• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik sebagai suatu kesimpulan. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009).

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak penyandang down syndrome yang berada di SLB Cahaya Jaya yang berjumlah 30 orang orang ibu dan sampel penelitian ini adalah seluruh subjek yang terdapat dalam populasi yaitu 30 orang ibu dengan anak penyandang down syndrome yang mengalami stres.

3.1.2 Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian

Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara probability sampling yaitu dengan metode simple random sampling. Probability sampling adalah peneliti memilih individu dari populasi yang mewakili populasi itu, ini adalah bentuk sampling yang paling ketat dalam penelitian kuantitatif karena peneliti dapat mengklaim bahwa sampel adalah wakil dari penduduk dengan demikian dapat membuat generalisasi untuk populasi (Creswess, 2005). Simple random sampling adalah salah satu yang paling populer dalam metode probability sampling. Tujuan dalam metode simple random sampling adalah peneliti memilih partisipan (unit, seperti sekolah) secara acak untuk dijadikan sebagai sampel yang akan mewakili populasi (Creswess, 2005).

(2)

3.2 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif yang mengolah data dalam bentuk angka. Metode penelitian kuantitatif menurut Danim & Darwis (2002) adalah pengolahan informasi yang dilakukan dengan perhitungan statistik yang kemudian akan dianalisis secara deskriptif, maka penelitian ini juga merupakan jenis statistik deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas.

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Penelitian

Menurut Bouma (dalam Purwanto, 2010) variabel adalah operasional konsep. Variabel harus tampak dalam perilaku yang dapat diobservasi dan diukur.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu peneliti melihat tingkat stres ibu dengan anak penyandang down syndrome dan coping stres-nya.

3.3.2 Definisi Operational Variabel Stres

Menurut Spielberger (dalam Irving dan Edward, 2010) menyebutkan bahwa stres adalah tekanan, ketegangan, atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Stres akan diukur dengan menggunakan alat ukur State-Trait Anxiety inventory (STAI), instrumen ini mengukur kecemasan definitif pada orang dewasa. State-Trait Anxiety inventory (STAI) membedakan antara kondisi sementara "state anxiety" dan kualitas yang lebih umum dan lama dari "trait anxiety." Hal yang dievaluasi oleh skala STAIS-Anxiety adalah perasaan ketakutan, gugup ketegangan, dan perasaan khawatir. Skor pada skala

(3)

STAIS-Anxiety adalah melihat peningkatan respon terhadap bahaya fisik dan stres psikologis, dan penurunan sebagai hasil dari training relaksasi. Pada skala STAIT-Anxiety, konsisten dengan konstruk trait anxiety pasien sakit jiwa dan depresi pada umumnya memiliki nilai yang tinggi (Mindgarden, 2010). 3.3.3 Definisi Operational Variabel Coping

Menurut Lazarus dan Folkman (1984), pengelolaan stres yang disebut dengan istilah coping adalah proses mengelola tuntutan (internal ataupun eksternal) yang ditaksir sebagai beban karena diluar kemampuan individu. Definisi pengelolaan stres yang dikemukakan oleh Lazarus lebih menekankan pada proses, karena berhubungan dengan sesuatu yang secara aktual dipikirkan atau dilakukan individu dalam situasi khusus, disertai perubahan pikiran dan tindakan terhadap suatu peristiwa.

3.4 Setting Lokasi

Peneliti melakukan penelitian dan pengambilan data dengan menyebarkan alat ukur STAI pada ibu yang stres, alat ukur coping untuk mengetahui apa yang dilakukan ibu tersebut dalam menghadapi stres, serta alat ukur karakteristik kognisi untuk mengetahui tingkat keparahan pada anak down syndrome pada sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB) yang bernama SLB Cahaya Jaya, dimana sekolah ini berlokasi di Jalan Gading Ayu Kelapa Gading, Jakarta Utara.

3.5 Alat Ukur Penelitian dan Pengukuran

Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan terdiri dari 3 macam, yang pertama alat ukur karakteristik kognisi untuk mengetahui tingkat keparahan kognisi anak down syndrome, dalam hal ini pengukuran tingkat keparahan anak down syndrome diukur bukan sebagai diagnosis melainkan hanya dari hasil

(4)

observasi orang tua atau ibu. Instrumen alat ukur ini dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Mangunsong (2009). Instrumen kedua yang digunakan adalah State-Trait Anxiety inventory (STAI) untuk mengetahui tingkat stres pada ibu dengan anak down syndrome, berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Spielberger (dalam Irving dan Edward, 2010). Instrumen alat ukur yang ketiga yang digunakan oleh penulis adalah untuk mengetahui coping stres yang digunakan oleh ibu tersebut, apakah ibu tersebut menggunakan problem focused coping atau emotions focused coping berdasarkan teori coping stres menurut Lazarus (1984). Pada awalnya penulis membuat alat ukur sendiri tentang coping berdasarkan teori coping stres oleh Lazarus (1984), namun dikarenakan jumlah reliabilitas yang kecil yaitu sebesar -0,23 dan terlalu banyak item yang dibuang disertai waktu yang terbatas maka penulis menggunakan alat ukur yang telah diadaptasi dari peneliti lain yang telah di uji cobakan terlebih dahulu dengan judul cara menanggulangi stres oleh Yunianti (2011) yang diberikan pada ibu yang berada pada tahap usia dewasa muda (20-40 tahun) dan memiliki anak seorang penyandang autisme. Hasil alat ukur ini memiliki reliabilitas sebesar 0,956 dan validitas sebesar ≤ 0.3.

3.5.1 Alat Ukur pada Waktu Field Study

3.5.1.1 Alat Ukur pada Variabel Karakteristik Kognisi

Instrumen penelitian variabel karakteristik kognisi terdiri dari 4 jenis karakteristik kognisi A, B, C, dan D dengan jumlah yang berbeda-beda dari setiap jenisnya. Jenis karakteristik A mewakili tingkat severe yang memiliki IQ 25-40, sedangkan untuk B mewakili mild (ringan) dengan IQ 55-70, C mewakili profound (parah) dengan IQ dibawah 25, dan yang terakhir D mewakili moderate (sedang).

(5)

3.5.1.2 Alat Ukur pada Variabel Stres

Pada instrumen penelitian variabel stres penulis menggunakan skala likert. Skala ini digunakan pada alat ukur dimana subjek memiliki 4 alternatif jawaban dalam menjawab pertanyaan yaitu skala 1 sampai 4 (Bucci, 2003). Terdiri dari 20 butir pertanyaan Butir-butir pertanyaan dibuat menggunakan skala likert yang diukur melalui empat alternatif jawaban sesuai dengan skala ukurannya. Empat jawaban yang tersedia yaitu 1 (hampir tidak pernah), 2 (kadang-kadang), 3 (sering), 4 (hampir selalu). Masing-masing jawaban memiliki nilai yang berbeda.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan skala STAIT-Anxiety karena penulis ingin mengetahui gambaran tingkat stres subjek (ibu) secara umum atau dapat dikatakan dalam jangka waktu yang panjang dari awal berkeluarga, mengandung, melahirkan, serta merawat perkembangan anaknya.

Pada awalnya alat ukur ini telah dilakukan pengukuran reliabilitas dan validitas terlebih dahulu. Hasil reliabilitas yang didapat kemudian diberikan untuk mahasiswa selama interval dari 30 dan 60 hari, kemudian hasil yang didapat menunjukkan koefisien yang cukup baik yaitu berkisar antara .73 dan .86 untuk trait anxiety. Namun sebaliknya untuk tes state anxiety hasil yang didapatkan adalah alat tes ini memiliki hasil reliabilitas yang relatif lebih rendah yaitu berkisar mulai dari .51 untuk laki-laki dan .36 untuk wanita (Marnat, 2003). Hasil reliabilitas yang lebih rendah untuk state anxiety diperkirakan terjadi karena mempunyai konstruk yang berubah-ubah. Mengingat fluktuasi yang diharapkan untuk state anxiety, ukuran konsistensi internal akan lebih tepat dan penting. Ini telah menghasilkan koefisien pada state anxiety yang cukup tinggi, rata-rata berkisar antara

(6)

0,88 dan 0,93 dengan koefisien rata-rata berkisar 0,92-0,94. Sedangkan untuk validitas hal ini merupakan hasil dari korelasi skala anxiety dan kuesioner skala anxiety yang berkisar antara 0,73-0,75 (Marnat, 2003).

Langkah selanjutnya untuk mengetahui alat ukur ini benar-benar mengukur apa yang harus diukur, maka perlu dilakukan pengujian validitas pada setiap item pertanyaan yang diberikan kepada subjek. Tujuan dari uji validitas adalah untuk mengetahui keakuratan kuesioner yang disebarkan. Dalam penelitian ini, validitas diuji dengan memberikan alat ukur pada 30 subjek penelitian yang diukur dengan menggunakan program SPSS versi 19.0, dimana item yang tidak memiliki hubungan signifikan akan dibuang.

Item-item pada alat ukur stres ini dianalisa dengan menggunakan rumus pearson. Setelah itu hasilnya dibandingkan dengan menggunakan r tabel, dimana item dapat dikatakan valid apabila nilai yang dihasilkan oleh rumus pearson lebih tinggi dari nilai r tabel (0,361). Pada alat ukur ini, r-hit yang dihasilkan adalah 0,40 sehingga item-item tersebut dapat dikatakan valid jika jumlahnya lebih besar dari 0,361. Setelah melakukan pengujian maka hasil yang diperoleh dari total jumlah 20 item pertanyaan terdapat 9 item pertanyaan yang dibuang (item nomor 4, 10, 14, 19, 2, 8, 15, 18, 6) (lampiran 3) karena jumlahnya dibawah 0,361 dan 11 item yang terpakai atau dapat dikatakan valid karena jumlahnya lebih dari 0,361.

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas pada alat ukur stres. Pada alat ukur ini, uji reliabilitas juga dilakukan dengan menggunakan program SPSS 19.0. Setelah semua data dimasukkan ke dalam SPSS maka hasil reliabilitas yang diperoleh adalah 0,862 (Lampiran 4).

(7)

3.5.2 Alat Ukur pada Variabel Coping

Instrumen penelitian variabel coping penulis menggunakan skala likert. Skala ini digunakan pada alat ukur dimana subjek memiliki 4 alternatif jawaban dalam menjawab pertanyaan yaitu skala 1 sampai 4 (Bucci, 2003). Skala 1 berarti subjek sangat tidak setuju (STS) dengan pernyataan pada item, skala 2 berarti subjek tidak setuju (TS) dengan pernyataan pada item, skala 3 berarti subjek setuju (S) dengan pernyataan pada item dan skala 4 berarti subjek sangat setuju (SS) dengan pernyataan pada item.

Pada penelitian ini hal yang sama juga dilakukan pengujian validitas seperti yang sudah dilakukan pada alat ukur STAI. Validitas dan reliabilitas alat ukur ini diberikan kepada 30 subjek. Dalam melakukan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap item-item pada alat ukur ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 19.0, dimana item yang tidak memiliki hubungan yang signifikan akan dibuang. Pada awalnya penulis membuat alat ukur sendiri tentang coping berdasarkan teori coping stres oleh Lazarus (1984), namun dikarenakan jumlah reliabilitas sebesar -0,23 yang berarti, skala ini memiliki reliabilitas yang rendah, sehingga kurang layak digunakan untuk menjaring data penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu pada penelitian selanjutnya penulis melakukan field study dengan menggunakan alat ukur yang telah diadaptasi dari peneliti lain.

3.5.3 Alat Ukur yang dipakai untuk Pengolahan Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan 3 alat ukur, yang pertama adalah alat ukur karakteristik kognisi yang mengukur tingkat keparahan pada anak penyandang down syndrome. Alat ukur kedua adalah untuk mengukur tingkat stres yaitu State-Trait Anxiety inventory (STAI) dengan besar validitas

(8)

item sebesar 0,361 dan hasil reliabilitas yang diperoleh adalah 0,862 (Lampiran 4). Alat ukur ketiga adalah untuk mengetahui coping stres apa yang digunakan oleh dengan menggunakan 50 item pernyataan yang sudah valid, dengan validitas pada penelitian ini sebesar 0,361 (lampiran 3) dan reliabilitas sebesar 0,622 (lampiran 4).

3.6 Prosedur

3.6.1 Tahap Persiapan

Tahapan persiapan dilakukan dalam beberapa kegiatan, yaitu : 1. Menentukan masalah yang akan diteliti berdasarkan fenomena

yang terjadi.

2. Melakukan observasi pada tempat penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas berkaitan dengan variabel yang diteliti. 3. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran yang

jelas mengenai variabel-variabel yang diteliti.

4. Menetapkan desain penelitian dan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Alat ukur dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Alat ukur pertama yaitu alat ukur tentang karakteristik kognisi tingkat keparahan anak down syndrome dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Mangunsong (2009).

b. Setelah itu, alat ukur tersebut di cek oleh dosen pembimbing.Alat ukur kedua yang digunakan adalah State-Trait Anxietyinventory (STAI) untuk mengetahui tingkat stres pada ibu dengan anak penyandang down syndrome, berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Spielberger (1983). Setelah itu, alat ukur

(9)

tersebut di cek oleh dosen pembimbing, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan teori validitas dan reliabilitas yang ada.

c. Alat ukur yang ketiga yang digunakan oleh penulis adalah untuk mengetahui coping stres yang digunakan oleh ibu tersebut, apakah ibu tersebut menggunakan problem focused coping atau emotions focused coping. Penulis menggunakan alat ukur yang telah diadaptasi dari peneliti lain yang telah di uji cobakan terlebih dahulu dengan judul cara menanggulangi stres oleh Nita Yunianti dengan reliabilitas sebesar 0,956 dan validitas sebesar ≤ 0.3. Alat ukur ini digunakan berdasarkan teori coping stres menurut Lazarus (1984). Setelah itu, alat ukur tersebut di cek oleh dosen pembimbing, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan teori validitas dan reliabilitas yang ada. 5. Menetapkan populasi dan sampel penelitian, serta menentukan teknik sampling yang digunakan.

6. Penyusunan dan pengumpulan data berupa kuesioner yang dibuat sendiri dan mengambil alat ukur yang telah diuji kevalidannya berdasarkan teori yang dikemukakan para ahli. Kemudian penilaian terhadap instrumen dilakukan oleh dosen pembimbing selaku expert judgement.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Pada penelitian ini, tahap pelaksanaan dalam mengumpulkan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada Kepala Sekolah SLB Cahaya Jaya yang kemudian diberikan kembali kepada ibu selaku orangtua dari murid

(10)

di SLB tersebut. Penelitian dilakukan tanggal 21 September 2011 sampai 23 Oktober 2011.

3.6.3 Tahap Pengolahan

Tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah:

1. Verifikasi Data, yang dilakukan dengan mengecek kelengkapan jumlah kuesioner yang terkumpul dan pengisian kuesioner yang telah diisi oleh subyek. Setelah itu, data yang terkumpul disaring dengan menyesuaikannya dangan data kontrol yang dibutuhkan dalam penelitian

2. Pengolahan data secara statistik, yang dilakukan dengan mengolah data yang diperoleh dangan menggunakan program SPSS versi 19.0.

3.6.4 Tahap Pembahasan

Pada penelitian ini, tahap pembahasan dilakukan dengan: 1. Menganalisis hasil yang diperoleh berdasarkan teori yang

digunakan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengenceran 2x terlihat bahwa ekstrak pepes kontrol dengan nilai IS 1,259 memiliki nilai lebih besar dari pada sampel pepes iradiasi B (1,084) dan C yaitu dengan

 Kemampuan perawat melakukan komunikasi Kemampuan perawat melakukan komunikasi verbal akan menentukan kualitas asuhan yang. verbal akan menentukan kualitas

Secara lebih spesifik, penelitian ini akan menunjukkan wilayah-wilayah yang telah menjadi basis usahaternak ayam ras petelur di Tasikmalaya, dan wilayah-wilayah yang

Atas nama Direksi PT Tempo Scan Pacific Tbk dan entitas anak (“Tempo Scan”) kami ingin memberikan laporan yang berkaitan dengan kinerja keuangan dan kegiatan usaha inti Tempo

Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif, Untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam

Spermatozoa immature adalah sperma yang masih mengandung sisa-sisa sitoplasma yang mempunyai ukuran separuh dari ukuran kepala dan masih terikat, baik pada kepala,

Hasil uji t pada penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh (Mirawati , 2013 ) menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

Sistem Informasi Ujian Secara Online Pada Perguruan Tinggi AMIK Dian Cipta Cendikia dapat diakses dengan web browser dan berdasarkan pengujian terhadap aplikasi