• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ia E Luenningu Mekantari U Raralo Si Kau Si Taloarang Mangsa Wansa : Ibadah Puji-Pujian dengan Etnis Sangir T1 852013015 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ia E Luenningu Mekantari U Raralo Si Kau Si Taloarang Mangsa Wansa : Ibadah Puji-Pujian dengan Etnis Sangir T1 852013015 BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Ibadah dan Pemilihan Repertoar

Kepulauan Sangihe merupakan sebuah kabupaten yang berada di

sebelah utara Indonesia, tepatnya di provinsi Sulawesi Utara. Ibu kota

kabupaten kepulauan Sangihe adalah Tahuna. Sangihe memiliki tiga

kabupaten, yaitu Siau, Tagulandang, dan Biaro atau disingkat Sitaro.

Masyarakat yang tinggal di Kabupaten Sangihe disebut sebagai etnis

Sangir.

Gambar 1.1 Peta Provinsi Sulawesi Utara

Bernyanyi merupakan kesenian yang menjadi nafas bagi warga

Sangihe. Hal ini bisa diamati dalam keseharian dan juga aktivitas budaya

masyarakat Sangir yang kegiatannya banyak dihabiskan di pinggir pantai,

sehingga sebagian besar lagu-lagu daerah dari Kabupaten Sangihe

menceritakan tentang kehidupan di pesisir pantai dan pekerjaan di laut

seperti nelayan. “Menondong Pato” yang memiliki arti melayarkan perahu

merupakan salah satu contoh dari lagu daerah yang sangat terkenal.1

Referensi buku khusus mengenai masyarakat Sangihe Talaud

jarang ditemui. Buku atau referensi tentang masyarakat Sulawesi Utara

lebih banyak mengupas etnis Minahasa. Walaupun etnis Minahasa

(2)

mendominasi wilayah administrasi Sulawesi Utara, namun etnis Sangihe

Talaud tidak sama dengan etnis Minahasa.2 Intelektual asal Sulawesi

Utara, Prof. Perry Rumengan menyebut Minahasa adalah negeri

menyanyi.3 Masyarakat Minahasa yang tinggal di Semenanjung pulau

Sulawesi Utara berdekatan wilayah administratif kabupaten Sangihe

Talaud menunjukkan akan tradisi menyanyi yang juga mirip dengan etnis

Sangir.

Kesenian yang sangat diminati dan yang terkenal dari kepulauan

Sangihe adalah Měsambo dan Masamper. Měsambo adalah nyanyian lokal

masyarakat Sangir. Měsambo diartikan menyanyikanSasambo4. Dalam

perkembangannya, měsambo menjadi pengiring tarian istana yaitu tari

Gunde. Masamper diartikan sebagai menyanyi berkelompok dengan cara

berbalas-balasan5. Masamper disebut juga sebagai nama untuk kelompok

bernyanyi.

Masyarakat Sangir sebagian besar beragama Kristen Protestan.

Banyak gereja yang berdiri di wilayah Sangihe Talaud, namun gereja yang

berkembang dengan baik di wilayah kabupaten Sangihe Talaud adalah

Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST). GMIST juga ada di

wilayah Indonesia bagian barat, seperti Jabodetabek (Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang dan Bekasi), Bandung, Surabaya, Batam, dan Medan.

Peribadahan di gereja GMIST menggunakan Tata Ibadah yang

bersifat umum seperti ibadah gereja Protestan pada umumnya. Penggunaan

himne6 yang dinyanyikan dalam ibadah pun merupakan himne terjemahan

dari bahasa asing. Kadang-kadang dilakukan ibadah yang menggunakan

kekhasan etnis Sangir, namun GMIST tidak memiliki Tata Ibadah khusus.

2 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1988), 143.

3 Perry Rumengan, “Minahasa! Penyanyi Negeri Menyanyi” dalam Penghibur(an) Masa Lalu dan Budaya Hidup Masa Kini Indonesia. Budi Susanto (ed),(Yogyakarta: Kanisius dan Lembaga Studi Realino, 2009), 187.

4 Wawancara dengan bapak Alvon Takalumang pada 22 Mei 2017 di Jakarta. 5 Wawancara dengan bapak Alvon Takalumang pada 22 Mei 2017 di Jakarta.

6

(3)

Selama ini dilakukan ibadah dengan kombinasi antara Tata Ibadah umum

dan acara budaya itu sendiri, misalnya pada saat acara Tulude yang

merupakan upacara adat yang dilakukan pada 31 Januari setiap tahunnya

sebagai upacara pengucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang

biasa disebut I Ghenggona Langi untuk berkat yang telah diterima

sepanjang setahun yang telah berlalu. Upacara ini memiliki makna

melepaskan, mendorong, menolak tahun yang lama dan siap memasuki

tahun yang baru. Pada hari pelaksanaanya, Tulude dimulai dari sore hari

hingga malam hari selama empat jam yang diawali dengan penjemputan

kue adat Tamo di tempat pembuatannya untuk diarak keliling kota untuk

dibawa ke tempat upacara. Penampilan dalam upacara adat ini berupa

nyanyian dan tari-tarian, seperti Masamper, tari Gunde, tari Ampa Wayer

dan pemotongan kue adat Tamo.

Paparan di atas menginspirasi penulis yang juga keturunan dari

etnis Sangir untuk melestarikan budaya Sangir dalam sebuah Ibadah

kreatif yaitu rangkaian puji-pujian lagu etnis Sangir. Hadirnya ibadah

kreatif ini diharapkan jemaat dapat merasakan kekhasan etnis Sangir serta

membangun rasa cinta budaya kepada jemaat yang berketurunan Sangir,

khususnya jemaat yang belum pernah merasakan keindahan budaya itu

sendiri, dan juga menjadi sebuah kegiatan yang memiliki rasa bangga

terhadap daerah asal sekalipun telah pergi merantau.Direncanakan ibadah

ini akan dilakukan di GMIST Jemaat Mahanaim, Tanjung Priok Jakarta.7

Ibadah ini menjadi sarana bagi penulis untuk mengajak warga

Sangihe yang berada di Jakarta untuk tetap melestarikan budaya yang

dimiliki. Ibadah kreatif ini akan dibawakan dengan puji-pujian dalam

bahasa Sangir dengan mengangkat tema yang diambil dari Mazmur 57:10

“Aku mau bersyukur kepadaMu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku

7

(4)

mau bermazmur bagiMu di antara suku-suku bangsa”. Kitab Mazmur

dipilih sebagai ayat Alkitab yang mendasari TAMG karena Mazmur

merupakan kitab nyanyian yang biasa disebut “The Mother of Church

Music” sehingga sesuai dengan ciri khas dari masyarakat Sangir yang

senang bernyanyi.

Berikut ini akan dipaparkan komposisi musik yang akan disajikan

dalam ibadah kreatif tersebut secara berturut-turut.Komposisi pertama

berjudul “I Ghenggona Langi”. Lirik dalam lagu ini diambil dari 1

Tawarikh 29:11. Lagu ini diartikan “Tuhan Maha Tinggi”. Lagu ini

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh G. Makamea.8. Lagu ini

akan menjadi lagu pembuka dalam ibadah puji-pujian karena lagu ini

mengajak para jemaat untuk bersama-sama bergandeng tangan untuk

menuju negeri indah karena Tuhan yang akan selalu menyertai. Lagu yang

akan dibawakan dengan tempo yang cepat juga mampu membangkitkan

semangat para jemaat untuk menghadap hadirat Tuhan lewat ibadah ini.

Sebagai lagu pembuka, lagu ini akan diawali oleh kelompok vokal

Masamper tanpa menggunakan iringan dan akan dilanjutkan oleh seluruh

jemaat.

Komposisi kedua berjudul “Liu Walane Wulurang”. Lirik dalam

lagu ini diambil dari Galatia 6:10. Lagu ini diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia oleh G. Makamea. Lagu kedua, ini dilakukan sesudah Tahbisan

dan Salam yang diucapkan oleh pendeta. Sebutan pendeta di GMIST

adalah khadim.9 Lagu ini mengajak para jemaat untuk berbuat baik

terhadap sesama terutama kawan-kawan seiman, serta bersatu, sehati, dan

sekerja dalam hidup yang penuh harap kepada Tuhan. Lagu ini akan

dinyanyikan oleh seluruh jemaat yang hadir, yang akan dipandu oleh

Kantoria10.

8 G. Makamea adalah seorang tokoh adat Sangir dari Badan Adat Sangihe. 9 Khadim adalah sebutan pendeta yang memimpin jalannya ibadah di GMIST.

(5)

Komposisi ketiga berjudul “O Mawu Malondo”. Lirik ini diambil

dari Mazmur 32:1-2. Lagu ini diterjemahkan oleh Pdt. C. Taunaumang ke

dalam bahasa Indonesia. Lagu ini memiliki arti “Oh Tuhan, Pemurah”.

Lagu ini dinyanyikan sebagai ungkapan pengakuan dosa dan mohon

ampun dari Tuhan atas segala kesalahan dan kedurhakaan sebagai

manusia. Lagu ini juga menjadi respon jemaat terhadap pembacaan narasi

dan pembacaan ayat Alkitab dari Mazmur 57:7. Sebagai lagu pengakuan

dosa, lagu ini akan dinyanyikan oleh Kantoria untuk membuat suasana

pengakuan dosa menjadi lebih hikmat, lalu akan dinyanyikan

bersama-sama dengan jemaat.

Komposisi keempat berjudul “Daluaseku Natinalung”. Lirik lagu

ini diambil dari Mazmur 92:2-3. Lagu ini diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia oleh G. Makamea dengan judul “Sukacitaku”. Lagu ini akan

dinyanyikan sesudah pembacaan narasi sebagai respon atas ungkapan

sukacita yang telah penuh. Lagu yang menggambarkan kegembiraan ini

akan dinyanyikan oleh seluruh jemaat dan akan dipandu oleh Kantoria.

Komposisi kelima berjudul “Pekantari Gio Su Ruata”. Lirik lagu

ini diambil dari Mazmur 100:4-5. Lagu ini memiliki judul asli dalam

bahasa Indonesia “Bernyanyilah Bagi Tuhan Hua”. Lagu ini diterjemahkan

ke dalam bahasa Sangir oleh G. Makamea. Lagu ini akan menjadi

pengiring dalam pelayanan persembahan yang mengingatkan jemaat untuk

bersyukur atas segala berkat yang boleh diterima. Seluruh jemaat yang

hadir, akan membawa persembahan mereka sambil bernyanyi dan

bergoyang.

Komposisi keenam berjudul “Bermazmurlah Bagi Allah”. Lagu ini

diciptakan oleh Dicson Haling11 dan dipopulerkan oleh grup vokal Alfa

Omega. Lagu ini akan dibawakan sebagai respon atas Refleksi dari

Khadim yang mengangkat tema dari Mazmur 57:10. Lagu ini akan

dibawakan oleh Masamper untuk mengingatkan kepada para jemaat untuk

bermazmur bagi Allah dengan nyanyian syukur, dan biarlah semua yang

(6)

bernafas memuji memuliakan nama Tuhan. Lagu ini akan dibawakan

dalam bahasa Indonesia dan akan menjadi lagu tema dalam ibadah

puji-pujian ini. “Bermazmurlah Bagi Allah” akan dinyanyikan oleh kelompok

vokal Masamper.

Komposisi terakhir berjudul “Daluase Seng Nahumpaliu” : Lirik

lagu ini diambil dari Kisah Para Rasul 2:46-47. Lagu ini diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia oleh G. Makamea dengan judul “Sukacita

Amatlah Ceria”. Dalam peribadahan di Sangir, lagu ini sering dibawakan

sebagai lagu penutup dan akan dinyanyikan oleh seluruh jemaat.

Repertoar vokal yang di atas akan diiringi oleh musik bambu, gitar,

serta cajon. Musik bambu merupakan alat musik tradisional kabupaten

Sangihe Talaud.

Gambar 1.2. Musik Bambu

Cara membunyikan alat musik bambu ini dengan cara ditiup.

Digunakan juga alat musik pukul, tagonggong.

(7)

Alat musik ini terbuat dari kayu dan bagian atas dilapisi kulit

kambing yang dijepit dengan rotan. Alat musik ini akan dibunyikan di

awal ibadah untuk mengundang jemaat memulai ibadah. Ibadah ini akan

menampilkan tarian, yaitu tari Gunde untuk menunjukkan rasa syukur.

B. Tujuan Tugas Akhir Musik Gereja

Tujuan Tugas Akhir Musik Gereja (TAMG) adalah menjalankan

ibadah dengan etnis Sangir yang sesuai dengan struktur liturgi atau yang

biasa disebut four-fold pattern of worship dari sinode GMIST.

Tujuan TAMG ini disusun agar jemaat yang hadir mampu

mengingat bahwa ibadah kepada Tuhan bisa disusun secara kreatif tanpa

mengurangi makna teologis dari setiap unsur-unsur yang berlaku dalam

sebuah ibadah.

C. Manfaat Tugas Akhir Musik Gereja

Ibadah yang penuh rasa syukur bernuansa etnik ini diharapkan

dapat memberi manfaat bagi:

1. Penulis: sebagai perencana dan pelaksana mendapatkan pengalaman

dan pengetahuan yang tidak ternilai dari terselenggaranya Tugas Akhir

Musik Gereja ini. Pengetahuan antara musik, teologi, dan budaya yang

dapat dijadikan satu rangkaian indah dan penuh makna. Penulis

mendapatkan pengalaman berorganisasi dalam mempersiapkan ibadah

ini. Pengalaman berorganisasi dalam mempersiapkan ibadah ini

menjadi manfaat yang besar bagi pengelolaan acara yang sama.

2. Para pendukung ibadah: sebagai pelaksana juga mendapatkan

pengalaman dalam organisatoris, musikal, dan bahkan spiritual dalam

pelaksanaan tugas ini. Kepedulian serta rasa bangga terhadap budaya

sendiri sebagai bagian dari tanggung jawab untuk terus menjaga

(8)

3. Warga Sangir di Jakarta: ibadah ini dapat menjadi pertemuan dan

kerukunan antar warga Sangir yang berdarah Sangir namun bermukim

di Jakarta dan sekitarnya serta menambah rasa cinta budaya.

4. Gereja dan jemaat Kristiani pada umumnya: merasakan pengalaman

beribadah dengan nuansa Sangir dan memahami betapa kita harus

bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan.

D. Tata Ibadah Tugas Akhir Musik Gereja

Persiapan :

Tagonggong 1 dibunyikan (15 menit sebelum ibadah dimulai).

Tagonggong 2 dibunyikan (saat ibadah dimulai).

Narasi

Masamper Pelayanan Kategorial (Pelka) Laki-laki : “I Ghenggona

Langi”

Prosesi Pendeta & Majelis bertugas.

Tagonggong 3 dibunyikan.

Narasi

Nyanyian Jemaat : “Liu Walane Wulurang”

Narasi

Pengakuan Dosa :

Narasi

Nyanyian Jemaat : “O Mawu Malondo”

Pengampunan Dosa dan Berita Anugerah

Narasi

Nyanyian Jemaat : “Daluasĕku Natinalung

Pelayanan Persembahan :

Narasi

Tarian “Gunde”

Nyanyian Jemaat : “Pekantari Gio Su Ruata”

Doa Persembahan

(9)

Khadim : Refleksi (Mazmur 57 : 10)

Aku mau bersyukur kepadaMu di antara bangsa-bangsa, ya

Tuhan, aku mau bermazmur bagiMu di antara suku-suku

bangsa.

Respon : Masamper Pelka Laki-laki

“Bermazmurlah Bagi Allah”

Doa Syafaat dan Doa Bapa Kami

Narasi

Berkat

Nyanyian Penutup:

Nyanyian Jemaat : “Daluase Seng Nahumpaliu”

E. Rancangan Tugas Akhir Musik Gereja

1. Waktu : 5 Agustus 2017

2. Tempat : GMIST Jemaat “Mahanaim”, Jln. Enggano No 52,

Tanjung

Priok, Jakarta Utara, DKI Jakarta

3. Metode Pelaksanaan

Ibadah kreatif diawali dengan seremonial pembuka dan diakhiri

dengan seremonial penutup. Ibadah akan diikuti oleh jemaat dari

GMIST Tanjung Priok. Dirancang ibadah akan berlangsung kurang

lebih selama 1,5 jam.

4. Pengorganisasian

Ketua : Siska Musa Melontige

Bendahara : Yvonne Kawengian Melontige

Seksi Acara : Ronald Tumbio

- Masamper “Pelayanan Kategorial (Pelka) Laki-laki GMIST

Mahanaim”

- Grup Musik Bambu “Isatal Jaya”

- Tari Gunde : Vilona Musa

(10)

: Joanne Kawengian

: Zefanya Melontige

: Alvina Simanjuntak

: Kanjenaudi Bataha

: Elly Bataha

: Cornelia Lahiwu

: Katty Liunsada

: Bea Labada

- Kantoria : Geralda Wilade

: Ktisas Dandel

: Natalia Makawekes

: Rohma Gloris Panggulu

: Oktavian Takahepis

: Lexy Karel Bogar

: Christian Andrew Bukasiang

: Gerald Rinaldi Wilade

: Therry Tacazily

: Oclean Abram

Seksi Akomodasi : Woldy Kawengian

Seksi Transportasi : Meity Kawengian Lowing

Seksi Konsumsi : Valentine Manossoh

Febrina Kawengian

Seksi Dokumentasi: Boyke Rayer

Seksi Dekorasi : Daniel Kawengian

Andior Damongilala

Gambar

Gambar 1.1 Peta Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 1.2. Musik Bambu

Referensi

Dokumen terkait

benda asing yg masuk ke dalam tubuh = respon imun respon imun  Sistem imum penting untuk pertahanan tubuh.. Sistem imum penting untuk

Since instances of individual grammars – each representing a specific architectural style – can be automatically derived from observation data, arbitrary building

In accordance to article 11 paragraph (2) of the Articles of Association of the Company, we as the Board of Directors of the Company which domiciled in East Jakarta, hereby

As the examples 4.1 and 4.2 have shown, the most important factor, which define what it is possible to acquire from a single image by the monoplotting

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume II-5, 2014 ISPRS Technical Commission V Symposium, 23 – 25 June 2014, Riva del Garda,

The binarization method can extract each traffic marking from all areas because it has an extracting outline step. Therefore, we perform an area scoping process that

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume II-5, 2014 ISPRS Technical Commission V Symposium, 23 – 25 June 2014, Riva del

Secara umum pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD kurang, ini dapat dilihat dari hanya 1 orang yang menjawab bahwa demam berdarah disebabkan oleh virus dengue,