• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu Sakarifikasi pada Pembuatan Glukosa dari Subtrat Kulit Pinang (Areca catechu L.) Menggunakan Aspergillus Niger

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Waktu Sakarifikasi pada Pembuatan Glukosa dari Subtrat Kulit Pinang (Areca catechu L.) Menggunakan Aspergillus Niger"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Selulase dimanfaatkan dalam proses fermentasi dari biomassa menjadi

biofuel, seperti bioethanol. Saat ini, enzim selulase juga digunakan sebagai

pengganti bahan kimia pada proses pembuatan alkohol dari bahan yang

mengandung selulosa (Zhiliang Fan dkk. 2006). Selulase dapat diproduksi oleh

fungi, bakteri, dan ruminansia. Produksi enzim secara komersial biasanya

menggunakan fungi atau bakteri. Fungi yang bisa menghasilkan selulase antara lain

genus Tricoderma, Aspergillus, dan Penicillium.

Kulit pinang mempunyai potensi besar sebagai substrat dalam produksi

enzim selulase yang digunakan secara luas dalam industri sehingga penelitian ini

penting untuk dilakukan. Ketersediaan limbah kulit pinang cukup besar disekeliling

tempat tinggal peneliti tepatnya di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang. Adanya pabrik pengolahan biji pinang menjadi bahan

baku pembuatan cat membuat masyarakat disekeliling lingkungan pabrik tersebut

banyak menjadi buruh kupas kulit pinang.

Banyaknya produksi pinang ini hanya mengindikasikan dari sektor

penjualan biji pinang saja, karena para petani biasanya menjual biji pinang tanpa

kulit pinang kepada penampung dan diteruskan pada pihak pabrik. Akibatnya

produksi pinang yang cukup besar ini menyisakan limbah kulit pinang yang belum

termanfaatkan secara maksimal. Kulit pinang yang belum termanfaatkan ini lama

kelamaan dapat menumpuk karena proses dekomposisinya yang cukup lama

sehingga berpotensi menjadi limbah yang dapat mencemari lingkungan.

Pada penelitian ini digunakan kulit pinang setengah tua karena pada

umumnya biji pinang yang setengah tua ini diambil untuk pengolahan cat selain itu

Rajan et al. (2005) menyatakan kandungan selulosa dan hemiselulosa pada kulit

(2)

dan matang, sedangkan kandungan lignin dalam kulit pinang akan meningkat

seiring dengan perkembangan tingkat kematangan.

Peneliti sebelumnya Zulfatus dkk. (2008) memanfaatkan subtrat jerami padi

dalam proses sakarifikasi menggunakan Aspergillus Niger, potensi selulosa dalam

jerami padi yang besar dapat dimanfaatkan sebagai substrat dalam produksi selulase

sehingga dapat menambah nilai ekonomi pada jerami padi.

Sedangkan Rismawati dkk. (2016) menggunakan jamur Trichoderma sp.

Untuk memproduksi glukosa dari jerami padi, kadar glukosa dianalisis

menggunakan metode DNS dengan spektrofotometri UV-Visible. Jerami padi

berpotensi dijadikan sebagai bahan baku pembuatan gula hidrolisat atau dalam

industri disebut gula fermentasi yang memiliki banyak manfaat.

Chukwuma et al. (2014) memanfaatkan sekam padi sebagai substrat

sakarifikasi dengan menngunakan Aspergillus Niger.

Purkan dkk. (2016) menggunakan sekam padi dan Ampas tebu sebagai

subtrat.

Feki, D.Z. (2014) melakukan penelitian dengan memanfaatkan serabut

kelapa pada proses sakarifikasi dengan enzim selulase dari Aspergillus Niger dan

Trichoderma reesei.

Kusumaningati, M. (2008) menyatakan bahwa kapang Aspergillus sp.

berpotensi menghasilkan enzim selulase dalam proses hidrolisis. Kapang

Aspergillus Niger. Telah diuji selulotik yang mampu mendegradasi selulosa dengan

memproduksi enzim lignoselulolitik seperti enzim selulase. Enzim selulase

merupakan enzim kompleks yang terdiri dari endoglukanase, eksoglukanase, dan β

-glikosidase. Enzim endoglukanase memecah selulosa amorf menjadi selulosa rantai

pendek kemudian dilanjutkan enzim eksoglukanase memecah selulosa rantai

pendek menjadi selobiosa, dan terakhir akan dipecah selobiosa menjadi glukosa

oleh enzim β-glikosidase. Dengan pH awal medium yang digunakan dalam proses

hidrolisis yaitu pH 5 suhu yang digunakan adalah suhu ruang, karena pada suhu

(3)

suhu optimum, kecepatan reaksi menurun tajam karena enzim sebagai protein akan

terdenaturasi, sedangkan pada suhu suhu terlalu rendah enzim tidak dapat bekerja.

Selain itu, dilakukan penggoyangan menggunakan rotary shaker dengan tujuan

menjamin ketersediaan oksigen dalam medium.

Dan menurut Juhasz, (2003) menyatakan bahwa Aspergillus Niger mampu menghasilkan β-glukosidase yang tinggi.

Gunam, (2010) melakukan penelitian dengan menggunakan subtrat jerami

padi terhadap produksi enzim selulase dari Aspergillus Niger pada perlakuan

delignifikasi subtrat dengan menggunakan NaOH 2% dan konsentrasi subtrat 3%

dapat memberikan aktivitas enzim endogluanase yang tinggi. Variasi waktu yang

digunakan yaitu 7, 9 dan 11 hari.

Sarjono dkk, (2012) Keberadaan lignin akan menghambat proses hidrolisis

selulosa oleh enzim selulase karena lignin merupakan molekul kompleks yang

terdiri atas unit-unit fenilpropana yang umumnya sulit didegradasi. Lignin

membentuk ikatan yang kuat dengan selulosa sehingga memberikan bentuk yang

kokoh pada dinding sel tanaman. Lignin dapat dihilangkan atau dikurangi salah

satunya dengan perlakuan alkali menggunakan NaOH.

Berdasarkan dari peneliti sebelumnya peneliti tertarik untuk meneliti subtrat

lain yaitu kulit pinang sebagai subtrat proses sakarifikasi. Kulit pinang merupakan

limbah pertanian yang ketersediaannya cukup melimpah di Indonesia. Jika dilihat

dari sisi ekonomisnya tentu lebih murah dan ramah lingkungan serta banyaknya

jumlah selulosa yang terkandung didalamnya. Dan pada penelitian ini dengan

memanfaatkan enzim selulase pada Aspergillus Niger untuk proses sakarifikasi

dengan konsentrasi subtrat 3% dan NaOH 2%, pada suhu 270C, pH awal 5, dengan

(4)

1.2Permasalahan

Permasalahann dalam penelitian ini adalah

1. Apakah limbah kulit pinang dapat dimanfaatkan sebagai subtrat pembuatan

glukosa.

2. Apakah Aspergillus Niger dapat dimanfaatkan pada proses sakarifikasi kulit

pinang menjadi glukosa.

3. Berapa lama waktu optimum Aspergillus Niger dalam proses sakarifikasi

kulit pinang.

1.3Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada :

1. Variasi waktu proses sakarifikasi adalah 0 hari, 7 hari, 8 hari, 9 hari, 10 hari

dan 11 hari.

2. Kulit pinang yang di uji merupakan limbah kulit pinang yang diambil dari

Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah kulit pinang dapat dimanfaatkan sebagai subtrat

pembuatan glukosa.

2. Untuk mengetahui apakah Aspergillus Niger dapat dimanfaatkan pada

proses sakarifikasi kulit pinang menjadi glukosa.

3. Untuk mengetahui waktu optimum Aspergillus Niger pada proses

(5)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Dapat memberikan informasi ilmiah dalam pengaruh waktu sakarifikasi

pada pembuatan glukosa dari subtract kulit pinang (Areca catechu L.)

menggunakan Aspergillus Niger.

2. Dapat memberikan informasi mengenai Aspergillus Niger dapat

dimanfaatkan pada proses sakarifikasi kulit pinang menjadi glukosa.

3. Dapat memberikan informasi mengenai waktu optimum Aspergillus Niger

pada proses sakarifikasi kulit pinang untuk pembuatan glukosa.

1.6Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Kimia

Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera

Utara.

1.7Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen yang dilakukan di Laboratorium dengan cara

sebagai berikut:

1. Kulit pinang yang digunakan diambil dari Desa Sukaraya Kecamatan

Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2. Preparasi sampel dilakukan dengan cara mencuci kulit pinang dari pengotor,

mencacah, menjemur kulit pinang, dan kulit pinang yang telah kering

diblender, kemudian dilakukan proses delignifikasi untuk menghilangkan

lignin, mengoven sampel pada suhu 700C hingga berat konstan, kemudian

diblender kembali dan diayak menggunakan ayakan 80 mesh.

3. Uji FT-IR pada sampel sebelum dan sesudah proses delignifikasi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 84 orang risiko tinggi HIV dan AIDS di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga kecamatan Marpoyan Damai menunjukkan bahwa

Perbincangan artikel ini lebih menfokuskan kepada dua isu perundangan yang berkait rapat dengan undang-undang tanah wakaf iaitu pendaftaran di bawah Kanun Tanah

Permasalahan produktivitas bukan dari sekedar ilmu pengetahuan, teknologi, manajamen karena produktivitas juga mengandung pula falsafah dan sikap mental yang selalu

Berdasarkan pengamatan terhadap kandungan hidrokarbon terendah yang dijumpai menunjukkan bahwa dosis nutrisi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu NP 100+50 mg kg -1

Dari bahasan terdahulu tentang pengertian TQM, penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Total Quality Manajemen (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu

4. Makanan jajanan dengan bahan dasar kacang-kacangan 5. Makanan jajanan dengan bahan dasar buah-buahan F = Frekuensi kesukaan... dasar beras ketan yang paling Modifikasi

Adanya hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dengan kelelahan otot yang ditandai dengan kadar asam laktat pada atlet sepak bola... Latihan fisik yang

pemberian bahan tailUlnin pakan teprtpg kunyit dan tepung ikan swangi, sedangkan terhadap kadar lemak kasar Oaging puyrn, tiun,, pembJrian Uafran tambahan pakan tepung