BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antarindividu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol , sinyal-sinyal, maupun perilaku ataupun tindakan (Purwanto, 2013:4). Proses komunikasi itu sering dianggap sebagai akar dari semua persoalan-persoalan yang timbul didalam berorganisasi. Pada umumnya, pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih, dan proses pemindahan pesannya dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang melalui lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal nonverbal.
Didalam dunia praktis, juga mengenal komunikasi antarpribadi (interpersonal communications) dan komunikasi lintas budaya (intercultural/cross-cultural communications), selain komunikasi bisnis (business
communicatios). Komunikasi bisnis, komunikasi antarpribadi maupun komunikasi
perbedaan geografis tempat tinggal. Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis yang mencakup berbagai macam bentuk komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal untuk mencapai tujuan tertentu (Purwanto, 2013:5).
2.1.2 Proses Komunikasi
Komunikasi membutuhkan sebuah proses karena komunikasi yang baik tidak muncul begitu saja, tetapi melalui suatu proses yang cukup panjang seperti seseorang yang sedang berbicara, menulis, mendengarkan, atau membaca, kegiatan komunikasi yang mereka lakukan terdiri lebih dari satu tindakan. Sebagai suatu proses, komunikasi mempunyai suatu persamaan dengan bagaimana seseorang mengekspresikan perasaan, hal-hal yang berlawanan (kontradiktif), yang sama (selaras, serasi), serta meliputi proses menulis, mendengarkan, dan mempertukarkan informasi.
Proses komunikasi terdiri dari 6 tahap (Purwanto, 2013:13) , yaitu: 1. Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide/Gagasan
2. Tahap Kedua: Pengirim Pengubah Ide Menjadi Suatu Pesan
Agar ide diterima dan dimengerti secara sempuna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar belakang budaya.
3. Tahap Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan
Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, tetapi ada juga yang cukup panjang. Panjang pendeknya saluran komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaiaan pesan.
4. Tahap Keempat: Penerima Menerima Pesan
Komunikasi antar seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim (komunikator) mengirim suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima pesan tersebut. Jika seseorang menyampaikan pidato dihadapan umum, para pendengar sebagai audiens harus dapat mendengar apa yang dikatakan dan memahami pesan-pesan yang disampaikan.
5. Tahap Kelima: Penerima Menafsirkan pesan
pesan telah memahami isi pesan sebagaimana ang dimaksudkan oleh pengirim pesan.
6. Tahap Keenam : Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik Ke Pengirim.
Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setelah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka macam, dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikap murung, cemberut, memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran atau pesan secara tertulis.
2.1.3 Tujuan Komunikasi
Menurut Purwanto (2013:18) Upaya komunikasi yang dilakukan tentukan mempunyai tujuan tertentu untuk menunjuk pada hasil atau akibat pelaku komunikasi. Tujuan komunikasi dapat dilihat dari 2 (dua) perspektif kepentingan, yaitu:
a. Kepentingan sumber/pengirim/komunikator b. Kepentingan penerima/komunikan
1. Memberi informasi
Kita sebagai komunikator memberikan informasi dan berperan aktif dalam menjelaskan kepada komunikan /penerima dengan sebaik-baiknya dan sehingga mereka dapat mengerti apa yang kita maksudkan
2. Mendidik
Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu berupa kegiatan disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.
3. Menyenangkan/menghibur
Peran komunikator adalah memahami orang lain, kita sebgai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat atau karyawan tentang apa yang mereka inginkan, jangan mereka menginginkan kemauannya.
2.1.4 Kesalahpahaman Komunikasi
Munculnya kesalahpahaman dalam komunikasi disebabkan oleh faktor penghambat yang dapat dikelompokkan ke dalam empat masalah utama (Purwanto, 2013:16) yaitu :
1. Masalah Dalam Mengembangkan Pesan
2. Masalah Dalam Menyampaikan Pesan
Komunikasi juga dapat terganggu karena munculnya masalah penyampaian pesan dari pengirim ke penerima. Jika sedang menyampaikan presentasi sebaiknya memilih tempat yang memungkinkan audiens dapat melihat dan mendengar dengan jelas apa yang disampaikan, jangan sampai terhalang oleh sesuatu sepeti tubuh sendiri.
3. Masalah Dalam Menerima Pesan
Masalah yang muncul dalam penerimaan suatu pesan anatara lain adanya persaingan antara pengliatan dan suara, kursi yang tidak nyaman, lampu yang kurang terang, dan kondisi lain yang dapat mengganggu konsentrasi penerima. 4. Masalah Dalam Menafsirkan Pesan
Meskipun suatu pesan mungkin hilang selama proses penyampaian pesan, masalah terbesar terdapat pada mata rantai terakhir, saat suatu pesan ditafsirkan oleh penerima pesan. Perbedaan latar belakang, perbendaharaan bahasa, pernyataan emosional, dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman atara pemberi dan penerima pesan.
2.2 Komunikasi Formal
karyawan, penampaian informasi kepada mereka merupakan suatu pekerjaan yang cukup rumit.
Didalam perusahaan pola komunikasi yang digunakan adalah saluran komunikasi formal (formal communication channel) yaitu pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi vertikal dari atas ke bawah (top down atau downward communication), dan komunikasi verikal dari bawah ke atas (buttom-up atau upward communication), komunikasi horizontal (horizontal
communication), dan komunikasi diagonal (diagonal communication) (Purwanto,
2013:49).
2.2.1 Komunikasi Vertikal
Komunikasi dari atas ke bawah adalah transformasi informasi dari manajer dalam semua level ke bawahan. Aliran komunikasi dari manajer ke bawahan tersebut, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengoordinasikan, memotivasi, memimpin, dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah.
informasi apa pun dapat dari bawahan tidak akan bermanfaat karena yang muncul hanyalah rasa curiga dan ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut.
2.2.2 Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal (horizontal communication), atau sering disebut juga dengan istilah komunikasi lateral (lateral communication), adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang mmiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain utuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan informasi kepada bagian yang sejajar.
Di dalam praktiknya, terdapat kecenderungan bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya manajer suka melakukan tukar menukar informasi denggan rekan kerjanya didepartemen atau divisi yang berbeda, terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam suatu organisasi perusahaan. Perusahaan horizontal bersifat kordinatif di antara mereka yang memiliki posisi sederajat.
2.2.3 Komunikasi Diagonal
Namun komunikasi diagonal juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah bahwa komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Disamping itu komunikasi diagonal dalam suatu organisasi besar juga sulit dikendalikan secara efektif.
2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian Sikap
Sikap pada dasarnya merupakan prinsip yang diambil individu berdasarkan kepribadian, keyakinan, dan prasaannya menyangkut suatu gagasan, situasi atau lingkungan yang dihadapinya (Sulle et al, 2005:223). Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Perilaku organisasi memfokuskan diri pada sikap yang beraitan dengan pekerjaan. Menurut Robbins dan Judge (2014:92) Sikap merupakan pernyatan evaluatif baik yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa dan sikap merupakan tanggung jawab dengan pekerjaan dan juga komitmen didalam berorganisasi.
2.3.2 Komponen Sikap
Faktor-faktor dalam penilaian sikap, memiliki tiga komponen (Robbins dan Judge, 2014:93) yaitu:
a. Komponen afektif
b. Komponen kognitif
Komponen ini menyangkut pengetahuan seseorang mengenai sesuatu yang terkait dengan gagasan, situasi maupun lingkungannya yang dihadapinya. Komponen ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya. c. Komponen Perilaku
Dari sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atas sesuatu. Jadi untuk mencapai tujuan tertentu diperlukan penyesuaian sikap individu yang mampu mendorong individu lain dalam hal kepedulian individu terhadap tugas yang diberikan.
2.3.3 Sikap Kerja
Sikap yang berhubungan dengan pekerjaan merupakan sikap yang mempengaruhi bagaimana karyawan melakukan pekerjaann dengan baik. Adapun yang termasuk sikap kerja yang utama (Robbins dan Judge, 2014 :99) adalah : 1. Kepuasan kerja
2. Keterlibatan kerja
Keterlibatan kerja adalah tingkat sejauh mana seseorang berkecimpung dalam pekerjaannya dan secara aktif berpartisipasi didalamnya. Keterlibatan kerja merupakan tambahan yang terbaru dalam literatur perilaku organisasi. Seseorang dengan keteribatan pekerjaan yang tinggi dengan kuat memihak pada jenis kerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis kerja itu. Tingkat keterlibatan yang tinggi telah ditemukan berkaitan dengan kemangkiran yang lebiih rendah dan tingkat permohonan berhenti yang lebih rendah.
3. Komitmen organisasi
Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam organisasi itu. Jadi keterlibatan kerja yang tinggi berarti pemihakan seseorang pada pekerjaannya yang khusus, dan komitmen pada organisasi yang tinggi berarti pemihakan kepada organisasi yang mempekerjakannya. Komitmen organisasi merupakan peramal yang lebih baik karena merupakan respon yang lebih global dan bertahap organisasi sebagai suatu keseluruhan dari kepuasan kerja. Beberapa dimensi terpisah dalam komitmen organisasional (Robbins dan Judge, 2014:101) adalah :
a. Komponen afektif
Nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut.
c. Komponen normatif
Kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis.
d. Dukungan organisasi
Dukungan organisasi yang dirasakan adalah tingkat sampai mana karyawan yakin organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli dengan kesejahteraan mereka. Sikap ini menunjukkan bahwa individu merasa organisasi mereka bersikap suportif ketika penghargaan dipertimbangkan dengan adil, dan pengawas mereka dianggap suportif.
e. Keterlibatan karyawan
Keterlibatan karyawan adalah keterlibatan, kepuasan, dan antusiasme individual dengan kerja yang mereka lakukan. Tingkat keterlibatan rata-rata tinggi mempunyai tingkat kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, serta tingkat perputaran karyawan dan kecelakaan menjadi lebih rendah.
2.3.4 Teori Sikap
Adapun teori-teori yang terdapat dalam sikap (Robbins dan Judge, 2014:95) adalah:
a. Teori ketidaksesuaian kognitif
merujuk pada setiap ketidaksesuaian yang dirasakan individu. Oleh karena itu individu akan mencari keadaan yang stabil, dimana hanya ada sedikit ketidaksesuaian.
b. Teori persepsi diri
Teori persepsi diri membuktikan bahwa sikap digunakan, setelah melakukan sesuatu, untuk memahami suatu tindakan yang telah terjadi. Daripada sebagai alat yang mendahulu dan memandu tindakan. Berlawanan dengan teori ketidaksesuaian kognitif, sikap hanyalah pernyataan verbal yang sederhana. Ketika individu ditanyai tentang sikap mereka dan mereka tidak mempunyai pendirian atau perasaan yang kuat, teori persepsi diri mengatakan bahwa mereka cenderung membuat jawaban yang masuk akal.
2.4 Kinerja
2.4.1 Pengertian Kinerja Guru
Di dalam tenaga pendidikan, satu diantaranya adalah guru mempunyai kewajiban bukan hanya mengajar tetapi juga melatih serta memberikan pelatihan serta dalam bentuk bidang pendidikan. Suatu profesi yang bersifat profesional maka akan dituntut profesionalisme yang paling menonjol dari keprofesionalan suatu jabatan atau pekerjaan adalah kompetensi, keterampilan dan kemampuan seseorang untuk menjalankan segala tugas yang diemban profesinya. Guru sebagai bagian dari profesi maka dituntut kemampuan, keterampilan dan kompetensi keguruannya. Tetapi sebelum kita beranjak jauh mengenai kompetensi atau kemampuan guru dalam menjalankan tugas profesinya, terlebih dahulu mengenai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh setup guru, mengingat suatu profesi, jabatan, atau pekerjaan seseorang pastilah nanti akan dipintakan pertanggungjawabannya, baik itu kepada masyarakat karena guru teladan bagi murid-muridnya dan guru dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap berhasil tidaknya pendidikan.
2.4.2 Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Tugas dan tanggung jawab guru terdiri dari 5 (lima) unsur yaitu (A. Tabrani dkk, 2000:18) :
a) Tanggung jawab moral, guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila.
b) Tanggung jawab dan proses pembelajaran di sekolah yaitu setiap guru harus menguasai cara pembelajaran yang efektif.
d) Tanggung jawab guru di bidang keilmuan yaitu guru turut serta memajukan ilmu dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.
e) Optimalisasi kelompok kerja guru.
2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama kinerja karyawan dan
juga dapat membentuk
kepercayaan dalam manajemen dan juga komitmen organisasi yang memberi kepuasan baik kepada karyawan dan juga kepada atasan.
motivasi kerja, dan loyalitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMK negeri rumpun bisnis kota Semarang dan variabel yang paling dominan dalam peneitian ini adalah variabel komunikasi kerja, dan gaya kepemimpinan kepala sekolah
berdeterminasi secara signifikan dengan kinerja guru di SMP Negeri di Kecamatan Sukawati dan arinya ketiga variabel Kinerja Guru di SMA Negeri 5
dengan kinerja guru di SMA negeri 5 Medan. Variabel komunikasi formal berpengaruh rendah terhadap kinerja guru.
Sawit (PKS) Kebun Pabatu”
dominan dalam penelitian ini adalah variabel yaitu keterampilan
komunikasi
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dan kerangka berpikir merupakan gambaran tentang hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang akan disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2005:47).
2.6.1 Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Guru
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antarindividu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol , sinyal-sinyal, maupun perilaku ataupun tindakan. Proses komunikasi itu sering dianggap sebagai akar dari semua persoalan-persoalan yang timbul didalam berorganisasi dan sebagai salah satu unsur dalam meningkatkan kinerjanya (Purwanto, 2013:4). Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih, dan proses pemindahan pesannya dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang melalui lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal nonverbal.
Dengan demikian, kinerja yang akan dihasilkan oleh guru yang mempunyai komunikasi yang baik seperti komunikasi dari lisan maupun tulisan akan menunjang kinerjanya di dalam kelas karena proses belajar mengajar akan terjalin dengan tujuan yang searah dan terarah yang menghasilkan mengertinya para siswa dengan apa yang dimaksudkan oleh guru.
2.6.2 Pengaruh Sikap Terhadap Kinerja Guru
Sikap menurut Robbins dan Judge (2014:92) adalah pernyatan evaluatif baik yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Sikap yang berhubungan dengan pekerjaan merupakan sikap yang mempengaruhi bagaimana karyawan melakukan pekerjaan dengan baik karena dengan sikap yang mempunyai komitmen tinggi akan menunjang kinerjanya. Dengan mempunyai sikap komitmen, kepuasan kerja, dan juga keterlibatan kerja yang tinggi yang bagaimana guru mampu menciptakan siswa didik yang mempunyai prestasi baik yang akan menujukkan meningkatnya kinerju guru tersebut.
2.6.3 Pengaruh Komunikasi dan Sikap Terhadap Kinerja Guru
Sumber : Robbins (2008)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis Penelitian
Menurut Kerlinger (2003:30), hipotesis adalah pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian berdasarkan teori yang ada. Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMP Panca Budi.
2. Sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMP Panca Budi Medan.
3. Komunikasi dan sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMP Panca Budi Medan.
Komunikasi (X1)
Sikap (X2)