• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ia E Luenningu Mekantari U Raralo Si Kau Si Taloarang Mangsa Wansa : Ibadah Puji-Pujian dengan Etnis Sangir T1 852013015 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ia E Luenningu Mekantari U Raralo Si Kau Si Taloarang Mangsa Wansa : Ibadah Puji-Pujian dengan Etnis Sangir T1 852013015 BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEOLOGIS DAN REPERTOAR

Bab ini akan dipaparkan kajian teologis dan repertoar dari seluruh

komposisi yang disajikan dalam Tugas Akhir Musik Gereja ini. Paparan ini

disajikan dalam dua bagian besar, yaitu budaya Sangir dan kajian teologis

bersamaan dengan kajian repertoar.

A. Budaya Sangir

Kepulauan Sangihe Talaud merupakan kabupaten yang

warganyamerasakan bahwa bernyanyi merupakan sebuah bagian dalam

kehidupan mereka. Bernyanyi dapat dikatakan sebagai “nafas” bagi warga

Sangir karena dalam kesehariannya, bernyanyi merupakan sesuatu yang

selalu dilakukan dalam kehidupan mereka.

Masyarakat Sulawesi Utara menjadikan nyanyian sebagai bagian

dari kehidupan bermasyarakat sehingga tak heran di sudut-sudut kota atau

desa banyak orang yang sering bernyanyi di tengah-tengah kesibukan

hariannya. Hal ini tidak mengherankan masyarakat Sulawesi Utara

memiliki seni vokal yang masih kuat.

Gambar 2.1 Mesambo

Tradisi sastra lisan dan tarian yang sangat dikenal dan diminati

oleh masyarakat Sangir, adalah Mesambo dan Masamper. Kedua seni

vokal yang menjadi tradisi bagi masyarakat Sangir ini memiliki persamaan

(2)

seseorang yang disebut pangataseng, namun juga terdapat seni tari yang

dilakukan secara bersama-sama. Hampir seluruh seluruh penyanyi ikut

menari dalam melakukan masamper. Lagu-lagu dalam masamper akan

dimulai oleh pangataseng kemudian diikuti oleh seluruh anggota

masamper.

Gambar 2.2 Festival Masamper

di Tahuna, Sulawesi Utara(Pemimpin Pujian)

Mesambo dan masampere dibawakan baik dalam suasana sukacita

maupun dukacita karena berdasar atas budaya masyarakat Sangir yang

gemar bernyanyi. Dalam penampilannya mesambo dan masamper mulai

dilombakan pada tahun 1985 di Tahuna, Sulawesi Utara, dan hingga saat

ini mulai dilombakan hingga tingkat provinsi dan diadakan di Jakarta.

Awalnya, masamper hanya dinyanyikan tanpa iringan, namun seiring

berjalannya waktu mulai mengalami banyak perubahan sehingga mulai

menggunakan iringan seperti gitar akustik, bahkan keyboard.1 Lagu-lagu

masamper tidak terbatas pada lagu rohani, melainkan lagu yang bertema

sosial hingga percintaan. Dalam penyajiannya masamper dibagi menjadi

tiga bagian, yaitu: mekantari, metunjuke, dan mebawalase.Mekantari

merupakan menyanyikan lagu-lagu rohani secara duduk yang biasanya

dibawakan pada acara dukacita; Metunjuke merupakan lagu yang

dinyanyikan dan tidak terbatas pada lagu rohani dengan cara bernyanyi

sambil menunjuk peserta lain. Biasanya dibawakan pada

(3)

perlombaan masamper; Mebawalase adalah berpihak-pihak atau

berkelompok baik dalam jumlah kecil maupun jumlah besar

Baju adat yang digunakan dalam menampilkan masamper dan mesambo

tersebut merupakan baju lengan panjang yang terbuat dari bahan serat

kofo.2 Lengan panjang merupakan lambang keagungan masyarakat

Sangihe Talaud. Selain pakaian, paporong3 juga digunakan sebagai hiasan

kepala.4

Kesenian mesambo dan masamper merupakan kesenian asli dari

Sangir dan selalu dilakukan dalam setiap upacara adat yang dilakukan

pada hari-hari tertentu di setiap kabupaten yang ada di Sangihe Talaud.

Namun, kesenian-kesenian tersebut tidak hanya dilakukan di daerah asal

saja, melainkan berkembang di beberapa wilayah di Indonesia yang

dibawa oleh warga Sangir yang merantau ke wilayah tersebut. Ada begitu

banyak warga Sangir yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya sehingga

mereka menjadi satu persekutuan di beberapa GMIST yang ada di Jakarta

dan mulai belajar untuk melestarikan kesenian tersebut.

B. Kajian Teologis dan Repertoar Setiap Komposisi

Paparan berikut akan dianalisis secara struktural dan teologis dari

setiap

komposisi yang ditampilkan dalam TAMG. Ada sejumlah tujuh komposisi

yang disajikan. Sebagian besar lagu yang digunakan diambil dari buku

nyanyian berjudulRimen yang berisi kumpulan lagu-lagu Sangir, baik lagu

daerah maupun lagu dalam bahasa asing yang diterjemahkan ke dalam

bahasa Sangir.Dalam buku Rimen, setiap lagu masih belum dinotasikan.

1. “I Ghenggona Langi”

Lagu “I Ghenggona Langi” diambil dari buku lagu Rimen

padaNomor 334, yang diciptakan berdasarkan 1 Tawarikh 29:11. Lagu

2

Serat kofo adalah serat dari tumbuh-tumbuhan untuk tekstil, khususnya serat dari pohon pisang.

3Paporong merupakan kain yang diikat di kepala untuk menutupi dahi.

(4)

ini diterjemahkan oleh G. Makamea ke dalam bahasa Indonesia dengan

judul “Tuhan Maha Tinggi”.

Syair pada bait lagu ini merupakan bentuk pernyataan Tuhan yang

Tinggi (bait 1), Bait Allah menjadi tempat tujuan dari hidup yang

kekal (bait 2), ajakan untuk bersama-sama menuju negeri indah

(refrein).

Tabel 2.1 Lirik lagu “I Ghenggona Langi”

Lirik Bahasa Sangir Terjemahan Bahasa Indonesia

I Ghenggonalangi ruatan

saluruang

Lulahiwa lambung manireda

bihingang

Semmatangi Sie

pengangumbalerang

Kakendag’E tamawawellang

Aede:

Boe mahundingang mahi

mesenggetang

Mendolong buntuang nusan

tulumang

Yesus ipendingang

tamennanentang

Lighareng tuliang aping

takonsang apa

Apeng pemunakeng asekine

sadia

Hakiu niseba banalang Duata

Tasusane taello mata

Tuhan Maha Tinggi Allah yang

Maha kuasa

Melingkupi bumi dan memberi

sejahtera

Hanyalah Dia, Tuhan sumber

pengharapan

KasihNya pun tak pernah lengah

Reff:

Ayolah bersama mari

bergandengan

Menuju ke negeri penuh tolongan

Yesus menyertai tak membiarkan

Ke pantai tujuan pantai penuh

bahagia

Ke tempat yang permai penuh

dengan kurnia

Sehingga diberikan nama Bait

Allah

(5)

Pada setiap baris dalam baitnya, lagu ini memiliki suku kata yang

berbeda-beda, yaitu; 13.13.12.9 suku kata. Di bagian refrein, lagu ini

terdiri dari 12.11.11 suku kata. Dalam bait dan refrein, lagu ini

memiliki struktur rima AAAA. Melodi yang digunakan sederhana

dalam tonalitas mayor dan memakai harmoni yang terdiri dari akor

tonika, subdominan, dan dominan.

Lagu ini memiliki struktur two-part song form, yang terdiri dari

bagian A yang merupakan bait dan B yang merupakan refrein.

Masing-masing bagian memiliki pengembangan yang tidak terlalu jauh antara

frase yang pertama dengan yang lainnya. Bagian A, kedua frase

diakhiri dengan kadens autentik. Bagian B diakhiri dengan frase

konsekuen yang jatuh pada akord tonika.Pola ritme yang terdapat pada

bagian A dapat dibedakan menjadi A-A’. Pada bagian B, pola ritme

diulang-ulang hingga akhir lagu.

Lagu pembuka inidipilih karena liriknya yang sesuai dengan ajakan

kepada para jemaat untuk bersama-sama masuk dalam persekutuan

ibadah. Lagu ini akan dinyanyikan terlebih dahulu oleh masamper lalu

akan dilanjutkan dengan jemaat. Lagu ini tidak memiliki nada dasar

khusus karena dalam pembukaan yang dibawakan oleh masamper

hanya menggunakan feeling dari pangataseng. Hal ini merupakan

kebiasan yang dilakukan oleh setiap masamper. Dalam mengawalinya,

refrein akan dinyanyikan terlebih dahulu untuk memberi penekanan

(6)

Notasi 2.1 “I Ghenggona Langi”

2. “Liu Walane Wulurang”

Galatia 6:10 merupakandasar dari terciptanya lagu “Liu Walane

Wulurang”. Lagu ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

dengan judul “Apa Gerangan Kehidupan” oleh G. Makamea.

Lagu ini memiliki syair yang menceritakan kehidupan manusia

yang begitu sulit (bait), dan ajakan kepada seluruh umat untuk bersatu

dalam hidup yang penuh harap pada Tuhan (refrein).

Tabel 2.2 Lirik Lagu “Liu Walane Wulurang”

Lirik Bahasa Sangir Terjemahan Bahasa Indonesia

Liu walane wulurang

Mebatu berang kanarang

O Mawu mambeng petulung

Apa gerangan kehidupan

Betapa sukar sulitnya

(7)

Bou darodo matellang

Aede:

Kebi-kebi senggihilang

Kere wulurang sembua

Darodo matellang suhale-hale

mapia

Makadaluase naung

Kepada kami sekalian

Reff :

Hai mari dan bersatulah

Sehati dan setujuan

Semua marilah bersama-sama

Sekerja dalam harap pada Tuhan

Lagu ini memiliki struktur two-part song form, yang terdiri dari

bagian A yang merupakan bait dan B yang merupakan refrein.Lagu ini

memiliki delapan suku kata pada setiap baris dalam baitnya, dan

memiliki jumlah suku kata yang berbeda pada bagian refreinnya,

yaitu : 8.8.13.8 suku kata. Struktur rima pada lagu ini merupakan

AAAA (bait) dan ABBA (refrein). Melodi yang digunakan sederhana

dalam tonalitas mayor dan memakai harmoni yang terdiri dari akor

tonika, subdominan, dan dominan. Lagu ini diiringi oleh oleh Musik

Bambu dengan nada dasar Do = C.

Lagu ini akan dinyanyikan oleh seluruh jemaat dan akan dipandu

oleh Kantoria5. “Liu Walane Wulurang” akan menjadi lagu tanggapan

sesudah Tahbisan dan Salam yang akan disampaikan oleh Khadim.6

5

Kantoria berasal dari bahasa Latin yang memiliki arti bernyanyi.

6

(8)

Notasi 2.2 “Liu Walane Wulurang”

3. “O Mawu Malondo”

“O Mawu Malondo” diciptakan oleh Pdt. C. Taunaumang

berdasarkan Mazmur 32:1-2. Dalam bahasa Indonesia, lagu ini

berjudul “O Tuhan Pemurah” yang diambil dari buku nyanyian Rimen.

Lagu ini menceritakan tentang seseorang yang mengaku

di hadapan Tuhan tentang segala pemberontakan dan kesalahan yang

telah dilakukan di hadapan Tuhan dan memohon ampun atas yang

diperbuatnya itu.

Tabel 2.3 Lirik Lagu “O Mawu Malondo”

Lirik Bahasa Sangir Terjemahan Bahasa Indonesia

O Mawu malondo

Ruata I amang

O Tuhan pemurah

(9)

Ellang’U memmogho

makiambang

Tulung ampunge Mawu

Haghieng dalawangku

Dan durhakaku su tengoNu

HambaMu memohon kabulkanlah

Tolong ampuni Tuhan

Segala pemberontakanku

Dan durhakaku di depanMu

Lagu ini hanya terdiri dari satu bait dan refrein yang memiliki suku

kata berbeda-beda, yaitu : 6.5.6.4 suku kata (bait), dan 7.7.5.4 suku

kata (refrein). Struktur rima pada lagu ini merupakan ABAB untuk bait

dan AAAA untuk bagian refrein. Lagu ini meggunakan akord tonika,

subdominan, dan dominan. Sebagai lagu yang mengantar prosesi

pengakuan dosa, lagu ini akan diiringi oleh suling dari salah satu

instrumen musik bambu dan gitar. “O Mawu Malondo” hanya

dinyanyikan oleh kantoria.

Lagu ini memiliki struktur A-A’-B-C. Bagian A dimulai pada

birama pertama hingga birama delapan. Bagian A’ dimulai pada

birama sembilan hingga 16 (enam belas). Bagian B dimulai pada

birama 17 (tujuh belas) hingga 24 (dua puluh empat). Bagian yang

terakhir, yaitu bagian C dimulai pada birama 25 (dua puluh lima)

hingga 31 (tiga puluh satu).

Lagu pengakuan dosa ini akan dinyanyikan terlebih dahulu oleh

Kantoria untuk membuat suasana hikmat selama para jemaat sedang

merenung sebagai ungkapan pengakuan dosa, dan kemudian akan

(10)

Notasi 2.3 “O Mawu Malondo”

4. “Daluaseku Natinalung”

Ungkapan kebahagiaan atas pengampunan dosa dan berita anugrah

yang telah diterima jemaat, “Daluaseku Natinalung” akan

dinyanyikan oleh seluruh jemaat dan Kantoria. Mebawalase yang

merupakan bernyanyi berbalas-balasan yang menjadi ciri khas

nyanyian Sangir akan menghiasi lagu ini.

“Daluaseku Natinalung” diciptakan berdasarkan Mazmur 92:2-3.

Lagu ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh G. Makamea

dengan judul “Sukacitaku”. Syair dalam lagu ini merupakan

pernyataan dalam menaikkan sembah syukur kepada Tuhan di

sepanjang hari, baik siang maupun malam.

Tabel 2.4 Lirik Lagu “Daluaseku Natinalung”

Lirik Bahasa Sangir Terjemahan Bahasa Indonesia

Daluaseku natinalung

Suendumang ikekaralo

Leadate sipungu tulumang

Kapiane nematiku lawo

Sukacitaku amat penuh

Dan selalu kuseru-seru

Hormat salam bagi Maha Tuhan

(11)

Aede:

Duikeng kong sembah (2x)

Sembah si Ghenggona (2x)

Si Ghenggonalangi

Kanandung ello dingangu hebi

Pedalo areng’E I Malondo

Reff :

Naikkanlah sembah (2x)

Sembah pada Allah (2x)

Allah Maha Kuasa

Di sepanjang hari siang dan malam

Memuji namaNya yang

pengasihan

Lagu ini memiliki perubahan sukat pada bait lagu di birama ke

delapan dan menjadi 2/4. Pada birama selanjutnya, kembali ke tanda

sukat awal yakni 4/4. Pada bait lagu dibagi menjadi dua frase, yaitu

frase pertama dan frase kedua. Keduanya diakhiri dengan kadens

autentik. Namun pada frase kedua, terdapat lima birama yang pada

umumnya setiap frase hanya terdiri dari empat birama.

Lagu yang penuh ungkapan sukacita ini terdiri dari bait dan refrein

yang memiliki jumlah suku kata yang berbeda-beda, yaitu: 9.9.10.10

suku kata (bait) dan 6.6.10.10 (refrein). Lagu ini menggunakan akord

tonika, subdominan dan dominan. Lagu ini akan dibawakan dengan

(12)

Notasi 2.4“Daluaseku Natinalung”

5. “Pekantari Gio Su Ruata”

“Pekantari Gio Su Ruata” biasa dinyanyikan dalam bahasa

Indonesia yang berjudul “Bernyanyilah Bagi Tuhan Hua” yang

diterjemahkan oleh G. Makamea. Lagu ini diciptakan berdasarkan

Mazmur 100:4-5.

Syair dalam lagu ini merupakan ungkapan untuk mengajak sesama

untuk membawa nyanyian sebagai ungkapan syukur bagi Tuhan (bait

1), serta bersyukur atas berkat yang telah diterima oleh setiap umat

manusia (refrain). Di dalam syair lagu ini, terdapat beberapa kata yang

diulang-ulang yang menjadi ciri khas dari lagu Sangir.

Tabel 2.5 Lirik Lagu “Pekantari Gio Su Ruata”

Lirik Bahasa Sangir Terjemahan Bahasa Indonesia

Pekantari gio su Ruata

Pegioeng kantari dalo su

Bernyanyilah bagi Tuhan Hua

(13)

Mawu

Pesamalaeng adate daralo

Balong kapiang Duata si kite

Aede:

Pempedalo su kebi alamate

Nasuku pinedalomboNe si kite,

kite kebi

Mambeng tawe bellane

nikatarima, tarima, tarima

O Mawuku makaherang

O Yesus Mawu kawatugange

Su traumata apang

mangimang

Pekaliomaneng su Ruata

Sukawasang Kristus

Kebi mang mauadipe

bagiNya

Persembahkanlah hormat dan

pujian

Atas kemurahanNya bagi kita

Reff :

Bersyukurlah atas segala berkat

Yang telah dilimpahkannya bagi

kita, bagi kita

Yang tak putus-putusnya kita

terima terima terima

Ya Allahku yang ajaib

Ya Yesus Engkau sangat mulia

Bagi semua orang percaya

Naikkanlah doa kepadaNya

Sebab bagi Kristus tidak ada yang

mustahil

Lagu ini memiliki struktur two part song form. Lagu “Pekantari

Gio Su Ruata”yang penuh ungkapan syukur ini terdiri dari bait dan

refrein yang memiliki jumlah suku kata yang berbeda-beda, serta

memiliki rima yang tidak beraturan. Lagu ini akan dibawakan dengan

nada dasar Do = C.

Lagu ini akan dibawakan dengan penuh sukacita dan akan

(14)

Notasi 2.5“Pekantari Gio Su Ruata”

6. “Bermazmurlah Bagi Allah”

“Bermazmurlah Bagi Allah” merupakan lagu pop rohani modern

yang diciptakan oleh Dicson Haling. Lagu ini dipopulerkan oleh grup

vokal “Alfa Omega” yang seluruh anggotanya merupakan warga

Sangir. Lagu ini akan tetap dibawakan dalam bahasa Indonesia,

(15)

Syair dalam lagu ini merupakan pernyataan untuk memuliakan

Tuhan dengan bermazmur (bait), baik dengan kecapi, seruling,

ceracap, gambus, maupun tari-tarian (refrein).

Tabel 2.6 Lirik Lagu “Bermazmurlah Bagi Allah”

Lirik Lagu

Aku hendak memuliakan Tuhan

Dengan bermazmur bagi Allahku

Selagi aku ada

Bermazmurlah dengan nyanyian syukur

Bermazmurlah bagi Allah kita

Dengan kecapi, dengan seruling,

Dengan ceracap, dengan gambus, dengan tari-tarian

Biarlah semua yang bernafas memuji memuliakan namaNya

Megahkan Tuhan hai Yerusalem

Pujilah Allahku, hai Sion

Lagu ini tidak memiliki struktur rima maupun suku kata seragam.

Pergerakan akord dari lagu ini akan berputar pada akord tonika,

subdominan, dan dominan. “Bermazmurlah Bagi Allah” merupakan

lagu yang terdiri dari empat bagian.

Sesuai dengan tema yang diambil dalam ibadah TAMG ini, lagu ini

akan dipilih sebagai respon atas refleksi yang akan dibawakan oleh

khadim. Lagu ini dipilih karena syair lagu dan tema yang sejalan, yang

menonjolkan sisi bermazmur atau bernyanyi, sebagai ciri khas dari

(16)

Notasi 2.6 “Bermazmurlah Bagi Allah”

7. “Daluase Seng Nahumpaliu”

“Daluase Seng Nahumpaliu” merupakan sebuah lagu yang diambil

dari buku lagu Rimennomor 208. Lagu ini diciptakan berdasarkan

Kisah Para Rasul 2:46-47 dan diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia oleh G. Makamea dengan judul “Sukacita Amatlah Ceria”.

Lagu ini merupakan sebuah pernyataan atas kebahagiaan yang

(17)

dinantisejak lama dan itu semua ada pada doa dan harap kepada Tuhan

(bait), sama seperti di musim panen ketika kita bersorak-sorak seru

(refrain).

Tabel 2.7 Lirik Lagu “Daluase Seng Nahumpaliu”

Lirik Bahasa Sangir Terjemahan Bahasa Indonesia

Daluase seng nahumpaliu

Nennaungang pira taung naliu

Nehengke kaliomaneng su

Mawu

Batu timuhu kere karakinu

Ruata netulung satia

Ku abe gagholokangu

Ualing liaghang gatinu

Aede:

Ini nipensau ringangu

ghaghionu

Tahendunge kebi apang hapiu

Pempebanuako su wongkong

lumenehe

Sutadetene takahalaweng

O Suweda u lempi u anging

O Suwanala eng pedarame

Kamageng alingang mengkai

tumuwo

Kamageng ensokang mengkai

tumendang

Menaha rumiki mekila

Mededalinding sarang binawa

Ku simarang kere kakerongu

Sukacita amatlah ceria

Yang dinanti sejak tahun yang

silam

Dalama harap doa pada Allah

Jadi seperti Kau dambakan

Tuhan penolong yang setia

Jangan engkau lalaikan

Itu karena kuat lelahmu

Reff:

Di musim panenmu engkau

bersorak seru

Jangan kau lupakan semua

sobatmu

Hiduplah dengan rukun aman dan

tenteram

Di tempat indah permai dan

nyaman

O di lembah yang amatlah teduh

O diam di rumah penuh damai

Pabila berpindah tiada merana

Selali bertumbuh selalu

berkembang

Mengalas kasihNya yang terang

(18)

wituing kadademahe

O Mawuku mambeng petulung

sirung sengkasirung

Cahayanya terang cerlang

Laksanalah bintang fajar yang

cemerlang

Ya Allahku Maha Penolong

perlindungan teduh

“Daluase Seng Nahumpaliu” merupakan lagu yang panjang dan

terdiri dari dua bagian yaitu satu bait dan refrein. Lagu ini tidak

memiliki struktur dan rima yang beraturan sehingga tidak sama seperti

himne pada umumnya, dan akord yang digunakan ialah akord tonika,

subdominan, dan dominan. Pada lagu “Daluase Seng Nahumpaliu”,

terdapat perpindahan nuansa dari bait ke dalam refrein yang dapat

dirasakan pada bagian mebawalase yang lebih banyak pada bagian

refrein. Lagu ini dibawakan dengan nada dasar Do = C

Lagu ini akan dibawakan sebagai lagu penutup dalam ibadah ini.

Dalam peribadahan di gereja maupun dalam ibadah persekutuan dari

warga Sangir, lagu ini biasa dinyanyikan sebagai lagu penutup karena

(19)
(20)

Notasi 2.7 “Daluase Seng Nahumpaliu”

C. Kajian Tari Gunde

Tari Gunde merupakan tari tradisional etnis Sangir. Tari gunde

memiliki arti lambat atau pelan yang ditampilkan melalui setiap gerakan

yang dibawakan oleh para penari yang seluruhnya adalah wanita. Tarian

gunde harus dibawakan dengan jumlah wanita yang ganjil, antara sembilan

sampai 13 (tiga belas) orang. Tari gunde memiliki pemimpin yang biasa

disebut pangataseng. Tarian ini diiringi oleh alat musik tradisional yaitu

tagonggong. Setiap iringan dari tagonggong harus mengikuti setiap babak

yang akan dibawakan oleh para penari.

Tari gunde terdiri dari empat babak, yaitu babak masuk dan keluar

pentas, babak penghormatan yang dilakukan pada saat penari memulai dan

mengakhiri penampilan ketika berada di tempat pertunjukan, dan babak

tarian yang keseluruhan tariannya menggambarkan keagungan dan

kehalusan wanita, ketangguhan wanita, dan mencari kebahagiaan.

(21)

Notasi 2.9 Iringan Tari Gunde di Babak Penghormatan

Notasi 2.10 Iringan Tari Gunde yang Menggambarkan Keagungan Wanita

Notasi 2.11 Iringan Tari Gunde yang Menggambarkan Ketangguhan Wanita

Notasi 2.12 Iringan Tari Gunde yang Menggambarkan Suasana Mencari Kebahagiaan

Kostum yang digunakan para penari wanita adalah baju panjang

dan rok panjang dengan menggunakan selempang. Rambut dari para

penari akan diikat dan digulung hingga bagian atas kepala dan dihiasi oleh

mahkota kecil. Para penari juga akan memakai sapu tangan yang akan

dipakai saat menari.Pangataseng menggunakan kostum yang sama dengan

para penari wanita lainnya, tetapi warna baju dan selempang berbeda

dengan para penari.

(22)

Tari Gunde pada zaman dahulu merupakan tarian penyembahan

kepada I Ghenggona Langi yang merupakan sang pencipta segala sesuatu.

Tarian ini menjadi tarian yang biasa ditampilkan di acara-acara adat

tertentu seiring berjalannya waktu. Para gadis di kalangan masyarakat

Gambar

Gambar 2.1 Mesambo
Gambar 2.2 Festival Masamper
Tabel 2.1 Lirik lagu “I Ghenggona Langi”
Tabel 2.2 Lirik Lagu “Liu Walane Wulurang”
+7

Referensi