• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep Pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)KONSEP PENDIDIKAN ISLAM K.H. AHMAD DAHLAN SKRIPSI Oleh: LASMIN NIM. 07110181. JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014.

(2) KONSEP PENDIDIKAN ISLAM K.H. AHMAD DAHLAN. Skripsi Diajukan kepada Fakultas TarbiyahUniversitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Penyusunan Skripsi Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Oleh: LASMIN NIM. 07110181. JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG April, 2014. ii.

(3) HALAMAN PERSETUJUAN. KONSEP PENDIDIKAN ISLAM K.H. AHMAD DAHLAN SKRIPSI. OLEH: Lasmin NIM. 07110181. Telah diperiksa dan disetujui oleh: Dosen Pembimbing. Dr. H. M Padil, M. PdI NIP. 196512051994031033. Tanggal 07 April 2014. Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. Dr. Marno, M.Ag NIP. 197208222002121001. iii.

(4) Dr. H. M. Padil, M.PdI Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Lasmin Lamp : 4 (empat) Eksemplar. Malang, 07 April 2014. Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Malang Assalamu'alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa, maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Lasmin NIM : 07110181 Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.. Pembimbing,. Dr. H. M. Padil, M.PdI NIP. 196512051994031033. iv.

(5) HALAMAN PENGESAHAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM K.H. AHMAD DAHLAN SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh Mochamad Jazuli (07110181) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 16 April 2014 dengan nilai B dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada tanggal 10 Mei 2014 Panitia Ujian Ketua Sidang,. Nurul Yaqien, M.Pd NIP. 197811192006041001. : _____________________________. Sekretaris Sidang, Dr. H. M. Padil, M.PdI NIP. 196512051994031033. : _____________________________. Penguji Utama, Dr. H. Muhammad Walid, M.A NIP. 197308232000031002. : _____________________________. Pembimbing Dr. H. M. Padil, M.PdI NIP. 196512051994031033. : _____________________________. Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Dr. H. Nur Ali, M. Pd NIP. 196504031998031002. v.

(6) SURAT PERNYATAAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Jurusan Judul Skripsi. : : : :. lasmin 07110181 Pendidikan Agama Islam (PAI) Konsep Pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan. Menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu Perguruan Tinggi. Dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.. Malang, 17 April 2014 Pembuat Pernyataan,. Lasmin NIM. 07110181. vi.

(7) MOTTO.            . Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.(An-Nahl (27): 125)1.. 1. DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), hal. 421. vii.

(8) PERSEMBAHAN. Karya ini kupersembahkan untuk Orang-orang yang telah memberikan arti bagi hidupku Dengan pengorbanan, kasih sayang dan ketulusannya.. Kepada kedua orang tuaku yang paling berjasa dalam hidupku dan slalu menjadi motivator dan penyemangat dalam setiap langkahku untuk terus berproses menjadi insan kamil, Ibu tersayang (Samini) Bapak tersayang (Warji). Kakakku yang telah menjadikan hidupku lebih bermakna dan penuh warna (Sumiati ). Adikku yang telah memberikan semangat tersendiri dalam hidup (Yadi). Kepada guru-guruku yang telah memberikan ilmunya kepadaku Teman-teman dan kawan kawan Laskar Hitam Hijau yang tak dapat disebutkan satu-satu yang telah memberikan warna dan canda tawa selama penulis ada dirantau ini. Terima kasih atas ketulusan dan keihlasannya dalam memberikan kasih sayang selama ini sehingga menjadikan hidupku begitu indah dan lebih berarti, Kupersembahkan buah karya sederhana ini kepada kalian semua hanya do‟a dan harapan yang terucap: Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan kemampuan kepadaku untuk bisa mewujudkan apa yang kalian titipkan selama ini. Dan semoga ku bisa menjadi yang terbaik bagi kalian “Amien Ya Robbal Alamin”. viii.

(9) KATA PENGANTAR. Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdullilahi Robbil „Alamin, rasa. syukur yang sebesar-besarnya penulis. panjatkan kehadiarat Allah SWT, atas Ridho dan hidayahNya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan pada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya terang benderang dalam hidup iniyajni dinul Islam. Skripsi yang berjudul “Konsep Pendidikan Islam K.H.. Ahmad Dahlan.” Dapat terselesaikan dengan baik meskipun dalam bentuk yang sederhana. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) di Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dengan terselesainya penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Ibu dan Bapak saya tercinta yang telah memberikan motivasi dan kasih sayang yang sangat berharga sehingga penulis. dapat menyelesaikan. skripsi ini sampai selesai. 2. Bapak Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.. ix.

(10) 3. Bapak Dr. H. Nur Ali, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang 4. Bapak Dr. H. Marno, M.Ag selaku Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang 5. Bapak Dr. H. M. Padil, M.PdI selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, petunjuk serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, khususnya dosen Fakutas Tarbiyah yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi di kampus tercinta ini. 7. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesainya penulisan skripsi ini. Semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan ridho dan sekaligus sebagai catatan amal ibadah dari Allah SWT. Amin Ya Robbal „Alamin. Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesmpunaan, mengigat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu segala kritik dan saran dari pembaca sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Wassalamualaikum Wr. Wb.. Malang, 17April, 2014. Lasmin. x.

(11) HALAMAN TRANSLITERASI Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: A. Huruf ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ج‬ ‫ح‬ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ذ‬ ‫ر‬. = = = = = = = = = =. ‫ز‬ ‫س‬ ‫ش‬ ‫ص‬ ‫ض‬ ‫ط‬ ‫ظ‬ ‫ع‬ ‫غ‬ ‫ف‬. a b t ts j h kh d dz r. z s sy sh dl th zh „ gh f. = = = = = = = = = =. B. Vokal Panjang. ‫ق‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ء‬ ‫ي‬. = = = = = = = =. q k l m n w , y. C. Vokal Diftong. Vokal (a) panjang. =. a. ‫او‬. =. aw. Vokal (i) panjang. =. î. ‫اى‬. =. ay. Vokal (u) panjang. =. û. ‫أو‬. =. û. ‫أى‬. =. î. xi.

(12) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ..i LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii HLAMAN NOTA DINAS ................................................................................... iv HLAMAN PENGESAHAN .................................................................................. v SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... vi HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................... ix HALAMAN TRANSLITERASI ........................................................................ xi DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii ABSTRAK .......................................................................................................... xiv BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8 E. Batasan Masalah........................................................................................... 8 F. Sistematika Pembahasan .............................................................................. 9 BAB II: KAJIAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Islam ...................................................................... 11 B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam .......................................................... 16 C. Materi Pendidikan Islam ............................................................................ 26 D. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam .................................................... 32 E. Menuju Pendidkan Integralistik ................................................................ 36 BAB III: METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................. 41 B. Instrumen Penelitian................................................................................... 42 C. Sumber Data ............................................................................................... 43 D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 44 E. Teknik Analisa Data ................................................................................... 44. xii.

(13) BAB IV: PEMBAHASAAN HASIL PENELITIAN A.. Biografi Singkat KH. Ahmad Dahlan .......................................................... 47. B.. Pemikiran Pendidikan Islam Menurut K.H. Ahmad Dahlan......................... 50 1) Tujuan Pendidikan ..................................................................................... 51 2) Materi Pendidikan ...................................................................................... 53 3) Metode Pembelajaran ................................................................................. 55. C. Implementasi Ajaran KH.Ahmad Dahlan Dalam Pengamalan Surat Al-Ma`un . ....................................................................................................................... 59 D.. Peran Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan......................................................... 63. E.. Pendidikan Integralistik K.H. Ahmad Dahlan .............................................. 66 1) Mengadopsi Substansi dan Metodologi Pendidikan Modern Belanda dalam Madrasah-madrasah Pendidikan Agama .................................................... 70 2) Memberi Muatan Pengajaran Islam pada Sekolah-sekolah Umum Modern Belanda....................................................................................................... 74 3) Menerapkan Sistem Kooperatif dalam Bidang Pendidikan ....................... 76. BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 80 B. Saran dan Kritik ......................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA. xiii.

(14) ABSTRAK Lasmin. 2014. Islamic Education concept K.H. Ahmad Dahlan, Thesis, The Islamic Education department, The Faculty of Education and Teaching Sciences, The State Islamic University Maulana Malik Ibrahim Malang, Supervisor: Dr. H.M. Padil, M.PdI. The situation of Islamic Education which alarming and contrasting the colonial education system that developed in Indonesia, caused it, KH Ahmad Dahlan introduced new methods of Islamic education system. The system that developed is traditional Islamic education based boarding school with modern education system, colonial. Renewing Islamic education is emerging because a response to the dichotomy of education, not enough of it is also a lot of some people who think religious education has no orientation to the life of the world is material. So the seeming paradox of Islamic education. For that Muslims should be aware of the importance of Islamic education reform and dared to renews integrally Islamic education system. Research by the author is Reseach Libraries by using a qualitative descriptive approach critical analysis. And so the research goes fluently then in the collection of the data, the author uses documentation method. While in analyzing the data, the author uses content analysis techniques namely in the form of written data. From the results of the study can be submitted that the KH Ahmad Dahlan's concept of Islamic education include: a) Moral education, morality is an effort to inculcate good character of human based on the Qur'an and Sunnah. b) Education of individuals, which is an effort to raise awareness of individual sustainable among mental development and idea, faith and intellect, and the world to the Hereafter. c) civic education is an effort to grow the willingness and desire of community life. instilling social sensitivity to students on social issues that afflict human beings without distinction of ethnic, race and religion. Keywords : Islamic Education.

(15) ABSTRAK Lasmin. 2014. Konsep Pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Dosen Pembimbing: Dr. H.M. Padil, M.PdI Situasi Pendidikan Islam yang memprihatinkan dan bertentangan dengan sistem pendidikan penjajah yang dikembangkan di Indonesia, melatarbelakangi KH. Ahmad Dahlan untuk memperkenalkan metode baru sistem Pendidikan Islam. Sistem yang dikembangkan tersebut adalah sintesis antara sistem Pendidikan Islam tradisional yang berbasis di pesantren dengan sistem pendidikan modern, kolonial. Pembaharuan pendidikan Islam ini muncul karena respon terhadap pendidikan yang dikotomistik, tidak cukup dari itu juga banyak sebagian masyarakat yang menganggap pendidikan agama tidak mempunyai orientasi kepada kehidupan dunia yang bersifat materil. Sehingga pendidikan Islam terlihat paradoks. Untuk itu umat islam harus sadar atas pentingnya melakukan pembaharuan pendidikan Islam dan berani memperbaharuhi sistem pendidikan Islam secara integral. Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian Librari Reseach atau disebut penelitian kepustakaan dengan mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif analisis kritis. Dan supaya penelitian ini berjalan dengan lancar maka dalam pengumpulan data-datanya, penulis menggunakan metode dokumentasi. Sedangkan dalam menganalisis data-datanya penulis menggunakan tekhnik analisis isi(content analysis) yaitu berupa data-data tertulis. Dari hasil penelitian dapat disampaikan bahwasanya konsep pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan meliputi: a)Pendidikan moral, akhlaq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan AsSunnah. b)Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat. c) Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat. menanamkan kepekaan sosial kepada peserta peserta didik terhadap persoalan-persoalan sosial yang menimpa sesama manusia tanpa membedakan suku, ras dan agama. Kata Kunci: Pendidikan Islam.

(16) 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara historis, mulanya pendidikan di Indonesia dikelola sepenuhnya oleh pribumi yang umumnya oleh lembaga-lembaga keagamaan, baik Islam maupun non Islam seperti zending. Karenanya, coraknya adalah agamis yang bertujuan mendidik siswa-siawanya dalam bidang agama. Mata pelajaran umum jarang diberikan, bahkan ada yang sama sekali tidak diajarkan. Pada masa kolonial belanda, pengelolaan pendidikan yang semula di tangan rakyat diambil alih pemerintah kolonial kemudian dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan pegawai gubernemen. Pada mulanya belum ada niat untuk menciptakan sistem pendidikan umum. Tetapi setelah pemerintah Belanda mengadakan perubahanstruktur kurikulumnya, sistem pendidikan yang semuala agamis berubah menjadi sistem pendidikan sekuler, sehingga pada akhirnya tebentuklah sistem pendidikan baru, yaitu sistem pendidikan umum, yang tidak sama sekali diajarkan mata pelajaran agama. Jadi sekolah-sekolah yang dikelola oleh zending inilah sebenarnya yang menjadi embrio dikembangkan oleh pemerintah kolonial, bukan pendidikan Islam. Dalam pandangan kolonial, kualitas sistem pendidikan Islam jelek. Lagi pula, orang-orang Islambersifat nonkooperatif, tetapi menghindari konfrontasi dengan pemerintah kolonial. Maka wajar bila lembaga-lembaga pendidikan islam, khususnya pesantren tradisional, mengambil di daerah-.

(17) 2. daerah pedalaman. Dalam pandangan Natsir, Islam sendiri bukan sematamata agama saja, melainkan mencakup aspek-aspek lainnya dalam kehidupan. Islam menolak pemisahan antara agama dan aspek-aspek kehipan lainnya, maka segala bentuk sekularisasi ia tolak dengan keras.1 Dalam wacana pemikiran Islam banyak kalangan memandang tidak ada persoalan antara ilmu dan agama, pengakuan adanya kebenaran ayat kauniyah (ayat yang ada dalam alam semesta) dan ayat qauliyah (ayat-ayat dalam kitab suci) telah dipandang cukup untuk menjelaskan bahwa tidak ada pertentangan antara ilmu dan agama dalam Islam. Karena secara ontologis kedua ayat tersebut berasal dari yang satu. Turunnya ayat pertama dalam Islam juga di mulai dengan ayat yang scientific yaitu (Iqro) sejalan juga dengan misi Nabi Muhammad SAW, untuk membrantas kebodohan (Jahiliyah) sebagai lawan dari berpikir rasional. Pandangan ini juga diperkuat dengan tersebarnya dalam al-Qur’an ayat-ayat yang berisi perintah bagi setiap muslim untuk selalu berpikir dan mengembangkan ilmu serta diberikannya derajat yang tinggi bagi orang yang beriman dan berilmu dalam Islam menuntut ilmu merupakan satu pencarian religius.2 Islam. sebagai. agama. universal. mengajarkan. kepada. umat. manusia berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrowi. Salah satu diantara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan, karena menurut ajaran Islam pendidikan adalah 1. Abdul rohman, Pendidikan integralistik: menggagas konsep manusia dalam pemikiran Ibn Khaldun, semarang: walisongo press, 2009 hal. 86-87 2 Arqom Kuswanjono, Integrasi Ilmu dan Agama 2010 dalam pendapat Mehdi Golshani, Issues In Islam And Science, (Teheran Iran: IHCS, 2004), hal. 7.

(18) 3. merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipatuhi, demi mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.3 Sejak sejarah manusia lahir mewarnai rutinitas kegiatan alam fana ini, pendidikan sudah merupakan “barang penting” dalam komunitas sosial. Nabi Adam as yang memulai kehidupan baru di jagad raya ini senantiasa dibekali akal untuk memahami setiap yang ia temukan dan kemudian menjadikannya sebagai konsep pegangan hidup.4 Pendidikan menurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab, kemudian pertanggungjawaban itu baru bisa dituntut kalau ada aturan dan pedoman pelaksanaan. Oleh karenanya, Islam tentunya memberikan garis garis besar tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung jawab manusia untuk menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam praktek pendidikan.5 Dengan pendidikan, manusia biasa mempertahankan kekhalifahannnya sebagaimana pendidikan adalah hal pokok yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Dan pendidikan yang diberikan atau dipelajari harus dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai mediasi nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Hal ini dalam agama sangatlah diperhatikan, akan tetapi dalam pengaplikasiannya yang dilakukan umatnya kadang melenceng dari esensi 3. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 2, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hal 98 Ahmad Barizi dalam A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2005),hal v 5 Opcit, hal 148 4.

(19) 4. ajaran agama itu sendiri. Hal inilah yang harus menjadi perhatian dasar pendidikan Islam. Pendidikan sering dikatakan sebagai seni pembentukan masa depan. Ini tidak hanya terkait dengan manusia seperti apa yang diharapkan di masa depan, tetapi juga dengan proses seperti apa yang akan diberlakukan sejak awal keberadaannya, baik dalam konteks peserta didik maupun proses. Oleh karena itu, pendidikan Islam perlu memperhatikan realitas sekarang untuk menyusun format langkah-langkah yang akan dilakukan. Dengan demikian, ajaran Islam sarat dengan nilai-nilai, bahkan konsep pendidikan. Akan tetapi, semua itu masih bersifat subyektif dan transendental. Agar menjadi sebuah konsep yang obyektif dan membumi perlu didekati dengan keilmuan, atau sebaliknya perlu menggunakan paradigma Islam yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan.6 Pemikiran semacam ini kiranya saat ini memiliki momentum yang tepat, karena dunia pendidikan sering menghadapi krisis konseptual. Di samping karena begitu cepatnya terjadi perubahan sosial yang sulit, maka menjadi tanggungjawab bagi setiap pakar pendidikan untuk membangun teori pendidikan Islam sebagai paradigma. Saat ini ada kecenderungan pendidikan Islam kian mendapat tantangan seiring berkembangnya zaman. Di satu sisi lain muncul persaingan global dunia pendidikan Islam. Sedangkan di satu sisi menjanjikan masa depan pembentukan kualitas anak didik, namun pada sisi. 6. Abdurrahman Masud, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Cet 1, ( Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2001), Hal 19.

(20) 5. lain juga memunculkan kekhawatiran kian merosotnya kualitas pendidikan yang merusak nilai-nilai pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan Islam dewasa ini menghadapi banyak tantangan yang berusaha mengancam keberadaannya. Tantangan tersebut merupakan bagian dari sekian banyak tantangan global yang memerangi kebudayaan Islam. Tantangan yang paling parah yang dihadapi pendidikan Islam adalah krisis moral spiritual masyarakat, sehingga muncul anggapan bahwa pendidikan Islam masih belum mampu merealisasikan tujuan pendidikan secara holistik. Di antara tantangan yang dihadapi pendidikan Islam, antara lain: 1) kebudayaan Islam berhadapan dengan kebudayaan barat abad ke-20; 2) bersifat intern, tampak pada kejumudan produktivitas pemikiran keIslaman dan upaya menghalangi produktivitas tersebut; 3) kebudayaan yang dimiliki sebagian pemuda muslim yang sedang belajar dinegeri asing hanya kebudayaan asing; 4) sistem kebudayaan Islam di sebagian negara Muslim masih terpaku pada metode tradisional dan kurang merespon perkembangan zaman secara memadai agar generasi muda tidak berpaling kepada kemewahan kehidupan modern dan kebudayaan barat; 5) kurikulum universal disebagian dunia Islam masih mengabaikan kebudayaan Islam; dan 6) berkenaan dengan pendidikan wanita Muslimah.7 Paradigma pembangunan pendidikan yangsangat sentralistik telah melupakan keragaman yang sekaligus kekayaan dan potensi yang dimiliki bangsa ini. Perkelahian, kerusuhan, permusuhan, munculnya kelompok yang memiliki perasaan 7. 227-234. Hery Noer Aly, Dkk, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta : Friska Agung Insani, 2003), Hal.

(21) 6. bahwa budayanyalah yang lebih dari budaya lain adalah buah dari pengabaian keragaman tersebut dalam dunia pendidikan kita. Ada banyak tokoh-tokoh pendidikan Islam, baik klasik dan kontemporer yang penulis lihat dan klasifikasi dari melihat masa ketika para tokoh trersebut hidup yang telah menulis hasil pemikirannya tentang pendidikan, diantaranya yang klasik adalah Ibnu Khaldun, Imam al Ghazali, dan Ibnu Maskawih, dan masih banyak lagi. Sedangkan para tokoh yang kontemporer adalah Muhammad Abduh, Ki Hajar Dewantara, Hasan Langgulung, dan Naquib alAttas, dan masih banyak lagi. Kehadiran mereka dapat memfungsikan semua potensi dirinya dan tanggung jawabnya sebagai khalifah fil Ardh yang membebaskan belenggu kehidupan yangdapat mengancam keterasingan umat Islam. Sistem pendidikan sering dipahami sebagai suatu pola menyeluruh dari proses pendidikan dalam lembaga-lembaga formal, agen-agen, serta organisasi dengan mentransfer pengetahuan, warisan kebudayaan serta sejarah kemanusiaan yang mempengaruhi pertumbuhan sosial, spiritual, dan intelektual. Artinya, system pendidikan tidak bisa dipisahkan dari sistem sistem di luarnya, seperti sistem politik, sistem tata laksana, sistem keuangan, dan sistem kehakiman. Salah satu Intelektual Muslim atau tokoh pendidikan Islam yang mencoba melakukan rekonstruksi bangunan paradigma yang dapat dijadikan dasar bagi sistem pendidikan nasional adalah KH. Ahmad Dahlan. Berawal dari rekontruksi itulah dirasa perlu diteliti menurut penulis sebagai salah satu usaha atau refleksi untuk menemukan konsep pendidikan.

(22) 7. Islam. Apakah pemikiran KH. Ahmad Dahlan mengenai Pendidikan Islam benar benar relevan dengan keadaan masa kini atau abad 21? Dalam ranah pendidikan saat ini, masih terdengar asumsi masyarakat tentang dikotomi dalam pendidikan, sehingga saat ini masih banyak kalangangan yang masih berpandangan bahwa “agama” dan “ilmu” adalah dua entitas yang tidak dapat di pertemukan,8 karena berpandangan kedua entitas di atas memiliki ranah dan wilayah tersendiri, terpisah antara satu dan lainnya, baik dari segi objek formal-matrial, metode penelitian, criteria kebenaran, peran yang dimainkan oleh ilmuan maupun status teori masingmasing sampai masuk ke institusi penyelenggaraan.9 Pemikiran pendidikan yang dikemukakan K.H. Ahmad Dahlan adalah membawa pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang menggabungkan sistem pendidikan pesantren (sorogan/halaqah) dengan sistem pendidikan Belanda (sistem klasikal). Diharapkan dengan cara ini seorang tamatan madrasah atau sekolah umum akan muncul pribadipribadi muslim yang utuh. K.H. Ahmad Dahlan tidak mewariskan tulisan yang bisa kita baca, tetapi mewariskan lembaga pendidikan Muhammadiyah. Memang dorongan besarnya bukanlah menjadi man of thought tapi man of action. Dia mengajar orang untuk berbuat, bukan untuk berpikir semata.. 8. M. Zainuddin, Rekontruksi Pendidikan Islam: Menuju Integrasi Ilmu dan Agama (Kasus UIN), Laporan Penelitian. (Malang: Departemen Agama Universitas Islam Negeri Malang, 2006), Hal. 91 9 Ibid. hal.,91.

(23) 8. Berdasarkan pada permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkatnya sebagai bahan penulisan skripsi yang berjudul : “Konsep Pendidikan islam K. H. Ahmad Dahlan”.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat ditarik permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu : Bagaimana konsep pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan ?. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini untuk memahami konsep pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan D. Manfaat Penelitian 1. Untuk. memberikan. pemahaman. tentang. pendidikan. Islam. pada. masyarakat terutama bagi peserta didik sebagaimana yang diharapkan oleh K.H. Ahmad Dahlan maupun agama, khususnya agama Islam. 2. Dapat memberikan kontribusi pemikiran dan memperkaya khazanah keilmuan di bidang pendidikan Islam. E. Batasan Masalah Agar lebih jelas dan tidak terjadi misunderstanding dalam penulisan skripsi ini, maka peneliti perlu menjelaskan batasan pembahasannya. Dalam skripsi ini penulis akan membahas mengenai konsep pendidikan Islam dalam perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan juga beberapa pandangan tokoh-tokoh pendidikan seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Miskawaih, Muhammad Abduh.

(24) 9. dan Ki Hajar dewantara dan tentang pendidikan. Kemudian nantinya akan dapat ditarik benang merah yang dapat memberikan pemahaman tentang konsep pendidikan integralistik K.H. Ahmad Dahlan. F. Sistematika Pembahasan Skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu : 1. Bagian Muka (Preliminaris) Pada bagian ini terdapat halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan, surat pernyataan, motto, halaman persembahan, kata pengantar, halaman transliterasi, daftar isi, dan abstrak. 2. Bagian Isi (batang tubuh) Agar diperoleh pemahaman yang komprehensif skripsi ini disusun dalam lima Bab. Adapun isinya sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Merupakan pendahuluan skripsi ini, di mana bab ini memuat landasan umum yang diperlukan dalam proses penelitian, pembahasan, dan penelitian. Landasan tersebut dituangkan dalam latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, metodologi penyusunan skripsi kajian pustaka dan sistematika penulisan skripsi. Bab II : Kajian pustaka, dalam bab ini penulis akan membahas tentang konsep pendidikan Islam secara umum, yang meliputi definisi, dasar, tujuan, materi dan metode pembelajaran pendidikan Islam.

(25) 10. Bab III : Metodologi penelitian, dalam bab ini penulis akan membahas tentang metode penelitian yang terdiri dari: pendekatan dan jenis penelitian, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data. Bab IV : Dalam bab ini penulis akan memaparkan: Biografi singkat K.H. Ahmad Dahlan. Yang berisikan: riwayat hidup K.H. Ahmad Dahlan, Pemikiran pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan. Yang berisikan: tujuan pendidikan, materi pendidikan , metode. pembelajaran.. Peran. Pendidikan. K.H.. Ahmad. Dahlan,. Implementasi Ajaran KH.Ahmad Dahlan Dalam Pengamalan Surat AlMa`un dan Pendidikan Integralistik K.H. Ahmad Dahlan. Bab V : Merupakan bab terakhir atau penutup yang membahas mengenai kesimpulan dan saran-saran..

(26) 11. BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Islam Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arab adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa Arab adalah “ta‟lim” dengan kata kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta‟lim” sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah Islamiyah”10 Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” 11 Di dalam Undang-undang. Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem. Pendidikan Nasional pasal 1, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara .12. 10. Zakiah daradjad, dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara. 1996)hal. 25 Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia. 2002) hal. 1 12 Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003. SISDIKNAS. (Bandung: Citra Umbara.)hal. 3 11.

(27) 12. Menurut tim Dosen FIP IKIP Malang dalam Zuhairini dkk. 13. pendidikan dapat diartikan sebagai berikut: a.. Aktivitas dan usaha manusia meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya rohani (pikir, rasa, karsa dan budi nurani) dengan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).. b. Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat (negara). c. Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan. Dari hal yang dikemukakan di atas, maka banyak pakar pendidikan memberikan arti pendidikan sebagai suatu proses dan berlangsung seumur hidup. Karenanya pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi di luar kelas. Pendidikan tidak hanya terbatas pada usaha mengembangan intelektualitas manusia saja, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia untuk mencapai kehidupan yang sempurna. Apabila. pengertian-pengertian. umum. pendidikan. yang. telah. dikemukakan itu dihubungkan dengan pengertian pendidikan agama Islam, maka akan nampak perbedaan dalam penekanan tujuan pendidikan yang. 13. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 2, (Jakarta : Bumi Aksara. 1991) hal. 151.

(28) 13. hendak dicapai, yaitu: kesempurnaan manusia, yang puncaknya adalah dekat kepada Allah dalam arti mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk memahami pengertian Pendidikan Agama Islam secara mendalam, maka penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli tentang pendidikan Islam yaitu: a. Ahmad D. Marimba “Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmaniah dan rohaniah menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam” 14. Yang dimaksud dengan kepribadian utama di sini adalah kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. b. M. Fadil Al-Djamaly Pendidikan agama Islam adalah suatu proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya atau pengaruh dari luar 15. Esensi Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan umat Islam menurutnya adalah pendidikan yang dapat membentuk manusia berakhlak mulia, yang dipengaruhi oleh faktor luar lingkungan dan berdasarkan faktor dari dalam dirinya atau yang kita kenal sesuai dengan fitrahnya. 14 15. Ramayulis, op.cit., hal. 3 H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 2000)Hal. 17.

(29) 14. masing-masing, pendapat tersebut di atas berdasarkan pada firman Allah di dalam surat An-Nahl: 78, yaitu:. Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”16. Dalam surat Ar-Ruum: 30 juga telah disebutkan:. Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan dalam ciptaan Allah, (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” 17. c. Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebani Pendidikan Agama Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan (perubahan itu dilandasi nilai-nilai Islami)18. Proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan. potensi. hidup. manusia. yang. berupa. kemampuan-. kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual, sosial serta 16. DEPAG RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. (Bandung: Gema Risalah Press.1989). hal 413 Ibid., hal 645 18 Op. cit., hal. 14 17.

(30) 15. hubungannya dengan alam sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada di dalam nilai-nilai Islami, yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syari‟ah dan akhlak al- karimah. d. Menurut hasil rumusan seminar Pendidikan Islam se Indonesia tahun 1960 Pendidikan agama Islam adalah sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam 19. e. Menurut Hasan Langgulung Pendidikan agama Islam merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat 20. f. Menurut Zakiah Daradjat Pendidikan Islam adalah pendidikan individual dan masyarakat, karena di dalam ajaran Islam berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama serta lebih banyak menekankan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri maupun orang lain 21. Di sini pendidikan Islam merupakan suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad saw. Melalui proses dimana individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi, yang dalam kerangka lanjut mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. 19. Ibid., hal. 14-15 Hasan langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. (Bandung:PT AlMa‟arif,1980) hal. 94 21 Darajat, Zakiah, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 1996). Hal. 28 20.

(31) 16. Dengan demikian pengertian pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran religius, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteran hidup di dunia maupun di akhirat. B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam Sebagian aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan agama Islam memerlukan dasar/landasan kerja karena berguna untuk memberi arah bagi programnya. Dasar dan tujuan tidak dapat dipisahkan karena kedua-duanya saling terkait. Untuk mempermudah dalam pemahaman dasar dan tujuan pendidikan agama Islam, maka akan dibahas sebagaimana diuraikan di bawah ini: a. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam merupakan sesuatu yang menjadi pangkal tolak atau landasan dilaksanakannya proses belajar mengajar pendidikan agama Islam. Adapun dasar-dasar pendidikan agama Islam menurut Zuhairini itu dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu sebagai berikut:22 1) Dasar Yuridis 2) Dasar Religius 22. Zuhairini, dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. (Surabaya: Usaha Nasional. 1983)Hal. 21.

(32) 17. 3) Dasar Sosial Psikologis Ketiga dasar tersebut lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Dasar Yuridis atau Hukum Yang dimaksud di sini adalah dasar-dasar yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan formal. Dasar tersebut meliputi: a) Dasar Ideal (Pancasila) Dasar ideal Pendidikan Agama Islam adalah Pancasila, yaitu sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” Makna dari sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah setiap warga negara Indonesia harus beragama dalam menjalankan syariat agamanya tersebut dengan baik dan benar. Bagi umat Islam Indonesia agar dapat mewujudkan makna sila pertama dari pancasila dalam kehidupan sehari-hari pasti membutuhkan pendidikan agama Islam. b) Dasar Struktural/Konstitusional Adalah dasar yang berasal dari perundang-undangan yang berlaku, yakni UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: (1) Negara berdasarkan atas Ke-Tuhanan Yang Maha Esa (2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu (UUD 1994:65). c) Dasar Operasional.

(33) 18. Dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di seluruh Indonesia mulai dari pra sekolah sampai pada perguruan tinggi. Sebagaimana yang dicantumkan dalam GBHN RI 1999/2004, yaitu:. “Meningkatkan. kualitas. pendidikan. agama. melalui. penyempurnaan sistem pendidikan agama sehingga lebih terpadu dan integral dengan sistem pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai” (Tap MPR, 2002:27). 2) Dasar Keagamaan (religius) Dasar ini bersumber pada ajaran agama yang menunjukkan adanya perintah. untuk. melaksanakan. pendidikan. agama.. Langgulung23. menjelaskan: Dalam hal pendidikan Islam Al-Qur‟an dan Sunnahlah yang mendapatkan sorotan lebih banyak, sebab keduanyalah sebagai dasar agama, sedangkan yang lainnya berpangkal ke situ. Dengan kata lain itu dikembalikan kepada sumber itu, kalau sesuai diterima kalau tidak maka ditolak. Sebagaimana juga yang dijelaskan oleh Zuhairini dan Abdul Ghofir (2004: 11) bahwa dasar religius (keagamaan) adalah dasar-dasar yang bersumber dalam ajaran agama Islam yang tertera dalam Al-Qur‟an dan Hadist. Rasulullah saw bersabda:. 23. Hasan langgulung, op.cit., hal. 35.

(34) 19. ْ‫ تَ َر ْكتُ فِي ُكم‬:َ‫سلَمَ قَال‬ َ ‫صلَى اللَ ُه عَلَيْهِ َو‬ َ ِ‫عنْ مَالِك أَّنَهُ َب َلغَهُ أَّنَ َرسُىلَ اللَه‬ َ )‫ّنَبِيِه ِ(رَاي مَالِك‬. َ‫ّسكْ ُتمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَهِ َوسُّنَة‬ َ ‫ضلُىا مَا تَ َم‬ ِ َ‫أَمْرَيْنِ لَنْ ت‬. Artinya: “Dari Malik sesungguhnya dia berkata bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: Aku tinggalkan untuk kamu semuanya dua perkara yang mana kamu semua tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh padanya, yaitu Kitab Allah (Al-Qur‟an) dan Sunah Nabi” (Kitab Muwaatho‟ Ibnu Malik). Berdasarkan pendapat serta sabda Rasulullah saw di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Qur‟an dan Hadis adalah sebagai dasar religius tentang terlaksananya pendidikan agama Islam, sebab di dalam keduanya terdapat. ajaran. yang. menganjurkan. dan. memerintahkan. untuk. dilaksanakannya proses belajar mengajar. Dalam Al-Qur‟an disebutkan dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, antara lain dalam firman Allah Surat At-Taubah ayat 122 sebagaimana berikut:. Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka itu telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” 24. Ayat tersebut menjelaskan tentang kewajiban memperdalam agama dan kewajiban mengajarkannya kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. 24. DEPAG, op. cit., hal. 301.

(35) 20. Dalam Surat Al-Imran: 104 yang berbunyi:. Artinya: “Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah dari perbuatan yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung” .25 Ayat ini mengandung ajakan kepada manusia agar ada segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan dan menyeru untuk meninggalkan kemunkaran. Kemudian Surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:.         .  .              Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (At-Tahrim: 6)26 . Ayat di atas menjelaskan hendaknya sebagian manusia mengajak sebagian yang lain agar dapat saling menyelamatkan diri dari api neraka. Selain itu juga disebutkan dalam Hadits Rasulullah:. 25 26. Ibid., hal. 93 Ibid., hal 951.

(36) 21. ًَُ‫صّلَى الّل‬ َ ًِ ‫عَهْ أَبِي ٌُرَيْرَةَ أَ َوًُ كَانَ َيقُُلُ قَالَ َرسُُلُ الَّل‬ ِ‫عّلَى ا ْلفِطْرَة‬ َ ُ‫سّلَمَ مَا مِهْ َم ُْلُُدٍ ِإلَا يُُلَد‬ َ ََ ًِ‫عّلَ ْي‬ َ )‫ّجسَا ِوًِ (رواه مّسليم‬ ِ ‫فَأَ َبَُايُ يُ ٍَُِدَا ِوًِ ََيُ َىّصِرَا ِوًِ ََيُ َم‬ Artinya: Dari Abu Hurairoh berkata: “Rasulullah Saw, bersabda: “Tidaklah dilahirkan seorang anak (bayi) melainkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani (Kristen) dan Majusi” (H.R. Muslim) 3) Dasar Sosial Psikologis Setiap manusia hidupnya selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut dengan agama. Seseorang akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan dan mengabdi kepada Allah SWT, sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra‟du: 28 yang berbunyi:. Artinya: “Orang-orang yang taubat yaitu mereka yang beriman hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah (dzikrullah) ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”27 . Oleh karena itu, pendidikan agama Islam mempunyai tugas untuk memberikan dorongan, rangsangan dan bimbingan agar peserta didik dapat menyerap nilai yang terkandung dalam ajaran Islam tersebut, sehingga mereka dapat membentuk dirinya sesuai dengan nilai agama yang diajarinya, dan dapat mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan seharihari secara baik dan sesuai dengan ketentuan Allah.. 27. Ibid., hal. 373.

(37) 22. b. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting, sebab tujuan merupakan sesuatu yang hendak dituju oleh pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan bukanlah suatu yang statis dan tetap, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, yang meliputi seluruh aspek berupa kehidupan. Tujuan pendidikan agama Islam pada dasarnya sangat berkaitan dengan tujuan manusia hidup di dunia ini atau lebih tegasnya, tujuan pendidikan adalah untuk menjawab persoalan-pesoalan untuk apa kita hidup? Sebagaimana Islam telah memberi jawaban yang tegas dalam hal ini, seperti firman Allah dalam surat Adz-Dzariat: 56, yang berbunyi:. Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” 28. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang tujuan pendidikan agama Islam dikemukakan pendapat para ahli pendidikan agama Islam sebagai berikut: 1). Moh. Athiyah Al-Abrasyi dalam buku Zuhairini. 29. menyebutkan ada. lima tujuan pokok pendidikan agama Islam, yaitu: a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, “Innama buitstu li utammima makarimal 28 29. Ibid.hal. 865 Zuhairini, op.cit., hal. 164.

(38) 23. akhlak”, mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan Islam yang sebenarnya. b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat Pendidikan Islam tidak hanya memperhatikan segi keagamaan saja dan tidak keduniaan saja tetapi ia menaruh perhatian pada kedua-duanya, ia memandang persiapan untuk kedua kehidupan itu sebagai tujuan tertinggi dan terakhir bagi pendidikan. c) Persiapan. mencari. rizki. dan. pemeliharaan. segi-segi. kemanfaatan Kesempurnaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan atau menaruh perhatian pada segi spiritual, akhlak dan segi-segi kemanfaatan d) Menumbuhkan semangat ilmiah dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui dan memungkinkan mengkaji ilmu pengetahuan. e) Menyiapkan pelajar dari segi-segi profesional, teknis supaya dapat menguasai profesi, teknis tertentu agar dapat mencari rezeki dalam hidup dan hidup dengan mulia disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan 2). Ibnu Khaldun merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam dengan berpegang pada firman Allah dalam surat Al-Qashash: 77, yaitu:.

(39) 24. Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu lupa kebahagiaan (kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” 30.. Berdasarkan firman Allah itu, beliau merumuskan tujuan pendidikan agama Islam terbagi menjadi dua macam, yaitu: a) Tujuan yang berorientasi ukhrowi yang membentuk seorang hamba agar melakukan kewajiban pada Allah b) Tujuan yang berorientasi duniawi yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain (Muhaimin, Mujib, 1993:161). 3). Menurut Abu Ahmadi (1976:132), tujuan pendidikan agama Islam adalah: Membentuk manusia sosial yang berkepribadian muslim yang bertakwa kepada Allah atau dengan kata lain menanamkan takwa dan akhlak menegakkan kebenaran untuk membentuk manusia yang berakhlak dan berkepribadian luhur sesuai dengan ajaran Islam.. 30. Depag, op.cit., hal.623.

(40) 25. 4). Menurut Mahmud Yunus (1993:13), tujuan pendidikan agama Islam adalah: Mendidik anak-anak, pemuda dan pemudi, dan orang dewasa supaya menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia. 5). Menurut Al-Ghazali dalam Arief31, tujuan pendidikan agama Islam adalah: a) Kesempatan manusia, yang puncaknya adalah dekat kepada Allah b) Kesempurnaan manusia, yang puncaknya adalah kebahagiaan manusia agar mampu mencapai tujuan-tujuan yang dirumuskan. Berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: a). Mendidik manusia supaya menjadi manusia muslim sejati, beriman teguh dan beramal shaleh serta berakhlak mulia.. b). Dengan pendidikan dapat menjadi anggota masyarakat yang sanggup mandiri, mengabdi kepada Allah, berjuang untuk kepentingan bangsa negara, agama dalam upaya menciptakan keadilan dan kemakmuran.. 31. Arif, op.cit., hal. 22.

(41) 26. C. Materi Pendidikan Islam Materi pendidikan agama Islam secara garis besar mempunyai ruang lingkup mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dan dengan makhluk lainnya. Oleh karena itu, agar pendidikan ini dapat berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan dan yang dicita-citakan, maka materi yang disampaikan haruslah disusun dengan sedemikian rupa sehingga mudah diterima dan ditangkap oleh peserta didik. Islam memiliki tiga ajaran yang merupakan inti dasar dalam mengatur kehidupan, secara umum dasar ajaran Islam yang dijadikan materi pokok pendidikan agama Islam, yaitu: a. Masalah keimanan (Aqidah) Pendidikan yang utama dan pertama yang harus dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Surat Al-Luqman: 13 yang berbunyi:. Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”32 . b. Masalah keislaman (syariah). 32. Depag. Op.cit., hal. 654.

(42) 27. Syariah adalah semua aturan Tuhan dan hukum-hukum Tuhan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, sesama manusia dengan alam sekitar. Namun ada pengertian syariah yang lebih dekat kepada fiqih, yaitu tatanan, peraturan-peraturan, perundang-undangan dan hukum yang mengatur segala aspek kehidupan. Dalam Al-Qur‟an Surat AlBaqarah:21 disebutkan:. Artinya:. “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa”33. Materi syariah dalam pendidikan agama Islam diharapkan dapat menjadi hal yang fungsional dalam hidup manusia, dengan harapan manusia yang telah menerima pendidikan agama Islam paham akan bentuk dan juga aturan, yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam sekitarnya dengan landasan nilai-nilai Islam. Dan juga agar out put dari pendidikan agama Islam mampu mengaplikasikan ajaran Islam secara murni dan baik, yang dilandasi pengetahuan yang sesuai dengan kaidahkaidah hukum Islam. c. Masalah Ikhsan (akhlak) Tujuan pendidikan agama Islam adalah terbentuknya pribadi muslim, dalam arti manusia yang berakhlak mulia sehingga segala aspek hidupnya 33. Ibid., hal. 11.

(43) 28. sesuai dengan norma-norma agama dan masyarakat. Dimana akan tercapainya keharmonisan hubungan antar manusia, untuk menuju kebahagiaan hidup, baik dunia maupun akhirat. Sedangkan tujuan pendidikan akhlak adalah mendorong manusia agar berbuat kebajikan dalam rangka membentuk manusia yang berakhlak mulia. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Luqman ayat 18 yang berbunyi:. Artinya: “Dan janganlah memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh sesungguhnya Allah tidak meyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”34 . Dari ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak menduduki peranan yang penting bagi manusia. Menurut Barwa Umari : “Dengan akhlak manusia dapat mengetahui batas antara yang baik dengan yang buruk dan dapat menempatkan pada proporsi yang sebenarnya. Dari tiga masalah tersebut diatas akhirnya timbul beberapa keilmuan dalam agama Islam, yaitu : 1. Ilmu tauhid 2. Ilmu fiqh, dan 3. Ilmu akhlak 1) Ilmu Tauhid (keimanan). 34. Ibid., hal. 655.

(44) 29. Ilmu tauhit adalah I‟tiqad-I‟tiqad batin yang mengajarkan keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang menciptakan, mengatur dan meniadakan alam ini. 35 Setelah kita maklumi bahwa segala sesuatu yang ada dibumi ini adalah ciptaan Allah, dan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah dialam ini disebut makluk yang dapat dilihat dengan mata kepala, seperti; manusia, binatang, dan lain-lain. Allah juga menciptakan mahluk halus yang tidak dapat dilihat oleh manusia, mahluk itu adalah manusia, malaikat, jin dan syetan. Dengan demikian iman itu adalah kepercayaan akan adanya Allah yang telah menjadikan alam ini yang membenarkan apa-apa yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Iman itu dianggap sempurna betul-betul, bila diyakini dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Di dalam agama Islam ada kepercayaan yang dinamakan oleh pemeluknya dengan penuh keyakinan dan kesadaran yang dapat mendorong dirinya untuk berbuat baik dan menjauhi larangan Allah SWT. Adapun hal-hal yang wajib diimani dalam agama Islam ada 6 perkara yaitu 1. Iman kepada Allah 2. Iman kepada malaikat Allah. 35. Zuhairini, op.cit., hal. 32.

(45) 30. 3. Iman kepada kitab-kitab Allah 4. Iman kepada rasul-rasul Allah 5. Iman kepada hari kemudian, dan 6. Iman kepada qadla‟ dan qadar 2) Ibadah (syari‟ah) Syari‟at menurut Zuhairini adalah : “Berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur antara manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.36” Adapun ibadah itu terdiri atas : 1. Syahadat 2. Shalat 3. Zakat 4. Puasa 5. Haji 3) Akhlaq (budi pekerti). Akhlaq. yaitu. suatu. amalan. yang. bersifat. pelengkap,. penyempurna bagi kedua amal tersebut di atas dan yang mengajarkan tentang cara pergaulan hidup manusia. Akhlaq atau budi pekerti itu memang penting bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena akhlaq bisa digunakan sebagai berometer,alat pengukur tinggi atau rendahnya pribadi seseorang bahkan dapat pula untuk mengetahui sempurna atau tidaknya iman 36. Ibid., hal. 35.

(46) 31. seseorang. Maka semakin sempurna akhlaq maka semakin sempurna iman. Makin merosotnya akhlaq semakin merosot pula iman seseorang. Dan Nabi Muhammad SAW. Adalah sebaik-baik akhlaq manusia, sehingga pantas dijadikan suri tauladan bagi ummatnya. Dengan adanya Hadits tersebut Rasulullah SAW. diutus oleh Allah SWT. untuk menyempurnakan budi pekerti, mengatur hubungan manusia dengan Khaliq, manusia dengan alam, hubungan manusia dengan sekitarnya dan dengan dirinya sendiri. Semua ini karena Islam sebagai agama samawi yang terakhir mempunyai moral Islam, karena manusia tanpa moral Islam akan merusak diri sendiri dan manusia lainnya serta alam sekitarnya. Betapapun tingi pengetahuan dan tehnologi mereka seperti yang sedang dialami manusia dewasa ini. Allah juga memperingatkan manusia yang tidak mengacuhkan moral Islam dengan firman-Nya dalam surat Al-Imran, ayat 112 :.                                       Artinya: “Kehinaan mereka dimana saja, kecuali (jika) memegang tali Allah (agama Allah) dan memegang tali sesamanya (memelihara pergaulan yang baik sesama manusia) dan mereka kembali mendapat kemarahan Allah ditimpahkan kepadanya kemiskinan. Demikian itu lantaran kafir.

(47) 32. terhadap ayat-ayat Allah dan membunuh Nabi-nabi tanpa alasan yang benar (nereka lakukan), demikian karena mereka durhaka dan melampaui batas”.37 D. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam Metode Pembelajaran Pendidikan Islam adalah metode pembelajaran berlandaskan nilai – nilai islami untuk mewujudkan anak didik yang humanis berkepribadian insan kamil yang diharapkan mampu menciptakan ukhuwah Islamiyah dalam arti luas, yaitu ukhuwah fi al-„ubudiyah, ukhuwah fi al-insaniyah, ukhuwah Pendidikan. Agama. Berbasis. Humanisme-Pluralisme. ,. tidak. menciptakan anak didik yang meng-eksklusif, menumbuhhkan sikap fanatisme, intoleransi sehingga memperlemah kerukunan hidup beragama. Metode. Pembelajaran. Pendidikan. Islam. Modern,. titik. tekannya lebih pada bagaimana membuat anak didik nyaman didalam proses belajar, dan materi yang akan di trasfer bisa diserap secara maksimal, dengan durasi waktu yang ditentukan per-materi sehingga pembentukan suasana belajar di atur sedemikian rupa untuk menghindari anak didik strees di dalam proses belajar mengajar, juga dibentuk sistem kelas untuk mengetahui tingkat keberhasilan anak didik didalam penyerapan materi dengan pemilahan bahan ajar yang akan dipergunakan.. 37. Depag., op. cit., hal. 89.

(48) 33. Durasi waktu yang telah ditentukan menuntut para pendidik (guru) untuk lebih profesional di dalam melakukan transfer ilmu dengan bisa memotivasi kemauan belajarnya dengan tidak membuat mereka jenuh di dalam proses belajar mengajar, dikernakan proses belaja mengajar seperti yang dikatakan Dra. Sumiati dan Asra, M.Ed bahwa proses pengajaran hari ini bersifat pasif dan verbalistis, yaitu siswa diberi atau menerima dan guru melaksanakan pengajaran dengan penuturan(Verbal) semata –mata, tanpa ada keaktifan seperti diskusi, melakukan penemuan, menguji konsep dan teori, Jika digambarkan anak didik hanya “duduk, dengar, catat, dan hafalkan”. 1. Metode Pembelajaran Pendidikan islam Kontemporer a. Hafalan Metode ini digunakan pada saat nabi menerima wahyu dari Allah SWT. Dari menghafal ini kemudian nabi Menafsiri isi wahyu yang dipersiapkan untuk disampaikan pada majelis kaum muslim, dan untuk kaum muslim (menghafal) untuk memahami isi kandungan wahyu yang sudah mendapat penafsiran dari rosul, jadi menghafal tidak hanya untuk anak didik akan tetapi juga untuk para pendidik di dalam penguasaan keilmuan yang akan disampaikan. b. Ceramah Metode Ceramah digunakan oleh nabi untuk menjelaskan isi kandungan wahyu dan penafsiran ayat al-Qur‟an, untuk kemudian difahami oleh para kaum muslim yang hadir dalam majelis tersebut,.

(49) 34. kemudian metode ini di patenkan dalam sholat jum‟at menjadi wajib hukumnya yaitu khotbah jum‟at. c. Mutharahah Mutharahah dilakukan oleh Nabi Muhammad pada saat terjadi perang Badr tentang tawanan perang, yang kemudian diserahkan kepada Abu Bakr As. Dan Umar Ibn‟l Khattab, kemudian banyak para yang memberikan pendapat yang ditanggapi dengan diam oleh Nabi pada ahirnya nabi memberikan perumpamaan tentang Abu Bakar dengan malaikat Mikail dan Nabi Ibrahim sedangakan Umar Ibn‟l Khattab dengan Malaikat Jibril dan Nabi Nuh juga nabi Musa. d. Musyawarah Musyawarah dilakukan oleh Nabi Muhammad pada saat terjadi selisih pendapat di kalangan kaum muslim untuk menemukan jalan keluar dan bisa di terima oleh semua pihak, seperti yang terjadi pada peristiwa perang Badr tentang selisih pendapat mengenai harta rampasan perang (Ghanimah), dimana Nabi memerintahkan untuk mengumpulkan semua harta rampasan perang yang kemudian ia mebaginya secara merata38 2. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam Modern Dilembaga pendidikan formal hari ini Metode pembelajaran pendidikan islam telah disatukan dengan metode pembelajaran pendidikan umum yang kita kenal dengan, (a) Metode Ceramah yaitu 38. Muhammad Husain, Haikal. Sejarah Hidup Muhammad. Diterjemahkan oleh Ali Audah. Cet. Kesebelas. (Jakarta: P.T. Intermasa). Hah. 260.

(50) 35. Penyampaian meteri bahan ajar melalui lesan, (b) Metode Tanya Jawab yaitu terjadinya komunikasi secara aktif antara murid dan guru, (c) Metode Diskusi yaitu pertukaran Informasi, dan pendapat secara sistematis, (d) Metode Ekperimen dipergunakan pada pelajaran – pelajaran tertentu untuk suatu penelitian, (e) Metode Demontrasi yaitu metode pembelajaran yang menggunakan alat peraga di dalam menjelaskan materi yang disampaikan, (f) Metode Pemberian Tugas dan Resistansi; guru memberikan tugas dan mengerjakannya untuk kemudian dipertanggung jawabkan, (g) Metode Sosio Drama (Role Playing). dalam. rangka. mendramatisasi. tingkah. laku. dalam. hubungannya dengan masalah sosial (h) Metode Drill (Latihan) adalah metode evaluasi kecakapan di dalam pengusaan materi sepenuhnya yang disampaikan, tidak hanya sekedar ulangan yang dipergunakan untuk mengukur penyerapan materi yang telah diterimanya, (i) Metode Kerja Kelompok yaitu metode pembelajaran dengan mengelompokkan anak didik untuk sepenuhnya mengerjakan suatu tugas secara bersama – sama, (j) Metode Proyek yaitu dengan menyuguhkan permasalahan yang dihadapi secara bersama – sama oleh anak didik secara ilmiyah dan sistematis, (k) Problem Solving yaitu pemecahan masalah dengan mencari data yang kemudian disimpulkan, (l) Metode Simulasi yaitu Metode Pembelajaran bermain.

(51) 36. mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah – olah dalam keadaan yang sebenarnya .39 Dari macam – macam metode diatas materi – materi pembelajaran di upayakan bisa membangkitkan minat belajar siswa dengan memperhatikan situasi dan kondisi anak didik. Aka tetapi pada penerapannya menjadi pasif disebabkan tuntutan standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, tanpa melihat vareatif kemampuan siswa serta tidak pernah memperhatikan pada tingkat satuan pendidikan yang menjalankannya. Sistem angka yang ditetapkan oleh pemerintah tidak lagi sesuia dengan tujuan pendidikan itu sendiri yaitu bagaimana anak didik di dalam penyelesaian materi diharapkan membuahkan sebuah prilaku positif, terjebak dalam perolehan angka – angka. Terlebih ketika pendidikan agama menjadi sebuah kurikulum dalam satuan pendidikan yang telah terstandarisasi dengan angka – akan, dimana harapan masuknya kurikulum pendidikan agama bisa mencetak anak didik yang taat dalam persoalan – persoalan aqidah dan ubudiya yang ber-akhlakul karimah dengan berlandaskan nilai – nilai Islami. E. Menuju Pendidikan Integralistik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia integralistik adalah bersifat integral, merupakan satu keseluruhan40. Jadi pendidikan integralistik. 39. SM., Islmail . Strategi pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. (Semarang : Rasail)hal. 19 40 Tim kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet 2, (jakarta: balai pustaka, 1989) hal. 335.

(52) 37. adalah pendidikan yang meliputi seluruh bagian yang perlu untuk menjadikan lengkap; utuh, bulat dan sempurna dengan kata lain pendidikan yang tidak mendikotomiskan ilmu, antara ilmu agama maupun ilmu umum. Realitas menunjukkan bahwa sistem pendidikan yang berjalan di masyarakat Indonesia sekarang ini ada dua macam, yakni pendidikan umun yang terdiri dari: TK (Taman Kanak-kanak), SD (Sekolah Dasar), SMA (Sekolah Menengah Atas), PTU (Perguruan Tinggi Umum) yang di bawah pengelolaan DEPDIKNAS dan pendidikan agama yang terdiri dari: RA (Raudlatul Atfal), MI (Madrasah IbtidaiyahH) , MTs (Madrasah Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah), PTA (Perguruan Tinggi Agama) dan Madrasah Diniyah. Sementara itu di masyarakat, juga masih ada anggapan kuat bahwa “agama” dan “ilmu” merupakan dua entinitas yang sulit dipertemukan. Keduanya mempunyai wilayah sendiri-sendiri, terpisah antara satu debgan lainnya, baik dari segi obyek formal-material, metode penelitian, kriteria peran yang dimainkan oleh ilmuan maupun status teori masingmasing bahkan sampai ke institusi penyelenggaranya. Pola pikir yang serba bipolar-dikotomis ini menjadiakn manusia terasing dari nilai-nilai spiritualitas-moralitas, terasing dari dirinya sendiri, terasing dari keluarga dan masyarakat sekelilingnya, terasing dari lingkungan alam dan alam dam ragam hayati yang menopang kehipannya, serta terasing dari keluarga dan masyarakat denyut nadi.

(53) 38. lingkungan sosial-budaya sekitarnya. Singkatnya, terjadi dehumanisasi secara. massif. baik. pada. tataran. kehidupan. keilmuan. maupun. keagamaan.41 A Hasjmy, Gubernur aceh yang memperjuangkan dan merealisasikan kota Darussalam sebagai kota pelajar, mengatakan: “memperdalam Ilmu Agama Islam berarti mempelajari secara mendalam segala bidang Ilmu, karna semua ilmu adalah ilmu islam baik yang merupakan ulumul al naqliyyah maupun aqliyyah, baik yang dinamakan ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu eksakta. Maka Darussalam tidak dapat menerima pendapat sementara orang mengatakan bahwa ini “ilmu Islam” dan itu “ilmu Umum”sehingga timbul istilah ini “sekolah islam” dan itu “sekolah Umum”. Darussalam dengan cara radikal telah mengubur suatu mitos yang telah lama memghantui alam pikiran sebagai masyarakat indonesia, yaitu kepercayaan adanya jurang antara “agama” dan “ilmu penegtahuan” sehingga mengakibatkan terjadi pula jurang yang dalam ancaman orang-orang yang memilih bidang ilmu yang tidak sama:suatu tragedi yang telah memundurkan bangsa Indonesia”.42 Pernyataan senada dikemukakan oleh soekarno,mantan presiden pertama RI, bahwa: “demi Allah, Islam Science adalah pengetahuan Qur‟an dan hadits plus pengetahuan umum!”43. Jauh sebelumnya, kalau dilihat kalender sejarah Islam, juga telah terpola pengembangan keilmuan yang bercorak integralistik-ensiklopedik yang dikembangkan tokoh-tokoh seprti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, juga Ibnu khaldun. Bangunan. ilmu. pengetahuan. yang. dikotomik. antara. ilmu. pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama harus dirubah menjadi. 41. Abdul rohman. Pendidikan integralistik: menggagas konsep manusia dalam pemikiran Ibn Khaldun.semarang: walisongo press, 2009. Hal. 84-85 42 A. Hasjmi. Konsepsi ideal darussala, dslam 10 darussalam. P.72. dokumen tak diterbitkan 43 Soekarno. Di Bawah bendera revolusi. (jakarta; panitia penerbit di bawah bendera revolusi, 1963), pp.335336.

(54) 39. bangunan keilmuan baru yang lebih „holistc-integralistik” atau paling tidak bersifat komplementer. Langkah ini harus segera dilakukan, karena tantangan globalisasi menuntut respon yang tepat dan cepat dari sistem pendidikan Islamsecara keseluruhan; juga, jika kaum muslimin tidak hanya ingin survive di tengah persaingan global yang semakin tajam dan ketat, tapi lebih dari itu, yakni berharap mampu tampil di depan. Gambaran tentang ilmu dan berbagai cabang serta sumbernya kiranya dapat dijadikan salah satu alternatif untuk membangun keilmuan yang bersifat integral dalam arti tidak terjadi pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum yang membedakan adalah sumbernya dan bukan pada jenis ilmu yang ada. Pada umumnya para ilmuwan dalam menggali ilmuan bersumber pada ayat ayat qauliah saja. Oleh karna itu, cara yang ditempuh untuk menggali dengan obsewrvasi, eksperimen, dan penalaran logis. Sedangkan perguruan tinggi seperti UIN Maulana malik Ibrahim Malang selain menjadikan ayat ayat kauniyah, dan bahkan memngunakan terlebih dahulu menjadikan al-Quran dan Hadits sebagai sumber yang utama.44 Amin Abdullah menjelaskan “Paradigma keilmuan baru yang menyatukan, bukan sekedar menggabungkan, wahyu Tuhan dan temuan manusia. (ilmu-ilmu. holistic-integralistik). tidak. akan. berakibat. mengecilkan Tuhan (sekularisme) atau mengucilkan manusia sehingga. 44. Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan di Perguruan Tinggi; Konsep Pendidikan Tinggi di UIN MALIKI Malang, (Malang: UIN MALIKI, 2009), Hal. 24.

(55) 40. teralienasi dari dirinya sendiri, dari masyarakat skitar, dan lingkungan hidup sekitarnya.45. 45. Abdul rohman, op.cit. hal.90-91.

(56) 41. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis kritis. Bogdan dan Taylor, sebagaimana dikutip oleh Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.46 Menurut Imron Arifin, penelitian kualitatif pada hakekatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.47 Adapun pengertian penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.48 Jadi, penelitian diskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.49 Setelah gejala, keadaan, variabel,. 46 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitiaan Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), hal. 3. 47 Imron Arifin (ed.), Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang: Kalimasahada, 1996), hal. 22. 48 Mudji Santoso, Hakekat, Peranan, dan Jemis-jenis Penelitian pada Pembangunan Lima Tahun Ke VI, dalam Imron Arifin (ed.), Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang: Kalimasahada, 1996), hal. 13. 49 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), hal. 310.. Penelitian.

(57) 42. gagasan, dideskripsikan, kemudian penulis menganalisis secara kritis dengan upaya melakukan studi perbandingan atau hubungan yang relevan dengan permasalahan yang penulis kaji. Pendekatan ini digunakan oleh penulis karena pengumpulan data dalam skripsi ini bersifat kualitatif dan juga dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, dalam arti hanya menggambarkan dan menganalisis secara kritis terhadap suatu permasalahan yang dikaji oleh penulis yaitu tentang konsep pendidikan integralistik K.H. Ahmad Dahlan. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini library research atau penelitian kepustakaan. Dengan demikian, pembahasan dalam skripsi ini dilakukan berdasarkan telaah pustaka. yang mengkaji secara khusus tentang pendidikan serta beberapa tulisan yang ada relevansinya dengan objek kajian. B. Instrumen Penelitian Salah satu dari sekian banyak karakteristik penelitian kualitatif adalah manusia sebagai instrumen atau alat. Moleong mengatakan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.50. 50 Lexi J. Moleong, Op. Cit. hal. 121..

(58) 43. Imron Arifin mengatakan bahwa manusia sebagai instrumen berarti peneliti merupakan instrumen kunci (key instrument) guna menangkap makna, interaksi nilai, dan nilai lokal yang berbeda, di mana hal ini tidak mungkin diungkapkan lewat kuesioner.51 Namun demikian, instrumen penelitian kualitatif selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti instrumen.52 Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, yang terdapat dalam Buku Bagian Pertama Pendidikan, dan pada akhirnya, menjadi pelapor hasil penelitian ini. C. Sumber Data Dalam setiap penelitian, sumber data merupakan komponen yang sangat penting. Sebab tanpa adanya sumber data maka penelitian tidak akan berjalan. Sumber data adalah subjek dari mana data itu bisa diperoleh. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan personal document sebagai sumber data dalam penelitian kualitatif ini. Personal document adalah dokumen pribadi di sini adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis mengenai tindakan, pengalaman dan kepercayaannya.53 Personal bacaan sebagai sumber dalam penelitian ini adalah buku masalah pendidikan yang terkait dengan permasalahan yang penulis bahas 51 Imron Arifin (ed.), Op. Cit., hal. 5. 52 Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Pedoman Penulisan Skripsi (tk: t.p., 2006), hal. 59. 53 Ahmad Sonhaji, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif, dalam Imron Arifin (ed.), Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang: Kalimasahada, 1996), hal. 82..

Referensi

Dokumen terkait

Pertama-tama, perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Komisi XI dan Anggota Dewan yang terhormat, yang telah mengundang kami untuk menghadiri

Masing-masing indikator akan diberi skor ukuran tinggi dan rendah terhadap harapan serta kenyataan yang terjadi selama ini, pemberian skor pada indikator akan

(. !esulitan yang dihadapi oleh tim microarrays  adalah meraih pasar secara cepat dan adanya rumor yang berkembang bah$a perusahan lainnya seperti Agilent dan

Responden yang tidak berpartisipasi dalam upaya rehidrasi oral pada anak diare berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 15 responden (50%).Jenis kelamin

Roh Kudus selalu menguatkan Firman Allah, jika pemberita Firman Tuhan tanpa disertai Roh Kudus maka akan kering, untuk itu pemberita Firman Tuhan harus

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas enam sekolah dasar di Kota Denpasar, Bali yang berjumlah 12.268 siswa (DepDikNas Propinsi Bali, 2012). Denpasar dipilih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik pekerjaan, kompensasi dan gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan dealer di Purbalingga

Berdasarkan perancangan aplikasi yang dilakukan, maka perancangan aplikasi tempat wisata ini dapat memberikan informasi kepada wisatawan mengenai tempat wisata di wilayah