BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai
salah satu jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama memiliki peranan
penting dalam Sistem Kesehatan Nasional,khususnya subsistem upaya
kesehatan.(Permenkes No.75,2014).Puskesmas merupakan Pemberi Pelayanan
Kesehatan (PPK) tingkat pertama bagi masyarakat. Seiring dengan semangat otonomi
daerah dan semakin ketatnya persaingan diikuti dengan tuntutan masyarakat atas
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, maka mengharuskan puskesmas sebagai
salah satu Gate Keeper
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya diwilayah kerjanya. ( Permenkes, No.
75 tahun 2014 ).
untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.
Setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Untuk memberikan jaminan
bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menyelenggarakan program
SJSN, pemerintah membentuk badan hukum yang disebut Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). BPJS terdiri dari 2 bagian, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
Prinsip dasar pelayanan kesehatan dalam JKN mengacu pada konsep
“managed care”, yaitu keterpaduan antara pelayanan kesehatan yang bermutu dan
pembiayaan yang terkendali. Pelayanan kesehatan meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif dengan pola pembiayaan yang dapat mengendalikan kenaikan
biaya pelayanan antara lain dengan prospective payment dan pelayanan kesehatan
berjenjang dimana dalam pelayanan JKN dimulai dari fasilitas kesehatan tingkat
pertama (Perpres No.72 Tahun 2012).
Berdasarkan Permenkes No.71 tahun 2013, tentang pelayanan kesehatan pada
JKN menegaskan bahwa jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pelayanan
kesehatan untuk setiap masyarakat diberikan pemerintah melalui fasilitas pelayanan
komprehensif, terpadu dan terus menerus kepada masyarakat baik di perkotaan
maupun di pedesaan.
Salah satu fasilitas kesehatan primer adalah puskesmas.
Puskesmas merupakan sebuah organisasi di bawah Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia yang berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat di tingkat kecamatan atau daerah (district). Pelayanan yang
ditawarkan bersifat menyeluruh, terpadu, dapat diterima dan dijangkau oleh
masyarakat. Rata-rata jumlah penduduk yang memperoleh pelayanan sebuah
puskesmas biasanya mencapai 25.000-30.000 orang dalam sebuah wilayah pelayanan
(Depkes RI, 2004).
Regulasi sistem kesehatan dan JKN memberikan tanggung jawab besar dan
strategis kepada puskesmas dengan menjadikannya sebagai sebagai “gate keeper”
dari penyelenggara dan penyampaian pelayanan dasar kesehatan yaitu, puskesmas
menjadi kontak pertama pasien dalam pelayanan kesehatan formal sekaligus penapis
rujukan sesuai standar pelayanan medik. Puskesmas diharapkan siap memenuhi
kebutuhan perubahan sistem kesehatan sekaligus menyambut diberlakukannya
Program JKN. Kapasitas puskesmas disiapkan untuk melaksanakan fungsi dan
perannya, dengan peran yang demikian besar dan strategis tersebut dan mengaca pada
wajah puskesmas saat ini, revitalisasi puskesmas adalah agenda penting dalam upaya
penguatan sistem kesehatan di Indonesia. Revitalisasi puskesmas menjadi kebutuhan
Mempertahankan puskesmas sebagai jasa pelayanan kesehatan dalam era
JKN, maka manajemen puskesmas sebagai suatu organisasi harus mempunyai
pemikiran untuk melakukan upaya perbaikan dan pembenahan secara terus menerus.
Perbaikan dan pembenahan ini harus dimulai dari hal-hal yang kecil, karena hal
tersebut akan membawa dampak yang sangat besar dan berpengaruh terhadap
kelangsungan puskesmas sebagai organisasi. Salah satu upaya untuk menghadapi
persaingan tersebut adalah dengan adanya suatu formulasi strategi pemasaran yang
tepat. Formulasi strategi antar suatu organisasi tidak akan pernah sama tergantung
kepada visi, misi dan tujuan dari organisasi itu sendiri. Fakta menunjukkan bahwa
pada tahun 2013, satu orang dokter melayani 2.500 penduduk dan lebih dari separuh
puskesmas di Indonesia tidak memiliki tenaga promosi kesehatan (Taher, 2013).
iAnalisis SWOT merupakan suatu bentuk analisis situasi dengan
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan
(Strengths) dan kelemahan-kelemahan (Weaknesses) suatu organisasi dan
kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-ancaman (Threats) dari
lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi. Dalam menganalisis data
digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan permasalahan
mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek
penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus
dihadapinya. Dalam penelitian dilakukan identifikasi variabel-variabel yang
identifikasi variabel-variabel yang merupakan kelemahan dan ancaman dari luar.
(Anonym, 2009).
Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi sebuah perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman(Threats). Perencanaan strategis (strategic planner)
Masuknya era JKN menuntut setiap perusahaan jasa pelayanan kesehatan
untuk menjadi yang terbaik agar menjadi pilihan masyarakat. Mengacu kepada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Primer, maka puskesmas
sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) I harus memiliki strategi dalam
menangani 144 jenis diagnosis penyakit karena tidak boleh dirujuk ke rumah sakit
sebagai PPK II tanpa diagnosis yang jelas. Menghadapi situasi ini dibutuhkan suatu
perhatian khusus mengenai seberapa jauh pertumbuhan dan kemajuan puskesmas
sebagai perusahaan jasa pelayanan kesehatan. Puskesmas perlu mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimilikinya untuk dapat menyusun strategi
yang tepat.
suatu organisasi harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman) pada kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau
Hasil penelitian Sutiarini (2011) tentang Analisis SWOT untuk Rencana
Strategi Pengembangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas di
Kabupaten Gianyar menyimpulkan bahwa variabel ekonomi, hukum sosial budaya
dan teknologi merupakan kekuatan sekaligus peluang yang sangat bagus dalam
penerapan PPK-BLUD di Puskesmas. Namun demikian kelemahan dari variabel
tersebut perlu diperhatikan, sehingga tidak menjadi ancaman dalam penerapan dan
pengembangannya seperti halnya tenaga non medis dan anggaran pendapatan dan
belanja puskesmas. Rencana strategi yang dapat dirumuskan dalam pengembangan
pelaksanaan PPK-BLUD di puskesmas adalah mengembangkan produk baru dan
menambah kualitas produk dan jasa sejalan dengan posisi strategis puskesmas pada
posisi grow and develop.
Hasil penelitian Suroyo (2007) tentang Pengembangan Pola Manajemen
Pengelolaan Upaya Kesehatan Kerja di Puskesmas Kota Tasikmalaya menyimpulkan
bahwa strategi yang diharapkan adalah mendukung adanya pertumbuhan kebijakan
yang agresif dengan melakukan advokasi ke Pemerintah Kota guna mendapat
dukungan berupa kebijakan tentang penyelenggaraan upaya kesehatan kerja di Kota
Tasikmalaya sebagai perwujudan dari visi kota Tasikmalaya.
Jumlah puskesmas di Kabupaten Aceh Utara adalah sebanyak 31 puskesmas
dengan rincian 13 puskesmas rawat inap dan 18 puskesmas non rawat inap. Salah
satu puskesmas yang melayani rawat jalan dan rawat inap adalah Puskesmas Tanah
Jambo Aye yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh,
mempunyai strategi pemasaran yang terformulasi secara jelas dalam rangka
implementasi JKN dimana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program JKN, sehingga
penilaian-penilaian dan keputusan-keputusan para pengelolanya menghadapi berbagai
permasalahan dalam implementasi JKN. Diwilayah Kecamatan Tanah Jambo Aye
saat ini terdapat 1 unit klinik dan 1 unit puskesmas, 1 dokter praktek perorangan dan
6 bidan praktek mandiri sebagai saingan dan telah bekerja sama dengan BPJS dalam
implementasi program JKN. Semuafasilitas pelayanan kesehatan tersebut berupaya
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat.
Peneliti tertarik menjadikan Puskesmas Tanah Jambo Aye sebagai objek
penelitian karena puskesmas ini memiliki situasi dan kondisi yang unik. Letak
Puskesmas Tanah Jambo Aye sangat strategis yaitu di dekat perbatasan Aceh Timur
dan berada di pinggir jalan raya. Jarak puskesmas dengan rumah sakit cukup jauh,
lebih kurang 57 km. Letak puskesmas seperti tersebut di atas menyebabkan banyak
pasien dari luar kecamatan berobat di Puskesmas Tanah Jambo Aye. Kunjungan
pasien rawat jalan dan rawat inap cukup ramai setiap harinya. Jumlah pasien yang
banyak dan jumlah pasien yang diluar perkiraan menyebabkan suplai obat-obatan
yang diberikan oleh Dinkes sering kali kurang. Puskesmas Tanah Jambo Aye sebagai
gate keeper diharapkan dengan sumberdaya yang ada, dapat membantu agar
implementasi JKN dapat terlaksana secara optimal. Namun dalam pelaksanaan
terdapat beberapa masalah yang timbul, sehingga diperlukan strategi dalam
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas penulis merasa tertarik untuk
meneliti situasi Puskesmas Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara dengan
menggunakan Analisis SWOT, dimana hasil analisis SWOT dapat digunakan untuk
penyusunan strategi puskesmas dalam menghadapi Implementasi JKN.
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan diatas adalah
bagaimana kesiapan puskesmas dengan menggunakan analisis SWOT dalam
menghadapi implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanah Jambo
Aye Kabupaten Aceh Utara.
1.3. Tujuan Penelitian
Menganalisis situasi Puskesmas baik dari faktor internal maupun faktor
eksternal berupa kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity)
maupun ancaman (threat) dalam menghadapi implementasi JKN di Puskesmas Tanah
Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara dengan menggunakan analisis SWOT.
1.4. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi :
1. Puskesmas Tanah Jambo Aye dapat menyusun strategi yang terformulasi dalam
menghadapi implementasi kebijakan JKN di Puskesmas Tanah Jambo Aye.
2. Dalam bidang akademik dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan