• Tidak ada hasil yang ditemukan

teori dan praktik kewarganegaraan komuni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "teori dan praktik kewarganegaraan komuni"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI DAN PRAKTEK

KEWARGANEGARAAN KOMUNITARIAN

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kewarganegaraan

Dosen Pengampu: Dr. H. Akhmad Rifa’i, M. Phil

Disusun Oleh:

Hariz Fahmi Ash-shiddiqi 14210103

Salma Aulia Unnisa’ 14210105

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat-Nyalah sehingga penyusunan makalah mengenai Teori dan Praktik Teori Kewarganegaraan Komunitarian dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Dalam penulisan makalah ini tidak luput dari bantuan dan bimbingan banyak pihak. Oleh karena itu saya tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Akhmad Rifa’i, M. Phil. Selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

2. Teman-teman dan seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak sekali kekurangan dan juga kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat Penulis harapkan.

Yogyakarta, Maret 2015

(3)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I

PEMBUKAAN

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH... 1

C. TUJUAN... 1

BAB II PEMBAHASAN A. WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN... 2

1. PENGERTIAN... 2

2. TIGA ARENA KEWARGANEGARAAN... 2

B. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN... 3

C. TEORI KEWARGANEGARAAN KOMUNITARIAN... 3

1. PENGERTIAN TEORI KEWARGANEGARAAN KOMUNITARIAN... 3

2. GERAKAN KOMUNITARIAN... 4

D. PRAKTEK KEWARGANEGARAAN KOMUNITARIAN... 6

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN... 8

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konsep kearganegaraan komunitarian memang merupakan salah satu bagian terpenting dalam tubuh kewarganegaraan tersebut, tidak hanya sebagai komunitas biasa yang hanya asal ada dan datang di tubuh masyarakat, komunitaspun mempunyai teori dan praktik untuk menjadi komunitas yang benar dan tertuntun dalam konsep kewarganegaraan. Komunitas merupakan sekumpulan orang yang bersatu dikarenakan mempunyai tujuan yang sama, sejarah yang sama dan mempersatukannya dalam sebuah komunitas kelompok. Tentunya kehadiran teori kewarganegaraan komunitarian rentan datangnya karena bentuk penolakan atau perbedaan pandangan terhadap teori kewarganegaraan liberal, tentunya kerana pendapat dan pandangan bahwa teori kewargenagaraan liberal bertentangan atau lebih tepatnya kurang pas sebagai konsep yang diterapkan dalam kewarganegaraan dalam beerwarga dan bernegara.

Maka dari itu dibuatnya makalah ini, agar supaya membuat pembaca maupun penulis lebih tau tentang bagaimana cara berwarga dan bernegara yang baik dan benar, khususnya terkait komunitarian yang menjadi pembahasan inti, juga mendalami supaya lebih tau terkait teori dan praktik kewarganegaraan komuntiraian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Warga negara dan kewarganegaraan?

2. Apa pengertian dari Teori Kewarganegaraan Komunitarian?

3. Bagaimana praktek Kewarganegaraan Komunitarian?

C. Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan warga negara dan kewarganegaraan

2. Mengetahui teori Kewarganegaraan Komunitarian

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Warga Negara dan Kewarganegaraan 1. Pengertian

Pengertian warga negara adakalanya dicampuradukkan dengan penduduk, masyarakat dan rakyat sehigga menimbulkan kerancuan. Dalam penempatannya, warga negara dikaitkan dengan kehidupan bernegara yang mempunyai peraturan perundangan tentang pengakuan terhadap kewarganegaraan seseorang.

Kewarganegaraan adalah bentuk identitas sosial politik. Kewarganegaraan memiliki tingkat keselarasan yang teruji di berbagai waktu selama two-and-three quarter millennia (dua tiga perempat milineum) sepanjang riwayatnya hingga sekarang.

Teori kewarganegaraan mencakup:

a. Teori Kewaganegaraan liberal (Liberalism)

b. Teori Kewarganegaraan komunitarian (Communitarianism)

c. Teori Kewarganegaraan Republikan (Republicanism).1

2. Tiga Arena Kewarganegaraan

Prinsip dan konsep dasar kewarganegaraan dapat diterangkan dalam tiga arena yang luas, yakni:

a. Kewarganegaraan sebagai prinsip politik berdemokrasi

b. Kewarganegaraan sebagai status yuridis individu sebagai subjek hukum berikut berbagai privilese hak-hak serta kewajiban di dalamnya

c. Kewarganegaraan sebagai bentuk keberanggotaan dalam suatu komunitas yang eksklusif dengan basis ikatan sosial yang khas.

Kewarganegaraan sebagai prinsip berdemokrasi dikemukakan pertama-tama oleh Aristoteles dan kemudian dikembangkan oleh pemikir republikanisme J.G.A Pocock. Dalam konsepsi ini, kewarganegaraan dikonstruksi sebagai aktivitas atau

(6)

tindakan untuk terlibat dalam proses diperintah dan memerintah secara setara. Warga aktif dalam kehidupan publik, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan serta yang utama, memperjuangkan keutamaan sebagai kerangka bersama. Pandangan kewarganegaraan sebagai prinsip berdemmokrasi menekankan kesetaraan politik dan partisipasi sebagai pusat dan karakter dasar kewarganegaraan.2

B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan merupakan upaya sadar suatu masyarakat dan juga negara untuk menjadikan dirinya lebih berpengetahuan, lebih cakap dalam berketerampilan dan lebih beradab dalam tingkah laku. Kewarganegaraan adalah segala hal yang menyangkut bangsa, negara dan hubungan antara negara dengan warganya. Dengan demikian, Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya sadar bangsa dan negara untuk memberikan pengetahuan mengenai hubungan antara konsep-konsep dalam paradigma negara kepada seluruh warga negara.3

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.4

C. Teori Kewarganegaraan Komunitarian

1. Pengertian Teori Kewarganegaraan Komunitarian

Teori kewarganegaraan Komunitarian sangat menekankan pada fakta bahwa setiap orang, warganegara perlu memiliki sejarah perkembangan masyarakat. Individualitas yang dimiliki warganegara berasal dan dibatasi oleh masyarakat (Sapriya, 2007). Hal itu berdasar keyakinan teori ini bahwa individu dibentuk oleh masyarakat. Di masyarakat ada norma yang disepakati sebagai code of conduct yang harus dipenuhi anggota karena dengan cara inilah eksistensi dan keberlangsungan masyarakat terjamin.

2 Roberus Robet, Hendrik Boli Tobi. Pengantar Sosiologi Kewarganegaraan dari Marx sampai Agambe. (Tangerang: CV. Marjin Kiri, 2014), hlm.4.

3 Aryaning Arya Kresna,dkk. Etika Dan Tertib Hidup Berwarga Negara: sebagai matakuliah di perguruan tinggi. (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 2

(7)

Perspektif komunitarian menekankan pada kelompok etnis atau kelompok budaya, solidaritas diantara orang-orang yang memiliki sejarah atau tradisi yang sama, kapasitas kelompok tersebut untuk menghargai identitas orang-orang yang dibiarkan “teratomisasi” oleh kecenderungan yang mengakar pada masyarakat liberal (Ronald Beiner, 1995). Dikatakan bahwa Kommunitarian menekankan pada kebutuhan untuk menyeimbangkan hak-hak dan kepentingan individu dengan kebutuhan komunitas sebagai kesatuan dan bahwa individu terbentuk dari budaya dan nilai-nilai komunitas.

Teori kewarganegaraan komunitarian muncul dan berkembang pada abad-20 sebagai reaksi atas teori kewarganegaraan liberal. Berbeda dengan liberalisme klasik, yang memahami bahwa komunitias berasal dari tindakan sukarela individu-individu dari masa pra-komunitas, komunitarianisme menekankan peranan komunitas dalam mendefinisikan dan membentuk individu. Kaum komuitarian percaya bahwa nilai komunitas tidak cukup diakui dalam teori-teori liberal tentang keadilan. Selain itu kemunculan teori ini berlandaskan pandangan bahwa identitas dan karakter pribadi tidak mungkin terbentuk tanpa dukungan lingkungan masyarakat. Berbeda dengan teori kewarganegaraan liberal dimana masyarakat terbentuk dari pilihan-pilihan bebas individu, teori ini berpendapat justru masyarakatlah yang menentukan dan membentuk individu baik karakternya, nilai dan keyakinan-keyakinannya.5

2. Gerakan komunitarian

Seorang komunitarianisme, Amitai Etzioni dalam Budimansyah (2009) mencanangkan perlunya gerakan “komunitarian” sebagai upaya sistematis untuk membentuk masyarakat komunitarian. Gerakan komunitarian sebagai berikut:

1. Kita harus mampu menciptakan suatu moralitas baru yang tidak menganggu kehidupan pribadi orang (sikap anti puritanisme)

2. Kita harus mempertahankan suatu hukum dan keteraturan tanpa harus jatuh pada negara polisi dengan merancang secara hati-hati kewenangan dan kekuasaan pemerintah

(8)

3. Kita harus menyelamatkan kehidupan keluarga tanpa harus membatasi hak-hak anggotanya secara deskriminatif (misalnya memaksakan peran domestik kepada perempuan)

4. Sekolah harus mampu memberikan pendidikan moral, tanpa mengdoktrinasi anak muda

5. Kita harus memperkuat kehidupan komunitas tanpa menjadi orang yang fanatik dan saling bermusuhan terhadap komunitas lain

6. Kita harus meningkatkan tanggung jawab sosial bukan sebagai pembatasan hak-hak kita tetapi justru sebagai perimbangan dari hak-hak yang kita peroleh. Semakin besar hak yang diterima, semakin besar pula tanggung jawab yang perlu ditanggung.

7. Perjuangan kepentingan pribadi harus diimbangi dengan komitmen pada komunitas, tanpa harus menjadi tumbal bagi kelompok. Karena itu kerakusan individu yang tanpa batas harus diganti dengan kepentingan pribadi yang bermanfaat secara sosial dan memperoleh peluang yang disyahkan masyarakat.

8. Kewibawaaan pemerintah harus dijaga tanpa menghilangkan kesempatan bagi semua warga menyampaikan pendapat dan kepentingannya.

Inti dari sikap komunitarian yang ditawarkan Etzioni diatas adalah kesepakatan manusia modern untuk menciptakan moral yang baru, kehidupan nilai kebersamaan, tanpa adanya puritanisme dan penindasan. Gerakan komunitarianisme dimaksudkan sebagai gerakan membentuk kehidupan sosial yang penuh kebersamaan, berbeda halnya dengan gerakan individualisme yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan individu.

(9)

dapat menghasilkan anarki sosial. Kekuatan sentripetal seperti pelayanan nasional, hukum, mobilisasi ikatan sosial dan pengaturan konsep-konsep normatif mungkin akan menjadi kebersamaan yang berlebihan. (Kalidjernih, 2008)6

D. Praktek Kewarganegaraan Komunitarian 1. Praktek dan Pokok Ajaran

Komunitarian menekankan pentingnya komunitas dan nilai sosial bersama. Negara yang menganut teori kewarganegaraan ini dalam prakteknya memiliki Pokok-pokok ajaran komunitarianisme antara lain, adalah sebagai berikut:

a. Komunitas adalah abtirer dalam kehidupan bersama

b. Nilai-nilai sosial adalah kerangka moral kehidupan bersama

c. Nilai-nilai sosial tersebut pada gilirannya merupakan croos societal moral dialoge. (Tilaar, 2007).

Adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, karena yang terpenting adalah komunitas tersebut diperlakukan sama oleh warga negara maupun negara.7

Dalam masyarakat perlu pembentukan konsensus bersama dan nilai-nilai moral merupakan dasar pertimbangan bagi pembentukan nilai sosial bersama sebagai konsensus. Tanpa nilai-nilai sosial dan konsensus, kehidupan bersama ini akan hancur. Pendapat seorang pribadi mengenai nilai-nilai yang diyakininya pun memerlukan penrimaan dari anggota yang lain. Komunitas memberikan dasar-dasar normatif, suatu batu loncatan berupa tradisi dan menempatkan dialog moral. Keputusan atas nilai-nilai yang disepakati menjadi milik bersama dan secara sukarela merupakan suatu keteraturan sosial. Konsensus in bisa terjadi di tingkat lokal (kelompok), nasional (nation) maupun kemungkinan berlaku pada masyarakat global.8

Dapat dikatakan bahwa Teori Kewarganegaraan ini termasuk sebagai keberanggotaan dalam suatu komunitas memberikan dimensi eksklusif bagi konsep mengenai warga. Dalam perspektif ini, kewarganegaraan membentuk identitas dan

6 Winarno, S.Pd,M.Si. Kewarganegaraan Indonesia dari Sosiologis Menuju Yuridis. (Bandung: CV. ALFABETA, 2009), hlm. 47-48.

7 A.Ubaedillah & Abdul Rozak. Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani/edisi revisi. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), hlm. 58.

(10)

ikatan khusus yang bersifat lebih tertutup dalam suatu kelompok tertentu yang mana itu semua dipengaruhi oleh etnis, sejarah dan kebudayaan yang sama.

Kebudayaan kemasyarakatan berarti kebudayaan yang memberikan kepada anggotanya berbagai cara hidup yang penuh arti dalam segala kegiatan manusia, termasuk kehidupan sosial, pendidikan, agama hiburan dan ekonomi yang mencakup baik bidang publik maupun pribadi. Biasanya kebudayaan ini terbentuk dari persamaan bahasa. Bangsa berarti komunitas historis, kurang lebih lengkap secara institusional, menduduki suatu wilayah atau tanah tertentu, mempunyai bahasa dan kebudayaan tersendiri.9

2. Dasar Praktek Kewarganegaraan Komunitarian

Dalam sebuah masyarakat komunitarian, kebaikan bersama diterima sebagai sebuah konsepsi mendasar tentang kehidupan yang baik yang menentukan ’pandangan hidup’ komunitas. Kebaikan bersama ini, alih-alih menyesuaikan dirinya sendiri pada pola preferensi orang, menyediakan ukuran untuk mengevaluasi berbagai preferensi itu. Pandangan hidup masyarakat membentuk dasar bagi tata jenjang (rangking) publik mengenai berbagai konsepsi tentang yang baik dan bobot yang diberikan pada preferensi individu bergantung pada seberapa besar ia menyesuaikan dengan dan memberikan sumbangan pada kebaikan bersama ini.

Sebuah negara komunitarian dapat dan seharusnya mendorong orang untuk menerima konsepsi-konsepsi tentang kebaikan yang sesuai dengan pandangan hidup masyarakat, sementara mencegah berbagai konsepsi tentang kebaikan yang bertentangan dengan pandangan hidup komunitas ini.

Adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, karena yang terpenting adalah komunitas tersebut diperlakukan sama oleh warga negara maupun negara.10

9 Roberus Robet, Hendrik Boli Tobi. Pengantar Sosiologi Kewarganegaraan dari Marx sampai Agambe. (Tangerang: CV. Marjin Kiri, 2014), hlm.100.

(11)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori dan praktik kewarganegaraan komunitarian merupakan bagaimana suatu kelompok didalam masyarakat, dapat berwarganegara dengan baik dan menjunjung tinggi moral dan nilai sosial yang tinggi. Dalam hal ini komunitarian cenderung eksklusif dalam menyikapi kewarganegaraan itu semua karena dipengaruhi oleh etnis, tradisi dsb. Akan tetapi yang terpenting dalam kehidupan bersama, sebuah kelompok komunitas mesti mempunyai nilai sosial yang baik dan moral yang baik sebagai sebuah kelompok, demi terbentuknya keharmonisan berwarga dan bernegara, juga terciptanya kerukunan dikarenakan adanya perbedaan antara kelompok sehingga terealisasikannya bhineka tunggal ika.

B. Kritik dan Saran

Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Budiansyah, Prof. Dr. Dasim, M.Si, 2010. Penguatan Pendidikan

Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung, Widya Aksara Press.

Kresna, Aryaning arya, Walukow, Devi Stany,dkk. 2010. Etika Dan Tertib Hidup Berwarganegara: sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Jakarta, Salemba Humanika

Robet, Roberus; Tobi, Hendrik Boli. 2014. Pengantar Sosiologi Kewarganegaraan dari Marx sampai Agambe. Tangerang, CV. Marjin Kiri

Ubaedillah, A; Rozak, Abdul. 2013. Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani/edisi revisi. Jakarta, Prenadamedia Group.

Referensi

Dokumen terkait

Khusus untuk Cak Nur, menurut Ulil, tulisan-tulisannya sangat berpengaruh dan begitu liberal terutama jika dikaitkan dengan konteks Indonesia yang pada saat itu berada dalam

Menurut saya, dalam masa bertunangan biasanya nyalenih itu sudah menjadi kebiasaan di desa ini dan sudah hal yang biasa selama tidak meyentuh calon istri maka hukumnya

Ketiga snack bar beras warna memiliki kandungan protein dan lemak yang rendah sedangkan kandungan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan

¾ Response dari pendengar berupa gerakan tubuh disebut back channel.. ¾ Dengan adanya back channel, pembicara merasa bahwa pendengar cukup memahami pembicaraan. ¾

Plasmolisis Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada dalam larutan

Pendekatan STM dapat diimplementasikan pada pembelajaran IPS dengan menekankan pada peran ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam berbagai kehidupan dan menumbuhkan rasa

Abstrak: Pemikiran pembaharuan Kiai Wahid Hasyim telah memberikan pencerahan bagi eksistensi pesantren dalam menentukan arah serta warna pendidikan nasional

Sementara dari nilai harapan masa tinggal dan nilai harapan masa perulangan pertama menunjukkan bahwa kategori kecepatan angin dengan hembusan lembut mempunyai durasi kejadian