• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan bimbingan dan konseling. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Landasan bimbingan dan konseling. docx"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Resume

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh :

Dr. Ilfiandra

Enik Nurkholidah,SP.d.,MA

disusun oleh :

Billi Arifauzan (1407082)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015

JL. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154

Telp. (022) 2013163 – 2013164 Fax. (022) 2013651

(2)

Landasan Bimbingan dan Konseling

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), bahwa kata landasan berarti alas dan tumpuan. Kata alas berhubungan dengan fisik, seperti landasan pesawat terbang, sedangkan kata tumpuan berhubungan dengan hukum, prinsip, konsep, teori seperti Undang – Undang Dasar 1945.

Bimbingan dan konseling memiliki dua aspek yaitu bimbingan dan konseling. Rochman Natawidjaja dalam (Syamsu Yusuf Dan Juntika Nurihsan A, 2011 : 6 ) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umunya. Sedangkan, ASCA (American School Counselor Association) mengemukan bahwa : konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselr kepada klien, konselor mepergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya (Syamsu Yusuf Dan Juntika Nurihsan A, 2011 : 8). Dari dua definisi tersebut dapat di jelaskan bahwa Bimbingan dan Konseling merupakan upaya pemberian bantuan kepada suatu individu untuk memahami dirinya sehingga individu itu mampu mengarahkan dirinya, dan membantu individu itu memperoleh suatu perspektif atau pandangan terhadap masalah khusus yang dialaminya agar individu tersebut dapat mengatasinya.

Sedangkan kaitannya dengan landasan bimbingan dan konseling, yang merupakan konsep, hukum, teori yang menjadi alas atau tumpuan dalam praktis maupun teoritis bimbingan dan konseling. Ada beberapa landasan bimbingan dan konseling, diantaranya :

Landasan Filosofis

Kata filosofis atau filsafat terdiri dari dua suku kata yang berasal dari bahasa yunani, yaitu filo (philos) dan sofia (shopos). Filo artinya cinta dalam arti yang seluas – luasnya, yaitu ingin mengetahui segala sesuatu. Sementara sofia artinya kebijaksaan atau hikmah. Dengan demikian philoshopia atau filsafat artinya cinta terhadap kebijaksanaan atau hikmah; atau ingin mengerti segala sesuatu dengan mendalam.

John J. Pietrofesa et.al (1980 : 30-31) dalam (Syamsu Yusuf Dan Juntika Nurihsan A, 2011 : 107) mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip yang terkait dengan landasan filosofis dalam bimbingan, yaitu sebagai berikut :

(3)

berbagai alternatif atau strategi dalam mengatasi maslah ysng dialaminya. Melalui layanan bimbingan, seseorang (klien) akan dapat menggali atau menemukan potensi dirinya, dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap peristiwa kehidupan yang baru dialaminya.

The counselor must have the best interest of the client at heart. Dalam hal ini konselor harus merasa puas dalam membantu klien mengatasi masalahnya. Konselor menggunakan keterampilannya untuk membantu klien dalam upaya mengembangkan keterampilan klien dalam menghadapi masalah dan keterampilan hidupnya.

Landasan Historis

 Perkembangan Layanan Bimbingan di Amerika

Gerakan bimbingan di sekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri, dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk ke sekolah-sekolah negeri. Pada tahun 1898, Jesse B. Davis, seorang konselor sekolah di Detroit memulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. (Syamsu Yusuf Dan Juntika Nurihsan A, 2011 : 87)

 Perkembangan Layanan Bimbingan di Indonesia

Perkembangan layanan bimbingan di Indonesia berbeda dengan di Amerika. Layanan bimbingan dan konseling di Indonesia telah mulai dibicarakan secara terbuka sejak tahun 1962. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA, yaitu terjadi perubahan nama menjadi SMA Gaya Baru, dan berubahnya waktu penjurusan, yang awalnya di kelas I menjadi di kelas II. (Syamsu Yusuf Dan Juntika Nurihsan A, 2011 : 94)

Landasan Religius

Pendekatan bimbingan dan konseling yang terintegrasi di dalamnya dimensi agama, ternyata sangat disenangi oleh masyarakat Amerika dewasa ini. Kondisi ini didasarkan kepada hasil polling Gallup pada tahun 1992 yang menunjukan :

1. Sebanyak 66% masyarakat menyenangi konselor yang profesional, yang memiliki nilai – nilai keyakinan dan sepiritual.

2. Sebanyak 81% masyarakat menyenangi proses konseling yang memperhatikan nilai – nilai keyakinan (agama).( Syamsu Yusuf Dan Juntika Nurihsan A, 2011 : 133)

(4)

ketenangan. Nilai – nilai agama juga dapat menuntun individu untuk memahami hakikat dirinya sebagai seorang manusia.

Landasan Sosial Budaya

Kebutuhan akan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. Manusia yang sejatinya makhluk sosial yang selalu ingin berinteraksi dengan sesamanya dan selalu mencari kelompoknya (masyarakat). Di dalam masyarakat itulah individu itu mengidentifikasi diri dan menjalani kehidupannya. Tetapi tidak sedikit individu yang mendapat masalah dari kehidupannya dalam masyarakat, dan membutuhkan bimbingan untuk memabntu mengatasi masalah yang dihadi.

Landasan Psikologis

Salah satu landasan bimbingan dan konseling adalah landasan psikologis. Psikologis sendiri merupakan ilmu tentang kejiwaan yang tercermin dalam sikap dan perlaku suatu individu. Bagi konselor penting untuk memahami aspek – aspek psikologis individu, karena dalam aspek psikologis yang tercermin dari sikap dan perilaku individu, konselor dapat memahami dan mengetahui apa yang terjadi atau masalah yang dihadapi oleh seorang individu. Yang kemudian konselor memungkinkan untuk memabntu dan membimbing individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.

Berikut aspek – aspek psikis :

1. Motif

Salah satu aspek psikis yang perlu diketahui adalah motif, karena keberadaannya sangat berperan dalam tingkah laku individu. Pada dasarnya tidak ada tingkah laku yang tanpa motif, artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif. Konselor perlu memahami motif klien dalam bertingkah laku.

Definisi motif menurut sertain dalam Syamsu Yusuf Dan Juntika Nurihsan A, (2011 : 159) mengartikan motif sebagai “ a complex state within an organism that directs behavior toward a gol or incentive.” ( suatu keadaan yang kompleks dalam organisme [individu] yang mengarahkan perilakunya kepada satu tujuan atau insentif). Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkah laku individu memiliki tujuan tertentu, dan sesuatu yang menjadi pendorong bagi individu dalam bertingkah laku. Konselor penting memahami motif, karena dengan motif konselor dapat mengetahui masalah individu dan apa yang harus dilakukan untuk membantu individu dalam menghadapi masalahnya.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Merujuk pada Rencana Strategis yang bersifat umum maka dalam Rencana Operasional secara rinci akan dipaparkan rencana program studi mencakup misi, tujuan, sasaran

Hasil perancangan ini adalah furniture outdoor yang mampu memberikan fasilitas untuk anak usia 4-8 tahun agar fokus belajar motorik halus (membaca, menulis, menggambar dan

52 Ibid., h.. kategori media standar maupun non standar. Sebagaiman kita ketahui bahwa sekarang ini kita telah berada pada dimensi kemajuan teknologiyang sangat dan

Tahap kedua, adalah tahap penyiapan operasionalisasi BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan

Gunakan data terkait Kondisi Umum Perumahan dan Permukiman pada wilayah perkotaan dalam Kabupaten yang diperoleh dari hasil langkah (4b), dengan rincian data sbb:..

Dalam penelitian ini dimaksud untuk menganalisis Biaya operasional kendaraan (BOK) dan persepsi penumpang berdasarkan Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP)

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menganalisis rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas

Beberapa hal yang diperoleh menjelang berakhirnya sesi, bahwa ada harapan akan terjadinya pemulihan/pembaruan kehidupan, hidup rohani relasi dengan Tuhan (pembaruan doa,