• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS BESAR GEOLOGI LINGKUNGAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Geologi Lingkungan (TKP 150)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS BESAR GEOLOGI LINGKUNGAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Geologi Lingkungan (TKP 150)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS BESAR GEOLOGI LINGKUNGAN

ANALISIS ASPEK-ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

Wilayah penelitian : Kelurahan Ngareanak, Kecamatan Singorejo, Kabupaten Kendal, Semarang, Jawa Tengah

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Geologi Lingkungan (TKP 150)

Dosen pengampu : Ir. Hadi Nugroho, DipLEGS, MT

Disusun oleh :

Velly Destasaminda

21040115120006

Muhammad Fajri Nugraha 21040115120012

Septya Unzillarachma 21040115120026

Muhammad Fajri

21040115120044

Kurniatillah Rafida

21040115120046

Dewi Setaningrum

21040115120062

Evira Yubelta 21040115130120

Novia Windri Rahmawati 21040115140074

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

BAB I PENDAHULUAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Literatur

2.1.1 Pengertian Geologi Lingkungan

Pengertian geologi lingkungan menurut Bernard W. Pipkin, dalam buku “Geology and The Environment” (2010), geologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara kerja alami bumi yang secara fisik berlaku pada permasalahan yang dihadapi dalam menangani lingkungan. Kajian utama geologi lingkungan yaitu membahas aspek-aspek geologi diantaranya : topografi, litologi, stratigrafi, klimatologi, geomorfologi, geologi, dan hidrogeologi. Lingkungan geologis terdiri dari unsur-unsur fisik bumi dan unsur permukaan bumi, bentang alam, dan proses yang mempengaruhinya. Bagi kehidupan manusia, lingkungan geologis tidak hanya memberikan unsur-unsur yang bermanfaat seperti air bersih, mineral ekonomis, bahan bangunan, bahan bakar, dan lain sebagainya, tetapi juga memiliki potensi terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, gunung berapi, longsor, dan banjir. Oleh karena itu, filosofi utama dari geologi lingkungan adalah konsep manajemen lingkungan yang didasarkan pada sistem geologi untuk pembangunan berkelanjutan.

(3)

agar pembangunan tidak mengganggu keseimbangan alam yang mudah rusak, maka semuanya harus diawali dari perencanaan.

2.1.2 Konsep Geologi Lingkungan

Konsep ilmu geologi lingkungan tidak pernah terlepas dari pemahaman mengenai bumi beserta isi dan aktivitasnya. Terdapat tujuh konsep geologi lingkungan yang perlu dipahami oleh planner dalam perencanaan suatu wilayah. Secara umum konsep – konsep tersebut menjelaskan bahwa bumi pada dasarnya merupakan suatu system tertutup; bumi adalah satu-satunya tempat tinggal paling sesuai dengan kehidupan manusia, akan tetapi SDA yang dimiliki sangat terbatas; proses – proses fisik yang terjadi di bumi telah merubah keadaan bentang alam yang kita miliki; banyak proses – proses alam yang terjadi di bumi yang membahayakan umat manusia, bencana alam itu harus kita kenali dan kita hindari dengan merawat alam serta meminimalkan penggunaan SDA; perencanaan penggunaan lahan dan air harus berusaha memperhatikan keseimbangan ekonomi dan estetis; dampak dari penggunaan lahan cenderung bertumpuk; serta komponen fundamental lingkungan merupakan factor geologi, dan pemahaman tentang lingkungan memerlukan beberapa pendekatan melalui ilmu – ilmu kebumian dan disiplin ilmu lain yang berhubungan.

Konsep pertama menjelaskan bahwa bumi pada dasarnya merupakan system tertutup. Maksudnya, di bumi terdapat berbagai macam peristiwa yang terjadi karena aktivitas – aktivitas setiap bagian dari bumi. Bumi dikatakan sebagai sistem dengan empat buah bagian, yaitu atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan litosfer. Di setiap bagian sistem itu terjadi berbagai macam aktivitas yang saling berkaitan. Hal tersebut menyebabkan bumi disebut sebagai suatu sistem tertutup.

(4)

Kedua, Sumber Daya Alam (SDA) kita terbatas dan walaupun ada beberapa SDA yang bias diperbarui, tetapi masih lebih banyak SDA yang tidak bias diperbarui. Tentunya akan diperlukan tindakan yang tepat untuk bias memanfaatkannya dengan baik sekaligus melestarikanya.

Konsep ketiga menjelaskan bahwa proses – proses fisik yang terjadi di bumi mengubah bentang alam yang kita miliki. Konsep ini memberikan kita suatu pengetahuan tentang sejarah geologi mengenai proses yang telah terbentuk pada masa lalu yang saat ini kita masih bias lihat hasil dari proses – proses itu. Dengan kata lain, sekarang adalah kunci dari masa lalu, yang diungkapkan oleh James Hutton (1785). Melalui kemampuan malihat semua keadaan bentang alam di bumi saat ini, kita dapat mengetahui proses – proses yang telah terjadi pada masa lalu.

Konsep keempat yakni menjelaskan tentang banyak proses alam yang terjadi di bumi yang membahayakan umat manusia. Sebagai contoh, aktivitas gunung berapi, tsunami, erosi, longsor, gempa bumi, dan lain sebagainya. Semua bencana itu merupakan dampak dari proses – proses yang terjadi di bumi, karena bumi merupakan suatu sistem yang terus bergerak. Kita sebagai manusia yang tinggal di bumi harus bias mengenali bencana alam dan menghindarinya sebisa mungkin, serta kita berkewajiban untuk merawatnya serta menggunakan potensi yang dimiliki bumi secara tepat dan bertanggung jawab.

Konsep kelima menjelaskan tentang perencanaan penggunaan lahan dan pengairan harus berusaha memperhatikan keseimbangan antara pertimbangan segi ekonomi dan dari segi yang lain seperti estetika. Dewasa ini pertimbangan sumber daya alam dan evaluasi keindahan sebuah kawasan sebelum dilakukannya pembangunan menjadi bagian penting dalam teori environmental impact atau dampak lingkungan. Sehingga, disamping merencanakan daerah yang ideal juga memperhatikan aspek keindahan atau estetika.

(5)

Konsep ketujuh menjelaskan tentang komponen fundamental lingkungan merupakan factor geologi, dan pemahaman tentang lingkungan memerlukan beberapa pendekatan melalui ilmu – ilmu kebumian dan disiplin ilmu yang lain yang berhubungan. Terdapat perbedaan dalam mempertimbangkan suatu pembangunan sebuah wilayah yang dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu fisik, biologis, dan fungsi kedayagunaan. Faktor fisik yaitu pertimbangan keadaan geografis, proses geografis, proses hidrologi, tipe batuan dan tanah, serta klimatologi. Faktor biologis yaitu, pertimbangan aktivitas mahluk hidup terutama tumbuhan dan hewan, perubahan keadaan biologis atau proses, spatial analisis terhadap informasi. Faktor fungsi kedayagunaan yaitu, kegunaan lahan, estetika, keterkaitan antara aktivitas manusia dengan factor fisik dan biologis, dan peraturan yang mengatur lingkungan.

(6)

2.1.3.1 Litologi

Litologi adalah ilmu tentang batu-batuan yang berhubungan dengan sifat fisik, kimia, dan strukturnya. Bagian dari bumi yang ikut dikaji dalam litologi adalah litosfer yang tersusun atas lapisan kerak, lapisan mantel, dan lapisan inti.

a. Batuan

Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya tersusun oleh kumpulan atau kombinasi dari satu macam mineral atau lebih. Batuan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Batuan Beku

Batuan beku merupakan hasil pendinginan dari magma pijar. Contoh batuan beku antara lain adalah andesit dan diorit.

2) Batuan Sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari endapan material batuan beku yang terangkut oleh air, angin, atau es yang kemudian diendapkan di suatu tempat. Contohnya adalah batu breksi dan batu gamping.

3) Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang terbentuk akibat proses metamorfisme yang meliputi proses tekanan, temperatur, serta aktifitas dari cairan kimia. Contohnya adalah marmer dan kuarsit.

(7)

Tanah adalah lapisan batuan gembur yang terbentuk dari pelapukan batuan induk dan pembusukan bahan organik. Tanah juga didefinisikan sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, yang terdiri atas bahan mineral, bahan organik, airdan udara. Berikut merupakan jenis tanah:

1) Tanah Humus

Tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik yang terjadi secara sempurna dan bersifat sangat subur. Tanah humus cocok untuk tanaman kelapa, nanas, dan padi. Tanah jenis ini terdapat di pulau Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat,Kalimantan, dan Papua.

2) Tanah Pasir

Tanah pasir ialah tanah yang berasal dari batuan pasir yang telah lapuk, sangat miskin hara, daya tahan air sangat kurang, dan mudah tererosi. Tanah jenis ini terdapat di Pulau Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.

a) Tanah Alluvial atau Tanah Endapan

(8)

pertanian yang subur dan pusat persebaran penduduk.

b) Tanah Podzolit

Tanah podzolik merah kuning adalah tanah yang terjadi dari pelapukan batuan yang mengandung kuarsa pada iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 - 3.500 mm per tahun. Sifatnya mudah basah jika kena air. Tanah padzolit memiliki ciri miskin unsur hara dan tidak subur. Tanah ini cocok untuk ditanami kelapa dan jambu mete. Jenis tanah ini banyak terdapat di pegunungan yang tinggi seperti di Sumatera, Sulawesi, Papua, Jawa Barat, Maluku dan Nusa Tenggara. Di tempat-tempat ini ditemukan persawahan, perladangan, kebun karet dan kopi.

c) Tanah Vulkanis

Tanah vulkanis (tanah tuff) adalah tanah yang terjadi dari pelapukan batuan vulkanis. Tanah ini bersifat subur karena mengandung banyak unsur hara. Pada umumnya jenis tanah ini mudah meresap air, tetapi daya tahan air sangat kurang sehingga mudah tererosi.

d) Tanah Laterit

(9)

hujan yang tinggi. Tanah ini cocok ditanami kelapa dan jambu mete. Tanah laterit terdapat di Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tenggara.

e) Tanah Mediteran atau Tanah Kapur

Tanah kapur adalah tanah yang mengandung banyak zat kapur. Pada umumnya, tanah ini terdapat di pegunungan kapur tua. Meskipun tidak subur, tanah kapur dapat ditanami pohon jati seperti tanah di pegunungan kapur Pulau Jawa. Tanah ini terdapat di Jawa Tengah, Jawa Tenggara, Nusa Tenggara, dan Maluku. Tanah kapur atau mediteran dibagi menjadi:

 Tanah Renzina atau Mollisols

Tanah hasil proses pelapukan batuan kapur pada daerah dengan curah hujan tinggi. Tanah ini memiliki ciri berwarna hitam dan miskin zat hara. Sebagian besar tanah renzina terdapat di daerah berkapur seperti Gunungkidul (Yogyakarta)

 Tanah Mediteran

Tanah hasil proses pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini kemerahan sampai coklat dan bersifat kurang subur namun cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.

(10)
(11)

2.1.3.2 Klimatologi

Klimatologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Klima yang berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang tempat dan Logos yang berarti Ilmu. Definisi klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda, dan bagaimana kaitan antara iklim dengan aktivitas manusia.

Udara mempunyai sifat yang sangat dinamis, suhu dan kelembaban udara akan berubah dari waktu ke waktu. Intensitas cahaya yang diteruskan ke permukaan bumi setelah melalui lapisan atmosfer akan selalu berubah, tergantung keadaan penyebaran dan ketebalan awan. Demikian pula halnya dengan kecepatan angin. Kondisi atmosfer yang dinamis, berubah-ubah dalam waktu singkat disebut dengan cuaca. Karakteristik cuaca pada suatu wilayah yang didasarkan atas data yang terkumpul selama kurun waktu yang lama, sekitar 30 tahun terakhir, disebut iklim. Berdasarkan perbedaan karakteristik cuaca antar-wilayah di muka bumi, maka ahli-ahli klimatologi membuat klasifikasi iklim, misalnya zona iklim tropika basah yang karakteristik utamanya adalah curah hujan tinggi, kelembaban udara tinggi, dan suhu rata-rata yang juga tinggi.

(12)

a. Sistem Klasifikasi Koppen (1846-1940)

Seorang ahli klimatologi Jerman, Waladimir Koppen, memperkenalkan lima tipe iklim utama yaitu:

1) Iklim tropika basah (Rainy tropical climate).

2) Iklim kering (Dry climate).

3) Iklim hujan suhu sedang (Warm temperatare rainy climate).

4) Iklim hutan bersalju dingin (Cold snowy forest climate).

5) Iklim kutub (Polar climate).

b. Sistem Klasfikasi Mohr (1933)

Klasifikasi iklim Mohr didasarkan atas jumlah bulan basah dan bulan kering dalam setahun. Bulan basah dalam klasifikasi iklim Mohr adalah bulan total curah hujan kumulatif lebih dari 100 mm, sedangkan bulan kering memiliki total curah hujan kumulatif kurang dari 60 mm.

c. Sistem Klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951). Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ini didasarkan atas nisbah antara jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah dalam setahun. Nisbah ini diberi simbol Q.

Q

=

Jumla h bulan kering

(13)

Berdasarkan nilai Q ini, maka wilayah

Indonesia mungkin untuk dibedakan menjadi 8 zona iklim.

Agak basah (fairly wet)

D 4,5 – 6,0 0,60 – 1,00

Sedang (fair)

E 6,0 – 7,5 1,00 – 1,67

Agak kering (fairly dry)

F 7,5 – 9,0 1,67 – 3,00

Kering (dry)

G 9,0 – 10,5 3,00 – 7,00

Sangat kering (very dry)

H >10,5 >7,00 Luar biasa kering (extremely dry)

Sumber : Dasar-dasar klimatologi, 1997

d. Sistem Klasifikasi Oldeman (1974)

(14)

adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif kurang dari 100 mm. Kriteria bulan basah dan bulan kering ini dikatikan dengan kebutuhan air konsumtif untuk tanaman padi yang ditaksir sekitar 160 mm pada musim kemarau dan sekitar 110 mm pada musim hujan. Jumlah air yang dibutuhkan ini dihitung berdasarkan laju kehilangan air melalui proses evaportranspirasi pada pertanaman padi.

Berdasarkan jumlah bulan basah berturut- turut, Oldeman membuat 5 zona agroklimat utama, istilah agroklimat digunakan untuk mencerminkan zona iklim yang dikaitkan dengan kebutuhan budi daya pertanian.

2.1.3.4 Stratigrafi

Stratigrafi adalah salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal dari bahasa Latin, Strata yang berarti perlapisanatau hamparan, dan Grafia yang artinya memberikan atau menggambarkan. Pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.Prinsip-prinsip dasar stratigrafi, digunakan dalam penentuan urut-urutan kejadian geologi adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Superposisi

(15)

pada lapisan-lapisan yang telah mengalami pembalikan.

b. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)

Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen dipengaruhi oleh gravitasi akan membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi dari pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan, terjadi setelah proses pengendapan.

Pengecualian pada keadaan tertentu seperti lingkungan delta, pantai, batugamping, dan terumbu dapat terjadi pengendapan miring yang disebut Kemiringan Asli (original dip) dan disebut clinoform.

c. Azas Pemotongan (Cross Cutting)

Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau tubuh intrusi haruslah berusia lebih muda dari batuan yang diterobosnya.

d. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)

Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan berkesinambungan sampai batas cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan adalah penerusan bidang kesamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi stratigrafi. Dalam keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, kecuali oleh beberapa sebab yang menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral, yaitu:

 Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya

(16)

atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama (menjemari).

 Pemotongan karena Ketidakselarasan, dijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity di mana urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan batuan diatasnya. Pemancungan atau pemotongan terjadi pada lapisan batuan di bawah bidang ketidakselarasan.

Dislokasi karena sesar, pergeseran lapisan batuan karena gaya tektonik yang menyebabkan terjadinya sesar atau patahan.

e. Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)

Penggunaan fosil dalam penentuan umur geologi berdasarkan dua asumsi dalam evolusi organik.Asumsi pertama adalah organisme senantiasa berubah sepanjang waktu dan perubahan yang telah terjadi pada organisme tersebut tidak akan terulang lagi. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu kejadian pada sejarah geologi adalah jumlah dari seluruh kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Asumsi kedua adalah kenampakan-kenampakan anatomis dapat ditelusuri melalui catatan fosil pada lapisan tertua yang mewakili kondisi primitif organisme tersebut. f. Teori Katastrofisme (Catastrophism)

(17)

Sesudah malapetaka itu terjadi, maka akan muncul hewan dan tumbuhan baru, sehingga teori ini lebih umum disebut dengan teori Malapetaka.

g. Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)

Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi “The Present is The Key to The Past“, yang berarti kejadian yang berlangsung sekarang adalah cerminan atau hasil dari kejadian pada zaman dahulu, sehingga segala kejadian alam yang ada sekarang ini, terjadi dengan jalan yang lambat dan proses yang berkesinambungan seragam dengan proses-proses yang kini sedang berlaku. Hal ini menjelaskan bahwa rangkaian pegunungan-pegunungan besar, lembah serta tebing curam tidak terjadi oleh suatu malapetaka yang tiba-tiba, akan tetapi melalui proses alam yang berjalan dengan sangat lambat.Kesimpulan dari teori Uniformitarianisme adalah :

 Proses-proses alam berlangsung secara berkesinambungan.

 Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini, terjadi pula pada masa lampau namun dengan intensitas yang berbeda.

h. Siklus Geologi

(18)

Susunan stratigrafi menurut RE. Thden, dkk :1996 adalah sebagai berikut:

a. Endapan Aluvium (Qa)

Merupakan endapan yang terdiri dari endapan alluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai sebagian besar litologinya terdiri dari lempung, lanau, pasir dan campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 meter atau lebih. Sedangkan endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, lanau yang memiliki ketebalan mencapai antara 1-3 meter, yang bongkahannya tersusun dari andesit, batu lempungan dan sedikit batu pasir, dan makin kearah pantai makin bersifat lempung.

b. Batuan Gunungapi Gajah Mungkur (Qhg)

Batuannya berupa lava andesit berwarna abu-abu kehitaman, berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari feldspar, hornblende, dan augit, bersifat keras dan kompak. Memperlihatkan struktur kekar berlembar (sheeting joint).

c. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)

Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari feldspar, olivine dan augit, sangat keras. d. Formasi Jongkong (Qpj)

Breksi andesit hornblende dan aliran lava. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman, komponen berukuran 1-50, porositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus dan memperlihatkan struktur vasikuler.

(19)

Formasi ini dibagi lagi menjadi tiga macam yaitu formasi damar bagian bawah, bagian tengah, dan bagian atas.

 Formasi Damar Bagian Bawah

Terdiri dari tufa pasiran warna abu-abu, batu pasir tufaan, berlapis, putih keabu-abuandan konglomerat yang keras dan kompak. Konglomerat tersebut komponennya terdiri dari batuan andesit dan kadang-kadang batuan andesit basaltik. Komponen rata-rata berdiameter 5 cm, bentuk agak bulat, sebagai matriknya batuan tufaan.

 Formasi Damar Bagian Tengah

Pada bagian bawah terdiri dari breksi tufa yang tidak kompak dan berlapis. Breksi tufa komponennya terdiri atas andesit dan andesit basaltic. Komponennya berdiameter 2-7 cm. Di atas lapisan breksi tufa ini terdapat lapisan batupasir tufaan dan batupasir konglomerat yang kompak. Bagian atas terdiri dari formasi damar bagian tengah yang terdiri dari breksi tufa. Umur dari formasi damar bagian tengah adalah plestosen bawah.

 Formasi Damar Bagian Atas

(20)

f. Formasi Kaligetas (Qpkg)

Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tufa halus sampai kasar, setempat dibawahnya ditemukan batu lempung. g. Formasi Kalibening (Tmkl)

Batuanterdiri dari napal, batupasirtufaan dan batuangamping.

h. Formasi Kerek (Tmk)

Perselingan batu gamping, napal, batu pasir, tufaan, konglomerat, breksi vulkanik danbatu lempung. Unsur – unsur stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu:

 Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam untuk dipelajari adalah batuan sedimen, karena batuan ini memiliki perlapisan, terkadang batuan beku dan metamorf juga dipelajari dalam kapasitas yang sedikit.

 Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu sifat batuan sedimen yang disebabkan oleh proses pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas antara lapisan satu dengan yang lainnya yang merepresentasikan perbedaan waktu atau periode pengendapan.

Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:

1) Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian dilanjutkan oleh pengendapan sedimen yang lain.

2) Perubahan warna material batuan yang diendapkan.

(21)

4) Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan lainnya.

5) Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan (komposisi mineral, kandungan fosil, dll).

Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan lapisan yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan.Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu :

1) Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang menunjukkan perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat dengan mudah diamati perbedaannya antara satu lapisan dengan lapisan lain. Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa perubahan litologi.

2) Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya bergradasi sehingga batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk menentukannya mempergunakan cara–cara tertentu. Terdapat dua jenis kontak berangsur, yaitu:

a) Kontak Progradasi b) Kontak Interkalasi

(22)

sama, dikenal dengan istilah hubungan stratigrafi. Kontak atau hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras dan kontak tidak selaras.

d) Kontak Selaras atau disebut conformity yaitu kontak yang terjadi antara dua lapisan yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam dan kontak berangsur. e) Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut

unconformity yaitu merupakan suatu bidang ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat macam bidang ketidakselarasan, yaitu:

Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan lapisan lain.

Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.

Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukkan suatu lapisan di atas dan di bawahnya

yang sejajar, dibidang

(23)

bidang sentuh dua lapisan berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).

Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana terdapat kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.

Hubungan stratigrafi ini, sangat sulit untuk diobservasi dalam skala singkapan. Hubungan stratigrafi ini dapat diketahui dari rekonstruksi peta pola jurus. Elemen Struktur Sedimen, struktur sedimen ini merupakan suatu kenampakan yang terdapat pada batuan sedimen di mana kenampakannya itu disebabkan oleh proses sedimentasi pada batuan tersebut, seperti aliran air, deformasi, aktivitas biogenik (oleh hewan dan tumbuhan) serta aliran gravitasi sedimen. Struktur sedimen ini harus dianalisa langsung di lapangan, dengan tujuan untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan serta untuk menentukan posisi atas dan bawah dari suatu lapisan.

2.1.3.5 Hidrogeologi

(24)

kerangka batuan dikenal juga dengan istilah aliran air tanah (groundwater flow).

Definisi air tanah adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan, atau sistem drainase. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.Ilmu hidrogeologi merupakan perpaduan antara ilmu geologi dan ilmu hidrolika yang dititik beratkan pada gerakan atau aliran air di dalam tanah secara hidrolik. Gabungan dua kata hidro dan geologi menunjukkan secara implisit pengertian geologi dari air. Sebagai salah satu sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan bagi umat manusia.

Hal yang cukup yaitu bahwa gerakan aliran dalam tanah hampir selalu mengikuti prinsip gerakan laminer. Hal ini penting dikemukakan karena merupakan suatu batas (boundary) pengkajian dalam menganalisa gerakan aliran dalam tanah ini. Biasanya turbulensi hanya terjadi di sekitar sumur bilamana pengambilan air tanah memakai sumur pompa baik itu sumur dangkal maupun dalam. Hal di atas merupakan salah satu fenomena yang menunjukkan bahwa hidrogeologi juga dikenal dengan sebutan hidrolika media porous. Beberapa istilah penting yang merupakan bagian dari hidrogeologi dijelaskan definisinya, yaitu:

a. Akuifer

(25)

konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam jumlah yang ekonomis.

b. Aquiclude (impermeable layer)

Aquiclude adalah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang impermable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatu confined aquifer.

c. Aquitard (semi impervious layer)

Aquitard adalah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang permable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih memungkinkan air melewati lapisan ini walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatu semi confined aquifer.

d. Confined Aquifer

Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya merupakan aquiclude dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no flux). e. Semi Confined (leaky) Aquifer

(26)

konduktivitasnya jauh lebih kecil dibandingkan hidrolik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada akuifer lebih besar dari tekanan atmosfir.

f. Unconfined Aquifer

Merupakan akuifer jenuh air (satured), lapisan pembatasnya merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard dilapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Dengan kata lain merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah.

g. Semi Unconfined Aquifer

Merupakan akuifer yang jenuh air (satured) yang dibatasi hanya lapisan bawahnya yang merupakan aquitard. Pada bagian atasnya ada pembatas yang mempunyai hidrolik konduktivitas lebih kecil daripada hidrolik konduktivitas dari akuifer. Akuifer ini juga mempunyai muka air tanah yang terletak pada lapisan pembatas tersebut. h. Artesian Aquifer

Merupakan confined aquifer dimana ketinggian hidroliknya (potentiometric surface) lebih tinggi daripada muka tanah. Oleh karena itu apabila pada akuifer ini dilakukan pengeboran maka akan timbul pancaran air (spring), karena air yang keluar dari pengeboran ini berusaha mencapai ketinggian hidrolik tersebut.

2.1.3.6 Hidrologi

(27)

dan reaksi dengan lingkungan, termasuk hubungannya dengan makhluk-makhluk hidup (Internatinal Glossary of Hidrology, 1974) [ErsinSeyhan,1990]. Akibat perkembangan yang ada maka ilmu hidrologi telah berkembang menjadi ilmu yang mempelajari sirkulasi air. Jadi dapat dikatakan, hidrologi adalah ilmu untuk mempelajari; presipitasi (precipitation), evaporasi dan transpirasi (evaporation), aliran permukaan (surface stream flow), dan air tanah (groun water).

2.1.3.7 Struktur Geologi

Dikutip dari buku Geologi untuk Perencanaan karya Djauhari Noor (2011), geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi dan menghasilkan ‘Tektonik Lempeng’. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan, patahan/sesar, dan kekar.

a. Lipatan (Fold)

Lipatan adalah suatu deformasi batuan yang berbentuk gelombang sinusoidal dimana gaya yang bekerja pada batuan tidak melampaui batas elastisitasnya, sehingga batuan tidak mengalami pensesaran. Lipatan sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah bawah, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan kemiringan sayap-sayap suatu lipatan, maka lipatan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

 Lipatan Simetri adalah lipatan yang kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya memiliki sudut yang sama besarnya.

 Lipatan Asimetri adalah lipatan yang kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya tidak sama besar.

(28)

mengalami pembalikan arah kemiringan lapisan batuannya.

 Lipatan Sersan (chevron fold) adalah lipatan yang berbentuk seperti segitiga.

b. Patahan/Sesar (Fault)

Patahan/sesar adalah pergeseran sebagian massa atau tubuh batuan dari kedudukan semula yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Struktur sesar dalam geologi dikenal ada 3 jenis, yaitu:

1. Sesar Mendatar (Strike Slip Fault) adalah sesar yang pergerakannya sejajar, blok bagian kiri relatif bergeser ke arah yang berlawanan dengan blok bagian kanannya. Berdasarkan arah pergerakan sesarnya, sesar mendatar dapat dibagi menjadi dua jenis sesar, yaitu: - Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar pergerakkannya berlawanan dengan arah jarum jam. Pergeseran pada sesar mendatar dapat sejajar dengan permukaan sesar atau pergeseran sesarnya dapat membentu sudut (dip-slip/oblique). Sedangkan bidang sesarnya sendiri dapat tegak lurus maupun menyudut dengan bidang horizontal.

2. Sesar Naik (Thrust fault/reverse fault) adalah sesar dimana salah satu blok batuan bergeser ke arah atas dan blok bagian lainnya bergeser kearah bawah di sepanjang bidang sesarnya. Pada umumnya bidang sesar naik mempunyai kemiringan lebih kecil dari 450C.

(29)

Kekar adalah struktur retakan/ rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum, struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.

Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

1. Shear Joint ( Kekar Gerus) adalah retakan/ rekahan yang membentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.

2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama. Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka. 3. Extension Joint (release joint) adalah

retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Gambar 2.1 Diagram Kekar dan Sesar Sumber: Stratigrafi dan struktur

geologi, 1995 2.1.3.8 Bahaya Geologi

(30)

disebabkan oleh proses-proses geologi antara lain, yaitu:

a. Bahaya Longsoran Tanah

Longsoran tanah atau gerakan tanah adalah proses perpindahan masa batuan/ tanah akibat gaya berat (gaya gravitasi). Longsoran tanah banyak menimbulkan korban jiwa maupun kerugian harta benda. Tidak jarang pemukiman yang mengancam jiwanya. Berdasarkan tipenya, longsoran tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Gerakan tanah tipe aliran lambat (slow flowage) terdiri dari:

 Rayapan (Creep)

 Rayapan tanah (Soil creep)  Rayapan talus (Talus creep)  Rayapan batuan (Rock creep)

 Rayapan batuan glacier (Rock-glacier creep)

Solifluction/ Liquefaction

2. Gerakan tanah tipe aliran cepat (rapid flowage) terdiri dari:

 Aliran lumpur (Mudflow)

 Aliran masa tanah dan batuan (Earthflow)  Aliran campuran masa tanah dan batuan

(Debris avalanche)

3. Gerakan tanah tipe luncuran (landslide) terdiri dari:

 Nendatan (Slump)

 Luncuran dari campuran masa tanah dan batuan (Debris slide)

 Gerakan jatuh bebas dari campuran masa tanah dan batuan (Debris fall)

 Luncuran masa batuan (Rock slide)

(31)

 Amblesan (Subsidence)

Faktor-faktor yang mempengaruhi longsoran tanah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang bersifat pasif dan faktor yang bersifat aktif.

 Faktor yang bersifat pasif pada longsoran tanah adalah:

a) Litologi: material yang tidak terkonsolidasi atau rentan dan mudah meluncur karena basah akibat masuknya air ke dalam tanah. b) Susunan Batuan (stratigrafi): pelapisan

batuan dan perselingan batuan antara batuan lunak dan batuan impermeable.

c) Struktur geologi: jarak antara rekahan/ joint pada batuan, patahan, zona hancuran, bidang foliasi, dan kemiringan lapisan batuan yang besar.

d) Topografi: lereng yang terjal atau vertical. e) Iklim: perubahan temperature tahunan yang

ekstrim dengan frekuansi hujan yang intensif. f) Material organik: lebat atau jarangnya

vegetasi.

 Faktor yang bersifat aktif pada longsoran tanah adalah:

a) Gangguan yang terjadi secara alamiah ataupun buatan.

b) Kemiringan lereng yang menjadi terjal karena aliran air.

c) Pengisian air ke dalam tanah yang melebihi kapasitasnya, sehingga tanah menjadi jenuh air.

d) Getaran-getaran tanah yang diakibatkan oleh seismisitas atau kendaraan berat.

b. Bahaya Erupsi Gunung Api

(32)

kehidupan manusia.Dampak letusan gunung api terhadap lingkungan dapat berupa dampak yang bersifat negatif dan positif. Beberapa dampak negatif dari letusan gunung api adalah:

1. Bahaya yang langsung, terjadi pada saat kuning/keropos, endemic gondok, kecebolan dan sebagainya.

Sedangkan dampak positif dari letusan gunung api adalah:

1. Bahan galian: seperti batuan dan pasir bahan bangunan, peralatan rumah tangga, patung dan lain-lain.

2. Mineral: belerang, gypsum, zeolit, dan juga emas (epitermal gold).

(33)

atau longsoran masa batuan/tanah. Hampir seluruh kejadian gempa berkaitan dengan suatu patahan, yaitu satu tahapan deformasi batuan atau aktivitas tektonik dan dikenal dengan gempa tektonik.

Sebaran pusat-pusat gempa (episentrum) di dunia tersebar di sepanjang batas-batas lempeng (divergen, convergen, maupun transform), oleh karena itu terjadinya gempabumi sangat berkaitan dengan Teori Tektonik Lempeng. Di samping gempa tektonik, ada juga gempa minoryang disebabkan oleh longsoran tanah, letusan gunung api, dan aktivitas manusia. Gempa minor umumnya hanya dirasakan secara lokal dan getarannya tidak menyebabkan kerusakan atau kerugian harta benda maupun jiwa.

Intensitas dan magnitude gempa yang terjadi di permukaan bumi dapat diketahui melalui alat seismograf, yaitu suatu alat pencatat getaran seismik yang sangat peka yang ditempatkan diberbagai lokasi di bumi. Alat seismograf akan mencatat setiap getaran seismik yang sampai ke alat tersebut. Rambatan gelombang seismik yang berasal dari energi yang dilepaskan dari hasil pergerakan lempeng dapat menimbulkan bencana. Tingkat kerusakan akibat bencana gempabumi ini ditentukan oleh besarnya magnitude dan intensitas serta waktu dan lokasi pusat gempa. Bencana akibat gempa bumi dapat berupa:

1. Rekahan atau patahan di permukaan bumi (Ground rupture)

2. Getaran/guncangan permukaan tanah (Ground shaking)

3. Longsoran tanah (Mass movement) 4. Kebakaran

5. Perubahan pengairan (Drainage modifications)

6. Perubahan air bawah tanah ( Ground water modifications)

(34)

Gambar 2.2 Proses Terjadinya Gempa Sumber: Stratigrafi dan struktur geologi, 1995

Mitigasi bencana geologi pada hakekatnya adalah mengurangi resiko bencana geologi terhadap harta benda maupun jiwa manusia. Mitigasi merupakan suatu upaya kerjasama antar ahli-ahli teknik dan para pembuatan kebijakan dan menghasilkan peraturan-peraturan pembangunan untuk suatu wilayah yang rentan bahaya geologi. Usaha-usaha penanggulangan bencana untuk meminimalkan kerugian, baik kerugian harta benda ataupun jiwa manusia yang disebabkan oleh gempabumi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain ialah:

1. Melakukan pemetaan penyebaran lokasi-lokasi gempa yang disajikan dalam bentuk Peta Rawan Bencana Gempabumi/ Seismik.

2. Membuat peraturan-peraturan yang berkaitan dengan desain stuktur bangunan tahan gempa guna mencegah runtuhnya bangunan ketka terjadi gempa.

3. Tidak membangun bangunan di wilayah yang rawan bencana gempabumi.

4. Menghindari lahan-lahan yang rawan gempa untuk areal pemukiman dan aktivitas manusia. 5. Melakukan penataan ruang baik yang berada di

(35)

6. Memasang Sistem Peringatan Dini (Early Warning System)

d. Bahaya Banjir

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan sehingga merendam daratan. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya. Ukuran badan air terus berubah-ubah sesuai perberubah-ubahan curah hujan dan atau pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di sekitar sungai. Berikut ini jenis-jenis dan penyebab utama banjir:

1. Sungai

Banjir dapat disebabkan oleh endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai yang diakibatkan oleh hujan. Gangguan drainase tidak terduga longsor, atau gletser.

2. Muara besar atau bencana lain seperti tsunami .

4. Malapetaka

(36)

bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.

5. Manusia

Banjir yang disebebkan oleh manusia contohnya kerusakan tidak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.

6. Lumpur

Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. ditimbulkan oleh perbuatan dan aktivitas manusia. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia selain memberikan dampak positif, juga dapat menimbulkan dampak negatif dan membahayakan kehidupan manusia. Bencana buatan antara lain tewujud dan terpicu atau meningkatkan bahaya geologi serta kerusakan lingkungan termasuk pencemaran. Beberapa contoh bencana geologi buatan yang kemungkinan dapat ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan:

(37)

7. Penyusupan air laut untuk daerah pantai.

8. Longsor dan erosi tanah di daerah perbukitan dan longsoran karena kurang tepatnya bangunan.

2.1.4 Tata Guna Lahan

2.1.4.1 Pengertian Tata Guna Lahan

Tata Guna Lahan adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan suatu kawasan, meliputi pembagian wilayah peruntukan yang nantinya akan difungsikan menurut fungsi dan kegunaannya masing-masing. Seperti misalnya fungsi pemukiman, pendidikan, perkantoran, dll. Rencana tata guna lahan merupakan sebuah kerangka kerja yang menetapkan keputusan dan kebijakan terkait tentang lokasi, kapasitas, dan . Tata guna lahan merupakan hal yang paling penting dan harus menjadi perhatian utama dalam proses pembangunan dan perkembangan suatu wilayah, karena dari perencanaan tata guna lahannya lah yang menentukan apakah suatu wilayah tersebut nantinya dapat semakin maju, mengalami stagnasi, atau bahkan kemungkinan terburuknya adalah mengalami kemunduran.

2.1.4.2 Konsep Tata Guna Lahan

Perencanaan tata guna lahan merupakan suatu hal yang menjadi ‘otak’ dari praktek perencanaan suatu wilayah. Sesuai dengan kedudukannya dalam perencanaan fungsional, perencanaan tata guna lahan merupakan kunci untuk mengarahkan pembangunan kota. Hal itu ada hubungannya denagn anggapan lama bahwa seorang perencana perkotaan adalah “seorang yang berpengatahuan secara umum tetapi memiliki suatu pengetahuan khusus.” Pengetahuan khusus kebanyakan perencana perkotaan ialah perencana tata guna lahan. Pengembangan tata guna lahan yang sesuai akan meningkatkan perekonomian suatu kota atau wilayah.

2.1.4.3 Tujuan Tata Guna Lahan

(38)

berkelanjutan (sustainability). Penggunaan lahan yang efisien merupakan upaya untuk menghasilkan keuntungan-keuntungan bersih yang berasal dari modal-modal rendah, sehingga dapat dikatakan dalam hal ini terdapat unsur ekonomi. Selanjutnya penggunaan lahan harus diperlakukan sama terhadap semua orang, sehingga dapat menghilangkan kesenjangan sosial di kalangan masyarakat. Disamping itu tata guna lahan harus dapat memadukan antara kebutuhan yang dihadapi pada saat ini dan kebutuhan bagi generasi yang akan datang.

2.1.4.4 Jenis Tata Guna Lahan

Terdapat beberapa pembagian jenis tata guna lahan berdasarkan fungsi dan kegunaannya :

1. Kawasan Pemukiman wilayah tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

3. Perkebunan

Perkebunan ini ditandai dengan dibudidayakannya jenis tanaman yang bisa menghasilkan materi pada tingkat kelerengan landai dengan kemiringan sekitar 8-15%

5. Ruang Terbuka Hijau

(39)

rendah dan jenisnya sedikit. Namun dapat juga berupa hutan yang didominasi oleh berbagai jenis macam tumbuhan. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 15-25% (agak curam)

6. Perdagangan

Kawasan perdagangan ini biasanya ditandai dengan adanya pertokoan yang menjual berbagai macam barang. Kawasan ini terletak pada dataran rendah dengan kemiringan lereng sekitar 0-8%

7. Industri

Kawasan industri ditandai dengan adanya proses produksi baik dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah besar. Kawasan ini terletak pada dataran landai dengan kemiringan lereng 8-15%

8. Perairan

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1  Diagram Kekar dan Sesar
Gambar 2.2 Proses Terjadinya Gempa

Referensi

Dokumen terkait

perbedaan yang nyata (signifikan) antara rendemen dengan perlakuan bahan baku daun utuh dan daun rajang, dimana t hitung lebih besar dari t tabel (4,678 >

Yaitu pada jarak 20 m, 40 m dan 60 m, parameter vegetasi yang mempunyai kontribusi besar terhadap pengurangan intensitas kebisingan adalah kerapatan vegetasi yaitu mampu

Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu untuk dilakukan analisis kontaminasi mikroplastik pada karang dan biota laut untuk menentukan strategi pengelolaan ekosistem

Kriteria tingkat kekritisan pada hutan dan lahan gambut dikembangkan berdasarkan faktor- faktor biofisik hutan dan lahan gambut seperti: ketebalan gambut, drainase dan dinamika

Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif, pemberian MP ASI, kebiasaan cuci tangan dan penggunaan jamban dengan kejadian

Siswa yang pandai (Para Tutor Sebaya) disebar ke setiap kelompok untuk menjelaskan kembali materi yang sudah dijelaskan oleh guru jika ada teman kelompoknya yang masih

Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia No.2 Tahun 2002, secara tegas mencantumkan di dalam beberapa pasainya tentang hak asasi manusia yang berkaitan dengan tugas

Laporan ini mengenai Tugas Sarjana dengan melakukan penelitian di PT.Apindowaja Ampuh Persada dengan judul “ Analisis Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian