• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI INDONESIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN

II. PERKEMBANGAN INDUSTRI AGRO

III. MASA DEPAN INDUSTRI AGRO

IV. UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO

V. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO

VI. DUKUNGAN PERAN BALAI

(2)

PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI INDONESIA *)

Oleh

Balai Besar Industri Agro Bogor **)

I. PENDAHULUAN

Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian. Dari pandangan para pakar social ekonomi, agroindustri (pengolahan hasil pertanian) merupakan bagian dari lima subsistem agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan. Agroindustri dengan demikian mencakup Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMO) dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP).

Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

1. IPHP Tanaman Pangan, termasuk di dalamnya adalah bahan pangan kaya karbohidrat, palawija dan tanaman hortikultura;

(3)

3. IPHP Tanaman Hasil Hutan, mencakup produk kayu olahan dan non kayu seperti damar, rotan, tengkawang dan hasil hutan lainnya;

4. IPHP Perikanan, meliputi pengolahan dan penyimpanan ikan dan hasil laut segar, pengalengan dan pengolahan serta hasil samping ikan dan laut; 5. IPHP Peternakan, mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit dan hasil

samping lainnya.

Industri peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dibagi menjadi dua kegiatan sebagai berikut :

1. IPMP Budidaya Pertanian, yang mencakup alat dan mesin pengolahan lahan (cangkul, bajak, traktor dan lain sebagainya);

2. IPMP Pengolahan, yang meliputi alat dan mesin pengolahan berbagai komoditas pertanian, misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan padi, mesin pengering dan lain sebagainya.

Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai berikut :

1. IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan serta penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri pengolahan pertanian;

2. IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan mutu serta evaluasi dan penilaian proyek;

3. IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan penggunaan computer serta alat komunikasi modern lainnya.

(4)

II. PERKEMBANGAN INDUSTRI AGRO

Pengembangan agroindustri di Indonesia terbukti mampu membentuk pertumbuhan ekonomi nasional. Di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, agroindustri ternyata menjadi sebuah aktivitas ekonomi yang mampu berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selama masa krisis, walaupun sektor lain mengalami kemunduran atau pertumbuhan negative, agroindustri mampu bertahan dalam jumlah unit usaha yang beroperasi. Kelompok agroindustri yang tetap mengalami pertumbuhan antara lain yang berbasis kelapa sawit, pengolahan ubi kayu dan industri pengolahan ikan. Kelompok agroindustri ini dapat berkembang dalam keadaan krisis karena tidak bergantung pada bahan baku dan bahan tambahan impor serta peluang pasar ekspor yang besar. Sementara kelompok agroindustri yang tetap dapat bertahan pada masa krisis adalah industri mie, pengolahan susu dan industri tembakau yang disebabkan oleh peningkatan permintaan di dalam negeri dan sifat industri yang padat karya. Kelompok agroindustri yang mengalami penurunan adalah industri pakan ternak dan minuman ringan. Penurunan industri pakan ternak disebabkan ketergantungan impor bahan baku (bungkil kedelai, tepung ikan dan obat-obatan). Sementara penurunan pada industri makanan ringan lebih disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat sebagai akibat krisis ekonomi.

Industri agro merupakan industri andalan masa depan karena didukung oleh sumber daya alam yang cukup potensial yang berasal dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, perkebunan dan kehutanan. Produksi minyak sawit mentah (CPO dan CPKO) pada tahun 2012 lebih dari 25,5 juta ton, kakao sekitar 0,8 juta ton nomor 3 di dunia, karet sekitar 3,04 juta ton nomor 2 di dunia, dan rotan sekitar 143 ribu ton nomor 1 di dunia.

(5)

Peraturan Presiden No. 28 tahun 2008 “Kebijakan Industri Nasional (Industri Agro merupakan salah satu industri andalan masa depan)”. Dua belas klaster Industri Agro, yang berbasis komoditas kakao, kelapa, buah, tembakau, kopi, gula, kelapa sawit, karet, hasil laut, pulp kertas dan susu. Ditingkat daya saingnya melalui hilirisasi dan diversifikasi produk sehingga dalam jangka panjang diperlukan peningkatan penelitian dan pengembangan serta peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia. Selain itu juga, pengembangan mesin pengolahan.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian maka Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 tidak berlaku lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya penetapan undang-undang yang baru tersebut diatas adalah otonomi daerah, era globalisasi dan liberalisasi, perlunya pemanfaatan sumber daya alam secara optimal oleh industri nasional guna penciptaan nilai tambah yang sebesar-besarnya di dalam negeri dan perlunya peningkatan peran dan keterlibatan pemerintah secara langsung di dalam mendukung pengembangan industri nasional. Dengan demikian, adanya UU Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, pembangunan industri melalui penguatan atas struktur industri yang mandiri, sehat, dan berdaya saing dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien, dan mendorong perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang berlandaskan pada kerakyatan, keadilan dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan mengutamakan kepentingan nasional. Agroindustri merupakan salah satu subsistem yang melengkapi rangkaian system agribisnis, subsistem ini berfokus pada kegiatan berbasis pengolahan sumber daya hasil pertanian dan peningkatan nilai tambah.

Sasaran pengembangan agroindustri : 1. Kualitatif

a. Memperkuat struktur industri dengan mendorong investasi di bidang industri hilir agro;

b. Meningkatkan daya saing industri agro melalui fasilitasi infrastruktur baik fisik maupun non fisik;

(6)

d. Mengembangkan keragaman produk; e. Meningkatkan mutu produk industri agro;

f. Mengembangkan R & D baik dibidang teknologi proses, produk dan rancang bangun peralatan pabrik.

2. Kuantitatif

a. Target pertumbuhan industri agro tahun 2010-2014 untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau 8,40%; industri barang kayu dan hasil hutan lainnya 2,88%; serta industri kertas dan barang cetakan 4,86%;

b. Target perkembangan nilai ekspor industri agro 2010-2014 pada tahun 2014 cabang industri hasil hutan dan perkebunan 13.334,19 (US$ juta); industri makanan, hasil laut dan perikanan 23.783,09 (US$ juta) serta industri minuman dan tembakau 4.121,11 (US$ juta).

Pertumbuhan industri agro tahun 2013 (triwulan III). Pada tahun 2013 (TW III), cabang industri makanan, munuman dan tembakau 3,45%; Industri barang kayu dan hasil hutan lainnya 8,20% dan industri kertas dan barang cetakan 3,74%. Sedangkan kontribusi industri agro pada PDB Industri Non Migas tahun 2012 sebesar 45,21% sedangkan pada tahun 2013 adalah sebesar 45,43%.

Kinerja Ekspor Industri Agro Tahun 2012-2013. Pada tahun 2013 (Agustus) untuk cabang industri hasil hutan dan perkebunan 7.457,50 (US$ juta); Industri makanan, hasil laut dan perikanan 5.250,08 (US$ juta). Sedangkan tahun 2012 untuk cabang industri hasil hutan dan perkebunan 19.726,09 (US$ juta) dan industri minuman dan tembakau 1.728,59 (US$ juta).

Prioritas komoditi industri agro adalah kelapa sawit, rotan, kakao dan gula. 1. Kelapa Sawit

Berdasarkan Peraturan Presiden No.28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, industri pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu prioritas untuk dikembangkan dan mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi seperti industri oleofood, oleochemical, energy dan pharmaceutical.

(7)

pangan yaitu oleokimia (antara lain fatty acids, fatty alcohol dan glycerin) dan biodiesel.

Kinerja industri pengolahan kelapa sawit tahun 2011 sampai 2013 adalah jumlah unit usaha berturut-turut 89, 93 dan 95 dengan tenaga kerja 325.000 orang, 330.000 orang dan 330.000 orang. Produksi untuk minyak goreng sawit tahun 2013 sebesar 17.450.000 ton diekspor 12.050.000 ton minyak goreng sawit (untuk tahun 2013 data masih bersifat prognosa).

2. Rotan

Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar didunia. Diperkirakan 85% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh Negara lain seperti Philipina, Vietnam dan Negara-negara Asia lainnya.

Rotan merupakan bahan baku dari alam yang ramah lingkungan karena rotan hidup di pepohonan. Oleh karena itu, produk olahan rotan termasuk produk ramah lingkungan.

Kinerja industri furniture (rotan) untuk produksi dari tahun 2010-2013 berturut-turut sebesar 2.000.000 m3, 2.200.000 m3, 2.300.000 m3 dan 2.305.000 m3 dengan nilai ekspor sebesar 1,4 milyar US$, 1,2 milyar US$, 1,2 milyar US$ dan 1,25 milyar US$ tahun 2013. Sedangkan unit usaha dari tahun 2010-2013 tidak mengalami kenaikan sebesar 912 dan tenaga kerjanya sekitar 432.700 orang.

3. Kakao

Produk turunan kakao yang potensial untuk dikembangkan dimasa mendatang cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter, cocoa powder, makanan dan minuman olahan dari cokelat.

(8)

Jumlah industri pengolahan kakao dari tahun 2008-2010 sebesar 15 unit usaha dan pada tahun 2011-2012, 16 unit usaha. Dengan tenaga kerja yang diserap 4.000 orang (2008-2010), 4.300 orang pada tahun 2011-2012.

Berkembangnya industri pengolahan kakao turut mendorong berkembangnya industri hilir cokelat seperti Nestle, Mayora, Indolakto dan Unilever. Investasi mencapai Rp. 3,0 Triliun.

4. Gula

Revitalisasi industri gula 2010-2014 merupakan salah satu program prioritas dengan target tercapainya swasembada gula nasional pada tahun 2014.

Pada tahun 2014 diharapkan produksi gula nasional mencapai 5,7 juta ton terdiri dari 2,96 juta ton Gula Kristal Putih (GKP) dan 2,74 juta ton Gula Kristal Rafinasi (GKR) yang akan diperoleh dari pembenahan PG eksisting yang didukung on farm (intensifikasi perkebunan tebu yang ada) dengan kontribusi 3,57 juta ton serta pembangunan perkebunan tebu baru (ekstensifikasi lahan) dan pembangunan PG baru dengan target 2,13 juta ton.

Dasar hukum Kementerian Perindustrian melaksanakan program revitalisasi industri gula yaitu Inpres No.1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional.

Isu-isu strategis pengembangan industri agro antara lain :

1. Terbatasnya infrastruktur (jalan, pelabuhan, listrik dan gas bumi) yang berdampak pada biaya logistik dan distribusi serta akses terhadap bahan baku; 2. Terganggunya suplai dan meningkatnya harga komoditas pangan dunia akibat

dampak gejolak nilai tukar US$;

3. Konsumen berpendidikan dan berwawasan lebih tinggi sehingga lebih menuntut akan produk-produk agro yang berkualitas tinggi, sehat/aman dan halal dikonsumsi;

4. Terganggunya pemasaran produk industri agro dalam negeri oleh produk illegal dan produk impor kualitas rendah dengan harga murah;

(9)

III. MASA DEPAN INDUSTRI AGRO

Industri masa depan yang meliputi: (a) Industri berbasis agro; (b) Industri alat-angkut; (c) Industri teknologi informasi dan peralatan telekomunikasi (telematika); merupakan industri-industri yang diprioritaskan pengembangannya di masa yang akan datang. Kelompok industri ini memiliki karakteristik industri berkelanjutan karena lebih mengandalkan pada sumber daya manusia berpengetahuan dan terampil, sumber daya alam yang terbarukan serta kemampuan penguasaan teknologi.

Pembangunan industri di masa depan diperlukan dukungan dari sektor-sektor terkait, secara garis besar meliputi: a) mengembangkan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif serta pengembangan kemampuan inovasi; b) memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai pada Klaster industri yang bersangkutan; c) meningkatkan kemampuan sumber daya yang digunakan industri dalam rangka membangun kompetensi inti; d) Penetapan prioritas persebaran industri, dan e) mengembangkan industri kecil dan menengah.

Sektor industri agro merupakan industri andalan masa depan mengingat peranannya yang penting dan strategis bagi struktur industri nasional maupun terhadap perekonomian nasional. Peranan penting dan strategis itu tercipta karena sektor industri ini antara lain didukung oleh ketersediaan bahan baku berupa sumber daya alam yang cukup melimpah di dalam negeri yang bersumber dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan.

Raihan nilai ekspor dari Sektor industri agro dalam kurun waktu tahun 2012-2014 mengalami trend pertumbuhan sebesar 9,53%, dimana cabang industri hasil hutan dan perkebunan mengalami trend pertumbuhan nilai ekspor sebesar 3,85%, cabang industri makanan, hasil laut dan perikanan mengalami trend pertumbuhan 14,50% dan cabang industri minuman dan tembakau mengalami trend pertumbuhan sebesar 10,25%.

(10)

0,67%, industri makanan, hasil laut dan perikanan mengalami trend pertumbuhan 4,57% dan industri minuman dan tembakau mengalami trend pertumbuhan 4,17%.

Salah satu cara untuk mencapai target-target di atas adalah dengan mendorong pengembangan industri hilir agro dengan konsep klaster atau yang lebih dikenal dengan istilah hilirisasi industri agro. Program hilirisasi industri agro dinilai sangat penting karena diharapkan industri dalam negeri mampu memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki dengan meningkatkan nilai tambah produk agro serta untuk menghindari ekspor sumber daya alam dalam bentuk primer.

Dalam menghadapi AEC 2015, Indonesia memiliki potensi yang besar karena didukung oleh bonus demografi, jumlah penduduk 238 juta orang, dan jumlah masyarakat kelas menengah sekitar 45 juta orang dimana 42% hidup di perkotaan, serta pendapatan per kapita mencapai US$ 3.200, yang membuka peluang dan potensi tenaga kerja dan pasar di dalam negeri

Paling sedikit ada lima alasan utama, mengapa industri agro penting untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional masa depan, yaitu :

1. Industri pengolahan mampu mentransformasikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompatitif yang pada akhirnya memperkuat daya saing produk agribisnis Indonesia;

2. Memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga kemajuan yang dicapai dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional secara keseluruhan;

3. Memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun ke hilir (forward and bacward linkages), sehingga mampu menarik kemajuan sektor-sektor lainnya;

4. Memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) yang dapat diperbaharui sehingga terjamin sustainabilitasnya;

(11)

Indonesia mampu memperkuat penyediaan pangan dunia dan komoditas pertanian. Strategi pertanian yang dikembangkan berbasis 5 A yaitu:

1. Agro produksi yang berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan; 2. Agro industri (pengelolaan hasil-hasil pertanian);

3. Agro bisnis perdagangan hasil-hasil pertanian (lokal – regional - internasional); 4. Agro teknologi (penggunaan teknologi ramah lingkungan)

5. Agro Tourisme – sosio kultur yang dikembangkan

IV. UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO

Gagasan mengenai hilirisasi industri agro muncul sebagai reaksi atas maraknya ekspor sumber daya alam dalam bentuk primer dan rendahnya peningkatan nilai tambah produk agro. Kebijakan hilirisasi industri agro mempunyai landasan hukum berupa Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional bahwa industri agro merupakan salah satu industri andalan masa depan.

Terdapat 12 Klaster Industri Prioritas Agro, yaitu : 1. Industri Pengolahan Kakao (113/M-IND/PER/10/2009) 2. Industri Gula (116/M-IND/PER/10/2009)

3. Industri Pengolahan Susu (122/M-IND/PER/10/2009) 4. Industri Hasil Tembakau (117/M-IND/PER/10/2009) 5. Industri Pengolahan Buah (118/M-IND/PER/10/2009) 6. Industri Pengolahan Kelapa (114/M-IND/PER/10/2009) 7. Industri Pengolahan Kopi (115/M-IND/PER/10/2009)

8. Industri Pengolahan Kelapa Sawit (13/M-IND/Per/1/2010 perubahan atas 111/M-IND/PER/10/2009)

9. Industri Pengolahan Ikan (120/M-IND/PER/10/2009) 10. Industri Pulp dan Kertas (121/M-IND/PER/10/2009) 11. Industri Furniture (119/M-IND/PER/10/2009)

12. Industri Pengolahan Karet (112/M-IND/PER/10/2009)

(12)

pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit dengan strategi peningkatan daya saing industri hilir kelapa sawit. Dua langkah utama yang dilakukan adalah pertama, mendorong pengolahan CPO hingga turunan produk ketiga (antara lain fatty acid, fatty alcohol, biodiesel) di dalam negeri paling sedikit 50% dari total produksi CPO nasional pada tahun 2015 sebelum diekspor dalam bentuk produk hilir bernilai tambah tinggi. Kedua, menumbuhkan kawasan klaster industri hilir kelapa sawit di provinsi utama penghasil CPO, yaitu Sumatera Utara (Sei Mangkei), Riau (Dumai dan Kuala Enok), dan Kalimantan Timur (Maloy). Selain itu, masih ada Permenperin No. 113/M-IND/Per/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) pengembangan klaster industri kakao dengan strategi peningkatan daya saing industri hilir kakao. Tiga langkah utama yang dilakukan adalah penguatan struktur industri berbasis kakao, penciptaan iklim investasi dan pemberian insentif serta keamanan berusaha; peningkatan utilitas kapasitas industri/perusahaan yang sudah ada; penciptaan lapangan usaha industri pengolahan kakao melalui promosi investasi di sentra kakao.

Beberapa upaya Pemerintah c.q Kemenperin hingga saat ini adalah sebagai berikut :

1. sosialisasi teknologi terpadu proses pengolahan kakao, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan SDM, mengenalkan dan menerapkan ISO 22000, ISO 9001 Global Standard for Food Safety, GMP dan HACCP dalam rangka peningkatan mutu dan keamanan produk;

2. menyertakan para pengusaha pada kegiatan promosi/pameran dalam dan luar negeri serta pengembangan diversifikasi produk bernilai tambah tinggi termasuk pengembangan produk kakao untuk kebutuhan non pangan

3. Khusus untuk mengatasi permasalahan keterbatasan infrastruktur maka pemerintah melaksanakan program Materplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur.

(13)

Kendala dalam pengembangan agro industri di Indonesia antara lain adalah produktivitas on farm masih rendah, hal ini ditunjukkan masih impornya bahan baku antara lain kedelai, susu, daging sapi, maupun tepung terigu serta keterbatasan bahan baku yang memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan agroindustri.

Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dibidang agroindustri perlu dukungan pemerintah dan keterpaduan serta sinergitas antara lembaga litbang yang ada di Kementerian terkait (Kementerian Perindustrian, Pertanian, Kelautan dan Perikanan, dan lain-lain). Selain itu, tidak kalah pentingnya peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia agar sesuai kebutuhan industri khususnya untuk pengembangan industri agro.

Kemampuan mengolah produk yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar komoditas pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah sekitar 40-60%. Data tersebut menunjukkan bahwa kondisi tersebut memperkecil nilai tambah yang diperoleh dari ekspor produk pertanian sehingga pengolahan lebih lanjut menjadi tuntutan bagi perkembangan agroindustri di era global ini.

Teknologi yang digolongkan sebagai teknologi agroindustri produk pertanian begitu beragam dan sangat luas mencakup teknologi pascapanen dan teknologi proses.

Sedangkan ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung belum maksimal berjalan sesuai harapan yang diinginkan industri dan pengusaha. Hal tersebut berkaitan erat dengan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha untuk mendapatkan bahan baku industri dan mendistribusikan produk hasil pengolahannya.

VI. DUKUNGAN PERAN BALAI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO

Kementerian Perindustrian mempunyai 23 Unit Pelaksana Teknis yaitu terdiri dari 11 Balai Besar, 11 Baristand Industri dan 1 (satu) Balai Sertifikasi Industri di bawah Badan Kajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI).

(14)

2. Balai Besar Logam dan Mesin di Bandung; 3. Balai Besar Pulp dan Kertas di Bandung; 4. Balai Besar Keramik di Bandung;

5. Balai Besar Tekstil di Bandung;

6. Balai Besar Bahan, Barang dan Teknik di Bandung; 7. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik di Jogjakarta; 8. Balai Besar Kerajinan dan Batik di Jogjakarta; 9. Balai Besar Kimia dan Kemasan di Jakarta;

10. Balai Besar Industri Hasil Perkebunan di Makassar;

11. Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri di Semarang. Sedangkan 11 Baristand dan 1 Balai Sertifikasi Industri terdiri dari : 1. Baristand Industri Aceh di Banda Aceh;

2. Baristand Industri Ambon di Ambon; 3. Baristand Industri Manado di Manado;

4. Baristand Industri Palembang di Palembang; 5. Baristand Industri Banjarbaru di Banjarbaru; 6. Baristand Industri Samarinda di Samarinda; 7. Baristand Industri Pontianak di Pontianak 8. Baristand Industri Surabaya di Surabaya; 9. Baristand Industri Padang di Padang; 10. Baristand Industri Medan di Medan; 11. Baristand Industri Lampung di Lampung; 12. Balai Sertifikasi Industri di Jakarta

Balai Besar dan Baristand Industri, selain melaksanakan penelitian dan pengembangan juga melaksanakan layanan jasa teknis di berbagai bidang. Peran Balai Besar dan Baristand Industri dalam mengembangkan teknologi industri antara lain :

1. Layanan teknis dibidang pengujian, kalibrasi dan sertifikasi dalam rangka menjamin kesesuaian standard dan mutu produk. Contoh layanan : sertifikasi

(15)

2. Layanan jasa teknis dibidang pelatihan dan konsultasi melalui training/diklat teknis dan technical assistance. Adapun contoh layanannya : Pelatihan ISO, HACCP, GMP, Pelatihan Manajemen dan Desain;

3. Layanan jasa teknis dibidang penelitian dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan mutu produk. Contoh layanannya : Penelitian tentang Derivatisasi Minyak Atsiri, Kelapa dan Turunan CPO, Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Aneka Produk;

4. Layanan jasa teknis dibidang rancang bangun dan perekayasaan industri melalui pengembangan desain dan prototype. Adapun contoh layanannya : Pembuatan peralatan proses produksi garam, biomassa, coklat dan pembangkit listrik mikro hidro, turbin dan lain-lain;

5. Layanan jasa teknis dibidang konsultasi baik teknis maupun manajemen terkait penanggulangan pencemaran industri. Contoh layanannya : Pemberian Konsultasi Teknis Penerapan Cleaner Production Technology dan Pengoperasian IPAL

Semua layanan jasa teknis tersebut diatas sebagai fasilitasi teknologi kepada sektor industri sehingga dapat meningkatkan daya saingnya.

VII. PENUTUP

 Pengembangan industri berbasis agro memerlukan komitmen dan dukungan dari

seluruh pihak yang terlibat, baik dari instansi Pemerintah Pusat, Daerah dan dunia usaha;

 Pengembangan industri berbasis agro akan meningkatkan nilai tambah dan

mempunyai multiplier effects yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

 Hal-hal yang masih perlu mendapat perhatian khusus :

o Peningkatan infrastruktur;

o Peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan;

o Pengembangan teknologi di bidang proses dan mesin peralatan pabrik;

Referensi

Dokumen terkait

By doing this study I want to analyze Morrie’s character and the influence of Buddhist philosophies in Morrie’s view of life as seen in Morrie himself as the main character of

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media gambar sketsa memberikan pengaruh terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa

Mengembangkan gagasan tentang aljabar homologi dimana obyek-obyeknya adalah modul bersama dengan homomorfismanya serta barisan eksak dari modul bersama

Perbedaan yang ada dalam penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian sekarang bukan hanya faktor pendukung saja, namun juga memasukkan

Tidak terdapat Hubungan yang bermakna antara Pengetahuan mahasiswa tentang uji kompetensi terhadap minat belajar mahasiswa kebidanan di STIKes Prima Nusantara

Kelengkapan alat selama transportasi masih kurang, misalnya pada pasien dengan cidera kepala berat yang harus diberikan oksigen tetapi petugas tidak membawa tabung

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Desain dan Implementasi Media Interaktif Lagu Daerah Untuk Pembelajaran Budaya Daerah Pada