• Tidak ada hasil yang ditemukan

S GEO 1402773 Chapter 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S GEO 1402773 Chapter 3"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. “Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data yang

pokok” (Singarimbun dan Effendi, 2001, hlm. 3). Sedangkan menurut Riduwan (2010, hlm. 49) “penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,

distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.” Penentuan metode penelitian survei didasarkan pada tujuan penelitian yang bermaksud untuk mencari pengaruh lingkungan sekolah terhadap kecerdasan spasial peserta didik. Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data dari suatu populasi dengan memilih sampel. Hasil pengambilan data dari sampel akan digeneralisasi untuk seluruh populasi. Secara teknis, penelitian ini menggunakan angket dan instrumen lainnya untuk mengukur variabel penelitian kepada para responden. Ada beberapa pertimbangan yang menjadi dasar pemilihan metode survei dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut (1) penelitian ini membutuhkan pengukuran terhadap populasi yang besar, sedangkan peneliti tidak mampu melakukan penelitian terhadap seluruh populasi; (2) metode survei dapat mengakomodasi keberagaman data/informasi dari setiap sampel melalui penggunaan angket; (3) kesimpulan yang diperoleh dari analisis data sampel dapat digeneralisasikan pada seluruh populasi.

B. Lokasi Penelitian

(2)

sekolah menengah atas negeri di Kota pada tabel 3.1 dan sekolah menengah atas negeri di Kabupaten Bandung pada tabel 3.2.

Tabel 3.1. Daftar SMA Negeri di Kota Bandung

NO NAMA SEKOLAH ALAMAT

1. SMA Negeri 1 Bandung Jl. Ir. H. Juanda No. 93 Telp: 022-2503948 2. SMA Negeri 2 Bandung Jl. Cihampelas No. 173 Telp: 022-2032462 3. SMA Negeri 3 Bandung Jl. Belitung No. 8 Bandung Telp: 022-4235154 4. SMA Negeri 4 Bandung Jl. Gardu Jati No. 20 Telp: 022-4203861 5. SMA Negeri 5 Bandung Jl. Belitung No. 8 Telp: 022-4206921 6. SMA Negeri 6 Bandung Jl. Pasirkaliki No. 51 Telp: 022-6011309 7. SMA Negeri 7 Bandung Jl. Lengkong Kecil No. 53 Telp: 022-4239947 8. SMA Negeri 8 Bandung Jl. Solontongan No.3 Telp: 022-7304542 9. SMA Negeri 9 Bandung Jl. Suparmin No 1A Telp: 022-6123806

10. SMA Negeri 10 Bandung Jl. Cikutra No. 77 Bandung Telp: 022-7273109 11. SMA Negeri 11 Bandung Jl. Kembar Baru No. 23 Telp: 022-5201102 12. SMA Negeri 12 Bandung Jl. Sekejati Kiaracodong Telp: 022-7310256 13. SMA Negeri 13 Bandung Jl. Raya Cibeureum No. 52 Telp: 022-6011186 14. SMA Negeri 14 Bandung Jl. Yudhawastu Pramuka IV Telp: 022-7202744 15. SMA Negeri 15 Bandung Jl. Sarimanis I Sarijadi Telp: 022-2011975

16. SMA Negeri 16 Bandung Jl. Mekarsari No. 81 Kiaracondong Telp: 022-7102122 17. SMA Negeri 17 Bandung Jl. Caringin Bakan Ciparay Telp: 022-6078486

18. SMA Negeri 18 Bandung Jl. Madesa No. 18 Situ Gunting Telp: 022-6013514 19. SMA Negeri 19 Bandung Jl. Ir.H. Juanda Dago Pojok Telp: 022-2502465 20. SMA Negeri 20 Bandung Jl. Citarum No.23 Telp: 022-4205268

21. SMA Negeri 21 Bandung Jl. Rancasawo – Manjahlega Telp: 022-7565909 22. SMA Negeri 22 Bandung Jl. Rajamantri Kulon No. 17A Telp: 022-7302769 23. SMA Negeri 23 Bandung Jl. Malangbong Raya Antapani Telp: 022-7270750 24. SMA Negeri 24 Bandung Jl. A.H. Nasution Telp: 022-7800196

25. SMA Negeri 25 Bandung Jl. Baturaden VIII No. 21 Ciwastra Telp: 022-7560119 26. SMA Negeri 26 Bandung Jl. Sukaluyu No. 26 Cibiru Telp: 022-7806897 27. SMA Negeri 27 Bandung Jl. Cimencrang Gedebage

Sumber: http://ppid.bandung.go.id

Tabel 3.2. Daftar SMA Negeri di Kabupaten Bandung

NO NAMA SEKOLAH ALAMAT

1. SMAN 1 Baleendah Jl. RAA Wiranatakusumah No. 30 Baleendah 2. SMAN 1 Banjaran Jl. Ciapus No. 7 Banjaran

3. SMAN 1 Bojongsoang Jl. Sapan Gudang No. 52 Desa Tegalluar Bojongsoang 4. SMAN 1 Cicalengka Jl. H. Darham No.42 Cicalengka

5. SMAN 1 Cikancung Jl. Jaya Dikarta No. 57 Cihanyir Cikancung 6. SMAN 1 Cileunyi Desa Cibiru Wetan Cileunyi

7. SMAN 1 Ciparay Jl. Raya Pacet Ciparay No.188 8. SMAN 1 Ciwidey Jl. Babakan Tiga 125, Ciwidey

9. SMAN 1 Dayeuhkolot Jl. Sukapura Dayeuhkolot Kab. Bandung 10. SMAN 1 Katapang Jl. Kiaraeunyeuh Ds. Banyusari Kec.Katapang 11. SMAN 1 Kertasari Jl. Raya Pacet Km.15,5 Desa Sukapura Kec.Kertasari 12. SMAN 1 Majalaya Jl. Panyadap No. 2 Kec. Solokanjeruk Majalaya 13. SMAN 2 Majalaya Jl. Raya Wangisagara Kec. Majalaya

14. SMAN 1 Margaasih Jl. Taman Kopo Indah III Mekarahayu Margaasih 15. SMAN 1 Margahayu Jl. KH. Wahid Hasyim No. 387 Margahayu 16. SMAN 1 Nagreg Jl. Raya Nagreg Km.38 Gamblung

(3)

19. SMAN 1 Soreang Jl. Raya Soreang - Banjaran Km. 3

Sumber: Disdikbud Kabupaten Bandung, 2016

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002:61). Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik sekolah menengah atas negeri di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Dua wilayah ini dipilih menjadi subjek penelitian karena kondisi wilayahnya yang representatif terhadap masalah penelitian yang diajukan. Di wilayah ini dapat dijadikan perwakilan kondisi sekolah desa dan kota sehingga memudahkan dalam proses penelitian.

“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto, 2006, hlm. 174). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua teknik, yaitu stratified random sampling dan accidental sampling. Stratified random sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan membagi

populasi penelitian berdasarkan kategori tertentu, kemudian setiap kategori ditentukan sampelnya secara acak. Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel SMA negeri yang berada di Kota dan Kabupaten Bandung. Accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel secara kebetulan yang dipilih berdasarkan kondisi lapangan pada saat penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel peserta didik di setiap sampel sekolah. Untuk gambaran yang lebih jelas mengenai penggunaan teknik sampling, dapat dilihat pada tabel 3.3.

Pada stratified random sampling, pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengelompokkan SMA negeri di Kota dan Kabupaten Bandung berdasarkan passing grade sekolah dari tahun 2012-2014. Hasil dari pengelompokan tersebut

(4)

Tabel 3.3. Teknik Sampling dalam Penelitian

NO POPULASI TEKNIK SAMPLING DESKRIPSI

1. SMA Negeri 2. Peserta didik Accidental Sampling Responden ditentukan

berdasarkan izin sekolah

Tabel 3.4. Data Passing Grade SMA Negeri di Kota Bandung Tahun 2012 - 2014

NO NAMA SEKOLAH PASSING GRADE

(5)

Tabel 3.5. Data Passing Grade SMA Negeri di Kabupaten Bandung Tahun 2012 - 2014

NO NAMA SEKOLAH PASSING GRADE

RATA-RATA

Setelah mengetahui rata-rata nilai passing grade setiap sekolah, maka sekolah tersebut dapat diurutkan dari rata-rata tertinggi hingga terendah. Kemudian sekolah akan dikelompokkan menjadi tiga kelompok dengan asumsi setiap kelompok bersifat homogen sehingga sampel dari setiap kelompok akan diambil secara acak. Berikut ini disajikan hasil sampling pada tabel 3.6 dan tabel 3.7.

Tabel 3.6. Penentuan Sampel Sekolah di Kota Bandung

(6)

NO NAMA SEKOLAH RATA-RATA

Tabel 3.7. Penentuan Sampel Sekolah di Kabupaten Bandung

NO NAMA SEKOLAH RATA-RATA PASSING GRADE

Untuk menjelaskan asumsi-asumsi yang ada dalam penelitian, maka dibuat definisi operasional yang menjelaskan variabel-variabel yang terlibat.

1. Lingkungan sekolah

(7)

tidak bias, maka aspek lingkungan sekolah yang diteliti akan dibatasi pada unsur yang berkaitan erat dengan kecerdasan spasial. Ada empat unsur yang akan menjadi indikator lingkungan sekolah, yaitu (1) program sekolah dibatasi pada aturan sekolah; (2) sarana dan prasarana sekolah dibatasi pada ketersediaan media visual berupa gambar, rambu-rambu, peta, dan lain sebagainya; (3) proses pembelajaran dibatasi pada penggunaan media pembelajaran; (4) budaya sekolah dibatasi pada perilaku warga sekolah. 2. Peserta didik adalah peserta didik yang terdaftar di SMA negeri seluruh Kota

dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Peserta didik ini meliputi kelas X, XI dan XII jurusan ilmu-ilmu alam (IIA) dan ilmu-ilmu sosial (IIS).

3. Student’s affordance adalah interpretasi peserta didik terhadap lingkungan di sekitarnya sebagai kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Peserta didik yang memiliki affordance tinggi mampu memikirkan banyak hal terhadap satu objek atau satu tempat di lingkungan. Tentu kemungkinan tindakan tersebut harus dilandasi oleh pengetahuan dan pengalaman sehingga peserta didik benar-benar tahu apa yang harus dilakukan.

4. Geo-literacy adalah terminologi yang diadopsi oleh National Geographic untuk menjelaskan cara seseorang untuk memahami sistem bumi berjalan dalam konteks masyarakat modern. Geo-literacy merupakan kemampuan nalar untuk menggambarkan sistem bumi dan interkoneksi sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas dalam pengambilan keputusan.

5. Kecerdasan Spasial

(8)

Kemampuan ini dapat diukur melalui kemampuan peserta didik dalam memprediksi peristiwa dan menjelaskan penyebab peristiwa dari sudut pandang

lokasi.

E. Variabel Penelitian

Menurut Zuriah (2005, hlm. 144) “variabel didefinisikan sebagai konsep yang mempunyai nilai, dan juga sebagai pengelompokan yang logis dari atribut atau lebih.” Arikunto (2006, hlm. 118) mendukung pernyataan tersebut dengan

berpendapat bahwa “variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.” Variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil dari gabungan dua teori, yaitu theory of affordance dan theory of crystalized intelligence.

Theory of affordance menyebutkan bahwa tindakan (action) manusia

ditentukan oleh affordance yang dihasilkan dari interpretasinya terhadap lingkungan. Dengan kata lain, affordance merupakan variabel yang berada di antara variabel lingkungan dan tindakan. Sedangkan theory of crystalized intelligence menyebutkan bahwa kecerdasan seseorang, termasuk kecerdasan

spasial, dapat dilatih berdasarkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam diri seseorang. Kombinasi yang tepat antara pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam hal kemampuan spasial adalah geo-literacy. Geo-literacy merupakan kemelekan seseorang terhadap fenomena permukaan bumi dengan titik fokus lokasinya. Karena itu, konsep geo-literacy ini dapat dimasukkan ke dalam variabel penelitian. Dalam penelitian ini melibatkan empat variabel, yaitu lingkungan sekolah (X1), student’s affordance (Y1), geo-literacy (Y2) dan kecerdasan spasial (Y3). Hubungan antar variabel dapat digambarkan dalam bentuk bagan seperti pada gambar 3.1. Kemudian untuk variabel penelitian dan indikatornya dapat dilihat pada tabel 3.8.

F. Pengembangan Instrumen Penelitian

(9)

(affordance), dan instrumen tes (geo-literacy dan kecerdasan spasial). Ketiga jenis instrumen tersebut dikembangkan berdasarkan variabel dan indikator yang telah ditentukan. Kemudian setiap indikator dituangkan dalam bentuk butir soal. Sebelum instrumen siap digunakan, dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen terlebih dahulu.

Sumber: Analisis Peneliti, 2016 Gambar 3.1. Analisis Jalur Variabel Penelitian

Tabel 3.8. Variabel Penelitian

NO VARIABEL INDIKATOR

1. Lingkungan sekolah (X) a. Sarana dan prasarana sekolah  Kondisi ruang kelas.

 Kondisi fasilitas penunjang pembelajaran.  Ketersediaan rambu-rambu di lingkungan

sekolah.

 Ketersediaan denah sekolah.

 Ketersediaan lukisan, gambar, atau foto di dinding sekolah.

b. Proses pembelajaran di kelas.

 Penggunaan media pembelajaran visual.  Penggunaan media pembelajaran audio visual.  Penggunaan media pembelajaran interaktif. c. Aturan sekolah.

 Susunan ruangan di sekolah.  Aturan kelas berpindah. d. Perilaku warga sekolah.

 Pelaksanaan sistem kelas berpindah.

 Kebiasaan melakukan sesuatu pada tempatnya (misal: membuang sampah di tempatnya, makan di kantin dan tidak di kelas, membaca di perpustakaan, shalat di masjid, dsb).

2. Affordance (Y1) a. Memiliki banyak kemungkinan tindakan di suatu tempat.

 Memahami karakteristik lingkungan.

 Mengetahui tindakan yang tepat sesuai karakteristik lingkungan.

(10)

NO VARIABEL INDIKATOR suatu tempat.

 Menyadari resiko dari sebuah tindakan.  Menyadari potensi dari sebuah tindakan. c. Mengetahui alat bantu untuk melakukan tindakan di

suatu tempat.

 Menilai kesesuaian alat dengan tindakan yang diambil.

 Mengetahui lokasi untuk memperoleh alat tersebut.

3. Geo-literacy (Y2) a. Interactions

 Mengetahui lokasi/objek/peristiwa yang saling mempengaruhi berdasarkan ciri-ciri tertentu.

 Menemukan bukti-bukti dari

lokasi/objek/peristiwa yang saling mempengaruhi berdasarkan ciri-ciri tertentu. b. Interconnections

 Mengetahui faktor-faktor yang menentukan hubungan antar lokasi/objek/peristiwa.

 Memahami hubungan antar

lokasi/objek/peristiwa berdasarkan pola lokasi. c. Implications

 Memiliki kepekaan tinggi terhadap dampak dari interaksi dan interkoneksi antar lokasi/objek/peristiwa berdasarkan data yang ada.

 Mengetahui tindakan untuk mengurangi risiko dari dampak negatif dari suatu interaksi dan interkoneksi.

 Mengetahui tindakan untuk mengoptimalkan potensi dari suatu interaksi dan interkoneksi. 2. Variabel dependen (Y3)

Kecerdasan spasial

a. Cognitive Map

 Menentukan rute terhadap lokasi yang sudah diketahui.

 Menentukan rute terhadap lokasi yang belum diketahui.

 Menentukan rute yang paling pendek antara dua lokasi

 Menentukan rute yang paling pendek antara lebih dari dua lokasi

b. Cognitive Collage

 Mencocokkan gambar dengan lokasi yang sesuai.

 Mengubah informasi verbal menjadi gambar dan sebaliknya.

c. Spatial mental

 Menyimulasikan perubahan objek dalam ruang.  Memprediksikan pergerakan objek.

 Menentukan hubungan antara satu objek dengan objek lain dalam ruang.

(11)

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan agar instrumen penelitian yang dikembangkan dapat memenuhi syarat instrumen yang baik, yaitu mengukur apa yang ingin diukur serta pengukurannya konsisten untuk setiap responden. Instrumen yang dikembangkan sebanyak empat buah, yaitu instrumen observasi lingkungan, instrumen non tes affordance, instrumen tes geo-literacy dan instrumen tes spatial intelligence. Instrumen observasi lingkungan tidak melalui uji validitas dan reliabilitas karena instrumen ini mengukur hal yang konkret dan jelas indikatornya. Sedangkan ketiga instrumen lainnya bersifat abstrak dan memiliki indikator yang bersifat relatif. Karena itu, instrumen yang dilibatkan dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah instrumen affordance, geo-literacy dan spatial intelligence. Berikut disajikan hasil dari uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian pada uraian di bawah ini.

1. Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang dilibatkan dalam uji validitas terdiri dari instrumen tes dan non tes. Instrumen tes adalah instrumen geo-literacy dan spatial intelligence. Instrumen tes berisikan pertanyaan-pertanyaan dengan lima pilihan jawaban. Responden diminta untuk memilih jawaban yang benar. Jika responden menjawab benar maka akan mendapat satu poin. Namun jika responden menjawab salah maka akan mendapat nol poin. Instrumen geo-literacy digunakan untuk mengukur kesadaran Geografi responden melalui tiga aspek Geografi, yaitu interconnection, interaction dan implication. Instrumen spatial intelligence digunakan untuk mengukur potensi kecerdasan spasial responden melalui pengujian tiga kemampuan yakni cognitive map, cognitive collage dan spatial mental. Instrumen non tes merupakan instrumen afforndance yang bertujuan untuk mengukur persepsi responden terhadap lingkungan. Instrumen ini berisikan pernyataan dengan lima pilihan respons yang berbeda, yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju. Karena itu, pernyataan dalam instrumen ini tidak memiliki jawaban yang benar atau salah.

(12)

penskoran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin kecil nilai yang diperoleh dalam instrumen affordance, maka semakin tinggi affordance responden tersebut.

Setiap instrumen berisi tiga puluh soal yang harus diisi oleh responden, sehingga total soal adalah 90 butir. Instrumen diuji coba kepada 45 responden yang berstatus peserta didik kelas X di SMA Laboratorium Percontohan UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Kota Bandung. Setelah seluruh responden mengisi instrumen, jawaban dari setiap responden ditabulasi untuk diuji validitasnya. Pertama, jawaban setiap responden diperiksa untuk menentukan skor yang diperoleh untuk setiap pertanyaan atau pernyataan. Perolehan skor tersebut dijumlahkan sehingga didapat skor total untuk setiap butir soal.

(13)

0,294) maka soal tersebut adalah tidak valid. Tabel 3.9 menyajikan data nilai r hitung dan validitas untuk setiap butir soal pada setiap instrumen.

Berdasarkan tabel 3.9 dapat disimpulkan bahwa rata-rata soal valid adalah 50% dari keseluruhan butir soal dalam sebuah instrumen. jumlah soal yang valid untuk setiap instrumen adalah 15 butir (instrumen affordance), 11 butir (instrumen geo-literacy) dan 15 butir (instrumen spatial intelligence). Pada instrumen spatial intelligence terdapat kesalahan pada soal nomor 8 dan 25. Soal nomor 8 dan 25 tidak memiliki pilihan jawaban yang benar sehingga tidak sah dan tidak dilibatkan dalam uji validitas.

Tabel 3.9. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

NO

HITUNG VALIDITAS R HITUNG VALIDITAS 1. 0.340 Valid -0.148 Tidak Valid -0.052 Tidak Valid

(14)

Selain data pada tabel 3.9, ada juga hal yang menjadi catatan penting dari proses uji coba instrumen. Ada dua hal yang menjadi perhatian khusus untuk memperbaiki instrumen tersebut, antara lain sebagai berikut.

1. Soal dirasa terlalu banyak karena waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk mengisi instrumen rata-rata satu jam.

2. Soal yang terlalu banyak membuat responden kurang serius dalam memikirkan jawaban yang paling tepat.

Berdasarkan kedua hal tersebut, maka soal-soal pada instrumen akan diseleksi agar jumlahnya berkurang. Hal tersebut dilakukan agar waktu pengerjaan tidak terlalu lama sekaligus menjaga fokus responden agar tetap serius mengerjakan soal. Adapun setiap soal dalam instrumen dipilih sebanyak 15 butir (untuk instrumen affordance dan geo-literacy) dan 20 soal (untuk instrumen spatial intelligence) sehingga total soal yang harus diisi responden adalah 50

butir. Pada instrumen affordance tidak memiliki masalah karena soal yang valid berjumlah 15 butir. Instrumen geo-literacy memiliki soal yang valid sebanyak 11 butir. Untuk memenuhi 15 butir yang telah ditetapkan maka dipilih 4 soal dari kelompok yang tidak valid dengan nilai r hitung tertinggi, yaitu soal nomor 5, 24, 25, dan 26. Keempat soal tersebut diperbaiki, baik dari sisi redaksi maupun pilihan jawaban agar lebih mudah dipahami oleh responden. Sedangkan pada instrumen spatial intelligence, jumlah soal yang valid adalah 15 butir. Namun pada instrumen ini dibuat 5 soal baru agar memenuhi 20 butir. Hal tersebut dilakukan karena pada butir soal yang tidak valid dirasa memiliki tingkat keterbacaan yang rendah oleh responden. Karena itu, 5 soal baru yang dibuat dirancang sesederhana mungkin agar mudah dipahami responden namun mampu menguji indikator variabel yang akan diukur. Instrumen penelitian yang lengkap pada tahap sebelum dan sesudah uji validitas dapat dilihat pada bagian lampiran.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

(15)

instrumen dikatakan reliabel jika menghasilkan hasil yang sama untuk setiap responden dengan karakteristik yang sama. Artinya, jika sebuah instrumen yang digunakan pada responden berusia 17 tahun di sekolah X memberikan hasil A, maka instrumen tersebut akan memberikan hasil A juga pada responden berusia 17 tahun di sekolah Y. Reliabilitas suatu instrumen ditentukan oleh dua hal, yaitu validitas setiap butir soal dan jumlah butir soal dalam suatu instrumen. Jika suatu instrumen banyak terdapat soal yang valid maka instrumen tersebut akan reliabel. Kemudian, semakin banyak butir soal pada suatu instrumen, maka akan semakin reliabel instrumen tersebut.

Secara statistik, uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung nilai

Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha menunjukkan reliabilitas suatu

instrumen jika dibandingkan dengan nilai r tabel. Adapun nilai r tabel yang digunakan pada uji reliabilitas adalah nilai r yang sama dengan uji validitas. Nilai

r tabel untuk 45 responden adalah 0,294. Jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari r tabel (Cronbach’s Alpha > 0,294) maka instrumen dinyatakan reliabel.

Namun jika nilai Cronbach’s Alpha kurang dari nilai r tabel (Cronbach’s Alpha <

0,294) maka instrumen tersebut tidak reliabel. Tabel 3.10 menyajikan data hasil

perhitungan nilai Cronbach’s Alpha untuk setiap instrumen penelitian.

Tabel 3.10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

INSTRUMEN untuk setiap instrumen, yaitu sebelum instrumen diseleksi dan setelah instrumen diseleksi. Kolom N of items menunjukkan jumlah data yang dihitung, yaitu skor untuk setiap butir soal dan skor total untuk seluruh instrumen. Kemudian, setiap

instrumen memiliki nilai Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari 0,294. Artinya,

(16)

diperhatikan lebih teliti, nilai Cronbach’s Alpha mengalami peningkatan setelah

instrumen diseleksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen meningkat setelah soal yang tidak valid tidak dimasukkan dalam perhitungan statistik. Karena itu, setelah didukung oleh hasil dari uji validitas dan hasil dari uji reliabilitas, instrumen penelitian ditetapkan akan dikurangi menjadi 50 butir soal dengan jumlah butir untuk masing-masing instrumen adalah 15 butir (instrumen affordance), 15 butir (instrumen geo-literacy) dan 20 butir (instrumen spatial

intelligence). Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas, maka ditetapkan

soal-soal berikut menjadi instrument penelitian yang valid dan reliabel. Adapun nomor soal yang digunakan untuk pengambilan data di lapangan adalah sebagai berikut.

Affordance : 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 16, 18, 19, 20, 21, 25, 28

Geo-literacy : 3, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 27, 28

Spatial Intelligence : 5, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 26

G. Teknik Pengambilan Data

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan untuk mempelajari gejala-gejala alam dan sosial di sekitar lokasi penelitian yang dapat diidentifikasi oleh peneliti.

2. Angket

Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Angket akan digunakan untuk mengambil data dari responden dan beberapa karyawan bidang teknologi informasi objek wisata yang jumlahnya banyak dan memiliki keterbatasan waktu untuk wawancara.

3. Wawancara

(17)

terhadap narasumber atau sumber data. Wawancara ini akan digunakan untuk memperoleh data dari pimpinan pengelola objek wisata.

4. Dokumentasi

Pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari lembaga/institusi. Dokumen berfungsi sebagai data sekunder yang akan mendukung data primer hasil survey lapangan.

H. Teknik Analisis Data

1. Validitas

Validitas data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dilaporkan oleh peneliti. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakan tes tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi Pearson dengan rumus perhitungan sebagai berikut

Bila koefisien korelasi untuk seluruh item telah dihitung, perlu ditentukan angka terkecil yang dapat dianggap cukup tinggi sebagai indikator adanya konsistensi antara skor item dan skor keseluruhan. Dalam hal ini tidak ada batasan yang tegas. Prinsip utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi adalah mencari harga koefisien korelasi yang setinggi mungkin dan menyingkirkan setiap item yang mempunyai korelasi negatif (-) atau koefisien yang mendekati nol (0).

2. Reliabilitas

(18)

reliabilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran (measurement error).

Tinggi rendahnya reliabiltias, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisaran 0.0-1.0; akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1 tidak pernah dicapai dalam pengukuran karena manusia sebagai subjek pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan potensial. Di samping itu walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif atau negatif, akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besar kurang dari nol (0.0) tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas yang positif. Teknik perhitungan koefisien reliabiltias yang digunakan disini adalah dengan menggunakan koefisien reliabilitas alpha yang dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.

Keterangan:

k = Banyaknya Pertanyaan

Sj2 = Nilai Varians Jawaban Item ke-j

S2 = Nilai Varians Skor Total

Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan tingkat reliabilitas dapat digunakan kriteria Guilford (1956) yaitu

a. Kurang dari 0,20 : reliabilitas sangat kecil b. 0,20 - 0,39 : reliabilitas kecil

c. 0,40 - 0,69 : reliabilitas cukup erat d. 0,70 - 0,89 : reliabilitas tinggi (reliable)

e. 0,90 - 0,99 : reliabilitas sangat erat (sangat reliable) f. 1,00 : reliabilitas sempurna

(19)

Uji normalitas yang digunakan adalah uji kecocokan (Chi-kuadrat) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan

: frekuensi observasi : frekuensi ekspektasi

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 23, kriteria pengujian pada uji homogenitas yaitu sebagai berikut.

a. Ho diterima jika nilai sig. > 0,05 artinya data terdistribusi secara normal. b. Ho ditolak jika nilai sig. < 0,05 artinya data terdistribusi secara tidak normal.

4. Homogenitas

Menurut Ridwan (2010: 120), uji homogenitas merupakan uji yang membandingkan nilai varians terbesar dengan varians terkecil. Fungsi uji homogenitas ini adalah untuk menguji apakah data tersebut homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas antara dua kelompok data maka digunakan uji F.

dimana: F = Nilai Uji F

S12 = Varians kelompok 1

S22 = Varians kelompok 2

Sedangkan jika ada lebih dari dua kelompok data yang diuji, maka menggunakan Rumus Bartlett seperti persamaan di berikut ini.

Keterangan: n = Jumlah data B = (∑dk)log S2

Si2 = Varians data untuk setiap kelompok ke-i

dk = Derajat kebebasan

(20)

a. Ho diterima jika nilai sig. > 0,05 artinya data bersifat homogen. b. Ho ditolak jika nilai sig. < 0,05 artinya data bersifat tidak homogen.

5. Method of Successive Interval (MSI)

Metode ini digunakan untuk mengubah data ordinal (pada data affordance) menjadi skala interval berurutan (Successive Interval). Konversi data ordinal menjadi data interval dilakukan agar data pada variabel affordance dapat dilibatkan dalam analisis jalur yang menggunakan regresi linier. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Menentukan frekuensi setiap jawaban yang diberikan responden.

b. Menentukan proporsi setiap jawaban dengan membagi frekuensi dengan jumlah sampel.

c. Menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap respon sehingga diperoleh proporsi kumulatif. Kemudian tentukan nilai simpangan baku (z). d. Menentukan densitas untuk simpangan baku (z) untuk masing-masing

proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku. Rumus yang digunakan adalah

e. Menghitung scale value (SV) untuk masing-masing respon. Rumus yang digunakan adalah

f. Mengubah scale value (SV) terkecil menjadi sama dengan satu (1) dan mentransformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil sehingga diperoleh transformed scale value (TSV).

6. Hipotesis

(21)

jalur (path analysis). Analisis jalur adalah suatu teknik pengembangan dari regresi linier ganda. Menurut Kusnendi (2008: 147), analisis jalur digunakan untuk

“mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel penyebab terhadap variabel akibat yang dapat diobservasi secara langsung.”

Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y serta dampaknya terhadap Z. Dalam penggunaan analisis jalur, terdapat persamaan regresi multipel. Regresi multipel menjelaskan hubungan pengeruh antara beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Regresi multipel memiliki dua jenis persamaan, yaitu:

a. Regresi unstandardized (b)

Digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen (Y dan Z) dengan menggunakan nilai variabel independen (X1, X2 dan X3). Persamaan yang dihasilkan adalah sebagai berikut.

b. Regresi standardized (β)

Digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen (X1, X2 dan X3) terhadap variabel dependen (Y dan Z). Persamaan regresi standardized adalah sebagai berikut.

Setelah melakukan analisis jalur, penelitian ini akan menghasilkan tiga persamaan yang akan diuji hipotesisnya. Setiap persamaan memiliki dua hipotesis yang perlu diuji kebenarannya, yaitu H0 (hipotesis awal) dan Ha (hipotesis

(22)

diterima maka dapat menggunakan uji F dan uji t. Uji F bertujuan untuk menguji signifikansi variabel dari sebuah persamaan secara bersama-sama. Sedangkan uji t digunakan untuk menguji signifikansi variabel dari sebuah persamaan secara terpisah. Sekalipun berbeda, kedua jenis uji ini memiliki kriteria yang sama, yaitu jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig. < 0,05) maka H0 diterima dan Ha

ditolak. Namun jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig. > 0,05) maka H0

ditolak dan Ha diterima. Adapun hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Model lingkungan sekolah (X) terhadap student’s affordance (Y1): Y1= f(X) H0 : Lingkungan sekolah (X) berpengaruh positif terhadap affordance (Y1).

Ha : Lingkungan sekolah (X) tidak berpengaruh terhadap affordance (Y1).

2. Model pengaruh lingkungan sekolah (X) dan student’s affordance (Y1) terhadap geo-literacy (Y2): Y2= f(X, Y1)

H0 : Lingkungan sekolah (X) dan affordance (Y1) berpengaruh positif

terhadap geo-literacy (Y2).

Ha : Lingkungan sekolah (X) dan affordance (Y1) (salah satu atau kedua

variabel) tidak berpengaruh terhadap geo-literacy (Y2).

3. Model pengaruh student’s affordance (Y1) dan geo-literacy (Y2) terhadap kecerdasan spasial (Y3): Y= f(Y1, Y2)

H0 : Affordance (Y1) dan geo-literacy (Y2) berpengaruh positif terhadap

kecerdasan spasial (Y3).

Ha : Affordance (Y1) dan geo-literacy (Y2) (salah satu atau kedua variabel)

tidak berpengaruh terhadap kecerdasan spasial (Y3).

(23)

Uji hipotesis menggunakan uji t pada taraf signifikansi 5%. Persamaan uji t adalah sebagai berikut.

dimana = Koefisien jalur error variabel = Koefisien determinasi

= Jumlah sampel = Jumlah variabel

Sedangkan untuk menguji pengaruh bersama antar setiap variabel independen terhadap variabel dependen, dapat menggunakan F. Persamaan uji-F adalah sebagai berikut.

dimana = Koefisien determinasi = Jumlah sampel

Gambar

Tabel 3.2. Daftar SMA Negeri di Kabupaten Bandung
Tabel 3.4. Data Passing Grade SMA Negeri di Kota Bandung Tahun 2012 - 2014
Tabel 3.5. Data Passing Grade SMA Negeri di Kabupaten Bandung
Tabel 3.7. Penentuan Sampel Sekolah di Kabupaten Bandung
+4

Referensi

Dokumen terkait

Banyak hambatan yang ditemui kurator, antara lain terkait dengan kepastian hukum terhadap profesi ini yaitu belum adanya jaminan hukumyang jelas untuk melindungi tugas

Berdasarkan maklumat yang diperolehi, dapat dirumuskan bahawa salah satu komponen kemahiran generik iaitu kemahiran berkomunikasi berjaya diterapkan kepada pelajar tahun dua

Pada uji tingkat penerimaan tekstur rolade tempe dapat disimpulkan bahwa nilai skala numerik warna yang paling disukai adalah 3,96 (Suka) pada perlakuan A5

Oleh sebab itu pada reaksi transesterifikasi harus digunakan bahan baku minyak nabati murni yang mengandung asam lemak bebas (FFA) yang rendah.. Gerpen et

Hasil Perhitungan Penetapan Kadar abu Tidak Larut Asam SimplisiaI.

Pemberian kombinasi ekstrak etanol daun jambu biji, rimpang kunyit, herba meniran dan daun majaan dapat memberikan kadar bunuh minimum pada uji antibakteri

Jika langkah pertama yang ingin diambil, pemerintah perlu segera melakukan terobosan dalam uji adaptasi, uji multilokasi, dan memberikan insentif bagi Pemda yang melaksanakan

Dari hasil analisis uji t diperoleh bahwa variabel belanja total berpengaruh positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten Klaten, dengan koefisien