Jurnal Medika Veterinaria Mubarak Assady, dkk P-ISSN : 0853-1943; E-ISSN : 2503-1600
109
PREVALENSI DIROFILARIASIS PADA ANJING LOKAL (
Canis
domestica
)
DI KECAMATAN LHOKNGA ACEH BESAR
SECARA PATOLOGI ANATOMIS
Prevalence of Dirofilariasis on Local Dogs (Canis domestica) in Lhoknga Aceh Besar Using
Phatological Anatomy Method
Mubarak Assady1*, Nazaruddin2, Dwinna Aliza2, Hamdani2, Siti Aisyah2, dan Rosmaidar3
1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2
Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 3
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh *Corresponding author: mubarak_ayak@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi Dirofilaria immitis pada anjing lokal di Kecamatan Lhoknga Aceh Besar. Dalam penelitian ini digunakan 30 ekor anjing lokal yang diperoleh dari lima desa di Kecamatan Lhoknga Aceh Besar. Anjing lokal diinjeksi secara intravena dengan menggunakan fenobarbital 2-3 mg/kg bobot badan, selanjutnya dilakukan nekropsi untuk melihat kehadiran cacing jantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga ekor positif dirofilariasis; dua ekor anjing berasal dariGampongNusa dan satu ekor dariGampongLampaya. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa prevalensi dirofilariasis pada anjing lokal dikecamatan Lhoknga Aceh Besar adalah 10%.
____________________________________________________________________________________________________________________ Kata kunci: prevalensi, Dirofilaria immitis, anjing, nekropsi
ABSTRACT
The aim of this research was to find out the prevalence of Dirofilaria immitis on local dog in Lhoknga Aceh Besar. This study used 30 local dogs collected from 5 villages in Lhoknga Aceh Besar. Dogs were injected intravenous with phenobarbital at dose of 2-3 mg/kg body weight, then necropsied to find out Dirofilaria immitis in dog heart. The result showed that 3 out of 30 dogs were positive dirofilariasis, two dogs from Nusa village and one dog from Lampaya village. In conclusion, the prevalence of dirofilariasis on local dogs in Lhoknga Aceh Besar is 10%.
____________________________________________________________________________________________________________________
Key words: prevalence, Dirofilaria immitis, dogs, necropsy
PENDAHULUAN
Anjing merupakan jenis hewan yang didomestikasi sebagai hewan kesayangan dan membantu manusia untuk melaksanakan berbagai pekerjaan seperti penjaga, pelacak, atau penggembala ternak (Dharmojono, 2003). Tingkat kedekatan yang sangat tinggi dengan manusia memungkinkan penularan berbagai penyakit parasit yang dibawa oleh anjing kepada manusia. Salah satu penyakit parasitik yang berbahaya bagi anjing dan juga manusia adalah dirofilariasis atau dikenal dengan sebutan penyakit jantung anjing (Levine, 1990).
Dirofilaria immitis (D. immitis) adalah golongan parasit nematoda filaria dan merupakan salah satu parasit yang berbahaya bagi anjing, kucing, dan mamalia lainnya. Larva infektif yang ditularkan oleh nyamuk dan cacing dewasa berpredileksi dalam jantung terutama ventrikel kanan dan arteri pulmonalis pada host definitifnya (Reinecke, 1983). Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian telah diketahui bahwa nyamuk dari genus Aedes aegypti, Aedes albopictus, Anopheles subalbatus, dan Culex quinquefasciatus dapat menjadi vektor D. immitis (Karmil, 2002).
Keberadaan D. immitis dalam jantung secara patologis menyebabkan hipertensi pulmonari dan kongesti jantung. Cacing ini termasuk kelas nematoda, famili filariidae, dan genus Dirofilaria. Dengan bentuk tubuh langsing, berwarna putih, dan siklus hidupnya tidak langsung dengan nyamuk sebagai vektor.
Penyebaran terutama pada daerah beriklim sedang dan tropis (Adam, 2001). Di Indonesia, cacing ini sering ditemukan pada anjing dan kucing (Karmil, 2002).
Jurnal Medika Veterinaria Vol. 10 No. 2, Mei 2016
110
berbagai kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian tentang gambaran penyebaran dan prevalensi dirofilariasis pada kabupaten/kota diProvinsi Aceh.
MATERI DAN METODE
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 ekor anjing lokal (Canis dometica) yang berasal dari lima desa/gampong di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Desa/gampong tersebut meliputi Gampong Kueh, Lamgaboh, Mon Ikeun, Lampaya, dan Nusa.
Anjing lokal liar ditangkap dan kemudian diinjeksi secara intravena dengan menggunakan fenobarbital 2-3 mg/kg bobot badan kemudian dibawa ke Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh untuk dinekropsi. Pengambilan terhadap spesimen cacing D. immitis pada jantung anjing dilakukan dengan cara mengambil langsung cacing yang terdapat pada jantung anjing selanjutnya dilakukan pengamatan makroskopis.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif berdasarkan prevalensi infeksi dirofilariasis pada anjing lokal denganrumus sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan secara patologi anatomis terhadap 30 ekor anjing jantan yang hidup liar di lima desa di
Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar
menunjukkan bahwa tiga ekor anjing positif terinfeksi D. immitis (Gambar 1). Berdasarkan hasil tersebut maka prevalensi dirofilariasis pada anjing lokal di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar sebesar 10%. Presentase and prevalensi dilofilariasis pada anjing lokal di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar disajikan pada Tabel 1.
Tabel. Presentase dilofilariasis pada anjing lokal (Canis
domestica) di Kecamatan Lhoknga kabupaten Aceh Besar
No Gampong Jumlah anjing (ekor)
Hasil tersebut berdasarkan temuan cacing dewasa D. immitis di dalam jantung pada anjing yang dinekropsi. Predileksi cacing ditemukan dalam atrium kanan, ventrikel kanan jantung, vena cava, aorta, dan arteri pulmonalis. Keberadaan cacing tersebut dalam ventrikel kanan menyebabkan dilatasi, endokarditis, dan hipertropi.
Gambar 1. Cacing Dirofilaria immitis dalam ventrikel kanan jantung anjing lokal (yang ditunjuk anak panah)
Gambaran patologis organ jantung tersebut sama seperti yang dijelaskan Ray (2000) pada anjing berumur lima tahun yang terinfeksi D. immitis yakni ruang peritonium terdapat cairan kental berwarna hijau keruh, dalam atrium kanan dan ventrikel kanan penuh dengan cacing dewasa, beberapa cacing ditemukan dalam aorta dan vena cava. Soulsby (1982) memberikan gambaran patologis pada anjing yang terinfeksi D. immitis yang dimulai dengan dilatasi dan endokarditis jantung kanan, yang diikuti dengan hipertropi kompensatoar. Cacing dewasa kebanyakan dijumpai pada atrium kanan, ventrikel kanan, dan arteri pulmonalis. Pada arteri pulmonalis terjadi endarteritis yang mengakibatkan arteriosklerosis, penebalan endotel, dan perdarahan focal pada intima.
Hasil penelitian ini ternyata berbeda bila dibandingkan dengan berbagai hasil penelitian dari beberapa peneliti sebelumnya. Menurut Fitriawati (2009), infeksi cacing jantung pada anjing di beberapa wilayah pulau Jawa dan Bali menunjukkan prevalensi yang berbeda. Prevalensi dirofilariasis pada anjing di wilayah Jawa Barat (4,2%) dan terendah di wilayah Jawa Tengah (2%). Karmil (2002) melaporkan dari lokasi yang sama di Jawa Barat (Kabupaten Bogor) dan Bali (Denpasar, Gianyar Karangasem, Badung, dan Klungkung) yaitu 5,1%. Ditambahkan oleh Rajulani (2013), dari hasil investigasi keberadaan cacing jantung pada anjing di Kota Gorontalo sebesar 3%. Berdasarkan berbagai hasil penelitian di atas maka dapat dikatakan prevalensi dirofilariasis pada anjing lokal di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar lebih tinggi.
Jurnal Medika Veterinaria Mubarak Assady, dkk
111 Penjelasan di atas relevan dengan kondisi lokasi
penelitian di Kecamatan Lhoknga. Umumnya anjing berkeliaran hidup bebas dan diduga tanpa pemilik. Kondisi ini memudahkan terjadinya kontak langsung antara nyamuk sebagai host intermediate dan anjing sebagai host definitif terhadap penyebaran dan penularan D. immitis di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menyimpulan bahwa prevalensi dirofilariasis pada anjing lokal di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar sebesar 10%.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, R.H. 2001. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. 8th
ed. Iowa State Press, America.
Dharmojono. 2003. Anjing Permasalahan dan Pemecahan. Penebar Swadaya,Jakarta.
Fitriawati. 2009. Infeksi Cacing Jantung pada Anjing di Beberapa
Wilayah Pulau Jawa dan Bali: Faktor Risiko Terkait dengan Manajemen Kesehatan Anjing. Skripsi. Fakultas Kedokteran HewanInstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Karmil, T.F. 2002. Studi Biologis dan Potensi Vektor Alami
Dirofilariaimmitis sebagai Landasan PenyiapanBahan Hayati. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Petanian Bogor. Bogor. Levine, N.D. 1990. Parasitologi Veteriner. (Diterjemahkan
Soekardono). Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta. Lok, J.B. and D.H. Knight. 2001. Activity of an injectable,
sustained-release formulation of moxidectin administered prophylactically to mixed-breed dogs to prevent infection with Dirofilaria immitis. Am. J. Vet.Res. 62:1721-1726.
McCall, J. 2005. The safety-net story about macrocyclic lactone heartworm preventives: A review. An update, and recommendations. VeterinaryParasitology. 133(2-3):197-206. Rajulani, R. 2013. Investigasi Keberadaan Cacing Jantung (Dirofilaria
immitis) pada Anjing (Canis familiaris) di Tempat Pemotongan Anjing di Kota Gorontalo. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Ray, D. 2000. Dirofilariasis in Dogs and Cats. In Textbook of
Veterinary Internal Medicine. Ettinger, S.J. and E.C. Feldman (Eds.). 5th ed. W.B. Saunders, Philadelphia.
Reinecke, R.K. 1983. Veterrinary Helminthology. Butterworths, Durban.