• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.

Partisipasi masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dalam upaya meningkatkan proses belajar masyarakat; mengarahkan masyarakat menuju masyarakat yang bertanggung jawab; mengeliminasi perasaan terasing sebagian masyarakat serta ; menimbulkan dukungan dan penerimaan dari pemerintah (Carter dalam Rustiningsih (2002).

Pada tahun 2008, pemerintah melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan), keberlanjutan pelaksanaan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) tahun 1999. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat..

(2)

Tingkat partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai pada tahapan Sosialisasi hingga tahapan pelaksanaan pada kegiatan pembangunan infrastruktur jalan termasuk masih rendah.

Apabila tingkat partisipasi suatu daerah dikategorikan rendah, maka dengan sendirinya tujuan dan manfaat dari kegiatan partisipasi tersebut tidak akan tercapai secara optimal. Beberapa tujuan dan manfaat partisipasi masyarakat seperti peningkatan proses belajar masyarakat maupun mengarahkan masyarakat menuju masyarakat yang bertanggung jawab adalah bersifat abstrak sehingga tidak mudah untuk diidentifikasi keberhasilan pencapaiannya.

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi.

Karena dengan infrastruktur yang memadai diharapkan suatu daerah akan dapat memperoleh kemajuan yang tentunya sangat terkait dengan ketersedian berbagai fasilitas yang menunjang bagi masyarakat di daerah tersebut. Pembangunan infrastruktur fisik merupakan salah satu yang utama guna memberikan kemudahan akses kepada masyarakat di daerah tersebut ataupun masyarakat dari daerah lain yang ingin ke daerah tersebut.

(3)

memberikan dampak yang sangat positif bagi masyarakat di daerah itu. Ketersediaan infrastruktur jalan yang baik akan mempermudah aktifitas masyarakat baik itu aktifitas ekonomi, sosial, maupun budaya.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai sebagai penanggung jawab dalam hal pembangunan infrastruktur terutama pembangunan infrastruktur jalan harus mampu memberikan pelayanan serta menyediakan infrastruktur jalan yang baik dan memadai demi menunjang kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai tentunya paham betul mengenai pembangunan infrastruktur jalan di wilayah tersebut, dengan keadaan jalan yang masih memerlukan perbaikan di beberapa tempat ini penulis merasa bahwa peran aktif masyarakat serta Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai guna meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan di Kota Tanjung Balai.

Dengan segala permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat di Tanjung Balai. Hal tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai”

1.2 Perumusan Masalah.

(4)

Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian adalah “Bagaimana Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai”

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentu jelas di ketahui sebelumnya, suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menenmukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan itu sendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab rumusan masalah yang telah dikemukaan sebelumnya yakni untuk menganalisis Peningkatan Parsipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastuktur Jalan (Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai).

1.4 Manfaat Penelitian.

Selain dari tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini,ada juga manfaat yang diharapkan:

1. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintahan atau lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadi acuan dalam merencanakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastuktur di Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai

(5)

Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan menggembangkan kemampuan berfikir dan bahan referensi yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi setara-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian ,tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok,sub pokok,sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto,2002:92).

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi yang jelas dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami maslah yang diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian adalah sebagai berikut.

1.5.1 Pengertian Peningkatan Partisipasi Masyarakat I.5.1.1. Pengertian Partisipasi

Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Participation”, take a part, artinya peran serta atau ambil bagian atau kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Partisipasi merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

(6)

mendapatkan tempat di masyarakat. Kata ini dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa pembangunan, kebijakan dan pelayanan pemerintah. Sementara akhiran “tif” menunjukkan kata sifat yaitu untuk menerangkan kata dasarnya, sehingga partisipatif lebih bermakna sebagai kata sifat yang menjelaskan proses (Jakti, 1987).

Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital yang dimiliki seseorang tersebut. Partisipasi hanya mungkin dilakukan seseorang bila ada kapital sosial, yaitu jaringan kerja, aturan-aturan yang jelas dan kepercayaan. Jaringan merupakan lintasan bagi proses berlangsungnya pertukaran, sementara kepercayaan menjadi stimulus agar proses pertukaran tersebut berjalan lancar sementara aturan merupakan jaminan bahwa proses pertukaran itu berlangsung adil atau tidak (Saragi, 2004).

(7)

Berbeda dengan pendapat di atas menurut Koentjaraningrat (dalam Rahmat, 2009:81) partisipasi merupakan frekuensi turut sertanya dalam aktivitas-aktivitas bersama, dan menurut Canboys (2010) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Hal senada juga diungkapkan Ndraha (dalam Rahmat,2009:80) yang mengartikan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional seseorang atau sekolompok masyarakat di dalam situasi kelompok yang mendorong bersangkutan atas kehendak sendiri menurut kemampuan yang akan ada untuk mengambil bagian dalam usaha mencapai tujuan bersama dalam pertanggung jawaban. Dan menurut Isbandi (2007:27) partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan kertelibatan dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. .Dari keempat pengertian partisipasi di atas dapat disimpulkan partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan seseorang atau sekolompok orang dalam memberikan sesuatu dalam bentuk apapun sebagai usaha mencapai tujuan bersama atas kehendak sendiri atau dengan kata lain tanpa adanya dorongan atau paksaan dari pihak manapun.

(8)

I.5.1.2. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat menjadi mengemuka dan penting dalam pelaksanaan pembangunan termasuk didalamnya penataan ruang diantaranyakarena beberapa hal positif yang dikandungnya : (Alastaire White dalam RA. Santoso Sastropoetro, 1998)

a. Dengan partisipasi lebih banyak hasil kerja yang dapat dicapai.

b. Dengan partisipasi pelayanan atau service dapat diberikan dengan biaya yang rendah.

c. Partisipasi memiliki nilai dasar yang sangat berarti untuk peserta, karena menyangkut kepada harga dirinya.

d. Merupakan katalisator untuk pembangunan selanjutnya. e. Mendorong timbulnya rasa tanggungjawab.

f. Menjamin bahwa suatu kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat telah dilibatkan

g. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar. h. Menghimpun dan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang terdapat

didalam masyarakat, sehingga terjadi perpaduan berbagai keahlian. i. Membebaskan orang dari kebergantungan kepada keahlian orang lain. j. Lebih menyadarkan manusia terhadap penyebab dari kemiskinan,

sehingga menimbulkan kesadaran terhadap usaha untuk mengatasinya. Arnstein (dalam Saragi, 2004) menetapkan tipologi yang dikenal dengan delapan anak tangga partisipasi masyarakat, yang menjelaskan peran serta masyarakat di dasarkan pada kekuatan masyarakat, yaitu :

(9)

b. Therapy, berarti telah ada komunikasi tetapi masih bersifat terbatas, inisiatif datang dari pemerintah dan hanya satu arah.

c. Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah mulai banyak terjadi tetapi masih bersifat satu arah.

d. Consulation, berarti komunikasi telah terjadi dua arah.

e. Placation, berarti bahwa komunikasi telah berjalan dengan baik dan sudah ada kesepakatan antara masyarakat dengan pemerintah.

f. Partnership, adalah kondisi dimana pemerintah dan masyarakat mitra sejajar.

g. Delegated power, bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus sendiri keperluannya.

h. Citizen Control bermakna bahwa masyarakat menguasai kebijakan publik dan perumusan, implementasi hingga evaluasi dan kontrol.

Ada tiga bentuk partisipasi, yaitu :

1. Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu interpretasi dominan dari partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai suatu keterlibatan secara sukarela atau bentuk kontribusi lainnya dari masyarakat desa menetapkan sebelumnya program dan proyek pembangunan.

(10)

dibentuk sebagai hasil dari adanya partisipasi. Selanjutnya dalam melaksanakan partisipasi dapat dilakukan melalui beberapa dimensi, yaitu:

1. Sumbangan pikiran (ide atau gagasan) 2. Sumbangan materi (dana, barang dan alat) 3. Sumbangan tenaga (bekerja atau memberi kerja)

4. Memanfaatkan atau melaksanakan pelayanan pembangunan

3. Partisipasi sebagai pemberdayaan, yaitu partisipasi merupakan latihan pemberdayaan bagi masyarakat desa meskipun sulit untuk mendefenisikan akan tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan masyarakat desa untuk ikut terlibat dalam pembangunan.

Menurut Adi Isbandi Rukminto (2003:252), partisipasi masyarakat atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dalam beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap Assesment

Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki. Untuk ini masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan permasalahan yang sedang terjadi yang benar-benar keluar dari pandangan mereka sendiri.

2. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan beberapa cara alternatif program.

(11)

Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan dengan baik agar tidak melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan sehingga tahapan ini dianggap sebagai tahapan yang paling krusial. 4. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi Input, Proses dan Hasil)

Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan pemerintah terhadap program yang sedang berjalan.

Menurut Keith Davis (Reksopoetranto, 1992), kata partisipasi secara etimologis berasal dari bahasa inggris “participation” yang berarti mengambil bagian, participator dimaknai sebagai yang mengambil bagian atau sering disebut dalam bahasa umum sebagai keikutsertaan. Karenanya partisipasi sering dikatakan sebagai peran serta atau keikutsertaan mengambil bagian dalam kegiatan tertentu. Karenanya terdapat keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong partisipan untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggungjawab terhadap usaha mencapai tujuan yang bersangkutan. Hal yang terakhir senada dengan batasan yang diberikan dalam batang tubuh UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 2 ayat 4 huruf d bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Selain kedua pendapat tersebut, terdapat beberapa pendapat lain tentang definisi pastisipasi :

a. Keterlibatan orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari pemerintah atau kepentingan eksternal (Sumarto, 2003).

(12)

memiliki dan tanggungjawab pada program yang dilakukan (Handayani, 2006).

c. Keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan ataupun kegiatan (Wardoyo, 1992).

d. Keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan (Rahardjo, 1985).

e. Aksi dari kepercayaan akan pembangunan. Karena pastisipasi mempunyai nilai intrinsik kebaikan dan berfokus pada pencarian cara untuk menyelesaikan masalah (Cooke and Kothari, 2002).

f. Seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya atau egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja (Alport dalam Reksopoetranto, 1992).

Karenanya dalam beberapa definisi tersebut terdapat beberapa kata kunci tentang definisi pastisipasi :

a. Keikutsertaan b. Secara sukarela

c. Keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasan d. Berbentuk pernyataan ataupun kegiatan nyata e. Media penumbuhan kohesifitas

f. Akomodasi kepentingan bersama

I.5.1.3. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat

(13)

1. Menurut Vaneklasen dan Miller membagi pastisipasi atas (Handayani, 2006):

a. Partisipasi Simbolis

Masyarakat duduk dalam lembaga resmi tanpa melalui proses pemilihan dan tidak mempunyai kekuasaan yang sesungguhnya. b. Partisipasi Pasif

Masyarakat diberi informasi atas apa yang sudah diputuskan dan apa yang sudah terjadi. Pengambil keputusan menyampaikan informasi tetapi tidak mendengarkan tanggapan dari masyarakat sehingga informasi hanya berjalan satu arah.

c. Partisipasi Konsultatif

Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab beberapa pertanyaan. Hasil jawaban dianalisis pihak luar untuk identifikasi masalah dan cara pengatasan masalah tanpa memasukkan pandangan masyarakat.

d. Partisipasi dengan Insentif Material

Masyarakat menyumbangkan tenaganya untuk mendapatkan makanan, uang, atau imbalan lainnya. Masyarakat menyediakan sumber daya, namun tidak terlibat dalam pengambilan keputusan sehingga mereka tidak memiliki keterikatan untuk meneruskan partisipasinya ketika masa pemberian insentif selesai.

e. Partisipasi Fungsional

(14)

f. Partisipasi Interaktif

Masyarakat berpatisipasi dalam mengembangkan dan menganalisa rencana kerja. Partisipasi dilihat sebagai hak, bukan hanya sebagai alat mencapai tujuan, prosesnya melibatkan metodologi dalam mencari perspektif yang berbeda dan serta menggunakan proses belajar yang terstruktur. Karena masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan maka mereka akan mempunyai keterikatan untuk mempertahankan tujuan dan institusi lokal yang ada di masyarakat juga menjadi kuat.

g. Pengorganisasian Diri

Masyarakat berpartisipasi dengan merencanakan aksi secara mandiri. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga eksternal untuk sumber daya dan saran-saran teknis yang dibutuhkan, tetapi kontrol bagaimana sumber daya tersebut digunakan berada di tangan masyarakat sepenuhnya.

Secara ideal partisipasi semestinya berwujud partisipasi interaktif ataupun pengorganisasian diri, tetapi tentunya hal tersebut menuntut kapabilitas sumber daya manusia yang optimal. Di negara dunia ketiga yang umumnya berpemerintahan totaliter menggunakan model partisipasi simbolis, pasif ataupun konsultatif.

(15)

Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambil bagian dalam kegiatan bersama.

2. Menurut Soetrisno (1995:221), secara umum ada 2 (dua) jenis definisi partisipasi yang beredar di masyarakat, yaitu:

a. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan masyarakat terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuan oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam defenisi ini pun diukur dengan kemauan masyarakat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan pembangunan.

(16)

1.5.1.4. Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan berbagai persoalan. Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan (level of involvement) masyarakat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi permasalahan yang lebih baik dalam suatu komunitas dengan membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk ikut memberikan kontribusi sehingga implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efesien, dan berkelanjutan.

Arnstein (1969) menjelaskan partisipasi sebagai arti di mana warga negara dapat mempengaruhi perubahan sosial penting, yang dapat membuat mereka berbagi manfaat dari masyarakat atas. Dia mencirikan delapan anak tangga yang meliputi: manipulasi, terapi, memberi tahu, konsultasi, penentraman, kerjasama, pelimpahan kekuasaan, dan kontrol

warga negara.

Menurut Marisa B. Guaraldo Chougil tangga partisipasi masyarakat di negara-negara yang kurang berkembang (underdeveloped), dapat dibagi menjadi 8 tingkatan yaitu :

a. Pemberdayaan (Empowerment) b. Kemitraan (Partnership) c. Mendamaikan (Conciliation)

d. Dissimulasi/Pura-pura (Dissimulation) e. Diplomasi (Diplomation)

(17)

h. Management Diri Sendiri (Self Management).

Dalam penelitian ini akan dipergunakan 5 (lima) bentuk partisipasi. Bentuk partisipasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah disesuaikan dengan bentuk kegiatan partisipasi yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur. Lima bentuk partisipasi tersebut adalah prakarsa/inisiatif, pembiayaan, pengambilan keputusan, mobilisasi tenaga dan pelaksanaan

operasional pembangunan.

1.5.1.5. Hambatan & Kendala Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Kok dan Elderbloem dalam Nampila (2005) dalam Rustiningsih (2002) serta Hana (2003) menguraikan ada beberapa kendala dalam mewujudkan pembangunan partisipatif, yaitu :Hambatan struktural yang membuat iklim atau lingkungan menjadi kurang kondusif untuk terjadinya partisipasi, Hambatan internal masyarakat sendiri, Hambatan karena kurang terkuasainya metode dan teknik partisipasi. Apabila tidak ada kesepakatan masyarakat terhadap kebutuhan dalam cara mewujudkan kebutuhan tersebut, serta apabila kebutuhan tesebut tidak langsung mempengaruhi kebutuhan mendasar anggota masyarakat.

1.5.1.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Korten, 1983 dalam Setiawan, (2005) menyebutkan terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Faktor-faktor

tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kategori yakni faktor internal dan faktor

(18)

berpengaruh dalam program partisipasi masyarakat. Sedangkan faktor eksternal

adalah faktor yang berasal dari luar komunitas, dan ini akan meliputi dua aspek.

menyangkut system social politik makro dimana komunitas tersebut berada.

I.5.2. Defenisi Pembangunan

Definisi pembangunan melalui serangkaian pemikiran telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pemba-ngunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

(19)

kata lain dapat dikatakan “development is not a static concept, it is continously changing” dalam Khairuddin (2000: 23)

Dalam RP. Mirza menyatakan “Development is basically a human enter prise and therefore it requires the combined efforts of all systems of knowledge, be they physical, biological, social or human to comprehend and articulate it”. (Pembangunan pada dasarnya adalah usaha manusia dan untuk memahami pembangunan tersebut dibutuhkan usaha-usaha yang terpadu dari seluruh sistem pengetahuan, baik fisik, biologi, sosial maupun tentang manusia). Pembangunan adalah usaha yang tidak dilakukan tanpa melibatkan potensi yang ada dilingkungan, Khairuddin (2000: 23).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

(20)

dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).

Dengan demikian berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Parsudi Suparlan dalam tulisannnya tentang Antropologi Pembangunan, yang mana tulisan tersebut sebagai penghormatan kepada Koentjaraningrat (1997), mendefinisikan pembangunan sebagai serangkaian upaya yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah, badan-badan atau lembaga-lembaga internasional, nasional atau lokal yang terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau proyek, yang secara terencana mengubah cara-cara hidup atau kebudayaan dari sesuatu masyarakat sehingga warga masyarakat tersebut dapat hidup lebih baik atau lebih sejahtera daripada sebelum adanya pembangunan tersebut.

(21)

program - program yang sudah ditentukan secara politik oleh para pengambil kebijakan (hhtp://www.pustakabersama.net/buku.php).

Sedangkan menurut Inayatullah, 1967, pembangunan ialah perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri.

Rogers dan Shoemaker (1971) mengatakan bahwa pembangunan ialah suatu jenis perubahan social dimana ide – ide baru diperkenalkan kepada suatu system social untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan organisasi social yang lebih baik.

Kleinjans (1975) mengatakan bahwa pembangunan merupakan pencapaian pengetahuan dan keterampilan baru yang pada akhirnya bukan soal teknologi atau GNP, tumbuhnya suatu kesadaran baru, perluasan wawasan manusia, meningkatnya semangat kemanusiaan dan suntikan kepercayaan diri.

Rogers 1983 mendefinisikan pembangunan adalah suatu proses perubahan social dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan social dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) oleh mayoritas rakyat melalui control yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.

(22)

gaya hidup masyarakat. Dan semua itu tidak lepas dari yang namanya proses perluasan, proses peningkatan, baik itu untuk kepentingan masyarakat maupun diri sendiri (hal ini seperti yang dikatakan oleh Rogers).

Tujuan pembangunan di negara manapun, pasti bertujuan untuk kebaikan masyarakatnya. Meskipun istilah yang digunakan beragam, tepai hakikatnya sama, yakni kesejahteraan masyarakat. Sedangkan tujuan itu sendiri memberikan arah yang hendak dicapai. Tidak ada satupun tujuan yang benar-benar merupakan tujuan akhir dalam arti sesungguhnya. Seperti yang diungkapkan Afifuddin (2012: 47) “pada umumnya, komponen-komponen dari cita-cita akhir dari negara-negara modern di dunia, baik yang sudah maju maupun yang sedang berkembang, adalah hal-hal yang pada hakikatnya bersifat relatif dan sukar membayangkan tercapainya ‘titik jenuh yang absolut’ yang setelah tercapai tidak mungkin ditingkatkan lagi seperti:

a. Keadilan sosial;

b. Kemakmuran yang merata; c. Perlakuan sama dimata hukum;

d. Kesejahteraan material; mental; dan spritiual; e. Kebahagiaan untuk semua;

f. Ketentraman; dan g. Keamanan.”

1.5.2.1. Pembangunan Fisik

(23)

mereka terhadap pembangunan itu sendiri. Secara sederhana, sesungguhnya dapat dikatakan apapun pendekatan pembangunan yang dilakukan hasilnya untuk meningkatkan kebutuhan dasar manusia, semua hasil yang ingin dicapai dalam pembangunan terutama pembangunan fisik adalah untuk meningkatkan kesejahteraan (Khairuddin. 2000: 38). Peningkatan kesejahteraan ini tidak lain adalah peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Menurut hendra Esmara dan Tjokroamidjojo membagi kebutuhan dasar manusia menjadi dua kategori sebagai berikut:

1. Kebutuhan dasar keluarga atau individu, seperti: pangan, perumahan, sandang, dan beberapa peralatan rumah tangga.

2. Kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, seperti air minum, sanitasi, pengangkutan umum dan kesehatan, fasilitas – fasilitas pendidikan dan kebudayaan.

Menurut Mashoed (2004: 12-13) salah satu program pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan perbaikan fisik lingkungan (prasarana) pemukiman kampung, meliputi antara lain perbaikan jalan lingkungan, saluran, fasilitas persampahan, dan MCK umum.

(24)

terselenggaranaya kemudahan dalam melakukan aktivitas bagi masyarakat dan cenderung bersifat tidak statis.

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung disebutkan pada Bab I ayat 1 bahwa Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus. Sedangkan pada ayat 13 dijelaskan bahwa prasarana dan sarana bangunan gedung adalah fasilitas kelengkapan di dalam dan di luar bangunan gedung yang mendudkung pemenuhan terselenggaranaya fungsi bangunan gedung. Gedung adalah salah satu fasilitas yang bersifat fisik demi menunjang aktivitas masyarakat agar kesejahteraannya meningkat

I.5.3. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Ginanjar Kartasasmita, 1994).

(25)

Secara sederhana pembangunan sering diartikan suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut.

Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas maka pembangunan dapat diartikan suatu perubahan. Mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan (Siagian, 1991).

Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/ aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.

Dari kajian literatur tentang partisipasi masyarakat di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa konsep partisipasi di interpretasikan secara luas, seperti yang disampaikan Cohen dan Uphoff (1997), bahwa:

(26)

mengimplementasikan program, serta menikmati keuntungan-keuntungan dari program terseut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu proses aktif, dimana rakyat dari suatu komuniti mengambil inisiatif dan menyatakan dengan tegas otonomi mereka”.

Menurut FAO seperti yang dikutip Mikkelsen (1999 : 64), berbagai penafsiran yang berbeda dan sangat beragam mengenai arti kata tentang partisipasi yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

3. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh imformasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial.

4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

(27)

perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi dalam masyarakat”

1.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995:33)

Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan yaitu:

1. Peningkatan Partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

2. Partisipasi Masyarakat adalah Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan berbagai persoalan.

(28)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian iniadalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penlitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi, misi, dan sktruktur organisasi serta hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

(29)

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

buku berakhir sampai dengan batas waktu penyampaian laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud wajib menyampaikan laporan

Menyajikan hasil klasifikasi peralatan dan bahan yang digunakan dalam perakitan

Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau kekuatannya terhadap beban yang akan diangkatnya harus melalui tahapan- tahapan

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Sofyan Rahma Hanafi, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial melalui

Sehubungan dengan berakhirnya masa sanggah, hari Senin tanggal Dua Puluh Tujuh Bulan Juni Tahun Dua. Ribu Enam Belas pukul 16.00 WIB, maka dengan ini disimpulkan untuk pekerjaan

Berdasarkan hasil observasi perkembangan bahasa anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Cekel Karangturi Gondangrejo Karanganyar belum berkembang secara baik,

That’s just not something I needed to know.” And I definitely didn’t want to know about her hookups.. Blakely walked up to me and whispered, “I’ve made him whimper like a baby as

Pada dasarnya Miller Cycle hampir sama dengan prinsip Siklus Atkinson, yaitu dengan mengatur timing valve lebih lama terbuka pada saat terjadinya proses kompresi,