• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Pening

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Pening"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah makalah yang berjudul Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kedua, kami memberikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih kepada :

1. Dra. FENNO FARCIS, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Profesi Kependidikan yang telah memberikan banyak sekali ilmu, bimbingan dan motivasi. Ibu Dra. FENNO FARCIS, M.Pd. telah membuka cakrawala baru dalam mengantarkan kami menjadi guru profesional yang tidak hanya berkualitas tetapi juga kompetitif dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

2. Perpustakaan Universitas Palangka Raya yang telah memberikan akses kami dalam mencari buku-buku referensi, walaupun dengan koleksi yang belum terlalu lengkap. Semoga dikemudian hari, perpustakaan Unversitas Palangka Raya dapat menjadi rumah kedua mahasiswa dalam menjalani aktivitas perkuliahannya dalam menunjang pendidikan.

3. Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya yang telah menyediakan layanan hotspot gratis sehingga penulis dapat mengakses internet dalam mengumpulkan materi-materi makalah ini.

4. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Angkatan 2010 yang telah menjadi teman, sahabat, saudara dan rekan seperjuangan dalam menggapai mimpi dan cita-cita. Semoga suatu saat dapat menjadi guru yang profesional, berkualitas dan kompetitif yang tentunya akan menjadi guru yang dicinta dan dirindu oleh para siswanya kelak.

Tak ada gading yang tak retak, kritik dan saran yang membangun, kreatif dan inovatif seyogyanya sangat kami harapkan sebagai keikutsertaan membangun dunia ilmu pendidikan.

(2)

Palangka Raya, 9 Desember 2011

Penulis

(3)

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... 4

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penulisan... 6

1.4 Manfaat Penulisan... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Guru Sebagai Motivator... 7

2.2 Pengertian Motivasi Belajar... 7

2.3 Macam-macam Motivasi Belajar... 9

2.4 Fungsi Motivasi Belajar... 11

BAB III METODE PENULISAN 3.1 Objek Penulisan... 13

3.2 Metode Penulisan... 13

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa... 14

4.2 Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa... 18

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 24

5.2 Saran... 25 DAFTAR PUSTAKA

(4)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan fondasi bagi kemajuan bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pendidikan. Salah satu parameter majunya negara adalah kualitas pendidikan. Indonesia yang merupakan negara dengan keadaan geografis kepulauan dengan jumlah penduduk mencapai 250 juta menyebabkan berbagai permasalahan. Dimulai dari keadaan geografis, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan, kesejahteraan guru hingga birokrasi kebijakan yang tidak relevan dengan keadaan masyarakat Indonesia. Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan.

(5)

atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

Paradigma permasalahan pendidikan tidak lagi berorientasi pada peningkatan kuantitas tetapi pada kualitas. Kualitas pendidikan kita pun masih terpuruk. Berdasarkan data hasil penelitian di Singapura (September 2001) menempatkan sistem pendidikan nasional pada urutan 12 dari 12 negara Asia bahkan lebih rendah dari Vietnam. Sementara hasil penelitian program pembangunan PBB (UNDP) tahun 2000 menunjukkan kualitas SDM Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara.

Kondisi lebih memprihatinkan bila melihat laporan dari International Institute of Management Development pada tahun 2000 yang menyebutkan, dari 48 negara yang diukur, daya saing SDM Indonesia menempati urutan ke-47, sementara Thailand 34, Filipina 32, Malaysia 27, Singapura 2. Salah satu faktor penting yang menyebabkan rendahnya peringkat HDI Indonesia adalah angka partisipasi pendidikan. Data dari Balitbang Depdiknas menyebutkan angka partisipasi murni (APM) pada jenjang SD/MI 94,44, SLTP/MTs 54,81, dan SLTA 31,46. Angka yang diperoleh Indonesia itu masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga. Angka partisipasi kombinasi pendidikan dasar, menengah, dan tinggi Indonesia sekitar (64%), Malaysia 65%, Singapura 73%, Filipina 82%, dan Korea Selatan 90%.

Salah satu permasalahan yang sangat urgent pada bidang pendidikan khususnya pada proses pembelajaran yaitu rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal inilah yang menjadi salah satu biang keladi terpuruknya pendidikan di Indonesia karena motivasi belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar seorang siswa. Oleh karena itu, guru-guru profesional di Indonesia sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswanya demi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

(6)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa rumusan masalah antara lain :

1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa di Indonesia?

2. Bagaimana alternatif solusi dalam menumbuhkan serta meningkatkan motivasi siswa dalam belajar?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa antara lain :

1. Sebagai syarat tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.

2. Menjelaskan faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa. 3. Menjelaskan cara meningkatkan motivasi belajar siswa bagi guru-guru di

Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah yang berjudul Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa antara lain :

1. Dapat menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa.

2. Dapat memberikan inovasi baru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Sebagai bahan referensi mata kuliah Profesi kependidikan.

4. Sebagai kajian dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

(7)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Guru Sebagai Motivator

Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didiknya. Sebagai seorang motivator, guru adalah psikolog yang diharapkan mampu menyelami psikologi anak didiknya, sehingga mengetahui kondisi lahir batinnya. Dan dari pengetahuan ini, seorang guru akan mencari model motivasi yang cocok bagi anak didiknya.

Menurut Oemar Hamalik (2008), memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena berfungsi mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri.

Menurut Gagne (1975), setidaknya ada empat fungsi yang harus dilakukan guru kaitannya sebagai motivator. Pertama, arousal function atau membangkitkan dorongan siswa untuk belajar. Kedua, expectancy funtion yaitu menjelaskan secara kongkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran. Ketiga, incentive function maksudnya guru memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai dalam rangka merangsang pencapaian prestasi berikutnya dan keempat, disciplinary function bahwa guru membantu keteraturan tingkah laku siswa.

Keempat fungsi tersebut, selayaknya diperankan dengan tepat oleh guru dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga diharapkan motivasi belajar siswa semakin lama akan semakin meningkat dan tinggi.

2.2 Pengertian Motivasi Belajar

(8)

Dengan demikian motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang dapat menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu.

Adapun pengartian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu. Pendapat-pendapat para ahli tentang definisi motivasi diantaranya adalah :

M. Alisuf Sabri, motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan.

WS Winkel, motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau dihayati.

Selanjutnya, M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mecapai hasil atau tujuan tertentu.

Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M, motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri eseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu :

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang ada pada organisme manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

(9)

Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

2.3 Macam-macam Motivasi Belajar

Dilihat dari berbagai sudut pandang, para ahli psikologi berusaha untuk menggolongkan motif-motif yang ada pada manusia atau suatu organisme kedalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Diantaranya menurut Woodwort dan Marquis sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto, motif itu ada tiga golongan yaitu :

a. Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh seperti : lapar, haus, kebutuhan bergerak, beristirahat atau tidur, dan sebagainya.

b. Motif-motif yang timbul yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives) inilah motif yang timbul bukan karena kemauan individu tetapi karena ada rangsangan dari luar, contoh : motif melarikan diri dari bahaya,motif berusaha mengatasi suatu rintangan.

c. Motif Obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek atau tujuan tertentu di sekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita.

Arden N. Frandsen yang dikutip oleh Sardiman, A.M, mengemukakan jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu : motif bawaan, (motive psychological drives) dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan sebagainya.

Selanjutnya Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut :

a. Psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniah seperti lapar, haus dan sebagainya.

(10)

Adapun bentuk motivasi belajar di Sekolah dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Motivasi Intrinsik

Menurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dalam buku lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya : ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:

1. Adanya kebutuhan

2. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri 3. Adanya cita-cita atau aspirasi.

b. Motivasi Ekstrinsik

Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.

(11)

peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di rumah.

Bahwa setiap siswa tidak sama tingkat motivasi belajarnya, maka motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat diberikan secara tepat.

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar.

2.4 Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pelajaran itu.

Maka motivasi senantiasa akan menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa. Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari, muncullah minat untuk belajar. Hal ini sejalan dengan rasa keingintahuan dia yang akhirnya mendorong siswa untuk belajar. Sikap inilah yang akhirnya mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.

(12)

raga. Akal dan pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.

c. Menentukan dan menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Selain itu ada juga fungsi lain yaitu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, karena secara konseptual motivasi berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

BAB III

METODE PENULISAN

(13)

Objek penulisan dalam makalah yang berjudul Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa adalah mengenai faktor-faktor penyebab dan solusi dalam menghadapi permasalahan rendahnya motivasi belaar siswa di Indonesia.

3.2 Metode Penulisan

Dalam menyusun makalah ini, ada 2 metode pengumpulan data antara lain : 1. Studi Kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan buku literatur – literatur

yang berkaitan dengan permasalahan pendidikan di Indonesia.

2. Studi Internet, yaitu pengumpulan literatur – literatur melalui media internet.

BAB IV

PEMBAHASAN

(14)

Pencapaian prestasi pada bidang fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional terbukti sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.

Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.

Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.

Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.

Hal ini menunjukkan rendahnya motivasi belajar siswa di Indonesia yang terlihat pada prestasi dan hasil belajarnya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, motivasi belajar merupakan titiik start siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, oleh karena itu seorang siswa dengan start bagus akan memiliki peluang yang besar dalam mencapai prestasi dan hasil belajar yang maksimal.

(15)

1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.

Dalam sudut pandang siswa sudah pasti kesan pertama adalah tempat belajar, jika tempat belajar dan sarana (media pembelajaran) tersedia dan memadai, siswa akan dengan mudah terpacu semangatnya dalam mengikuti proses belajar mengajar.

2. Rendahnya Kualitas Guru

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.

Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).

(16)

itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).

Dalam hal perencanaan pembelajaran, seorang guru akan dituntut merancang kegiatan belajar mengajar dari fase awal hingga akhir, dalam hal ini fase memotivasi siswa sangat penting bagi keseluruhan proses belajar, oleh karena itu jika seorang guru gagal memotivasi siswanya, maka sudah dipastikan siswa akan semakin berat dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

3. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

Sejalan dengan kualitas sarana fisik yang rendah pada sekolah yang kurang diperhatikan, siswa pada sekolah tersebut akan memiliki tingkat motivasi yang rendah.

4. Metode Pembelajaran Kurang Menarik

(17)

pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Beberapa metode mempelajari, dan mempraktikkan metode belajar yang beragam berdasarkan materi ajar yang juga beragam.

5. Anggapan Siswa yang Kurang Tepat

Sebagian siswa mudah terpengaruh oleh pernyataan belajar bidang tertentu akan sulit. Secara tidak disadari, ini telah menanamkan sifat pesimis yang akan menghambat motivasi yang diberikan oleh guru profesional sekalipun. Ini berkaitan dengan motivasi intrinsik siswa yang telah dipengaruhi sifat pesimis tersebut.

6. Kurikulum yang Kurang Relevan

Kurikulum yang ditentukan kurang sinergis dengan kebutuhan dan minat siswa sehingga siswa kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

7. Latar Belakang Ekonomi dan Sosial Budaya

Sebagian besar siswa yang berekonomi lemah tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Contohnya siswa yang berasal dari pesisir pantai misalnya lebih memilih langsung bekerja melaut dari pada bersekolah. Hal yang sama akan terjadi pada siswa yang hidup pada lingkungan yang menjunjung tinggi budaya yang kurang mementingkan pendidikan.

8. Kemajuan Teknologi dan Informasi

(18)

Dalam hal ini, guru diharapkan sigap mengetahui harapan siswanya sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif.

9. Masalah Pribadi Siswa

Setiap siswa memiliki kehidupannya di rumah dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu guru diharapkan peka terhadap siswanya yang sedang bermasalah dengan kehidupan pribadinya.

4.2 Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar siswa merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa. Sebagai komponen yang secara langsung berhubungan dengan permasalahan rendahnya motivasi belajar siswa, maka guru harus mengetahui beberapa hal yang bisa dilakukannya untuk memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Menurut pemikiran dari USAID DBE3 Life Skills for Youth, berikut ini beberapa ide yang dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa di dalam kelas, diantaranya adalah :

1. Menggunakan Metode dan Kegiatan Pembelajaran yang Variatif.

Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kebosanan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi di dalam kelas. Mencoba membuat pembagian peran, debat, transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, simulasi, studi kasus, presentasi dengan audio-visual dan kerja kelompok kecil.

2. Menjadikan Siswa sebagai Peserta Aktif

(19)

3. Memberikan Tugas yang Menantang namun Realistis dan Sesuai

Menyiapkan rencana pembelajaran yang cocok dengan siswa dan sesuai minat mereka sehingga menarik karena mereka dapat melihat tujuan dari belajar. Kemudian memberikan tugas yang menantang namun realistis. Realistis dalam pengertian bahwa standar tugas cukup berbobot untuk memotivasi siswa dalam menyelesaikan tugas sebaik mungkin, namun tidak terlalu sulit agar jangan banyak siswa yang gagal dan berakibat turunnya semangat untuk belajar.

4. Menciptakan Suasana Kelas yang Kondusif

Kelas yang aman, tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa untuk berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan motivasi untuk belajar. Apabila siswa belajar di suatu kelas yang menghargai dan menghormati mereka dan tidak hanya memandang kemampuan akademis mereka maka mereka cenderung terdorong untuk terus mengikuti proses belajar.

5. Memberikan Tugas Secara Proporsional

Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu bisa disetarakan dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan semangat siswa yang kurang mampu memenuhi standar dan berakibat siswa yang bersangkutan merasa dirinya gagal. Gunakan mekanisme nilai seperlunya, dan cobalah untuk memberikan komentar atas hasil kerja siswa mulai dari kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta apa yang bisa mereka tingkatkan. Memberikan komentar yang membangun secara jelas dapat sangat berpengaruh terhadap semangat belajarnya. Berikan kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki tugas mereka apabila mereka merasa belum cukup. Jangan mengandalkan nilai untuk merombak sesuatu yang tidak sesuai dengan pribadi sendiri.

6. Melibatkan Diri untuk Membantu Siswa Mencapai Hasil

(20)

7. Memberikan Petunjuk pada Siswa agar Sukses dalam Belajar

Membiarkan siswa berjuang sendiri dalam belajar akan membuat siswa berat dalam melakukannya. Sampaikan pada mereka apa yang perlu dilakukan. Buatlah mereka yakin bahwa mereka bisa sukses dan bagaimana cara mencapainya. Dalam hal ini guru berfungsi sebagai motivator.

8. Menghindari Kompetisi Antar Pribadi

Kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran, yang bisa berdampak buruk bagi proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak curang. Kurangi peluang dan kecendrungan untuk membanding-bandingkan antara siswa satu dengan yang lain dan membuat perpecahan diantara para siswa. Menciptakan metode mengajar dimana para siswa bisa saling bekerja sama akan sangat membantu guru.

9. Memberikan Komentar

Berikan masukan para siswa dalam mengerjakan tugas mereka. Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan komentar. Para siswa akan lebih termotivasi terhadap kata-kata positif dibanding ungkapan negatif. Komentar positif akan membangun kepercayaan diri. Ciptakan situasi dimana guru percaya bahwa seorang siswa bisa maju dan sukses di masa datang.

10. Menghargai Kesuksesan dan Keteladanan

Hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk dan performa rendah yang ditunjukan siswa, akan lebih baik bila guru memberikan apresiasi bagi siswa yang menunjukan kelakuan dan kinerja yang baik. Ungkapan positif dan dorongan sukses bagi siswa Anda merupakan penggerak yang sangat berpengaruh dan memberikan aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi.

11. Antusias dalam Mengajar

(21)

12. Menentukan Standar yang Tinggi (namun realisitis) bagi Seluruh Siswa

Standar yang diharapkan oleh para guru terhadap siswanya memiliki dampak yang signifikan terhadap performa dan kepercayaan diri mereka. Bila Anda mengharapkan seluruh siswa untuk termotivasi, giat belajar dan memiliki minat yang tinggi, mereka cenderung akan bertindak mengikuti kehendak Anda. Anda harus yakin bahwa Anda mampu memberikan motivasi tinggi pada siswa. Pada awal tahun ajaran baru Anda harus menggunakan kesempatan agar seluruh siswa memiliki motivasi yang tinggi.

13. Memberikan Penghargaan untuk Memotivasi

Pemberian penghargaan seperti nilai, hadiah dsb, mungkin efektif bagi sebagian siswa (biasanya bagi anak kecil) namun metode ini harus digunakan secara hati-hati karena berpotensi menciptakan kompetisi. Namun demikian, penggunaan metode ini dapat melahirkan motivasi internal.

14. Menciptakan Aktifitas yang Melibatkan Seluruh Siswa dalam Kelas

Buatlah aktifitas yang melibatkan siswa dengan kawan-kawan mereka dalam satu kelas. Hal ini akan membagi pengetahuan, gagasan dan penyelesaian tugas-tugas individu siswa dengan seluruh siswa di kelas tersebut.

15. Menghindari Penggunaan Ancaman

Hindari mengancam siswa dengan kekerasan, hukuman ataupun nilai rendah. Bagi sebagian siswa ancaman untuk memberi nilai rendah mungkin efektif, namun hal tersebut bisa memicu mereka mengambil jalan pintas (mencontek).

16. Menghindari Komentar Buruk

(22)

berbicara dalam kelas. Apabila tidak hati-hati, kepercayaan diri siswa akan mudah jatuh.

17. Mengenali Minat Siswa-siswa

Para siswa mungkin berada dalam satu kelas, namun mereka memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Pahamilah siswa, bagaimana tanggapan mereka terhadap materi dan apa minat, cita-cita, harapan dan kekhawatiran mereka. Pergunakanlah berbagai contoh dalam pembelajaran yang ada kaitannya dengan minat mereka untuk membuat mereka tetap termotivasi dalam belajar.

18. Peduli dengan Siswa-siswa

Para siswa akan menunjukkan minat dan motivasi pada para guru yang memiliki perhatian. Perlihatkan bahwa guru memandang para siswa sebagai layaknya manusia normal dan perhatikan bahwa mereka mendapatkan proses pembelajaran dan bukan hanya sekedar nilai karena hal tersebut tercermin pada kemampuan Anda sebagai seorang guru. Cobalah membangun hubungan yang positif dengan para siswa dan coba kenali mereka sebagaimana guru memperkrnalkan diri pada mereka. Sebagai contoh, menceritakan pengalaman guru ketika masih menjadi siswa.

Selain itu, orang tua siswa juga perlu mengetahui beberapa hal yang bisa dilakukannya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, diantaranya adalah :

a. Mengontrol perkembangan belajar anak. Orang tua perlu menyediakan waktu untuk mengontrol kegiatan anak.

b. Mengungkap harapan-harapan yang realistis terhadap anak

c. Menanamkan pemahaman agama yang baik khususnya yang terkait dengan motivasi

d. Melatih anak untuk memecahkan masalahnya sendiri, orang tua melakukan pembimbingan seperlunya

e. Tanyakanlah keinginan dan cita-cita mereka. Berikan dukungan terhadap keingginan dan cita-cita mereka. Arahkan mereka untuk meraih cita-cita itu dengan benar.

(23)

Ketika permasalahan rendahnya motivasi sudah menjadi permasalahan yang serius yang tidak bisa diantispasi oleh guru sendiri atau oleh orang tua sendiri, maka kerja sama antara guru dan orang tua harus segera dilakukan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan di ataranya :

a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siswa, cari faktor penyebab yang mengakibatkan rendahnya motivasi belajar siswa, identifikasi masalahnya. b. Mencari solusi-solusi untuk memecahkan masalah yang terjadi pada anak.

Cari masalah yang bisa diatasi oleh guru, atau masalah yang bisa diatasi oleh orang tua

c. Memberikan perlakuan yang tepat terhadap anak, mereka sedang mengalami permasalahan, maka orang tua dan guru harus mempunyai komitemen yang tinggi untuk tidak menambah beban mereka dengan menyalahkan,

mencemooh anak-anak.

d. Libatkan siswa untuk memecahkan permasalahannya. Orang tua, guru dan siswa perlu duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahannya.

BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

(24)

1. Faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa di Indonesia adalah sebagai berikut :

 Rendahnya Kualitas Sarana Fisik  Rendahnya Kualitas Guru

 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan  Metode Pembelajaran Kurang Menarik

 Anggapan Siswa yang Kurang Tepat  Kurikulum yang Kurang Relevan

 Latar Belakang Ekonomi dan Sosial Budaya  Kemajuan Teknologi dan Informasi

 Masalah Pribadi Siswa

2. Solusi bagi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut :

 Menggunakan Metode dan Kegiatan Pembelajaran yang Variatif.

 Menjadikan Siswa sebagai Peserta Aktif

 Memberikan Tugas yang Menantang namun Realistis dan Sesuai

 Menciptakan Suasana Kelas yang Kondusif

 Memberikan Tugas Secara Proporsional

 Melibatkan Diri untuk Membantu Siswa Mencapai Hasil

 Memberikan Petunjuk pada Siswa agar Sukses dalam Belajar

 Menghindari Kompetisi Antar Pribadi

 Memberikan Komentar

 Menghargai Kesuksesan dan Keteladanan

 Antusias dalam Mengajar

(25)

 Memberikan Penghargaan untuk Memotivasi

 Menciptakan Aktifitas yang Melibatkan Seluruh Siswa dalam Kelas

 Menghindari Penggunaan Ancaman

 Menghindari Komentar Buruk

 Mengenali Minat Siswa-siswa

 Peduli dengan Siswa-siswa

4.2 Saran

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.

Kasim, Melani. Tanpa Tahun. Makalah Masalah Pendidikan di Indonesia (online).

Nur, Mohamad. 2008. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Pusat Sains dan Matematika Sekolah.

Wardiyati, Agustin. 2006. Skripsi Hubungan Antara Motivasi Dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (online). diakses pada tanggal 9 Desember 2011

http://belajarpsikologi.com/

http://irvanhabibali.wordpress.com/2011/06/03/meningkatkan-motivasi-siswa-dalam-belajar/

http://muhfida.com/cara-cara-menumbuhkan-motivasi-belajar-siswa/

http://penadeni.com/2011/06/13/159/

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan instruksional yoga, pertama ada instruksi teknik pernafasan yang mengutamakan pengaturan nafas perlahan di setiap gerakan yoga, kedua instruksi

Untuk menjawab perumusan masalah yaitu apakah komitmen perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap implementasi corporate social responsibility (CSR) pada bank

Fase gerak pada KCKT sangat berpengaruh pada tambatan sampel dan pemisahan komponen dalam campuran. Pada fase terbalik, kandungan utama fase geraknya adalah air. Pelarut yang

Untuk melaksaksanakan organisasi tersebut maka dibuatlah suatu aturan, tanggung jawap atau job description dari masing masing pihak sesuai dengan SKP (Surat

Normalisasi yang digunakan dari Sistem Pendukung Keputusan Evaluasi Karyawan pada CV FOUNTAIN Menggunakan Metode AHP Berbasis Web adalah normalisasi tabel dari sistem

Setelah diberikan pemberdayaan, anggota keluarga memberikan intervensi langsung berupa bentuk-bentuk pemberdayaan kepada anggota keluarga yang mengalami kecemasan berat, sedang

Metode ini sangat bagus untuk merangsang daya pikir anak-anak binaan Yayasan Yatim Mandiri dan mendorong agar anak-anak giat dalam melaksanakan ibadah. Dalam

• Bagaimana caranya agar proses penjadwalan produksi yang dirancang mampu memberikan berbagai alternatif keputusan perencanaan produksi yang mengendalikan sumber daya perusahaan