• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Pengertian efektivitas mempunyai banyak arti yang berbeda bagi setiap orang, efektivitas di nilai menurut ukuran seberapa jauh tujuan tersebut tercapai, rumusan mengenai efektifitas kegiatan atau program bergantung pada masalah seberapa berhasilnya pencapaian sasaran yang dinyatakan. Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi dikatakan efektif bila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai.

Menurut Cambel J.P ( 1989:121) Pengukuran efektivitas secara umum dan saling menonjol adalah:

a. Keberhasilan Program b. Keberhasilan sasaran

c. Kepuasaan terhadap program d. Tingkat output dan input e. Pencapaian tujuan menyeluruh

(2)

pengertian dan konsep ekektivitas dipengaruhi oleh latar belakang dan keahlian yang berbeda pula.

Beberapa pengertian yang diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh suatu aktivitas kegiatan yang mencapai target atau sasaran yang dimana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Apabila tujuan dan target dapat dicapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, maka kegiatan tersebut dikatakan efektif, sebaliknya apabila tujuan dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan tujan yang telah ditetapkan sebelumnya maka efektivitas itu dikatakan tidak efektif.

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan untuk mengukur efektivitas organisasi dapat dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu:

Pendekatan pertama, pendekatan sumber daya ekternal, yaitu menilai kemampuan organisasi untuk menyelamatkan, mengatur, mengendalikan skill dan sumber daya langka.Pendekatan kedua, yaitu pendekatan internal adalah kemampuan organisasi terhadap motivasi dan fungsi yang cepat.Pendekatan ketiga, adalah pendekatan teknis adalah mengevaluasi kemampuan organisasi untuk mengubah skill dan sumber daya menjadi barang dan jasa secara efisen.

Adapun yang menjadi kriteria ukuran efektivitas organisasi menurut (Sutrisno,2010:149-150) yaitu:

1. Produksi, merupakan gambaran kemampuan organisasi untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat di lingkungannya.

(3)

3. Adaptasi, Sejauh manaa organisasi mampu menterjemahkan perubahan-perubahan internal dan ekternal yang ada, kemudian akan ditanggapi oleh oraganisasi yang bersangkutan . jika organisasi tidak mampu menyesuaikan diri maka keberlangsungan hidup bisa terancam.

4. Perkembangan, merupakan suatu fase setelah keberlangsungan hidup terus dalam jangka panjang. untuk itu organisasi harus bisa memperluas kemampuannya. Sehingga bisa berkembang dengan baik dan sekaligus akan melewati fase hidupnya. (Sutrisno,2010:149-150)

2.2 Kemiskinan

Secara umum istilah kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang berkurang atau minim. Dalam hai ini konsep kurang mampu minim dilihat secara komperatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang lain di lain pihak. Pengertian minim disini bersifat relatif, dapat berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkungan yang berbeda.(Siagian,2012:4-5).

Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang sangat penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi fokus perhatian bagi pemerintah. Masalah kemiskinan ini sangat kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan di identik dengan suatu penyakit. Tidak seorang pun yang mengingkan dirinya miskin, sebaliknya merupakan cita-cita setiap orang untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup dan dapat hidup secara layak dan baik. Kemiskinan berarti berbicara tentang harkat dan martabat manusia.oleh karena itu langkah awal yang perlu di lakukan dalam mengatasi masalah dari kemisikan.

(4)

tersebut,dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka telah mampu mencapai kehidupan yang layak (Mencher dalam siagian, 2012:5)

Kemiskinan dapat disimpulkan bahwa tidak bisa hanya dipandang dari sisi kekuranganya pemenuhan kebutuhan pokok semata sebagai akibat kerentanan dan ketidakberdayaan seperti yang selama ini banyak didefenisikan dalam kebijakan-kebijakan tentang pengetasaannya. Kemiskinan juga harus dipandang dari pengertian relatif sehingga kebijakan yang diambil dapat memberikan solusi terhadap akar permasalahan kemiskinan yang sebenarnya

2.3 Ciri- Ciri Kemiskinan

Suatu studi menunjukan ada 5 ciri-ciri kemiskinan, yaitu:

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencairan.

2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak tamat SD, atau hanya tamat SD. Kondisi seperti inilah yang akan berpengaruh terhadap wawasan mereka.

4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur.

(5)

investasi diperkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi ( Siagian,2012: 22-23)

2.4 Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat berasal dari kata power ( kekuasaan dan pemberdayaan). Pemberdayaan menujukkan pada kemampuan orang, khususnya kelompok yang rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuasaan atau kemampuan dalam.

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan dirinya secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang. Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable devopment dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial,dan ekologi yang dinamis.

(6)

Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu tema sentral dalam pembagunan masyarakat seharusnya diletakkan dan diorentasikan searah dan selangkah dengan paradigma baru pendekatan pembagunan. Paradigma pembagunan lama bersifat top-down perlu diorentasikan menuju pendekatan bottom-up yang menempatkan masyarakat atau petani di pedesaan sebagai pusat pembagunan atau oleh Chambers dalam Anholt ( 2001) sering dikenal

Put The farmers firts”(Mardikanto 2012, 42-44)

Nagel (1997) mengumakan bahwa pendekatan pemberdayaan masyarakat yaitu: a.Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiataan pemberdayaan

b. Sistem transfer teknologi yang akan dilakukan

c. Pengembangan sumberdaya manusia\ fasilitator yang akan melakukan pemberdayaan d. Alternatif organisasi pemberdayaan yang akan diterapkan.

Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan pemerataan, tetapi konsep ini dipandang bahwa pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan yang akan menjamin pertumbuhan yang berlanjutan.

Ada 5 prinsip dasar konsep pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat memperlukan break-even dalam setiap kegiatan yang dikekolanya, meskipun orientasinya berbeda dari organisasi bisnis, dimana dalam memperdayaan masyarakat keuntungan yang diperoleh di distribusikan kembali dalam bentuk program atau kegitan pembagunan lainnya.

2. Pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam memperencanakan maupun pelakanan yang dilakukan.

(7)

4. Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan sumber daya, khususnya dalam pembiayaan baik yang berasal dari pemerintah, swasta maupun sumber-sumber lainnya.

5. Kegiataan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai penghubung antara kepentingan pemerintahan yang bersifat makro yang berkepentingan masyarakat yang bersifat ( Rubin, dalam Adi 2003:55)

Pendekataan pemberdayaan dapat pula diformulasikan dengan mengacu kepada landasan filosofi dan prinsip-prinsip pemberdayaan ,yaitu:

1. Pendekatan Partisipatif, dalam arti selalu menempatkan masyarakat sebagai titik pusat pelaksaan pemberdayaan yang cukup.

a. Pemberdayaan selalu bertujuan untuk pemecahan masalah masyarakat, bukan untuk mencapai tujuan-tujuan “ orang luar” atau penguasa.

b. Pilihan kegiatan, metoda maupun teknik pembedayaan, maupun teknologi yang ditawarkan harus berbasis pada pilihan masyarakat.

c. Ukuran keberhasilan pemberdayaan bukanlah ukuran yang “dibawa “ oleh fasilitator

atau asal dari “luar” tetapi berdasarkan ukuran-ukuran masyarakat sebagai penerima

manfaat.

2. Pendekatan Kesejahteraaan, dalam arti bahwa apapun kegiatan yang dilakukan, dari mana pun sumberdaya teknologi yang akan digunakan, dan siapapun yang akan dilibatkan, pemberdayaan masyarakat harus memberikan manfaat terhadap perbaikan masyarakat yang harus memberikan manfaat terhadap perbaikan mutu –hidup atau kesejahteraan masyarakat penerima manfaatnya.

(8)

penerima manfaat agar pada suatu saat mereka akan mampu mandiri untuk melanjutkan kegiataan pemberdayaan masyarakat sebagai proses pembagunan yang berlanjutan. (Mardikanto,2012 :161-162)

Swanso dan clear (1984) merangkum ada 6 pendekatan pemberdayaan, yaitu: 1. Pendekataan pemberdayaan masyarakat yang konvensional.

2. Pendekataan latihan dan kunjungan.

3. Pemberdayaan masyarakat yang diorganisasikan perguruan tinggi. 4. Pendekataan pembagunan masyarakat terpadu.

5. Pendekatan pembagunan perdesaan terpadu. 6. Pelaksanaan kegiataan (Mardikanto,2012:165)

Averroes (2009) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment) kadang-kadang sangat sulit dibedakan dengan penguatan masyarakat serta pembangunan masyarakat ( Comunity Devolopment) sebagai suatu hal yang di miliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitas dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya ( Mardikanto,2012: 167-170)

2.5. Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Perubahan tidaklah selalu membawa suatu kemajuan. Akan tetapi, suatu kemajuan pastilah membutuhkan suatu perubahan.

(9)

Pengembangan masyarakat didefenisikan sebagai suatu gerakan yang merancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat

2.5.1 Tahap-Tahapan Pengembangan Masyarakat

Tahap dalam pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan pada beberapa organisasi pelayanan masyarakat, beberapa perbedaan dan kesamaan akan tetapi, secara umum dari beberapa variasi yang ada, dapat dirumuskan tahap-tahap pengembangan masyarakat yaitu:

1. Tahap Persiapan.

Tahap persiapan ini di dalamnya terdapat tahap, Persiapan petugas ini terutama diperlukan untuk menyamakan persepsi antara anggota tim sebagai pelaku perubahan mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Tahap persiapan lapangan, Petugas ( Commmunity worker ) akan melakukan penyiapan lapangan. Pada awal dilakukan melalui studi kelayakan terhadap daerah yang dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal.

2. Tahap Assesment

Dalam tahap proses assesment dilakukan pengidentifikasian masalah (kebutuhan yang dirasakan atau felt needs) ataupun kebutuhan yang diekspresikan (expressed needs) dan juga sumber daya yang memiliki.

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.

(10)

4. Tahap Pelaksanaan ( Implementasi ) Program atau kegiatan

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling yang paling krusial ( penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara pelaku perubahan dan masyarakat.

5. Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaliknya dilakukan dengan melibatkan warga. karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuknya suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasaan secara internal.

6. Tahap Terminasi

Tahap ini merupakan tahap dimana sudah selesainya hubungan formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan sering kali ukran karena masyarakat sudah dianggap “mandiri”, tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada mau meneruskan program tersebut. (Adi Isbandi Rukminto 224-257)

2.6 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan berasal dari kata sejahtera dalam bahasa sansekerta”Catera” yang

(11)

Friedlander dalam Fahrudin (2012) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dari kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuha-kebutuhan keluarga dan masyarakat.

Kesejahteraan mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Tidak hanya secara ekonomi dan fisik, tetapi juga sosial,mental dan segi kehidupan spiritual. Adi (2008) melihat kesejahteraan sosial melalui empat sudut pandang yaitu:

1. Kesejahteraan Sosial Sebagai Suatu Keadaan ( Kondisi)

Kesejahteraan Sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spritual. Yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohaniah dan sosial yang sebaliknys bagi diri, keluarga serta masyrakat dengan menjujung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila. Dimana dalam hal ini tidak menempatkan lebih penting dari aspek lainnya,ada keseimbagan antara aspek material dan spritual.

2. Kesejahteraan sosial sebagai suatu Ilmu

Sebagai suatu ilmu, merupakan ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan tehnik untuk meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat, baik level mikro, mezzo maupun makro. Ilmu kesejahteraan sosial mengebangkan beberapa metode intervensi (ternasuk didalamnya aspek strategi dan tehnik) guna meningkatkan taraf hidup sasaran.

(12)

Sebagai suatu gerakan, kesejahteraan sosial didapat dilihat dari pengertian yang dikembangkan dari Pre – Conference Working for commitee for the 15 th internasional conference of social welfere. Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Mencakup unsur kebijakan dan pelayanan terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti: Pendapatan, Jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidiakn, tradisi budaya dan lain sebagainya.

Dalam pengertian yang lebih luas, kesejahteraan sosial mamainkan peranan penting dalam memberikan sumbagan untuk secara efektif menggali dan mengerakkan sumber-sumber daya manusia seta sumber-sumber-sumber-sumber material yang ada dalam suatu negara agar berhasil menaggulangi kebutuhan-kebutuhan sosial yang ditimbulkan oleh perubahan.

Kesejahteraan mempunyai lima fungsi pokok,yaitu:

a. Perbaikan secara progresif dari pada kondidi-kondisi kehidupan orang b. Pengembangan sumber daya manusia

c. Berorientasi orang terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri

d. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembagunan

e. Penyediaan stuktur –struktur institutional untuk berfungsinya pelayanan-pelayanan yang terorganisir lainya( kartono,2007)

2.6.1 Tujuan kesejahteraan Sosial

Fahrudin (2012) menyebutkan dua tujuan kesejahteraan sosial yaitu:

(13)

2. Untuk mencapaikan penyesesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan mengali sumber-sumber, meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.

Dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan untuk:

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan,kualitas,dan keberlangsungan hidup; b. Memulihkan fungsi sosial masyarakat dalam rangka mencapai kemandirian; c. Meningkatakan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah an menangani

masalah kesejahteraan sosial;

d. Meningkatkan kemampuan,kepudian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggraan kesejahterran sosial secara melembaga dan keberlanjutan;

e. Meningkatkan kemapuan dan kepudian masyarakat dalam penyelenggraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan keberlanjutan, dan

f. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial 2.6.2 Sasaran Kesejahteraan sosial

Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditunjukan kepada perseorangan, keluarga, kelompok ,atau masyarakat. Sedangkan yang menjadi proritas adalah mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan meliki kriteria maslah sosial: seperti, kemiskinan, kelantraan, kecacatan, keterpencilan, ketentuan sosial, dan penyenyimpangan perilaku, korban bencana, dan korban kekerasan,eksplotasi dan diskriminasi.

(14)

Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa); kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010)

Peraturan pemerintah undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa adalah, desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasan wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hakasal usul, dan/ hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.

2.7.2. Azas Pembagunan Desa

Pembagunan masyarakat desa dilakukan berdasarkan tiga Azas, yaitu:

Pertama: Azas pembaguan integral adalah pembagunan yang berimbang dilihat dari semua segi masyarakat desa yang mempunyai sektor- sektor pertanian, pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya, sehingga menjamin perkembangan yang selaras, seimbang dan tidak berat sebelah. Kedua: Azas kekuatan sendiri adalah tiap usaha harus didasarkan pada kekuatan atau kemampuan desa itu sendiri, artinya tidak terlalu mengharapkan pemberian bantuan dari pemerintah. Ketiga: Azas Permufakatan bersama diartikan bahwa usaha pembaguanan harus dilaksanakan pada bidang atau sektor yang benar-benar dirasakan sebagai kebutuhan masyarakat desa yang bersangkutan.(Adisasmita,2006:17-19)

(15)

Pembangunan masyarakat desa adalah seluruh kegiatan pembagunan yang berlangsung didesa dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyrakat, serta dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong-royong. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat desa berdasarkan kemampuan dan potensi sumberdaya alam ( SDA) mereka melalui peningkatan kualitas hidup, kereampilan dan prakarsa masyarakat.

Dalam pembagunan pedesaan dihadapi banyak sekali hambatan di antaranya yang paling mendesak yaitu:

a. Memperkecil kesenjangan ( ketimpangan) antara desa dan kota dan antar pelaku pembagunan.

b. Merubah pola pembagunan dan pendekatan yang bersifat sentralistik dan sektoral menjadi terdesentralisasi, holistik, dan partisipatif.

c. Meningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia ( SDM ) aparat dan masyarakat untuk menujang pembagunan dan pertumbuhan pedesaan.

d. Meningkatkan pembagunan prasarana fisik dan penyebarannya yang mampu menjangkau ke berbagai pelosok.( Adisasmita,2006:2-5)

2.8. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan 2.8.1 Latar Belakang PNPM Mandiri Pedesaan

(16)

dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan.

Pelaksanaan PNPM MP merupakan kelanjutan dari program pengembangan kecamatan sebagai dasar pengembagan pemberdayaan masyarakat di pedesaan beserta program pendukungnya PMPN MP, generasi dan percepatan pembagunan daerah tertinggal dan khusus untuk pengembangan masyarakat tertinggal pasca bencana dan konflik.

Berdasarkan Buku Pedoman umum PNPM MP Tahun 2008 yang menyatakan visi PNPM Mandiri Pedesaan adalah tercapainya kesejahteraan berarti terpenuhi dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisasir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada dilingkungan, mampu mengakses sumber daya tersebut untuk megatasi masalah.

Sedangkan Misi PNPM Mandiri Pedesaan adalah: a. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembangannya b. Kelembagaan sistem pembagunan partisipatif

c. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal

d. Peningkatan kualitas dan kualitas prasarana sosial dasar ekonomi masyarakat e. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

(17)

pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahap pembelajaran dilakukan melalui program pengembangan kecamatan.

2.8.2 Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Tujuan Umum PNPM Mandiri Pedesaan Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara dipedesaan dengan mendorong kemandirian dalam mengambilan keputusan dan pengelolaan pembagunan.

Sedangkan tujuan khususnya meliputi:

a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.

c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).

d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

e. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

(18)

2.8.3 Jenis dan Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

Lingkup kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan pada prinsipnya adalah peningkatan kesejateraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin pedesaan secara mandiri melalui peningkatan partisipasi masyarakat ( terutama masyarakat miskin, kelompok perempuan dan kelompok yang terpinggirkan) meningkatnya kapasitas kelembagaan dan pemerintah, meningkatnya modal sosial masyarakat serta inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna.

Usulan kegiatan yang dapat di danai dalam PNPM Mandiri Pedesaan dapat diklasifikasikan atas 4 jenis kegiatan yang meliputi

1. Kegiatan pengembangan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin.

2. Peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat.

3. Kegiatan peningkatan keterampilan kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal.

4. Penambahan pemodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan

2.8.4 Prinsip Dasar Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan PNPM Mandiri Pedesaan Menekankan Prinsip-Prinsip Dasar sebagai berikut:

(19)

b. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya.

c. Keberpihakan pada Orang/ Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung

d. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakarsa.

e. Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan

f. Prioritas Usulan. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

g. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

h. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan

(20)

Untuk kegiatan yang didanai dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaa Mandiri pedesaan dapat diklasifikasi atas 4 kegiatan yaitu:

1. Kegiatan pembanguan dan perbaikan sarana dan prasana dasar yang memberikan manfaat baik dalam jangka waktu baik panjang maupun pendek,secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin.

2. Pelayanan kesehatan.

3. Pelayanan dan kegiatan peningkatan kapasitas.

4. Penambahan pemodalan simpan pinjam khusus perempuan (SPP) Di Desa Longkotan dalam rangka pelaksanaan PNPM MP kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan simpan pinjam perempuan dalam penambahan permodalan untuk membuka usaha dikelompok.

2.8.5 Sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan 1. Lokasi Sasaran

Lokasi sasaran PNPM MP meliputi seluruh kecamatan pedesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan tidak termasuk kategori kecamatan-kecamatan yang bermasalah dalam PPK\PNPM Mandiri pedesaan.

2. Kelompok Sasaran

a.Rumah tangga miskin di pedesaan. b. Kelembagan masyarakat di pedesaan.

c. kelembagan pemerintahan lokal ( Kementerian Dalam Negeri RI, 2008:3) 2.9.Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan

2.9.1. Pengertian Simpan Pinjam Perempuan

(21)

Pinjam Perempuan adalah untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam di pedesaan, kemudahan akses perdanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan perdanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja.

Sedagkan tujuan khusus adalah:

1. Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar 2. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatan ekonomi rumah tangga

melalui pendanaan peluang usaha.

3. Mendorong penguatan kelembagan simpan pinjam perempuan.

Ketentuann Dasar Program Simpan Pinjam Perempuan:

a. Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat mendapatkan pelayanan pendanan kebutuhan tanpa syarat agunan.

b. Terlembaga, artinya dana kegiatan simpan pinjam perempuan disalurkan melalui kelomok yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang baku dalam pengelolaan simpan dan pengelolaan pinjaman.

c. Keberdayaan, artinya proses pengelalaan didasari oleh keputusan yang profesioanal oleh kaum perempuan dengan mempetimbangkan pelestarian dan pemgembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan.

(22)

e. Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

2.9.2 Ketentuan Pendanaan Bantuan Langsung Masyarakat

Dalam bantuan langsung masyarakat dana yang disediakan oleh PNPM MP untuk mendanai kegiatan usaha melalui proses perencanan dengan ketentuan alokasi kegiatan Simpan Pinjam Perempuan per kecamatan maksimal 23% dari alokasi Bantuan langsung Masyarakat. Dengan ketentuan kelompok Simpan Pinjam Perempuan sebagai berikut:

1. Kelompok yang dikelola anggotanya perempuan yang satu sama saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu tahun.

2. Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati.

3. Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota.

4. Kegiataan simapan pinjaman kelompok masih berlangsung dengan baik.

5. Mempuyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana ( Depertemen Dalam Negeri RI, 2008:58-59)

2.9.3 Mekanisme Pengelolaan

Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan PNPM MP akan tetapi perlu memberikan beberapa penjelasan dalam tahapan sebagai berikut:

a. Musyawarah Antar Desa Sosialisai

(23)

b. Musyawarah Desa Sosialisai

Musyarawah desa sosialisasi dilakukan sosialisasi ketentuan dengan persyaratan untuk kegiatan SPP ditinggat desa sehingga pelaku-pelaku tinggat desa memahami adanya kegiatan SPP dengan melakuan proses berlanjut

c. Musyawarah Dusun

Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut termasuk kondisi anggota. Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok SPP dan melakuakan kategorisasi kelompok yang terdiri dari kelompok pemula, kelompok berkembang dan kelompok siap. Proses kategorisasi kelompok mengacu pada ketentuan kategori perkembangan kelompok rumah tangga miskin yang belum menjadikan anggota kelompok agar dilakukan tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok sehingga menjadi pemanfaat, proses yang terakir adalah hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dengan dilampirkan daftar kelompok yang diidentifikasi, kelompok SPP dengan daftar manfaat yang diusulakan, peta sosial dan peta rumah tangga miskin, rekap kebutuhan manfaat.

d. Musyawarah Desa dan Musyawarah Khusus Perempuan Merupakan tahapan seleksi ditingkat desa adalah:

1. Penentuan usulan desa adalah proses penentuan keputusan usulan desa yang akan dikompetisikan ditingkat kecamatan, penentuan usulan ini melalui keputusan musyawarah khusus perempuan.

2. Hasil keputusan ini melalui musyawarah khusus perempuan merupakan usulan desa untuk kegiatan SPP. Hasil keputusan diajuakan berdasarkan kelompok-kelompok yang diajukan dalam paket usulan desa.

(24)

paling tidak harus memuat sebagai berikut: Sekilas kondisi kelompok SPP, gambaran usaha dan daftar calon manfaat

e. Hal- Hal Harus Diperhatikan Dalam Proses Verifikasi Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan adalah:

1. Penetapan formulir verifikasi.

Penetapan formulir verifikasi merupakan proses penyesuaian dengan format- format formulir Verifikasi

2. Proses Pelaksanan Verifikasi.

Verifikasi kelompok SPP mencakup pengalaman kegiatan Simpan Pinjam persyarakat kelompok, kondisi kegiatan simpan pinjam, penelian khusus, jumlah RTM, dan Penelian Kelompok.

f. Musyarawarah Antara Desa Prioritas Usulan

Evaluasi akhir model prioritas kebutuhan dengan mempertimbangan hasil verifikasi yang mengutamakan calon pemanfaat Rumah Tangga Miskin lalu dilakukan perangkingan. Hasil perangkingan kegiatan SPP sehingga sesudah dapat ditentukan kelompok -kelompok layak yang akan ditandai dari BLM. Utuk kelompok yang layak dan didanai BLM tahap selanjutnya adalah selajutnya adalah melakukan penyempurnaan dokumen usulan Misalnya Kartu Tanda Penduduk, Perjanjian Pinjaman dan sebagainya. Kompetisi kelompok SPP ini mempertimbangan pengurangan Rumah Tangga Miskin, kategori kelompok, kelayakan kelompok pengusul.

g. Musyawarah Antara Desa Penetapan Usulan

(25)

dana BLM PNPM. Dalam musyawarah antar desa penetapan usulan ini dimungkin adanya mundurnya kelompok yang akan didanai sesua dengan MAD. Prioritas usulan sehingga rangking selanjutnya yang akan menerima, jika terjadi tidak sama jumlah kebutuhan pada kelompok terakhir maka agar di putuskan melalui permusyawarah. Bagi kecamatan yang telah mengelola dana bergulir PNPM maka MAD ini dapat juga dilakukan proses MAD perguliran.

h. Penetapan Persyaratan

Penetapan persyaratan pinjaman yang terutang dalam perjanjian pinjaman yang paling tidak mencakup hal-hal berikut: Penentuan jasa pinjaman dengan ketentuan, jangka waktu pinjaman sumber dana BLM PNPM MP maksimal 12 bulan, angsuran langsung dari kelompok ke unit pengelola kegiatan.

i. Pencairan Dana

Ketentuan pencairan dana bantuan langsung masyarakat adalah pencairan melalalui desa yang dilakukan 100 persen pada setiap, kelomok, bersamaam ketua TPK memberikan dan SPP setelah menguraikan Operasional UPK dua persen dan opersaional desa tiga persen, setelah itu kelompok membuat perjanjian pinjam dengan UPK sebagai lampiran kuaitansi serta menyerahkan kuitansi permanfaat kepada UPK setelah itu dilanjutkan dengan pengelolahan dokumen administrasi di UPK maupun dikelompok.

j. Penetapan Daftar Tunggu

Daftar tunggu ditetapkan diberita acara selain menetapkan daftar tunggu juga menetapkan mekanisme, dan persyaratan dalam pendanan kelompok yang termasuk daftar tunggu.

k. Pelestarian dan Pengembangan Masyarakat

Dasar-dasar dalam mewujudkan pelestarian kegiataan adalah:

(26)

2. Adanya pelestarian prinsip Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri pedesaan keberpihakan kepada orang miskin dan transparansi.

3. Penguatan kelembagaan baik dalam aspek pedoman ataupun kelembagan kelompok 4. Pengembangan usaha terutama layanan kepada masyarakat dan pemodalan.

(27)

Indikator nilai = 1 nilai = 2 nilai = 3 nilai = 4

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan yang sudah sejak lama menjadi masalah yang tidak kunjung diselesaikan, upaya untuk menangulangi harus menggunakan pendekatan multidisplin yang berdemensi pemberdayaan-pemberdayaan yang harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan dan kapasilitas.

(28)

1. Kegiatan pembagunan atau perbaikan sarana dan prasarana.

2. Kegiatan peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan termasuk pelatihan pengembangan.

3. Keterampilan masyarakat atau pendidikan non formal.

4. Penambahan permodolan simpan pinjam kelompok perempuan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan adalah salah satu program pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah untuk mempercepat menaggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Sasaran PNPM MP masyarakat miskin yang ada di perdesaan, termasuk di dalamnya kaum perempuan, seperti halnya : kaum perempuan di Desa Longkotan yang turut serta menjadi sasaran dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

Salah satu kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan yang ada di Desa Longkotan, Secara umum kegiatan Simpan Pinjam Perempuan untuk Mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanan usaha skala mikro, pemuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagan kegiatan kaum permpuan dan mendorong penaggulangan rumah tangga miskin. Sedangkan tujuan khusus program simpan pinjam perempuan yakni, mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha, memberikan kesempatan perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan peluang usaha, dan mendorong penguatan kelembagaan pada kegiatan simpan pinjam perempuan.

(29)

1. Ketepatan Sasaran Program, merupakan ketepatan kelompok yang layak mendapatkan pinjaman.

2. Keberhasilan pelaksanaan, merupakan hasil nyata dari kelompok SPP melalui kegiatan simpan pinjam.

3. Kepuasan terhadap program, merupakan perkembagan anggota kelompok dari pinjaman yang diperoleh.

4. Tujuan dan manfaaat, merupakan hasil yang diharapkan dari suatu program yaitu pengurangan rumah tangga miskin dan mencipkan lapangan kerja.

5. Perubahan Nyata, merupakan ketepatan waktu para anggota kelompok dalam mengembalikan pinjaman

Bagan 2.1:Bagan Alur Pikiran

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN

Kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Punggaa Kabupaten Dairi

Indikator Efektivitas Pelaksanaan Program

1. Ketepatan sasaran program 2. Keberhasilan pelaksanaan

(30)

2.11. Defenisi konsep Dan Defenisi Operasional 2.11.1. Defenisi konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Untuk menghindari salah satu pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian harus menegaskan dan membatasi maka konsep-konsep yang diteliti.

Perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian menunjukan bahwa penelitian ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu yang dianut dalam suatu penelitian ( Siagian, 2012:136-138)

Untuk memenuhi pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka penelitian membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

(31)

1. Yang dimaksud dengan Efektivitas dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini keberhasilan suatu progam atau kegiatan dalam Pemberdayaan menujukkan pada kemampuan orang. khususnya kelompok yang rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuasaan atau kemampuan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan yang sebelumnya oleh suatu kelompok suatu organisasi.

2. Yang dimaksud dengan Pemberdayaan dalam penelitian ini adalah menujukkan pada kemampuan orang. khususnya kelompok yang rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuasaan atau kemampuan dalam.

3. Yang dimaksud dengan Program Nasional pemberdayaan Masyarakat mandiri pedesaan adalah dalam penelitian ini adalah suatu mekanisme program pemberdayaan masyrakat yang dilakukan PNPM MP dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja diwilayah pedesaan, untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup, kesejahteaan dan kemandirian masyarakat yang ada di pedesaan.

4. Yang dimaksud dengan kelomok Simpan Pinjam dalam penelitian ini adalah salah satu program kegiatan PNPM mandiri Pedesaan yang didalm memberikan pemodalan usaha untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam

5. Efektivitas Pelaksanaan Kegiataan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi dalam penelitian ini adalah suatu program untuk kemandirian masyarakat oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui program pemberdayaan Masyarakat.

(32)

Defenisi Operasional adalah langkah lanjutan untuk perumusan defenisi konsep, perumusan pada defenisi konsep ditunjukan untuk mencapai keseragaman pahaman tentang konsep-konsep baik berupa objek, peristiwa maupun fenomena sosial yang diteliti. Definisi Operasional ditunjukkan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi.( Siagian, 201:141)

Adapun yang menjadi operasional dalam efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga- Pungga Kabupaten Dairi dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:

1. Kesesuaian pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan yang direncanakan dengan pelaksanaan adalah kesesuaian pelaksanaan yang meliputi pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, tercapainya tujuan dan perubahan nyata.

Pemahaman program, meliputi:

a. Sumber informasi responden tentang program SPP

b. Pengetahuan responden mengenai syarat-syarat menjadi anggota SPP c. Pemahaman responden setelah mendapatkan informasi program SPP d. Pengenalan terhadap sesama Para anggota kelompok

e. Pemahaman responden mengenai kegunaan dana permodalan dari Program Simpan Pinjam Perempuan

f. Peranan fasilitator dalam sosialisasi

Tepat sasaran, meliputi:

a. Ikatan pemersatu responden b. Aturan kelompok

(33)

Tepat waktu, meliputi:

a. Frekuensi mekanisme pengelolaan sampai pada tahap pencairan SPP b. Pelaksanaan penyuluhan SPP

c. Keluhan responden mengenai keberlangsungan kegiatan SPP d. Frekuensi pengembalian dana pinjaman

Tercapainya Tujuan, meliputi:

a. Perkembangan kegiatan simpan pinjam b. Kemudahan dalam akses pendanaan usaha c. Terpenuhinya kebutuhan pendanaan usaha

d. Meningkatkan upaya penanggulangan rumah tangga miskin

Perubahan Nyata, meliputi Tabel:2.1

No Kriteria Sebelum Mengikuti

Program

Sesudah Mengikuti Program 1 Mata Pencairan Pokok

2 Peningkatan Peluang menabung keluarga

Gambar

Tabel 2.1 Perkembangan Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

[r]

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

[r]

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap lembaga pendidikan anak usia dini di kecamatan sebangau, dapat disimpulkan sebagi berikut:

selaku dosen pembimbing I dan dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak memberikan dukungan, waktu, tenaga, kritik, dan saran dalam memberikan arahan terhadap

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAIT 0.. TOTAL LABA