• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Konseling Realitas Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Taruna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Konseling Realitas Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Taruna"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan memiliki daya saing. Hal utama yang ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik dan berbudaya (educated and civilized human being). Terdidik yang dimaksud adalah individu yang memiliki keilmuan dalam bidang akademis dan berbudaya adalah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan keilmuan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga ilmu yang dimiliki bermanfaat bagi individu lain. Hal ini menjadi penting karena pendidikan tidak sekedar mencari ilmu namun harus mampu mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Tilaar, 2000).

Proses belajar akan berbeda untuk setiap sistem pendidikan. Salah satu sistem pendidikan yang ditawarkan adalah sekolah berasrama (boarding school). Belajar di sekolah berasrama berbeda dengan belajar di sekolah biasa (non asrama).

(2)

menghadapi orang yang sama dan lingkungan yang sama dengan dinamika kegiatan yang monoton setiap saat. Disisi lain keunggulan sekolah berasramajika dibandingkan dengan sekolah regular yaitu program pendidikan lengkap, fasilitas lengkap, guru yang berkualitas, lingkungan yang kondusif, siswa yang heterogen, jaminan keamanan dan jaminan kualitas. Secara ekonomi sekolah berasrama memberikan layanan dengan biaya cukup tinggi (Maknun, 2006).

Sekolah berasrama siswa akan memiliki waktu belajar yang lebih panjang dan

lebih fokus. Hal ini memungkinkan siswa untuk lebih mandiri dan lebih siap dalam

mempersiapkan berbagai macam tantangan yang akan dihadapinya dimasa yang akan

datang. Siswa-siswa sekolah berasrama diwajibkan untuk tinggal di lingkungan

sekolah dan sekolah telah menyiapkan tempat untuk para siswa, kegiatan yang

dilaksanakan selalu berada di area sekolah (Kusdiyati, 2011).Perubahan dari lingkungan sekolah menengah non asrama dimana siswa tinggal bersama orangtua menuju pendidikan tinggi berasrama merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, khususnya transisi memasuki sekolah berasrama karena memiliki tuntutan yang lebih tinggi jika dibanding sekolah non asrama. Siswa pada sekolah berasrama dituntut untuk tinggal di asrama bersama siswa lain dan pengelola sekolah dalam kurun waktu tertentu. Disamping itu sekolah berasrma juga mengisolasi siswa dari lingkungan sosial dan membatasi pergaulan selama di dalam asrama (Baktiar, 2012).

(3)

karena merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dengan berbagai tugas perkembangan yang harus dijalani.Rumiani (2006) mengatakan bahwa siswa terbiasa hidup dengan kontrol orangtua, namun di asrama siswa dituntut untuk mandiri dan mengerjakan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu sesuai dengan kontrol pribadinya. Keadaan di asrama dengan peraturan dan kondisi yang berbeda dengan di rumah bisa menjadi sumber tekanan (stressor) sehingga dapat menyebabkan stres. Salah satu dampak stres adalah kelelahan fisik hingga mengakibatkan turunnya produktivitas dalam belajar maupun aktivitas pribadi. Siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dapat mengakibatkan terjadinya hal-hal berikut ini seperti stres dan memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan daripada belajar.

(4)

Fenomena yang terjadi pada siswa sekolah berasama yang telah disebutkan diatas juga terjadi pada siswa di sekolah berasrama Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Medan. ATKP Medan sebagai salah satu penyelenggara pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi (akademi) dalam cabang ilmu pengetahuan tertentu yaitu teknik dan keselamatan penerbangan juga setiap tahunnya menerima taruna baru. Taruna adalah sebutan untuk siswa di sekolah kedinasan yang bernaung di bawah Kementerian Perhubungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan masing-masing Ketua Jurusan (Jurusan Teknik Penerbangan dan Jurusan Keselamatan Penerbangan) diperoleh informasi bahwa setiap tahun ada saja taruna yang mengalami masalah dengan sistem kedinasan ATKP Medan. Misalnya taruna yang tidak mampu mencapai standar minimal kelulusan secara akademik dan taruna yang tidak mampu mengikuti kegiatan kampus secara keseluruhan. Hal ini karena ATKP Medan juga menerapkan sistem kedinasan selain sistem sekolah berasrama. Sistem kedinasan yaitu sistem pembinaan taruna baik secara fisik maupun mental. Berdasarkan sistem tersebut, tentu saja ada tuntutan secara akademik dan tuntutan non akademik (pembinaan fisik dan mental).

(5)

“Semua sekolah di bawah Kementerian Perhubungan pakai sistem kedinasan. Jadi ya ... mau gak mau siswa yang mau sekolah disini harus ikut aturan itu.”

(A.001, 18 September 2014, wawancara personal).

“Semua yang ada disini pastilah beda sama kondisi mereka dirumah dan sekolahnya dulu. Mau gak mau harus pandai-pandai bawa diri karena kalau gak pasti susah ngikutinnya.”.

(A.002, 18 September 2014, wawancara personal).

nah....lama kelaman akan keliatan mana yang bisa mana yang gak disini. Ada yang dapat nilai bagus ada yang gagal juga, belum lagi pembinaan dari pembina. Kalau dari pembina pasti ada hukuman kalau buat kesalahan, hukuman fisik atau non fisik (mental).”

(A.003, 18 September 2014, wawancara personal).

(6)

Nilai poin maksimal dalam satu semester adalah 90 poin. Apabila taruna melebihi poin tersebut maka akan mendapat peringatan dan bila mencapai angka 100 poin, maka akan mendapat sanksi berupa dikeluarkan dari kegiatan akademik (Drop Out). ATKP Medan juga menganut sistem pembinaan semi militer dan ini merupakan kewajiban yang juga harus dipatuhi taruna.

Data yang diperoleh dari masing-masing jurusan bahwa setiap diadakan ujian baik teori maupun praktek di laboratorium selalu saja ada siswa yang gagal ujian dan mendapat akumulasi nilai sehingga terancam drop out. Data dari bagian pembinaan terdapat 15 orang taruna yang memiliki angka kesalahan maksimal dan juga terancam drop out.

(7)

menurunnya motivasi taruna dalam belajar yang mempengaruhi hasil belajar taruna nantinya (Tyrer; 2000, Kusuma, Gusniarti ; 2008)

Kemampuan siswa untuk menyesuaikan diri mempunyai pengaruh yang cukup besar pada keadaan siswa untuk memberikan respon pada setiap keadaan yang dihadapi. Kemampuan penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan akan mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional taruna. Taruna yang memiliki penyesuaian yang baik akan mampu menghadapi keadaan yang sulit dengan penyelesaian yang positif (Fatimah, 2006). Persepsi individu terhadap diri, orang lain dan lingkungan sekitar akan mempengaruhi individu tersebut dalam menyesuaikan diri. Hal tersebut senada dengan dasar yang digunakan dalam konseling realitas, dimana selalu menekankan pada kondisi fenomenologis setiap individu dan menekankan pada pengalaman subjektif klien mengenai dunia dan bagaimana reaksi mereka pada dunia. Konseling realitas menekankan bahwa setiap individu memiliki kebebasan, dapat membuat pilihan, dan harus bertanggung jawab pada setiap pilihan yang ia buat (Glesser, 1990 ; Corey, 1996).

(8)

sesuai dengan apa yang sebenarnya ia inginkan, maka klien akan dituntun untuk mencari cara agar dapat mengubah perilakunya (Corey, 1996).

Tujuan dasar konseling realitas yang berorientasi kognitif ini adalahmembantu para konseli mempelajari cara yang lebih baik dalam memenuhisemua kebutuhan mereka, termasuk kekuasaan atau prestasi, kebebasanatau kemerdekaan, dan kesenangan, tanpa harus mengabaikan prinsip3R yaitu Responsibility, Reality, Right (Corey, 2005). Dengan kata lain tujuan konseling realitas adalahmembantukonseli untuk mengembangkan perilaku yang bertanggung jawab, danmengubah perilaku yang tidak bertanggung jawab menjadi bertanggungjawab, karena nantinya perilaku bertanggung jawab akan mengarahkanpada identitas sukses.

(9)

kebutuhan akan identitas. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan merasa adanya keunikan individu, perbedaan dan kemandirian (Dimas& Nuraeni, 2013).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dimas &Nuraeni (2013) yang menjelaskan bahwa konseling realitas dapat meningkatkan penyesuaian diri siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Buer Kabupaten Sumbawa Besar tahun pelajaran 2013/2014. Konseling realitas dalam proses pemberian layanan konseling individu sangat penting bagi siswa untuk membantu mengartikan dan memperluas tujuan-tujuan hidup mereka dan membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan psikologis tunggal yang disebut kebutuhan akan identitas. Melalui konseling realitas pula individu dapat menjadi individu yang bertanggung jawab terhadap pilihannya dengan memunculkan perilaku yang akan membantu tercapainya tujuan/harapan. Meningkatkan kemampuan penyesuaian diri juga diharapkan akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Achyar (2001) bahwa penyesuaian diri berkorelasi dengan prestasi belajar, dimana penyesuaian diri dapat meningkatkan efek positif terhadap prestasi belajar siswa.

(10)

memahami dan mendukung. Intervensi melalui konseling kelompok, dapat dilaksanakan dengan berbagai jenis pendekatan, salah satunya melalui pendekatan realita (Nursalim & Suradi, 2002).

Mengacu pada pengertian diatas, maka sangat memungkinkan untuk menggunakan teknik konseling kelompok dalam membimbing taruna untuk dapat menyesuaikan diri. Masalah penyesuaian diri akan lebih efektif jika diselesaikan dengan layanan metode konseling kelompok yang terdiri dari tidak lebih sepuluh orang, sehingga diharapkan jika mereka memiliki kebutuhan yang sama (yaitu penyesuaian diri yang kurang baik) disatukan dalam kelompok kecil, akan memberikan kenyamanan karena adanya solidaritas dan kenyamanan yang akan tercipta karena kebutuhan yang sama. Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat membantu meningkatkan penyesuaian diri dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik, maka anggota kelompok akan saling membantu dan memberikan masukan (Sunarto& Hartono, 2008)

(11)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka didapat suatu rumusan masalah:

1. Bagaimana penyesuaian diri taruna sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi berupa konseling realitas?

2. Apakah konseling realitas efektif dalam meningkatkan penyesuaian diri taruna tingkat awal di ATKP Medan?

3. Berapa besarnya sumbangan efektif konseling realitas dalam meningkatkan penyesuaian diri taruna tingkat I ATKP Medan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas konseling realitas dalam meningkatkan penyesuaian diri taruna.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis :

(12)

2. Manfaat Praktis : a) Bagi ATKP Medan

1) Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai pedoman mengukur penyesuaian diri taruna secara rutin dan berkesinambungan.

2) Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pedoman penanganan taruna yang mengalami masalah penyesuaian diri.

b) Bagi orangtua taruna

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk orangtua agar selalu memberi dukungan dan perhatian pada taruna yang sedang menjalani proses pendidikan khususnya pada pendidikan lanjutan yang berbeda kondisinya dengan jenjang pendidikan sebelumnya. Hal ini juga berguna sebagai motivasi yang dapat diberikan orangtua pada taruna, khususnya taruna tingkat I.

c) Bagi taruna

(13)

E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian yaitu penyesuaian diri, konseling realitas, dan taruna ATKP Medan

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan dan metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

Bab IV Analisa data dan pembahasan

Bab ini berisi pengolahan dan pengorganisasian data penelitian serta membahas data-data penelitian dengan teori yang relevan.

Bab V Kesimpulan dan saran

Referensi

Dokumen terkait

Pembukaan dan Evaluasi Penawaran No.26 Butir 26.4 Apabila Penawaran yang Masuk Kurang dari 3 (tiga) maka Pelelangan dinyatakan Gagal. dan

Penerapan Pembelajaran Model Eliciting Activities (Meas) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Dan Self-Efficacy Siswa.. Universitas Pendidikan Indonesia |

In this story is told an arrogant mouse deer invited race competition with a slow road of the snail.. One day there is a mouse deer ran in the jungle, once time has met with a

Sistem kontrol konveyor ini menggunakan sistem hidrolik, analisa yang di lakukan ialah proses kerja sistem hidrolik yang digunakan pada mesin konveyor untuk memindahkan lori

Penyampaian laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik disampaikan pada kepada Kepala Sekolah pada. akhir semester dalam bentuk laporan

● Akun berupa surat edaran diserahkan ke siswa untuk dapat melakukan login di http://padamu.siap.web.id/ dengan SIAP ID dan password yang sudah tertera pada

Dalam penulisan ini pembatasan dibatasi pada proses pelapisan cat dasar, cat antara, dan cat akhir, serta perangkat yang menunjang selama proses pengecatan sepeti bak pencelupan,

UPTD yang diberi hak oleh Dinas Pendidikan bisa membantu percepatan aktivasi layanan PADAMU dengan meminta seluruh surat akun PADAMU ke Dinas Pendidikan, untuk