• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Remaja Putri Dengan Tindakan Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Remaja Putri Dengan Tindakan Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan Tahun 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari

bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

kematangan. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat

penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga

mampu bereproduksi (Yusuf, 2007). Remaja atau asolescene berasal dari bahasa

latin “adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”,

mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional,

social, dan fisik (Proverawati).

Masa pubertas, menggambarkan dampak perubahan fisik dan

pengalaman emosional mendalam. Pada saat yang sama, perubahaan sosial

melainkan peran utama dalam masa remaja (Masland, 2006). Remaja memiliki

tumbuh kembang yang berbeda,tingkat masa remaja ada beberapa hal Masa

remaja awal (10-12 tahun), Masa remaja tengah (13-15 tahun), Masa remaja akhir

(16-19 tahun), (Kusmiran, 2011).

Menurut hasil sensus jumlah remaja di Indonesia adalah 147.338.075 jiwa

atau 18,5% dari seluruh penduduk di Indonesia (Sarwono, 2011). Remaja akan

mengalami masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi. Masa remaja akan

(2)

diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang

bervariasi.

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis (Laksamana, 2010). Personal hygiene adalah tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah

keputihan (Laksamana, 2010).

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik yang cukup ramai

dibicarakan di Indonesia sejak sekitar menjelang awal tahun 2000, antara lain

sebagai dampak dari gencarnya penyelenggaraan pertemuan regional dan

internasional yang membahas secara lebih cermat masalah-masalah kependudukan

dan pembangunan. Masalah reproduksi menyajikan fakta seputar kesehatan

reproduksi, baik positif maupun negatif, mendorong berbagai pihak, baik

pemerintah, perorangan, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat untuk

mengambil peran aktif dalam menyosialisasikan sekaligus memberikan jalan

keluar yang tepat atas masalah kesehatan reproduksi yang terjadi . Pendidikan

tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapat

perhatian dari semua pihak. Remaja kelak akan menikah dan menjadi orang tua

sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima, sehingga menghasilkan

(3)

Dalam kehidupannya, seorang wanita akan mengalami berbagai tahapan

dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga tua. Puncak dari serangkaian

perubahan-perubahan tersebut adalah mulainya seorang remaja putri mengalami

menstruasi. Pada sebagian orang saat menjelang menstruasi akan mengalami

keputihan. Keputihan ini normal (fisiologis) selama jernih (beniing) tidak berbau,

tidak terasa gatal dan dalam jumlah yang tidak berlebihan, bila cairan berubah

menjadi kuning, bau dan disertai rasa gatal maka akan terjadi keputihan patologis.

Keputihan adalah keluhan yang sering menyerang perempuan dan tidak

mengenal usia. Sedangkan pengertian keputihan sendiri adalah keluaranya cairan

selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak disertai

rasa gatal setempat, dapat terjadi secara normal (fisiologis) maupun abnormal

(patologis). Pada masa remaja akan mengalami perkembangan pada organ

reproduksinya, organ reproduksi pada remaja pempuan akan lebih sensitive

daripada laki-laki karena saluran reproduksinya lebih pendek (Kusmiran, 2011).

Keputihan abnormal disebabkan oleh infeksi atau peradangan , ini terjadi

karena perilaku yang tidak sehat dan tidak menjaga kebersihan alat genital nya.

Contonya seperti, mencuci vagina dengan air kotor, menggunakan cairan

pembersih vagina yang berlebihan, cara cebok yang salah, stress yang

berkepanjangan, merokok dan menggunakan alkohol, penggunaan bedak tacum /

tissu dan sabun dengan pewangi pada daerah kwanitaan, serta sering memakai

atau meminjam barang-barang seperti perlengkapan mandi yang memudshkan

(4)

Pada kondisi normal vagina dapat mengeluarkan cairanyang berasal dari

rahim. Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, dan tidak berbahui. Jika

cairan (bukan darah) yang keluar dari vagina yang berlebih keadaan tersebut

disebut keputihan. Keputihan patologis, merupakan keputihan yang tidak normal

yang terjadi infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena

keganasan. Infeksi bisa akibat dari virus, bakteri, jamur dan parasit bersel satu

Tricomonas Vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi saat berhubungan seks,

penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi (Pratiwi, 2012)

Akibat dari keputihan sangat fatal bila lambat ditangani. Tidak hanya bisa

mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar kandungan dikarenakan terjadi

penyumbatan pada salur tuba, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari

kanker leher rahim yang merupakan pembunuh nomor satu bagi wanita dengan

angka insiden kanker servik mencapai 100 per 100.000 penduduk pertahun yang

bisa berujung dengan kematian (Iskandar SS, 2011). Sedangkan jumlah penderita

kanker rahim dinegara maju seperti Amerika Serikat, mencapai sekitar 12.000 per

tahun dan untuk penderita kanker rahim di Indonesia diperkirakan 90-100 per

100.000 penduduk (Nasdaldy, 2010).

Jumlah wanita di dunia pada tahun 2013 sebanyak 6,7 milyar jiwa dan

yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%. Untuk indonesia jumlah wanita

sekitar 237.641.326 jiwa 75%. Penelitian di Sumatera utara sebanyak 37,4 juta

jiwa menunjukkan 75% remaja mengalami keputihan, di kota Medan pada 2013

(5)

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 79%

wanita termasuk remaja putri di dunia pernah menderita keputihan, minimal sekali

seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak 2 kali

atau lebih. Di Indonesia, 75% wanita mengalami keputihan minimal 1 kali dalam

hidupnya (Shadine, 2012).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negaara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Gejala keputihan

juga dialami oleh wanita yang belum kawin atau remaja putri yang berumur 15-24

tahun yang termasuk dalam kategori remaja akhir yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan bahwa remaja lebih beresiko mengalami keputihan (Egan 2011)

Di Indonesia sekitar 70% remaja putri mengalami keputihan. Usia

terbanyak adalah (16-20 tahun) sekitar 42%. Hal tersebut akan berkaitan erat

dengan kondisi cuaca yang lembab sehingga wanita di Indonesia mudah terkena

keputihan. Karena mudah terkena infeksi jamur. Keputihan tersebut cenderung

disebabkan oleh minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama pada

bagian organ genitalianya (Dechacare, 2010).

Dari berbagai penelitian 30 tahun terakhir menunjukkan bahwa infeksi

saluran kemih (ISK), Human Papiloma Virus (HPV), disebabkan karena

kurangnya pengetahuan seorang wanita pada saat keputihaan sehingga virus

tersebut akan berkembangbiak dalam organ kelamin wanita dalam kondisi lembab

(6)

tentang personal hygiene beresiko untuk terjadi infeksi saluran kemih (ISK)

(Proverawati, 2009).

Pada kondisi normal vagina dapat mengeluarkan cairanyang berasal dari

rahim. Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, dan tidak berbahui. Jika

cairan (bukan darah) yang keluar dari vagina yang berlebih keadaan tersebut

disebut keputihan. Keputihan patologis, merupakan keputihan yang tidak normal

yang terjadi infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena

keganasan. Infeksi bisa akibat dari virus, bakteri, jamur dan parasit bersel satu

Tricomonas Vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi saat berhubungan seks,

penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi (pratiwi, 2012).

Faktor-faktor yang memicu berkembangnya PHS antara lain karena

pengetahuan yang rendah, apalagi remaja yang secara biologis servik-nya belum

matang. Karena berada dalam masa peralihan, maka pada remaja sering

ditemukan masalah-masalah yang berkaitan erat dengan tumbuh kembang

tubuhnya. Terutama dalam hal ini adalah organ reproduksi yang memberi dampak

besar terhadap kehidupan remaja di masa datang. Terlebih pada remja putri yang

memang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa dengan bentuk dan fungsi tubuh yang

sangat istimewah dan juga sangat rentan terhadap gangguan dari luar, dalam hal

ini Infeksi pada Saluran Reproduksi (ISR) dengan gejala yang umum adalah

keputihan (Pratiwi, 2012)

WHO menyatakan bahwa 5% remaja didunia terjangkit PMS dengan

(7)

penelitian yang dilakukan dibagian Obgya RSCM, diperoleh data tahun

2005-2010 sebanyak 2% (usia 11-15 tahun), 12 % (usia 16-20 tahun) dari 223 remaja

mengalami keputihan karena tidak mengetahui cara menjaga kebersihan alat

genitalnya (Gay dkk., 2010). Gejala keputihan yang dialami oleh remaja puteri

berumur 15-24 tahun , sesuai dengan data (SKRRI, 2010), dalam 12 bulan

terakhir menunjukkan pada remaja tersebut cukup banyak sekitar 31,8%. Ini

menunjukkan remaja putri mempunyai resiko lebih tinggi terhadap infeksi atau

keputihan patologis, (SKRRI, 2010).

Berdasarkan penelitian Julianti (2010) pada remaja putri SMUN 16

Medan, pengetahuan dan sikap remaja putri tentang keputihan bahwa ditemukan

46,7% tidak mengetahui pengertian keputihan dan distriibusi frekuensi yang

menjawab sikap positif 73,3%, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aprisia

(2013) di SMAN 3 Medan remaja dengan pengetahuan baik tentang keputihan

74,6% dan sikap positif sebanyak 78%. Begitu juga di Indonesia, perilaku sehat

pencegahan keputihan patologis masih perlu diperhatikan. Berdasarkan penelitian

di dusun serba jadi Kecamatan Natur Lampung selatan tentang kebersihan organ

reproduksi dalam mencegah keputihan dari 69 responden, yang memiliki kategori

baik 25,86%, cukup 67,24%, dan kategori kurang 6,8%. Vivi (2011) tentang

gambaran prilaku kebersihan vagina terhadap pencegahan keputihan remaja putri

di SMAN 2 Medan, pengetahuan baik 11,5%, sedang 57,8%, dan cukup 30,7%.

Berdasarkan survey awal pada bulan Febuari 2015 di SMA Sutomo 2 , 10

siswi ada 7 orang yang menyatakan kurang memahami masalah keputihan dan

(8)

kesehatan. Seluruh siswi bersikap malu-malu jika membicarakan tentang

kesehatan reproduksi terutama tentang cara merawat alat reproduksi yang baik,

jika ada masalah keputihan mereka enggan untuk memeriksakan diri kepuskesmas

dan para siswi kurang memperhatikan kebersihan organ genital nya dengan alasan

tertentu. Dari 10 orang remaja, 5 orang remaja ditemukan merasa bingung, belum

mengerti cara membersihkan atau merawat alat kelamin/alat reproduksi, 3 orang

mengatakan sudah mendapat informasi tentang keputihan dan perawatan alat

kelamin baik dari orang tua, maupun buku-buku. Yang lebih memprihatinkan 2

orang masih belum memahami bahaya dari keputihan dan tidak mengerti bahwa

keputihan berlebih bisa menyebabkan kanker.

Dari 10 orang siswi ditemukan juga mengakui masih lebih suka menggunakan

celana dalam ketat dengan alasan tertentu. Masih ada 4 siswi juga ditemukan

mengganti pembalut hanya pagi dan malam hari saja pada saat menttruasi.

Dari uraian di atas, tingkat pengtahuan remaja tentang tentang personal

hygiene genital masih kurang, dan cara menjaga kebersihan organ genital untuk

mencegah keputihan perlu dikaji lebih dalam, untuk itu perlu diadakan suatu

penelitian yang mengkaji tentang masalah tersebut dengan judul hubungan

pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putri dengan pencegahan

keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah pada

(9)

personal higiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di Sma Sutomo 2

Medan.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan sikap personal higiene remaja putri dengan pencegahan

keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui karakteristik remaja putri (umur, kelas, tempat tinggal)

tentang personal hygiene dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2

Medan tahun 2015.

2. Untuk mengetahui pengetahuan personal hygiene remaja putri tentang

pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

3. Untuk mengetahui sikap personal hygiene remaja putri tentang

pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

4. Untuk mengetahui tindakan pencegahan keputihan di SMA sutomo 2

Medan tahun 2015

5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene remaja putri

dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

6. Untuk mengetahui hubungan sikap personal hygiene remaja putri dengan

pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

7. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene remaja putri

(10)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak :

1. Bagi SMA Sutomo 2 Medan

Untuk memberika informasi tentang keputihan khususnya bagaimana menjaga

kebersihan alat genital sehingga tidak terjadi keputihan kepada siswi SMA

Sutomo 2 Medan.

2. Bagi Mahasiswi FKM USU

Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain yang ingin meneliti tentang

hubungan pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putri dengan

pencegahan keputihan.

3. Bagi peneliti

Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera utara dan merupakan pengalaman dalam

Referensi

Dokumen terkait

Genteng dan batu bata sama-sama berbahan dasar tanah liat, selain itu juga berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

1.2 Hal-hal yang diperlukan dalam penilaian dan kondisi yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi ini adalah tempat uji yang mempresentasikan tempat kerja, serta

penelitian dengan judul “ pengaruh pelatihan kerja, pengembangan karir dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di Dinas Cipta Karya Kabupaten Banyumas ”.. 1.2

REM FUNCTION: Running this script will in turn create scripts to build REM FUNCTION: constraints owned in the database. REM FUNCTION: The primary key

Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan antara paritas ibu, LILA, status kunjungan ANC, kadar HB ibu, usia ibu saat hamil, usia kehamilan dengan berat

Hasil jadi tie dye kombinasi pewarnaan dengan airbrush pada kain sifon sutra dan satin sutra, ditinjau dari aspek daya serap warna pencelupan kain sifon sutra memperoleh nilai

Tetapi Tetapi karena karena sudah sudah berjamurnya para pedagang curang yang menggunakan formalin, didukung pula berjamurnya para pedagang curang yang menggunakan

Hasil uji aktivitas antijamur Candida albicans hasil mikroenkapsulasi menunjukkan perbedaan yang spesifik tiap variasi konsentrasi1:8; 1:10 dan 1:12 dengan komposisi