• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Hukum Pembuktian Peralihan Hak Ganti Rugi (PHGR) Notaris Sebagai Syarat untuk Pendaftaran Haknya Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kekuatan Hukum Pembuktian Peralihan Hak Ganti Rugi (PHGR) Notaris Sebagai Syarat untuk Pendaftaran Haknya Chapter III V"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PROSEDUR PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH DENGAN DASAR AKTA PERALIHAN HAK DENGAN GANTI RUGI YANG

DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS

A. Subyek dan Obyek Pendaftaran Tanah

Subyek hak atas tanah merupakan perseorangan atau badan hukum yag dapat memperoleh hak atas tanah, sehingga namanya dicantumkan dalam buku tanah selaku pemegang sertipikat hak atas tanah yang mempunyai hak, kehendak dan dapat melakukan perbuatan hukum untuk mengambil manfaat bagi kepentingan dirinya, keluarganya, bangsa dan Negara. Orang perseorangan atau pribadi selaku subyek hak atas tanah, yaitu setiap orang yang identitasnya terdaftar selaku Warga Negara Indonesia yang berdomisili di dalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia dan tidak kehilangan hak memperoleh sesuatu hak atas tanah.55

Badan hukum selaku subyek hak atas tanah antara lain badan usaha yang didirikan menurut hukum Indonesia berkedudukan di Indonesia atau badan hukum asing melalui penanaman modal asing di Indonesia, lembaga pemerintahan Indonesia, badan usaha milik Negara, badan otorita, lembaga perwakilan Negara asing, lembaga perwakilan Internasional, badan keagamaan atau badan sosial lainnya yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. Obyek bidang tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia yang dapat dipunyai dengan sesuatu kepemilikan hak atas tanah oleh orang

55

(2)

atau badan hukum menurut ketentuan peraturang perundang-undangan yang berlaku. Obyek hak ini merupakan sesuatu yang tidak mempunyai hak dan tidak menjadi pihak dalam hukum namun semata-mata hanya diobyekkan bagi subyek hak.

Dalam hukum perdata yang menjadi obyek hak itu adalah benda, diantaranya adalah benda tak bergerak yaitu tanah. Tanah yang dimaksud adalah daratan di lapisan kulit bumi nusantara yang dapat dipunyai dengan sesuatu kepemilikan hak atas tanah oleh perseorangan atau badan hukum.56

Menurut ketentuan hukum perdata bahwa tanah selaku obyek bukan saja dipandang sebagai benda (zaak) tak bergerak berwujud yang dapat dilihat secara nyata, juga dipandang terpisah sebagai benda tak bergerak dan tak bewujud, sehingga jika terjadi peralihan haknya harus diikuti dengan penyerahan haknya (levering), sesuai ketentuan Pasal 612 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 mengatur tentang obyek Pendaftaran Tanah, yaitu :

1. Obyek Pendaftaran Tanah, meliputi :

a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai;

b. Tanah hak pengelolaan; c. Tanah wakaf

d. Hak milik atas satuan rumah susun; e. Hak tanggungan

f. Tanah Negara

2. Dalam hal tanah Negara sebagai obyek pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (f), pendaftarannya dilakukan dengan acara membukukan bidang tanah yang merupakan tanah Negara dalam daftar tanah.

56

(3)

B. Prosedur Pendaftaran Hak Dengan Dasar Akta PHGR yang Dibuat Di hadapan Notaris

Di Indonesia masih banyak dijumpai tanah yang tidak jelas kepemilikannya. terutama di dalam pembuktian penguasaan tanahnya, karena tanah-tanah tersebut tidak terdaftar di Kantor Pertanahan. Banyak tanah-tanah yang tidak jelas kepemilikannya dan penggunaanya, terjadinya peralihan scara terus menerus tanpa melalui instansi yang berwenang. Ketidakjelasan tentang penguasaan tanah dan penggunaan tanah mengakibatkan usaha pemerintah untuk melaksanakan pembagian yang adil atas tanah dan hasil yang adil pula, tidak berhasil dengan baik.

Pasal 19 UUPA menyebutkan, bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak-hak atas tanah harus didaftarkan. Pendaftaran Tanah berfungsi untuk melindungi pemilik, di samping itu pendaftaran tanah juga berfungsi untuk mengetahui status bidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan dan sebagainya.

1. Tujuan Pendaftaran Tanah

Kegiatan pendaftaran tanah mempunyai tujuan, yaitu untuk menjamin kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah. Hal ini dilakukan bagi kepentingan pemegang hak atas tanah, agar dengan mudah dapat membuktikan bahwa dialah yang berhak atas suatu bidang tanah tertentu, melalui pemberian Sertifikat Hak atas tanah.57

57

(4)

Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut :

a. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas sebidang tanah, satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersdangkutan.

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerinah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Untuk melaksanakan informasi tersebut, data fisik yuridis dan sebidang tanah dan satuan rumah susun yang terdaftar terbuka untuk umum.

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Dengan adanya pendaftaran tanah diharapkan adanya kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah tersebut. Kepastian hukum yang dimaksud dalam kegiatan pendafaran tanah adalah :

1) Kepastian hukum mengenai orang atau badan yang menjadi pemegang hak (subjek hak )

(5)

3) Kepastian hukum mengenai haknya.58

Kepastian objek dan subjek hak sangat diperlukan dalam lalu lintas hukum mengenai hak-hak atas tanah, sehingga oleh pemerintah dikebanyakan Negara diselenggarakan suatu sistem keterbukaan/pengumuman mengenai hak atas tanah dalam sistem publisitas. Publisitas berarti prinsip di mana setiap orang dapat mengetahui semua hak-hak atas tanah dan semua perbuatan hukum mengenai tanah.59

Tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memperoleh alat pembuktian tentang sahnya perbuatan hukum mengenai tanah. Alat bukti yang dimaksud adalah sertipikat yang di dalamnya disebutkan adanya perbuatan hukum dan nama pemiliknya sekarang menerima atau memperoleh peralihan haknya.60

Dalam sistem pendaftaran tanah dikenal dua sistem pendaftaran tanah, yaitu : a. Registration of Titles

Registration of Titles merupakan sistem pendaftaran hak.

Dalam registration of titles, setiap pencatatan hak harus dibuktikan dengan di suatu akta atau alas hak, tetapi dalam penyelenggaraan pendaftaran bukan aktanya yang didaftar, melainkan haknya yang diciptakan.

Awal mulanya diciptakan oleh Robert Richard Torrens. Sistem ini banyak diikuti dan berlaku di Ausralia. Hal ini dikarenakan sistem ini dibuat lebih sederhana, sehingga memungkinkan orang dapat memperoleh keterangan dengan mudah.

58

Berdasarkan wawancara dengan Syafrudin Chandra, Pegawai Badan Pertanahan Nasional Medan Pada Tanggal 17 Juni 2016

59

Arba, Hukum Agraria Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, Hal. 153 60

(6)

Dalam sistem ini pada setiap penciptaan, pemindahan, atau peralihan suatu hak baru atau perbuatan-perbuatan hukum baru harus dibuktikan dengan akta. Tetapi dalam praktek pelaksanaanya, bukan akta yang didaftar, melainkan haknya, akta merupakan sumber datanya.

b. Registration of Deeds

Registration of Deeds adalah sistem pendaftaran akta. Dalam sistem ini, akta merupakan data yuridis dan karenanya akta itulah yang didaftar Pejabat Pendaftaran Tanah (PPT). Pejabat Pendaftaran Tanah bersifat pasif dan tidak melakukan pengujian atas kebenaran data yang disebut dalam akta yang didaftar.

Belanda adalah salah satu contoh Negara yang menggunakan sistem pendaftaran akta, yaitu bahwa apabila terjadi pemindahan hak yang dilakukan oleh notaris, maka pembuatan serta pendaftaran haknya dilakukan oleh Pejabat pada hari yang sama. Pembeli selaku pemegang mendapatkan salinan atau “grosse” akta, yang berfungsi sebagai surat tanda bukti haknya. Sehingga setiap terjadi suatu perubahan wajib dilakukan pembuatan akta sebagai buktinya, data yuridis yang diperlukan harus dicari dalam akta-akta yang bersangkutan. Ketidaksesuaian atau cacat hukum dalam suatu akta bisa menyebabkan tidak sahnya suatu perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta yang dibuat kemudian.

(7)

2. Sistem publikasi dalam pendaftaran Tanah

Sistem publikasi dalam pendaftaran tanah merupakan salah satu hal yang sangat menentukan kekuatan hukum bukti hak atas tanah yang dihasilkannya. Terdapat 2 (dua) sistem publikasi pendaftaran tanah yang dianut dalam hukum agraria, yaitu sistem publikasi positif dan sistem publikasi negatif.

a. Sistem publikasi positif.

Pada sistem ini hal-hal yang tercantum di dalam buku pendaftaran tanah dan surat-surat bukti hak yang dikeluarkan merupakan alat pembuktian yang mutlak. Pihak ketiga yang beritikad baik yang bertindak atas dasar-dasar bukti tersebut tidak mendapat perlindungan mutlak biarpun kemudian ternyata bahwa keterangan-keterangan yang tercantum di dalamnya tidak benar dan pihak yang dirugikan mendapat kompensasi dalam bentuk lain.

Fungsi pendaftaran tanah dalam sistem ini adalah untuk memberikan jaminan secara sempurna bahwa orang yang namanya terdaftar dalam buku tanah sudah tidak dapat dibantah lagi sekalipun orang tersebut bukan pemilik yang sesungguhnya. Berdasarkan hal tersebut pihak ketiga (yang beritikad baik) yang bertindak atas dasar bukti tersebut mendapatkan jaminan walaupun kemudian ternyata bahwa keterangan yang tercantum dalam surat tersebut adalah tidak benar.

(8)

namanya terdaftar dalam buku tanah tidak dapat dibantah lagi sedangkan kelemahan sistem pendaftaran tanah dalam publikasi positif adalah :61

1. Memakan waktu yang lama karena adanya peran aktif dari pejabat balik nama tanah;

2. Pemilik sesungguhnya yang berhak atas tanah dapat kehilangan haknya oleh karena kepastian dari buku tanah itu sendiri;

3. Wewenang pengadilan diletakkan dalam wewenang admnistratif. b. Sistem publikasi Negatif

Dalam publikasi negatif surat-surat tanda bukti hak itu berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, berarti bahwa keterangan-keterangan yang tercantum di dalamnya mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima oleh hakim sebagai keterangan yang benar, selama dan sepanjang tidak ada alat pembuktian sebaliknya.62

Jika keterangan dari pendaftaran tanahnya benar, diadakan perubahan dan pembetulan yang sepenuhnya. Ciri pokok sistem ini adalah bahwa pendaftaran tidak menjamin sebagai pemilik hak atas tanah dan oleh karenanya nama yang terdaftar dalam buku tanah dapat dibantah sekalipun ia beritikad baik. Menurut Budi Harsono

“seseorang yang merasa lebih berhak atas tanah dapat membantah kebenaran surat

tanda bukti hak dengan perantara pengadilan, mana yang dianggap benar. Apa yang diungkapkan Budi Harsono tersebut menurut pendapat penulis sekaligus merupakan keuntungan penggunaan sistem publikasi negatif, yaitu masih terbukanya kesempatan

61

Bahtiar Effendi, Pendafaran Tanah Di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Bandung, 1983, Hal. 5

62

(9)

bagi pemilik sesungguhnya melakukan sanggahan. Sedangkan yang menjadi kelemahan penggunaan sistem pendaftaran tanah negatif ini adalah :

1. Terjadinya tumpang tindih sertipikat hak atas tanah karena adanya peran pasif pejabat balik nama tanah;

2. Mekanisme kerja dalam proses penerbitan sertipikat hak tanah menjadi sedemikian rupa sehingga kurang dimengerti oleh orang awam.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang pendaftaran tanah, cara pendaftaran hak yang digunakan adalah sistem publikasi negatif, yaitu pembukuan sesuatu hak dalam daftar buku tanah atas nama seseorang tidak mengakibatkan orang yang sebenarnya berhak atas tanah itu kehilangan haknya, melainkan yang bersangkutan masih dapat menggugat haknya kepada orang yang terdaftar dalam buku tanah.

Mengenai sistem publikasi pendaftaran tanah yang dipakai, Budi Harsono mengatakan bahwa sistem pendaftaran tanah yang dianut di Indonesia bukan sistem negatif murni, tetapi sistem negatif yang mengandung unsur positif. Sistem negatif yang mengandung unsur positif terlihat karena akan dihasilkannya surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Karena Negara menganut sistem publikasi negatif, maka memungkinkan adanya tuntutan dari pihak yang lain yang merasa berwenang atas tanah tersebut.

3. Pelaksanaan pendaftaran tanah

(10)

tanah yang sangat penting artinya untuk mendapat ketenangan dan kepastian hukum bagi masyarakat yang mempunyai hak atas tanah. Pedaftaran tanah pertama kali yang meliputi kegiatan pengukuran dan pemetaan, pembukuan tanah, dan penerbitan sertipikat memerlukan biaya yang relatif tinggi, sehingga untuk percepatan kegiatan tersebut pemerintah mendapat pinjaman dari bank dunia.

Seiring dengan reformasi di bidang agraria, maka proses pendaftaran hak atas tanah tersebut juga berubah. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997, pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik.63

a) Pendaftaran tanah secara sistematik

Pendaftaran tanah secara sistematik merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan dalam wilayah suatu desa atau kelurahan. Pendaftaran ini dilaksanakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan pada suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh menteri agraria atau Kepala BPN.

63

(11)

b) Pendaftaran tanah secara sporadik

Pendaftaran tanah secara sporadik merupakan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan secara individual atau massal. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas objek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya.

Ada kesamaan antara sistem pendaftaran secara sistematik dan pendaftaran secara sporadik, yaitu keduanya merupakan pendaftaran yang dilakukan untuk pertama kali. Prosedur pendaftaran yang pertama kali diatur oleh Pasal 19 ayat (2) UUPA adalah pengukuran, pemetaan dan pembukuan. Adapun rangkaian kegiatan dari pendaftaran tanah yang dilakukan untuk pertama kali tersebut menurut PP No.24 Tahun 1997 meliputi:

1) Pengumpulan dan pengolahan data fisik dan data yuridis; 2) Pembuktian hak dan pembukuannya;

3) Penerbitan Sertipikat;

4) Penyajian Data fisik dan data yuridis; 5) Penyimpanan daftar umum dan dokumen.

(12)

Dalam hal tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian tersebut, pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaaan fisik selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut dengan syarat :

1) Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka serta diperkuat oleh kesaksian yag dapat dipercaya;

2) Penguasaan tersebut tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa atau kelurahan yang bersangkutan atau pihak lain.

Dalam rangka menilai kebenaran alat bukti tersebut dilakukan pengumpulan dan penelitian data fisik dan data yuridis atas anah yang bersangkutan. Data fisik dan data yuridis tersebut kemudian diumumkan di kantor desa atau kelurahan, kantor kecamatan, kantor ajudikasi, kantor pertanahan, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu selama 60 (enam puluh) hari untuk permohonan rutin (sporadik) dan 30 (tiga puluh) hari untuk pendaftaran melalui proyek ajudikasi (sistematik).

(13)

berakhir, pemecahan, pemisahan dan penggabungan bidang tanah yang haknya sudah didaftar.64

4. Peralihan dan pendaftaran hak atas tanah.

Peralihan hak atas tanah adalah memindahkan atau beralihnya penguasaan tanah yang semula milik seseorang atau sekelompok masyarakat ke masyarakat lainnya. Pengertian lain tentang peralihan hak atas tanah adalah beralihnya atau berpindahnya hak kepemilikan sebidang tanah atau beberapa bidang tanah dari pemilik semula kepada pemilik yang baru karena sesuatu atau perbuatan hukum tertentu. Perbuatan hukum pemindahan hak bertujuan untuk memindahkan hak atas tanah kepada pihak lain.65

Perbuatan hukum yang bertujuan mengalihkan hak atas tanah dapat berupa jual beli, tukar menukar, hibah, penyertaan dalam modal perusahaan (inbreng), pemberian dengan wasiat, dan lelang. Dalam proses peralihan atau pemindahan hak, pihak yang mengalihkan atau memindahkan hak harus mempunyai hak dan kewenangan untuk memindahkan hak, sedang bagi pihak yang memperoleh hak harus memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah yang baru.

Syarat utama peralihan adalah adanya alat bukti hak atas tanah, yakni bukti

kepemilikan secara tertulis (formil) yang berupa “sertipikat” (untuk tanah yang telah

didaftarkan), maupun “bukti pendukung” (untuk tanah yang belum didaftarkan atau

64

Maria S W Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi Dan Implementasi, Jakarta, 2001, hal. 119

65

(14)

belum bersertipikat). Bukti yang dimaksud dapat berupa akta jual beli, hibah, maupun yang sedang penulis bahas yaitu peralihan hak dengan ganti rugi yang dibuat oleh notaris ataupun yang dibuat oleh camat.

Pasal 19 ayat (2) huruf c PP No. 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa, :Surat

tanda bukti hak yang akan dikeluarkan berlaku sebagai pembuktian yang kuat”. Ayat

tersebut tidak menyatakan bahwa surat-surat tanda bukti hak itu berlaku sebagai alat pembuktian yang mutlak. Yang perlu diperhatikan oleh notaris adalah memeriksa dan meneliti kelengkapan surat-surat yang menyatakan kepemilikan seseorang terhadap tanah tersebut. Tanah-tanah yang belum terdaftar hendaknya diperhatikan apakah tanah tersebut mempunyai alas hak yang menyatakan seseorang itu adalah pemilik tanah yang sah. Juga perlu diperiksa kesesuaian nama yang tercantum dalam surat keterangan dan nama pemilik yang menyatakan hak atas tanah itu sebagai kepunyaannya. Selanjutnya apabila kelengkapan surat telah diperiksa oleh calon pembeli dan calon penjual, pihak calon penjual dan pembeli dapat melakukan penwaran atau transaksi harga untuk mencapai kesepakatan tentang harga tanah yang diperjualbelikan.

Menurut keterangan dari Notaris Naomi Febri terdapat beberapa syarat yang harus diserahkan kepada notaris untuk pembuatan akta PHGR.

1. Tanda pengenal atau identitas para pihak

(15)

secara relatif.66 Beberapa notaris selain KTP, juga untuk meyakinkan identitas para pihak, mengunakan surat izin mengemudi sebagai alat untuk identitas guna memastikan subjek yang datang menghadap notaris. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembuatannya permohonan SIM langsung menghadap petugas polisi untuk langsung di foto dan tidak dapat diwakilkan.67

2. Tanda Bukti Hak Atas Tanah

Pemegang hak atas tanah harus menyerahkan tanda bukti hak atas tanah, berupa sertipikat akta atau surat-surat yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, salah satunya dengan menyerahkan surat keterangan Silang sengketa. Surat Silang Sengketa ini dikeluarkan oleh lurah setempat dan diketahui oleh camat sebagai bukti bahwa tanah yang akan dijual berada dalam keadaan tidak bersengketa, namun hal ini tidak ada diatur dalam UU, hanya sebagai syarat tambahan.

3. Bukti Setoran Pajak

Surat setoran PBB ini sangat diperlukan untuk dijadikan dasar penentuan besarnya harga transaksi dari objek tanah yang akan dijual yaitu berdasarkan besarnya nilai jual objek pajak yang tertera. Para pihak dapat dengan mudah menentukan besarnya harga transaksi jual beli tanah tersebut. Bukti Setoran PBB ini juga membantu para pihak baik bagi pembeli maupun notaris untuk mengetahui bahwa pihak penjual telah membayar kewajiban perpajakannya kepada kas negara. Juga untuk mengetahui ukuran luas tanah dan bangunannya sehingga akan lebih

66

R. Soegondo Notodisuryo, Hukum Nota riat di Indonesia Suatu Penjela san, Jakarta, 1993, hal.

67

(16)

menguatkan kebenaran bukti lainnya.68 Setelah semua persyaratan telah dipenuhi maka notaris dapat membuat aktanya dengan memperhatikan subtansi yang penting dari isi aktanya kesesuaian dengan tanggal pembuatan akta tersebut, identitas dan kedudukan para pihak di dalam akta tersebut, keadaan objek dari jual beli.

Setelah notaris selesai membuat aktanya, di hadapan para pihak yang dihadiri oleh dua orang saksi notaris membacakan dan menjelaskan isi dari akta pelepasan hak dan ganti rugi ini dengan maksud para pihak dan saksi-saksi dapat mengetahui isi akta yang telah dibuat notaris.69 Selanjutnya untuk pendaftaran haknya, dari akta PHGR notaris dapat langsung dilanjutkan ke kantor pertanahan. BPN menerima permohonan pendaftaran ini, dengan terlebih dahulu melengkapi : 70

1. KTP pemohon

2. SPPT PBB tahun berjalan 3. Akta PHGR notaris

C. Tanggung Jawab Notaris Atas Akta PHGR Yang Dibuatnya

Pada dasarnya akta yang dibuat di hadapan notaris adalah atas dasar permintaan undang-undang dan demi kepentingan pihak-pihak yang membutuhkan jasa notaris. Sehingga menurut penulis dapat dikatakan bahwa notaris sebagai pejabat umum dalam menjelaskan tugasnya mengemban amanat yang berasal dari 2 (dua) sumber, yaitu :

68

Harun Al-Rasyid, Sekila s tentang Jual Beli Hak Atas Tanah (berikut peraturannya), Ghalia Indonesia, Jakarta, 1989, hal. 56

69

Hasil wawancara dengan Naomi Febri Estomisi, Notaris Deli Serdang, pada tanggal 21 Juni 2016

70

(17)

1. Masyarakat yang menjadi klien notaries

2. Perintah dari peraturan perundang-undangan kepada notaris agar perbuatan hukum tertentu dituangkan dan dinyatakan dengan suatu akta otentik.

Jadi dapat diketahui notaris diangkat oleh pemerintah bukan hanya sekedar untuk kepentingan diri sendiri akan tetapi bertugas untuk kepentingan masyarakat dan Negara. Notaris dalam menjalankan jabatannya harus memperhatikan 4 (empat) hal yang menyangkut kewenangannya, yaitu :

1. Notaris berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuat

2. Notaris berwenang sepanjang orang orang untuk kepentingan siapa akta itu dibuat.

3. Notaris berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat 4. Notaris berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.71

Menurut pendapat notaris, notaris tidak berwenang untuk mengkonstatir dalam akta otentik penyerahan uang atau melunasi harga pembelian barang ataupun uang yang dipinjam, yang dilakukan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Notaris juga tidak berwenang untuk mengkoastatir dalam akta sedemikian penyerahan yang benar (fietlijke levering) dari barang-barang yang dilakukan di hadapan notaris dan para pihak. Sedangkan menurut pendapat luas, bahwa notaris berwenang untuk mengkonstatir hal-hal tersebut dalam akta otentik, asal saja notaris dapat menyaksikannya (waarnemen). Menurut pendapat ini, notaris memperoleh wewenang dari Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris untuk mengkonstatir dalam akta

71

(18)

“pembuatan hukum (rechtsandeling)” dan perbuatan nyata (feitelijke handelingen)

yang bukan merupakan perbuatan hukum, perjanjian dan ketetapan. 72

Begitu juga dengan tanggung jawab notaris terhadap pembuatan akta PHGR, dimana akta tersebut dapat dijadikan sebagai bukti untuk memastikan suatu peristiwa hukum dengan tujuan untuk menghindari suatu sengketa di kemudian hari. Oleh karena itu pembuatan akta harus dibuat sedemikian rupa sehingga apa-apa yang ingin dibuktikan itu dapat diketahui dengan mudah dari akta yang telah dibuat.

D. Kepastian Hukum Alat Bukti Hak Atas Tanah Yang Dibuat Dihadapan Notaris

Dalam pendaftaran hak sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah termasuk perubahan - perubahan menyangkut subjek, status hak dan perbuatan – perbuatan yang dilakukan terhadap tanahnya merupakan alat pembuktian yang kuat. Pembuktian kepemilikan hak atas tanah dilakukan atau ditunjukkan dengan berbagai macam alat bukti. Namun pembuktian yang terkuat adalah sertipikat tanah yang merupakan tanda bukti hak yang kuat bagi kepemilikan hak atas tanah.73 Bila hak atas tanah berupa sertipikat maka terbitnya sertipikat merupakan pemberi rasa aman kepada pemilik tanah.74 Maka akta yang dibuat di hadapan notaris juga merupakan suatu alat pembuktian, sehingga dalam membuat suatu akta, seorang notaris harus

72

(19)

memperhatikan norma-norma tersebut disamping kode etik dan ketentuan perundang-undangan lainnya.

Pada Pasal 1888 KUH Perdata bahwa kekuatan pembuktian dari surat-surat bukti terletak pada aktanya yang asli. Maka menurut pasal ini, kekuatan pembuktian dari akta notaris terletak dalam minuta aktanya. Menurut Pasal 16 UUJN No. 30

Tahun 2004 jo UUJN No. 2 Tahun 2014 menyebutkan bahwa, “Minuta akta notaris

itu tetap disimpan oleh notaris dan tidak akan diberikan kepada siapapun kecuali udnang-undang menentukan lain”.

Hal ini adalah penting, sebab sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan utama pembuatan akta otentik (akta notaris) adalah untuk dipergunakan sebagai alat pembuktian dari grosse dan salinan dari akta notaris tersebut, telah diatur dalam Pasal 203 RBg, yang menyatakan antara lain bahwa, “grosse-grosse dan salinan-salinan

pertama mengandung kekuatan bukti yang setaraf dengan aktanya”.75

Akta notaris sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa hukum dan ditandatangani. Hal ini sesuai dengan Pasal 1867 KUH perdata yang menyatakan bahwa akta itu dibuat sebagai tanda bukti berfungsi untuk memastikan suatu peristiwa hukum atau perbuatan dengan tujuan menghindari sengketa, maka pembuatan akta harus sedemikian rupa sehingga apa yang diinginkan untuk dibuktikan itu dapat diketahui dengan mudah dari akta yang dibuat.76

75

Victor M. Situmorang dan Cormentyana Sitanggang, Grosse Akta Dalam Pembuktian dan Eksekusi, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal. 115

76

(20)
(21)

BAB IV

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN ATAS AKTA PHGR YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS

A. Kasus Posisi Dalam Gugatan Perkara Perdata Nomor 16/Pdt.G/2012/PN.Stb Tanggal 12 September 2013 dan Putusan Banding Pengadilan Tinggi Medan Nomor 76/Pdt/2014/PT-Mdn

Pengadilan Negeri Stabat menerima gugatan dari pihak- pihak yaitu Herbert Benyamin Pasaribu, dkk (Penggugat I s/d VII) yang semuanya diwakili oleh kuasa hukumnya yaitu Panangian Sinambela, SH dan Ricky P Sihombing, SH. Melawan Ahmad Suwandi, Wagimun dan Yenti (Tergugat dan Penggugat Intervensi I dan II). Adapun dalil-dalil Penggugat adalah sebagai berikut :

1. Para Penggugat memiliki, menguasai dan mengusahai tanah seluas 254.905 M2 (dua ratus lima puluh empat ribu sembilan ratus lima meter persegi), jadi jika dibulatkan kira - kira 25 hektar, dan data – data tersebut ada pada sertifikat hak milik sebanyak 13 sertifikat yang terletak di Desa Telaga Tujuh, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ; 2. Tanah tersebut telah dikuasai oleh Para Penggugat sejak tahun 1993 sampai dengan sekarang ini dan telah dikerjakan dengan cara menanam pada, jagung dan tanaman lainnya ;

3. Pada tahun 2008 terbitlah Sertifikat hak Milik atas nama para penggugat sebanyak 13 Sertifikat Hak Milik yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan

(22)

Nasional cq. Kantor Pertanahan kabupaten Deli Serdang yang mana tanah tersebut sampai saat ini juga dalam penguasaan para penggugat.

4. Tanah yang dimiliki Para Penggugat seluas ± 25 hektar seperti tersebut diatas, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tanah atas nama HERBERT BENYAMIN PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 599 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 452/ Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.

2. Tanah atas nama HERBERT BENYAMIN PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 450 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 579/ Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.

3. Tanah atas nama SITTA ULINA MARPAUNG, No. Sertifikat Hak Milik 597 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 450 / Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.

4. Tanah atas nama SITTA ULINA MARPAUNG, No. Sertifikat Hak Milik 448 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 577 / Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.

5. Tanah atas nama ABRAHAM P. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 598 luas 19.609 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 451 / Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.

(23)

7. Tanah atas nama PESTA B. SIMANJUNTAK, No. Sertifikat Hak Milik 321 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 21/11/2008 No. 313 / Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 01 Desember 2008.

8. Tanah atas nama PESTA B. SIMANJUNTAK, No. Sertifikat Hak Milik 483 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 612 / TelagaTujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.

9. Tanah atas nama HENDRIK L. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 600 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 453 / Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.

10.Tanah atas nama HENDRIK L. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 449 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 578 / Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.

11.Tanah atas nama FREDDY S. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 447 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 576 / Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.

12.Tanah atas nama RUMONDANG A. SIAHAAN, No. Sertifikat Hak Milik 322 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 21/11/2008 No. 314 / Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 01 Desember 2008.

(24)

5. Pada tanggal 11 Februari 2010, Tergugat menguasai dan mengerjakan tanah milik Para Penggugat tanpa izin dari Para Penggugat atau kuasanya yang sah, sebagaimana terlihat dari Pengaduan HERBERT PASARIBU (Penggugat No. Urut 1) kepada POLRES KP3 Belawan dengan Surat Tanda Penerimaan Laporan No. Pol. STPL / 54 / II / 2010 / SPK ”C” tertanggal 11 Februari 2010.

6. Dan tergugat melakukan pembatasan dengan mendirikan benteng dari tanah yang dikerok pakai beko (Escavator) yang secara nyata adalah milik Para Penggugat, kemudian menanami sawit di tanah milik Para Penggugat tersebut. 7. Terhadap tindakan yang dilakukan oleh Tergugat, Para Penggugat melalui

Kuasanya telah berusaha menegur Tergugat melalui surat dengan No. 65 / P&P / Som / VII / 2010, agar Tergugat menghentikan pengerjakan dan meninggalkan tanah milik Para Penggugat tersebut, namun hal tersebut tidak diindahkan oleh Tergugat dan tetap melakukan penguasaan dan pengerjaan di atas tanah milik Para Penggugat.

8. Para penggugat melalui Perpu Nomor 51 tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya telah dengan jelas melarang orang memakai tanah tanpa izin dari yang berhak atau kuasanya yang sah, yang mana berarti juga melarang dengan nyata milik para penggugat tanpa izin dari Para Penggugat atau kuasanya yang sah;

(25)

tidak diperbolehkan banding) dan oleh Pengadilan Tinggi Medan menguatkan putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dengan merubah lamanya masa hukuman dari 5 bulan penjara dengan percobaan 10 bulan menjadi 3 bulan penjara dengan percobaan 6 bulan, seperti terlihat dari putusan Pengadlan Tinggi Medan Nomor : 627 / Pid / 2011 /PT. Mdn tertanggal 01 Desember 2011. Dikarenakan perbuatan yang dilakukan Tergugat adalah perbuatan melawan hukum (vide Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan) dan merugikan orang lain (ic. Para Penggugat), maka sangat berdasar bagi Majelis Hakim untuk menghukum Tergugat untuk membayar kerugian yang dialami Para Penggugat baik materil maupun moril yang keseluruhannya Rp. 1.300.000.000,- (satu milyar tiga ratus juta rupiah) + Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) = Rp. 11.300.000.000,- (sebelas milyar tiga ratus juta rupiah) ;

Berdasarkan uraian di atas para penggugat mengajukan permohonan kepada majelis hakim untuk memanggil para pihak dan penggugat menuntut agar :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;

2. Menyatakan Para Penggugat adalah milik yang sah atas tanah seluas 254.905 m2 (dua ratus lima puluh empat ribu sembilan ratus lima meter persegi) sesuai dengan data 13 buah Sertifikat Hak Milik Tanah

(26)

(escavator) yang secara nyata adalah milik Para Penggugat adalah merupakan perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) ;

4. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi kepada Para Penggugat baik moril maupun materil yang keseluruhan berjumlah Rp. 1.300.000.000,- (satu milyar tiga ratus juta rupiah) + Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) = Rp. 11.300.000.000,- (sebelas milyar tiga ratusjuta rupiah) ;

Lalu kemudian Wagiman dan Yenti masuk sebagai Penggugat Intervensi I dan II dengan surat gugatan Intervensinya tertanggal 19 Juni 2012, dengan mengajukan gugatan Intervensi terhadap para Tergugat Intervensi sebagai berikut :

a. Penggugat Intervensi I menguasai dan memiliki tanah – tanah seluas ± 120.000 M2 (seratus dua puluh ribu meter persegi) yang terletak dan berlokasi serta dikenal dengan dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara dan lainnya sesuain dengan Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi (APHGR) yang diperbuat dihadapan Wenny Adytia Kurniawan, SH, SPN, Notaris di Stabat.

Penggugat intervensi I menguasai dan memiliki tanah-tanah seluas +/- 120.000 M2 berdasarkan jual beli dengan APHGR :

(27)

6. APHGR Nomor : 26 tertanggal 10 Oktober 2007

Penggugat Intervensi II juga menguasai dan memiliki tanah – tanah seluas ± 140.000 M2 (seratus empat puluh ribu meter persegi), tersebut diatas berdasarkan jual beli dengan dasar APHGR yang diperbuat dihadapan Wenny Adytia Kurniawan, SH, SPN, Notaris di Stabat, yaitu :

1. APHGR Nomor : 19 tertanggal 10 Oktober 2007. 2. APHGR Nomor : 20 tertanggal 10 Oktober 2007. 3. APHGR Nomor : 21 tertanggal 10 Oktober 2007 4. APHGR Nomor: 22 tertanggal 10 Oktober 2007 5. APHGR Nomor : 23 tertanggal 10 Oktober 2007 6. APHGR Nomor : 24 tertanggal 10 Oktober 2007 7. APHGR Nomor : 25 tertanggal 10 Oktober 2007

Lalu belakangan Penggugat Intervensi I dan II ketahui ternyata tanah milik Penggugat Intervensi I dan II seluas ± 260.000 M2 yang terletak dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara tersebut diatas telah dijadikan objek sengketa dan atau dipersengketakan antara Tergugat Intervensi I sampai dengan Tergugat VII melawan Tergugat Intervensi VIII di Pengadilan Negeri Stabat yang terdaftar dibawah register perkara Nomor : 16 / Pdt. G / 2012 / PN. Stb ;

(28)

permasalahan dalam perkara a quo adalah tanah yang nyata - nyata secara hukum seluruhnya adalah pemilik yang sah Penggugat Intervensi I dan II yang terletak dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan hal - hal yang telah dikemukakan tersebut diatas, Penggugat Intervensi I dan II mohon kehadapan yang terhormat Ketua Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara intervensi ini mengambil dan memberikan keputusan hukum dengan amarnya berbunyi sebagai berikut :

1. Mengabulkan gugatan Intervensi dari Penggugat Intervensi I dan II seluruhnya ; 2. Menyatakan Penggugat Intervensi I dan II adalah Penggugat Intervensi yang baik; 3. Menerima Penggugat Intervensi I dan II sebagai pihak dalam Perkara Perdata

Nomor :16 / Pdt. G / 2012 / PN. Stb ;

4. Menyatakan Tergugat Intervensi I s/d VII telah melakukan perbuatan melawan hukum ;

5. Menyatakan demi hukum :

(29)

b. Penggugat Intervensi II adalah pemilik sah bidang - bidang tanah ± 140.000 M2 (seratus empat puluh ribu meter persegi), yang terletak dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, satu dan lainnya sesuai dengan Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang diperbuat dihadapan Wenny Adytia Kurniawan, SH, SPN, Notaris di Stabat atas nama Penggugat Intervensi II (Yenti)

6. Agar Menyatakan tidak sah atau setidak - tidaknya dinyatakan tidak berkekuatan hukum perikatan - perikatan atau surat - surat yang timbul dari sertifikat hak milik sebagaimana tersebut pada angka 4.1 s/d 4.13 gugatan Penggugat I s/d VIII Tergugat Intervensi I s/d VII tertanggal 11 Mei 2012 sepanjang terhadap bidang tanah milik Penggugat Intervensi I dan II, yang terletak dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ; 7. Menyatakan secara hukum Penggugat Intervensi I dan II tanpa halangan dan

hambatan dari pihak - pihak Tergugat - Tergugat Intervensi maupun pihak ketiga yang tidak mempunyai dasar, secara leluasa dapat mengolah dan mengerjakan, serta mengalih dan menjual kepada pihak ketiga dalam arti seluas - luasnya atas tanah milik Penggugat Intervensi I dan II dimaksud ; 8. Menghukum Tergugat Intervensi I s/d VII atau orang lain yang mendapatkan

(30)

mengosongkan dan menyerahkan kepada Penggugat Intervensi I dan II dalam kondisi baik tanpa halangan dan hambatan dari pihak manapun juga ;

9. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan serta merta (Uitvoerbaarbij voorraad) meskipun ada perlawanan, banding maupun kasasi Dalam menimbang gugatan intervensi tersebut, Hakim Pengadilan Negeri Stabat telah menjatuhkan Putusan Sela pada tanggal 26 Juli 2012 Nomor 16/Pdt.G/2012/PN.Stb/Int kemudian mengadili yaitu :

 Mengabulkan permohonan Para Penggugat Intervensi untuk menggabungkan

diri pada perkara Perdata Register Nomor :16/Pdt.G/2012/PN. Stb;

 Memerintahkan pihak-pihak yang berperkara melanjutkan pemeriksaan

perkara;

 Menangguhkan besarnya biaya perkara sampai putusan akhir;

Tergugat dalam jawabannya juga telah mengajukan gugatan Rekonvensi yang pada pokoknya sebagai berikut :

(31)

Pada tahun 2007, tanah seluas ± 26 hektar tersebut telah Penggugat d.r / Tergugat dialihkan / jual kepada Turut Tergugat d.r /Penggugat Intervensi I, dan Intervensi II pada tanggal 10 Oktober 2007,dimana pengalihan hak atas tanah tersebut diperbuat dihadapan Wenny Adytia, Notaris di Stabat dengan Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi Nomor : 10, tertanggal 10 Oktober 2007.

Penggugat d.r / Tergugat d.k mengerjakan tanah seluas ± 26 hektar yang terletak di Dusun V, Desa Karang Gading milik Turut Tergugat d.r / Penggugat Intervensi I dan II tersebut, adalah atas suruhan atau kedudukan Penggugat d.r / Tergugat d.k sebagai pekerja yang menerima gaji dari Turut Tergugat d.r / Penggugat Intervensi I dan II.

Pada bulan Februari 2010 ketika Penggugat d.r / Tergugat d.k sedang mengerjakan lahan tanah tersebut, Tergugat d.r / Penggugat d.k telah mengadukan Penggugat d.r / Tergugat d.k ke Polres Pelabuhan Belawan (d/h Polres KP3 Belawan) dengan tuduhan menguasai tanah tanpa hak atas tanah yang terletak di Pulau Benta, Desa Karang Gading yakni tanah milik Turut Tergugat d.r / Penggugat Intervensi I dan II yang di klaim Tergugat d.r / Penggugat d.k sebagai miliknya yang terletak tanahnya di Desa Telaga Tujuh.

(32)

Pakam telah memvonis Penggugat d.r / Tergugat d.k, dengan dinyatakan bersalah telah menguasai tanpa hak atas tanah dengan hukuman 5 bulan penjara.

Penggugat d.r / Tergugat d.k ulangi yakni diperiksa sebagai Terdakwa dihadapan persidangan, Penggugat d.r / tergugat d.k tidak diberi kesempatan untuk melakukan pembelaan hukum baik mengajukan bukti bukti maupun saksi - saksi seperti Kepala Desa Karang Gading, Camat Labuhan Deli, Pejabat dari Pemda Tk II Deli Serdang dan yang lainnya yang dapat membuat terang dan jelas duduk perkara dimaksud.

Sejak Tergugat d.r / Penggugat d.k, mengajukan Penggugat d.r /Tergugat d.k dengan cara membuat laporan yang tidak benar dan berusaha agar Penggugat d.r / Tergugat menjadi terhukum mengakibatkan tertindasnya hak azasi Penggugat d.r / Tergugat d.k, serta mengakibatkan penderitaan yang sangat mendalam, disamping Penggugat d.r / Tergugat d.k mengalami kehilangan pekerjaan dan juga Penggugat d.r / Tergugat d.k tidak lagi menafkahi terlebih sejak dipanggil berkali kali oleh penyidik hingga sampai kepengadilan dengan memakan waktu yang lama sehingga menjadi beban pikiran yang berlarut - larut hingga Penggugat d.r / Terghugat d.k tidak dapat mencari nafkah lagi.

(33)

(delapan juta rupiah) perbulan hingga sampai sekarang, dan akibat adanya gugatan ganti rugi yang diajukan Tergugat d.r / Penggugat d.k yang tidak berdasarkan hukum menimbulkan kerugian bagi Penggugat d.r / Tergugat d.k yakni sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

Bahwa selain dari pada itu karena Tergugat d.r / Penggugat d.k telah mengkondisikan Penggugat d.r / Tergugat d.k untuk dihukum dengan sengaja tipu dayanya sedang diketahui Tergugat d.r / Penggugat d.k bahwa yang menguasai tanah dimaksud adalah Turut Tergugat d.r / Penggugat Intervensi I dan II (bukti surat dari Tergugat d.r / Penggugat d.k kepada Turut Tergugat Intervensi I, tentang pengosongan lahan akan diajukan sebagai bukti), oleh karena itu bahwa harkat dan martabat Penggugat d.r / Tergugat d.k sebagai manusia tidak terukur dengan uang namun pantaslah dan sangat beralasan hukum jika Tergugat d.r / Penggugat dihukum membayar ganti-rugi Moril sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) ;

Apabila diperhitungkan maka diduga kerugian yang dialami Penggugat d.r / Tergugat d.k yakni :

1. Kerugian materil sejak bulan Februari 2010 akibat hilangnya penghasilan dari pekrjaan Penggugat d.r / Tergugat d.k hinggadiajukannya gugatan ganti rugi oleh Tergugat d.r / Penggugat d.k adalah 32 bulan x Rp. 8.000.000,- sebesar Rp. 256.000.000,- (dua ratus lima puluh enam juta rupiah) ;

(34)

hingga pengajuan perkara gugatan ganti rugi di Pengadilan Negeri stabat adalah sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) ;

3. Kerugian moril adalah sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) ; Jadi keseluruhan kerugian yang dialami Penggugat d.r / Tergugat d.k adalah sebesar Rp. 10.356.000.000,- (sepuluh milyar tiga ratus lima puluh enam juta rupiah)

Berdasarkan hal - hal atau alasan yang kemukakan diatas, Penggugat d.r/ Tergugat mengajukan permohonan kepada hakim sebagai berikut :

1. Mengabulkan Gugatan Rekonpensi Penggugat d.r / Tergugat d.k untuk seluruhnya.

2. Menyatakan perbuatan Tergugat d.r / Penggugat d.k yang telah mengajukan Penggugat d.r / Tergugat d.k ke ranah hukum pidana dengan tuduhan telah menguasai tanpa hak atas tanah yang tidak ada kaitan hukumnya atas kepemilikan tanah seluas 26 hektar yang terletak di Pulau Benta, Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, adalah perbuatan yang bertentangan dengan hukum ;

(35)

4. Menghukum Tergugat d.r / Penggugat d.k membayar ganti rugi oleh karena perbuatannya telah menuduh Penggugat d.r / Tergugat d.k telah menguasai tanpa hak atas tanah yang terletak di Desa Telaga Tujuh, Kecamatan Labuhan Deli hingga teraniaya dan terampas hak kemerdekaannya yakni berupa kerugian material, dan moril yang keseluruhannya sebesar Rp.10.356.000.000.- (sepuluh milyar tiga ratus lima puluh enam juta rupiah) 5. Menghukum Tergugat d.r / Penggugat d.k untuk membayar seluruh biaya

yang timbul atas perkara ini ;

Terhadap gugatan para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat Rekonpensi tersebut di atas, Pengadilan Negeri Stabat telah menjatuhkan Putusan tanggal 19 September 2013 Nomor 16/Pdt.G/2012`/PN.Mdn yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

1. Menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard).

2. Menyatakan gugatan Penggugat dalam Rekonpensi/Tergugat dalam Konpensi tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard).

3. Menyatakan gugatan Para Penggugat Intervensi tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard).

(36)

Terhadap putusan Pengadilan Negeri tersebut, maka berdasarkan Risalah Pernyataan Permohonan Banding Nomor : 16/Pdt.G/2012 tanggal 03 Oktober 2013, Herbert Benyamin Pasaribu, dkk telah menyatakan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Stabat Nomor 16/Pdt.G/2012/PN-Stb tanggal 19 September 2013 dengan mengajukan Memori Banding tanggal 30 Oktober 2013 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Stabat pada tanggal 30 Oktober 2013 dengan mendalilkan keberatan-keberatannya sebagai berikut:

1. Bahwa Judex Factie tidak menggali fakta-fakta pada persidangan yaitu para Pembanding/para Penggugat telah mengajukan bukti surat berupa fotocopi Sertifikat Hak Milik yang telah dilegalisir sesuai dengan aslinya yaitu 13 sertipikat yang telah disahkan di atas.

2. Bukti-bukti surat di atas, para Pembanding semula para Penggugat /Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi adalah pemilik yang sah atas beberapa bidang tanah yang bersertifikat tersebut, sehingga para Pembanding/para Penggugat /Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi tidak perlu mengajukan gugatan sengketa kepemilikan untuk membuktikan kepemilikan para Pembanding /para Penggugat /Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi atas tanah tersebut;

(37)

harusnya yang mengajukan gugatan sengketa kepemilikan terhadap para Pembanding /para Penggugat /Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi dan bukannya para Pembanding/para Penggugat /Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi yang harus membuktikannya;

4. Berdasarkan point-point diataslah, maka para Pembanding /para Penggugat /Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum dan bukannya gugatan tentang sengketa kepemilikan, karena jelas pihak yang menjadi pemilik tanah tsb adalah para Pembanding/para Penggugat /Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi.

5. Selain bukti surat, para pembanding/para penggugat/tergugat Intervensi I sampai dengan VII/Para Tergugat dalam rekonpensi juga mengajukan saksi-saksi yang pada pokoknya menerangkan bahwa orang tua dari para pembanding adalah sebagai pemilik tanah yang terletak di Pulau Benta Desa Telaga Tujuh, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang yang sampai saat ini dikuasai oleh para pembanding/para penggugat/tergugat Intervensi I s/d VII/para Tergugat dalam rekonpensi.

Mengenai pertimbangan hukum Pengadilan Negeri yang keliru adalah :

(38)

yang terletak di kabupaten deli serdang maka hakim menyatakan tanah tersebut bukan di wilayah yang bukan merupakan wilayah hukum Pengadilan Negeri Stabat dan tidak berwenang untuk mengadilinya.

2. Judex factie tidak cermat memahami isi gugatan para Penggugat, gugatan para penggugat tentang perbuatan melawan hukum dan bukan gugatan tentang sengketa kepemilikan tanah sebagaimana yang dimaksudkan sehingga tepat bagi para Pembanding/para Penggugat/Tergugat mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri Stabat.

3. Berdasarkan hal diatas maka beralasan dan berdasar hukum bagi hakim Tinggi untuk menolak seluruh pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Negeri Stabat.

B. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Dalam Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 76/Pdt/2014/PT-MDN

Pertimbangan majelis hakim terhadap Pengadilan Tinggi Medan dalam memeriksa dan mengadili perkara sengketa kepemilikan tanah tersebut adalah sebagai berikut :

(39)

2. Perkara perdata dengan nomor Register 16/Pdt.G/2013/PN-Stb. Telah diputus pada tanggal 19 September 2013 dan terhadap putusan tersebut para Pembanding semula para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi telah mengajukan permohonan banding pada tanggal 03 Oktober 2013.

3. Menurut pasal 199 R.Bg pernyataan banding itu harus dilakukan di dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah putusan dijatuhkan, dan jika putusan dijatuhkan pada tanggal 19 September 2013 maka 14 (empat belas) hari dihitung sejak tanggal 20 September 2013 dan akan berakhir pada tanggal 03 Oktober 2013 sebab bulan September hanya 30 Hari dan pembanding mengajukan banding pada hari ke empat belas, jadi tidak benar dalil para Terbanding di dalam Kontra Memorinya bahwa para Pembanding telah mengajukan banding telah melewati tenggang waktu yang telah ditentukan oleh Undang-Undang.

(40)

a. Majelis hakim Pengadilan Tinggi melanjutkan pemeriksaan di tingkat banding karena Pengadilan Tinggi tidak sependapat dengan pertimbangan majelis hakim PN Stabat yang mempertimbangkannya berdasarkan pasal 142 R.Bg ayat (5) yang menyatakan gugatan tentang benda tidak bergerak, maka gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya terletak benda tidak bergerak itu, namun Tergugat tidak mengajukan tangkisan (eksepsi) tentang kewenangan relativ tersebut pada permulaan sidang maka secara azas atau normative pihak Tergugat tidak keberatan perkara tersebut disidangkan di Pengadilan Negeri Stabat sebagaimana diatur di dalam pasal 159 R.Bg;

(41)

5. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Pengadilan Tinggi memerintahkan Pengadilan Negeri Stabat dalam bentuk putusan sela untuk memanggil para pihak dan saksi-saksi yang berkaitan untuk hadir di sidang Pengadilan Negeri Stabat untuk turun ke lokasi objek sengketa untuk mendapat kejelasan dimana lokasi tanah yang sebenarnya sebagaimana dalil-dalil para pihak dengan didampingi Kepala Desa ke dua lokasi tsb berada dan Pegawai Badan Pertanahan Nasional setempat

6. Putusan sela tsb Pengadilan Negeri Stabat telah melaksanakan pemeriksaan setempat melalui delegasi ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam pada hari Juma’t tanggal 13 Februari dengan dihadiri oleh para Pembanding in person dan Kuasanya, para Terbanding in person dan kuasanya serta Kepala Desa Karang Gading dan Kepala Desa Telaga Tujuh serta Kepala Desa Perkotaan sebagaimana Berita Acara Persidangan Pemeriksaan3Setempat Pengadilan Negeri Lubuk

Pakam pada hari Juma’t tanggal 13 Februari Nomor 16/Pdt.G/2012/PN.Stb. yang

ditanda tangani oleh Ketua Majelis Sabar Simbolon,SH.MH dan Panitera Pengganti Fadli Asrar,SH dengan dibantu oleh Juru Sita Azhari Siregar,SH.

Dalam Konpensi Pokok Perkara, majelis hakim mempertimbangkan bahwa : 1. Pembanding semula para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan

(42)

yang dilakukan oleh Terbanding I semula Tergugat/Tergugat Intervensi VIII yang telah menguasai dan mengerjakan tanah milik para Pembanding semula para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensitanpa izin dari para Pembanding semula para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi yang terletak di Desa Telaga Tujuh Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang seluas 254.905 M² sebagaimana telah termuat dalam Sertifikat Hak Milik sebanyak 13 (tigabelas) Sertifikat Yang ke semuanya terletak di Desa Telaga Tujuh, Kec. Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.

(43)

I/Tergugat dalam konpensi /Tergugat Intervensi VIII/Penggugat dalam rekonpensi alihkan/jual kepada para Terbanding I dan II/ Penggugat Intervensi I dan II/turut Tergugat dalam rekonpensi berdasarkan akte pelepasan hak dengan ganti rugi. +

Dalam Rekonpensinya, Majelis hakim mempertimbangkan hal sebagai berikut : 1. Terbanding I/Tergugat dalam konpensi/Penggugat dalam rekonpensi/Tergugat

Intervensi VIII telah mengajukan gugatan Rekonpensi kepada para Pembanding/para Penggugat dalam konpensi/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/Tergugat dalam Rekonpensi yang pada pokoknya bahwa dahulu memiliki tanah seluas ± 26 Ha di Dusun V Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Prop. Sumatera Utara yang diperoleh dari M. MISRAN berdasarkan alas hak yakni Surat Pernyataan Melepaskan Hak atas tanah dengan Ganti Rugi pada tanggal 27 Desember 2006 kemudian tanah tersebut Terbanding I/Tergugat dalam konpensi / Penggugat dalam rekonpensi alihkan/jual kepada Terbanding II & III/para Penggugat Intervensi/turut Tergugat dalam rekonpensi I & II dihadapan Wenny Adytia, Notaris di Stabat dengan Akta Pelepasan Hak dengan ganti rugi Nomor : 10, tertanggal 10 Oktober 2007;

(44)

pidana dan pengajuan perkara gugatan ganti rugi di Pengadilan Negeri Stabat sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) + Kerugian moril sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) sehingga keseluruhannya berjumlah Rp. 10.356.000.000,- (sepuluh milyar tiga ratus lima puluh enam juta rupiah).

Dalam Intervensinya, Majelis hakim mengemukakan bahwa :

1. Terbanding II & III/para Penggugat Intervensi mengajukan dalil-dalil yang pada pokoknya adalah sebagai berikut : Bahwa Penggugat Intervensi I adalah pemilik sah dan menguasai secara langsung bidang-bidang tanah secara keseluruhannya seluas ± 120.000 M² (seratus dua puluh ribu meter persegi) dan Penggugat Intervensi II adalah pemilik sah dan menguasai secara langsung bidang-bidang tanah secara keseluruhannyaseluas ± 140.000,- M² (seratus empat puluh ribu meter persegi), yang ke dua-duanya terletak di Dusun V Desa Karang Gading Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan akte pelepasan hak dengan ganti rugi yang diperbuat di hadapan Wenny Adytia Kurniawan, SH. SpN, Notaris di Stabat sehingga Terbanding II & III/Penggugat Intervensi I & II sangat berkeberatan apabila objek yang disengketakan dalam perkara pokok adalah milik sah para Pembanding/para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi;

(45)

dalam Rekonpensi telah melakukan perbuatan melawan hukum karena telah mengolah/mengerjakan beberapa bidang tanah milik para Pembanding semula para Penggugat dalam konpensi/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi seluas ± 254.905 M² (dua ratus lima puluh empat meter persegi) yang telah bersertifikat Hak Milik sebagaimana tersebut di alinea di atas namun menurut Terbanding I semula Tergugat dalam konpensi/Tergugat Intervensi VIII/Penggugat dalam rekonpensi bahwa tidak benar Terbanding I semula Tergugat dalam konpensi/Tergugat Intervensi VIII/Penggugat dalam rekonpensi mengolah/mengerjakan beberapa bidang tanah milik para Pembanding semula para Penggugat dalam konpensi/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/Tergugat dalam rekonpensi karena tanah mereka terletak di Desa Telaga Tujuh Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli serdang sedangkan tanah milik Terbanding I semula Tergugat dalam konpensi/Tergugat Intervensi VIII/Penggugat dalam rekonpensi seluas± 26 Ha (dua puluh enam hektar) terletak di Dusun V Desa Karang Gading Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang dan sudah dialihkan kepada Terbanding II dan Terbanding III semula Para Penggugat Intervensi/Turut Tergugat dalam rekonpensi;

(46)

konpensi/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi?

4. Untuk menguatkan dalil-dalilnya para Pembanding/para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi telah mengajukan alat bukti surat yang diberi tanda dengan P-1 sampai dengan P-32 dan alat bukti saksi sebanyak 3 (tiga) orang yaitu saksi Bahrum, saksi Darussalam dan saksi Arsyad Isa.

5. Untuk menguatkan dalil-dalil bantahannya, Terbanding I semula Tergugat dalam konpensi/Tergugat Intervensi VIII/Penggugat dalam rekonpensi tidak mengajukan alat bukti surat tetapi telah mengajukan alat bukti saksi sebanyak 3 (tiga) orang yaitu Saksi Riadi, Mustar Saragih dan Saksi Syarifuddin S.

6. Untuk membuktikan dalil-dalil gugatan Intervensinya, Terbanding II dan Terbanding III semula Para Penggugat Intervensi/Turut Tergugat dalam rekonpensi telah mengajukan alat bukti surat yang diberi tanda P-Intv-1 sampai dengan P-Intv-54 dan ditambah dengan alat bukti saksi sebanyak 4 (empat) orang yaitu saksi Sarmin, saksi Sukardi, saksi Al Munir dan saksi Arwin Amri.

(47)

8. Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka majelis sudah barang tentu akan menganalisis hasil temuan di lapangan berupa Berita Acara Persidangan Pemeriksaan Setempat sebagaimana tertera di dalam Berita Acara Persidangan

Pemeriksaan Setempat pada hari Juma’t tanggal 13 Februari 2015 Nomor

16/Pdt.G/2012/PN.Stb yang dilakukan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakam yang diketuai oleh Sabar Simbolon,SH.MH dan dibanti oleh Fadli Asrar,SH. Panitera Pengganti berdasarkan delegasi dari Pengadilan Negeri Stabat.

9. Berdasarkan alasan-alasan dan pertimbangan- pertimbangan Berita Acara Persidangan Pemeriksaan setempat tersebut di atas, para Pembanding/para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi tidak berhasil membuktikan dalil-dalil tentang kepemilikan beberapa bidang tanah di Desa Telaga Tujuh Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang sebagaimana yang dijelaskan dalam bukti P-1 sampai dengan P-13 dan oleh karena itu petitum nomor 2 para Pembanding/para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi tidak terbukti; 10. Oleh karena petitum nomor 2 sebagai pokok pangkal masalah tidak terbukti,

(48)

11. Gugatan rekonpensi Terbanding I/Tergugat dalam konpensi/ Penggugat dalam rekonpensi/Tergugat Intervensi VIII terhadap para Pembanding/para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi sejumlah ganti rugi baik materil maupun moril karena telah diadukannya ke Polsek Labuhan Deli, oleh karena tidak ada rinciannya maka gugatan rekonpensi Terbanding I/Tergugat dalam konpensi/Penggugat dalam rekonpensi/Tergugat Intervensi VIII belum memenuhi syarat-syarat formal dan oleh karenanya gugatan tersebut dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard).

(49)

saksi Sukardi, saksi Al Munir sebagai Kepala Desa dan Arwin Amri sebagai Kepala Desa Telaga Tujuh.

13. Lokasi tanah berdasarkan bukti P-Intv-1 sampai dengan P-Intv-13 bersesuaian dengan Berita Acara Persidangan Pemeriksaan Setempat yang dilakukan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakam atas permintaan Pengadilan Negeri Stabat pada hari Jumat tanggal 13 Februari 2015 dan dihadiri oleh Pembanding in person dan kuasa hukumnya, Terbanding I in person dan kuasa hukumnya, Terbanding II dan III semula Penggugat Intervensi I dan II in person dan kuasa hukumnya serta Kepala Desa Karang Gading, Kepala Desa Telaga Tujuh, Kepala Desa Perkotaan, Aparat Kepolisisan dari Polsek Medan Labuhan dan Aparat Polmas Karang Gading, dan Berita Acara Persidangan Pemeriksaan Setempat tsb dapat disimpulkan bahwa lokasi tanah sengketa terletak di Dusun V Desa Karang Gading Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang bukan di Desa Telaga Tujuh Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang sebagaimana yang dijelaskan dalam bukti P-1 sampai dengan P-13.

14. Berdasarkan alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, Terbanding II dan III/Penggugat Intervensi I dan II/Tergugat rekonpesi VIII telah berhasil membuktikan dalil-dalil mereka di dalam gugatan intervensinya sehingga mengabulkan gugatan Penggugat Intervensi I dan II tersebut.

(50)

a. Penggugat Intervensi I adalah pemilik sah bidang tanah seluas ± 120.000 M² (seratus dua puluh ribu meter persegi), yang terletak dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, satu dan lainnya sesuai dengan Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang diperbuat dihadapan Wenny Adytia Kurniawan,SH,SPN, Notaris di Stabat atas nama Penggugat Intervensi I (Wagimun).

b. Penggugat Intervensi II adalah pemilik sah bidang tanah seluas ± 140.000 M² (seratus empat puluh ribu meter persegi), yang terletak dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, satu dan lainnya sesuai dengan Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang diperbuat dihadapan Wenny Adytia Kurniawan,SH,SPN, Notaris di Stabat atas nama Penggugat Intervensi I (Yenti).

c. Petitum nomor 2 adalah untuk terminology bagi perkara perdata perlawanan sehingga petitum nomor 2 tsb tidak dapat dikabulkan sedangkan petitum nomor 3 sudah diputuskan di dalam putusan sela sehingga sudah tidak perlu lagi dicantumkan di dalam putusan akhir;

(51)

melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri merupakan perbuatan yang syah karena telah disediakan sarana untuk bagi mereka merasa haknya dirugikan; e. Petitum Penggugat Intervensi I dan II nomor 6 dan 7 menurut majelis hakim

tinggi berkelebihan karena di dalam pertimbangan sebelumnya sudah dinyatakan bahwa Penggugat Intervensi I dan II demi hukum sebagai Pemilik sah atas bidang-bidang tanah seluas 260.000 M² (dua ratus enam puluh ribu meter persegi) berdasarkan beberapa Akta Pelepasan Hak yang dibuat dihadapan Wenny Adytia Kurniawan, SH.SpN, Notaris di Stabat,karenanya gugatan tersebut ditolak.

f. Petitum Penggugat Intervensi I dan II nomor 8,9 dan 10 menurut majelis hakim Pengadilan Tinggi bersifat abstrak dan belum konkrit wujudnya sehingga terlalu primatur untuk dipertimbangkan di dalam putusan ini sehingga beralasan untuk ditolak.

g. Petitum Penggugat Intervensi I dan II nomor 11 tentang Uitvoerbaar bij voorraad atau putusan serta merta meskipun ada perlawanan, banding maupun kasasi, menurut majelis belum memenuhi syarat sebagaimana diatur di dalam pasal 191 ayat (1) RBg Jo Sema Nomor 3 tahun 2000 Jo Sema Nomor 4 tahun 2001 maka menurut majelis beralasan untuk ditolak.

(52)

i. Oleh karena gugatan Terbanding II dan III/Penggugat dikabulkan sebagian, maka menolak gugatan Terbanding II dan III/Penggugat Intervensi I dan II/Tergugat rekonpensi VIII untuk selebihnya;

j. Memperhatikan ketentuan-ketentuan Udang-Undang Nomor 20 Tahun 1947, RBG, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 serta peraturan perUndang-Undangan lain yang bersangkutan dengan perkara ini.

C. Putusan Hakim dalam Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 76/Pdt/2014/PT-MDN

Dalam permohonan dalam tingkat banding di Pengadilan Tinggi Medan, Majelis Hakim mengadili sebagai berikut :

1. Menerima permohonan banding para Pembanding/ para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi tersebut;

2. Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Stabat tanggal 19 September 2013 Nomor 16/Pdt.G/2012/PN-Stb yang dimohonkan banding oleh para Pembanding/para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/para Tergugat dalam rekonpensi tersebut.

Dalam Konpensinya Menolak gugatan para Pembanding/Para Penggugat/Tergugat Intervensi I sampai dengan VII/Para Tergugat dalam Rekonpensi seluruhnya.

(53)

Dalam Intervensinya sebagai berikut :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Intervensi I dan II sebagian; 2. Menyatakan demi hukum bahwa :

a. Penggugat Intervensi I adalah pemilik sah bidang tanah seluas ± 120.000 M² (seratus dua puluh ribu meter persegi), yang terletak dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamaatan Labuhan Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara atas nama Penggugat Intervensi I (wagimun)

b. Penggugat Intervensi II adalah pemilik sah bidang-bidang tanah seluas ± 140.000 M² (seratus empat puluh ribu meter persegi), yang terletak dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamaatan Labuhan Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara atas nama Penggugat Intervensi II (Yenti)

(54)

D. Analisa Putusan Pengadilan dalam Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor. 76/PDT/2014/PT-MDN

Bahwa dimenangkannya perkara tersebut oleh penggugat intervensi I dan II adalah karena lokasi tanah yang diperkarakan terletak di dusun V Desa Karang Gading sebagaimana dinyatakan dalam berita acara pemeriksaan setempat dan bersesuaian dengan letak tanah dalam Akta Peralihan Hak Dengan Ganti Rugi yang menjadi alas hak/bukti kepemilikan penggugat intervensi I dan II, bukan di Desa Telaga Tujuh sebagaimana yang tercantumkan dalam Sertipikat Hak Milik Penggugat I s/d XIII. Dengan demikian unsur kepastian hukum mengenai objeknya (dalam hal ini mengenai objek letak tanah) memegang peranan penting sekalipun tanahnya belum terdaftar tetapi hanya dalam bentuk alas hak (SPHGR) dan terbukti. Hal ini sesuai dengan teori kepastian hukum yang menjadi landasan teori dalam penulisan tesis ini.

(55)

kepastian mengenai subjek, objek dan haknya. Tidak bisa haknya mengklaim subyeknya saja dan menyebut sebidang tanah tertentu menjadi hak milik seseorang, tetapi tidak dapat menunjukkan letak pasti dari objek bidang tanahnya.

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Peranan Akta Peralihan Hak Dengan Ganti Rugi dalam proses pendaftaran haknya adalah sebagai alas hak dan bukti permulaan pemilikan tanah atau bukti perolehan tanah sebagai kelengkapan mengajukan permohonan untuk pendaftaran (pensertipikatan) tanahnya. Hanya saja, Akta Peralihan Ganti Rugi selain sebagai alas hak, juga berperan sebagai alat bukti yang membuktikan pemilikan seseorang atas tanah yang diperoleh dari adanya peralihan hak. Akta PGHR merupakan Akta Otentik yang dibuat oleh Pejabat Umum yang berwenang untuk itu berdasarkan undang-undang dengan memastikan tanda tanga para pihak, tempat dan waktu pembuktian.

(57)

Khusus terhadap tanah milik adat, prosedur pendaftarannya dilakukan dengan pengumuman di kantor Kepala Desa/Kelurahan di Kantor Pertanahan setempat. 3. Kekuatan Hukum Pembuktian atas akta PHGR yang dibuat dihadapan Notaris

berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor 76/PDT/2014/PT-Mdn telah terbukti. Berdasarkan uraian tersebut diatas, akta PHGR yang dibuat oleh dan di hadapan Notaris, apabila dibuat dengan benar dengan subjek yang berhak dan objek bidang tanah yang tepat mempunyai kekuatan hukum pembuktian dan putusan pengadilan mengukuhkan kepastian dari kebenaran dari akta PHGR, sekalipun akta PHGR masih berupa alas hak (belum terdaftar tanahnya di BPN) namun apabila ada kepastian mengenai subjek dan objeknya, dipastikan pula mengenai hak kepemilikannya. Dan terbukti dimenangkan pengadilan, sebaliknya sekalipun tanahnya sudah terdaftar namun salah menunjukkan/mengklaim objeknya, maka tidak terpenuhi azas kepastian hukumnya. Kepastian hukum haruslah menyangkut mengenai kepastian subjek, objek dan haknya. Tidak bisa hanya mengklaim subjeknya saja dan menyebut sebidang tanah tertentu menjadi hak milik seseorang, tetapi tidak dapat menunjukkan letak pasti dari objek bidang tanahnya.

B. Saran

(58)

Notaris. Hal ini sesuai dengan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, guna memberikan kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah.

2. Agar dilakukan penyuluhan hukum oleh pihak Badan Pertanahan Nasional maupun pihak camat dan pihak Notaris mengenai pentingnya kepastian hukum mengenai tanah mereka karena masyarakat sebagai pihak yang akan melakukan pemindahan hak atau yang menerima hak hendaknya mencari informasi tentang tanah tersebut terlebih dahulu, agar tidak terjadi permasalahan di kemudian hari. 3. Agar Notaris tidak khawatir dengan akta yang dibuatnya menyangkut kekuatan

Referensi

Dokumen terkait