidlawi di dalam tafsirnya arti asal al rabb adalah al Tarbiyah, yaitu
menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna.
Berdasarkan ketiga kata itu, Abdurrahman al Bani menyimpulkan
bahwa pendidikan terdiri atas empat unsur, yaitu pertama, menjaga dan
memelihara fitrah anak menjelang dewasa; kedua, mengembangkan
seluruh potensi; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju
kesempurnaan; keempat, dilaksanakan secara bertahap17. Dari sini, jelas
16 Mulyadi Kartanegara, Pemikiran Islam Kontemporer, (Yogyakarta : Jendela, 2003), hlm 345. 17 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994),
bahwa pendidikan menurut Islam adalah pengembangan seluruh potensi
anak didik secara bertahap menurut ajaran Islam.
Adapun pendidikan Islam, menurut al Qardhawi adalah pendidikan
manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
keterampilannya. Karenanya pendidikan Islam berupaya menyiapkan
manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan
menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan
dan kejahatannya, manis dan pahitnya18. Sementara itu, Hasan Langgulung
merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan, memindahkan kemampuan pengetahuan dan
nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal
dan memetik hasilnya kelak di akhirat19.
Dengan demikian pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan
individu atau pembentukan kepribadian muslim berdasarkan ajaran-ajaran
Islam yang diwahyukan Allah SWT Kepada Muhammad SAW. Ajaran
Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu,
pendidikan Islam merupakan pendidikan iman dan pendidikan amal.
Karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi
masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka
18
Yusuf al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al Banna, Terj. Bustami A. Gani,(Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm 39
19 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung: al Ma’arif, 1980),
pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan
masyarakat.20
2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Dari beberapa pemikiran di atas, dapatlah diketahui bahwa ruang
lingkup pendidikan Islam adalah berkaitan dengan persoalan-persoalan
yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan
tingkat pendidikan Islam yang ada baik di masa sekarang maupun di masa
yang akan datang. Dengan kata lain, pendidikan Islam adalah suatu sistem
pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan
kehidupannya sesuai dengan ideologi (cita-cita) Islam sehingga ia dengan
mudah dapat membentuk dirinya sesuai dengan ajaran Islam. Artinya,
ruang lingkup pendidikan Islam telah mengalami perubahan sesuai
tuntutan waktu yang berbeda-beda sesuai dengan tuntatan zaman dan
perkembagan ilmu dan teknologi.
Pendidikan Islam sebagai alat pembudayaan Islam memiliki watak
lentur terhadap perkembangan cita-cita kehidupan manusia sepanjang
zaman. Namun watak itu tetap berpedoman kepada prinsip-prinsip nilai
Islami. Pendidikan Islam juga mampu mengakomodasikan tuntutan hidup
manusia dari masa ke masa termasuk di bidang ilmu dan teknologi dengan
sikap mengarahkan dan mengendalikan tuntutan hidup tersebut dengan
nilai-nilai fundamental yang bersumber dari iman dan taqwa kepada Allah
SWT. Iman dan taqwa inilah yang merupakan rujukan dan transparansi
tingkah laku manusia yang terpancar dengan getaran hati nurani manusia
yang memiliki jiwa kemanusiaan.21
Dengan demikian, profil manusia yang dihasilkan dari pendidikan
Islam adalah manusia yang berkualitas, yakni yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT dan berkemampuan menguasai dan menciptakan ilmu
dan teknologi serta sistem budaya hidup berdasarkan nilai-nilai Islami
untuk menuju kepada kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di
akhirat kelak.
3. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipil diletakkan pada
dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya22, yaitu:
a) Al-Qur’an dan Sunnah, karena memberikan prinsip yang penting bagi
pendidikan yaitu penghormatan kepada akal, kewajiban menuntut
ilmu, dan lain sebagainya.
b) Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan
kemudharatan bagi manusia.
c) Warisan pemikiran Islam, yang merupakan refleksi terhadap
ajaran-ajaran pokok Islam.
Sedangkan dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam mempunyai
status yang sangat kuat. Adapun dasar pelaksanaan tersebut dapat ditinjau
dari beberapa segi23, yaitu :
a) Dasar yuridis atau hukum, yakni peraturan dan perundang-undangan
yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama di wilayah suatu
Negara. Adapun dasar dari segi yuridis di Indonesia adalah :
· Pancasila; dasar pendidikan agama yang bersumber pancasila
khususnya sila pertama ini mengandung pengertian bahwa
Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk
merealisasikan sila pertama ini diperlukan adanya pendidikan
agama, karena tanpa pendidikan agama akan sulit mewujudkan sila
pertama ini.
· UUD 1945; yang digunakan sebagai dasar dari UUD 1945
mengenai pendidikan agama ini sebagaimana yang tertera dalam
pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi “Negara berdasarkan atas
keTuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
Berdasarkan pada UUD 1945 tersebut, maka bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang menganut suatu agama dan kepercayaan
adanya Tuhan Yang Maha Esa. Dalam arti Negara melindungi
23 Zuhairini, Dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang : Biro Ilmiah Tarbiyah IAIN,
umat beragama untuk menunaikan ajaran agamanya dan beribadah
menurut agamnya masing-masing.
· Garis-Garis Besar Haluan Negara; dalam TAP MPR No.
II/MPR/1993 tentang GBHN dinyatakan bahwa pelaksanaan
pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke dalam
kurikulum di sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan
tinggi. Hal ini diperkuat lagi dengan UU No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada bab IX pasal 39 ayat 2,
dinyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis pendidikan, jalur dan
jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewaganegaraan.
Dari ketetapan di atas, jelas bahwa pemerintah Indonesia memberi
kesempatan kepada seluruh bangsa Indonesia untuk melasanakan
pendidikan agama, bahkan pendidikan agama sudah secara
langsung dimasukkan dalam kurikulum di sekolah mulai sekolah
dasar sampai perguruan tinggi.
b) Dasar religius, yakni mengenai dasar pendidikan agama Islam ini
adalah Al Quran dan Hadits, yang tidak diragukan lagi kebenarannya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah QS Al Baqarah ayat 2 :
y
7
Ï
9º
sŒ
Ü=
»
tGÅ
6
ø
9
$#
Ÿ
w
|=÷
ƒ
u‘
¡
Ï
m‹
Ïù
¡
“
W‰è
d
z
`Š
É
)
-Fß
J
ù
=
Ïj
9
ÇËÈ
Artinya : “ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
Berdasarkan dari ayat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Al
Quran itu tidak diragukan lagi kebenarannya dan merupakan petunjuk
bagi orang bertaqwa. Dengan demikian, Al Quran merupakan kitab
yang mengandung nilai-nilai luhur dan norma-norma untuk
mengembangkan kehidupan manusia ke arah kesempurnaan atau
manusia dalam arti seutuhnya, yaitu manusia sebagai makhluk
individu, sosial, berakhlak atau bermoral dan sebagai makhluk ciptaan
Tuhan.
Menurut ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama merupakan
perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya. Dalam al
Quran banyak ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut, antara
lain sebagai berikut :
a. Dalam Al Quran surat an-Nahl ayat 125, yang berbunyi :
äí÷Š$#
4
’
n
<
Î)
È
@‹
Î6y™
y
7
În/u‘
Ï
p
y
J
õ
3
Ïtø
:
$$Î/
Ï
p
sàÏãö
q
y
J
ø
9
$#u
r
Ï
p
u
Z
|¡ptø
:
$#
(
O
ß
g
ø
9
ω
»
y_u
r
Ó
ÉL©
9
$$Î/
}
‘
Ï
d
ß
`
|¡ômr&
4
¨
b
Î)
y
7
-/u‘
u
q
è
d
Þ
O
n
=
ôãr&
`
y
J
Î/
¨
@
|Ê
`
tã
¾
Ï&Î#
‹
Î6y™
(
u
q
è
d
u
r
Þ
O
n
=
ôãr&
t
ûï
ωtGô
g
ß
J
ø
9
$$Î/
ÇÊËÎÈ
Artinya : “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
b. Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 104, yang berbunyi :
`
ä
3
tFø
9
u
r
ö
N
ä
3Y
Ïi
B
×
p
¨
B
é&
t
bq
ããô‰t
ƒ
’
n
<
Î)
ÎŽö
•
sƒø
:
$#
t
br
ã•ã
B
ù't
ƒ
u
r
Å
$r
ã•÷èpRùQ$$Î/
t
b
ö
q
y
g
÷
Z
t
ƒ
u
r
Ç
`
tã
Ì•s
3Y
ß
J
ø
9
$#
4
y
7
Í
´
¯
»
s
9
'
r
é&u
r
ã
N
è
d
š
cq
ßsÎ
=
øÿß
J
ø
9
$#
ÇÊÉÍÈ
Artinya : “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
c.
Dalam Al Quran surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi :$p
k
š
‰
r'¯
»
t
ƒ
t
ûï
Ï
%
©
!
$#
(#
q
ã
Z
t
B
#u
ä
(#þ
q
è
%
ö
/
ä
3
|¡àÿ
R
r&
ö
/
ä
3‹
Î
=
÷
d
r&u
r
#Y‘$t
R
$y
d
ߊ
q
è
%
u
r
â¨$¨
Z9
$#
ä
o
u‘$yfÏtø
:
$#u
r
$p
k
ö
Ž
n
=
tæ
î
p
s
3
Í
´
¯
»
n
=
t
B
ÔâŸ
x
Ïî
׊#y‰Ï©
ž
w
t
bq
ÝÁ÷èt
ƒ
©!$#
!$t
B
ö
N
è
d
t•t
B
r&
t
bq
è
=
yèøÿt
ƒ
u
r
$t
B
t
br
â•s
D
÷
s
ã
ƒ
ÇÏÈ
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Selain ayat-ayat tersebut, juga disebutkan dalam beberapa hadits,
ٌﺔَﯾآ ْﻮَﻟَو ﻲﱢﻨَﻋ اْﻮُﻐﱢﻠَﺑ
)
يرﺎﺨﺒﻟا هاور
(
Artinya : “ Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain, walaupun satu ayat (hanya sedikit)”. (HR Bukhari)
ﮫﻧ ﺎﺴﺠﻤﯾ وا ﮫﻧ اﺮﺼﻨﯾ وا ﮫﻧادﻮﮭﯾ هاﻮﺑ ﺄﻓ ةﺮﻄﻔﻟا ﻰﻠﻋ ﺪﻟﻮﯾ دﻮﻟﻮﻣ ّﻞﻛ
)
ﻰﻘﮭﯿﺒﻟا هاور
(
Artinya : “ Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah
beragama (perasaan percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (HR Baihaki)
Ayat-ayat dan hadits tersebut memberikan pengertian bahwa dalam
ajaran Islam memang ada perintah untuk mendidik agama baik pada
keluarga maupun kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya
(walaupun hanya sedikit).
c) Dasar sosial psikologi, yakni bagi manusia pemenuhan kebutuhan
jasmani saja belum cukup tanpa keutuhan rohani. Untuk memenuhi
keutuhan tersebut, maka dibutuhkan suatu pegangan hidup yang
disebut agama, karena dalam ajaran agama tersebut ada perintah untuk
saling tolong menolong. Dengan agama pula lah, mereka akan merasa
tenang dan tentram hatinya bila mereka mendekatkan diri dan
mengabdi pada Dzat Yang Maha Kuasa. Hal ini sesuai dengan firman
t
ûï
Ï
%
©
!
$#
(#
q
ã
Z
t
B
#u
ä
’
û
È
õ
u
K
ôÜs?u
r
O
ß
g
ç/
q
è
=
è
%
Ì•ø
.
É‹Î/
«!$#
3
Ÿ
w
r&
Ì•ò
2
É‹Î/
«!$#
’
û
È
õ
y
J
ôÜs?
Ü>
q
è
=
à
)
ø
9
$#
ÇËÑÈ
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” .
4. Tujuan Pendidikan Islam
Setiap kegiatan apapun tentunya memiliki suatu tujuan, terdapat
sesuatu yang ingin dicapai. Karena dengan tujuan itu dapat ditentukan ke
mana arah suatu kegiatan. Tak ubahnya dalam dunia pendidikan, apakah
pendidikan Islam maupun non Islam. Maka sudah dapat dipastikan akan
memiliki suatu tujuan.
Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam, Ahmad Tafsir
menyatakan bahwa suatu tujuan harus diambilkan dari pandangan hidup.
Jika pandangan hidupnya (philosophy of life) adalah Islam, maka tujuan
pendidikan menurutnya haruslah diambil dari ajaran Islam24. Azra
menyatakan bahwa pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari
ajaran Islam secara keseluruhan. Karenanya tujuan pendidikan Islam tidak
terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan
pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat
mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil
‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia
dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir
pendidikan Islam. Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa
yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis
sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi
ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini
dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap
tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang
telah dicapai.25
Dalam tujuan khusus tahap-tahap penguasaan anak didik terhadap
bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya; pikiran, perasaan,
kemauan, intuisi, keterampilan atau dengan istilah lain kognitif, afektif dan
psikomotor. Dari tahapan ini kemudian dapat dicapai tujuan-tujuan yang
lebih terperinci lengkap dengan materi, metode dan sistem evaluasi. Inilah
yang kemudian disebut kurikulum, yang selanjutnya diperinci lagi ke
dalam silabus dari berbagai materi bimbingan.26
Menurut Mohammad ’Athiyah al Abrasy, pendidikan budi pekerti
adalah jiwa dari pendidikan Islam dan Islam telah menyimpulkan bahwa
pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya
25 Azyumardi Azra, Op. Cit, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm 8 26
Imam Mawardi, 2008, Ilmu Pendidikan Islam
sebenarnya dari pendidikan Islam27. Definisi ini menggambarkan bahwa manusia yang ideal harus dicapai melalui kegiatan pendidikan adalah
manusia yang sempurna akhlaknya. Hal ini sejalan dengan misi kerasulan
Nabi Muhammad SAW, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Sementara itu, Muhammad Quthb berpendapat bahwa Islam
melakukan pendidikan dengan pendekatan yang menyeluruh terhadap
wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit
pun, baik segi jasmani maupun rohani, baik kehidupannya secara mental
dan segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia secara
totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas
dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikit pun yang
diabaikan dan tidak memaksa apa pun selain apa yang dijadikannya sesuai
dengan fitrahnya28. Pendekatan ini menunjukkan bahwa dalam rangka
mencapai pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi
manusia secara serasi dan seimbang. Dengan terbinanya potensi manusia
secara sempurna diharapkan ia dapat melaksanakan fungsi pengabdiannya
sebagai khalifah di muka bumi ini.
Selain itu, Ali Ashraf menyatakan bahwa pendidikan bertujuan
menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia
melalui latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan
tubuh manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi
27
Mohammad Athiyah al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 104-106
28 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, (Bandung: al Ma’arif, 1984),
pertumbuhan manusia dalam segala aspek spiritual, intelektual, imaginatif,
fisikal, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif
dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan
kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim adalah perwujudan
penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat individual, masyarakat dan
kemanusiaan pada umumnya29. Pemahaman ini terkesan bahwa tujuan
utama pendidikan Islam tiada lain adalah perwujudan pengabdian secara
optimal kepada Allah SWT. Untuk dapat melaksanakan pengabdian
tersebut, harus dibina seluruh potensi yang dimilikinya, baik potensi
spiritual, intelektual, perasaan, kepekaan dan sebagainya.
Dengan demikian, melihat berbagai tujuan yang telah dikemukakan
bahwa tujuan pendidikan Islam tiada lain adalah untuk mewujudkan insan
yang berakhlakul karimah yang senantiasa mengabdikan dirinya kepada
Allah SWT serta dapat memahami ajaran-ajaran Islam secara sederhana
dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman
hidup dan amalan perbuatannya, baik dalam hubungannya dengan Allah,
dengan masyarakat dan hubungan dengan sekitarnya.
5. Karakteristik Pendidikan Islam
Masyarakat muslim memiliki aqidah dan kebudayaan yang khas.
Dengan demikian, maka konsep dasar pendidikan Islam pun mesti
bertumpu pada unsur-unsur utama yang menjadi landasan aqidahnya
sendiri. Dari semua unsur itu, aqidah tauhid merupakan unsur pertama,
bahkan merupakan pusat. Semua harus merujuk kepadanya. Tauhid dalam
pandangan Islam merupakan landasan seluruh konsep dan aturan hidup ini
dibangun.
Adapun sumber pokok pembahasan aqidah tauhid dalam Islam adalah
wahyu yang dinukilkan dalam al Quran dan sunnah. Kenyataan inilah
yang menjadikan pendidikan Islam memiliki karakteristik khusus
dibanding dari pendidikan lainnya. Dengan demikian pendidikan Islam
dipandu oleh sumber yang jelas dan transenden, yaitu wahyu. Jadi tidak
diserahkan kepada pengalaman manusia semata, apalagi kepada spekulasi
manusia, seperti dapat dilihat dari prosedur penyusunan konsep-konsep
pendidikan sekuler.
Selain berdasar kepada al Quran dan Sunnah, pendidikan Islam juga
berorientasi kepada masyarakat, seperti umumnya pendidikan lainnya.
Karena itu, masyarakat juga menjadi dasar bagi pembentukan
konsep-konsep pendidikan Islam dan pelaksanaannya. Hal itu memang dikaitkan
dengan esensi ajaran Islam sendiri, yaitu rahmatan lil’alamin.
Dijadikannya masyarakat sebagai dasar, menunjukkan karakter ajaran
Islam yang fleksibel dan berlaku di setiap tempat dan setiap waktu,
sehingga terjadi hubungan antara teks dan konteks.
Karakteristik pendidikan Islam pada dasarnya mewujudkan
ajaran-ajaran Islam yang relevan tersebut dalam kerangka yang dapat dibedakan
Islam pada dasarnya dapat dilihat pada dua sisi pokoknya, yaitu : Pertama,
aspek-aspek fundamental yang menggambarkan dasar dan tujuan
pendidikan Islam sehingga membedakannya dengan pendidikan non
muslim; dan kedua, kandungan utama pendidikan Islam yang menjadi
substansi untuk dikembangkan dalam kurikulumnya.30
Sementara itu, Imam Mawardi juga mengemukakan karakter
pandidikan Islam, antara lain penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan,
penguasaan dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah SWT,
penekanan pada nilai-nilai akhlak, pengakuan akan potensi dan
kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadian, dan
pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada Tuhan
dan masyarakat manusia.31
6. Materi atau Kurikulum Pendidikan Islam
Ajaran pendidikan agama Islam sangat luas dan bersifat universal,
sebab mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik yang berhubungan
dengan Sang Khalik mapun dengan sesama makhluk. Dalam kurikulum
mengandung materi yang diajarkan secara sistematis dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Pada hakikatnya, antara materi dan kurikulum
mengandung arti sama, yaitu bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam
proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.
30 Maksum, Madrasah; Sejarah dan Perkembanganya, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), Hlm
26-28
31
Imam Mawardi, 2008, Ilmu Pendidikan Islam
materi yang diuraikan dalam al Quran menjadi bahan-bahan pokok
pelajaran yang disajikan dalam proses pendidikan Islam, formal maupun
nonformal. Oleh karena itu, materi pendidikan Islam yang bersumber dari
al Quran harus dipahami, dihayati, diyakini, dan diamalkan dalam
kehidupan umat Islam.32
Materi Pendidikan agama Islam adalah sesuatu yang hendak diberikan
kepada dan dicerna, diolah, dihayati serta diamalkan oleh peserta didik
dalam proses kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
Islam33. Pada dasarnya materi pendidikan agama Islam yang diberikan
kepada anak didik adalah sangat universal yang mengandung aturan-aturan
sebagai aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, pada dasarnya materi
pendidikan agama Islam terbagi menjadi tiga pokok masalah, yaitu :
a) Aqidah
Aqidah dalam arti luas adalah kepercayaan, keyakinan iman.
Dalam pendidikan agama Islam yang pertama dan utama adalah
pembentukan keyakinan kepada Allah SWT, yang diharapkan
mendasari setiap sikap dan tingkah laku serta kepribadian anak.
Karena pada dasarnya manusia itu membutuhkan sebuah kepercayaan
yang akan membentuk sikap dan pandangannya. Selain itu, hendaknya
orang tua menanamkan rasa keimanan yang murni sejak dini kepada
anak-anaknya. Sebab pendidikan keimanan akan melandasi sikap,
32
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam ; Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Cet 2, (Jakarta ; Bumi Akasara,2006), hlm 135
33 TIM dosen IAIN Malang, Da sar-Dasar Kependidikan Islam : Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan
tingkah laku, dan kepribadian anak. Pendidikan iman akan
mengarahkan manusia memiliki keyakinan bahwa Allah yang wajib
disembah, sehingga manusia terhindar dari segala bentuk kemusyrikan.
Hal ini mendapatkan tempat pertama dari wasiat Luqman pada QS.
Luqman ayat 1334 :
øŒÎ)u
r
t
A
$s
%
ß
`»
y
J
ø
)
ä
9
¾
Ï
m
Ï
Z
ö/e
w
u
q
è
d
u
r
¼
ç
m
ÝàÏèt
ƒ
¢
Ó
o
_
ç6
»
t
ƒ
Ÿ
w
õ
8
ÎŽô³è@
«!$$Î/
(
ž
c
Î)
x
8
÷ŽÅe³
9
$#
í
O
ù
=
Ýàs
9
Ò
OŠ
Ïàtã
ÇÊÌÈ
Artinya : ” Dan (ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Ayat tersebut memberi petunjuk kepada manusia agar
menanamkan keimanan kepada Allah secara murni, yaitu keimanan
yang tidak berbau kemusyrikan. Adapun salah satu penanaman
terhadap anak adalah dengan cara memperkenalkan dua kalimat
syahadat.
34 Zuhairini, Dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang : Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah
b) Pendidikan ibadah.
Setelah keimanan tertanam dalam diri manusia, maka manifestasi
dari itu adalah pengabdian kepada Allah, yaitu dengan cara
beribadah35. Hal ini sesuai dengan QS. Luqman ayat 17:
¢
Ó
o
_
ç6
»
t
ƒ
É
O
Ï
%
r&
n
o
4
q
n
=
¢Á
9
$#
ö•ã
B
ù&u
r
Å
$r
ã•÷èy
J
ø
9
$$Î/
t
m
÷
R
$#u
r
Ç
`
tã
Ì•s
3Z
ß
J
ø
9
$#
÷ŽÉ9ô¹$#u
r
4
’
n
?
tã
!$t
B
y
7
t/$|¹r&
(
¨
b
Î)
y
7
Ï
9º
sŒ
ô
`
Ï
B
Ç
P
÷“tã
Í‘
q
ã
B
W
{
$#
ÇÊÐÈ
Artinya : ” Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” .
Dari ayat tersebut, Luqman berwasiat kepada anaknya tentang
empat perkara yang menjadi modal dari pembentukan pribadi muslim,
yaitu mendirikan sholat, amar ma’ruf, nahi munkar, dan bersabar.
Anak harus dibimbing untuk selalu mengerjakan sholat, karena sholat
merupakan dasar bagi amal-amal sholeh yang lain.36
c) Akhlak (budi pekerti)
Yang tidak kalah penting dari kedua materi di atas adalah materi
akhlak. Menurut al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, bahwa akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, daripadanya timbul perbuatan
yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran37. Dengan
35 Ibid, hlm 62
36 Ahmad Tafsir, Op Cit, Hlm 130
demikian, akhlak adalah perbuatan suci yang timbul dari lubuk hati
yang tidak bisa dibuat-buat. Pendidikan akhlak ini tidak cukup dengan
hafalan-hafalan, penanamannya harus melalui pembiasaan dan
latihan-latihan, praktek secara langsung dan pemberian teladan.
pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Dari uraian tersebut di atas, jelas bahwa kurikulum mempunyai peran
penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Apalagi tujuan
pendidikan Islam yang begitu kompleks, seorang anak didik tidak hanya
memiliki kemampuan secara afektif, kognitif maupun psikomotor, tetapi
dalam dirinya harus tertanam sikap dan pribadi yang berakhlak karimah.
Pada dasarnya, pokok kurikulum pendidikan Islam adalah yang
berkaitan dengan ibadah, seperti : a) hubungan manusia dengan Allah, b)
hubungan manusia dengan manusia, dan c) hubungan manusia dengan
alam. Sementara menurut at Toumy, ia mem