• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi dan Reward Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. NV Perimex Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi dan Reward Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. NV Perimex Deli Serdang"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Budaya Organisasi

2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi

Setiap organisasi dapat mempunyai budaya sendiri yang berbeda dengan

organisasi lainnya. Budaya organisasi inilah yang diterapkan pada lingkup

organisasi tertentu. Kesemuanya menunjukkan entitas yang berdiri sendiri secara

mandiri, pada hakikatnya yang dimaksud dengan budaya adalah budaya yang

menjadai acuan dalam suatu organisasi dimana terdapat sekelompok orang yang

melakukan interaksi.

Budaya mempunyai efek yang sangat besar bagi perusahaan. Perusahaan

harus selalu memperhatikan lingkungan dimana karyawan melaksanakan

tugasnya, misalnya: rekan kerja, pimpinan, suasana kerja, pimpinan kerja dan

hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kemampuan karyawan dalam menjalankan

tugasnya. Dengan demikian, budaya merupakan hal yang esensial bagi suatu

organisasi atau perusahaaan seperti falsafah, ideologi, nilai-nilai, keyakinan,

harapan, sikap dan norma-norma yang dimiliki secara bersama serta mengikat

dalam suatu komunitas organisasi karena selalu berhubungan dengan kehidupan

yang ada dalam perusahaan.

Robbins (1998: 248) dalam Soedjono (2005) menyatakan bahwa

(2)

sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi.

Menurut Wibowo (2005:342), “Budaya merupakan gagasan, kepentingan,

nilai-nilai dan sikap yang disumbangkan oleh kelompok dan menjdai latar

belakang, keterampilan, tradisi, komunikasi, dan proses keputusan, mitos,

ketakutan, harapan, aspirasi, dan harapan yang menjadi pengalaman”.Kreitner,

(2005:79) mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah “Suatu wujud

anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan

bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan bereaksi terhadap

lingkungannya yang beraneka ragam”.

Menurut Lako (2004: 29) “budaya organisasi merupakan pola keyakinan

dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekkan oleh organisasi

sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan

berperilaku dalam organisasi”.Barry Phegan (dalam Wibowo, 2010: 15)

menyatakan bahwa

Budaya organisasi adalah tentang bagaimana orang merasa melakukan pekerjaan baik dan apa yang membuat peralatan dan orang bekerja sama dalam harmoni. Budaya organisasi merupakan pola yang rumit tentang bagaimana orang melakukan sesuatu, apa yang mereka yakini, apa yang dihargai dan dihukum. Adalah tentang bagaimana dan mengapa orang mengambil pekerjaan yang berbeda dalam perusahaan.

2.1.2 Dimensi dan Indikator Budaya Organisasi

Menurut Robbins dalam Tika (2006:10) terdapat beberapa karakteristik

yang apabila dicampur dan dicocokkan maka akan menjadi budaya internal yaitu:

1. Inisiatif Individual

Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab,

(3)

mengemukakan pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh

kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk

memajukan dan daya organisasi.

2. Toleransi Terhadap Tindakan Beresiko

Dalam budaya organisasi perlu ditekankan sejauh mana para karyawan

dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko.

Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan

toleransi kepada anggota / para karyawan untuk dapat bertindak agresif

dan inovatif untuk memajukan organisasi serta berani mengambil resiko

terhadap apa yang dilakukannya.

3. Pengarahan

Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat menciptakan

dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan

tersebut jelas tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi. Kondisi ini

dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi.

4. Integrasi

Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong

unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.

Kekompakan unit-unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas

dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.

5. Dukungan Manajemen

Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat

(4)

terhadap bawahan. Perhatian manajemen terhadap karyawan sangat

membantu kelancaran kinerja suatu organisasi.

6. Kontrol

Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau

norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi. Untuk itu diperlukan sejumlah

peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang dapat digunakan

untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan dalam suatu

organisasi.

7. Identitas

Yang dimaksudkan sejauh mana para karyawan dalam suatu organisasi

dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dan bukan

sebagai kelompok kerja tertentu. Identitas diri sangat membantu

manajemen dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

8. Sistem imbalan

System imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan (seperti

kenaikan gaji, promosi dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja

karyawan, bukan senioritas atau pilih kasih.

9. Toleransi terhadap konflik

Sejauh mana para karyawan disorong untuk mengemukakan konflik dan

kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat atau kritik merupakan fenomena

yang sering terjadi namun bias dijadikan sebagai media untuk melakukan

(5)

10.Pola komunikasi

Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.

Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya

polakomunukasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu

sendiri.

2.1.3 Tingkat Dasar Budaya Organisasi

Menurut Schein dalam Lako (2004: 35), budaya organisasi berada pada

tiga tingkat, yaitu:

1. Artifact

Pada tingkat artifact, budaya organisasi memiliki ciri yaitu semua struktur dan

proses organisasional dapat kelihatan. Dijelaskan bahwa seorang anggota baru

memasuki suatu organisasi yang telah memiliki proses dan struktur organisasi

yang visible dan menghadapi suatu kelompok baru dengan suatu budaya baru yang asing baginya. Oleh karena itu, pendatang baru perlu belajar memberikan

perhatian khusus kepada budaya organisasi tersebut.

2. Espoused values

Pada tingkat kedua yaitu espoused values, para anggota organisasi mempertanyakan apa yang seharusnya yang dapat mereka berikan untuk

organisasi. Pada tingkat ini, baik organisasi maupun anggota organisasi

membutuhkan tuntunan strategi, tujuan dan filosofi dari pemimpin organisasi

untuk bertindak. Menurut schein, kebanyakan budaya organisasi dapat

(6)

terdahulu (founders of the culture). Pendatang baru dapat belajar dari espoused values ini, dan mempelajari maknanya dalam konteks organisasi.

3. Basic underlying assumptions

Pada tingkat Basic underlying assumptions, berisi sejumlah kepercayaan atau keyakinan (beliefs) bahwa anggota organisasi mendapat jaminan (taken for granted) bahwa mereka diterima secara baik untuk melakukan sesuatu secara efisien dan efektif. Asumsi-asumsi dasar ini mempengaruhi perasaan,

pemikiran, persepsi, kepercayaan dan pikiran bawah sadar anggota organisasi.

Sumber: Schein dalam Lako (2004) Gambar 2.1 Level Budaya Menurut Schein

2.1.4 Fungsi Budaya Organisasi

Fungsi budaya organisasi menunjukkan peranan atau kegunaan dari budaya

organisasi. Krietner (2005:85) membagi fungsi budaya organisasi menjadi empat

bagian antara lain:

1. Memberikan identitas organisasi kepada karyawannya.

Identitas yang dirasakan oleh karyawannya dengan mengadakan penghargaan

yang mendorong produktivitas kerja karyawan, meraih pendapatan dengan

targetdan tingkat profit yang signifikan. Artifact

(7)

2. Memudahkan komitmen kolektif.

Salah satu nilai perusahaan dimana karyawannya bangga menjadi bagian

darinya dan tidak ingin meninggalkan karier diperusahaan tersebut.

Dikarenakan karyawan telah komitmen terhadap perusahaan tempat dia

berkarier.

3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial.

Stabilitas sistem sosial mencerminkan taraf dimana lingkungan kerja dirasakan

positif dan mendukung jauh dari konflikserta perubahan yang tidak efektif.

4. Membentuk perilaku dengan membantu manajer para karywan memahami

mengapa orang melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana

perusahaan bermaksud mencapai tujuan jangka panjang, seperti perusahaan ini

menerapkan pelatihan kepada karyawan baru untuk diukur dan dievaluasi

berdasarkan standar perjalanan karier selama tiga sampai enam bulan.

Sumber: Robert Kreitner (2005:86) Gambar 2.2 Empat Fungsi Budaya Organisasi

Komitmen Kolektif

Identitas perusahaan

Membentuk perilaku

Stabilitas sistem sosial Budaya

(8)

2.1.5 Membangun Budaya Organisasi

Menurut Schein dalam Lako (2004) inisiatif dan dorongan untuk

membentuk atau membangun suatu budaya organisasi seharusnya berasal dari

pemimpin (Leaders) karena mereka memiliki potensi terbesar melekatkan dan memperkuat aspek-aspek budaya melalui lima mekanisme utama

1. Attention, yaitu pemimpin dapat mengkomunikasikan prioritas-prioritas, nilai-nilai dan fokus perhatian mereka melaului pilihan terhadap sesuatuyang dapat

dintanyakan, diukur, dikomentari, dipuji dan dikritik. Kebanyakan komunikasi

tersebut terjadi selama aktivitas monitoring perencanaan.

2. Reaction to crisis, dimana krisis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku organisasi karena emosonalitas terhadap krisis tersebut dapat

meningkatkankan potensi untuk belajar tentang nilai-nilai dan asumsi-asumsi

dasar organisasi.

3. Role modeling, dimana pemimpin dapat mengkomunikasikan nilai-nilai dan harpan-harapan melalui tindakan-tindakan mereka sendiri.

4. Allocation of reward, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengalokasikan reward ,seperti kenaikan pembayaran atau promosi tentang apa yang dinilai

oleh pemimpin atau organisasi.

5. Criteria for selection and dismissal, dimana pemimpin dapat mempengaruhi budaya dengan merekrut orang-orang yang memiliki value, skills, atau sifat-sifat tertentu atau mempromosikannya ke posisi-posisi yang memeliki

(9)

2.1.6 Budaya Organisasi Kuat

Menurut Lako (2004: 31), model budaya organisasi yang ideal untuk suatu

organisasi adalah yang memiliki paling sedikit dua sifat, yaitu:

1. Kuat (strong), artinya budaya organisasi yang dibangun atau dikembangkan harus mampu mengikat dan mempengaruhi perilaku para individu pelaku

organisasi (pemilik, manajemen dan karyawan) untuk menyelaraskan (goals congruence) antara tujuan individu dan tujuan kelompok mereka dengan tujuan organisasi.

2. Dinamis dan adaptif (dynamic and adaptive). Artinya budaya organisasi yang dibangun harus fleksibel dan responsif terhadap dinamika lingkungan internal

dan eksternal organisasi seperti, tuntutan dari stakeholders eksternal dan

perubahan dalam lingkungan hukum, ekonomi, politik sosial, teknologi

informasi, dan lain-lain.

2.1.7 Budaya Organisasi Lemah

Menurut Robbins (2005:57) ciri-ciri budaya organisasi lemah yaitu

sebagai berikut:

a. Mudah membentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.

b. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi

c. Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan kelompok

atau kepentingan diri sendiri.

Di dalam budaya organisasi yang lemah membuat banyak karyawan tidak

(10)

membentuk kelompok-kelompok kecil yang bertentangan, sehingga ini dapat

mengganggu tujuan dari organisasi tersebut.

2.2Reward (penghargaan)

2.2.1 Pengertian Reward

Reward merupakan komponen yang penting bagi organisasi karena merupakan dorongan utama seseorang menjadi karyawan juga mempunyai

pengaruh yang besar terhadap semangat dan kegairahan kerja. Pengalaman

menunjukkan bahwa kompensasi yang tidak memadai dapat menurunkan prestasi

kerja, motivasi, dan kepuasan kerja karywan atau bahkan menyebabkan karyawan

yang potensial keluar dari perusahaan.

Menurut Hamzah (2007:68), Reward adalah insentif positif yang berupa penghargaan, anugerah, dan imblan akibat hasil kerja yang baik yang dilakukan

karyawan.Menurut Rivai (2004: 357),” Reward atau kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada

perusahaan. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi

manajemen sumber daya manusia yang berhubungan dengan semua jenis

pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas

keorganisasian”.

Pengertian reward menurut Byars dan Rue (2000: 299) adalah The Organizational reward system consists of the types of rewards to be offered and their distribution.Dalam organisasi reward system ditetapkan tipe reward

apa yang akan digunakan dalam organisasi termasuk hal pendistribusinnya

(11)

penghargaan intrinsik maupun ekstrinsik. Herzberg dalam Mangkunegara

(2006:31) juga berpendapat sama bahwa ada faktor intrinsik dan ekstrinsik

yang mempengaruhi seseorang dalam bekerja.

2.2.2 Dimensi dan Indikator Reward

Menurut Byars dan Rue (2008: 302) dimensi dan indikator di dalam

Reward :

Tabel 2.1

Dimensi dan Indikator Reward

Dimensi Indikator

Penyesuaian Reward dengan Kebutuhan Karyawan

1. Lokasi kerja

2. Peralatan pendukungpekerjaan 3. Tugas istimewa

4. Pengakuan informal Penawaran Mix Rewards kepada

Karyawan

1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Status perkawinan 4. Jumlah tanggungan 5. Masa kerja

Memperhatikan Faktor Eksternal yang Membatasi Reward System

1. Ukuran organisasi 2. Kondisi lingkungan 3. Pasar tenaga kerja

Sumber : Byars dan Rue (2008)

Menurut Hamzah, (2007: 70) ada beberapa indikator dari reward yaitu: a. Insentif yang diberikan

Pemberian insentif kepada karyawan bertujuan untuk meningkatkan motivasi

karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang baik. Dengan meningkatkan

semngat karyawan dalam melaksanakan pekerjaan, tentunya akan

berpengaruh terhadap produktivitas kerja oleh sebab itu manfaat insentif

(12)

b. Kenaikan pangkat

Karyawan kompeten yang mempunyai produktivitas kerja yang tingggi dan

mampu bekerja dengan baik yang dapat menjalankan tujuan perusahaan,

salah satu penghargaan yang tepat diberikan kepadanya yaitu kenaikan

pangkat yang sesuai dengan peraturan perusahaan. Dimana ia diletakkan

dengan tujuan untuk lebih bisa lagi mengembangkan perusahaan.

c. Pendidikan dan pelatihan

Pendidikan dan pelatihan salah satu hal yang besar pengaruhnya terhadap

peningkatan produktivitas kerja karyawan. Semakin tinggi pendidikan

karyawan, semakin besar ia dapat bekerja dengan efektif dan efisien sehingga

mampu untuk meningkatkan prestasinya kejenjang yang lebih baik dan lebih

tinggi lagi.

d. Motivasi dan tujuan

motvasi dan tujuan yang diberikan dari pimpinan kepada karyawan

merupakan hal yang sangat sederhana tetapi sangat besar sekali pengaruhnya

terhadap karyawan tersebut. Mereka sangat diperhatikan oleh atasannya dan

ini juga salah satu peningkatan produktivitas kepada karyawan untuk bekerja

lebih baik.

2.2.3 Jenis-jenis Reward

(13)

Social Reward adalah pujian dan pengakuan diri dari dalam dan luar organisasi, yang merupakan faktor extrinsic reward yang diperoleh dari lingkungannya, seperti finansial dan piagam penghargaan.

b. Psychic Reward (Penghargaan Psikis)

Psychic Reward datang dari self esteem (berkaitan dengan harga diri), self satisfaction (kepuasan diri) dan kebanggan atas hasil yang dicapai, psychic reward adalah intrinsic reward yang datang dari dalam diri seseorang, seperti pujian, sanjungan, dan ucapan selamat yang dirasakan pegawai sebagai bentuk

pengakuan terhadap dirinya dan mendatangkan kepuasan bagi dirinya sendiri.

2.2.4 Alternatif Norma Pemberian Reward

Menurut Mahsun (2006:112) terdapat empat alternatif pemberian reward

agar dapat digunakan untuk memicu kinerja dan produktifitas pegawai, yaitu :

1. Goal Congruence (kesesuaian tujuan).

Setiap organisasi publik pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai.

Sedangkan setiap individu di dalam organisasi mempunyai tujaun individual

yang sering tidak selaras dengan tujuan organisasi. Dengan demikian reward

harus diciptakan sebagai jalan tengah agar tujuan organissi dapat dicapai tanpa

mengorbankan tujuan individual, dan sebaliknya tujuan individual dapat

tercapai tanpa harus mengorbankan tujuan organisasi.

2. Equity (keadilan).

(14)

yang berikan kontribusi tinggi maka reward-nya juga akan tinggi, sebaliknya siapa yang memberikan kontribusi yang rendah maka reward-nya juga rendah. 3. Equility (kemerataan).

Reward juga harus didistribusikan secara merata bagi semua pihak (individu atau kelompok) yang telah menyumbangkan sumberdayanya untuk tercapainya

produktivitas.

4. Kebutuhan.

Alokasi reward kepada pegawai seharusnya mempertimbangkan tingkat kebutuhan utama dari pegawai. Reward yang berwujud finansial tidak selalu sesuai dengan kebutuhan utama pegawai.

Pemberian reward yang baik dapat memotivasi orang serta memuaskan merekea sehingga dapat menumbuhkan komitmen dan loyalitas terhadap

organisasi. Empat alternatif diatas yaitu, goal congruance, equity, equility, dan kebutuhan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap organisasi atau

perusahaan bila ingin tujuan organisasi dan individu karyawannya ingin tercapai.

2.2.5 Kelayakan Sistem Reward

Menurut Patten dalam Lako (2004:77), agar suatu pemberian reward

efektif, maka ada tujuh kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Mencukupi, artinya sistem reward tersebut harus memenuhi ketentuan minimum pemerintah.

(15)

3. Seimbang, artinya jumlah gaji, tunjangan, bonus dan lainnya yang diberikan

harus seimbang.

4. Efektif dari sisi pembiayaan, artinya gaji yang diberikan harus sepadan

dengan kemampuan finansial perusahaan.

5. Memenuhi kebutuhan hidup karyawan.

6. Dapat memotivasi kebutuhan hidup karyawan untuk bekerja lebih efektif dan

meningkatkan kinerjanya.

7. Dapat dipahami oleh seluruh karyawan.

2.3 Kinerja karyawan

2.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Setiap organisasi baik swasta maupun pemerintahan, akan selalu berupaya

meningkatkan kinerjanya agar tujuan dari organisasi dapat tercapai. Memperoleh

kinerja yang memuaskan tidak terjadi secara otomatis, dimana hal ini akan terjadi

dengan sistem manajamen yang baik.

Menurut Mangkunegara (2009:9) Pengertian kinerja adalah suatu hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya.

Selain itu, kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dan usaha seseorang

yang dicapai dengan adanya kemampuan dan erbuatan dalam situasi tertentu.

Menurut Amstrong dan Baron yang dikutip Wibowo (2007:7) Kinerja

adalah hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis

organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.

(16)

performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat

ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan

standar yang telah ditentukan).

Menurut John Westerman dan Pauline Donghue dalam Soedjono (2009),

kinerja merupakan gabungan antara perilaku dengan prestasi dari apa yang

diharapkan dan pilihannya atau bagian syarat-syarat tugas yang ada pada

masing-masing karyawan yang ada dalam organisasi. Kinerja karyawan adalah hasil atau

prestasi dari karyawan yang dapat mempengaruhi seberapa banyak seorang

karyawan bisa memberikan kontribusi kepada organisasi (Mathis dan Jackson

(2006:65). Kinerja karyawan merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan

kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya, sedangkan kinerja menurut

Bernardin dan Russell adalah catatan outcome yang dihasilkan dari karyawan melalui kegiatan yang telah dilakukan selama periode waktu tertentu (Sulistiyani

dan Rosidah dalam Soedjono:2009).

2.3.2Dimensi Kinerja

Menurut Bernadin dan Russel dalam Kaswan (2012: 187), ada

enamkriteria utama yang menjadi dimensi dalam menilai kinerja, antara lain:

a. Kualitas

Kualitas kinerja dinilai dari proses atau hasil kerja yang mendekatikesempurnaan.

Hal ini dapat ditinjau dari kesesuaian dengan cara kerjayang ideal dalam

melaksanakan suatu pekerjaan dan mencapai tujuan yangdiharapkan oleh suatu

(17)

b. Kuantitas

Kuantitas merujuk pada jumlah yang dihasilkan dalam kerja. Jumlahtersebut dapat

berupa nilai uang, jumlah unit, atau jumlah perputaran kerjayang telah

diselesaikan.

c. Ketepatan waktu

Penyelesaian suatu aktivitas / pekerjaan ataupun produksi denganbaik berdasarkan

waktu tersingkat yang dapat dicapai maupun waktu yang

telah ditargetkan.

d. Kebutuhan untuk supervisi

Kemandirian karyawan dalam melaksanakan fungsi kerja denganbaik tanpa

meminta bantuan pengawasan atau intervensi pengawasanuntuk menghindari hasil

yang merugikan.

e. Dampak interpersonal

Kemampuan karyawan dalam meningkatkan harga diri, itikad baik,dan kerjsama

sesama karyawan dan bawahan

2.3.4Indikator Kinerja

Menurut Mangkunegara (2010:18) terdapat aspek-aspek standar pekerjaan

yang terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif meliputi :

a. Aspek kuantitatif yaitu :

1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan,

2. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan,

3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, dan

(18)

b. Aspek kualitatif yaitu :

1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan,

2. Tingkat kemampuan dalam bekerja,

3. Kemampuan menganalisis data atau informasi, kemampuan atau

kegagalanmenggunakan mesin atau peralatan, dan

4. Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen/masyarakat).

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Independen Dependen

Mangarisan Pada PT. Soeloeng laoet Medan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Budaya Organisasi dan reward secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Soeloeng Laoet Medan.

Nurmaliza Karyawan Divisi Call Center Bagian Outbond Pada PT. Indosat Tbk Medan

Reward

Budaya kerja

Produktivita s karyawan

Dilihat dari Hasil uji FReward dan budaya kerja secara serentak berpengaruh terhadap produktivitas karyawan divisi call center bagian outbond Culture on Employee Performance: Case Study of Wartsila - Kipevu Ii Power Plant

Organization al Culture

Employee Performanc e

Based on the results, this study was able to revealed that organizational

values has a more significant effect to employee's job performance at

(19)

Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Independen Dependen

Waruni Ayesha Edirisooriy a (2014)

Impact of Rewards on Employee

Performance: With Special Reference to ElectriCo.

Rewards Employee Performanc e

The results revealed that there is a positive relationship between extrinsic reward, intrinsic reward and employee performance.The research results can be used as a guideline for the public sector organizations in Sri Lanka to have better understanding of significance of reward system on employee performance and furthermore it will help todesign and implement strategic reward system to bring competitive advantage Karyawan Pada CV. Grand Keude Kupie Medan irisooriya

Hasil Uji F menunjukkan variable budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja sedangkan variable kepuasan kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan.

2.5 Kerangka konseptual

Dalam hal ini kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah suatu

model yang menerangkan hubungan antara satu teori dengan teori lainnya.

Sehingga masalah yang diteliti menjadi jelas penyelesaiannya. Kerangka

konseptual merupakan fondasi penelitian dimana hubungan antar variable

dijelaskan disusun dan didelaborasi secara logis dan relevan Situmorang ( 2008 :

97 ).

Budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Menurut

Robbins (2008:99), Budaya organisasi yang disosialisasikan dengan komunikasi

yang baik akan dapat menemukan kekuatan meneyeluruh organisasi, kinerja dan

daya saing dalam jangka panjang. Budaya organisasi yang dijunjung tinggi akan

(20)

dipertahankan di organisasi itu. Sikap yang mendukung dan tidak mendukung ini

kemudian mempengaruhi kinerja individu karyawan.

Reward berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Menurut Rivai (2006: 357),reward atau kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Dengan adanya reward ini diharapkan karyawan dapat termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.Menurut

Mulyadi (2001: 424) sistem reward dan pengakuan atas kinerja

karyawanmerupakan sarana untuk mengarahkan perilaku karyawan keperilaku

yang dihargaidan diakui oleh organisasi.Rewardberbasis kinerja mendorong karyawan dapat mengubah kecenderungan semangatuntuk memenuhi kepentingan

diri sendiri ke semangat untuk memenuhi tujuanorganisasi (Mulyadi dan

Setyawan: 2001: 356).

Dari uraian pemikiran diatas dapat diketahui bahwa budaya organisasi dan

reward berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Maka kerangka konseptual penelitian ini adalah.

Gambar 2.3 Kerangka konseptual Budaya Organisasi ( X1)

Reward (X2)

Kinerja karyawan

(21)

2.6 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, hipotesisdalam

Gambar

Gambar 2.1 Level Budaya Menurut Schein
Gambar 2.2 Empat Fungsi Budaya Organisasi
Tabel 2.1
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Barang/asa Nomor 68/PAN-PL/FKG/DM/2012 tanggal 5 Agustus 2072 untuk Pekerjaan Pengadaan Meubelair Untuk Ruang Tutorial, Ruang Rapat Bagian Biomedika dan Lab. Tl

Panitia Pengadaan Bar ang dan Jasa Konsultansi di Lingkungan Dinas Peker jaan Umum Kota Bandar Lampung Tahun Anggar an 2012 akan melaksanakan Pr akualifikasi untuk paket peker

Dampak utama dari penggunaan teknologi dalam pendidikan akan berpengaruh besar terhadap guru apabila guru sebagai pendidik bisa mengembangkan pembelajarannya melalui teknologi

tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan

Cara membuka Sbobet melalui hp atau handphone berbagai style merk dari hp jadul hingga hp canggih seperti blackberry, android, iphone dan Cara Pasang Taruhan Sbobet Dari

BERKESINAMBUNGAN DARI PRE-INTRA SERTA PASCA PEMBEDAHAN.. Pengertian : perawatan pasca bedah adalah suatu pelayanan keperawtan bagi pasien yang telah menjalani pembedahan. 2. Tujua

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan komitmen

Selama melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Kementerian Sosial, Praktikan ditempatkan pada Tata Usaha Direktorat Perlindungan dan