• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Mikroorganisme Tanah Pada Kawah Putih Tinggi Raja, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Mikroorganisme Tanah Pada Kawah Putih Tinggi Raja, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mikroorganisme

Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme, mikroorganisme

tanah seperti bakteri dan jamur sangat mempengaruhi kesuburan tanah, oleh

karena itu mikroorganisme merupakan salah satu aspek penting yang berperan

dalam pembentukan suatu ekosistem. Mikroorganisme tanah juga bertanggung

jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara, dengan demikian

mikroorganisme mempunyai pengaruh terhadap sifat kimia dan sifat fisik tanah

(Anas, 1989).

Berdasarkan cara memperoleh makanan, bakteri tanah dapat dibagi

menjadi dua kelompok yaitu autotrof dan heterotrof. Kelompok autotrof

memperoleh persediaan karbon dari sinar matahari. Pada bentuk heterotrof,

menggunakan bahan-bahan organik yang berbeda-beda, yang meliputi gula-gula,

cellulosa, asam-asam organik dan hidrokarbon untuk memenuhi kebutuhan energi

dan karbon (Yuliprianto, 2010).

Peranan terpenting mikroorganisme tanah ialah fungsinya yang membawa

perubahan kimiawi pada substansi-substansi di dalam tanah, terutama pengubahan

persenyawaan organik yang mengandung karbon, nitrogen, sulfur dan fosfor

menjadi persenyawaan anorganik atau disebut mineralisasi, didalamnya terlibat

sejumlah besar perubahan kimiawi serta berperan berbagai macam spesies

mikroba (Pekzar dan Chan, 1988).

Organisme (mikroorganisme) tanah penting dalam kesuburan tanah karena

berperan dalam siklus energi, berperan dalam siklus hara, berperan dalam

(2)

terhadap munculnya penyakit terutama penyakit tular tanah-soil borne pathogen).

Kesuburan tanah tidak hanya bergantung pada komposisi kimiawinya, melainkan

juga pada ciri alami mikroorganisme yang menghuninya. Mikroorganisme yang

menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri, actinomysetes, fungi, alga,

dan protozoa (Rao, 1994).

Akar mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Pengaruh yang paling kuat

adalah daerah rhizosfer, yaitu tanah sekitar permukaan akar di mana kumpulan

makanan dari tanaman merangsang fungi dan bakteri untuk meningkatkan

kepadatan populasinya 10 hingga 100 kali dibanding bagian-bagian tanah yang

lain. Dengan kata lain pada rhizosfer ini jumlah organismenya jauh lebih banyak

dari pada bagian-bagian lainnya ditanah. Akar juga tempat hidup bakteri, fungi

dan hewan-hewan kecil. Bakteri merupakan organisme yang paling besar

jumlahnya di dalam tanah, sehingga dalam satu gram saja dapat ditemukan kurang

lebih 109 SPK/ml bakteri (Yulipriyanto, 2010).

B.Pengaruh Faktor Lingkungan

1. Pengaruh pH Tanah Terhadap Mikroorganisme Tanah

Reaksi tanah (pH) adalah parameter tanah yang dikendalikan kuat oleh

sifat-sifat elektrokimia koloid-koloid tanah. Istilah ini menunjukkan kemasaman

atau kebasaan tanah, yang derajatnya ditentukan oleh kadar ion hidrogen dalam

larutan tanah. Sebetulnya kemasaman dan kebasaan merupakan pencerminan

kadar ion H+ maupun ion OH-. Kation-kation utama yang terjerap ialah Al3+, H+,

Na+, Ca2+, dan Mg2+. Apabila lebih banyak ion Al dan H yang terjerap, pH tanah

menurun. Apabila ion basa lebih banyak terjerap (Na, K, Ca, dan/atau Mg), pH

(3)

Selain itu pH tanah juga mempengaruhi jenis dan jumlah mikroorganisme

yang ada dalam tanah misalnya bakteri dan aktinomisetes di tanah biasanya lebih

banyak dari pada fungi, sehingga mikroba ini memerlukan suatu medium yang

mempunyai pH masam (4 sampai 5) untuk menghambat pertumbuhan mikroba

lain (Hastuti dan Ginting, 2007). Jika pH masam maka aktivitas mikroorganisme

akan menurun. Aktivitas mikroorganisme yang menurun diakibatkan semakin

sedikitnya mikroorganisme yang mampu bertahan hidup pada pH tanah yang

masam (Syahputra, 2007).

Lazimnya mikroorganisme tumbuh dengan baik pada pH sekitar 7.

Meskipun begitu, mikroorganisme juga dapat tumbuh pada kisaran pH 5-8 dan

ada juga yang tumbuh pada pH 2 dan pH 10. Kelompok fungi dapat tumbuh

pada kisaran pH yang luas dan dapat tumbuh pada pH masam (Lay, 1994).

pH tanah sangat mempengaruhi aktivitas dan perkembangan jasad-jasad

renik tanah. Pada umumnya pH yang diinginkan oleh tumbuhan tingkat tinggi

sesuai dengan yang diinginkan jasad-jasad renik tanah. Aktivitas jasad renik akan

menurun dengan menurunnya pH tanah (Hasibuan dan Ritonga, 1981).

Jumlah fungi tidak sebanyak bakteri dan aktinomisetes tetapi ukurannya

lebih besar. Kebanyakan spesies fungi lebih toleran terhadap kemasaman

dibandingkan bakteri dan aktinomisetes sehingga pada tanah-tanah masam

populasi fungi lebih banyak (Hanafiah, dkk., 2009).

2. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Mikroorganisme Tanah

Mikroorganisme tanah (bakteri, fungi, aktinomisetes) memainkan peranan

yang sangat penting pada proses humifikasi, mineralisasi bahan organik tanah,

(4)

Mikroorganisme digolongkan ke dalam perekayasa kimia (Chemical engineer),

karena mereka berperan menguraikan sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati

menjadi unsur-unsur hara yang siap diserap oleh tanaman (Widyati, 2013).

Semakin banyak bahan organik sebagai suplai makanan atau energi di dalam

tanah menyebabkan semakin meningkatnya pertumbuhan populasi

mikroorganisme yang kemudian akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme di

dalam tanah (Hanafiah, dkk., 2009).

Kegiatan mikroorganisme tanah dalam perombakan bahan organik berbeda

menurut tekstur tanahnya. Pada tanah yang bertekstur halus, perombakan bahan

organik akan mengalami kesulitan karena mempunyai kemampuan untuk

menimbun bahan organik yang lebih tinggi yang kemudian terjerap pada kisi-kisi

mineral (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2005).

Bahan organik tanah mempengaruhi warna tanah, struktur tanah, pH tanah,

dan kapasitas tukar kation tanah. Jumlah dan sifat bahan organik sangat

menentukan kesuburan dan pembentukan tanah (Mukhlis, 2007).

3. Pengaruh Kapasitas Tukar Kation (KTK) Terhadap Mikroorganisme Tanah

Kation-kation yang diikat atau diadsorbsi oleh koloid tanah dapat

digantikan oleh kation-kation lain, proses ini disebut pertukaran kation. Jumlah

total kation yang terdapat di dalam tanah yang dapat dipertukarkan disebut

kapasitas tukar kation (KTK), dapat didefinisikan bahwa KTK adalah kapasitas

atau kemampuan tanah menjerap dan melepaskan kation yang dinyatakan sebagai

total kation yang dapat dipertukarkan per 100 gram tanah yang dinyatakan dalam

(5)

lebih tinggi dan/atau kadar bahan organik tinggi memiliki KTK lebih tinggi

dibandingkan dengan tanah yang mempunyai kadar liat rendah (tanah pasiran) dan

kadar bahan organik rendah (Winarso, 2005).

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat

hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu

menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan KTK

rendah. Tanah memiliki nilai KTK yang tinggi bila didominasi oleh kation Ca,

Mg, K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah. Tetapi

bila didominasi oleh kation asam Al, H (kejenuhan basa rendah) dapat

mengurangi kesuburan tanah. Selain itu tanah-tanah dengan kandungan liat atau

bahan organik yang tinggi mempunyai nilai KTK yang lebih tinggi dibandingkan

tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah pasir

(A’in, 2009).

Kapasitas tukar kation mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan

aktivitas mikroorganisme di dalam tanah tergantung pada tekstur, bahan organik,

dan pH tanah. Semakin tinggi nilai kapasitas tukar kation maka tanah akan

semakin subur dan membuat aktivitas mikroorganisme semakin meningkat

(Hardjowigeno, 2007). Pertumbuhan bakteri akan optimum apabila tanah

memiliki pH netral dan meningkat seiring dengan meningkatnya pH

(Simanungkalit dkk, 2006).

4. Pengaruh Sulfur (S) Terhadap Mikroorganisme Tanah

Ada tiga sumber alami pokok unsur hara belerang (S) bagi tanah yang

menyediakan belerang untuk tanaman. Ketiga sumber tersebut ialah: (1) mineral

(6)

4 aliran utama S ke atmosfir dengan urutan sebagai berikut; lepasan/produk

bakteri < pembakaran bahan bakar fosil < penghembusan garam-garam laut <

pelepasan gas volkan (Notohadiprawiro, 1998).

Belerang di dalam tanah didapatkan dalam dua bentuk utama yaitu bentuk

organik dan bentuk anorganik, tetapi sebagian besar dalam bentuk organik.

Bentuk S tersebut menentukan perilakunya di dalam tanah. Hampir semua S

dalam tanah tropika yang tidak di pupuk terdapat dalam bentuk organik. Unsur ini

diserap oleh tanaman hampir seluruhnya dalam bentuk ion sulfat (S042-) dan hanya

sejumlah kecil sebagai gas belerang (SO2) yang diserap langsung dari tanah dan

atmosfir. Berdasarkan bentuknya di dalam tanah, S dapat dikelompokkan menjadi

sulfat organik, sulfat terlarut, sulfat terabsorpsi, S-elemen, dan sulfida. Hampir

semua S organik dalam tanah yang beraerasi baik berada dalam bentuk ion sulfat

yang berkombinasi dengan unsur-unsur lain seperti Ca2-, Mg2+, K+, Na+, atau

NH4+. Peningkatan adsorpsi SO42- per unit meningkatkan adsorpsi Ca2+ 12 kali

lebih besar dalam tanah yang mengandung Fe dan Al hidrooksida dibandingkan

dengan tanah yang didominasi oleh bahan organik. Meningkatnya adsorpsi Ca2+

dengan kehadiran SO42- terjadi karena peningkatan muatan negatif yang

diakibatkan oleh SO42- dan meningkatnya pH karena pertukaran SO42- dengan ion

OH (Curtin dan Syers, 1990).

Sulfur anorganik dihasilkan dari dekomposisi senyawa organik yang

mengandung S dan dari pupuk pembawa S. Sulfat dalam tanah aerob dapat

tereduksi oleh bakteri membentuk H2S yang pada gilirannya akan bereaksi dengan

logam-logam berat menghasilkan sulfida-sulfida yang sangat tidak larut. Selain

(7)

karena itu pada tanah-tanah alkalin dan tanah yang dikapur berlebihan tanaman

sering mengalami kekurangan sulfur (Engelstad, 1997).

C.Jumlah dan Aktifitas Mikroorganisme Tanah

Tanah merupakan suatu ekosistem yang mengandung berbagai jenis

mikroba dengan morfologi dan sifat fisiologi yang berbeda-beda. Jumlah tiap

kelompok mikroba sangat bervariasi, ada yang hanya terdiri atas beberapa

individu, ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per g tanah. Banyaknya

mikroba berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisik tanah serta pertumbuhan

tanaman. Dengan mengetahui jumlah dan aktivitas mikroba di dalam suatu tanah

dapat diketahui apakah tanah tersebut termasuk subur atau tidak karena populasi

mikroba yang tinggi menunjukkan adanya suplai makanan/energi yang cukup,

suhu yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, dan kondisi ekologi tanah yang

mendukung perkembangan mikroba. Contoh tanah yang digunakan untuk

membuat seri pengenceran harus dalam keadaan alami dan tidak boleh

dikeringkan. Penyimpanan contoh tanah dalam kondisi lembab pada suhu kamar

tidak boleh melebihi satu hari karena mikroba akan berkembang biak pada kondisi

demikian (Hastuti dan Ginting, 2007).

Istilah aktivitas mikroba ini mengacu pada semua reaksi biokimia yang

dilakukan mikroba dalam tanah. Beberapa reaksi metabolisme seperti respirasi

dan panas yang ditimbulkan merupakan hasil dari aktivitas semua jenis mikroba

tanah (termasuk fauna), sedangkan beberapa reaksi seperti yang terkait dengan

aktivitas nitrifikasi hanya dilakukan oleh mikroba tertentu yang jumlahnya

terbatas. Hasil pengukuran aktivitas metabolisme mikroba di laboratorium dari

(8)

aktivitas mikroba, sedangkan hasil dari pengukuran di lapangan pada tanah alami

merupakan gambaran aktivitas dari semua organisme yang mendiami tanah

tersebut (Widyati, 2013).

Aktivitas mikroorganisme yang tinggi berhubungan dengan banyaknya

populasi mikroorganisme dan bahan organik sebagai sumber energi

mikroorganisme untuk melakukan aktivitas (Hanafiah, dkk., 2009). Metode ini

didasarkan pada pengukuran CO2 di dalam tanah pada periode waktu tertentu.

Larutan NaOH atau KOH yang digunakan berfungsi sebagai penangkap CO2 yang

kemudian dititrasi dengan HCl. Jumlah HCl yang diperlukan untuk titrasi setara

dengan jumlah CO2 yang dihasilkan. Respirasi didalam tanah dipengaruhi oleh

aktivitas mikroorganisme, produksi CO2 yang tinggi berarti aktivitas

mikoorganisme tanah juga tinggi (Sumariasih, 2003).

Kesuburan tanah dapat diprediksi dari jumlah populasi mikroba yang

hidup di dalamnya. Tingginya jumlah mikroba merupakan pertanda tingginya

tingkat kesuburan tanah, karena mikroba berfungsi sebagai perombak senyawa

organik menjadi nutrien yang tersedia bagi tanaman dan di dalam tanah

terkandung cukup bahan organik dan senyawa lainnya untuk pertumbuhan

mikroba. Tanah yang dirajai tumbuhan memiliki kandungan bahan organik dan

unsur hara makro lebih tinggi dibandingkan tanah tanpa tumbuhan. Tanah yang

ada tumbuhan pohon mengandung bahan organik atau unsur C yang umumnya di

atas 2,5% sedangkan C pada tanah tidak ada tumbuhan pohon, tetapi didominasi

alang-alang adalah di bawah 0,7%. Hal ini disebabkan antara lain bahan organik

yang dihasilkan pohon lebih mudah mengalami perombakan, bahan organik ini

(9)

perkembangan mikroba tanah (Purwaningsih, 2004).

Teknik pengenceran bertingkat dalam enumerasi mikroba pada media

cawan agar (plate count) merupakan teknik enumerasi mikroba tertua yang

sampai saat ini masih digunakan. Penemuan agar (polisakarida dari ganggang

laut) sebagai media padat sangat bermanfaat dalam mempelajari mikroorganisme

karena sifat-sifatnya yang unik, yakni mencair pada suhu 100oC dan membeku

pada suhu sekitar 40oC serta tahan perombakan oleh kebanyakan mikroorganisme

(Saraswati dan Sumarno, 2008).

D.Keadaan Umum Lokasi Penelitian.

Sumber air panas Tinggi Raja kecamatan Silau Kahean, Kabupaten

Simalungun terletak dalam suatu lokasi cagar alam (CA) dengan luas 167 ha di

desa Tinggi Raja. Berjarak 80 Km dari Pematang Siantar dan 116 km dari desa

Tinggi Raja. Secara geografis Tinggi Raja terletak di antara 3o 08’ s.d 3o 09’

Lintang Utara dan 98o 46’ 30” sampai 98o 48’ 30” Bujur Timur. Berdasarkan letak

pada ketinggian di atas permukaan laut (dpl) maka Cagar Alam Tinggi Raja

terletak pada ketinggian sampai dengan 450 m dpl. Cagar Alam ini terletak di

antara desa Dolok Merawa dan Desa Bahoan (BKSDA Sumatera Utara, 2003)

Cagar alam ini merupakan kawasan konservasi yang telah dilindungi sejak tahun

1924 melalui keputusan bersama raja-raja simalungun yang dituangkan dalam

bentuk keputusan Zeelfbestuur Besluit no. 24 tanggal 18 april 1924 (BKSDA

Sumatera Utara, 2002).

Keunikan yang khas dari cagar alam dolok tinggi raja adalah terdapatnya

sumber-sumber panas bumi yang muncul ke permukaan bumi dalam bentuk

(10)

yang mengandung belerang membentuk teras-teras kapur berbukit-bukit.

Fenomena alam unik lainnya adalah panas bumi yang aktif dapat

berpindah-pindah tempat. Bukit-bukit hasil endapan kapur yang terlihat sudah tidak aktif

sewaktu-waktu akan kembali aktif. Hal ini menunjukkan kondisi panas bumi dan

bukit-bukit kapur tersebut tidak stabil (BKSDA Sumatera Utara, 2002).

Tanah di kawasan Cagar Alam Tinggi Raja sebagian besar termasuk ke

dalam struktur tanah laterit berkapur dengan humus yang tipis (terutama pada

kawasan yang dekat dengan endapan kapur), pH tanah 6,5 - > 7. Keadaan iklim

menurut klasifikasi Smith dan Ferguson, di kelompokkan ke dalam iklim tipe A

yaitu dengan curah hujan berkisar antara 2500-3500 mm per tahun, dengan suhu

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun dinyatakan bahwa pengakuan perlindungan hanya diberikan pada organisasi atau individu yang bertindak atas nama negara atau entitas lain yang diakui sebagai subyek

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988

8 Pembicara Pelatihan Guru Inspiratif khusus Guru Honorer TK dan PAUD Purwosari, Gunungkidul. Pelatihan Guru

DUE-like 8 Ketua Tim Penyusun Program Pelatihan Pamong TPA/KB FIP UNY Fakultas FIP UNY 6 Feb 2006 SK Rektor 012 9 Anggota Tim Penyususn Evaluasi Diri Fakultas Ilmu

[r]

Pembubutan Komponen Pesawat Udara 526.. Pengefraisan Komponen Pesawat

Berdasarkan hasil uji reabilitas menunjukkan bahwa masing-masing nilai Cronbach Alpha pada setiap variabel lebih besar dari 0,60 yakni kecanduan internet sebesar 0,906,

Abstrak – Perjanjian jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain membayar