• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis investasi dan tenaga kerja terh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis investasi dan tenaga kerja terh"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Industri Pengolahan di Provinsi Sumatera Barat

Rahmat Fadlan

Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi dan tenaga kerja industri pengolahan terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data time-series periode tahun 1998-2012, yaitu data nilai investasi (PMTB) industri pengolahan, jumlah tenaga kerja industri pengolahan, dan nilai PDRB industri pengolahan. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dan tenaga kerja industri pengolahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat. Untuk itu hendaknya pemerintah dan pihak-pihak yang berperan dalam industri pengolahan dapat membuat kebijakan yang mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri pengolahan, agar pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang positif.

Kata Kunci: Investasi industri pengolahan, tenaga kerja industri pengolahan, dan pertumbuhan industri pengolahan.

1. Pendahuluan Latar Belakang

Keberhasilan dalam pembangunan ekonomi dapat dilihat dari kenaikan PNB (Produk Nasional Bruto) atau PDB (Produk Domestik Bruto), pengurangan tingkat kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan, dan penyediaan lapangan kerja. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan ekonomi dibutuhkan kerjasama yang baik antar lapangan usaha perekonomian. Kerjasama yang baik antar lapangan usaha mengakibatkan setiap kegiatan produksi setiap lapangan usaha memiliki daya menarik (backward linkage) dan daya mendorong (forward linkage) terhadap lapangan usaha lain.

Untuk itu pada umumnya negara-negara berkembang berupaya meningkatkan pertumbuhan industri pengolahan. Upaya tersebut dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pembangunan ekonomi,

dengan asumsi bahwa industri dapat memimpin lapangan usaha perekonomian lainnya. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara berkembang mempersiapkan industri pengolahan yang merupakan bagian dari industri agar mampu menjadi penggerak dan memimpin (the leading sector) perkembangan lapangan usaha perekonomian lainnya dan juga akan mendorong perkembangan industri yang terkait dengannya (Saragih, 2004).

(2)

perekonomian, distribusi sumber daya alam serta atribut sosial masyarakat (Karmaji, 2007).

Oleh sebab itu, untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia dapat diusahakan dengan meningkatkan pertumbuhan industri pengolahan pada daerah regional, salah satunya di Provinsi Sumatera Barat. Pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat juga perlu ditingkatkan untuk mendukung pertanian yang merupakan lapangan usaha dengan kontribusi terbesar dalam perekonomian di Provinsi Sumatera Barat.

Jika pertanian hanya didukung oleh perdagangan (ekspor) produk pertanian dalam bentuk bahan mentah (primer), maka akan lebih rentan terhadap goncangan fluktuasi nilai tukar rupiah, dan goncangan krisis moneter yang melanda negara-negara tujuan eksport. Untuk itu diperlukan pertumbuhan industri pengolahan agar terjadi peningkatan nilai tambah, sehingga perekonomian lebih tahan terhadap berbagai goncangan yang disebabkan oleh perkembangan perekonomian negara tujuan eksport seperti krisis finansial global, dan lain sebagainya (Bappeda Provinsi Sumatera Barat, 2011).

Pertumbuhan industri pengolahan, tidak terlepas dari adanya peranan investasi. Investasi merupakan salah satu faktor produksi yang peranannya sangat dominan dalam peningkatan produksi sebagaimana tercermin melalui laju pertumbuhan ekonomi. Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pengusaha untuk membeli barang modal dan

pengeluaran lain untuk kegiatan produksi. Investasi dapat diperoleh dari akumulasi modal yang diperoleh dari tabungan dan sebagian pendapatan waktu sekarang yang disisihkan untuk dapat memperbesar produksi dan pendapatan dimasa yang akan datang (Sukirno, 2000).

Selain investasi, tenaga kerja merupakan input atau faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi industri pengolahan. Tenaga kerja memegang peranan utama dalam produksi, karena barang modal yang berasal dari investasi barulah bisa dimanfaatkan jika ada tenaga kerja.

Berdasarkan penjabaran tersebut, maka pengaruh investasi dan tenaga kerja industri pengolahan terhadap pertumbuhan industri pengolahan menarik untuk diteliti, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh setiap variabel tersebut terhadap pertumbuhan industri pengolahan. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja

terhadap Pertumbuhan Industri

Pengolahan di Provinsi Sumatera Barat”.

2. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Ekonomi

(3)

masalah-masalah lain seperti kemiskinan, diskriminasi, pengangguran, dan ketimpangan distribusi pendapatan, seringkali dinomorduakan (Todaro dan Smith, 2006).

Menurut Sukirno (2004), Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah perkembangan kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil berubah. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentase kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi dapat terlihat dari meningkatnya persediaan barang secara terus menerus sesuai dengan kenaikan produktivitas. Kenaikan produktivitas tersebut dapat ditingkat dengan inovasi teknologi yang digunakan dalam proses produksi dan redistribusi tenaga kerja.

Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Dumairy (1996),

pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya. Pendapatan nasional ini mengarah ke Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP), atau bisa juga Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP). Selain itu, bisa merujuk ke Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National Product (NNP) atau Pendapatan Nasional (Net Income), dimana semuanya itu memiliki konsep yang berbeda satu sama lain.

Pengukuran pertumbuhan ekonomi secara konvensional biasanya dengan menghitung peningkatan persentase dari

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat regional/daerah. PDRB merupakan total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah atau regional tertentu dan dalam kurun waktu tertentu biasanya satu tahun (BPS, 2013).

Berdasarkan pemaparan di atas, output perekonomian suatu negara dapat diketahui dari nilai PDB, yaitu nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi dalam negeri dalam satu periode waktu tertentu. Sedangkan output perekonomian tingkat regional/daerah, dapat diketahui dari nilai PDRB.

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan (Neo – Klasik)

Salah satu model pengukuran teori pertumbuhan ekonomi yang sering digunakan adalah pengukuran berdasarkan pendekatan teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan, yaitu suatu persamaan yang melibatkan hubungan antara tingkat output dengan tingkat input (capital and labour) (Mankiw, 2007).

Model teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan dapat dituliskan dengan cara berikut:

Y = f(K,L) ...(2.1)

Keterangan :

Y : Tingkat output perekonomian K : Modal (capital)

L : Tenaga kerja (labour)

(4)

output yang dihasilkan akan ikut meningkat. Dimana nilai modal dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam menghasilkan output perekonomian dapat saling bersubstitusi (Arsyad, 2000).

Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu, dapat digunakan berbagai kombinasi antara pemakai modal dan tenaga kerja. Apabila modal yang digunakan lebih besar, maka lebih kecil tenaga kerja yang diperlukan. Sebaliknya, apabila modal yang digunakan lebih terbatas maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan.

Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Salah satu model pengukuran produktivitas yang sering digunakan adalah pengukuran berdasarkan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih, variabel yang satu disebut variabel independent (Y) dan yang lain disebut variabel dependent (X) (Nicholson, 1995).

Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dituliskan dengan cara berikut:

Y = AL α K β ...(2.2) Keterangan:

Y = Total produksi

A = Total Produktivitas faktor L = Tenaga kerja

α = Elastisitas output tenaga kerja K = Modal

β = Elastisitas output modal Bentuk umum dari fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut adalah sebagai berikut:

Q = δ.I α ...(2.3) Keterangan:

Q = Output

I = Jenis input yang digunakan δ = indeks efisiensi penggunaan input α = elastisitas produksi dari input yang

digunakan

Dari penjumlahan semua koefisien faktor produksi pada fungsi produksi Cobb-Douglas, dapat diketahui kondisi Return to Scale (skala usaha dari kegiatan produksi. Skala produksi tersebut dapat dibedakan menjadi tiga kondisi, antara lain:

a. Decreasing Return to Scale (DRS), jika (b1 + b2 + ... + bn) < 1 maka artinya adalah proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih kecil. b. Constant return to Scale (CRS), jika (b1

+ b2 + ... + bn) = 1 maka artinya adalah proporsi penambahan faktor produksi proporsonal terhadap penambahan produksi yang diperoleh.

c. Increasing Return to Scale (IRS), jika (b1 + b2 + ... + bn) > 1 maka artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

Berdasarkan penjabaran tersebut, Koefisien-koefisien pada fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung dapat menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan, serta mampu menggambarkan keadaan skala hasil (returns of scale) dari sistem produksi. Return to Scale (RTS) perlu dipahami untuk mengetahui skala hasil dari kegiatan produksi yang diteliti.

Industri

Industri adalah perusahaan-perusahaan yang berkumpul di suatu daerah tertentu untuk menghasilkan suatu barang yang sama. Industri dapat digolongkan menjadi beberapa macam sub industri, yaitu:

(5)

2. Industri pariwisata 3. Industri hiburan

4. Industri pendidikan, dan lain-lain. Di sisi lain, salah satu peranan industri adalah sebagai pemimpin (leading sector) yang membawa perekonomian menuju kemakmuran. Industri dijadikan leading sector, banyaknya kelebihan industri dibandingkan pertanian dan jasa. Kelebihannya antara lain, produksinya mempunyai dasar nilai tukar (term of trade) yang tinggi, nilai tambah besar, bagi pengusaha keuntungan yang besar, dan proses produksinya lebih bisa dikendalikan oleh manusia (Arsyad, 2010).

Keberhasilan sebuah industri tidak terlepas dari adanya dukungan modal, kapasitas sumber daya manusia yang relevan dan kemampuan dalam memanfaatkan secara optimal setiap sumber daya alam dan sumber daya lain yang tersedia. Kemudian peningkatan output industri dapat diupayakan dengan dua jalan sekaligus, yaitu Secara Vertikal: yang diindikasikan oleh semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi. Secara Horizontal: yang diindikasikan oleh semakin luasnya lapangan kerja yang produktif yang tersedia bagi penduduk.

Investasi

Menurut Kawengian (2002), investasi adalah mobilisasi sumber daya untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa yang akan datang. Tujuan utama investasi ada dua, yaitu mengganti bagian dari penyediaan modal yang

rusak dan tambahan penyediaan modal yang ada.

Dalam konteks PDRB Penggunaan, investasi dikenal sebagai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). PMTB menggambarkan adanya proses penambahan dan pengurangan barang modal pada tahun tertentu. PMTB disebut sebagai “bruto” karena di dalamnya masih terkandung unsur penyusutan, atau nilai barang modal sebelum diperhitungkan nilai penyusutannya. PMTB adalah semua pengadaan barang modal untuk digunakan/dipakai sebagai alat yang tetap (fixed assets). PMTB meliputi pengadaan, pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru, baik dari dalam negeri maupun luar negeri termasuk barang modal bekas, mencakup juga perbaikan berat yang dilakukan terhadap barang-barang modal (BPS, 2013).

Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja ini ada yang termasuk ke dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

(6)

negara Indonesia, pemerintah mengupayakan berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi pengangguran secara lambat laun baik diperkotaan dan di pedesaaan (Dumairy, 1996).

Untuk itu, diperlukan tenaga kerja dengan keahlian dan keterampilan yang sesuai kebutuhan perekonomian agar dapat membantu meningkatkan kegiatan perekonomian. Kegiatan perekonomian juga harus disesuaikan dengan tenaga kerja yang ada, agar masalah penggangguran dapat teratasi. Dengan adanya hubungan positif antara tenaga kerja dan kegiatan perekonomian tersebut, akan membantu mengatasi masalah-masalah dalam perekonomian.

Kajian Empiris Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya

Aprilia Rahmawati (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Propinsi Jawa Timur Tahun 1990-2004”. Variabel yang diteliti adalah PDRB, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) dan tenaga kerja Provinsi Jawa Timur mencakup tahun 1990-2004. Metode analisis data yang digunakan adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Dari penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa investasi dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur.

Novita Linda Sitompul (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Sumatera Utara”. Variabel yang diteliti adalah investasi, tenaga kerja dan PDRB Provinsi Sumatera Utara mencakup tahun 1984-2005. Metode analisis data yang digunakan adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa investasi dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara.

Metode Penelitian Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode analisis induktif. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data berupa data numerik (angka) dengan menggunakan cara matematis atau menggunakan teknik statistik. Analisis data dilakukan untuk mengetahui hubungan-hubungan dari variabel yang diteliti. Kemudian hubungan tersebut digeneralisasikan terhadap populasi.

Definisi Operasional Variabel

Dalam perumusan model analisis pengaruh investasi dan tenaga kerja industri pengolahan terhadap perumbuhan industri pengolahan pada periode tahun 1998-2012 menggunakan beberapa variabel. Definisi operasional dari variabel-variabel tarsebut adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan industri pengolahan

(7)

PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) industri pengolahan yang merupakan indikator pertumbuhan industri pengolahan.

b. Investasi industri pengolahan

Investasi industri pengolahan merupakan variabel bebas dalam penelitian ini. Variabel ini digunakan untuk mengetahui pengaruh investasi industri pengolahan terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat.

c. Tenaga kerja industri pengolahan

Tenaga kerja industri pengolahan merupakan variabel bebas kedua dalam penelitian ini. Variabel ini digunakan untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja industri pengolahan terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat.

Pembentukan Model

Pembentukan model penelitian dalam penelitian ini mengacu pada teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan. Menurut Mankiw (2007), teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Secara umum berbentuk fungsi produksi, yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antar modal (K) dan tenaga kerja (L). Model pertumbuhan ekonomi standar yang dipakai :

Y = f (K,L) ...(3.1)

Keterangan :

Y : Tingkat output perekonomian

K : Kapital L : Tenaga kerja

Kemudian untuk menganalisis variabel yang diteliti dalam penelitian ini digunakan dianalisa dengan menggunakan model regresi berganda, yang merupakan metode analisis OLS (Ordinary Least Square).

Adanya perbedaan dalam satuan dan besaran variabel dalam persamaan menyebabkan persamaan regresi harus dibuat dengan model logaritma natural (Imam Ghozali, 2005).

Dalam model penelitian ini logaritma yang digunakan adalah dalam bentuk log -linear (log). Sehingga persamaan menjadi sebagai berikut:

Log Y = β0 + β1 log X1 + β2 log X2 + ε....(3.2) Dimana :

Log = Log-linear

Y = Pertumbuhan industri pengolahan β0 = Konstanta

β1 = Koefisien regresi investasi industri pengolahan

X1 = Investasi industri pengolahan X2 = Tenaga kerja industri pengolahan β2 = Koefisien regresi tenaga kerja

industri pengolahan ε = Error term

Uji Asumsi Klasik

(8)

heteroskedasitsitas, dan uji autokorelasi (Gujarati, 1996).

Uji Statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik ini meliputi uji t, uji F dan koefisien determinasi (R2).

GAMBARAN UMUM

Perkembangan industri pengolahan Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat dari nilai PDRB industri pengolahan. Menurut BPS Provinsi Sumatera Barat, nilai PDRB tersebut dapat dilihat atas dasar harga konstan atau atas dasar harga berlaku. Namun, untuk melihat perkembangan perekonomian secara riil dapat dilihat dari nilai PDRB atas dasar harga konstan. Informasi perkembangan nilai PDRB industri pengolahan atas dasar harga konstan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Perkembangan Industri Pengolahan Provinsi Sumatera Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 1998-2012

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan tabel 4.2, pada tahun 1999 sampai 2012 laju pertumbuhan PDRB industri pengolahan Sumatera Barat berfluktuasi dengan laju pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 7,14 persen. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada tahun-tahun awal setelah berlalunya krisis ekonomi pada tahun 1998, pertumbuhan industri pengolahan pada tahun 2000 dan 2001 mengalami peningkatan. Pada tahun 1999 pertumbuhan ndustri pengolahan sebesar 1,99 persen, meningkat menjadi 2,03 persen pada tahun 2000 dan 3,11 persen pada tahun 2011.

(9)

Sementara itu, untuk kontribusi industri pengolahan dalam pembentukan PDRB cenderung stabil dengan distribusi persentase di atas 10 persen namun mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kontribusi industri pengolahan dalam pembentukan PDRB tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 14,06 persen. Kemudian mengalami penurunan dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2012 sebesar 11,87 persen.

Menurut Badan Pusat Statistik, perkembangan nilai investasi (PMTB) industri pengolahan Provinsi Sumatera Barat atas dasar harga konstan tahun 2000 pada periode tahun 1998-2012 mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Namun selama periode tersebut nilai cenderung meningkat. Nilai investasi pada tahun 1998 sebesar Rp. 947,7 milyar, mengalami pertumbuhan yang fluktuatif sampai pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.427,4 milyar. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Perkembangan Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dan Jumlah Tenaga Kerja Industri Pengolahan Provinsi Sumatera Barat Tahun 1998-2012

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan tabel 4.3, dilihat dari laju pertumbuhan investasi industri pengolahan atas dasar harga konstan tahun 2000 pada periode tahun 1998-2012, laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar minus 4,96 persen. Namun pada tahun 2010, 2011 dan 2012 terjadi peningkatan laju pertumbuhan investasi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2010 laju pertumbuhan investasi sebesar 7,42 persen dan pada tahun 2011 sebesar 8,64 persen, dan pada tahun 2011 sebesar 7,17 persen, mengalami sedikit penurun laju pertumbuhan dibandingkan tahun 2011.

(10)

pertumbuhan yang fluktuatif sampai tahun 2012 sebanyak 159.038 orang.

Dilihat dari laju pertumbuhan tenaga kerja industri pengolahan Sumatera Barat Laju pertumbuhan tenga kerja yang sangat rendah dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya terjadi pada tahun 2002 dan 2008 masing-masing sebesar minus 7,13 persen dan minus 8,30 persen. Sedangkan laju pertumbuhan tenaga kerja tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 12,12 persen.

Pada tiga tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010, 2011 dan 2012 laju pertumbuhan jumlah tenaga kerja mulai membaik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2010 laju pertumbuhan tenga kerja sebesar 5,53 persen, kemudian tahun 2011 mengalami peningkatan laju pertumbuhan menjadi sebesar 10,71 persen, dan tahun 2012 mengalami penurunan laju pertumbuhan dibandingkan tahun 2011 menjadi sebesar 3,86 persen.

PEMBAHASAN Hasil Regresi

Pada bab ini penulis akan mengemukakan secara kuantitatif bagaimana pengaruh investasi industri pengolahan dan tenaga kerja industri pengolahan terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera barat pada tahun 1998-2012 dengan menggunakan data time series. Variabel-variabel tersebut diregresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian yang diperoleh adalah : Log Y = α + β1 log X1 + β2logX2 ...(5.1)

= (-2,164)+0,929 X1+0,698 X2

(-1,088) (4,054) (2,704) R2 = 0,88

F-statistik = 44.277 F-tabel = 3,68

Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat dijelaskan bahwa pengaruh variabel investasi industri pengolahahan terhadap pertumbuhan ekonomi industri pengolahan menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,929. Koefisien tersebut menunjukkan variabel investasi industri pengolahan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan industri pengolahan. Apabila variabel investasi industri pengolahan mengalami kenaikan sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan nilai variabel pertumbuhan industri pengolahan sebesar 0,929 persen, dengan asumsi variabel lainnya tetap.

Berikutnya untuk variabel tenaga kerja, diperoleh koefisien regresi sebesar 0,698, yang berarti variabel tenaga kerja juga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan industri pengolahan. Kenaikan variabel tenaga kerja sebesar 1 persen akan meningkatkan nilai variabel pertumbuhan industri pengolahan sebesar 0,698 persen, dengan asumsi variabel lainnya tetap.

(11)

Sumatera Barat masih dapat terus ditingkatkan dengan meningkatkan nilai investasi dan jumlah tenaga kerja industri pengolahan untuk mencapai pertumbuhan industri pengolahan yang optimum.

Uji Asumsi Klasik

Hasil analisis data setalah dilakukan uji asumsi klasik, ditemukan bahwa model yang digunakan terbebas dari penyimpangan asumsi klasik.

 Uji normalitas, nilai JB sebesar 2,650. Sedangkan nilai X2 dengan derajat kebebasan (df) 2 pada tabel chi-square sebesar 5,991. Karena 2,650<5,991, maka dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal.

 Uji Multikolinearitas, nilai correlation matrix sebesar 0,74. Berdasarkan analisis nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini tidak memiliki permasalahan multikolinearitas.

 Uji autokorelasi, nilai statistik Durbin-Watson sebesar 2,009. Nilai tersebut menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson berada dalam kondisi dU<DW<4-dU (0,946<2,009<2,457). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi.

 Uji heterokedastisitas, nilai probabilitas Obs*R-squared sebesar 0,2705. Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α) sebesar 5 persen (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model

penelitian ini tidak terdapat permasalahan heteroskedastisitas.

Uji Statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik ini meliputi Uji F, Uji-t dan Koefisien Determinasi (R2).

 Uji-t, Nilai signifikansi dari variabel investasi industri pengolahan adalah 0,002 dimana hasil tersebut lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan bertanda positif dengan nilai t-hitung lebih besar daripada t-tabel (4,055>1,753) artinya bahwa variabel investasi industri pengolahan berpengaruh positif terhadap variabel pertumbuhan industri pengolahan. Dan Nilai signifikansi dari variabel investasi industri pengolahan adalah 0,019 dimana hasil tersebut lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan bertanda positif dengan nilai t-hitung lebih besar daripada t-tabel (2,705>1,753) artinya bahwa variabel jumlah tenaga kerja industri pengolahan berpengaruh positif terhadap variabel pertumbuhan industri pengolahan.

(12)

independen. Nilai F-tabel pada tingkat kepercayaan 95% (signifikan 0,05) adalah 3,68, maka F-hitung > F-tabel (44,277>3,68) dengan signifikansi < 0,05 (0,000<0,05). Maka artinya variabel investasi dan tenaga kerja industri pengolahan secara bersama–sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri pengolahan.

 Koefisien determinasi, nilai R2 yang diperoleh sebesar 0,88. Hal ini menunjukkan bahwa variabel nilai investasi dan jumlah tenaga kerja industri pengolahan mempengaruhi 88 persen pertumbuhan industri pengolahan. Sedangkan sisanya sebesar 12 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Implikasi Kebijakan

Berdasarakan temuan empiris yang telah diperoleh dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa nilai investasi dan jumlah tenaga kerja industri pengolahan baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat. Hasil temuan juga menunjukkan bahwa β1 + β2 > 1, berarti skala produksi industri pengolahan di Provinsi Pengolahan dalam kondisi Increasing Return to Scale (IRS).

Oleh karena itu, pemerintah dan pihak terkait dalam industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat dapat meningkatkan pertumbuhan industri pengolahan dengan

meningkatkan nilai investasi industri pengolahan. Selain itu, usaha peningkatan pertumbuhan industri pengolahan juga dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja industri pengolahan.

Berdasarkan kondisi IRS pada industri pengolahan, dapat disimpulkan bahwa seiring dengan meningkatnya nilai investasi dan jumlah tenaga kerja industri pengolahan akan meningkatkan pertumbuhan industri pengolahan dengan skala produksi lebih dari satu.

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa variabel investasi dan tenaga kerja industri pengolahan memiliki pengaruh postitif terhadap pertumbuhan industri pengolahan Provinsi Sumatera Barat. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian tersebut antara lain :

1. Nilai investasi industri pengolahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan industri pengolahan.

2. Jumlah tenaga kerja industri pengolahan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan industri pengolahan.

(13)

terhadap pertumbuhan industri pengolahan. Nilai investasi dan jumlah tenaga kerja tersebut memiliki pengaruh sebesar 88 persen terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat, sedangkan sisanya sebesar 12 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini.

Saran

Hasil kesimpulan diatas menjadi dasar bagi peneliti untuk mengajukan saran bagi pihak-pihak terkait agar dapat meningkatkan pertumbuhan industri pengolah Provinsi Sumatera Barat antara lain:

1. Pemerintah dan pihak-pihak yang berperan dalam industri pengolahan diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif. Hal tersebut perlu dilakukan agar nilai investasi industri pengolahan dapat ditingkatkan, sehingga pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat juga akan mengalami peningkatan.

2.Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan pihak yang berperan dalam industri pengolahan diharapkan dapat membuat kebijakan yang dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat. Hal tersebut perlu dilakukan agar jumlah tenaga kerja pada industri pengolahan dapat ditingkatkan. Sehingga dengan meningkatnya jumlah

Gambar

Tabel 4.3. Perkembangan Investasi(Pembentukan Modal Tetap Bruto)Atas Dasar Harga Konstan Tahun2000  dan  Jumlah  Tenaga  KerjaIndustri  Pengolahan  ProvinsiSumatera Barat Tahun 1998-2012

Referensi

Dokumen terkait

Regulasi diri adalah kemampuan mengatur tingkah laku dan menjalankan tingkah laku tersebut sebagai strategi yang berpengaruh terhadap performansi seseorang mencapai

Model Pemanfaatan Limbah Industri Pangan Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Pakan Ikan. PAKAN ALAMI - Hewan - Tumbuhan

Kleinberger diwakili oleh Aristoteles dan John Dewey. Tipe ini berpandangan bahwa moral itu merupakan suatau keharusan, akan tetapi tidak mencukupi untuk melahirkan

24 Subyek 1.Sebagai frater yunior yang tercatat sebagai anggota kongregasi frater CMM, selalu diberikan kepercayaan dalam mengemban sebuah tugas atau tanggungjawab dalam

The four advertisements were then analyzed by looking at its three textual devices, they are lexis focusing on weasel words and personal pronoun, grammar focusing on

Pekerjaan utama yang dilakukan dalam mengklasifikasikan suatu objek antara lain, pembangunan model sebagai prototype yang akan disimpan dalam bentuk memori dan penggunaan model

Menyatakan bahwa saya telah menjadi Expert dalam pembelajaran bermain recorder siswa dengan media video di SMP Negeri 2 Surakarta yang merupakan penelitian dari:. Nama :

tetapi Tuhan yang besertaku jauh lebih besar dari semuanya itu. dan Kuasa-Nya