Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif analitik
dengan rancangan cross sectional dimana observasi dan pengumpulan data
dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan
hubungan pengetahuan ibu tentang 1000 HPK dengan pemberian MP ASI.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan
Kecamatan Medan Area Kota Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan
Februari 2017 sampai dengan Juli 2017.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak
berumur 6 - 24 bulan dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Medan
Area Selatan Kecamatan Medan Area Kota Medan. Berdasarkan catatan
kelurahan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan, jumlah
ibu yang mempunyai anak berumur 6 – 24 bulan sebanyak 322 orang.
Sampel pada penelitian ini adalah ibu/ pengasuh anak berumur 6 – 24
bulan. Penghitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Gazpert
(1991).
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
G = Galat pendugaan = 0,1
P = Proporsi dari populasi ditetapkan = 0,5
Z = Tingkat keandalan pendugaan = 95% = 1,96
Besar sampel yang dihasilkan berdasarkan rumus diatas adalah 73 orang
ibu/orang yang mengasuh anak umur 6-24 bulan, pengambilan sampel
menggunakan multistage sampling, yaitu teknik penentuan sampel yang
digunakan pada populasi yang letaknya sangat tersebar secara geografis. Dalam
penelitian ini, sampel yang berjumlah 73 orang yang telah ditentukan melalui
rumus diatas, dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan kelurahan yang terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan. Besar sampel pada setiap
kelurahan ditentukan dari hasil kali populasi anak usia 6-24 bulan di setiap
kelurahan dengan jumlah sampel (73), dan dibagi dengan jumlah populasi (322).
Hasil besar sampel yang didapatkan adalah:
Kelurahan Sukaramai I : 39 orang dari 172 populasi
Kelurahan Sukaramai II : 17 orang dari 75 populasi
Kelurahan Panda Hulu II : 12 orang dari 52 populasi
Kelurahan Sei Rengas II : 5 orang dari 23 populasi
Jumlah sampel yang telah ditentukan di atas kemudian diambil dengan
menggunakan teknik simple random sampling, dengan cara undian berdasarkan
Sukaramai II (9 posyandu), Kelurahan Panda Hulu II (10 posyandu), dan
Kelurahan Sei Rengas II (5 posyandu).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan berdasarkan jenis data yang
dilakukan secara langsung dalam penelitian (data primer) dan data yang dilakukan
secara tidak langsung dalam penelitian (data sekunder).
Data primer pada penelitian ini meliputi identitas ibu, identitas anak,
pengetahuan ibu tentang 1000 HPK, dan tindakan ibu dalam memberikan MP
ASI, yang diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh peneliti berdasarkan jawaban
ibu yang diobservasi langsung.
Data sekunder diperoleh dari profil kesehatan Puskesmas Medan Area
Selatan. Data tersebut meliputi gambaran puskesmas, jumlah anak yang berusia
6-24 bulan di wilayah kerja puskesmas, dan data-data pendukung lainnya yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu pemberian MP ASI.
Sedangkan, variabel independen dalam penelitian ini yaitu pengetahuan ibu
tentang 1000 HPK.
Defenisi operasional dari masing-masing variabel adalah:
1. Umur, yaitu jumlah tahun yang dihitung mulai lahir sampai ulang tahun
2. Suku bangsa, yaitu identitas suku yang dimiliki oleh ibu berdasarkan
keturunan.
3. Agama, yaitu kepercayaan agama yang dianut oleh ibu.
4. Pendidikan, yaitu jenis pendidikan formal yang terakhir diselesaikan oleh
ibu.
5. Pekerjaan, yaitu sumber mata pencaharian yang dilakukan oleh ibu
sehari-hari.
6. Pendapatan, yaitu jumlah pendapatan yang dimiliki atau didapatkan ibu
dalam setiap bulan.
7. Pengetahuan ibu tentang 1000 HPK, yaitu pemahaman dan wawasan ibu
mengenai program 1000 HPK yang berkaitan dengan MP ASI.
8. MP ASI, yaitu makanan yang diberikan kepada anak berumur 6-24 bulan
disamping pemberian ASI yang terus dilakukan.
9. Pemberian MP ASI, yaitu tindakan ibu dalam memberikan MP ASI
kepada anak usia 6-24 bulan.
10.Tindakan, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang sebagai akibat
dari pengetahuan yang dimilikinya.
11.Tekstur, yaitu bentuk makanan yang terdiri dari lumat, lunak, hingga padat
yang diberikan kepada anak sesuai dengan umur anak.
12.Porsi, yaitu seberapa banyak makanan yang diberikan kepada anak dalam
sekali pemberian makan sesuai dengan umur anak.
13.Frekuensi, yaitu seberapa sering ibu memberikan MP ASI kepada anak
3.6 Metode Pengukuran
Metode pengukuran dalam penelitian ini meliputi variabel independen
dan variabel dependen.
Metode pengukuran variabel independen berdasarkan pada jawaban ibu
terhadap pertanyaan yang telah disediakan pada kuesioner yang disesuaikan
dengan permasalahan yang diteliti. Yang menjadi variabel independen dalam
penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang 1000 HPK khususnya mengenai MP
ASI, yang diukur dengan memberikan pertanyaan menggunakan kuesioner,
dengan ketentuan semua pertanyaan no 1-10 hanya ada satu jawaban yang benar
yaitu :
- Jawaban benar diberi nilai 1
- Jawaban salah diberi nilai 0
Nilai variabel independen yakni pengetahuan ibu tentang 1000 HPK
yang telah diperoleh jumlah skornya, dapat dikategorikan sebagai berikut
(Arikunto, 2006) :
- Baik bila skor > 60% jawaban benar 6-10
- Kurang baik bila skor < 60% jawaban benar 0-5
Metode pengukuran variabel dependen berdasarkan pada jawaban ibu
terhadap pertanyaan yang telah disediakan pada kuesioner yang disesuaikan
dengan permasalahan yang diteliti. Yang menjadi variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pemberian MP ASI pada anak 6 – 24 bulan yang meliputi
jenis dan tekstur MP ASI, porsi MP ASI, dan frekuensi pemberian MP ASI.
(bobot nilai 1), dan “TIDAK” (bobot nilai 0). Semakin tinggi skor maka semakin
baik tindakan ibu dalam pemberian MP ASI. Nilai maksimal dari keseluruhan
skor yaitu 10x1=10.
Nilai variabel dependen dari jumlah skor yang telah diperoleh dapat
dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2006) :
- Baik bila skor > 60% jawaban benar 6-10
- Kurang baik bila skor < 60% jawaban benar 0-5
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kuantitatif merupakan kegiatan setelah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Pengolahan data
dilakukan dengan teknik komputerisasi dengan langkah editing, yaitu melihat dan
memeriksa apakah pertanyaan sudah diteliti dan dapat dibaca dan tidak memiliki
kekeliruan yang dapat mengganggu proses pengolahan data. Selanjutnya, dengan
langkah koding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner.
Kemudian, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dipindahkan ke mesin
pengolahan data atau disebut juga dengan entri data.
Data yang telah di entri akan dikumpulkan, diolah, dan disajikan. Analisis data
terdiri dari:
1. Analisis univariat, yaitu analisis data yang dilakukan pada
variabel-variabel penelitian baik independen maupun dependen dalam bentuk
distribusi frekuensi dan hitungan persentasenya.
2. Analisis bivariat, yaitu analisis data yang digunakan untuk mengetahui
menggunakan uji statistik. Analisis bivariat yang akan dilakukan dalam
penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan antara
pengetahuan ibu tentang 1000 HPK dengan pemberian MP ASI anak usia
6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS dan menggunakan Uji Chi
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Medan Area Selatan didirikan pada tanggal 28 Februari 1974
dan diresmikan oleh Bapak Drs. Syoerkani. Puskesmas Medan Area Selatan
adalah puskesmas rawat inap yang memberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan persalinan dalam waktu 24
jam. Puskesmas Medan Area Selatan berada di Kecamatan Medan Area, Kota
Medan, tepatnya di Jalan Medan Area Selatan No.1000. Secara geografis,
Puskesmas Medan Area Selatan berbatasan dengan Sei Kera Hulu di sebelah
utara, Pusat Pasar Medan di sebelah selatan, Jalan A.R. Hakim di sebelah barat,
dan Jalan Thamrin di sebelah timur. Letak strategis Puskesmas Medan Area
Selatan berada di perkotaan kota medan yang mudah dijangkau dengan alat
transportasi.
Wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan terdiri dari 54 lingkungan
dengan jumlah penduduk 37.570 jiwa dengan 8.191 Kepala Keluarga (KK) dan
mempunyai luas wilayah sebesar 150,23 Ha. Puskesmas Medan Area Selatan
meliputi 4 kelurahan yang terdiri dari Kelurahan Sukaramai I (35,70 Ha),
Kelurahan Sukaramai II (31,20 Ha), Kelurahan Sei Rengas II (35,78 Ha), dan
Kelurahan Pandau Hulu II (47,55 Ha).
Puskesmas Medan Area Selatan memiliki visi, misi, dan motto. Visi dari
Terwujudnya Indonesia Sehat 2015, dengan Siap Membangun Komitmen
Kesehatan dan Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan yang Memuaskan bagi Semua
Pelanggan”. Sedangkan misi dari Puskesmas Medan Area Selatan adalah
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja, mendorong
kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di willayah kerja, dan
memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya, dengan upaya
memberikan pelayanan yang berorientasi kepuasan pelanggan, meningkatkan
mutu pelayanan, dan meningkatkan profesionalisme petugas, serta membangun
komitmen kesehatan dalam kesatuan pengertian, kesadaran, kemauan, keikhlasan,
kerjasama, dan tanggung jawab. Adapun motto dari Puskesmas Medan Area
Selatan yaitu “ Medan Sehat Harapan Kita Bersama”.
4.2 Karakteristik Ibu
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa karakteristik ibu berdasarkan umur yang
berada pada rentang usia 31-35 tahun yakni sebanyak 24 orang (32,9%), pada
rentang usia 26-30 tahun sebanyak 20 orang (27,4%), pada rentang usia 21 – 25
tahun yakni sebanyak 18 orang (24,7%), pada rentang usia 36 – 40 tahun yakni
sebanyak 8 orang (10,9%), kemudian pada rentang usia di bawah 20 tahun yakni
sebanyak 2 orang (2,7%), dan pada rentang usia diatas 40 tahun yakni sebanyak 1
orang (1,4%).
Karakteristik ibu berdasarkan suku bangsa, yaitu diketahui bahwa
(38,4%), ibu yang memiliki suku bangsa Minang yakni sebanyak 15 orang
(20,5%), ibu yang memiliki suku bangsa Batak yakni sebanyak 12 orang (16,4%),
ibu yang memiliki suku bangsa Tionghoa yakni sebanyak 9 orang (12,3%),
kemudian ibu yang memiliki suku bangsa Melayu yakni sebanyak 8 orang (11%),
dan ibu yang memiliki suku bangsa Aceh yakni sebanyak 1 orang (1,4%).
Karakteristik ibu berdasarkan agama diketahui bahwa sebagian besar ibu
beragama Islam sebanyak 64 orang (87,7%), dan ibu yang beragama Buddha
sebanyak 9 orang (12,3%).
Karakteristik ibu berdasarkan pendidikan terakhir sebagian besar ibu telah
menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/Sederajat yakni sebanyak 45 orang
(61,6%), ibu yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan di tingkat SMP yakni
sebanyak 11 orang (15,1%), ibu yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan
sebagai Sarjana yaitu sebanyak 7 orang (9,6%), ibu yang hanya menyelesaikan
jenjang pendidikan di tingkat SD/Sederajat yaitu sebanyak 5 orang (6,8%),
kemudian ibu yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan di tingkat Diploma
yaitu sebanyak 3 orang (4,1%), dan ibu yang tidak tamat SD sebanyak 2 orang
(2,7%). Karakteristik ibu berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar ibu bekerja
sebagai ibu rumah tangga yakni sebanyak 58 orang (79,5%), kemudian ibu yang
bekerja sebagai pegawai/karyawan yakni sebanyak 8 orang (10,9%), dan ibu yang
bekerja sebagai wiraswasta yakni sebanyak 7 orang (9,6%).
Karakteristik ibu berdasarkan tingkat pendapatan per bulan sebagian besar
ibu tidak memiliki penghasilan yakni sebanyak 58 orang (79,5%), ibu yang
bulannya yakni sebanyak 8 orang (11%), kemudian ibu yang memiliki tingkat
pendapatan lebih dari Rp. 3.000.000,- setiap bulannya yakni sebanyak 5 orang
(6,8%), dan ibu yang memiliki tingkat pendapatan kurang dari Rp.1.000.000,-
setiap bulannya yakni sebanyak 2 orang (2,7%).
Tabel 4.1 Distribusi Ibu Berdasarkan Karakteristik
Karakteristik Ibu Jumlah (n=73) Presentase (%)
4.3 Pengetahuan Ibu tentang 1000 HPK
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang program 1000
HPK di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan yang sudah dianggap baik
yaitu mayoritas ibu yakni sebanyak 71 orang ibu (97,3%) sudah mengetahui
bahwa MP ASI yang baik untuk anak 6-9 bulan adalah makanan lumat seperti
bubur susu dan syarat pemberian MP ASI yang baik adalah lembut, mudah
dicerna, dan gizi seimbang, kemudian sebanyak 64 orang ibu (87,7%) sudah
mengetahui bahwa MP ASI yang baik untuk anak 12-24 bulan adalah makanan
biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk, dan sebanyak 44 orang ibu (60,3%)
sudah mengetahui bahwa MP ASI seharusnya diberikan pada anak mulai dari
umur 6-24 bulan.
Pengetahuan ibu tentang program 1000 HPK di wilayah kerja Puskesmas
Medan Area Selatan yang masih dianggap kurang baik yaitu hanya ada 6 orang
ibu (8,2%) yang mengetahui bahwa kepanjangan dari 1000 HPK adalah 1000 Hari
Pertama Kehidupan, kemudian hanya ada 4 orang ibu (5,5%) yang mengetahui
pengertian dari 1000 HPK yaitu kehidupan mulai dari masa kehamilan hingga
anak berusia 2 tahun, dan tidak adanya ibu (0%) yang mengetahui tujuan utama
Tabel 4.2 Distribusi Ibu Berdasarkan Item Pengetahuan tentang 1000
10 Syarat pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI)
lembut, mudah dicena, gizi seimbang
Hasil pengolahan data terhadap pengukuran pengetahuan ibu tentang 1000
HPK di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan dapat dilihat pada tabel 4.3,
dimana sebagian besar ibu yakni sebanyak 59 orang ibu (80,8%) memiliki
pengetahuan tentang 1000 HPK di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan
dalam kategori yang kurang baik, dan hanya 14 orang ibu (19,2%) yang memiliki
pengetahuan tentang 1000 HPK di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan
dalam kategori yang baik.
Tabel 4.3 Distribusi Ibu Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang 1000 HPK
Kategori Pengetahuan Ibu Jumlah (n) Presentase (%) Baik
Kurang baik
14 59
19,2 80,8
Total 73 100
4.4 Pemberian MP ASI pada Anak 6-24 Bulan
Tabel 4.4 di bawah menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tindakan
dalam pemberian MP ASI pada anak 6– 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Medan Area Selatan yang paling dominan ialah sebanyak 71 orang ibu (97,3%)
menyatakan bahwa ibu memberikan MP ASI kepada anak atas kesadaran ibu
sendiri tanpa adanya dorongan dari suami atau keluarga, kemudian sebanyak 56
orang ibu (76,7%) menyatakan bahwa frekuensi ibu memberikan MP ASI dalam
sehari terhadap anak sesuai dengan umur anak, dan sebanyak 48 orang ibu
(65,8%) menyatakan bahwa ibu menyiapkan MP ASI dari bahan makanan yang
Tindakan ibu terhadap pemberian MP ASI pada anak 6– 24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan yang perlu ditingkatkan ialah
diketahui bahwa hanya ada sebanyak 35 orang ibu (47,9%) yang menyatakan
bahwa mereka masih memberikan ASI kepada anak sampai saat ini dan sisanya
hanya memberikan MP ASI terhadap anak tanpa memberikan ASI lagi sebelum
anak berumur 2 tahun, kemudian sebanyak 27 orang ibu (37%) yang menyatakan
bahwa ibu tidak menjalankan ASI Eksklusif dan telah memberikan MP ASI
terhadap anak sebelum anak berumur 6 bulan.
Tabel 4.4 Distribusi Ibu Berdasarkan Item Tindakan dalam Pemberian MP ASI Anak 6– 24 Bulan
kesadaran ibu sendiri tanpa adanya dorongan dari suami atau keluarga
71 97,3 2 2,7 73 100
Tabel 4.5 menunjukkan tindakan ibu dalam pemilihan tekstur MP ASI
kepada anak 6-24 bulan. Dari tabel dibawah dapat diketahui bahwa 24 orang ibu
(57,1%) sudah dianggap baik dalam memilih tekstur makanan yaitu makanan
keluarga seperti nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan lain lain untuk anak mereka
yang berumur 12-24 bulan. Kemudian ada 20 orang ibu (100%) sudah tepat dalam
memilih tekstur makanan yaitu makanan lumat dan mudah ditelan untuk anak
mereka yang berumur 6-9 bulan, dan ada 8 orang ibu (72,7%) sudah tepat dalam
memilih tekstur makanan untuk anak yaitu makanan yang berbentuk lunak untuk
anak berumur 9-12 bulan.
Tabel 4.6 menunjukkan tindakan ibu dalam pemberian porsi MP ASI
kepada anak 6-24 bulan. Dari tabel dibawah dapat diketahui bahwa 22 orang ibu
(52,4%) sudah dianggap baik dalam memberikan porsi yaitu separuh dari porsi
lunak dari porsi orang dewasa.
Tabel 4.7 menunjukkan tindakan ibu dalam frekuensi pemberian MP ASI
dalam satu hari kepada anak 6-24 bulan. Dari tabel dibawah dapat diketahui
bahwa 33 orang ibu (78,6%) sudah dianggap baik dalam frekuensi memberikan
MP ASI yaitu sekurang-kurangnya 3 kali sehari untuk anak 12-24 bulan.
Kemudian ada 19 orang ibu (95%) sudah tepat dalam frekuensi memberikan MP
ASI anak 6-9 bulan yaitu 2 kali sehari setelah memberikan ASI. Dan ada 4 orang
ibu (36,4%) yang sudah tepat memberikan MP ASI yaitu 2-3 kali sehari untuk
anak 9-12 bulan.
Tabel 4.7 Distribusi Ibu Berdasarkan Item Tindakan dalam Frekuensi Pemberian MP ASI Anak 6– 24 Bulan
Hasil pengolahan data terhadap pengukuran tindakan ibu dalam pemberian
MP ASI pada anak 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan
dapat dilihat pada tabel 4.8 dimana sebagian besar ibu yakni sebanyak 38 orang
ibu (52,1%) memiliki tindakan terhadap pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan
baik, dan ada sebanyak 35 orang ibu (47,9%) memiliki tindakan terhadap
pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Medan
Area Selatan dalam kategori yang baik.
Tabel 4.8 Distribusi Ibu Berdasarkan Kategori Tindakan dalam Pemberian MP ASI Anak 6-24 Bulan
Kategori Tindakan Ibu Jumlah (n) Presentase (%) Baik
Kurang baik
35 38
47,9 52,1
Total 73 100
4.5 Hubungan Pengetahuan Ibu tentang 1000 HPK dengan Pemberian MP ASI pada Anak 6– 24 Bulan
Hubungan pengetahuan ibu tentang 1000 HPK dengan pemberian MP ASI
pada anak 6– 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan dapat
dilihat pada tabel 4.9 dimana dari 14 orang ibu (19,2%), ada 11 orang ibu (15,1%)
yang memiliki pengetahuan tentang 1000 HPK dalam kategori yang baik dengan
tindakan pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Medan Area Selatan yang juga dalam kategori yang baik, dan dari 59 orang ibu
(80,8%) ada 35 orang ibu (47,9%) yang memiliki pengetahuan tentang 1000 HPK
dalam kategori yang kurang baik, memiliki tindakan pemberian MP ASI pada
anak 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan yang juga dalam
kategori yang kurang baik.
Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai p=0,011 (p<0,05) sehingga
berdasarkan hasil uji diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu
tentang 1000 HPK dengan pemberian MP ASI pada anak 6– 24 bulan di wilayah
1000 HPK maka pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Medan Area Selatan cenderung akan semakin baik. Begitupun
sebaliknya, semakin kurang baik pengetahuan ibu tentang 1000 HPK maka
pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Medan
Area Selatan juga akan cenderung semakin kurang baik.
Tabel 4.9 Distribusi Ibu Berdasarkan Kategori Hubungan Pengetahuan 1000 HPK dengan Pemberian MP-ASI Anak 6– 24 Bulan
Kategori Pengetahuan
1000 HPK
Pemberian MP ASI Anak
6-24 Bulan Jumlah Nilai p
Baik Kurang Baik
n % n % n %
Baik
Kurang Baik
11 24
15,1 32,9
3 35
4,1 47,9
14 59
19,2
80,8 0,011
Pengetahuan merupakan sesuatu yang ada secara niscaya pada diri
manusia yang didapatkan melalui proses pembelajaran. Keberadaannya diawali
dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu
dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan
kehendak adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan. Adapun unsur lainnya
adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam satu
kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling pengaruh memengaruhi menyesuaikan
situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu yang berbeda-beda, pikiran
atau perasaan atau keinginan biasa lebih dominan. Program 1000 HPK merupakan
program percepatan perbaikan gizi yang dalam salah satu programnya terdapat
MP ASI yang diberikan pada anak 6-24 bulan yang dilakukan oleh sektor
kesehatan, dimana umur 6-24 bulan termasuk ke dalam masa 1000 HPK yang
dimulai dari awal kehamilan hingga anak berumur 2 tahun. Pengetahuan ibu
tentang 1000 HPK bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan
perilaku individu termasuk tindakan dalam memberikan MP ASI pada anak.
Hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang 1000 HPK
dengan pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Medan Area Selatan yang telah dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu masih memiliki pengetahuan mengenai 1000 HPK dan juga
memiliki anak di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan yang belum
memiliki pengetahuan yang baik mengenai 1000 HPK dan mengenai MP ASI
pada anak 6-24 bulan seperti sebagian besar ibu tidak tahu masa 1000 HPK
tersebut dimulai saat anak masih dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun,
dan sebagian besar ibu tidak mengetahui bahwa usia yang tepat untuk mulai
memberikan makanan lain disamping ASI ialah setelah anak berusia 6 bulan.,
yang mana sebagian besar ibu yang memiliki anak di wilayah kerja Puskesmas
Medan Area Selatan sudah memberikan makanan lain disamping ASI meskipun
usia anak mereka masih kurang dari 6 bulan.
Para ibu juga belum mengetahui mengenai jenis makanan yang baik untuk
diberikan sebagai MP ASI sesuai dengan usia pertumbuhan anak, seperti MP ASI
yang baik untuk anak 9-12 bulan ialah makanan lunak seperti nasi tim dan
sebagainya, namun justru para ibu memberikan makanan lain yang dinilai tidak
sesuai dengan usia pertumbuhan anak seperti sudah diberikan nasi, buah-buahan,
dan sebagainya yang dinilai cukup menyulitkan untuk dicerna organ pencernaan
anak, hal inilah yang menyebabkan gangguan kesehatan pada anak seperti diare,
infeksi saluran cerna, dan sebagainya, karena pemberian MP ASI yang tidak
sesuai dengan usia pertumbuhan anak.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
ibu tentang 1000 HPK dengan pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan dengan nilai p=0,011, yang artinya
semakin baik pengetahuan ibu tentang 1000 HPK maka pemberian MP ASI pada
semakin baik. Begitupun sebaliknya, semakin kurang baik pengetahuan ibu
tentang 1000 HPK maka pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Medan Area Selatan juga akan cenderung semakin kurang baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 ibu (15,1%) yang
memiliki pengetahuan tentang 1000 HPK dalam kategori baik dan memiliki
tindakan dalam pemberian MP ASI dalam kategori baik juga. Selanjutnya,
terdapat 35 ibu (47,9%) yang memiliki pengetahuan tentang 1000 HPK dalam
kategori kurang baik dan memiliki tindakan dalam pemberian MP ASI dalam
kategori yang kurang baik. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi dan pengetahuan yang baik mengenai 1000 HPK akan cenderung
memberikan MP ASI kepada anak dengan baik dan tepat baik dari segi waktu
pemberian MP ASI, dan pemberian jenis makanan sebagai MP ASI yang
disesuaikan dengan usia pertumbuhan anak.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 24 ibu (32,9%) memiliki
pengetahuan tentang 1000 HPK dalam kategori kurang baik tetapi memiliki
tindakan dalam pemberian MP ASI dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan ibu
jarang bahkan tidak pernah mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Puskesmas,
tetapi ibu memberikan MP ASI sesuai dengan ajaran orangtuanya atau tradisi dari
keluarga besarnya, serta ibu mendapatkan cukup informasi dari teman ataupun
saudaranya. Kemudian terdapat 3 ibu (4,1%) yang memiliki pengetahuan tentang
1000 HPK dalam kategori baik tetapi tindakannya dalam memberikan MP ASI
pengetahuan yang dimilikinya tentang MP ASI terhadap anak dan juga
dikarenakan kesibukan yang dimilikinya.
Pengetahuan tentang 1000 HPK sangat penting untuk di dapat karena
dengan pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh para ibu mengenai betapa
pentingnya masa 1000 HPK anak yang dimulai dari awal kehamilan sampai anak
usia 2 tahun dan segala zat gizi yang diperlukan dan manfaat MP ASI, ibu dapat
memberikan makanan pendamping yang tepat. Pengetahuan tentang 1000 HPK
seorang ibu juga besar pengaruhnya bagi tindakan ibu dalam pemilihan bahan
makanan yang selanjutnya yang berpengaruh pada tumbuh kembang dan gizi anak
yang bersangkutan. Sebagian besar ibu yang memiliki pengetahuan baik
seharusnya menerapkan pola pemberian ASI dan MP ASI yang baik pada anak,
namun dalam penelitian yang dilakukan tentang pemberian MP ASI baik pada
anak 24 bulan masih tidak tepat.
Beberapa hal yang mempengaruhi pengetahuan individu terhadap sesuatu
hal salah satunya sumber informasi yang didapatkan, intensitas pemberian
informasi, dan tingkat pendidikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Irmayati (2013) yang menjelaskan bahwa tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi
suatu masalah (Hutasoit, 2006). Redding et al (2010) yang dikutip oleh Anggraeni
(2010) juga menyatakan bahwa faktor pengubah seperti tingkat pendidikan
dipercayai mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap perilaku dengan cara
memiliki perhatian yang besar terhadap kesehatannya sehingga jika individu
tersebut mengalami gangguan kesehatan maka ia akan segera mencari pelayanan
kesehatan.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak sama
pemahamannya dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk
menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka
miliki. Secara umum, pengetahuan yang baik akan memunculkan sikap yang baik
dan mengaplikasikannya dalam tindakan. Semakin tinggi pengetahuan seseorang
terhadap kesehatan, semakin tinggi kesadaran orang tersebut dalam menjaga
kesehatannya.
Hasil pengamatan penulis bahwa pada umumnya pengetahuan ibu di
wilayah kerja Puskemas Medan Area Selatan sangat kurang karena kurangnya
informasi tentang 1000 HPK dan kurangnya minat ibu untuk mencari informasi.
Terbukti dengan jawaban ibu melalui kuesioner yang peneliti berikan yaitu umur
sebaiknya diberikan makanan tambahan, rata-rata ibu tidak mengetahuinya. Dan
terdapat ibu yang mengetahui umur sebaiknya diberikan makanan tambahan tetapi
tetap memberikan makanan pendamping tidak sesuai usia anak. Pemberian MP
ASI yang tidak sesuai umur anak dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan gizi
pada anak dan rentannya anak terhadap penyakit, karena sistem imun yang
dibentuk tidak sempurna. Kemudian untuk pertanyaan berapa kalikah makanan
tambahan itu diberikan dalam sehari kepada anak yang berusia 6-9 bulan, rata-rata
adalah 1-3 kali sehari walaupun anak tidak menangis ataupun sedang tidur anak
harus dibangunkan untuk diberi makan, karena untuk memenuhi kebutuhan gizi
anak.
Banyak ibu yang memiliki anak 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Medan Area Selatan yang memiliki pengetahuan yang baik untuk mengetahui
bahwa MP ASI baru diberikan setelah anak berusia lebih dari enam bulan, namun
dalam prakteknya justru sudah banyak ibu sudah memberikan MP ASI dini
kepada anak sebelum anak berusia enam bulan. Hal-hal dominan yang
mempengaruhi tindakan pemberian MP ASI dini pada anak, selain dari
pengetahuan ibu ialah adanya kebiasaan atau kebudayaan yang sudah
menganggap hal biasa, apabila anak diberikan MP ASI sebelum berusia enam
bulan, dan tuntutan dari keluarga bahwa anak harus segera diberikan MP ASI agar
dapat tumbuh dan berkembang lebih baik, lebih cepat menyesuaikan dengan pola
makan keluarga, dan anak terlihat lebih gemuk dan menggemaskan.
Penulis menemukan bahwa pengetahuan ibu tentang 1000 HPK dapat
diperoleh bila ibu aktif dalam kegiatan posyandu, PKK, maupun kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilaksanakan oleh Simbolon (2015) yang menyatakan bahwa intensitas
pemberian informasi yang mencukupi mengenai pemberian MP ASI yang
memiliki hubungan yang signifikan dengan kemauan dan kemampuan ibu untuk
memberikan MP ASI pada anak secara tepat dan benar. Semakin baik informasi
yang diberikan kepada ibu maka ibu akan cenderung akan mau dan mampu
hasil penelitian Bahri (2013) yang menjelaskan bahwa dimana sebagian besar ibu
kurang mengetahui tentang MP ASI yaitu sebesar 86,8%. Rendahnya pengetahuan
ibu diduga disebabkan antara lain kurangnya informasi, kurang jelasnya
informasi, dan kurangnya kemampuan ibu untuk memahami informasi yang
diterima.
Hal serupa disampaikan hasil penelitian oleh Bona (2014) mengenai
pemberian MP ASI pada anak di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget
Kota Manado yang menunjukkan bahwa 52,8% responden yang menjadi subyek
penelitian sebenarnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga menjadi
faktor yang menguntungkan untuk diberikan pengetahuan tentang manfaat dari
pemberian MP ASI, namun ternyata masih terdapat lebih dari 50% responden
yang tidak memberikan MP ASI pada bayi dan balita secara tepat. Pengetahuan
atau informasi yang telah didapat diharapkan akan memberikan motivasi untuk
dapat memberikan MP ASI secara baik pada anak agar dapat bertumbuh kembang
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan pengetahuan ibu
tentang 1000 HPK dengan pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Medan Area Selatan diperoleh kesimpulan yaitu terdapat
hubungan pengetahuan ibu tentang 1000 HPK dengan pemberian MP ASI pada
anak 6 – 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan dengan hasil
uji Chi Square yang menunjukkan nilai p=0,011 (p<0,05) , dalam artian bahwa
semakin baik pengetahuan ibu tentang 1000 HPK, maka pemberian MP ASI pada
anak 6 – 24 bulan cenderung akan semakin baik. Begitupun sebaliknya, semakin
kurang baik pengetahuan ibu tentang 1000 HPK maka pemberian MP ASI pada
anak 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan juga akan
cenderung semakin kurang baik.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa dari 14 orang ibu (19,2%), ada
11 orang ibu (15,1%) yang memiliki pengetahuan tentang 1000 HPK dalam
kategori yang baik dengan tindakan pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan yang juga dalam kategori yang
baik, dan dari 59 orang ibu (80,8%) ada 35 orang ibu (47,9%) yang memiliki
pengetahuan tentang 1000 HPK dalam kategori yang kurang baik, memiliki
tindakan pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan sesuai dengan penelitian yang telah
dilaksanakan ialah :
1. Diharapkan kepada pihak petugas kesehatan yang bekerja di Puskesmas
Medan Area Selatan untuk lebih meningkatkan program komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) melalui kegiatan penyuluhan kesehatan yang
melibatkan kader kesehatan di wilayah kerjanya untuk meningkatakan
pengetahuan ibu tentang 1000 HPK khususnya tentang MP ASI pada ibu
yang mempunyai anak umur 6-24 bulan
2. Diharapakan kepada Puskesmas Medan Area Selatan mengarahkan kader
kesehatan di Posyandu untuk lebih rutin memberikan informasi mengenai
1000 HPK khususnya MP ASI yang tepat kepada ibu-ibu, melalui
penyuluhan kesehatan secara personal dan intensif untuk meningkatkan
pengetahuan ibu tentang 1000 HPK dan tindakan ibu dalam pemberian MP
ASI pada anak di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Selatan.
3. Diharapkan kepada ibu yang memiliki anak 6-24 bulan untuk lebih sering
mengikuti kegiatan posyandu dan penyuluhan yang diadakan oleh petugas
kesehatan mengenai 1000 HPK khususnya tata cara pemberian MP ASI
yang baik dan tepat, dan meningkatkan pengetahuan serta mencari
informasi kesehatan terutama dengan keterkaitan ketepatan pemberian MP
ASI melalui media yang praktis dan mudah dijangkau seperti televisi,