• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POS"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

POSSING DENGAN METODE SNOWBALL DRILLING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS VSD NEGERI DEMPET 01

PROPOSAL PENELITIAN

Disajikan untuk memenuhi syarat Mata kuliah metodologi peneletian pendidikan

Program studi pendidikan Guru sekolah dasar

Oleh:

Rizki Iswari 34301300396

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

A. Judul Proposal

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING

DENGAN METODE SNOWBALL DRILLING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS

V SD NEGERI DEMPET 01

B. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pendidikan adalah aspek universal yang selalu dan harus ada dalam kehidupan manusia.Tanpa pendidikan, ia tidak akan pernah berkembang dan berkebudayaan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Fungsi pendidikanya itu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesertadidik agar menja di manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang MahaEsa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, dan kreatif.

(3)

daya pikir manusia. Oleh karena itu, pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Membuat pelajaran matematika disukai siswa bukan hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang tidak mungkin. Semua tergantung bagaimana seorang guru menyampaikan materi kepada siswa.Untuk itu maka di perlukan berbagai kreativitas mengajar dengan metode dan model pembelajaran yang tepat dan menarik.

(4)

memahami materi. Selain itu kegiatan belajar yang bersifat umum dan bersifat tradisional dengan sistem pembelajaran klasikal dan metode ceramah dapat menyebabkan siswa pasif menerima informasi dari guru, dimana guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dan ide-idenya.Proses belajar mengajar seperti ini jelas tidak mendorong siswa untuk menjadi aktif dan kreatif. Oleh karena itu, guru memerlukan model pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk bertanya dan mengajukan permasalahan serta memecahkan masalah yang ada.

Salah satu cara untuk memaksimalkan pencapaian hasil belajar di atas adalah menerapkan model pembelajaran Problem Possing dengan metode Snowbal Drilling. Problem Possing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif. Pada prinsipnya, model pembelajaran Problem Possing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Dalam metode Snowball Drilling, peran guru menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk/ mengundi untuk mendapatkan seorang peserta didik yang akan menjawab soal.

Dari uraian di atas peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Possing dengan Metode Snowball Drilling untuk Meningkatkan Hasil Belajar

(5)
(6)

2. Identifikasi Masalah

Dari permasalahan yang dikemukakan dalam latar belakang diatas, dapat di identifikasi masalah sebagai berikut: hasil belajar matematika siswa belum memuaskan dan dapat dikategorikan rendah, minat siswa dalam pembelajaran matematika siswa rendah karena anggapan mempelajari matematika sulit, guru masih menggunakan metode ceramah konvesional dalam menanamkan konsep matematika dan siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran yang hanya menerima informasi dari guru.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perumusan masalah dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Apakah dengan Penerapan Model Pembelajaran Problem Possing dengan Metode Snowball Drilling dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa kelas V SD Negeri Gajah 01 kabupaten Demak?”

4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, sebagai berikut:Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Possing dengan Metode Snowball Drilling dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

5. Manfaat Penelitian

(7)

Secara umum manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang terkait digunakannya penerapan model pembelajaran Problem Possing dengan Metode Snowball Drilling terhadap hasil belajar matematika.

b. Manfaat Praktis

Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah bermanfaat bagi siswa, guru, dan penelitilainnya.

a) Bagi Siswa

1) Siswa lebih aktif mengikuti pelajaran matematika.

2) Siswa tidak lagi menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. 3) Hasil belajar siswa meningkat.

b) Bagi Guru

Guru memperoleh suatu variasi metode pembelajaran yang lebih variatif terhadap matematika yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Problem Possing dengan metode Snowball Drilling.

c) Bagi peneliti lain

1) Dapat menguji hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Possing dengan metode Snowball Drilling. 2) Sebagai latihan sebelum menghadapi proses pembelajaran yang

(8)

C. Landasan Teori

1. Kajian Teori

a. Pengertian belajar

Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam dalam interaksi dengan lingkungannya.

Beberapa ahli pendidikan telah mendefinisikan pengertian belajar yang dikutp dari Max Darsono (2001: 3-4) “Belajar dan Pembelajaran” antara lain : 1) Morris L. Bigge

Belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis.

2) Marle J. Moskowitz dan Arthur R. Orgel

Pada dasarnya belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem saraf yang dibawa sejak lahir .

3) James O. Whittaker

Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku malalui latihan atau pengalaman.

4) Aaron Quinn Sartain dkk

Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman.

(9)

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkunganan, yang menghasilkn perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.

Dari definisi-definisi belajar diatas dapat diketahui bahwa belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman.

b. Ciri - ciri belajar

Menurut Max Darsono dkk (2001 : 30-31) ciri - ciri belajar adalah sifat atau keadaan yang khas dimiliki oleh perbuatan belajar. Ciri-ciri belajar ini akan membedakannya dengan perbuatan yang bukan belajar. Beberapa ciri -ciri belajar :

1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan dipakai sebagai arah kegiatan dan sekaligus sebagai tolok ukur keberhasilan belajar.

2) Belajar merupakan pengalaman sendiri tidak dapat diwakilkan pada orang lain atau bersifat individual.

(10)

4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan dengan yang lain.

c. Tujuan Belajar

Tujuan dari interaksi antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan secara sadar, terencana baik didalam maupun di luar ruangan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik baik perubahan kemampuan intelektual (kognitif), kemampuan minat atau emosi (afektif) dan kemampuan motorik haluas dan kasar (psikomotor) pada peserta didik sebagaimana yang di kemukakan oleh Usman (2006: 34) bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang di rencanakan guru sebelumnya.

d. Pengertianhasil belajar

(11)

Jadi hasil belajar adala hakibat dari proses belajar dengan kemampuan yang dimiliki yang diterima siswa.Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah proses akhir yang dilakukan oleh guru dan siswa setelah melaksanakan serangkaian kegiatan pembelajaran atau aktifitas belajar dengan harapan terjadi perubahan perilaku secara kompleks.

e. Pengertian matematika

Menurut Russefendi (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3) kata matematika berasal dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge science). Jadi matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran) bukan menekankann dari hasil ekperimen atau hasil observasi. Definisi matematika menurut Kline (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) bahwa natematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu dalam memakai dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan nahwa matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan logika yang terbagi dalam empat bagian yaitu aljabar, geometri, aritmatika dan analisis.

(12)

pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasai, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam memecahkan matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (BSNP, 2006: 135).

f. Model Pembelajaran Problem Possing dengan Metode Snowball Drilling

1. Model Pembelajaran Problem Possing

Pada prinsipnya, model pembelajaran Problem Possing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri (Suyitno, 2004: 30). Dengan demikian, langkah-langkah penerapan model ProblemPossing (Suyitno, 2004: 30), sebagai berikut:

a) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. Penggunaan alat peraga dianjurkan untuk memperjelas penyampaian konsep.

b) Guru memberikan latihan soal secukupnya.

(13)

Dilakukan secara berkelompok.

d) Pada pertemuan berikutnya, secara acak guru menyuruh siswa untuk menyampaikan soal yang telah dibuat di depan kelas.

e) Guru memberikan tugas rumah secara individu.

Pada tahap awal, guru cukup atau dapat memberikan tugas kepada siswa dalam model pembelajaran Problem Possing dengan memilih salah satu cara berikut (Suyitno, 2004: 30) :

a) Siswa membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru (pre solution possing).

b) Siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub- sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru (within solution possing).

c) Siswa membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh guru (post solution possing).

Model pembelajaran dengan pendekatan Problem Possing mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari model pembelajaran ini antara lain:

a) Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. b) Mendidik siswa berfikir sistematis.

c) Mendidik siswa agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan. d) Siswa mampu mencari berbagai jalan dari kesulitan yang dihadapi. e) Mendatangkan kepuasan tersendiri bagi siswa jika soal yang di buat tidak

mampu diselesaikan oleh kelompok lain.

(14)

Siswa berkesempatan menunjukkan kemampuannya kepada kelompok lain.

g) Siswa mencari dan menemukan sendiri informasi atau data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan.

Selain mempunyai beberapa kelebihan, model pembelajaran Problem Possing ini juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

a) Pembelajaran model Problem Possing membutuhkan waktu yang lama. b) Membutuhkan buku penunjang yang berkualitas untuk dijadikan

referensi pembelajaran terutama dalam pembuatan soal.

c) Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran suasana kelas cenderung gaduh karena siswa diberi kebebasan oleh pengajar.

2. Metode Snowball Drilling

(15)

tersebut berhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu (Suprijono, 2010: 105).

Jika pada penggelindingan pertama (putaran) bola salju masih terdapat item-item soal yang belum terjawab, maka soal-soal itu dijawab oleh peserta didik yang mendapat giliran. Mekanisme giliran menjawab sama seperti yang telah diuraikan tersebut di atas. Di akhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik (Suprijono, 2010: 105).

Jadi model pembelajaran Problem Possing dengan metode Snowball Drilling dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Problem

Possing dengan metode Snowball Drilling.Adapun langkah-langkahnya

sebagai berikut:

a) Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Possing dengan metode Snowball Drilling.

b) Membuka pembelajaran dengan salam pembuka kemudian dilanjutkan dengan melakukan absensi.

c) Mengkomunikasikan tujuan belajar dan menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

d) Menyampaikan materi pokok bahasan pecahan. e) Memberikan contoh soal materi pokok bahasan limit.

f) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 siswa. g) Meminta setiap kelompok mengajukan soal beserta penyelesaiannya dari

materi yang dipelajari.

(16)

i) Menunjuk kelompok lain untuk menjawab soal tersebut, jika kelompok tersebut mampu menjawab soal dengan benar maka kelompok tersebut boleh mengajukan soal kepada kelompok lain.

j) Kegiatan pada point h dilakukan sampai setiap kelompok mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan.

k) Memberi ulasan mengenai materi yang telah dipelajari.

l) Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.

m)Memberikan tugas rumah sebagai tindak lanjut. n) Memberikan soal tes sebagai evaluasi.

2. Penelitian Relevan

a. Jurnal Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V, Oleh Gd. Gunantara. Menurut peneliti, model pembelajaran problem bases learning (pbl) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas V sebesar 70 % dari 38 siswa di SD negeri 2 sepang.

(17)

hasil belajar matematika pada siswa kelas V sebesar 81,25 % di SDN SDN Cepokosawit II

3. Kerangka Berfikir

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Model pembelajaran Problem Possing dengan metode Snowbal Drilling diharapkan mampu

(18)

KondisiAwal

Tindakan

Kondisiakhir

Guru

menggunakanpembel ajarankonvensional

Pembelajarandenga n modelProblem

Possing denganmetode Snowbal Drilling

Kualitaspembelajaran meningkat

Keaktifansiswadanhasilbelajarrendah

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Karena Peningkatan hasil belajar matematika. Peneliti meneliti apakah di SD tersebut Matematika dikelas V dapat diterapkan menggunakan model pembelajaran problem possing dengan metode snowball drilling.

2. Jadwal Penelitian Setting (waktu, tempat, tanggal)

 Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3  Siklus II

(19)

Penelitian ini dilakukan di salah satu SD di Kota Demak pada tanggal Jumat, 11 Desember 2015. Peneliti memilih SD Negeri Dempet 01 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak untuk menjadi tempat penelitian. Hal ini dikarenakan, peneliti menemukan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika di kelas V SD, siswa tidak minat mempelajari matematika.

NO Kegiatan

Bulan

Oktober Novembe Desember

1 Studi penelitian √

2 Pra penelitian √

3 Proposal √

4 Penyusunan isntrumen √

5 Pengujian skala 1 dan 2 √

6 Pengumpulan data √

7 Analisis data √

8 Pembuatan draf laporan √

9 Seminar laporan √

10 Penyempurnaan laporan √

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

(20)

wawancara, dokumentasi, dan gabungan / triangulasi. Adapun secara teknis dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Teknik Tes

Teknik tes ini dilakukan melalui tes pada tiap akhir pembelajaran dan tes formatif pada setiap akhir siklus. Pelaksanaan tes bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa

2. Teknik Nontes

Teknik non tes ini dilakukan melalui wawancara, dokumentasi, dan pengamatan. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan performansi guru.

1) Observasi

Observasi dilakukan terhadap perilaku siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Observasi berlangsung selama proses pembelajaran berlangsung yaitu dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Pada kegiatan observasi ini, peneliti dibantu oleh guru kelas dengan menggunakan lembar observasi .

2) Tes

(21)

diketahui peningkatan kemampuan siswadalam membaca mealui media kartu gmbar yang akan di nilai dengan aspek yaitu kemampuan siswa dalam ketepatan intonasi dalam membaca lancar.

3) Dokumentasi

Pengambilan data melalui dokumentasi foto yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu juga dilakukan pengambilan data dokumentasi yaitu hasil kinerja siswa dalam mempelajari matematika. b. Instrumen Penelitian

1. Sumber data

Dalam penelitian tindakan kelas ini sumber datanya yaitu siswa, guru dan peneliti itu sendiri.

2. Jenis data

1) Data Kuantitatif: hasil tes untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar hasil belajar siswa.

2) Data Kualitatif

a) Hasil observasi terhadap keaktifan siswa b) Hasil observasi terhadap kinerja guru.

c) Hasil angket sikap siswa terhadap model pembelajaran Problem Possing dkengan metode Snowball Drilling.

3) Cara pengambilan data:

a) Data kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan masalah diambil dari hasil evaluasi siswa.

b) Data keaktifan siswa dimbil dari hasil observasi.

Data tentang refleksi serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas diambil dari pengamatan hasil evaluasi dan diskusi antara guru dan peneliti.

(22)

a. Analisis data kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan untuk mengetahui hasil belajar, dalam hal ini kemampuan kognitif siswa dalam menyelesaiakan soal. Data mengenai hasil belajar dianalisis dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajarbaik secara individual maupunklasikal. Adapun rumus yang digunakan adalah:

1) Menghitung nilai rata-rata

Untuk menghitung nilai rata-rata hasil evaluasi digunakan rumus:

x=

x

N

keterangan:

x

= Rata-rata nilai

x

= Jumah seluruh nilai N = Jumlah siswa (Arikunto, 2008: 264)

2) Menghitung ketuntasan belajar a) Ketuntasan belajar individual

Data yang diperoleh dari kemampuan siswa menyelesaikan masalah dapat ditentukan ketuntasan belajar individu dengan menggunakan analisis deskriptif presentase dengan perhitungan:

jumlah nilai yang diperoleh tiap siswa

(23)

b) Ketuntasan belajar klasikal

Data yang diperoleh dari hasil belajar dapat ditentukan ketuntasan belajar klasikal menggunakan prosentase perhitungan:

Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut. (Mulyasa, 2004:99)

b. Analisis data kualitatif

Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, kinerja guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, serta sikap siswa dalam proses pembelajaran. 1) Keaktifan siswa

Analisis data terhadap keaktifan siswa dilakukan pada instrumen penelitian lembar observasi. Kriteria penilaian untuk keaktifan siswa terbagi dalam 3 skala yaitu baik, cukup, kurang. Perhitungan prosentase keaktifan siswa adalah :

Keterangan :

n = skor yang diperoleh tiap siswa N = jumlah seluruh sekor

% = tingkat prosentase yang ingin dicapai Kriteria penilaian :

< 60% = keaktifan siswa kurang 60% - 70% = keaktifan siswa cukup 70% - 80% = keaktifan siswa baik

> 80% = keaktifan siswa sangat baik

jumlah nilai yang diperoleh tiap siswa

jumlah seluruh siswa

x 100%

Prosentase ( )= n

(24)

2) Kinerja guru

Analisis data terhadap aktivitas guru dilakukan pada instrumen penelitian lembar observasi. Kriteria penilaian untuk aktivitas guru terbagi dalam 3 skala yaitu baik, cukup, kurang. Perhitungan prosentase aktivitas guru adalah :

Kriteria penilaian :

< 60% = aktivitas guru kurang 60% − 70% = aktivitas guru cukup 70% − 80% = aktivitas guru baik > 80% = aktivitas guru sangat baik 3) Sikap siswa

Analisis data sikap siswa dilakukan pada instrument angket dengan menggunakan teknik deskriptif melalui persentase. Adapun perhitungan persentase sikap siswa adalah sebagai berikut:

prosentase

( )=

n

N

×

100

Keterangan:

n = skor yang diperoleh N = jumlahskormaksimal Kriteria penafsiran:

> 75 % : pembelajaran sangat menyenangkan 65 % - 75 % : pembelajaran cukup menyenangkan < 65% : pembelajaran kurang menyenangkan

d. Uji Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berbentuk uraian. Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah dilakukan penerapan tindakan (siklus) dengan menggunakan instrumen. Sebelumnya akan dihitung validitas atau reliabilitas tes, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.

Prosentase kualitas belajar mengajar=

skor yang diperoleh
(25)

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas rendah. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilai (instrumen) terhadap aspek yang dinilai sehingga benar-benar menilai apa yang seharusnya dinilai.

Validitas empiris dari tes ini dicari validitasnya butir soal dengan menggunakan korelasi antara skor butir soal tersebut dengan skor total. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi product moment angkakasar (Arikunto, 2008: 72), yaitu:

Keterangan :

rXY : Koefisien korelasi antara X dan Y

N : Jumlah subjek atau siswa yang diteliti ΣX : Skor tiap butir soal

ΣY : Skor total

X2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

Y2 : Jumlah kuadrat skor total

Harga

r

xy kemudian dikonsultasikan dengan r kritik product

moment dengan ketentuan apabila

r

xy

>

r

tabel maka soal dikatakan valid dengan taraf signifikan 5%.

b. Reliabilitas

Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Menurut Suharsimi (Arikunto, 2008: 109), suatutes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk keperluan mencari reliabilitas butir soal uraian, maka rXY= N

XY − (

X)(

Y)
(26)

rumus yang digunakan adalah rumus alpha, rumus tersebut sebagai berikut :

r11=

(

n

n−1

)

(

1−

σi2 σt2

)

dimana :

σi2=

Xi2−

(

Xi

)

2

N

N dan σt

2 =

Y2−

(

Y

)

2

N N

Keterangan:

r

11 = reliabilitas item yang dicari

σ

i2 = jumlah varians skortiap butir soal

σ

i2 = varians skortiap item

σ

t2 = varians total

X

i = jumlah skor tiap item

Y

= jumlah skor total

X

i = skor tiap item

Y = skor total

(27)

Antara 0,000 – 0,200 = sangatrendah c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal uraian yang digunakan rumus :

Untuk menginterprestasikan nilai tingkat kesukaran itemnya dapat digunakan tolak ukur sebagai berikut :

2) Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27 % termasuk mudah 3) Jika jumlah testi yang gagal antara 27 %-71 % termasuk sedang 4) Jika jumlah testi yang gagal mencapai 72 % ke atas termasuk

sukar.(Arifin, 1991:135 )

d. Daya Pembeda Soal

Analisis daya pembeda yang digunakan untuk mengetahui kemampuan soal tersebut dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Menurut Arifin (1991: 141), rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal berbentuk uraian adalah sebagai berikut.

t= (MH−ML)

(

x

12+

x22

ni

(

ni−1

)

)

dimana:

MH = rata-rata kelompok atas ML = rata-rata kelompok bawah

x

12 = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok atas

x

22 = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok bawah

n

i =

27

×

N

, dimana N adalah jumlah peserta tes

Banyaknya testi yang gagal

100% Banyaknya seluruh siswa

(28)

Nilai t yang diperoleh dikonsultasikan dengan

t

tabel dengan dk

= (n1 - 1) + (n2 - 1) dan = 5%. Soal memiliki daya pembeda yang

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhammad.(2013). Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, Semarang :Unissula Press

Himit Suqalbu (2014). Definisi Hasil Belajar

Sumber:( belajar-menurut-para-ahli/)diunduhtanggal 4 Desember 2015 jam 19.50 Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta :

Rineka Cipta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :Penerbit Alfa beta Suyitno, Amin. 2004. Dasar - dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih buat orang tua saya yang sangat mendukung saya dalam menyelesaikan kuliah, buat Mama dan Bapak yang telah bersusah payah

Berdasarkan analisa dari hasil uji tarik , uji kekerasan , uji metalografi dapat disimpulkan bahwa sambungan las dari material baja SA36 yang sebelumnya sudah melalui

mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan situasi pembelajaran yang kondusif, efektif, aktif yaitu menggunakan model Problem Posing Learning. Model

Model ini anak-anak dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (tiga atau empat kelompok sesuai dengan minat dan jumlah anak) dengan kegiatan yang

Variabel advertising, sales promotion, personal selling, direct marketing dan harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan customer membeli cat minyak merek Avian

Ketiga domain tersebut terintegrasikan secara komprehensif oleh digital native dalam mengolah konten informasi, menginterpretasi, dan mengevaluasi diri sebagai pengguna media

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) menjadikan siswa lebih aktif dan efektif karena.. dalam pembelajaran

Metode Multifactors High Order Fuzzy Time Series yang dioptimasi dengan K-Means Clustering untuk menentukan subinterval yang digunakan dapat membantu dalam melakukan peramalan