• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN Soil Transmitted Helminth (STH) PADA PEKERJA GENTENG DI DESA KEDAWUNG KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN Soil Transmitted Helminth (STH) PADA PEKERJA GENTENG DI DESA KEDAWUNG KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN Soil Transmitted Helminth (STH) PADA PEKERJA GENTENG DI DESA KEDAWUNG KABUPATEN KEBUMEN JAWA

TENGAH

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk:

Memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Disusun oleh:

MOCHAMMAD TAUFIK MAHAR NIM : G2A 004 113

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA PEKERJA GENTENG DI DESA KEDAWUNG, KABUPATEN KEBUMEN,

JAWA TENGAH

yang disusun oleh: Mochammad Taufik Mahar

NIM. G2A 004 113

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Artikel Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang pada tanggal 26 Agustus 2008 dan telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran yang diberikan.

TIM PENGUJI ARTIKEL.

Penguji Pembimbing,

Dr.dr. Tri Nur Kristina, DMM, M.Kes dr. Hadi Wartomo, SU, Sp. ParK NIP. 131610344 NIP. 13070141

Ketua Penguji,

dr. Ahmad Ismail, M.Si. Med NIP. 132162894

(3)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA

PEKERJA GENTENG DI DESA KEDAWUNG, KABUPATEN KEBUMEN, JAWA TENGAH

Mochammad Taufik M * Hadi Wartomo** ABSTRAK

Latar Belakang : Prevalensi infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) pada pekerja sektor informal di Indonesia masih tinggi karena pengetahuan dan kurangnya kesadaran diri untuk memakai alat pelindung diri, serta sanitasi lingkungan pekerjaan yang buruk.

Tujuan : Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kejadian infeksi kecacingan STH pada pekerja genteng di desa Kedawung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Bahan dan Metode : Penelitian analitik observasional dengan studi analitik cross sectional yang dilakukan pada seluruh pekerja genteng di Desa Kedawung, dari bulan Januari 2008 sampai bulan Maret 2008. Jumlah sampel keseluruhan adalah 40 orang. Data mengenai pengetahuan dan praktek kebersihan diri pekerja diperoleh dengan observasi dan kuesioner. Tinja pekerja dikumpulkan, kemudian diperiksa dengan metode Kato-Katz untuk mengetahui infeksi STH pada pekerja. Hasil : Penelitian menunjukkan bahwa dari 40 pekerja, 22,5% terinfeksi STH, yang terdiri dari 5% terinfeksi Ascaris lumbricoides, dan 17,5% terinfeksi Trichuris trichiura. Berdasarkan uji Kolmogorov- Smirnov didapatkan p = 0,031 (p < 0,05) untuk hubungan antara pengetahuan dengan infeksi STH dengan angka prevalensi sebesar 4,31.

Kesimpulan : Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan infeksi STH pada pekerja genteng di desa Kedawung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Kata kunci : infeksi STH, pengetahuan.

* Mahasiswa FK Undip

(4)

THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND WORMS Soil Transmitted Helminths (STH) INCIDENS IN ROOF TILE WORKERS IN

KEDAWUNG VILLAGE, KEBUMEN REGENCY, CENTRAL JAVA Mochammad Taufik M * Hadi Wartomo**

ABSTRACT

Background : The prevalence of STH infection in informal sector workers in Indonesia is still high due to their lack of knowledge, their limited self awareness to wear safety equipment andtheir bad work environmental sanitation.

Purpose : This research is aimed to know the relationship between the knowledge and the infection incident of worms STH in roof tile workers in Kedawung village, Kebumen Regency, Central Java.

Materials and Method : Observational analytic with sectional cross analytic study was done to all roof tile workers in Kedawungvillage from January 2008 until March 2008. The number of the whole samples is forty people. Data about the knowledge and the workers’ self cleanliness practice were collected with observation and questionnaires. Workers’ feces were collected and then were checked using Kato-Katz method to know the STH infection.

Result : This research showed that among forty workers, 22.5% of them were infected with STH in which 5 % of the infected workers were infected with Ascaris Lumbricoides and 17.5 % were infected with Trichuris Trichiura. By using Kolmogorov-Smirnov test, then it was found p=0,037 (p < 0,05) that the relationship between knowledge and STH infection with number of prevalensi 4,31.

Conclusion : The research showed that there was a meaningful relationship between the knowledge and STH infection in roof tile workers in Kedawung village, Kebumen regency, Central Java.

Keywords : STH infection, knowledge

* A student of Medical Faculty Undip ** Parasitology dept. Of UNDIP

(5)

PPENDAHULUAN

Tahun 2010 merupakan tahun yang ditergetkan untuk mencapai Indonesia Sehat (Indonesia Sehat 2010). Namun, di Indonesia masih banyak penyakit yang menjadi masalah kesehatan, salah satunya adalah kecacingan yang biasanya ditularkan melalui tanah STH (Soil-transmitted helminths). Golongan cacing ini yang menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia adalah Ascaris lumbricoides (A. lumbricoides), Trichuris trichura (T. trichura), dan cacing tambang yaitu: Necator americanus (N. americanus), dan Ancylostoma duodenale (A. duodenale).

Sumber daya manusia yang prima tentu saja menuntut kesehatan secara fisik dan emosional. Selama ini, prevalensi kecacingan STH yang tertinggi terlihat pada anak-anak, khususnya anak Sekolah Dasar (SD) persentase sebesar 9-90% 1.

Walaupun angka prevalensi pada anak-anak, khususnya anak SD besar, tetapi hal ini tidak menutup kenyataan bahwa kecacingan juga bisa diderita oleh orang dewasa 14.

Seorang pekerja dewasa yang menderita kecacingan STH, tentu saja produktivitasnya menurun. Suryodibroto (1994) melaporkan bahwa 46,6% dari pekerja wanita di Jakarta dan sekitarnya ternyata menderita anemia dan 45,6% di antaranya terbukti mengidap cacingan 15.

Lapangan pekerjaan yang sangat erat kaitannya dengan infeksi kecacingan STH salah satunya ialah lapangan pekerjaan yang berhubungan atau menggunakan tanah atau tanah liat sebagai bahan baku utamanya. Mengapa tanah atau tanah liat? Karena tempat yang baik bagi A. lumbricoides dan T. trichiura adalah tanah liat yang lembab dan teduh 8. Suhu optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telur A.

lumbricoides kira-kira 250C 11, sedangkan telur T. Trichiura akan dapat tumbuh

optimum pada suhu 300C. Daerah yang panas, kelembaban tinggi, dan sanitasi yang

(6)

yang tidak langsung. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva S. Stercoralis adalah tanah gembur, berpasir, dan humus. Sedangkan larva cacing tambang memerlukan tanah pasir yang gembur, bercampur humus, dan terlindung dari sinar matahari langsung. Suhu optimum untuk pertumbuhan larva A. duodenale berkisar antara 23-250C, dan untuk N. americanus berkisar antara 28-320C. Selain keadaan tanah dan

iklim yang sesuai, keadaan endemik juga dipengaruhi oleh kontaminasi STH yang dapat hidup di tanah sampai menjadi bentuk infektif dan masuk ke dalam hospes 8.

Selain itu, kurangnya pengetahuan yang menimbulkan kebiasaan tidak memakai alas kaki akan memudahkan terjadinya penularan infeksi STH, terutama untuk penularan STH yang terjadi dengan cara larva filariform menembus kulit manusia 13.

Batu bata merah dan genting merupakan salah satu sektor pekerjaan informal yang menggunakan tanah liat sebagai bahan baku utamanya. Hasyimi (1995) telah melakukan penelitian prevalensi kecacingan pada pekerja pembuatan bata merah di desa Mekar Mukti Cikarang Bekasi Jawa Barat dengan jumlah pekerja yang diperiksa sebanyak 70 orang. Hasil pemeriksaan tinja memperlihatkan 43 tinja (95,5%) positif Ascaris lumbricoides, lima tinja (11,11 %) positif Trichuris trichiura dan empat tinja (8,88%) positif cacing tambang dan dua tinja (4,44%) negatif.

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang memproduksi genteng dengan cara yang masih tradisional dan belum mengenal alat-alat modern. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, pada umumnya penduduk di daerah pedesaan mempunyai pekerjaan yang berhubungan dengan tanah. Mayoritas penduduk yang tinggal di daerah pedesaan bermata pencaharian sebagai pembuat genteng atau petani. Dalam kegiatan pertanian, mereka sudah mengenal mesin-mesin yang bersifat modern, sedangkan pada pembuatan genteng masih dengan cara tradisional dan bersifat home industry.

(7)

Keadaan lingkungan sekitar beberapa tempat pembuatan genteng di Desa Kedawung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah masih buruk. Beberapa diantaranya langsung berbatasan dengan sawah atau rawa-rawa. Sewaktu pekerja membuat genteng, banyak di antara mereka yang tidak menggunakan alat pelindung diri, misalnya sepatu atau alas kaki, sarung tangan, dll. Keadaan yang seperti inilah yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan para pekerja dan memperburuk sanitasi dan higienisitas para pekerjanya.

Genteng dan batu bata sama-sama berbahan dasar tanah liat, selain itu juga berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan kecacingan dengan kejadian infeksi kecacingan STH pada pekerja genteng di desa Kedawung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan studi analitik cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja genteng di desa Kedawung, Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode incidental sampling yang berjumlah 40 orang pekerja genteng. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Januari 2008 hingga bulan Maret 2008. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi pengetahuan sebagai variabel bebas dan kejadian infeksi kecacingan STH (tinja pekerja genteng) sebagai variabel tergantung. Data sekunder berupa gambaran umum kegiatan pekerja genteng di desa Kedawung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mendapatkan data mengenai pengetahuan. Sedangkan untuk data mengetahui infeksi

(8)

STH digunakan alat dan bahan yang dipakai untuk pemeriksaan tinja dengan metode Kato-Katz. Variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kejadian infeksi kecacingan STH.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan diolah dengan bantuan komputer, yaitu dengan program Statistical Packages for Social Science (SPSS) for Windows Realease 13.0.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Frekuensi Infeksi STH

Tabel 1

Hasil Pemeriksaan Tinja pada pekerja genteng di desa Kedawung Hasil Pemeriksaan Tinja Frekuensi Prosentase

Positif 9 22,5 %

Negatif 31 77,5 %

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 1 di atas, di dapatkan pekerja yang terinfeksi STH sebanyak 22,5% dan yang tidak terinfeksi STH sebanyak 77,5%.

Berdasarkan tabel 2, dari 22,5% yang terkena cacingan, sebanyak 5% yang terinfeksi A. lumbricoides, 17,5% T. Trichiura, dan tidak ada yang terinfeksi cacing tambang.

Tabel 2

Distribusi frekuensi pekerja yang terinfeksi berdasarkan jenis infeksi Jenis Infeksi Jumlah Prosentase

A. Lumbricoides 2 5 % T. trichiura Cacing tambang 7 -17,5 % -Jumlah 9 22,5%

(9)

Pemeriksaan tinja dengan metode Kato-Katz merupakan pemeriksaan secara kuantitatif. Tabel 3 menggambarkan intensitas infeksi STH pada Pekerja genteng di desa Kedawung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Berdasarkan klasifikasi klinik menurut rata- rata telur per gram tinja (RTPG). Menghitung dengan RTPG, didapatkan bahwa intensitas infeksi A. lumbricoides termasuk infeksi ringan, karena RTPG berkisar 1-4999, T. Trichiura dan cacing tambang termasuk infeksi ringan karena jumlah RTPG berjumlah sekitar antara 1- 1999.2

Tabel 3

Intensitas infeksi STH berdasarkan klasifikasi klinik menurut jumlah rata- rata telur per gram

Jenis Cacing Mean N Intensitas infeksi

A. Lumbricoides 87,5 2 Ringan T. trichiura Cacing tambang 16,48 -7 0 Ringan Ringan Tabel 4

Hasil pengkategorian pengetahuan tentang kecacingan Pengetahuan Jumlah Prosentase

Kurang (0-6) 7 17,5 % Cukup (7-11) Baik (12-16) 11 22 27,5 % 55 % Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4, pekerja yang termasuk dalam kategori ”kurang” sebanyak 7 orang (17,5%), “cukup” sebanyak 11 orang (27,5%) dan baik sebanyak 22 orang (55%). Sebagian besar pekerja belum mengenal jenis-jenis cacing yang berbahaya bagi kesehatan, tidak mengetahui cara pencegahan dan akibat kecacingan. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pekerja genteng didapat bahwa instansi terkait belum pernah mengadakan sosialisai tentang penyakit cacingan dari

(10)

macam-macam bentuk cacing, jenis- jenis cacing. Namun, pengetahuan mengenai kecacingan, cara pencegahan, akibat dan cara pengobatan kerap kali diabaikan oleh mereka.

2. Hubungan antara pengetahuan dengan kejadian kecacingan STH.

Selanjutnya, dilakukan uji linieritas dan uji hipotesis yang menggunakan program Statistical Packages for Social Science (SPSS) for Windows Realease 13.0 untuk menguji apakah variabel pengetahuan dengan variabel kejadian kecacingan ini berhubungan atau tidak.

• Penghitungan Rasio Prevalensi

pengetahuan baik/buruk * Cacingan Crosstabulation

Cacingan Total positif negatif

pengetahuan Kurang 5 4 9 Cukup baik 4 27 31

Total 9 31 40

Penghitungan dengan rumus seperti dibawah ini untuk mendapatkan besaran rasio prevalensi:

RP

= a /(a+b) = 5 / (5+4) = 5/9 = 4, 305= 4, 31 c / (c+d) 4 / (4+27) 4/31

Berdasarkan hasil penghitungan tersebut, diperoleh rasio prevalensi sebesar 4, 31. Hal ini berarti menunjukkan bahwa pada pekerja genteng yang memiliki pengetahuan kurang kemungkinan akan terinfeksi kecacingan 4,31 lebih besar terhadap pekerja yang memiliki pengetahuan cukup baik.

(11)

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian kecacingan STH pada pekerja genteng di desa Kedawung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

SARAN

Masih tingginya prevalensi kecacingan STH dan kurangnya kesadaran akan rentannya infeksi kecacingan pada pekerja genteng di desa Kedawung memerlukan penanganan yang terpadu. Program pemberian obat cacing yang pernah dilakukan sebelumnya perlu dilanjutkan. Selain itu, perlunya diberikan pemahaman tentang sebab dan akibat penyakit kecacingan, serta menyadarkan para pekerja untuk memakai alat pelindung diri yang dapat mencegah mereka dari kecacingan STH.

Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih ditujukan kepada Allah SWT, dr. Hadi Wartomo S.U Sp.ParK, drg. Ninuk Sumaryati M.Kes, staf laboratorium Parasitologi FK UNDIP, seluruh responden (pekerja genteng di desa Kedawung), orangtua, keluarga, Hani Elvadentia S. S.Psi, teman-teman (Saiful, Mustain, Maman, Ronald) dan semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penyelesaian artikel ilmiah ini.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahmat E.S., Setianingrum S.W. Perbandingan Efektifitas Pengobatan cacingan dengan Piperasin VS Levamisol pada murid SD. Majalah Kedokteran Indonesia 1997; 47: 435-440.

2. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Umum Program nasional Pemberantasan Cacingan di Era Desentralisasi. Jakarta 2004; 9.

3. Sutanto B.V. Aspek Endemiologi infeksi “Soil Transmitted Helminths” di Indonesia. Dalam kumpulan makalah seminar sehari IDI di wilayah Jawa Timur. Surabaya: Laboratorium Parasitologi FK UNAIR, 1998:5-10.

4. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Data Sub Din P2P Dinkes Propinsi Jateng. Semarang 2007.

5. Tjitra E. Soil Transmitted Helminths di Indonesia (dikutip oleh Setiawan NA. In: Soil Transmitted Helminths 1998; 2). Cermin Kedokteran. 1991. 72: 12-15. 6. Zaman, Keong LA, Rukmono B, Oemiyati S, Pribadi W. Buku Penuntun

Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga Bandung: Percetakan Bina Cipta. 1988. 7. Soedarto, Helmintologi Kedokteran. Edisi Pertama. Jakarta: EGC. 1991.

8. Gandahusada S,Ilahude HHD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran, 3rd rev. ed.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2000: 7-34.

9. Wartomo H. Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Penuduk Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Majalah Kedokteran Diponegoro 1987; 22 (1): 29-33.

10. Adam S. Higiene Perseorangan. Edisi Ketiga. Bandung: Bharat Karya Aksara. 1978:9-23.

(13)

11. Brown H.W. Dasar Parasitologi Klinik. Edisi Ketiga. Jakarta: P.T. Gramedia. 1979: 165-222, 507-511.

12. Faust E.C, Russel P.F., Yung R.C. Clinical Parasitology 8th ed. Philadelphia:

Lea & Febiger. 1976.

13. Suhartono, Hendratno S., Satoto, Kartini A. Faktor-faktor Risiko Infeksi Cacing Tambang Pada Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Karanganyar. Majalah Medika Indonesia 1998; 33:129-36.

14. Hasyimi M. Kaitan Pengetahuan, Perilaku, dan Kebiasaan dengan Infeksi Kecacingan pada Pekerja Pembuatan Bata Merah di Desa Mekar Mukti, Cikarang. www.depkes.go.id. 2008.

Referensi