• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN DALAM AL QURAN Perspektif Sur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN DALAM AL QURAN Perspektif Sur"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN

Perspektif Surat Alaq Ayat 1-5, Surat At-Taubah Ayat 122, Surat

Al-Muzammil Ayat 20, dan Surat Muhammad Ayat 24

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Qiroatul Qutub Tafsir Tarbawi

Dosen : Darul Muntaha. S. Sos. I, M. Pd. I

Disusun Oleh :

Fahrul Abas (2014010230)

Erma Zaimah

(2014010099)

Alfin Musfiah

(2014010039)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS SAINS AL-

QUR’ANۡ(UNSIQ)

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran merupakan firman Allah yang selanjutnya dijadikan pedoman hidup (way of life) kaum muslim yang tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Di dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok (prinsip dasar) menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan nalar masing-masing bangsa dan kapanpun masanya dan hadir secara fungsional memecahkan problem kemanusiaan. Salah satu permasalah yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah pendidikan.

Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Pendidikan diperlukan oleh semua orang. Dapat dikatakan pula bahwa pendidikan dialami oleh semua manusia dari semua golongan.

Dalam Al-Qur an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting, jika Al-Quran dikaji lebih mendalam maka kita akan menemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu.

Ada beberapa indikasi yang terdapat dalam Al- Quran yang berkaitan dengan pendidikan antara lain; Menghormati akal manusia, bimbingan ilmiah, fitrah manusia, penggunaan cerita (kisah) untuk tujuan pendidikan dan memelihara keperluan sosial masyarakat .

Dalam makalah ini akan dijelaskan makna pendidikan dalam Al-Quran perspektif surat Al-Alaq ayat 1-5, surat At-Taubah ayat 122, surat Al-Muzammil ayat 20, dan surat Muhammad ayat 24.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tafsir surat Al-Alaq ayat 1-5? 2. Bagaimana tafsir surat At-Taubah ayat 122? 3. Bagaimana tafsir surat Al-Muzammil ayat 20? 4. Bagaimana tafsir surat Muhammad ayat 24? C. Tujuan

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Surat Al-Alaq ayat 1-5

1. Tafsir Surat Al-Alaq ayat 1-5

ۡ

ۡ

أقܱۡقٱ

ۡۡقب

ۡقݗۡسٱ

ۡ

ۡ قݑقكبقر

يق

َٱ

ذ

ۡ

ۡ قݎقݖقخ

ۡۡ

ۡ قݎقݖقخ

ۡقݚٰ قسنق

ۡٱ

ۡ

ۡ

ۡ فݎ

قݖقعۡ ۡݚقم

ۡۡ

ۡ

ۡ

أقܱۡقٱ

ۡ

ۡ قݑُبقرقو

ۡ مقܱۡ

ق ۡ

ۡٱ

ۡ

ۡۡ

يق

َٱ

ذ

ۡ

ۡقبۡقݗ

ذݖقع

ۡقݗقݖقݐ

ۡلٱ

ۡ

ۡ

ۡقݗذݖقع

ۡ

ۡقݚٰ قسنق

ۡٱ

ۡ

ۡ

ۡۡݗقݖۡعقيۡۡݗق ۡاقم

ۡ

ۡ

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah

3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

 Tafsir Al-Maraghi

ۡۡأرۡقٱ ۡ ۡم ۡسٱب ۡ ۡك ب ۡ لٱ ۡ ۡق خ

Jadilah engkau orang yang bisa membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu. Sebelum itu beliau tidak pandai membaca dan menulis. Kemudian datang perintah Illahi agar beliau membaca, sekalipun tidak bisa menulis. Dan Allah menurunkan sebuah kitab kepadanya untuk dibaca, sekalipun ia tidak bisa menulisnya.

ۡق خ ۡ ۡن ٰسن ۡۡٱ ۡ ۡۡنم ۡ ۡ ق ع

Sesungguhnya zat yang maha menciptakan manusia, sehingga menjadi Makhluknya yang paling mulia ia menciptakan dari segumpal darah ('Alaq). Kemudian membekalinya dengan kemampuan menguasai alam bumi, dan dengan ilmu pengetahuan bisa mengolah bumi serta menguasai aa yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia. Oleh sebab itu Zat Yang menciptakan manusia, mampu menjadikan manusia yang paling sempurna, yaitu Nabi SAW bisa membaca, sekalipun beliau belum pernah belajar membaca.

ۡۡأرۡقٱ

Perintah ini diulang-ulang, sebab membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah di ulang ulang dan dibiasakan. Berulang ulangnya perintah Illahi sama bepengertian sama dengan berulang ulangnya membaca. Dengan demikian maka membaca itu merupakan bakat Nabi SAW.

Perhatikan firman Allah berikut ini.

(4)

"kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa". (Al-A'la, 87:6)

Kemudian Allah menyingkirkan halangan yang dikemukakan oleh Muhammad SAW kepada Malaikat Jibril, yaitu tatkala malaikat berkata kepadanya, "Bacalah!" Kemudian Muhammad menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Artinya, saya ini buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis. Untuk itu Allah berfirman :

ۡكب ۡ ۡر ۡك ۡۡٱ

Tuhanmu maha pemurah kepada orang yang memohon pemberian-Nya. Baginya amat mudah menganugerahkan kepandaian membaca kepadamu, berkat kemurahan-Nya. Kemudian Allah menambahkan ketentraman Nabi SAW. Atas bakat baru yang ia miliki melalui firman-Nya :

لٱ ۡ ۡم ع ۡ

ۡم ۡلٱب

Yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya saling berjauhan. Dan ia tak ubahnya lisan yang bicara. Qalam atau pena, adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Oleh karena itu Zat yang menciptakan benda mati bisa menjadi alat komunikasi – sesungguhnya tidak ada kesulitan bagi-Nya menjadikan dirimu (Muhammad) bisa membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran. Apalagi engkau manusia yang sempurna.

Disini Allah menyatakan bahwa dirinyalah yang telah menciptakan manusia dari 'alaq, kemudian mengajari manusia dengan perantara qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu. Seolah-olah ayat ini mengatakan "Renungkanlah wahai manusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling randah dan hina, kepada tingkatan paling mulia. Demikian itu tentu ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuatan yang menciptakan kesemuanya dengan baik". Kemudian Allah menambahkan penjelasan-Nya dengan menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada manusia melalui firmannya :

ۡم ع ۡ ۡن ٰسن ۡۡٱ ۡم ۡ ۡۡمل ۡ ۡۡعي

ۡۡم

(5)

Ada beberapa hal yang bisa diambil untuk dijadikan pedoman hidup dalam lingkungan pendidikan dari surat Al-Alaq ayat 1-5 yaitu :

1. Ayat 1

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Ayat pertama ini mengandung arti bahwa :

a. Ummat Islam seharusnya pandai baca tulis

b. Umat Islam harus antusias membaca dan meneliti, mengembangkan ilmu pengetahuan

c. Perintah membaca ini meliputi yang tersurat (Al-Qur’an) dan yang tersirat (Alam semesta)

2. Ayat 2

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Manusia disebut khusus dalam ayat ini, karena manusia manusia diberi kedudukan istimewa, dengan tubuh, panca indera, akal dan hati yang sempurna. Alaqah adalah zygote yang sudah menempel di rahim ibu, yang secara phisik tidak ada artinya dan lemah dan labil karena sewaktu-waktu dapat gugur dari rahim ibunya.

3. Ayat 3

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Perintah membaca ini untuk memantapkan bahwa pengetahuan yang dibaca, minimal satu objek dibaca dua kali, inipin diakui oleh para psikologi membaca.

4. Ayat 4

Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Maksudnya : Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. Allah menciptakan alam untuk dijadikan pena, dan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menggunakan pena tersebut.

5. Ayat 5

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dengan adanya baca tulis manusia berkembang ilmu pengetahunnya, agar dapat bermanfaat bagi generasi berikutnya .

(6)

pengetahuan tentang segala sesuatu, betapa celakanya bagi orang-orang yang lalai tentang hal ini.

B. Surat At-Taubah Ayat 122

1. Tafsir Surat At-Taubah ayat 122

ۡقن قَۡاقمقو۞

ۡقنݠ ݜقمۡؤ ݙ

ۡ

ٱ

ۡ

ْۡاݠ ݟذݐقݍقتق ق

ِۡٞةقݍقئ

ك

كاقطۡۡݗ ݟۡݜقكمۡلةققܱۡقفۡقك كۡݚقمۡقܱقݍقنۡ قَۡݠقݖقفۡۚمةذفٓقكْۡاو ܱقݍݜققِ

ۡ قِ

ۡقݚيقكلٱ

ۡ

ۡقنو رقܰۡ قَۡۡݗ ݟذݖقعقلۡۡݗقݟۡ

قِقإْۡاكݠ عقجقرۡاقمقإۡۡݗ ݟق ۡݠققْۡاو رقܰݜ قِقو

٢

ۡ

ۡ

122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya

 Tafsir Al-Azhar surat At-Taubah ayat 122

Dengan susun kalimat Falaulaa, yang berarti diangkat naiknya, maka Tuhan telah menganjurkan pembagian tugas. Seluruh orang yang beriman diwajibkan berjihad dan diwajibkan pergi berperang menurut kesanggupan masing-masing, baik secara ringan maupun berat. Maka dengan ayat ini Tuhan pun menuntun, hendaklah jihad itu dibagi kepada jihad bersenjata dan jihad memperdalam ilmu pengetahuan dan pengertian tentang agama. Jika yang pergi ke medan perang itu bertarung nyawa dengan musuh, maka yang tinggal digaris belakang memperdalam pengertian (Fiqh) tentang agama. Sebab tidaklah pula kurang penting jihad yang mereka hadapi. Ilmu agama wajib diperdalam. Dan tidak semua orang akan sanggup mempelajari seluruh agama itu secara ilmiah. Ada pahlawan di medan perang dengan pedang di tangan dan ada pula pahlawan digaris belakang merenung kitab. Keduanya penting dan keduanya isi mengisi. Suatu hal yang terkandung dalam ayat ini yang musti kita perhatikan yaitu alangkah baiknya keluar dari tiap-tiap golongan itu, diantara mereka ada satu kelompok, supaya mereka memperdalam pengertian tentang agama.

(7)

Tegasnya adalah bahwa semua golongan itu harus berjihad, turut berjuang. Tetapi Rasulullah kelak membagi tugas mereka masing-masing. Ada yang berjihad ke garis muka dan ada yang berjihad di garis belakang. Sebab itu maka kelompok kecil yang memperdalam pengetahuanya tentang agama itu adalah sebagian daripada jihad juga.

Ayat ini adalah tuntunan yang jelas sekali tentang pembagian pekerjaan di dalam melaksanakan seruan perang. Alangkah baiknya keluar dari tiap golongan-golongan itu, yaitu golongan-golongan kaum beriman yang besar bilanganya, yang berintikan penduduk kota madinah dan kampung-kampung sekelilingnya. Dari golongan yang besar itu adakan satu kelompok (cara sekarangnya suatu panitia), atau komisi atau satu dan khusus, yang tidak terlepas dari ikatan golongan besar itu, dalam rangka berperang. Tugas mereka adalah memperdalam pengertian, penyelidikan dalam soal-soal keagamaan belaka.

Boleh dikatakan bahwa selama zaman Rasulullah Saw masih hidup, keadaan selalu dalam keadaan perang. Cara sekarangnya adalah selalu berevolusi. Musuh-musuh mengepung dari segala penjuru. Maka ayat ini memberi tuntunan jangan lengah tentang nilai apa yang sebenarnya diperjuangkan. Yang diperjuangkan adalah agama.

Zaman modern seperti sekarang inipun telah membuktikan lebih dalam lagi kebenaran ayat 122 ini. Zaman modern adalah zaman specialisasi, kejurusan dan kekhususan suatu ilmu. Ilmu-ilmu agama islam sendiri mempunyai bidang-bidang khusus sendiri. Jarang seorang ulama yang ahli dalam segala ilmu. Sebab itu maka pengertian terhadap cabang-cabangnya wajiblah diperdalam.

Pada ujung ayat 122 intinya adalah kewajiban dari kelompok yang tertentu memperdalam faham agama itu, yaitu supaya dengan pengetahuan mereka yang lebih dalam, mereka dapat memberikan peringatan dan ancaman kepada kaum mereka sendiri apabila mereka kembali pulang supaya kaum itu berhati-hati. Dengan adanya ujung ayat ini nampaklah tugas yang berat dari ulama dalam islam. 2. Tafsir Pendidikan Surat At-Taubah ayat 122

Surat at-Taubah ayat 122 merupakan ayat yang menjelaskan tentang pentingnya menuntut ilmu agama. Nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat itu adalah sebagai berikut:

1. Kewajiban mendalami agama dan kesiapan untuk mengajarkannya. Maksudnya, tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena menuntut ilmu itu merupakan suatu kewajiban sehinnga menuntut ilmu mempunyai derajat yang sangat tinggi. sehingga di sejajarkan dengan orang yang perang dijalan Allah.

2. Hasil dari pembelajaran itu tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi diharapkan mampu untuk menyampaikan terhadap orang lain.

C. Surat Al-Muzammil ayat 20

(8)

ۡق قَ

ݖ ثۡݚقمٰۡقَۡلقأۡ مݠ ݐقتۡقݑذنقأۡ ݗقݖۡعقيۡقݑذبقرۡذنقإ۞

ۡقݔۡ

ِٱ

ذ

ۡ

ۡ ݝقݍ ۡصقنقو

ۥۡ

ۡ ݝقث ݖ ثقو

ۥۡ

ۡقݚقكمۡٞةقݍقئ

كاقطقو

ۡقݚيق

َٱ

ذ

ۡ

ۡقوۡۚ قݑقعقم

ۡ ذّٱ

ۡ

ۡ رقكܯقݐ ي

ۡقݔۡ

ِٱ

ذ

ۡۡقو

ۡۚقراقݟذنٱ

ۡ

ۡقفۡۖۡݗ كۡيقݖقعۡ قباقتق ۡ هݠ صۡ

ُۡݚذلۡن

ق

أۡقݗقݖقع

ْۡاو ءقܱۡقٱ

ۡ

ۡاقم

ۡقݚقمۡق ذَقيقت

ۡۡلٱ

ۡ قِۡقنݠ بق ۡۡقيۡقنو ܱقخاقءقوٰۡ

قَܱۡذمۡݗ كݜقمۡ نݠ ݓقيقسۡنقأۡقݗقݖقعۡۚقناقءܱۡ ݐ

ۡ قضۡ

ق ۡ

ۡٱ

ۡ

ۡ قݔ ۡض

قفۡݚقمۡ قنݠ غقتۡبقي

ۡق ذّٱ

ۡ

ۡقبقسۡ قِۡ قنݠ

ݖقتٰقق يۡ قنو ܱقخاقءقو

ۡ قݔي

ۡۖق ذّٱ

ۡۡقف

ْۡاو ءقܱۡقٱ

ۡ

ۡۚ ݝۡݜقمۡ ق ذَقيقتۡاقم

ْۡاݠ ݙيق

ق

أقو

ۡقةٰݠقݖ ذص ٱ

ۡ

ْۡاݠ تاقءقو

ۡقةٰݠقكذܲ ٱ

ۡ

ْۡاݠ ضقܱ

ۡققأقو

ۡق ذّٱ

ۡ

ۡݗ كقس ݍن

ق

قْۡۡاݠ قكܯقݐ تۡاقمقوۡۚامݜقسقحۡاًضܱۡقق

ۡ قܯݜقعۡ هو ܯق

َۡل ۡۡقخۡ ۡݚقكم

ق

ۡق ذّٱ

ۡ

ۡقوۡۚامܱۡج

ق

أۡقݗ قظۡ

ق

أقوۡام ۡۡقخۡقݠ ه

ْۡاو ܱقݍۡغقتۡسٱ

ۡٱ

ۡۖق ذّ

ۡ

ۡ ذنقإ

ۡق ذّٱ

ۡ

ۡٞرݠ ݍق

ۡۢ ݗيقحذر

٠

ۡ

ۡ

20. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

 Tafsir Ibnu Katsir surat Al-Muzammil ayat 20

{ۡكعمۡۡني لاۡۡنمۡۡ فئ ۡۡه ث ۡۡهفْ ن ۡۡلْي لاۡۡي ثْۡۡنمۡ نْ أۡۡو تۡۡكنأۡۡم ْعيۡۡكب ۡۡ إ}

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (salat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. (Al-Muzzainmil: 20)

Yakni adakalanya kurang dari dua pertiga, dan adakalanya kurang dari seperduanya, demikianlah seterusnya tanpa kamu sengaja. Tetapi memang kamu tidak mampu menunaikan qiyamul lail yang diperintahkan kepadamu dengan sepenuhnya, mengingat pelaksanaannya terasa berat olehmu. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:

{ۡ لا ۡۡلْي لاۡۡ يّۡۡا }

(9)

Yaitu adakalanya antara siang dan malam hari sama panjangnya, dan adakalanya malam hari mengambil sebagian waktu siang hari sehingga lebih panjang daripada siang hari. Demikian pula sebaliknya, terkadang siang lebih panjang daripada malam hari karena sebagian waktunya diambil oleh siang hari.

{ۡو ْحتْۡۡنلْۡۡ أۡۡم ع}

Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu. (Al-Muzzammil: 20)

Yakni tidak dapat menentukan batas waktu kefarduan yang diwajibkan oleh Allah kepadamu dalam qiyamul lail.

ا ءرْق ف ۡم ۡ ۡرسيت ۡ ۡنم ۡ

ۡ آ ْر ْلا }

karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (Al -Muzzammil: 20)

Maksudnya, tanpa batasan waktu. Tetapi kerjakanlah salat lail menurut kemampuanmu dan yang mudah olehmu untuk dikerjakan. Dalam ayat ini salat diungkapkan dengan kata-kata bacaan Al-Qur'an, yang berarti salatlah apa yang mudah bagimu untuk dikerjakan tanpa batasan waktu. Hal yang semakna disebutkan di dalam surat Al-Isra melalui firman-Nya:

ا ۡ ْۡر ْجت ۡ ۡكتل ب

Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu. (Al-Isra: 110) Yaitu bacaan Al-Qur'an dalam salatmu.

ا ۡ ْۡتف ت

ۡب

Dan janganlah pula merendahkannya. (Al-Isra: 110)

Murid-murid Imam Abu Hanifah menyimpulkan dari makna ayat ini, yaitu firman Allah Swt.: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (Al-Muzzammil: 20) Bahwa tidak wajib menentukan bacaan Al-Fatihah dalam salat. Bahkan seandainya seseorang membacanya atau membaca surat lainnya, sekalipun hanya satu ayat, itu sudah cukup baginya. Dan mereka memperkuat pendapatnya dengan dalil hadis yang menceritakan seseorang yang berlaku buruk terhadap salatnya. Hadisnya terdapat di dalam kitab Sahihain, yang antara lain menyebutkan: Kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an.

Jumhur ulama menyanggah pendapat mereka dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ubadah ibnus Samit, yang juga terdapat di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda

«ۡ ْلاۡۡ حت فبْۡۡأرْ يْۡۡملْۡۡن لۡۡلصۡۡا»

Tidaksah salat seseorang yang tidak membaca Fatihatul Kitab.

Di dalam kitab Sahih Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

(10)

Setiap salat yang tidak dibacakan padanya Ummul Qur’an, maka salat itu

cacat, maka salat itu cacat, maka salat itu cacat, tidak sempurna.

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Ibnu Khuzaimah, dari Abu Hurairah r.a. secara marfu':

« آر لاۡ أبْۡۡأرْ يْۡۡملْۡۡنمۡۡلصۡۡئزْجتۡۡا»

Tidak cukup salat seseorang yang tidak membaca Ummul Qur’an.

Adapun firman Allah Swt.:

ۡم ع ۡأ ۡ ۡ و يس ۡ م م ۡ ٰۡ ض ۡرم ۡ ۡ رخاء ۡ ۡ وبر ۡ ي ۡ يف ۡ ۡ ۡ ۡۡٱ ۡ ۡ وغ ۡ ي ۡ نم ۡ ۡل ۡ ف ۡ ّۡٱ ۡ ۡ رخاء ۡ ۡ و ٰ ي ۡ يف ۡ ۡلي س ۡ ۡهّٱ ۡ

Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang lain berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah. (Al-Muzzammil: 20)

Yakni Allah mengetahui bahwa di antara umat ini ada orang-orang mempunyai 'uzur dalam meninggalkan qiyamul lail, seperti karena sakit hingga tidak mampu mengerjakannya, juga orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan di muka bumi karena mencari sebagian dari karunia Allah dengan bekerja dan berdagang, dan orang-orang yang lainnya sedang sibuk dengan urusan yang lebih penting bagi mereka, yaitu berjihad di jalan Allah Swt. Ayat ini—dan bahkan surat ini—secara keseluruhan adalah Makkiyyah. dan saat itu peperangan masih belum disyariatkan. Dan hal ini merupakan salah satu dari bukti kenabian yang paling besar, yaitu menyangkut pemberitaan kejadian yang akan datang. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (AL-Muzzammil: 20) Artinya, kerjakanlah salat dengan membaca apa yang mudah dari Al-Qur'an bagimu.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Abu Raja alias Muhammad yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Hasan, "'Hai Abu Sa'id, bagaimanakah pendapatmu tentang seorang lelaki yang hafal Al-Qur'an di luar kepalanya, lalu ia tidak membacanya dalam salat malam hari kecuali hanya salat fardu saja?" Al-Hasan menjawab, "Berarti ia menjadikan Al-Qur'an hanya sebagai bantal tidurnya, semoga Allah melaknat orang yang seperti itu." Al-Hasan melanjutkan, bahwa Allah telah berfirman sehubungan dengan seorang hamba yang saleh: Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. (Yusuf: 68) Dan firman Allah Swt.: padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya). (Al-An'am: 91) Aku bertanya, "Hai Abu Sa'id, Allah telah berfirman: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (Al-Muzzammil: 20) Al-Hasan menjawab, "Benar, sekalipun hanya lima ayat."

(11)

«ۡهن أۡيفۡۡ طْيشلاۡۡ بۡۡ لج ۡۡ ا »

Dia adalah orang yang setan telah mengencingi telinganya.a

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud dari hadis ini ialah orang yang meninggalkan salat fardu karena bangun kesiangan. Menurut pendapat yang lain, karena meninggalkan qiyamul lail, Di dalam kitab sunan disebutkan:

«ۡ آ ْر ْلاۡۡلْهأۡ ۡيا رت ْ أ»

Salat witirlah, hai ahli Al-Qur’an! Di dalam hadis yang lain disebutkan: « ۡمۡسْي فْۡۡرتويْۡۡملْۡۡنم»

Barangsiapa yang tidak salat witir, bukan termasuk golongan kami.

Dan yang lebih aneh dari semuanya itu adalah sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Bakar ibnu Abdul Aziz, salah seorang yang bermazhab Hambali, ia mengatakan bahwa qiyam bulam Ramadan hukumnya wajib; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sa'id Farqadul Hadrad, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad alias Muhammad ibnu Yusuf Az-Zubaidi, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Tawus (salah seorang putra Tawus), dari ayahnya, dari Tawus, dari Ibnu Abbas, dari Nabi sehubungan dengan makna firman-Nya: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (Al -Muzzammil: 20) Maka Nabi Saw. bersabda

«ۡ يآۡۡ ئ م»

Seratus ayat.

Hadis ini garib sekali, kami belum pernah melihatnya selain dalam mu'jam Imam Tabrani rahimahullah.

Firman Allah Swt.: {ۡ كزلاۡاوتآ ۡۡل لاۡاو يقأ }

Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. (Al-Muzzammil: 20)

Yakni dirikanlah salat wajib dan tunaikanlah zakat yang fardu. Dalam ayat ini terkandung dalil bagi orang yang mengatakan bahwa perintah wajib zakat diturunkan di Mekah, tetapi kadar-kadar nisab yang harus dikeluarkan masih belum dijelaskan dengan rinci kecuali hanya di Madinah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

(12)

tentang jarak tenggang masa di antara kedua hukum tersebut, ada beberapa pendapat mengenainya di kalangan mereka. Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menjawab lelaki tersebut melalui sabdanya:

«ۡ ْي لا ۡۡ ْويْلاۡيفۡۡ او صۡۡسْ خ»

Lima kali salat dalam sehari semalam.

Lelaki itu bertanya, "Apakah ada salat lain yang diwajibkan atas diriku?" Rasulullah Saw. menjawab:

«ۡ وطتۡۡ أۡۡاإۡۡا»

Tidak ada. terkecuali jika kamu hendak salat sunat. Adapun firman Allah Swt:

{ً سحًۡض ْرقّۡۡاۡاوضرْقأ }

Berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. (Al-Muzzammil: 20)

Yaitu dalam bentuk sedekah-sedekah, karena sesungguhnya Allah akan membalasnya dengan balasan yang terbaik dan berlimpah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

ْۡنم ۡ اۡ لا ۡ ۡ رْ ي ۡ ّۡا ۡ ًۡض ْرق ۡ ًۡ سح ۡ ۡهفع يف ۡ ۡهل ۡ ًۡف عْضأ ۡ ًۡري ك

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. (Al-Baqarah: 245)

Adapun firman Allah Swt.:

{اًرْجأۡۡم ْعأ ۡاًرْيخۡۡوهّۡۡاْۡۡ عۡۡ جتۡۡ رْيخْۡۡنمْۡۡم سفْنۡۡاوم تۡم }

Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. (Al-Muzzammil: 20)

Yakni semua sedekah yang kamu keluarkan dari tangan kalian, pahalanya akan kalian peroleh, dan hal ini lebih baik daripada harta yang kamu simpan buat dirimu sendiri di dunia.

ۡق ۡۡ ۡظف حْلا ۡ وبأ ۡ ْعي ۡ ۡي ص ْو ْلا ۡ: ث ح ۡ وبأ ۡ ، ْيخ ۡ ث ح ۡ ، ريرج ۡ ۡنع ۡ ،ش ْع ْۡا ۡ ْۡنع ۡ ،ميهارْبإ ۡ ْۡنع ۡ ۡ حْلا ۡ ۡنْب ۡ يوس ۡ ۡ ق ۡ: ۡ ق ۡ ْۡ ع ۡ ّۡا ۡ: ۡ ق ۡ ۡ وس ۡ ّۡا ۡ ص ۡ ّۡا ۡ ۡهْي ع ۡ ۡم س "ۡ: ْۡم يأ ۡ ۡهل م ۡ ۡبحأ ۡ ۡهْيلإ ۡ ْۡنم ۡ ۡ م ۡ ؟هث ا ۡ ۡ." اول ق ۡ: ي ۡ ۡ وس ۡ ،ّا ۡم ۡم ۡ ْۡنم ۡ ۡ حأ ۡ ۡاإ ۡ ۡهل م ۡ ۡبحأ ۡ ۡهْيلإ ۡ ْۡنم ۡ ۡ م ۡ ۡهث ا ۡ. ۡ ق "ۡ: او ْعا ۡم ۡ ۡ ولو ت ۡ." اول ق ۡ: م ۡ ۡم ْعن ۡ ۡاإ ۡ ۡكل ۡي ۡ ۡ وس ۡ ؟ّا ۡ ۡ ق ۡ: " نإ ۡ ۡ م ۡ ْۡمك حأ ۡم ۡ ق ۡ ۡ م ۡ ۡهث ا ۡم ۡ ۡرخأ ".

(13)

Rasulullah, tiada seorang pun dari kami melainkan hartanya lebih disukainya ketimbang harta ahli warisnya." Rasulullah'Saw. bersabda, "Jelaskanlah alasan kalian!" Mereka menjawab, "Kami tidak mengetahui selain itu, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya harta seseorang dari kamu hanyalah apa yang dia gunakan dan harta ahli warisnya adalah yang dia simpan.

Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui Hafs ibnu Gayyas, dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui Abu Mu'awiyah, keduanya dari Al-A'masy dengan sanad yang sama.

Selanjutnya Allah Swt. berfirman: {ۡ ميح ۡۡ وفغّۡۡاۡۡ إّۡۡاۡا رفْغ ْسا }

Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Muzzammil: 20)

Artinya, perbanyaklah berzikir Nya dan memohon ampun kepada-Nya dalam semua urusanmu, karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada siapa yang memohon ampun kepada-Nya.

2. Tafsir Pendidikan Surat Al-Muzammil ayat 20

Allah memerintahkan beberapa hal kepada Rasul-Nya :

1. Agar Beliau qiyamul lail, sepertiga, setengah, atau dua pertiga malam, 2. Agar Beliau membaca Al-Quran dengan pelan-pelan dan perlahan, 3. Agar beliau meringankan qiyamul lail dan mempersingkat bacaan.

Dari keterangan diatas, Allah memerintahkan kepada setiap makhluknya untuk memulyakan serta membaca dan memaknai Al-Quran. Karna hal tersebut dapat meringankan beban orang yang hidup di dunia ini, serta membaca Al-Quran dapat memberikan petunjuk untuk bisa mendapatkan Ridho allah.

Membaca Al-Quran dapat menambah pengetahuan kita sebagai makhluk allah dalam mengarungi perjalanan hidup di dunia ini yang penuh dengan teka teki, jika kita tidak berpedoman terhadap Al-Quran maka kita tidak mempunyai dasar untuk dapat menjawab segala pertanyaan yang ada pada teka teki tersebut, sehingga kita bisa jadi salah langkah dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.

D. Surat Muhammad ayat 24

1. Tafsir Surat Muhammad ayat 24

ۡ قلقف

ق

أ

ۡ

ۡقنو ܱذبقܯقتقي

ۡقناقءܱۡ ݐۡلٱ

ۡ

ۡكاقݟ اقݍۡ

ق

أۡ فبݠ

ݖ قٰۡق قلۡۡمقأ

٤

ۡ

ۡ

24. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci

(14)

(Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran) yang dapat membimbing mereka untuk mengetahui perkara yang hak (ataukah) sebenarnya (pada hati) mereka (terdapat kuncinya) karena itu mereka tidak dapat memahami kebenaran.

 Tafsir Ibnu Katsir Surat Muhammad ayat 24

Bahkan pada hati mereka terdapat kunci yang menutupnya. Karena itu, hati mereka terkunci mati. Tiada sesuatu pun yang dapat menghidupkannya dapat masuk ke dalamnya.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya yang mengatakan bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci? (Muhammad: 24) Maka seorang pemuda dari Yaman berkata, "Bahkan hatinya memang terkunci hingga Allah sendirilah yang membukanya atau menguakkannya." Perihal pemuda itu masih tetap berkesan di hati Umar r.a. hingga ia menjabat sebagai khalifah, lalu Umar meminta bantuan darinya. 2. Tafsir Pendidikan Surat Muhammad ayat 24

a. Memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya.

b. Memeriksa nasihat-nasihat dan larangan- larangan yang terdapat dalam Al Quran, sehingga manusia berhenti dari melakukan hal-hal yang menyebabkan kebinasaan

(15)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari ayat-ayat diatas bisa kita ambil sebuah kesimpulan bahwasannya kedudukan ilmu dalam Islam itu sangatlah tinggi. Dimulai dengan membaca sebuah kitab suci, sampai pada akhirnya ialah membaca kehidupannya dengan petunjuk Al-Quran sebagai kitab sucinya yang akan membimbing setiap muslim untuk menjadi seorang muslim sejati dengan intelektual islami.

Kedudukan seorang yang menuntut ilmu bahkan sama dengan sorang yang pergi berperang. Mereka yang dengan pena mencari wawasan keilmuannya sama dengan mereka yang dengan pedang pergi ke medan perang untuk memerangi orang kafir. Tentu mereka yang berperang dengan ilmu pula yang akan menang.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Al maraghi,(1987) Terjemah Tafsir Al Maraghi jilid 11, 26, 29, dan 30 CV. Toha Putra : Semarang

Al Qur’an Digital Terbitan King Saud University

Terjemah Tafsir Ibnu Katsir terbitan Kampungsunnah.org

http://mambaulhikaminduk.blogspot.co.id/2011/09/tafsir-tarbawi-menuntut-ilmu-dan.html?m=1

http://moechrizal.blogspot.co.id/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?m=1

Referensi

Dokumen terkait

Telah menceritakan kepada kami Muhammad dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Makhlad dia berkata; telah mengabarkan kepadaku ibnu Jurayj dia berkata; telah

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin 'Ayyasy dari 'Ashim dari Abu Wa`il dari Qais bin Abu Gharazah ia mengatakan;

Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Husyaim menceritakan kepada kami, Manshur menceritakan kepada kami ­dia adalah Ibnu Zadzan­ dari Oatadah, ia berkata, "Abu

“Muhammad Ibn Ziyad mengatakan kepada kami, ia berkata: saya mendengar Abu Hurairah r.a mengatakan : Nabi saw bersabda: berpuasalah kamu karena melihat hilal dan

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa

menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Ufair, telah menceritakan kepada kami al-Laits -dan ia adalah Ibnu Sa’id-, telah menceritakan kepada- ku ‘Uqail dari Ibnu Syihab,

Ibnu Majah - Nomor hadis, 4019 Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Khalid Ad Dimasyqi telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Abdurrahman Abu Ayyub dari Ibnu Abu Malik dari

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna Al 'Anazi; Telah menceritakan kepada kami Adl Dlahak yaitu Abu Ashim, dari Ibnu Juraij; Telah mengabarkan kepadaku Abu Zubair