• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN Evaluasi dan Analisis Instrument

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN Evaluasi dan Analisis Instrument"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

...

DAFTAR TABEL

...

DAFTAR GAMBAR

...

BAB I PENDAHULUAN

...I - 1

1.1.

Maksud dan Tujuan...I - 1

1.2.

Lingkup Bahasan...I - 1

1.2.1.

Evaluasi dan Analisa...I - 1

1.2.2.

Sistimatika Kajian...I - 1

BAB II INSPEKSI LAPANGAN

...

II - 1

2.1

Instrumentasi...II - 1

2.2

Kondisi Instrument...II - 2

2.3 Frekuensi Pengukuran...II -3

BAB III MONITORING INSTRUMENT

...III – 1

3.1

Pisometer Timbunan...III - 1

3.1.1

Pisometer Timbunan di Sta.L4+00 (LWD)...

3.1.2

Pisometer Timbunan di Sta.10+60 (MD)...

3.1.3 Pisometer Timbunan di Sta. 13+90 (RWD)………

3.2

Pisometer Fondasi………

3.2.1 Pisometer Fondasi di Sta.L4+00 (LWD)………

3.2.2

Pisometer Fondasi di Sta.10+60 (MD)...

3.2.3 Pisometer Fondasi di Sta. 13+90 (RWD)………

3.3

Pressure Cell………

3.4

Hydrostatic Movement………

3.5

Vertical Settlement………

(2)

3.6

Monument (Patok Geser)………

3.6.1 Monument di Left Wing Dam (LWD)………

3.6.2

Monument di Main Dam (MD)………

3.6.3 Monument di Right Wing Dam (RWD)………

3.7

Observation Well (Sumur Pengamatan)………

3.6.1 Observation Well di Hilir Left Wing Dam (LWD)………

3.6.2

Observation Well di Hilir Crest Dam (CD)………

3.6.3

Observation Well di Hilir Main Dam (MD)………

3.6.4 Observation Well di Hilir Right Wing Dam (RWD)………

3.8

Alat Ukur Rembesan (V-notch) ………

BAB IV EVALUASI DAN ANALISA DARI MONITORING INSTRUMENT

...IV - 1

4.1

Analisa Stabilitas...IV – 1

4.1.1.

Stabilitas Tubuh Bendungan...IV

4.1.2.

Stabilitas Lapisan Kedap Air (Core Zone)...IV

4.2

Analisa Deformasi...IV

4.2.1.

Deformasi di Dalam Tubuh Bendungan...IV

4.2.2.

Deformasi Permukaan Tubuh Bendungan...IV

4.3 Analisa Rembesan...IV

4.2.1.

Rembesan melalui Tubuh Bendungan...IV

4.2.2.

Rembesan melalui Fondasi Bendungan...IV

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Instrumentasi di Bendungan Bili-Bili

Tabel 2.2.1 Kondisi Instrument di Sta.10+60 Main Dam (MD)

Tabel 2.2.2 Kondisi Instrument di Sta.13+90 Right Wing Dam (RWD)

Tabel 2.2.3 Kondisi Instrument di Sta.L4+00 Left Wing Dam (LWD)

Tabel 2.2.4 Kondisi Instrument di Permukaan Tubuh Bendungan

Tabel 2.2.5 Kondisi Instrument di hilir kaki Bendungan

Tabel 2.2.6 Presentase Kerusakan Instrument berdasarkan Lokasinya

Tabel 2.3 Frekuensi Pembacaan Instrument di Bendungan Bili-Bili

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.1 Denah Lokasi Instrument

Gambar 2.1.2 Potongan Melintang Lokasi Instrument

Grafik 3.1.1a Elevasi Pisometrik Pisometer Timbunan Sta. L4+100 (LWD)

Grafik 3.1.1b Elevasi Pisometrik Pisometer Timbunan Sta. L4+100 (LWD)

Grafik 3.1.2a Elevasi Pisometrik Pisometer Timbunan Sta. 10+60 (MD)

Grafik 3.1.2b Elevasi Pisometrik Pisometer Timbunan Sta. 10+60 (MD)

Grafik 3.1.3a Elevasi Pisometrik Pisometer Timbunan Sta. 13+90 (RWD)

Grafik 3.1.3b Elevasi Pisometrik Pisometer Timbunan Sta. 13+90 (RWD)

Grafik 3.2.1a Elevasi Pisometrik Pisometer Fondasi Sta. L4+100 (LWD)

Grafik 3.2.1b Elevasi Pisometrik Pisometer Fondasi Sta. L4+100 (LWD)

Grafik 3.2.2a Elevasi Pisometrik Pisometer Fondasi Sta. 10+60 (MD)

Grafik 3.2.2b Elevasi Pisometrik Pisometer Fondasi Sta. 10+60 (MD)

Grafik 3.3.1 Tegangan Total, Tegangan Pori, dan Tegangan Effektif di Sta.10+60

Grafik 3.3.1 Rata-Rata Tegangan Total, Tegangan Pori, dan Tegangan Effektif di

Sta.10+60

(4)

Grafik 3.5.2 Multilayer Settlement (Vs3) di Sta.13+90 (RWD)

Grafik 3.5.3 Multilayer Settlement (Vs4) di Sta.L4+00 (LWD)

Grafik 3.6.1a Settlement (CD12 s/d CD17) pada Puncak Bendungan (LWD)

Grafik 3.6.1b Settlement (SD43 s/d SD45) di lereng hilir pada elevasi 75.00 (LWD)

Grafik 3.6.1c Settlement (SD46 s/d SD50) di lereng hilir pada elevasi 90.00 (LWD)

Grafik 3.6.1d Settlement (SD51 s/d SD56) di lereng hilir pada elevasi 100.00 (LWD)

Grafik 3.6.1e Settlement (SD57 s/d SD62) di lereng hulu pada elevasi 100.00 (LWD)

Grafik 3.6.1aa Pergeseran Horizontal (CD12 s/d CD17) pada Puncak Bendungan

(LWD)

Grafik 3.6.1bb Pergeseran Horizontal (SD43 s/d SD45) di lereng hilir pada elevasi

75.00 (LWD)

Grafik 3.6.1cc Pergeseran Horizontal (SD46 s/d SD50) di lereng hilir pada elevasi

90.00 (LWD)

Grafik 3.6.1dd Pergeseran Horizontal (SD51 s/d SD56) di lereng hilir pada elevasi

100.00 (LWD)

Grafik 3.6.1ee Pergeseran Horizontal (SD57 s/d SD62) di lereng hulu pada elevasi

100.00 (LWD)

Grafik 3.6.2a Settlement (CD01 s/d CD07) pada Puncak Bendungan (MD)

Grafik 3.6.2b Settlement (SD03 s/d SD06) di lereng hilir pada elevasi 75.00 (MD)

Grafik 3.6.2c Settlement (SD09 s/d SD14) di lereng hilir pada elevasi 90.00 (MD)

Grafik 3.6.2d Settlement (SD17 s/d SD22) di lereng hilir pada elevasi 100.00 (MD)

Grafik 3.6.2e Settlement (SD26 s/d SD30) di lereng hulu pada elevasi 100.00 (MD)

Grafik 3.6.2aa Pergeseran Horizontal (CD01 s/d CD07) pada Puncak Bendungan

(MD)

Grafik 3.6.2bb Pergeseran Horizontal (SD03 s/d SD06) di lereng hilir pada elevasi

75.00 (MD)

Grafik 3.6.2cc Pergeseran Horizontal (SD09 s/d SD14) di lereng hilir pada elevasi

90.00 (MD)

Grafik 3.6.2dd Pergeseran Horizontal (SD17 s/d SD22) di lereng hilir pada elevasi

100.00 (MD)

Grafik 3.6.2ee Pergeseran Horizontal (SD26 s/d SD30) di lereng hulu pada elevasi

100.00 (MD)

(5)

Grafik 3.6.3c Settlement (SD15 s/d SD16) di lereng hilir pada elevasi 90.00 (RWD)

Grafik 3.6.3d Settlement (SD23 s/d SD25) di lereng hilir pada elevasi 100.00 (RWD)

Grafik 3.6.3e Settlement (SD31 s/d SD34) di lereng hulu pada elevasi 100.00(RWD)

Grafik 3.6.3aa Pergeseran Horizontal (CD09 s/d CD11) pada Puncak Bendungan

(RWD)

Grafik 3.6.3bb Pergeseran Horizontal (SD07 s/d SD08) di lereng hilir pada elevasi

75.00 (LWD)

Grafik 3.6.1cc Pergeseran Horizontal (SD15s/d SD16) di lereng hilir pada elevasi

90.00 (LWD)

Grafik 3.6.1dd Pergeseran Horizontal (SD23 s/d SD25) di lereng hilir pada elevasi

100.00 (LWD)

Grafik 3.6.1ee Pergeseran Horizontal (SD31 s/d SD34) di lereng hulu pada elevasi

100.00 (LWD)

Grafik 3.7.1a Curah Hujan, Elevasi Muka Air Tanah (LWD), dan Muka Air Waduk

Grafik 3.7.1b Curah Hujan, Elevasi Muka Air Tanah (LWD), dan Muka Air Waduk

Grafik 3.7.2a Curah Hujan, Elevasi Muka Air Tanah (CD), dan Muka Air Waduk

Grafik 3.7.2b Curah Hujan, Elevasi Muka Air Tanah (CD), dan Muka Air Waduk

Grafik 3.7.3a Curah Hujan, Elevasi Muka Air Tanah (MD), dan Muka Air Waduk

Grafik 3.7.3b Curah Hujan, Elevasi Muka Air Tanah (MD), dan Muka Air Waduk

Grafik 3.7.4a Curah Hujan, Elevasi Muka Air Tanah (RWD), dan Muka Air Waduk

Grafik 3.7.4b Curah Hujan, Elevasi Muka Air Tanah (RWD), dan Muka Air Waduk

Grafik 3.8.1a Rembesan melalui V-notch (Left Wing Dam) dari 01 Januari 2000 s/d

01 Desember 2005

Grafik 3.8.1b Rembesan melalui V-notch (Left Wing Dam) dari 01 Januari 2006 s/d

28 Juni 2012

Grafik 3.8.2a Rembesan melalui V-notch (Right Wing Dam) dari 01 Januari 2000 s/d

01 Desember 2005

Grafik 3.8.2b Rembesan melalui V-notch (Right Wing Dam) dari 01 Januari 2006 s/d

28 Juni 2012

Grafik 3.8.3a Rembesan melalui V-notch (Main Dam) dari 01 Januari 2000 s/d 01

Desember 2005

Grafik 3.8.3b Rembesan melalui V-notch (Main Dam) dari 01 Januari 2006 s/d 28

Juni 2012

(6)

Grafik 4.1.1b Distribusi Tinggi Tekan Air Pori (Main Dam)

Grafik 4.1.1c Distribusi Tinggi Tekan Air Pori (Right Wing Dam)

Gambar 4.1.1aa Distribusi Tegangan Air Pori (Left Wing Dam pada M.A.W 98.79)

Gambar 4.1.1bb Distribusi Tegangan Air Pori (Main Dam pada M.A.W 98.79)

Gambar 4.1.1cc Distribusi Tegangan Air Pori (Right Wing Dam pada M.A.W 98.79)

Grafik 4.2.1a Distribusi Vertikal dari Internal Settlement di Main Dam (Vs1)

Grafik 4.2.1b Distribusi Vertikal dari Internal Settlement di Right Wing Dam (Vs3)

Grafik 4.2.1c Distribusi Vertikal dari Internal Settlement di Left Wing Dam (Vs4)

Grafik 4.2.1aa Distribusi Pergeseran Horizontal (Elevasi +55.00) di Main Dam

(Hs1-Hs5)

(7)

LAPORAN EVALUASI DAN ANALISIS INSTRUMENTASI

BENDUNGAN BILI-BILI

I PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan yang berkaitan dengan evaluasi dan analisis instrumentasi dirumuskan sebagai berikut.

A. Maksud:

1. Melakukan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan desain

instrumentasi maupun kinerjanya..

2. Mengumpulkan as built drawing berkait dengan penempatan instrumentasi.

3. Melakukan evaluasi kondisi semua instrumentasi yang ada dan usulan perbaikan /

tambahan instrumentasi.

B. Tujuan:

1. Mengetahui kondisi instrumentasi; mengindentifikasi masalah yang ada; menetapkan rencana perbaikan dan atau penyempurnaan yang diperlukan.

2. Meningkatkan kinerja instrumentasi guna jaminan keamanan bendungan.

1.2 Lingkup Bahasan

1.2.1 Evaluasi dan Analisis

Evaluasi dan Analisis Instrumentasi guna menunjang Evaluasi Keamanan Bendungan Bili -Bili meliputi kegiatan antara lain:

1. Evaluasi kondisi dan kinerja instrumentasi, 2. Analisis hasil pembacaan instrumentasi,

1.2.2 Sistematika Kajian

Sistematika kajian yang dilakukan untuk dapat memenuhi maksud dan tujuan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut.

1. Tinjauan fungsi dan penggunaan instrumentasi, 2. Evaluasi kondisi instrumentasi,

3. Analisis hasil pembacaan instrumentasi, 4. Usulan perbaikan instrumentasi

II INSPEKSI LAPANGAN

(8)

Tujuan instrumentasi pada bendungan adalah untuk memperoleh data guna evaluasi keamanan dan tingkah laku bendungan selama pelaksanaan konstruksi, saat pengisian waduk, dan pada saat pengoperasian bendungan secara terus menerus. Jenis dan jumlah instrumen yang dipasang di Bendungan Bili-Bili adalah sebagaimana yang tercantum pada Table 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1 Instrumentasi di Bendungan Bili-Bili

No

.

Uraian

Jumlah Instrumen yang

dipasang

MD

RWD

LWD

Total

1.

Pisometer didalam tubuh bendungan:

-Vibrating Wire Pisometer

22

11

7

40

-Hydraulic Pisometer

4

0

0

4

2.

Pisometer didalam fondasi bendungan:

-Vibrating Wire Pisometer

5

5

5

15

-Hydraulic Pisometer

2

0

0

2

3.

Pressure Cell

2

0

0

2

4.

Hydrostatic Settlement

5

0

0

5

5.

Vertical Settlement

2

1

1

4

6.

Strong Motion Accelerometer

2

0

0

2

7.

U/S Monument

10

7

10

27

8.

D/S Monument

18

7

14

39

9.

Crest Monument

7

4

6

17

10. Bench Marks

-

-

-

30

11. Groundwater Observation Holes

10

7

7

24

12. Seepage Measuring Well

1

1

1

3

Catatan: MD = Main Dam

RWD = Right Wing Dam LWD = Left Wing Dam

Tata letak (layout) instrumentasi dan lokasi dari masing masing instrumen di Bendungan Bili-Bili adalah sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2.1.1 dan Gambar 2.1.2. Ada tiga lokasi potongan melintang yang dipasang instrument yaitu Sta.10+60 (MD), Sta.13+90 (RWD), dan Sta. L4+00 (LWD) sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2.1.2. Sedangkan pada Gambar 2.1.1 menunjukan denah lokasi instrument di permukaan tubuh bendungan dan permukaan tanah asli.

(9)

Gambar 2.1.2 Potongan Melintang Lokasi Instrument

(10)

Instrumen- instrument yang dipasang di Bendungan Bili-Bili saat dilakukan inspeksi lapangan sebagian sudah tidak berfungsi lagi atau rusak. Kondisi dari keseluruhan

instrument saat ini adalah sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.2.1 s/d Tabel 2.2.5.

Dari table-tabel tersebut, dapat dikatagorikan presentase kerusakan instrument berdasarkan lokasinya pemasangannya adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 2.2.6 dibawah ini:

Tabel 2.2.6 Presentase Kerusakan Instrumen Berdasarkan Lokasinya

Lokasi dan Jenis

Instrumen

Jumla

h

Rusak

%

Sta.10+60 (MD)

1.Pisometer Timbunan Untuk monitor tegangan air pori di -VW Pisometer 22 14 64 dalam tubuh bendungan

-Hydraulic Pisometer 4 0 0

2.Pisometer Fondasi Untuk monitor tegangan air pori di -VW Pisometer 5 5 100 dalam fondasi bendungan

-Hydraulic Pisometer 2 0 0

3.Pressure Cell 2 0 0 Untuk monitor kondisi tegangan di inti (core) bendungan

4.Hydrostatic Movement 5 0 0 Untuk monitor perubahan vertical & horizontal tubuh bendungan 5.Vertical Settlement 2 1 50 Untuk monitor perubahan vertical dari tubuh bendungan

6.Seismograph 2 2 100 Untuk monitor respon seismic dari bendungan. Sta.13+90 (RWD)

1.Pisometer Timbunan Untuk monitor tegangan air pori di -VW Pisometer 11 1 9 dalam tubuh bendungan

2.Pisometer Fondasi Untuk monitor tegangan air pori di -VW Pisometer 5 5 100 dalam fondasi bendungan

3.Vertical Settlement 1 0 0 Untuk monitor perubahan vertical dari tubuh bendungan Sta.L4+00 (LWD)

1.Pisometer Timbunan Untuk monitor tegangan air pori di -VW Pisometer 7 0 0 dalam tubuh bendungan

2.Pisometer Fondasi Untuk monitor tegangan air pori di -VW Pisometer 5 0 0 dalam fondasi bendungan

3.Vertical Settlement 1 0 0 Untuk monitor perubahan vertical dari tubuh bendungan Permukaan Bendungan

1.Monument Untuk monitor perubahan permu -U/S Movement 27 0 0 kaan tubuh bendungan.

-D/S Movement 39 0 0 -Crest Movement 17 0 0

2.Bench Mark (BM) 30 0 0 Sebagai titik referensi saat pengukuran monument Di Hilir Kaki Bendungan

1.Groundwater Observation Well

24 8 33 Untuk monitor muka air tanah di hilir bendungan

2.Seepage Measuring Well 3 0 0 Untuk monitor rembesan yang melalui bendungan.

Selain kerusakan-kerusakan sebagian instrument tersebut diatas, pada saat inspeksi lapangan ada kendala-kendala lainnya yang dapat mengurangi / mengganggu pengambilan data adalah:

(11)

itu meskipun battrey alat baca sudah diganti baru atau baru discharge indikatornya selalu menunjukkan low battery.

b. Alat baca (sound alarm indicator) yang berupa pita ukur dan dilengkapi dengan alarm untuk pembacaan vertical settlement (multiple layer) alarmnya kadang-kadang bunyi kadang-kadang tidak bunyi.

c. Pompa submersible di seepage measuring well untuk pengukuran rembesan di Main Dam (MD) cuma ada satu buah, sehingga pada saat inspeksi lapangan tanggal 2 Agustus 2012 sumurnya penuh dengan air karena pompanya rusak sejak tanggal 17 Juli 2012. Jadi sejak tanggal 17 Juli 2012 tidak bisa dilakukan pembacaan data rembesan, karena tidak ada pompa cadangan.

2.3 Frekuensi Pembacaan Instrumen

Sesuai dengan Jadwal Pemantauan Bendungan Bili-Bili dan Manajemen Waduk, frekuensi pembacaan instrument di Bendungan Bili-Bili adalah sebagaimana pada Tabel 2.3 dibawah ini:

Tabel 2.3 Frekuensi Pembacaan Instrument di Bendungan Bili-Bili

No

3 Bulan 1x

Sebulan 1x

Seminggu 1x

4.

Hydrostatic Settlement

(Vertikal dan Horizonntal)

3 Bulan 1x

Sebulan 1x

Seminggu 1x

5.

Monument

(Muka air tanah)

Sebulan

1x

Sebulan 1x

Seminggu 1x

8.

Seismograph

6 Bulan 1x atau setelah terjadi gempa

(12)

Pengukuran / pembacaan dari setiap jenis instrumen dilakukan secara terus menerus sejak dimulainya pemasangan (konstruksi). Namun dari file master data yang diperoleh dari lapangan, hanya ada data dari sejak mulai penggenangan (impounding) yaitu dari Nopember 1997 s/d Nopember 2005 dan data mentah (tulisan tangan) dari Januari 2009 s/d Juni 2012. Berdasarkan data tersebut, data historis pembacaan dari masing-masing instrumen diuraikan didalam Bab III ini berupa grafik yang menunjukan hubungan antara data dan waktu, sedangkan untuk evaluasi dan analisanya akan dibahas didalam Bab berikutnya

3.1 Pisometer Timbunan

3.1.1 Pisometer Timbunan di Sta. L4+00 (LWD)

Pisometer timbunan yang dipasang di Sta. L4+00 untuk memonitor tegangan air pori di dalam timbunan Left Wing Dam yang terdiri dari pisometer vibrating wire HP34 s/d Hp40 (10 buah). Lokasi dari masing-masing pisometer adalah ditunjukkan pada Gambar 2.1.2.

Hasil monitoring sejak mulai penggenangan yaitu Nopember 1997 s/d Juni 2012 adalah sebagaimana terlihat pada Grafik 3.1.1a (04/12/97 s/d 25/11/05) dan Grafik 3.1.1b (24/01/09 s/d 24/06/12). Keterangan yang berkaitan dengan tegangan air pori yaitu muka air waduk dan ratio tegangan air pori dimunculkan di dalam grafik tersebut. Untuk HP40 dan HP37 grafiknya hampir datar karena posisinya berada di daerah filter dimana tegangan porinya negatip karena tidak ada air rembesan.

Secara umum, hasil monitoring menunjukkan tidak ada hal-hal perubahan dari tegangan air pori di dalam timbunan yang tidak biasa sejak mulai penggenangan sampai dengan sekarang. Untuk evaluasi lebih lanjut akan dibahas didalam Bab berikutnya.

3.1.2 Pisometer Timbunan di Sta. 10+60 (MD)

Pisometer timbunan yang dipasang di Sta. 10+60 untuk memonitor tegangan air pori di dalam timbunan Main Dam terdiri dari pisometer vibrating wire HP1 s/d HP22 dan pisometer hidrolis HP41 s/d Hp44, jadi total ada 26 buah pisometer. Lokasi dari masing-masing pisometer adalah ditunjukkan pada Gambar 2.1.2. Pisometer-pisometer yang dipasang dibawah EL.50m (HP1 s/d HP10) hanya berfungsi selama ±5 bulan (tahun 1996), lalu kerusakan diikuti oleh HP11 dan HP20 (tahun 1998), HP21 (tahun 1999) dan HP18 (tahun 2000). Saat sekarang pisometer vibrating wire yang berfungsi hanya 8 buah ditambah dengan 4 buah pisometer hidrolis.

Hasil monitoring sejak mulai penggenangan (Nopember 1997) s/d sekarang Juni 2012 adalah sebagaimana terlihat pada Grafik 3.1.2a (04/12/97 s/d 25/11/05) dan Grafik 3.1.2b (24/01/09 s/d 24/06/12). Keterangan yang berkaitan dengan tegangan air pori yaitu muka air waduk dan ratio tegangan air pori dimunculkan di dalam grafik tersebut. Untuk HP15, HP19, dan HP22 grafiknya hampir datar karena posisinya berada di daerah filter dimana tegangan porinya negatip karena tidak ada air rembesan.

Secara umum, hasil monitoring menunjukkan tidak ada hal-hal perubahan dari tegangan air pori di dalam timbunan yang tidak biasa sejak mulai penggenangan sampai dengan sekarang. Untuk evaluasi lebih lanjut akan dibahas didalam Bab berikutnya.

(13)

Pisometer timbunan yang dipasang di Sta. 13+90 untuk memonitor tegangan air pori di dalam timbunan Right Wing Dam yang terdiri dari pisometer vibrating wire HP23 s/d Hp33 (11 buah). Lokasi dari masing-masing pisometer adalah ditunjukkan pada Gambar 2.1.2. Sekarang pisometer yang berfungsi ada 10 buah yaitu HP24 s/d HP33. Untuk HP23 tidak diketahui kapan mulai tidak berfungsinya, karena sampai akhir tahun 2005 masih berfungsi tetapi mulai tahun 2009 sudah tidak berfungsi lagi, sedangkan data dari tahun 2006 s/d tahun 2008 tidak diperoleh.

Hasil monitoring sejak mulai penggenangan (Nopember 1997) s/d sekarang Juni 2012 adalah sebagaimana terlihat pada Grafik 3.1.3a (04/12/97 s/d 25/11/05) dan Grafik 3.1.3b (24/01/09 s/d 24/06/12). Keterangan yang berkaitan dengan tegangan air pori yaitu muka air waduk dan ratio tegangan air pori dimunculkan di dalam grafik tersebut. Untuk HP30 dan HP33 grafiknya hampir datar karena posisinya berada di daerah filter dimana tegangan porinya negatip karena tidak ada air rembesan, sedangkan untuk HP26 tegangan porinya positip karena meskipun posisinya di daerah filter tetapi berada di dasar cekungan permukaan fondasi yang tentunya air rembesan melewati tempat tersebut.

Secara umum, hasil monitoring menunjukkan tidak ada hal-hal perubahan dari tegangan air pori di dalam timbunan yang tidak biasa sejak mulai penggenangan sampai dengan sekarang. Untuk evaluasi lebih lanjut akan dibahas didalam Bab berikutnya.

3.2 Pisometer Fondasi

3.2.1 Pisometer Fondasi di Sta. L4+00 (LWD)

Pisometer fondasi dipasang di Sta. L4+00 untuk memonitor tegangan air pori di dalam fondasi Left Wing Dam yang terdiri dari pisometer vibrating wire FP11 s/d FP15 (5 buah). Lokasi dari masing-masing pisometer adalah ditunjukkan pada Gambar 2.1.2.

Hasil monitoring dari 5 buah pisometer tersebut sejak mulai penggenangan yaitu Nopember 1997 s/d Juni 2012 adalah sebagaimana terlihat pada Grafik 3.2.1a (04/12/97 s/d 25/11/05) dan Grafik 3.2.1b (24/01/09 s/d 24/06/12). Keterangan yang berkaitan dengan tegangan air pori yaitu muka air waduk dan ratio tegangan air pori dimunculkan di dalam grafik tersebut. Secara umum, hasil monitoring menunjukkan tidak ada hal-hal perubahan dari tegangan air pori di dalam fondasi yang tidak biasa sejak mulai penggenangan sampai dengan sekarang. Untuk evaluasi lebih lanjut akan dibahas didalam Bab berikutnya.

3.2.2 Pisometer Fondasi di Sta. 10+60 (MD)

Pisometer fondasi yang dipasang di Sta. 10+60 untuk memonitor tegangan air pori di dalam fondasi Main Dam terdiri dari pisometer vibrating wire FP1 s/d FP5 dan pisometer hidrolis FP16 s/d FP17, jadi total ada 7 buah pisometer. Lokasi dari masing-masing pisometer adalah ditunjukkan pada Gambar 2.1.2. Pisometer-pisometer vibrating wire (FP1 s/d FP5) hanya berfungsi ±6 bulan saja (pertengahan tahun 1996 s/d akhir tahun 1996), jadi yang berfungsi sekarang hanya 2 buah pisometer hidrolis saja.

(14)

3.2.3 Pisometer Fondasi di Sta. 13+90 (RWD)

Pisometer fondasi dipasang di Sta.13+90 untuk memonitor tegangan air pori di dalam fondasi Right Wing Dam yang terdiri dari pisometer vibrating wire FP6 s/d FP10 (5 buah). Lokasi dari masing-masing pisometer adalah ditunjukkan pada Gambar 2.1.2. Pisometer-pisometer vibrating wire (FP6 s/d FP10) hanya berfungsi ±1 tahun saja (pertengahan tahun 1996 s/d pertengahan tahun 1997), jadi sejak pertengahan tahun 1997 (sebelum penggenangan), tegangan air pori di dalam fondasi Right Wing Dam tidak dimonitor.

3.3 Pressure Cell

Pressure Cell vibrating wire dipasang di Sta.10+60 (MD) untuk memonitor tegangan total di dalam timbunan (core zone) Main Dam yang terdiri dari pressure cell PC1 dan PC2 pada EL. 55.00m. Lokasi dari masing-masing pressure cell adalah ditunjukkan pada Gambar 2.1.2.

Hasil monitoring dari 2 buah pressure cell sejak mulai penggenangan yaitu Nopember 1997 s/d Juni 2012 adalah sebagaimana terlihat pada Grafik 3.3.1 dan 3.3.2. Grafik 3.3.1 menunjukan tegangan total dari PC1 dan PC2 serta tegangan pori dari pisometer didekatnya yaitu HP12 dan Hp14, sedangkan Grafik 3.3.2 menujukan rata-rata tegangan total dan tegangan pori. Keterangan yang berkaitan dengan tegangan total yaitu muka air waduk dan tegangan efektif dimunculkan di dalam grafik tersebut.

Secara umum, hasil monitoring menunjukkan tidak ada hal-hal perubahan dari tegangan total tanah (core zone) di dalam timbunan yang tidak biasa sejak mulai penggenangan sampai dengan sekarang. Untuk evaluasi lebih lanjut akan dibahas didalam Bab berikutnya.

3.4 Hydrostatic Movement

Hydrostatic Movement dipasang di Sta. 10+60 (MD) untuk memonitor pergeseran vertical maupun horizontal secara bersamaan di Main Dam yang terdiri dari hydrostatic movement HS1, HS2, HS3, HS4, dan HS5 dipasang pada EL. 55.00 m berturut-turut di dalam zone 1, 2, 3A, dan 3B. Lokasi dar masing-masing hydrostatic movement adalah ditunjukan pada Gambar 2.1.2.

Hasil monitoring dari 5 buah hydrostatic movement sejak mulai penggenangan yaitu Nopember 1997 s/d Juni 2012 adalah sebagaimana terlihat pada Grafik 3.4.1 dan 3.4.2. Grafik 3.4.1 menunjukan pergeseran secara vertical atau settlement sedangkan Grafik 3.4.2 menunjukan pergeseran secara horizontal atau displacement.

Berdasarkan Grafik 3.4.1 pergeseran vertical atau settlement yang normal hanya sampai dengan akhir tahun 2000 / awal tahun 2001, sedangkan selanjutnya bukannya terjadi penurunan malah negatip (naik). Hal ini adalah tidak sesuai dengan instrument didekatnya Vs1 (Multilayer Settlementmeter) yang menunjukkan settlement secara normal.

(15)

3.5 Vertikal Settlement

Multi layer vertikal settlement diukur dengan menggunakan plat magnit yang dipasang pada pipa setiap interval 5.00 m di dalam tubuh bendungan.

3.5.1 Vertkal Settlement di Sta. 10+60 (MD)

Alat ukur vertikal settlement (multilayer settlementmeter) di Main Dam (Sta. 10+60) dipasang 2 buah yaitu VS1 dan VS2 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1.2, namun VS2 yang dipasang melalui zone 2, 3A, 3B dan 4 sudah rusak yaitu terbakar lalu tersumbat dan tidak dapat digunakan lagi.

VS1 dipasang pada as bendungan melalui zone 1 (core) sampai dengan fondasi bendungan, sedangkan plat magnit yang dipasang ada 15 buah (CA 1 s/d CA 15), CA 1 dipasang pada fondasi bendungan (tidak bergerak). Akumulasi vertical settlement dari masing-masing plat magnit dari mulai awal Desember 1977 sampai dengan Juni 2012 adalah sebagaimana ditunjukan pada Grafik 3.5.1, dimana vertikal settlement terbesar terjadi pada bagian tengah (CA-9).

3.5.2 Vertkal Settlement di Sta. 13+90 (RWD)

Alat ukur vertikal settlement di Right Wing Dam (Sta. 13+90) dipasang 1 buah yaitu VS3 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1.2. VS3 dipasang pada as bendungan melalui zone 1 (core) sampai dengan fondasi bendungan, sedangkan plat magnit yang dipasang ada 10 buah (CA 1 s/d CA 10), CA 1 dipasang pada fondasi bendungan (tidak bergerak). Akumulasi vertical settlement dari masing-masing plat magnit dari mulai awal Desember 1977 sampai dengan Juni 2012 adalah sebagaimana ditunjukan pada Grafik 3.5.2, dan sebagaimana Vs1 vertical settlement terbesar terjadi pada bagian tengah (CA-5).

3.5.3 Vertkal Settlement di Sta. L4+00 (LWD)

Alat ukur vertikal settlement di Left Wing Dam (Sta. L4+00) dipasang 1 buah yaitu VS4 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1.2. VS4 dipasang pada as bendungan melalui zone 1 (core) sampai dengan fondasi bendungan, sedangkan plat magnit yang dipasang ada 9 buah (CA 1 s/d CA 9), CA 1 dipasang pada fondasi bendungan (tidak bergerak). Akumulasi vertical settlement dari masing-masing plat magnit dari mulai awal Desember 1977 sampai dengan Juni 2012 adalah sebagaimana ditunjukan pada Grafik 3.5.3, sama seperti Vs1 dan Vs3 vertical settlement terbesar terjadi pada bagian tengah (CA-7).

3.6 Monument (Patok Geser)

Monument atau patok geser ini adalah untuk mengukur pergeseran permukaan tubuh bendungan baik kearah vertikal maupun horizontal. Monument dipasang pada permukaan tubuh bendungan, yaitu pada crest (puncak) bendungan termasuk lereng hulu dan lereng hilir bendungan. Lokasi dari masing-masing monument adalah ditunjukan pada Gambar 2.1.1. Monitoring perubahan baik itu vertikal maupun horizontal adalah berdasarkan hasil survey Maret 1999, Desember 2010, dan Januari 2012.

3.6.1 Monument di Left Wing Dam.

(16)

Pergeseran (settlement) yang terjadi di Left Wing Dam dari mulai pemasangan (initial) sampai dengan hasil survey tersebut diatas adalah sebagaimana yang terlihat pada Grafik 3.6.1a s/d Grafik 3.6.1e. Dari grafik-grafik tersebut pada lereng hilir maupun hulu bendungan dari Desember 2010 s/d Januari 2012 sudah tidak ada pergeseran lagi (stabil), sedangkan di puncak bendungan masih terjadi pergeseran, malah di puncak Left Wing Dam ini ada monument yang bukannya turun malah naik. Kemungkinan ini ada kekeliruan pada saat pelaksanaan survey.

b. Pergeseran Horizontal

Pergeseran horizontal yang terjadi di Left Wing Dam dari mulai pemasang (initial) sampai dengan hasil survey Januari 2012 adalah sebagaimana yang terlihat pada Grafik 3.6.1aa s/d Grafik 3.6.1ee. Dari grafik-grafik tersebut terlihat bahwa permukaan bagian atas bendungan bergeser kearah hulu sedangkan permukaan bagian bawahnya bergeser kearah hilir. Berdasarkan pengukuran Desember 2010 dan Januari 2012 pada lereng hilir maupun hulu begitu juga puncak bendungan sudah tidak ada pergeseran horizontal lagi (stabil).

3.6.2 Monument di Main Dam.

a. Pergeseran Vertikal (Settlement)

Pergeseran vertical (settlement) yang terjadi di Main Dam dari mulai pemasangan (initial) sampai dengan hasil survey Januari 2012 adalah sebagaimana yang terlihat pada Grafik 3.6.2a s/d Grafik 3.6.2e. Dari grafik-grafik tersebut pada lereng hilir maupun hulu bendungan dari Desember 2010 s/d Januari 2012 sudah tidak ada pergeseran lagi (stabil), sedangkan di puncak bendungan meskipun kecil masih terjadi pergeseran.

b. Pergeseran Horizontal

Pergeseran horizontal yang terjadi di Main Dam dari mulai pemasang (initial) sampai dengan hasil survey Januari 2012 adalah sebagaimana yang terlihat pada Grafik 3.6.2aa s/d Grafik 3.6.2ee. Dari grafik-grafik tersebut pada lereng hilir maupun hulu bendungan dari Desember 2010 s/d Januari 2012 sudah tidak ada pergeseran lagi (stabil), namun pergeseran dari initial point s/d Desember 2010 nilainya besar sekali, misalnya pergeseran horizontal kearah hilir pada elevasi +/- 100.00 pada bagian hilir permukaan tubuh bendungan mencapai lebih dari 7 m sedangkan melihat kondisi di lapangan tidak demikian. Hal ini kemungkinan ada kekeliruan saat pengukuran (survey).

3.6.3 Monument di Right Wing Dam.

a. Pergeseran Vertikal (Settlement)

Pergeseran vertical (settlement) yang terjadi di Right Wing Dam dari mulai pemasang (initial) sampai dengan hasil survey Januari 2012 adalah sebagaimana yang terlihat pada Grafik 3.6.3a s/d Grafik 3.6.3e. Dari grafik-grafik tersebut pada lereng hilir maupun hulu bendungan dari Desember 2010 s/d Januari 2012 sudah tidak ada pergeseran lagi (stabil), sedangkan di puncak bendungan sama seperti di Main Dam meskipun kecil masih terjadi pergeseran.

(17)

Pergeseran horizontal yang terjadi di Right Wing Dam dari mulai pemasang (initial) sampai dengan hasil survey Januari 2012 adalah sebagaimana yang terlihat pada Grafik 3.6.3aa s/d Grafik 3.6.3ee. Dari grafik-grafik tersebut pada lereng hilir maupun hulu begitu juga puncak bendungan dari Desember 2010 s/d Januari 2012 sudah tidak ada pergeseran lagi (stabil), dimana lereng hilir permukaan tubuh bendungan bergeser kearah hulu dan lereng hulunya bergeser kearah hilir, sedangkan puncak bendungannya bergeser kearah hilir. Yang menjadi pertanyaan adalah pergeserannya cukup besar, misalnya di lereng hilir pada elevasi +/-100.00 bergeser kearah hulu lebih dari 2 m.

3.7 Obsevation Well (Sumur Pengamatan)

Observation well (sumur pengamatan) adalah lobang-lobang bor yang dilengkapi dengan casing (pipa) dan bagian bawahnya dibuat lobang-lobang (screen) agar air tanah dapat masuk ke dalam pipa. Observation well ini adalah untuk memonitor muka air tanah di hilir bendungan. Berdasarkan tempatnya, observation well ini dibagi menjadi 4 bagian yaitu:

3.7.1 Oservation Well di Hilir Left Wing Dam (LWD).

Observation well di hilir LWD ini ada 7 buah yaitu LWD 1 s/d LWD 7 dan lokasi dari masing-masing observation well adalah ditunjukan pada Gambar 2.1.1. Sejak 13 Januari 1998 LWD 7 sudah tidak berfungsi lagi karena kuncinya dijebol dan pipanya diisi dengan batu oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Hasil monitoring dari 7 buah observation holes sejak mulai penggenangan yaitu Nopember 1997 s/d Juni 2012 adalah sebagaimana terlihat pada Grafik 3.7.1a (30/11/96 s/d 28/12/05) dan Grafik 3.7.1b (16/01/09 s/d 25/06/12). Keterangan yang berkaitan dengan muka air tanah yaitu muka air waduk dan curah hujan dimunculkan di dalam grafik tersebut.

Secara umum, hasil monitoring menunjukkan tidak ada hal-hal perubahan dari muka air tanah di hilir LWD yang tidak biasa sejak mulai penggenangan sampai dengan sekarang.

3.7.2 Oservation Well di Hilir Crest Dam (CD).

Crest Dam disini adalah bagian bendungan yang bukan terdiri dari timbunan buatan, tetapi bukit yang sudah ada dan menjadi bagian dari bendungan. Observation well di hilir CD ini ada 2 buah yaitu CD 1 dan CD 2 dan lokasi dari masing-masing observation hole adalah ditunjukan pada Gambar 2.1.1. Sejak 24 Pebruari 2000 CD 2 sudah tidak berfungsi lagi karena pipa casingnya terbakar dan terjadi penyumbatan.

Hasil monitoring dari 2 buah observation well sejak mulai penggenangan yaitu Nopember 1997 s/d Juni 2012 adalah sebagaimana terlihat pada Grafik 3.7.2a (30/11/96 s/d 28/12/05) dan Grafik 3.7.2b (16/01/09 s/d 25/06/12). Keterangan yang berkaitan dengan muka air tanah yaitu muka air waduk dan curah hujan dimunculkan di dalam grafik tersebut.

Secara umum, hasil monitoring menunjukkan tidak ada hal-hal perubahan dari muka air tanah di hilir CD yang tidak biasa sejak mulai penggenangan sampai dengan sekarang.

3.7.3 Oservation Well di Hilir Main Dam (MD).

(18)

tersumbat oleh orang yang tidak bertanggung jawab, lalu 16 Januari 2009 dan 27 Juni 2011 diikuti berturut-turut oleh MD 3 dan MD 5 yang juga tidak berfungsi lagi karena tersumbat. Hasil monitoring dari 8 buah observation well sejak mulai penggenangan yaitu Nopember 1997 s/d Juni 2012 adalah sebagaimana terlihat pada Grafik 3.7.3a (30/11/96 s/d 28/12/05) dan Grafik 3.7.3b (16/01/09 s/d 25/06/12). Keterangan yang berkaitan dengan muka air tanah yaitu muka air waduk dan curah hujan dimunculkan di dalam grafik tersebut.

Secara umum, hasil monitoring menunjukkan tidak ada hal-hal perubahan dari muka air tanah di hilir MD yang tidak biasa sejak mulai penggenangan sampai dengan sekarang.

3.7.4 Oservation Well di Hilir Right Wing Dam (RWD).

Observation well di hilir RWD ini ada 7 buah yaitu RWD 1 s/d RWD 7 dan lokasi dari masing-masing observation well adalah ditunjukan pada Gambar 2.1.1. Sejak 17 Maret 1999 RWD 1 sudah tidak berfungsi lagi karena kuncinya dijebol dan pipanya diisi dengan batu sehingga tersumbat oleh orang yang tidak bertanggung jawab, lalu 16 Januari 2009 dan 25 Januari 2010 diikuti berturut-turut oleh RWD 5 dan RWD 4 yang juga tidak berfungsi lagi karena tersumbat.

Hasil monitoring dari 7 buah observation well sejak mulai penggenangan yaitu Nopember 1997 s/d Juni 2012 adalah sebagaimana terlihat pada Grafik 3.7.4a (30/11/96 s/d 28/12/05) dan Grafik 3.7.4b (16/01/09 s/d 25/06/12). Keterangan yang berkaitan dengan muka air tanah yaitu muka air waduk dan curah hujan dimunculkan di dalam grafik tersebut.

Secara umum, hasil monitoring menunjukkan tidak ada hal-hal perubahan dari muka air tanah di hilir RWD yang tidak biasa sejak mulai penggenangan sampai dengan sekarang.

3.8 Alat Ukur Rembesan (V-notch)

Alat ukur rembesan (V-notch) ada tiga buah yaitu di hilir kaki Left Wing Dam, Right Wing Dam, dan Main Dam. Hasil monitoring ketiga V-notch tersebut dari Januari 2000 s/d Desember 2005 adalah sebagaimana ditunjukkan didalam Grafik 3.8.1a s/d 3.8.3a dan hasil monitoring dari Januari 2006 s/d Juni 2012 adalah sebagaimana ditunjukkan didalam Grafik 3.8.1b s/d 3.8.3b. Berdasarkan grafik-grafik tersebut pola rembesannya cukup baik yaitu besar kecilnya rembesan tidak sinkron dengan fluktuasi muka air waduk, adapun berdasarkan grafik-grafik tersebut yang mempengaruhi besar kecilnya rembesan adalah besar kecilnya curah hujan. Namun dari data debit hasil monitoring sering dijumpai data debit yang nilainya 0 (nol) terutama di Left Wing Dam atau malah nilainya besar sekali yaitu pada musim kemarau mencapai +/- 15 l/det seperti di Main Dam. Padahal menurut petugas yang memonitor / mengukur debit V-notch, meskipun musim kemarau di ketiga buah V-notch tersebut meskipun kecil selalu ada air rembesan. Oleh karena itu data debit tersebut diragukan keakuratannya terutama setelah tahun 2005.

Sebagaimana diketahui alat untuk mengukur debit V-notch adalah memakai Sensor yang pembacaannya menggunakan Digital Indicator, dari hasil pembacaan tersebut lalu dengan melalui proses perhitungan diperoleh nilai debit V-notch. Jadi dalam hal ini mungkin saja kondisi sensornya sudah tidak sempurna lagi karena sudah dipakai belasan tahun, apalagi sensor di V-notch Main Dam pernah terendam air setinggi +/- 15.00m karena pompanya rusak sedangkan pompa cadangannya tidak ada.

IV EVALUASI DAN ANALISA DARI MONITORING INSTRUMENT

(19)

 Aman terhadap tegangan-tegangan yang terjadi (Analisa Stabilitas).  Aman terhadap pergeseran (Analisa Deformasi).

 Aman terhadap rembesan (Analisa Rembesan).

4.1 Analisa Stabilitas

4.1.1 Stabilitas Tubuh Bendungan

Kondisi tegangan-tegangan pori di dalam tubuh bendungan akan mempengaruhi kestabilan tubuh bendungan, yaitu jika tegangan-tegangan tersebut lebih besar dari tinggi tekan air waduk maka akan menyebabkan longsor kearah udik (upstream). Berdasarkan grafik-grafik 4.1.1a, 4.1.1b, dan 4.1.1c menunjukkan bahwa tegangan-tegangan pori yang terjadi adalah lebih kecil dari tinggi tekan air waduk. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas tubuh bendungan aman terhadap kemungkinan longsor, karena kemungkinan longsor dapat terjadi jika tegangan-tegangan pori tersebut lebih besar dari tinggi tekan air waduk (tekanan hidrostatik).

Keamanan bagian hilir bendungan juga ditunjukkan oleh gambar-gambar 4.1.1aa, 4.1.1bb, dan 4.1.1cc, dimana pada bagian hilir zona saringan (filter zone) tidak ada tegangan air pori dan juga tidak ada rembesan yang muncul dari lapisan kedap air (impervious core zone) ke zona batuan (rockfill zone).

4.1.2 Stabilitas Lapisan Kedap Air (Core Zone)

Sebagaimana diperlihatkan pada Grafik 3.3.1 dan Grafik 3.3.2, itu menunjukkan hubungan antara tegangan total tanah dan fluktuasi muka air waduk adalah sama dengan sifat atau kelakuan yang diperlihatkan oleh tegangan pori, dimana tegangan total tanah mengikuti atau respon terhadap naik turunnya muka air waduk. Hal ini menunjukkan bahwa semua tegangan-tegangan (tegangan total, tegangan pori, dan tegangan effektip) yang terjadi di dalam lapisan kedap air (core zone) sangat stabil mengikuti fluktuasi muka air waduk.

Jad berdasarkan hasil monitoring total pressure cell, kondisi lapisan kedap air aman terhadap tegangan-tegangan yang terjadi di dalamnya.

4.2 Analisa Deformasi

4.2.1 Deformasi di Dalam Tubuh Bendungan

Secara kronologis internal settlement dari sejak impounding sampai dengan 6 Juni 2012 ditujukkan didalam Grafik-Grafik 3.5.1 (Main Dam),3.5.2 (Right Wing Dam), dan 3.5.3 (Left Wing dam). Berdasarkan grafik-grafik tersebut menunjukkan bahwa fluktuasi muka air waduk meskipun ada sangat kecil pengaruhnya terhadap settlement, sedangkan yang dominan menentukan besarnya settlement adalah waktu yaitu proses konsolidasi. Perlu juga dicatat bentuk Grafik 3.5.3 (Left Wing Dam), grafik settlementnya pada tahun-tahun terakhir tidak smooth sebagaimana umumnya proses konsolidasi, hal ini kemungkinan ada kesalahan saat pengukurannya.

(20)

millimeter kecuali di Left Wing Dam. Hal ini menunjukkan bahwa proses konsolidasi sekunder masih terjadi di dalam tubuh bendungan.

Settlement yang terjadi di puncak bendungan adalah hampir sama dengan settlement yang terjadi pada alat ukur paling atas yaitu CA-15 untuk Main Dam. Berdasarkan hasil pengukuran pada 18 Juni 2012 besarnya settlement yang terjadi pada CA-15 adalah 82 cm, sedangkan batas settlement puncak bendungan sesuai dengan design adalah 80 cm yaitu 1% dari timbunan tertinggi, jadi berdasarkan pengukuran CA-15 tersebut settlement di puncak bendungan (Main Dam) lebih besar 2 cm dari design.

Pergeseran horizontal di dalam tubuh bendungan kearah luar sudah berhenti sejak 1 Desember 1999, hal ini ditunjukkan didalam Grafik 4.2.1aa. Maximum pergeseran bagian inti (core) adalah 17 cm, bagian filter 15 cm, bagian rockfill antara 8 s/d14 cm.

Untuk mengetahui arah dari pergeseran adalah ditunjukkan didalam Grafik 4.2.1bb yaitu hubungan antara pergeseran horizontal dan settlement. Berdasarkan grafik tersebut, terjadi pergeseran kearah luar lalu berhenti dan kemiringan pergeseran tersebut lebih tajam dari kemiringan lereng hilir tubuh bendungan. Hal ini menunjukkan bahwa pergeseran tersebut tidak mendorong keluar tetapi agak menekan kedalam, jadi kondisi tersebut membuat tubuh bendungan menjadi stabil dan aman terhadap longsoran.

4.2.2 Deformasi Permukaan Tubuh Bendungan

Deformasi atau pergeseran permukaan tubuh bendungan secara vertical (settlement) maupun horizontal dimonitor dengan pengukuran (survey) monument (patok geser) dan hasilnya diplotkan didalam bentuk Grafik 3.6.1a s/d 3.6.3e untuk settlement sedangkan Grafik 3.6.1aa s/d 3.6.3ee untuk pergeseran horizontal. Berdasarkan grafik-grafik tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

- Settlement di hulu dan hilir permukaan tubuh bendungan sudah tidak terjadi lagi sejak Desember 2010 s/d Januari 2012, itu artinya permukaan tubuh bendungan bagian hulu dan hilir sudah stabil dan juga pola settlementnya normal yaitu settlement terbesar terjadi pada bagian tengah sesuai dengan tebalnya timbunan. - Settlement pada permukaan puncak bendungan meskipun kecil masih terjadi.

Maximum settlement pada puncak Main Dam adalah 36.5 cm dan puncak Right Wing Dam adalah 29 cm. Sedangkan settlement pada puncak Left Wing Dam tidak menunjukkan hal yang normal yaitu maximum pada Desember 2010 adalah 12.9 cm lalu pada Januari 2012 settlemennya menjadi 12 cm, jadi puncak bendungannya malah naik. Hal ini kemungkinan ada salah pengukuran (survey).

- Settlement yang terjadi di permukaan tubuh bendungan bagian hulu lebih besar dari settlement yang terjadi di permukaan tubuh bendungan bagian hilir. Hal ini terjadi karena di bagian hulu ada infiltrasi air waduk kedalam tubuh bendungan.

- Pergeseran horizontal di lereng hulu dan lereng hilir begitu juga di puncak tubuh bendungan sudah tidak terjadi lagi sejak Desember 2010 s/d Januari 2012, itu artinya permukaan tubuh bendungan sudah stabil, namun dari hasil pengukuran (survey) yang ada, pergeseran horizontal ini besarnya tidak sesuai dengan kondisi lapangan dimana dari hasil survey ada pergeseran yang mencapai lebih dari 7 m. Oleh karena itu perlu koreksi dengan melaksanakan survey (pengukuran) ulang.

4.3 Analisa Rembesan

(21)

Besarnya rembesan melalui tubuh bendungan dimonitor oleh masing-masing V-notch di Left Wing Dam, Main Dam, dan Right Wing Dam, namun sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa data debit hasil monitoring diragukan keakuratannya.

Meskipun demikian dilihat dari pola grafik-grafik 3.8.1, 3.8.2, dan 3.8.3 fuktuasi muka air waduk hampir tidak mempengaruhi besarnya debit rembesan Adapun yang mempengaruhi besarnya debit rembesan adalah curah hujan, dimana jika hujan turun debit rembesan langsung naik dan jika tidak ada hujan debit rembesan langsung turun. Hal ini sudah menunjukkan bahwa besarnya debit rembesan relatip constant atau tubuh bendungan aman terhadap rembesan air waduk, karena yang membuat debit rembesan naik adalah curah hujan yang meresap kedalam tubuh bendungan lalu bersatu dengan rembesan air waduk yang melalui tubuh bendungan.

Untuk memastikan keakuratan data debit hasil monitoring, selain pembacaan debit dengan menggunakan sensor harus disertai juga dengan pembacaan dalamnya air (h) diatas ambang V-notch melalui mistar ukur, lalu dalamnya air ini digunakan untuk menghitung debit (Q) dengan menggunakan rumus debit dari masing-masing V-notch yang sudah ada. Rumus debit ini adalah hasil penelitian Universitas Pajajaran berdasarkan pendekatan laboratories dikaitkan dengan pengujian V-notch yang terpasang di Bendungan Bili-Bili, rumusnya adalah:

Untuk LWD, Q = 1.877 h^2.5 m3/detik. Untuk RWD, Q = 1.851 h^2.5 m3/detik. Untuk MD, Q = 2.637 h^2.5 m3/detik.

4.2.2 Rembesan Melalui Fondasi Bendungan

Rembesan melalui fondasi bendungan dimonitor melalui muka air tanah di dalam observation well (sumur pengamatan). Hasil monitoring diplotkan bersama-sama muka air waduk dan curah hujan kedalam bentuk grafik-grafik 3.7.1, 3.7.2, 3.7.3, dan 3.7.4.

Berdasarkan grafik-grafik tersebut saat terjadi hujan (musim hujan) air tanah cenderung naik dan saat tidak ada hujan (kemarau) air tanah cenderung turun, sedangkan fluktuasi muka air waduk tidak begitu berpengaruh terhadap fluktuasi air tanah. Hal ini menunjukkan bahwa rembesan / bocoran yang melalui fondasi bendungan relatip konstant, tidak ada kenaikan muka air tanah yang kemungkinan disebabkan oleh bertambahnya rembesan dari air waduk. Monitoring pisometer fondasi juga dapat dijadikan petunjuk berfungsinya perbaikan fondasi dengan grouting untuk mengurangi kebocoran di dalam fondasi bendungan, yaitu dengan melihat tegangan air pori pisometer disebelah hilir lebih kecil dari tegangan air pori pisometer di hulunya sebagaimana ditunjukkan didalam grafik-grafik 3.2.1 dan 3.2.2.

V KESIMPULAN DAN SARAN

(22)

 Tubuh bendungan dalam keadaan aman dari kemungkinan longsor (sliding), yaitu ditunjukkan dengan pergeseran yang terjadi di dalam tubuh bendungan sifatnya menekan kedalam bukan mendorong keluar yang menyebabkan longsor, serta tegangan-tegangan air pori di bagian hulu tubuh bendungan lebih kecil dari tinggi tekan air waduk.

 Proses konsolidasi sekunder masih terjadi di dalam lapisan kedap air (core zone) dalam kondisi yang stabil dimana tegangan total, tegangan pori, dan tegangan effektip sangat stabil mengikuti fluktuasi muka air waduk.

 Tidak terjadi rembesan di hilir lapisan filter yang dapat mengurangi stabilitas lereng hilir tubuh bendungan serta rembesan yang melalui tubuh dan fondasi bendungan kondisinya normal tidak fluktuatip mengikuti muka air waduk.

5.2 Saran

 Untuk mengoreksi hasil monitoring debit rembesan yang melalui V-notch dalam hal ini pembacaannya melalui sensor, maka perlu pembacaan melalui mistar ukur untuk mengukur dalamnya air (h) diatas ambang V-notch lalu debitnya dihitung dengan rumus debit (Q).

 Digital Indicator untuk pembacaan pisometer, earth pressure cell, dan hydrostatic movement kondisinya kurang normal sehingga perlu diganti dengan yang baru.  Sound Alarm Indicator untuk mengukur multilayer settlement kondisinya kurang

normal sehingga perlu diganti dengan yang baru.

Gambar

Tabel  2.1  Instrumentasi di Bendungan Bili-Bili
Gambar 2.1.2  Potongan Melintang Lokasi Instrument
Tabel 2.2.6 Presentase Kerusakan Instrumen Berdasarkan Lokasinya
Tabel 2.3  Frekuensi Pembacaan Instrument di Bendungan Bili-Bili

Referensi

Dokumen terkait

penurunan tanah dasar dibawah timbunan baru dengan mengunakan penurunan tanah dasar dibawah timbunan baru dengan mengunakan PVD ,sehinga pada saat konstruksi jalan berdiri

Berdasarkan fenomena yang terjadi serta penelitian dan teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka peneliti tertarik untuk meneliti penelitian yang berjudul

Nah sekarang cerita kedua, nyeritain kegalauan aku sama guru yang satu ini, pasti pada ngebayanginnya gurunya teramat killer dan sangat menyeramkan ya? Enggak

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan

Dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, perilaku yang dimunculkan akan berbeda dalam menghadapi sesuatu, untuk melakukan kebutuhan secara riligius membutuhkan niat

Malu berinteraksi dengan masyarakat pada konteks ini, ialah partisipan merasa gugup dan takut keluar rumah ketika mendapatkan sanksi adat. Partisipan mengungkapkan ketika

Masalah LOS dan moda yang dipilih saat evakuasi Tahun 2009 yang lalu mengindikasikan bahwa perlu peninjauan dan melihat jumlah yang berjalan kaki, arah